• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI MATERI KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA MELALUI METODE SCRAMBLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V MI MA'ARIF NU ISLAMIYAH LAMONGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI MATERI KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA MELALUI METODE SCRAMBLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V MI MA'ARIF NU ISLAMIYAH LAMONGAN."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI

MATERI KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA MELALUI METODE SCRAMBLE PADA MATA PELAJARAN IPS

DI KELAS V MI MA’ARIF NU ISLAMIYAH LAMONGAN

SKRIPSI

Oleh:

TSALIS QORI FANANI NIM. D07213038

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realita di lapangan yang menjelaskan bahwa kurang optimalnya Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kegiatan belajar, sehingga berdampak kepada pemahaman siswa-siswi dalam memahami keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia . Berdasarkan dari dokumentasi nilai hasil belajar siswa kelas V, diperoleh data sebanyak 40% dari jumlah 20 siswa mencapai KKM yang ditentukan yakni 70. Hal ini tidak sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan yakni 80%. Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Penerapan dan peningkatan Kemampuan Memahami Materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Di Indonesia Melalui

Metode Scramble Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas V MI Ma’arif NU Islamiyah

Lamongan?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan metode scramble Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas V MI Ma’arif NU Islamiyah Lamongan serta untuk mengetahui Peningkatan Kemampuan Memahami Materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Di Indonesia Melalui Metode Scramble Pada Mata Pelajaran

IPS Di Kelas V MI Ma’arif NU Islamiyah Lamongan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin dengan subjek penelitian 20 siswa dan tempat penelitian di MI Ma’arif NU Islamiyah Lamongan. Peneltian ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran yang meliputi 4 tahap; perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi guru dan siswa, tes dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, lembar observasi, butir soal dan lembar dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Scramble pada

mata pelajaran IPS di kelas V MI Ma’arif NU Islamiyah dapat dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan dengan perolehan observasi aktivitas guru dan siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, yakni dari observasi guru mendapat skor peningkatan dari 60 menjadi 86,4. Kemudian skor aktivitas siswa dari perolehan 69,4 menjadi 85,2. Selain itu peningkatan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dan dapat dikategorikan berhasil. Hal ini dibuktikan dari tahap pra siklus, siklus I maupun siklus II, yakni dari 57,5 menjadi 65 kemudian menjadi 83.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN MOTTO... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

DAFTAR RUMUS... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Tindakan yang Dipilih... 10

F. Lingkup Penelitian... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Memahami... 13

1. Pengertian Kemampuan... 13

2. Hakikat Pemahaman... 14

(8)

4. Tingkatan-Tingkatan Pemahaman... 18

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman... 20

B. Metode PembelajaranScramble... 22

1. Pengertian Metode Pembelajaran... 22

2. Pengertian Metode PembelajaranScramble... 24

3. Macam-Macam Metode PembelajaranScramble... 25

4. Langkah-Langkah Metode PembelajaranScramble... 26

5. Kelebihan Dan Kekurangan Metode PembelajaranScramble... 28

C. Mata Pelajaran IPS... 29

1. Hakikat Pembelajaran IPS... 29

2. Tujuan Pembelajaran IPS... 31

3. Fungsi Pembelajaran IPS... 32

D. Materi Keragaman Suku Bangsa Dan Budaya... 33

1. Persebaran Suku Bangsa Di Indonesia... 33

2. Keanekaragaman Budaya Di Indonesia... 39

3. Mengenal Keanekaragaman Budaya Di Indonesia ... 40

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 45

B. Setting Penelitian Dan Subyek Penenlitian... 48

C. Variabel yang Diselidiki... 49

D. Rencana Tindakan... 49

E. Sumber Data dan Teknik Pengumpulannya... 57

F. Analisis Data... 59

G. Indikator Kinerja... 63

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 65

1. Pra Siklus... 66

2. Siklus I... 69

3. Siklus II... 84

B. Pembahasan... 94

1. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Kegiatan Mengajar... 95

2. Keterampilan Menulis Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II... 95

BAB V PENUTUP A. Simpulan... 101

B. Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berlangsungnya pendidikan di Indonesia tidak lepas dari dua unsur yakni

belajar dan pembelajaran. Belajar dapat didefinisikan suatu kegiatan yang

dilaksanakan oleh individu agar terjadi perubahan pada dirinya baik dari segi

internal maupun eksternal. Dengan dilaksanakannya belajar, maka individu

yang mulanya tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukannya.

Begitu pula, dari yang mulanya tidak terampil menjadi terampil.1

Sedangkan pembelajaran ialah suatu kegiatan yang dirancang oleh

guru untuk membantu dan membimbing siswa dalam memperoleh informasi,

mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu lingkungan belajar. Proses

pembelajaran akan menyebabkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa

,untuk memperoleh informasi. Siswa bertindak sebagai subjek belajar yang

melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh informasi, sedangkan guru

hanya membantu proses pemerolehan informasi yang dilakukan oleh peserta

didik.2

Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi transfer belajar

yaitu materi pelajaran yang disajikan guru dapat diserap ke dalam struktur

1

Toto Ruhimat, dkk,Kurikulum dan Pembelajaran(Bandung: Rajawali Pers, 2013) ,127. 2

(11)

2

kognitif siswa. Siswa dapat mengetahui materi tersebut tidak hanya pada tahap

ingatan (rote learning) tetapi bahan pelajaran yang diterimanya dapat diserap

secara bermakna (meaning learning).3 Agar terjadi transfer belajar yang

efektif, penggunaan media serta metode mengajar guru harus sesuai dengan

materi yang dipelajarinya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi yang diajarkan.

Pendidikan yang diinginkan oleh masyarakat ialah pendidikan yang

mampu mempertahankan dan meningkatkan keselasaran hidup dalam

pergaulan manusia. Demikian, sejalan dengan makna dari mata pelajaran IPS,

dimana dalam pelajaran tersebut mengemas materi yang berkorelasi dengan

kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, akrab sesama teman serta kegiatan

lainnya yang mencerminkan sikap-sikap manusia sebagai mahluk sosial.

Pada jenjang MI/SD mata pelajaran IPS menjadi satu kesatuan utuh dari

beberapa cabang ilmu IPS diantaranya: Ilmu Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan

Sosiologi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan menjadi warga

negara Indonesia yang demokratis bertanggung jawab dan memasyarakat.

Ilmu Pendidikan Sosial adalah suatu program pendidikan yang pada

pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam

lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu

3

(12)

3

sosial seperti : geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan

psikologi sosial. Ahmad Susanto menambahkan bahwa:

“IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu

sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik. , khususnya ditingkat dasar dan

menengah.”4

Pelajaran IPS kerapkali menjadi salah satu pelajaran yang dianggap oleh

siswa sebagai pelajaran yang identik dengan hafalan, sehingga proses

pembelajaran sangat membosankan dan banyak memakan waktu. Hal ini

mengakibatkan siswa kurang minat terhadap pembelajaran dan terkesan hanya

mengejar target untuk menyelesaikan pokok bahasan saja. Selain itu, pola pikir

siswa terbentuk dan semakin mengaggap bahwasanya pelajaran IPS itu

menakutkan, sulit dan selalu memiliki pokok bahasan luas, yang cukup sulit

dijangkau dari kemampuan berpikir siswa SD.

