• Tidak ada hasil yang ditemukan

“KONSULTING” DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL KINERJA MANAJEMEN PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG DARMO SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“KONSULTING” DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL KINERJA MANAJEMEN PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG DARMO SURABAYA."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

KONSULTING

DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL

KINERJA MANAJEMEN PT. BANK MUAMALAT INDONESIA

CABANG DARMO SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

M. Dliyaul Muflihin

NIM. C04212068

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)

“KONSULTING” DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL

KINERJA MANAJEMEN PT. BANK MUAMALAT INDONESIA

CABANG DARMO SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Ekonomi Syariah

Oleh:

M. DLIYAUL MUFLIHIN

NIM: C04212068

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan judul

“Konsulting dan Dampaknya Terhadap Hasil Kinerja Manajemen PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Darmo Surabaya”. Penelitian ini ditujukan untuk

menjawab rumusan masalah, yaitu: Bagaimana implementasi konsulting di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Darmo Surabaya? dan Bagaimana dampak konsulting terhadap hasil kinerja manajemen PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Darmo Surabaya?

Data penelitian ini terhimpun dari wawancara secara langsung dengan auditor internal PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Darmo Surabaya serta data laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia selanjutnya dianalisis dengan metode analisis deskriptif analisis.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Dampak konsulting terhadap

hasil kinerja ditunjukkan oleh rasio Return on Assets (ROA), Return on Equity

(ROE), Non Performing Finance (NPF), Financing Deposit Ratio (FDR), dan

Rasio Efisiensi Operasional (REO). diperoleh hasil bahwa konsulting ini

berdampak positif pada rasio Return on Equity (ROE), Non Performing Finance

(NPF), Financing Deposit Ratio (FDR), dan Rasio Efisiensi Operasional (REO).

Sedangkan pada rasio Return on Assets (ROA) konsulting berdampak negatif. Dari hasil kesimpulan tersebut hendaknya aktivitas konsulting ini lebih dipublikasikan melalui diklat-diklat dan pelatihan-pelatihan agar audit dengan konsulting ini lebih dikenal dan digunakan sebagai metode baru.

Kata Kunci : Konsulting, Kinerja Menejemen

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

(8)

4. Area Jelajah internal Audit... 31

5. Sepuluh Standar Auditing... 35

6. Tanggung Jawab dan Peranan Auditor Internal ... 37

7. Proses Audit ... 41

8. Kode Etik Auditor ... 49

9. Audit Untuk Perbankan... 52

B. Laporan Keangan ... 54

1. Laporan Keuangan ... 54

2. Analisa Laporan Keuangan Komparatif ... 56

3. Analisis Rasio dan Kinerja... 59

4. Rasio Keuangan Bank Syariah di Indonesia ... 61

BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG DARMO SURABAYA A. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia ... 68

1. Sejarah Berdirinya PT. Bank Muamalat Indonesia ... 68

2. Visi dan Misi PT. Bank Muamalat Indonesia ... 71

3. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas... 71

4. Produk dan Aplikasi Akad ... 84

B. Audit Internal PT. Bank Muamalat Cabang Darmo Surabaya ... 88

1. Fungsi Audit Internal PT. Bank Muamalat Muamalat Cabang Darmo Surabaya ... 88

2. Konsulting Dalam Audit Internal ... 92

(9)

C. Laporan Keuangan PT. Bank Muamalat Cabang Darmo

Surabaya... 96

BAB IV: ANALISIS “KONSULTING DAN DAMPAKNYA TERHADAP

HASIL KINERJA MANAJEMEN BANK MUAMALAT

INDONESIA CABANG DARMO SURABAYA

A. Implementasi Konsulting di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang

Darmo Surabaya ... 100

B. Dampak Konsulting Terhadap Kinerja Manajemen PT. Bank

Muamalat Indonesia Cabang Darmo Surabaya ... 104

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan... 112 B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR

GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMI Cabang Darmo Surabaya... 72