Hal demikian, terjadi diindikasikan dari pola dan cara guru dalam

menerapkan pembelajaran di kelas. Mayoritas guru, masih mendominasi

kelasnya dengan metode ceramah, menghafalkan materi, penugasan dan

menyalin ulang materi dari sumber ajar yang ada. Akibatnya, pemahaman

siswa terhadap materi tersebut belum sepenuhnya tertanam dalam ingatan

mereka. Agar hal itu tidak akan terjadi berlarut-larut dan mengurangi

4

(13)

4

pemahaman, minat hingga hasil belajar siswa, maka hendaknya guru

meningkatkan keterampilan dalam mengajar.5

Materi keragaman suku bangsa dan budaya adalah salah satu materi

pelajaran IPS di kelas 5 yang mengkaji tentang macam-macam suku bangsa

serta kebudayaan yang melingkupi suku bangsa di nusantara. Tidak hanya itu,

negara Indonesia yang hakikatnya negara kepulauan, pada materi kali ini

dijelaskan serta disebutkan jenis tarian, tradisi dan kebiasaan yang melekat

pada suku-suku bangsa di Indonesia.

Salah satu masalah yang dijumpai pada observasi di Madrasah Ibtidaiyah

Ma’arif NU Islamiyah Lamongan kelas V pada pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah murid hanya sekedar mendengar, memperhatikan,

menyalin materi dari buku paket ke buku tulis, menghafalkan beberapa sub

materi kemudian mengerjakan soal latihan pada lembar kerja siswa yang

tersedia, dari kegiatan ini masih didapati beberapa siswa yang melihat

pekerjaan teman sebangkunya.

Guru masih sering menggantungkan sumber ajar pada lembar latihan

siswa, yang mana muatan materi dan pengetahuan sangat minim. Selain itu,

metode guru dalam mengajar belum digali dan kurang variatif, masih dominan

5

(14)

5

menggunakan metode ceramah. Demikian yang mengindikasikan siswa bosan,

mengantuk dan tidak konsentrasi selama pembelajaran.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang aktif masih belum

menyeluruh. Hanya beberapa siswa yang dapat dihitung dengan jari yang

mampu mengikuti pembelajaran dengan aktif selama pembelajaran IPS

berlangsung. Mayoritas siswa lebih aktif melakukan aktivitasnya sendiri,

berbicara dengan temannya ketika dikelas dan tidur di kelas.

Akibatnya aktivitas tersebut berakibat terhadap pemahaman siswa yang

masih belum maksimal. Dari 20 siswa yang ada di kelas V, dengan KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

materi keberagaman suku bangsa dan budaya sebesar 70 dan yang

mendapatkan nilai di atas KKM hanya berkisar rata-rata 40%.6

Menindak lanjuti fenomena tersebut, peneliti berusaha memperbaiki dan

mencari solusi dari proses belajar mengajar dengan menggunakan metode

pembelajaran Scramble. Metode pembelajaran ini dianggap mampu

menumbuhkembangkan semangat dan antusias siswa dalam berpartisipasi

selama pembelajaran, berfikir kritis, menanamkan siswa berpikir dengan

kombinasi otak kanan dan kiri, dan menyenangkan.

Metode pembelajaran adalah upaya yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata untuk

6

(15)

6

mencapai tujuan pembelajaran. Metode digunakan untuk merealisaikan strategi

yang telah ditentukan. Penerapan satu strategi pembelajaran memungkinkan

untuk diterapkannya beberapa metode pembelajaran.7 Sedangkan Scramble

adalah berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

Jadi dapat disimpulkan metode Scramble adalah suatu upaya yang

disusun dalam suatu pembelajaran dengan menggunakan membagikan lembar

soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia.

Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal

yang ada.

Berangkat dari penjelasan diatas, maka penulis ingin mengetahui lebih

jauh bagaimana penerapan metode pembelajaran Scramble dalam

meningkatkan pemahaman siswa pada materi keragaman suku bangsa dan

budaya di Indonesiapada siswa kelas V MI Ma’arifNU Islamiyah Lamongan.

Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan tersebut, tidak cukup

dengan sekedar jawaban yang tidak mempunyai alasan kuat, dalam upaya

untuk mencari jawaban tersebut penulis perlu mengadakan penelitian lapangan

yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Memahami Materi Keragaman

Suku Bangsa Dan Budaya Di Indonesia Melalui Metode Scramble Pada

Mata Pelajaran IPS Di Kelas V MI Ma’arifNU Islamiyah Lamongan.”

7

(16)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Scrambleuntuk meningkatkan

kemampuan memahami materi keragaman suku bangsa dan budaya di

Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas 5 MI Ma’arif NU Islamiyah

Lamongan?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan memahami materi keragaman suku

bangsa dan budaya di Indonesia melalui metode pembelajaran Scramble

pada mata pelajaran IPS dikelas 5 MI Ma’arifNU Islamiyah Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditentukan tujuan penelitian

diantaranya, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran Scramble dalam

meningkatkan kemampuan memahami materi keragaman suku bangsa dan

budaya di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas 5 MI Ma’arif NU

Islamiyah Lamongan.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan memahami materi keragaman

suku bangsa dan budaya di Indonesia melalui metode pembelajaran

Scramble pada mata pelajaran IPS di kelas 5 MI Ma’arif NU Islamiyah

(17)

8

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Penelitian dilaksanakan agar menjadikan pembelajaran yang aktif, tidak

hanya aktif pada guru, tetapi siswa juga berperan langsung dalam

pembelajaran yang dilakukan, sehingga pembelajaran yang dilakukan

akan mudah diingat oleh siswa.

b. Siswa bisa mendapatkan suasana belajar baru yang lebih

menyenangkan sesuai dengan karakteristik mereka yang masih senang

bermain-main dan melakukan hal-hal yang mereka suka.

2. Bagi guru

a. Penelitian dilaksanakan agar dapat mengevaluasi pembelajaran yang

telah dilakukan, setelah guru dapat mengetahui masalah-masalah yang

terdapat di kelas, maka guru akan berusaha untuk memecahkan

permasalahan, sehingga pembelajaran akan lebih efektif.

b. Mendapatkan ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitian dan dapat

langsung diterapkan di sekolah terutama dalam proses pembelajaran.

Dengan menggunakan metode baru ini diharapkan mengurangi tingkat

(18)

9

3. Bagi sekolah

Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan bimbingan

dan pelatihan bagi guru - guru agar menggunakan metode Scramble untuk

diterapkan pada mata pelajaran lain.

4. Bagi peneliti

a. Dengan adanya penelitian tindakan kelas, akan memberikan

pengalaman yang sangat berharga buat peneliti, karena secara langsung

peneliti akan melihat keadaan kelas, dan mengetahui problematika yang

terdapat dikelas, sehingga dari penelitian itu, peneliti dapat belajar

sebagai bekal mengajar pada masa yang akan datang.

b. Menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang

bagaimana penggunaan metode Scramble sebagai salah satu metode

pembelajaran IPS.

c. Menjadi motivasi bagi mahasiswa bahwa proses pembelajaran tidak

hanya selalu menggunakan buku pegangan dan papan, tapi masih

banyak strategi ataupun metode lain yang dapat digunakan. Serta dapat

menambah perbendaharaan teknik bagi calon guru yang sebentar lagi

akan benar-benar terjun ke masyarakat untuk mengabdikan diri dengan

(19)

10

E. Tindakan Yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh

peneliti pada siswa kelas V dalam materi keragaman suku bangsa dan budaya

di indonesia yaitu dengan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami

materi menggunakan metode pembelajaranScramble.

Pada metode pembelajaranScramblediharapkan siswa mampu memahami

pada pokok pembahasan kenampakan alam dan buatan. Maka peneliti dalam

hal ini mengajak siswa agar mudah memahami atau menjawab pertanyaan yang

sulit melalui metode pembelajaran Scramble. Metode pembelajaran ini

memiliki langkah-langkah yang menyenangkan, menarik serta membangkitkan

antusias siswa dalam belajar.

Seperti yang telah dipaparkan di atas, alasan dipilihnya metode scramble

dalam penelitian ini, karena kondisi siswa yang terlihat bosan dan kurang

antusias dalam berpartisipasi selama pembelajaran. Pelajaran IPS masih sering

diterapkan oleh guru dengan teknik menghafal materi yang banyak, sehingga

siswa-siswi merasa jenuh dalam mengikutinya. Tidak hanya itu, cara guru

menerangkan yang masih menggunakan metode ceramah, membuat

siswa-siswi mengantuk.

Menghindari dari kegiatan pembelajaran yang semacam itu, maka

digunakanlah metode Scramble yang didalamnya menerapkan sebuah

pembelajaran yang menyenangkan. Scramble yang hakikatnya berbasis

(20)

11

dan memahami materi IPS terutama bab keragaman suku bangsa dan buaya di

indonesia.

Mata pelajaran IPS yang masih dianggap manusia awam dan juga siswa

sebagai materi yang sulit dengan kontek yang banyak dan berlembar-lembar

akan dipermudah dan disederhanakan sedemikian mudah dengan adanya

penerapan metode scramble. Pada materi keragaman suku bangsa dan budaya

di indonesia dan berangkat dari paparan diatas, lebih rincinya alasan

penggunaan metodescrambledalam penelitian ini adalah:

1. Materi keragaman suku bangsa dan budaya yang memiliki banyak konsep,

seperti nama suku bangsa, senjata tradisional, tarian daerah, lagu daerah.

Diharapkan dapat mempermudah siswa dalam mengingat dan memahami

tanpa menghafalkan.

2. Siswa-siswi MI Ma’arif NU Islamiyah yang merasa mengantuk, suka

berbicara dengan teman sebangku ketika guru menenrangkan, malas

menghafalkan dan bosan dengan metode pembelajaran non kreatif,

inovatif dan kurang menyenangkan. Adanya metode pembelajaran

scramble, sifat-sifat tersebut dapat terminimalisir. Karena hakikatnya

metode pembelaharan scramble melibatkan kedua otak kanan dan kiri

untuk memecahkan permasalahan seputar materi keragaman suku bangsa

(21)

12

F. Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

kelas V Madrasah Ibtida’iyah Ma’arifNU Islamiyah Lamongan dengan :

1. Subjek yang diteliti difokuskan pada siswa kelas V MI Ma’arif NU

Islamiyah Lamongan semester ganjil tahun ajaran 2016-2017.

2. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas

V semester ganjil materi kenampakan alam dan buatan dengan

menggunakan metode pembelajaranScramble.

3. Standar Kompetensi :

1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala

nasional pada masa Hindhu-Budha dan Islam, Keragaman kenampakan

alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia.

4. Kompetensi Dasar:

1.4 Menghargai keragaman suku bangssa dan budaya di Indonesia.

5. Indikator

1.4.1 Menjelaskan pengertian suku bangsa di Indonesia

1.4.2 Menyimpulkan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.

1.4.3 Menyebutkan suku-suku bangsa yang ada di Indonesia.

1.4.4 Menjelaskan pengertian budaya di Indonesia.

1.4.5 Mengklasifikasikan budaya-budaya yang terdapat di negara di

(22)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Memahami

1. Pengertian Kemampuan

Kemampuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari

kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat,

berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu

kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu

apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan juga

disebut dengan kompetensi.

Menurut Sudirman, kemampuan adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya pikiran dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Chaplin ability (kemampuan,

kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya

kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Menurut Robbins kemampuan

bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil

latihan atau praktek.

Adapula pendapat lain yang mendefinisikan kemampuan sebagai

kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam

(23)

14

dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran yang mengharuskan

siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.1

Kemampuan yang juga disebut sebagai kompetensi merupakan

perpaduan dari 3 domain pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik yang terbentuk dalam pola pikir dan tindak dalam

kehidupan sehari-hari. Atas dasar ini, kompetensi berarti pengetahuan,

keterampilan dan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian

dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif

dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Dari beberapa definisi kemampuan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan merupakan kesanggupan seseorang yang dimiliki baik

sejak lahir maupun atas dasar latihan dalam melakukan suatu hal, dimana

hal tersebut meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan

psikomotorik (keterampilan).

2. Hakikat Pemahaman

Memahami merupakan bentuk verbal (kata kerja) dari kata dasar

paham. Paham memiliki arti banyak mengetahui, pengetahuan dan pikiran,

serta menangkap suatu hal kemudian bisa menjelaskannya. Sedangkan

bentuk nominal (kata benda) dari paham ialah pemahaman. Pemahaman

1

(24)

15

menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari

materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman menurut Bloom ini apabila direlevansikan dengan

pembelajaran memiliki makna bahwa pemhaman adalah seberapa besar

siswa mampu menerima, menyerap, dan menangkap suatu materi yang

diberikan oleh guru, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta

mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan

berupa hasil penelitian atau pengalaman.2, dengan pemahaman siswa

diminta untuk membuktikkan bahwa ia memahami hubungan yang

sederhana diantara fakta ataupun konsep.3Pemahaman merupakan bagian

dari taksonomi kognitif (C2) setelah recognition (mengenal).

Menurut Carin dan Sund pemahaman adalah suatu proses yang terdiri

dari tujuh tahapan kemampuan, dan dikategorikan kepada beberapa aspek,

dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan

menginterpretasikan sesuatu; ini berarti seseorang yang telah

memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu

menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima kepada

orang lain.

2

Ahmad Susanto,Teori Belajar & Pembelajaran... ,6. 3

(25)

16

b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas

mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah

dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu

memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan

memadai.

c. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman

melibatkan proses mental yang dinamis.

d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing

tahap mempunyai kemampuan tersendiri, seperti, menterjemahkan,

menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi.

Menurut Sudijono, Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan

seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu

diketahui kemudian diingat. Dengan kata lain, memahami adalah

mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat

memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal

yang diketahuinya dengan bahasa sendiri.4

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui, dilihat, dirasakan, diingat

4

(26)

17

maupun didapat dari pengalaman. Dengan kata lain, memahami adalah

mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat

memberikan penjelasan atau memberikan uraian yang lebih rinci tentang

hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

3. Indikator Pemahaman

Dalam pembelajaran, pemahaman diartikan sebagai kemampuan siswa

dalam menangkap apa yang telah guru ajarkan kemudian mampu

menjelaskan kembali apa yang dia dapatkan tersebut. Dengan kata lain,

pemahaman merupakan hasil dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang

mengarahkan pada upaya pemberian pemahaman pada siswa adalah

pembelajaran yang mengarahkan agar siswa memahami apa yang mereka

pelajari.