Gambar 4.2 Return On Assets (ROA) ... 105

Gambar 4.3 Return On Equity (ROE)... 106

Gambar 4.4 Non Performing Finance (NPF) ... 108

Gambar 4.5 Financing Deposit Ratio (FDR)... 109

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dan perkembangan ekonomi telah membuat persaingan usaha

semakin kompetitif. Begitupun dalam dunia perbankan. Munculnya perbankan

syariah pada era sekarang menjadi saingan baru perbankan konvensional, ini

membuat industri perbankan memiliki kegiatan usaha dan transaksi yang semakin

beragam. Keberagaman tersebut menimbulkan industri perbankan dihadapakan

pada risiko yang semakin kompleks, karena banyaknya persaingan antara bank

satu dengan lainnya. Maka dari itu, perbankan diwajibkan untuk meningkatkan

manajemen risikonya dengan tujuan untuk meningkatkan tata kelolah bank yang

baik.

Risiko dalam perbankan merupakan suatu kejadian potensial. Baik yang

dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan

(unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan

bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan

dikendalikan. Oleh karena itu, sebagai lembaga perbankan pada umumnya, bank

syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat

(13)

2

risiko yang timbul dari kegiatan usaha atau yang biasa disebut sebagai manajemen

risiko.1

Manajemen risiko tersebut digunakan untuk meminimalisir

masalah-masalah seperti pembiayaan macet, pembobolan bank, serta permasalah-masalahan-

permasalahan-permasalahan yang lain yang dapat mempengaruhi reputasi dan kualitas

perbankan. Kasus-kasus tersebut timbul dikarenakan dari lemahnya kontrol

terhadap sistem manajemen yang sudah berjalan. Oleh karena itu, bank syariah

memerlukan serangakaian prosedur yang dapat mengantisipasi masalah-masalah

seperti yang telah disebutkan.

Selain itu juga diperlukan seorang audit untuk meminimalisir risiko-resiko

yang akan terjadi. Garis besar dari teori audit adalah Pengawasan atau

pemeriksaan, Kedua kata tersebut merupakan proses dimana kualitas kontrol dan

operasi perbankan dapat dinilai. Seorang auditor dapat mengawasi

kegiatan-kegiatan entitas dalam prosedur yang terpisah. Mereka mengumpulkan bukti

aktivitas yang dilakukan di dalam perusahan dengan menguji bukti tersebut,

kemudian mengkomunikasikan kekuatan dan kelemahannya kepada manajemen.

Audit menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

nomor PER/05/M.PAN/03/2008 disebutkan bahwa : “Proses identifikasi masalah,

analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan

profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan,

1 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, ed. 4 (Jakarta: Raja Grafindo

(14)

3

kredibilitas, efektifitas dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi

instansi pemerintah”.2

Sedangkan Sukrisno Agoes3 mendefinisikan auditing adalah: ”Suatu

pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang

independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen,

beserta catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Sedangakan menurut pengertian yang lain mengatakan bahwa auditing

yaitu suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa

ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada

pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh yang kompeten

dan independen.4

kegiatan audit adalah manifestasi dari pelaksanaan dan

pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola keuangan dan operasionalnya,

mengapa harus dilakukan audit atas laporan keuangan, laporan operasional, dan

laporan-laporan lainnya ?. Alasannya karena: (1) pengguna informasi, yaitu

pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) tidak mempunyai kemampuan atau

kesempatan untuk mereview keseluruhan kegiatan dan nilai substantifnya,

dan/atau (2) tidak memiliki akses langsung untuk menilai kredibilitas manajemen,

2 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Standar Audit Aparat Pengawasan Internal

Pemerintah (APIP), 2008. 5

3 Sukrisno Agoes, Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik (Jakarta:

Salemba empat, 2014). 4

4 Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Auditing: Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksa Akuntan

(15)