Indikator pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman mengandung

makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan pengetahuan,

siswa belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam,

hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari

sesuatu yang dipelajari. Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak

hanya bisa menghafal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai

kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga

(27)

18

paham serta mampu memahmi suatu materi apabila dia memenuhi

beberapa indikator. Adapun indikator dari pemahaman itu sendiri meliputi:

a. Mengartikan

b. Memberikan contoh

c. Mengklasifikasi

d. Menyimpulkan

e. Menduga

f. Membandingkan

g. Menjelaskan.5

Dari beberapa indikator di atas, indikator yang digunakan dalam

memahami materi suku bangsa dan budaya di indonesia adalah guru

memberikan contoh, siswa menyimpulkan materi, dan siswa menjelaskan

materi yang diberikan sesuai kompetensi dasar.

4. Tingkatan-Tingkatan Pemahaman

Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang

mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta

fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hanya hafal

secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang

ditanyakan. Adapun tingkatan-tingkatan pemahaman dapat dibagi menjadi

tiga tingkatan, yaitu:

5

(28)

19

a. Pemahaman (komprehensi) terjemahan, seperti dapat menjelaskan arti

Bhinneka Tunggal Ika dan dapat menjelaskan fungsi hijau daun bagi

suatu tanaman.

b. Pemahaman komprehensi penafsiran, seperti dapat menghubungkan

bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat

menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau

dapat membedakan yang pokok dari yang bukan pokok.

c. Pemahaman komprehensi ekstrapolasi, dengan ekstrapolasi seseorang

diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis, atau dapat membuat

ramalan tentang konsekuensi sesuatu, atau dapat memperluas

persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, atau masalahnya. Bagi

siswa pendidikan dasar, dia dapat mengembangkan apa yang telah dia

lihat dengan sudut pandang dia sendiri. Memperluas pengetahuan dari

materi yang kontekstual menjadi yang tekstual.6

Meskipun tingkatan pemahaman dapat dipilah menjadi tiga

tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas antara

ketiganya tidaklah mudah. Penyusunan teks dapat membedakan item yang

susunannya termasuk sub-kategori, tetapi tidak perlu berlarut-larut

mempermasalahkan ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat

6

(29)

20

dibedakan antara pemahaman terjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi,

bedakanlah untuk kepentingan penyusunan soal tes hasil belajar.

Dalam taksonomi Bloom menyatakan bahwa dalam jenjang

pemahaman pada taksonomi kawasan kognitif meliputi perilaku

menerjemahkan, menafsirkan, menyimpulkan atau mengekstrapolasi

(memperhitungkan) konsep dengan menggunakan kata-kata atau

simbolsimbol lain yang dipilihnya sendiri. Dengan kata lain, pemahaman

meliputi perilaku yang menunjukkan perilaku peserta didik dalam

menangkap pengertian suatu konsep.

5. Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Pemahaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan

belajar siswa sebagai berikut:

a. Faktor Internal Merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta

didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini

meliputi : kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan,

sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik (kesehatan).

b. Faktor Eksternal Merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik

yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Keadaan keluarga sangat mempengaruhi keberhasilan

(30)

21

perilaku dalam kehiduapan sehari-hari peserta didik hingga

mempengaruhi hasil belajarnya.7

Menurut Dunkin dalam Wina Sanjaya menyatakan bahwa terdapat

sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran

dilihat dari faktor guru diantaranya:

a. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua

pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang

termasuk ke dalam aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru

termasuk suku, latar belakang budaya, dan adat istiadat.

b. Teacher training experience, meliputi pengalaman – pengalaman yang

berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru,

misalnya pengalaman latihan profesional, tingkat pendidikan, dan

pengalaman jabatan.

c. Teacher properties, segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang

dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru

terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan

kemampuan mereka baik kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran

termasuk didalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi

pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi.

Faktor yang sebagian penyebabnya hampir sepenuhnya tergantung

pada guru, yaitu: kemampuan, suasana belajar, dan kepribadian guru.

7

(31)

22

Belajar merupakan suatu proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan

kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.8

B. Metode PembelajaranScramble

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode (method) adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum,

seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Ia merupakan jawaban atas

pertanyaan “bagaimana”. Metode berasal dari bahasa Greeka, yaitu metha

yang berrati melalui, melewati dan hados berarti jalan atau cara. Dari

pengertian tersebut dapat diartikan bahwa metode ialah jalan atau cara yang

harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu.9

Wina sanjaya mengungkapkan bahwa metode adalah cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun secara optimal.10 Hal ini

berarti metode digunakan untuk merealisasikan kegiatan belajar mengajar

yang telah ditetapkan.

Menurut Abdurrahman Ginting, metode pembelajaran dapat diartikan

sebagai pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar

8

Rusman, Model–Model Pembelajaran(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2012) ,1.

9

Siti Umi Hanik, Strategi Dan Metode Pembelajaran Di Madrasah Aliyah, Tesis (Semarang: eprints.walisongo.ac.id, 2010) ,46-47.

10

(32)

23

pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar

terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.11Metode digunakan oleh

guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas

dimana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung.

Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak

tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang

bervariasi.12

Metode pembelajaran adalah upaya yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode digunakan untuk

merealisasikan strategi yang telah ditentukan. Penerapan satu strategi

pembelajaran memungkinkan untuk diterapkannya beberapa metode

pembelajaran. Sebagai contoh penerapan strategi discovery dapat

digunakan metode jigsaw, metode mind mapping, metode example non

example, metode problem solving dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran adalah sebuah perencanaan yang utuh dalam

menyajikan dan menyampaikan materi pembelajaran. Metode pembelajaran

merupakan wujud konkret dari adanya strategi yang telah dirancang oleh

11

Abdurrahman Ginting,Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran(Bandung: Humaniora, 2008) ,42.

12

(33)

24

guru dalam menerapkan dan menggiring peserta didiknya selam proses

belajar mengajar.

2. Pengertian Metode PembelajaranScramble

Istilah “Scramble” di pinjam dari bahasa inggris yang berarti

perbuatan, pertarungan, perjuangan.” Istilah ini digunakan untuk sejenis

permainan kata, dimana permainan menyususn huruf- huruf yang telah

diacak susunannya menjadi suatu kata yang tepat . Menurut Rober B.

Taylor dalam Miftahul Huda, Scramble merupakan salah satu metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir

siswa. Metode ini mengharuskan siswa untuk menggabungkan otak kanan

dan otak kiri. Dalam metode, mereka tidak hanya diminta untuk menjawab

soal, tetapi juga menerka dengan cepat jawaban soal yang sudah tersedia

namun masih dalam kondisi acak. Ketepatan dan kecepatan berpikir dalam

menjawab soal menjadi salah satu kunci permainan metode ini. Skor siswa

ditentukan oleh seberapa banyak soal yang benar dan seberapa cepat

soal-soal tersebut dikerjakan.13

Sedangkan Shoimin Aris berpendapat bahwa Scramble sebuah

model pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan jawaban dan

menyelesaikan permaslahan yang telah disediakan dengan cara

13

(34)

25

membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan

jawaban yang telah disediakan. Scramble diapakai untuk jenis permainan

anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan

wawasan pemikiran kosakata.14

Dari penjelasan beberapa ahli di atas,dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran scramble adalah salah satu metode pembelajaran

yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi siswa selama pembelajaran,

memudahkan siswa dalam menyerap dan memehami materi dengan

meminta siswa menjawab beberapa permasalahan dan jawaban

permasalahan sudah tersedia akan tetapi berupa jawaban acak.

3. Macam-Macam Metode PembelajaranScramble

Sesuai dengan sifat jawabannnya scramble terdiri atas

bermacam-macam bentuk, yakni:

a. Scramblekata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan

huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata

yang bermakna, misalnya: iptena–petani.

b. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari

kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat dan

14

(35)

26

bearn. Misalnya: pergi- aku-bus- ke- naik-Bandung = Aku pergi ke

bandung naik bus.

c. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis

berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya

logis dan bermakna.

Macam-macam Scramble yang digunakan dala penenlitian ini ialah

Scramble type kata, dimana susunan katanya disesuaikan dengan materi

keberagaman suku bangsa dan budaya di indonesia.

4. Langkah-langkah Metode PembelajaranScramble

Sintak atau langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam

menerapkan metode pembelajaran scramble dalam pembelajarannya ialah:

a. Guru menyajikan materi sesuai topik, misalnya guru menyajikan materi

pelajaran tentang “ keberagaman suku bangsa dan budaya”

b. Setelah selesai menjelaskan tentang keberagaman suku bangsa dan

budaya, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak

susunannya.

c. Guru memberi durasi tertentu untuk pengerjaan soal.

d. Siswa mengerjakan soal berdasarkan waktu yang telah ditentukan guru.

(36)

27

f. Jika waktu pengerjaan soal sudah habis, siswa wajib mengumpulkan

lembar jawaban kepada guru, dalam hal ini, baik siswa yang selesai

maupun tidak selesai harus mengumpulkan jawaban itu

g. Guru melakukan penilaian, baik di kelas maupun di rumah. Penilaian

dilakukan berdasarkan seberapa cepat siswa mengerjakan soal dan

seberapa banyak soal yang ia kerjakan dengan benar.

h. Guru memberi apresiasi dan rekognisi kepada siswa-siswa yang

berhasil dan memberi semangat kepada siswa yang belum cukup

berhasil menjawab dengan cepat dan benar.

Diatas merupakan langkah-langkaah dalam menerapkan metode

pembelajaran scramble metode scramble tentunya memerlukan sebuah

media agar bisa memudahkan guru dalam mengajarkan materi dan

menerapkan pembelajarannya. Adapun media yang perlu dipersiapkan

diantaranya:

a. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Buatlah jawaban yang diacak hurufnya.

c. Kemudian guru menerapkannya dengan cara: menyajikan materi sesuai

kompetensi yang ingin dicapai, guru membagikan lembar kerja sesuai

contoh, susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga meruapakan kata

(37)

28

Kolom A

1) Suku bangsa Batin, Kerinci, Penghulu merupakan suku bangsa yang ada

di provinsi ...

2) Uang ... saat ini banyak dipalsukan.

3) Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai...

4) Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai ...

5) Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing

disebut ...

Kolom B

1) ULBNGEKU... (Contoh: jawaban yang benar BENGKULU)

2) STARKE...

3) KISTRINI...

4) MINOLAN...

5) SRUK...

5. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran Scramble

Sebuah metode, model, pendekatan maupun strategi tentunya

memiliki sebuah kekurangan dan kelebihan. Karena dua hal tersebut

merupakan unsur hidup yang saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan,

lazimnya unsur yang lainnya. Adapun kelebihan dari metode pembelajaran

(38)

29

a. Menciptakan suasana belajar sambil bermain. Siswa dapat berkreasi

sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan

tidak membuat mereka stress atau tertekan.

b. Materi yang diberikan melalui salah satu model permainan biasanya

mengesankan dan sulit untuk dilupakan.

c. Sifat kompetitif dalam model ini dapat mendorong siswa

berlomba-lomba untuk maju.15

d. Melatih kedisiplinan siswa.

e. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal dengan jawaban acak.

Adapun kekurangan atau kelemahan dari metode pembelajaran

scramble adalah:

a. Siswa bisa saja mencontek jawaban temannya.

b. Siswa tidak dilatih untuk berpikir kreatif

c. Siswa menerima bahan mentah yang hanya perlu diolah dengan baik.16

C. Mata Pelajaran IPS

1. Hakikat Pembelajaran IPS

Istilah “ Ilmu Pengetahuan Sosial” atau disingkat IPS adalah nama

salah satu mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dimana didalamnya

memiliki kajian dan ruang lingkup bahasan ilmu sosial, humaniora dan

15

Shoimin Aris,68 Pembelajaran Inovatif Dalam...,168.

16

(39)

30

berbagai masalah sosial kehidupan. IPS adalah salah satu bahan kajian

terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi

yang kemudian diorganisasikan dari konsep-konsep sejarah, sosiologi,

antropologi dan ekonomi. Adanya mata pelajaran di sekolah dasar

mengharapkan agar para siswa dapat memiliki pengetahuan dan wawasan

tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki

kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta

memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial

tersebut.17

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “ pendidikan”

daripada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan

memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan

serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep

yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia

dengan lingkungannya.

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah

sebuah mata pelajaran yang berada di jenjang pensisikan dasar yang

disampaiakan oleh guru kepada siswa dan mengintegrasikan

konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial serta humaniora dengan

menggunakan metode, model, maupun strategi yang efektif dan efisien.

17

(40)

31

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, mata pelajaran IPS

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan

lingkungannya serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.18

b. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya.

c. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan

sosial.

d. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

e. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi

dalam masayarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

Adapun Nastional Council For The Social Studies (NCSS) sebagai

organisasi para ahli sosial menjadi sumber rujukan merumuskan tujuan

pembelajaran pegetahuan sosial yaitu mengembangkan siswa untuk

menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan

keterampilan memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi

18

(41)

32

dimana konten mata pelajarannya digali dan diseleksi berdasar sejarah dan

ilmu sosial, serta dalam banyak hal termasuk humaniora dan sains.

Kedua tujuan utama pembelajaran pengetahuan sosial tersebut, tidak

terpisahkan dan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, saling

berhubungan dan saling melengkapi. Pengetahuan sosial mempunyai peran

membantu dalam menyiapkan warga negara demokratis dengan

penanaman nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan didukung oleh

penguasaan disiplin ilmu-ilmu sosial.

Tujuan dari penelitian ini agar para siswa dapat memiliki

pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan

humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di

lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan

masalah-masalah sosial tersebut.19

3. Fungsi Pembelajaran IPS

Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang studi yang mempelajari,

menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial serta masyarakat dengan

meninjau dari berbagai aspek kehidupan dan perpaduan. Untuk

melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila

19

(42)

33

guru mengetahui dengan benar fungsi dan peranan mata pelajaran IPS.

Fungsi pembelajaran IPS menurut Ishack, yaitu:

a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsep-konsep

IPS.

c. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan

metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

d. Menyadarkan siswa akan kekuatan alam dan segala hal keindahannya

sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan

penciptaannya.

e. Memupuk daya kretaif dan inovatif siswa.

f. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang

ilmu pengetahuan dan teknologi.

g. Memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.

D. Materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia

1. Persebaran suku bangsa di Indonesia

Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa

mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan

dengan asal-usul dan kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan

(43)

34

dan kesenian yang sama. Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut,

wajah, dan bentuk badan. Ciriciri inilah yang membedakan satu suku

bangsa dengan suku bangsa lainnya.

Suku bangsa merupakan kumpulan kerabat (keluarga) luas. Mereka

percaya bahwa mereka berasal dari keturunan yang sama. Mereka juga

merasa sebagai satu golongan. Dalam kehidupan sehari-hari mereka

mempunyai bahasa dan adat istiadat sendiri yang berasal dari nenek

moyang mereka.

Dari mana nenek moyang bangsa Indonesia berasal? Ada yang

menyatakan penduduk indonesia berasal dari daratan Cina selatan, provinsi

Yunan sekarang. Ada juga teori ”Nusantara“ Mari kita bahas kedua teori ini.

Menurut teori pertama suku bangsa Yunan datang ke Indonesia secara

bergelombang. Ada dua gelombang terpenting.

a. Gelombang pertama terjadi sekitar 3000 tahun yang lalu. Mereka

pindah dalam periode ini kemudian dikenal sebagai rumpun bangsa

Proto Melayu. Proto Melayu disebut juga Melayu Polynesia. Rumpun

bangsa Proto Melayu terdiri dari Madagaskar hingga Pasifik Timur.

Mereka bermukim di daerah pantai. Termasuk dalam bangsa Melayu

Tua adalah suku bangsa Batak di Sumatera, Dayak di Kalimantan, dan

Toraja di Sulawesi.

b. Gelombang kedua terjadi sekitar 2000 tahun lalu, disebut Deutero

(44)

35

Melayu Tua ke pedalaman Nusantara. Termasuk bangsa Melayu Muda

adalah suku bangsa Jawa, Minangkabau, Bali, Makassar, Bugis dan

Sunda.

Menurut teori “Nusantara”penduduk Indonesia tidak berasal dari luar.

Teori didukung banyak ahli, seperti J.Crawfurd, K.Himly, Sutan Takdir

Alisjahbana, dan Gorys Keraf. Menurut ahli ini bangsa Indonesia (bangsa

Melayu) sudah memiliki peradaban yang tinggi pada abad ke-19 SM.

Taraf ini hanya dapat dicapai setelah perkembangan budaya yang lama.

Hal ini menunjukkan penduduk Indonesia tidak berasal dari mana-mana,

tetapi berasal dan berkembang di Nusantara.

Meskipun ada teori yang menyebutkan bahwa bangsa Indonesia

mempunyai nenek moyang yang sama, kenyataannya ada beraneka ragam

suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Tidak diketahui secara

pasti berapa jumlah suku bangsa di Indonesia. Diperkirakan ada 300

sampai 500 suku bangsa yang tinggal di Indonesia. Perbedaan jumlah ini

dikarenakan perbedaan para ahli dalam mengelompokkan suku bangsa.

Lalu apa yang menyebabkan terjadinya keragaman suku bangsa di

Indonesia? Keragaman suku bangsa di Indonesia antara lain disebabkan

oleh:

a. Perbedaan ras asal,

b. Perbedaan ras geografis,

(45)

36

d. Perkembangan daerah,

e. Perbedaan agama atau kepercayaan, dan

f. Kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri.

Dari factor-faktor diatas, factor ligkungan geografis dan kemampuan

adaptasi atau menyesuaikan diri sangat berpengaruh. Factor lingkungan

geografis yang menyebabkan keanekaragaman suku bangsa antara lain

sebagai berikut.

a. Negara kita berbentuk kepulauan. Penduduk yang tinggal di satu pulau

terpisah dengan dengan penduduk yang tinggal di pulau lain. Penduduk

tiap pualu mengembangkan kebiasaan dan adat sendiri. Dalam waktu

yang cukup lama akan berkambang menjadi kebudayaan yang berbeda.

b. Perbedaan bentuk muka bumi, seperti daerah pantai, dataran rendah, dan

pegunungan. Penduduk beradaptasi dengan kondisi geografis alamnya.

Adaptasi itu dapat terwujud dalam bentuk perubahan tingkah laku

maupun perubahan ciri fisik. Pendudukyang di daerah pegunungan

misalnya, akan berkomunikasi dengan suara yang keras supaya dapat di

dengar tetangganya. Penduduk yang tinggal di daerah pantai atau di

daerah perairan akan mengembangkan keahlian menangkap ikan, dan

sebagainya. Perubahan keadaan alam dan proses adaptassi inilah yang

menyebabkan adanya keanekaragaman suku bangsa di Indonesia.

Besar kecil suku bangsa yang ada di Indonesia tidak merata. Suku

(46)

37

Madura, Melayu, Bugis, Makassar, Minangkabau, Bali, dan Batak. Biasanya

suatu suku bangsa tinggal di wilayah tertentu dalam suatu provinsi di

Negara kita. Namun tidak selalu demikian. Orang Jawa, orang Batak, orang

Bugis, dan orang Minang misalnya, banyak yang merantau ke wilayah lain.

Tabel 2.1

Suku-Suku Bangsa Di Indonesia

No. Daerah Asal Suku Bangsa

1. Nangroe Aceh Darussalam Aceh, Gayo, Alas, Kluet, Taamiang, Singkil, Anak Jame, Simeleuw, dan pulau.

2. Sumatera Utara Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Fakfak, Batak Angkola, Batak Toba, Melayu Nias, Batak Mandiling, dan Maya-maya

3. Sumatera Barat Minangkabau, Melayu, dan Mentawi.

4. Riau Melayu, Akit, Talang Mamak, Orang

utan Bonai, Sahai dan Laut

5. Riau Kepulauan Melayu

6. Jambi Batin, Kerinci, Penghulu, Pedah,

Melayu, Jambi, Kubu

7. Bengkulu Muko-muko, Pekal, Serawai,

Pasemah, Enggano, Kaur, Rejang, Lembak

8. Sumatera Selatan Melayu, Kikim, Semenda, Komering, Pasemah, Lintang, Pegagah, Rawas, Sekak Rambang, Lembak, Kubu, Ogan, Penesek Gumay, Panukal, Bilida, Musi

9. Lampung Pesisir, Pubian, Sungkai, Semenda, Seputih, Tulangbawang, Krui Abung

10. Bangka Belitung Bangka

11. Banten Baduy, Sunda, Banten

(47)

38

13. Jawa Barat Sunda

14. Jawa Tengah Jawa

15. D.I. Yogyakarta Jawa

16. Jawa Timur Jawa, Madura, Tengger

17. Bali Bali

18. Nusa Tenggara Barat Bali, Sasak, Samawa, Mata, Dongo, Kore, Mbojo, Dompu, Tarlawi, Sumba

19. Nusa Tenggara Timur Sabu, Sumba, Rote, Kedang, Helong, Dawan, Tatum, Melus, Bima, Alor, Lie, Kemak, Lamaholot, Sikka, Manggarai, Krowe, Ende, Bajawa, Nage, Riung