4

melainkan hanya bisa percaya melalui review kritis terhadap laporan yang telah

disajikan. Karena itu, perlu diaudit oleh auditor internal guna mengantisipasi

kemungkinan salah saji material dan menambah atau menjamin derajat

kredibilitasnya.5

Sejauh yang dipahami banyak orang, bahwa internal audit identik dengan

sebutan watchdog alias polisi perusahaan, namun justru menjadi peran yang

paling ironis. Internal audit memang diposisikan sebagai unit kerja yang memiliki

independensi (yang terkadang bahkan tidak masuk dalam garis struktural, yaitu

secara fungsional diposisikan langsung di bawah business owner atau top

executive), hanya saja terkesan tidak banyak kerja kecuali untuk satu hal: Mewaspadai gelagat “orang dalam” yang berniat usil dan menunggu adanya

pengaduan agar mengurusi “oknum bermasalah” (yang berniat melakukan

kecurangan serta tindakan yang merugikan perusahan). Padahal begitu banyak

critical point di internal yang mengandung risiko potensial/pengendalian yang

belum tersentuh SOP tertulis yang ada, yang oleh pelaksanan teknis dalam

rutinitas mereka cenderung diabaikan.6 Dari istilah watchdog diatas, diketahui

bahwa audit internal mempunyai kesan sebagai pencari kesalahan manajemen

(auditee). Dikarenakan perannya sebagai pemeriksa manajemen perusahaan, maka

hal itu akan membuat posisi auditor menjadi berlawanan dengan manajemen.

Meskipun audit internal diistilahkan dengan watchdog (polisi perusahaan),

itu tidak lepas dari tujuan audit itu sendiri. Tujuannya antara lain untuk menjaga

dan mengamankan harta milik perusahaan dari penyimpangan-penyimpangan baik

(16)

5

dari pihak intern maupun oleh ekstern, untuk memajukan efisiensi dan efektivitas

usaha yang dilakuakannya, mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

(management policies), serta untuk menjaga agar tercapainya management

information system yang baik.7

Seiring dengan kemajuan audit internal, perubahan dunia organisasi yang

semakin kompleks, ditambah lagi dengan persaingan dan perkembangan teknologi

informasi, audit internal dituntut untuk dapat berperan dengan peran yang lebih

komplek lagi, terutama untuk peningkatan organisasi.

Kemajuan audit internal juga diimplementasikan dalam dunia perbankan

syariah. Penerapannya pun kini menggunakan aktivitas konsulting. Kemajuan

tersebut dikarenakan adanya perubahan pada kebutuhan organisasi, teknologi,

teori, komunikasi, dan kompleksitas atas aktivitas dan sistem organisasi. Tentunya

aktivitas konsulting tersebut akan berdampak pada sektor-sektor di perbankan

tersebut yang semua itu ditujukan untuk pengembangan tata kelola manajemen

yang lebih baik.8

Tujuan adanya aktivitas konsulting tersebut adalah untuk komunikasi

intens antara auditee dengan auditor internal yang ada di perbankan. Dengan

demikian audit internal mampu menjalin kerjamasa dan bisa bersinergi dengan

auditee melalui aktivitas konsulting. Disamping itu juga, dengan menjadi

konsultan, auditor bisa memberikan masukan-masukan serta saran (advice) yang

7 Teguh Pudjo Mulyono, Bank Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Intern Bank (Jakarta: Djambatan,

1999). 3

8

(17)

6

membangun sistem yang sudah berjalan. Karena ini berdampak kepada kedua

belah pihak, yaitu auditor dan auditee.9

Adapuan contoh teknik konsulting ini adalah ketika auditee menemukan

suatu permasalahan atas nasabah yang menjadi tanggung jawabnya, maka

permasalahan itu harus dikonsultasikan kepada auditor internal agar mendapatkan

rekomendasi solusi terbaik. Sehingga permasalahan tersebut tidak akan menjadi

temuan audit. Seiring dengan itu, aktivitas konsulting seperti di atas juga

memudahkan auditor untuk mendapatkan data atas masalah yang dikonsultasikan

oleh auditee kepada auditor. Dari aktivitas konsulting ini juga build-in control

tidak akan terputus, dan dari aktivitas ini pula auditor dituntut untuk terus

melakukan peningkatan pengetahuan tentang audit dan manajemen perusahaan10.

Aktivitas konsulting inilah yang diterapkan oleh audit internal di PT. Bank

Muamalat Indonesia Cabang Darmo Surabaya. Aktivitas konsulting yang

dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Darmo Surabaya bersifat

temporal yaitu sesuai dengan kebutuhan, bila ada permasalahan yang sulit

ditemukan jalan keluar, maka dikonsultasikan kepada auditor. Tentunya dari

aktivitas konsulting tersebut berdampak terhadap hasil kinerja manajemen di PT.

Bank Muamalat Indonesia Cabang Darmo Surabaya.

Adapaun dampak dari kinerja manajemen adalah “auditor tidak kesulitan

untuk memperoleh data yang akan diperiksa, karena dengan aktivitas konsulting

ini auditee akan menyerahkan data-datanya sendiri, sikap auditee kepada auditor

juga lebih humanis dan tidak ada permusuhan. Karena kalau tidak ada aktivitas

9

Ibid.

(18)

7

konsulting, maka itu akan kembali ke sistem audit yang dahulu yang terkenal

dengan istilah pencari kesalahan pegawai. Sehingga ada permusuhan antara

auditor dengan auditee sampai permusuhan tersebut terbawa di kehidupan

sehari-hari”.11

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan tersebut, penulis mengangkat

KONSULTING” DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA DI PT.

BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG DARMO SURABAYA sebagai

judul untuk penelitian ini. Judul tersebut dipilih dengan tujuan untuk mengetahui

konsulting dan dampaknya terhadap kinerja keuangan di PT. Bank Muamalat

Indonesia Cabang Darmo Surabaya.

Penelitian ini menggunakan PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Darmo

Surabaya sebagai pengambilan data primer, dikarenakan aktivitas konsulting ini

dipraktikkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia. Dan diharapkan dari penelitiaan

ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi

pembaca.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah, antara lain:

1. Kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang auditor.

2. Penerapan audit internal pada perbankan.

3. Penerapan konsulting terhadap kinerja manajemen.

(19)

8

4. Dampak konsulting terhadap hasil kinerja manajemen.

Setelah diidentifikasi ada beberapa masalah yang timbul, agar penelitian

ini lebih terarah dan terfokus dan bisa mendalami permasalahan serta menghindari

penafsiran yang berbeda pada konsep dalam penelitian, sehingga dibutuhkan

adanya batasan masalah. Maka masalah dibatasi pada penerapan konsulting

terhadap kinerja manajemen dan keuangan dan dampak konsulting terhadap

kinerja manajemen dan keuangan di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang

Darmo Surabaya.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi konsulting di PT. Bank Muamalat Indonesia

Cabang Darmo Surabaya ?

2. Bagaimana dampak konsulting terhadap hasil kinerja manajemen PT. Bank

Muamalat Indonesia Cabang Darmo Surabaya ?

D. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang telah disusun dalam perumusan masalah,

penelitian ini dimaksudkan untuk:

1. Mengetahui implementasi konsulting di PT. Bank Muamalat Indonesia

Cabang Darmo Surabaya.

2. Mengetahui dampak konsulting terhadap hasil kinerja manajemen PT. Bank

(20)

9

E. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan diatas, diharapkan dari hasil penelitian ini

dapat diperoleh manfaat, antara lain:

1. Bagi instansi, dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan

bagaimana model penerapkan audit yang baik yang ingin dijalankan sebagai

upaya mengevaluasi implementasi audit internal dalam meningkatkan

efektivitas dan efisiensi guna meningkatkan kinerja perusahaan, salah satunya

dengan menambahkan aktivitas konsulting.

2. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman atau

refrensi yang berguna dalam melakukan penelitian lebih lanjut dan juga dapat

menambah wawasan khasanah pustaka bagi yang berminat mendalami

pengetahuan dengan pendekatan audit dengan aktivitas konsulting. Serta

untuk mengetahui lebih lanjut tentang keberadaan audit tersebut dengan

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

3. Bagi penulis, diharapkan memberi tambahan ilmu pengetahuan, dan wawasan

tentang audit internal di perbankan syariah.

F. Kajian Pustaka

Adapun penelitian terdahulu mengenai audit berbasis konsulting ini belum

banyak ditemukan, karena penelitian audit berbasis konsulting ini tergolong masih

sangat baru di Indonesia. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Arifiningtiyas Widyaningrum dengan judul

(21)

10

Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Perusahaan Perbankan

Yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2013), dengan rumusan masalah: (1)

Bagaimana pengaruh audit internal terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan? (2) Bagaimana pengaruh intellectual capital terhadap kinerja

keuangan perusahaan perbankan? (3) Bagaimana pengaruh Good Corporate

Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan? (4) Bagaimana

pengaruh audit internal, intellectual capital, dan good corporate governance

secara simultan terhadap kinerja keuangan perbankan?.12 Adapun hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa audit internal tidak berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan nilai ß = 0,040

dan p-value sebesar 0,278 (0,278 > 0,05). Intellectual capital berpengaruh

positif terhadap kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dengan nilai ß =

0,777 dan pvalue sebesar 0,035 (0,035 < 0,05). Good corporate governance

berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaanyang ditunjukkan

dengan nilai ß = 0,202 dan p-value sebesar 0,037 (0,037 < 0,05). Audit

internal, intellectual capital dan good corporate governance secara simultan

tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan

dengan nilai ß = 0,121 dan pvalue sebesar 0,262 (0,262 > 0,05). Yang

membedakan dari penelitian ini adalah jenis penelitian dan variabel penelitian,

jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan variabelnya menggunakan

3 variable. Sedangakan penelitian yang sekarang adalah penelitian kualitatif

dan menggunakan 2 variable.

12 Arifiningtiyas Widyaningrum, Pengaruh Audit Internal, Intellectual Capital, dan Good

(22)

11

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Caya Putri yang berjudul Pengaruh

Manajemen Risiko Perbankan dan Penerapan Audit Internal Terhadap

Kebijakan Pemberian Kredit dengan rumusan masalah: (1) apakah terdapat

pengaruh signifikan penerapan manajemen risiko perbankan terhadap

kebijakan pemberian kredit? (2) apakah terdapat pengaruh signifikan

penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit? (3) apakah

penerapan manajemen risiko perbankan dan audit internal berpengaruh secara

simultan terhadap kebijakan pemberian kredit?.13 Adapun hasil ini adalah

penerapan manajemen resiko, penerapan audit internal berpengaruh signifikan

terhadap kebijakan pemberian kredit. Yang membedakan dengan penelitian

sekarang adalah variable penelitian dan jenis penelitiannya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Toky Yuliantama yang berjudul Pergeseran

Paradigma Audit Internal Tradisional Menjadi Audit Internal Yang

Memberikan Nilai Tambah Bagi Organisasi (Studi Kasus Pada PT.

Telekomunikasi Indonesia. Tbk.) dengan rumusan masalah: (1) Apakah unit

internal audit PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan audit internal

yang memberikan nilai tambah bagi organisasi? (2) Apa sajakah aktivitas audit

internal yang secara dominan berkontribusi untuk membangun sebuah profil

13 Ika Caya Putri, Pengaruh Manajemen Risiko Perbankan dan Penerapan Audit Internal

(23)

12

audit internal yang memberikan nilai tambah bagi organisasi?.14 Dengan hasil

penelitiannya yaitu audit internal PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Merupakan audit internal yang memberikan nilai tambah melalui aktivitasnya.

Profil audit internal bernilai tambah ini dikuatkan oleh aktivitas audit internal

melalui aspek relasi dengan manajemen, lingkup audit, dan nilai tambah audit

internal bagi manajemen. Tiga aspek yang telah disebutkan tadi merupakan

bagian dari enam atribut nilai tambah audit internal. Keenam atribut saling

bersinergi sehingga membentuk unit audit internal yang bernilai tambah. Yang

membedakan dengan penelitian sekarang adalah jenis penelitiannya yaitu

penelitian kuantitatif, serta perbedaan yang lain adalah variabel dan objeknya.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Juaenatis Sariah dengan judul Analisis

pengaruh peran komite audit dan pengendalian intern terhadap kinerja

keuangan (studi empiris beberapa perusahaan) dengan rumusan masalah

sebagai berikut: (1