20. Kalimantan Barat Kayau, Ulu Aer, Mbaluh, Manyuke, Skadeau, Melayu Pontianak

21. Kalimantan Tengah Kapuas, Ot Danum, Ngaju, Lawangan, Dusun, Maanyan, Ketingan

22. Kalimantan Selatan Ngaju, Laut, Maamyan, Bukit, Dusun, Deyah, Balangan, Aba 23. Kalimantan Timur Ngaju, Otdanum, Apokayan, Punan,

Murut

24. Sulawesi Selatan Mandar, Bugis, Toraja, Sa’dan, Bugis, Makassar

25. Sulawesi Tenggara Mapote, Mekongga, Landawe, Tolaiwiw, Tolaki, Kabaina, Butung, Muna, Bungku

26. Sulawesi Barat Mandar, Mamuju, Mamasa

27. Sulawesi Tengah Boul, Toli-toli, Tomini, Dompelas, Kaili, Kulawi, Lore, Pamona, Suluan, Mori, Bungku, Balatantak, Banggai

28. Gorontalo Gorontalo

(48)

39

30. Maluku Buru, Banda, Seram, Kei, Ambon

31. Maluku Utara Halmahera, Obi, Morotai, Ternate, Bacan

32. Papua Barat Mey Brat, Arfak

33. Papua Sentani, Dani, Amungme, Nimboran,

Jagai, Asmat, Tobati

2. Keanekaragaman Budaya di Indonesia

Di antara makhluk-makhluk hidup, hanya manusia yang menghasilkan

kebudayaan. Dengan akal budi yang dimilikinya, manusia membentuk

kebudayaan. Hal ini cocok dengan istilah kebudayaan itu sendiri. Istilah

budaya berasal dari kata Sansekerta, yaitu buddayah atau buddhi yang

berarti akal budi manusia.

Ada tiga bentuk kebudayaan, yaitu kebudayaan dalam bentuk gagasan,

kebiasaan, dan benda-benda budaya.

a. Kebudayaan yang berupa gagasan, antara lain ilmu pengetahuan, adat

istiadat, dan peraturan.

b. Kebudayaan yang berupa kebiasaan, antara lain cara mancari makan

(mata pencarian), tata cara pergaulan, tata cara perkawinan, kesenian, dan

bermacam-macam upacra tradisi.

c. Kebudayaan yang berupa benda adalah semua benda yang diciptakan

oleh manusia, seperti alat-alat keperluan sehari-hari, rumah, perhiasan,

(49)

40

Manusia menciptakan kebudayaan untuk bertahan hidup dan

memenuhi kebutuhannya. Selain itu, kebudayaan juga diciptakan untuk

mengolah alam agar bermanfaat untuk kehidupan manusia. Karena kondisi

lingkungan alam berbeda-beda, maka terjadilah keanekaragaman

kebudayaan.

3. Mengenal Keragaman Budaya di Indonesia

Wilayah Indonesia sangatlah luas. Lingkungan tempat tinggal

penduduk Indonesia juga bermacam-macam. Ada penduduk yang tinggal di

daerah pantai; ada yang tinggal di pegunungan; ada yang tinggal di daerah

dataran rendah; dan lain-lain. Maka tidak heran kalau terjadi beraneka

ragam kebudayaan di Indonesia. Keanekaragam budaya dapat dilihat dari

bermacam-macam bentuk rumah adat. Berikut ini beberapa contoh rumah

adat.

a. Rumah Balon (Sumatera Utara).

b. Rumah Gadang ( Minangkabau, Sumatera Barat).

c. Rumah Joglo (Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur).

d. Rumah Lamin (Kalimantan Timur).

e. Rumah Bentang (Kalimantan Tengah).

f. Rumah Tongkonan ( Sulawesi Selatan).

(50)

41

Setiap suku bangsa mempunyai adat istiadat. Adat istiadat itu

mengatur kehidupan bersama. Adat istiadat tercermin dalam pakaian adat,

berbagai upacara adat, seperti upacara kematian, perkawinan, kelahiran,

serta dalam tata pergaulan.

Pakaian adat dipakai dalam upacara-upacara adat. Namun, ada juga

pakaian adat yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh

pakaian adat yang ada di Indonesia.

a. Mitoni, Tedhak siti, Ruwatan, Kenduri, Grebegan (Suku Jawa).

b. Seren taun (Sunda).

c. Kasodo (Tengger)

d. Nelubulanin, Ngaben (Bali).

e. Rambo solok (Toraja)

Keberagaman kebudayaan di Indonesia juga tampak dalam kesenian

daerah. Ada bermacam-macam bentuk kesenian daerah. Berikut ini

beberapa bentuk kesenian daerah.

a. Musik dan Lagu daerah.

b. Tari-tarian Tradisional daerah.

c. Seni pertunjukkan tradisional.

d. Seni lukis, Ukir, Pahat, dan Anyaman tradisional.

(51)

42

Tabel 2.2

Lagu-Lagu Daerah Di Indonesia

No. Daerah Asal Judul Lagu

1. Nangroe Aceh Darussalam Piso, Surit

2. Sumatera Utara Lisoi, Sinanggar Tullo, Sing Sing So, Butet

3. Sumatera Barat Kambanglah Bungo, Ayam Den Lapeh, Mak Inang, Kampuang Nan Jauh di Mato

4. Riau Soleram

5. Sumatera Selatan Dek Sangke, Tari Tanggai, Gendis Sriwijaya

6. Jakarta Jali-jali, Kicir-kicir, Surilang

7. Jawa Barat Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Manuk Dadali, Sapu Nyere Pegat Simpai 8. Jawa Tengah Gundul-gundul Pacul, Gambang Suling,

Suwe Ora Jamu, Pitik Tukong, Ilir-ilir 9. Jawa Timur Rek Ayo Rek, Turi-turi Putih

10. Madura Karaban Sape, Tnaduk Majeng

11. Kalimantan Barat Cik Cik Periok

12. Kalimantan Tengah Naluya, Kalayar, Tumpi Wayu 13. Kalimantan Selatan Ampar Ampar pisang, Paris Barantai 14. Sulawesi Utara Si Patokaan, O Ina Ni Keke, Esa,

Mokan

15. Sulawesi Selatan Anging Mamiri, Ma Rencong, Pakarena 16. Sulawesi Tengah Tondok Kadadingku

17. Bali Dewa Ayu, Meyong-meyong,

Macepet-cepetan, Janger, Cening Putri Ayu

18. NTT Desaku, Moree, Pai Mura Rame, Tutu

Koda, Heleleu Ala De Teang

19. Maluku Kole-kole, Ole Sioh, Sarinande, Waktu Hujan Sore-sore, Ayo Mama, Huhatee

20. Papua Apuse, Yamko Rambe Yamko

Tari-tarian daerah yang ada di Indonesia sebagai berikut.

Tabel 2.3

Tari-Tari Daerah Di Indonesia

No. Daerah Asal Nama Tarian

1. Nangroe Aceh Darussalam Tari Seudati, Saman, Bukat

(52)

43

3. Sumatera Barat Tari Piring, Payung, Tabuik

4. Riau Tari Joget Lambak, Tandak

5. Sumatera Selatan Tari Kipas, Tanggai, Tajak

6. Lampung Tari Melinting, Bedana

7. Bengkkulu Tari Adum, Bidadari

8. Jambi Tari Rangkung, Sekapur Sirih

9. Jakarta Tari Yapong, Serondeng, Topeng

10. Jawa Barat Tari Jaipong, Merak, Patilaras

11. Jawa Tenggah-Yogyakarta Tari Bambangan Cakil, Enggot-enggot, Bedaya, Beksan

12. Jawa Timur Tari Reog Ponorogo, Remong

13. Bali Tari Legong, Arje, Kecak

14. Nusa Tenggara Barat Tari Batunganga, Sampari 15. Nusa Tenggara Timur Tari Meminang, Perang

16. Kalimantan Barat Tari Tandak Sambas, Zapin Tembung 17. Kalimantan Timur Tari Hudog, Belian

18. Kalimantan Tengah Tari Balean Dadas, Tambun 19. Kalimantan Selatan Tari Baksa Kembang 20 Sulawes Selatan Tari Kipa, Gaurambuloh 21. Sulawesi Tenggara Tari Balumba, Malulo 22. Sulawesi Tengah Tari Lumense, Parmote 23. Sulawesi Utara Tari Maengket

24. Maluku Tari Nabar Ilaa, Perang

25. Papua Tari Perang, Sanggi

Contoh seni pertunjukkan tradisional yang ada di Indonesia sebagai berikut.

Tabel 2.4

Kesenian-Kesenian Daerah Di Indonesia

No. Daerah Asal Nama Seni Pertunjukkan

1. Banten Debus

2. DKI Jakarta Ondel-ondel, Lenong

3. Jawa Barat Wayang Golek, Rudat, Banjet, Tarling, Degung

4. Jawa Tengah Wayang Kulit, Kuda Lumping, Wayang Orang, Ketoprak, Srandul, Opak Alang, Sintren

5. Jawa Timur Ludrug, Reog, Wayang kulit

6. Bali Wayang Kulit, Janger

7. Riau Makyong

(53)

44

Selain hasil kesenian yang sudah disebutkan di atas, suku-suku

bangsa di Indonesia juga mempunyai hasil karya seni dalam bentuk benda.

Karya seni yang dihasilakan oleh seniman-seniman dari berbagai suku bangsa

yang ada di Indonesia, antara lain seni lukis, seni pahat, seni ukir, patung, batik,

anyaman, dan lain-lain.20

20

(54)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang

dilakukan dalam menyelidiki suatu masalah untuk mencari bukti, validitas dan

kebenaran dalam penelitian tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Sumadi

Suyabrata, penelitian dilakukan karena ada hasrat ingin tahu manusia yang

berawal dari kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya baik alam besar

maupun kecil.1

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikemukakan bahwa, metode

penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan

suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

pendidikan.2

Metode penelitian yang digunakan adalah classroom action research

atau penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu

agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di

1

Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian Pendidikan(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) ,2. 2

(55)

46

kelas secara lebih profesional, efisien dan efektif.3Penelitian tindakan kelas ini

memadukan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: a)

perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan

d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat tahapan tersebut dipandang sebagai

siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Siklus PTK Model Kurt Lewin

3

H.M Basrowi,dkk,Prosedur Penelitian Tindakan Kelas(Bogor: Ghalia Indonesia, 2008) ,26.

PERENCANAAN

PENGAMATAN

REFLEKSI PELAKSANAAN

REFLEKSI

PERENCANAAN

PENGAMATAN

PELAKSANAAN

SIKLUS I

(56)

47

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam bentuk PTK tersebut

membentuk suatu siklus PTK. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin

diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan

berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang

berhasil di siklus pertama.

Siklus ketiga, dilaksanakan karena siklus kedua belum mengatasi

masalah, begitu juga silkus-siklus berikutnya. Sebelum melakukan PTK,

peneliti melakukan observasi awal untuk melakukan identifikasi masalah.

Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasi PTK di rumuskan

dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut yang sesuai dengan model Kurt

Lewin.4

1. Menyusun perencanaan (Planning). Pada tahap ini, kegiatan yang harus

dilakukan adalah [1] membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

[2] mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di

kelas; [3] mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan.

2. Melaksanakan tindakan (Acting). Pada tahap ini yaitu melaksanakan

tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual,

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

4

(57)

48

3. Melaksanakan pengamatan (Observing). Pada tahap ini yang harus

dilakukan adalah [1] mengamati perilaku peserta didik dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran; [2] memantau kegiatan diskusi/ kerja sama anta

peserta didik dalam kelompok; [3] mengamati pemahaman setiap peserta

didik terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah dirancang sesuai

tujuan PTK.

4. Melakukan refleksi (Reflecting). Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah

[1] mencatat hasil observasi; [2] mengevaluasi hasil observasi; [3]

menganalisis hasil pembelajaran; [4] mencatat kelemahan-kelemahan untuk

dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan

PTK dapat tercapai.

B. Setting Penelitian dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di MI Ma’arif NU Islamiyah

Lamongan yang berlokasi di Desa Kendal Kecamatan Sekaran Kabupaten

Lamongan.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V semester

Ganjil tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 siswa, terdiri dari 11

siswi dan 9 siswa. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, subjek

(58)

49

yang dijadikan objek penelitian adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial kelas V dengan materi keragaman suku bangsa dan budaya di

indonesia.

C. Variabel yang Diselidiki

Variabel merupakan segala sesuatu yang dijadikan objek dalam suatu

penelitian.5 Variabel-variabel yang dijadikan titik incar untuk menjawab

permasalahan yang dihadapi yaitu:

1. Variabel input : Siswa-Siswi kelas V MI Ma’arifNU Islamiyah

Lamongan

2. Variabel proses : Yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

dengan menggunakan metode pembelajaranscramble.

3. Variabel output : Peningkatan kemampuan memahami.

D. Rencana Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi awal, guru dan peneliti secara kolaboratif

merencanakan tindakan. Adapun langkah-langkah perencanaan tindakan

meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Pra Siklus

Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah

mengidentifikasi masalah dengan melakukan pengamatan, yakni dengan

5

Gambar

 Tabel 2.1Suku-Suku Bangsa Di Indonesia
 Tabel 2.2Lagu-Lagu Daerah Di Indonesia
Tabel 2.4 Kesenian-Kesenian Daerah Di Indonesia
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kurt Lewin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi keragaman suku bangsa dan budaya melalui penerapan metode guided note taking pada siswa kelas V SDN

The Power Of Two dalam meningkatkan pemahaman materi keragaman suku bangsa dan budaya mata pelajaran IPS di kelas VA MI Nurul Huda Leran, Manyar-Gresik, 2) Untuk mengetahui

Tingkat pemahaman siswa kelas V-A MINU Plus Islamiyah terhadap mata pelajaran IPS materi penjajahan bangsa Eropa di Indonesia masih kurang. Hasil pre- test yang dilakukan pada pra

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan kolaborasi model pembelajaran ROPES dengan Scramble yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ips

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di dengan menggunakan model pembelajaran Scramble di kelas V SDN 101777 Saentis

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Peranan Pendidikan Kepramukaan dalam Aktualisasi Kedisiplinan Siswa kelas IV dan V MI Al

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui media yang efektif untuk pembelajaran di sekolah inklusif MI Ma‟arif Sidomulyo Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen; (2)

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media benda konkret dalam pembelajaran IPA kelas V di MI Ma’arif NU Penaruban Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran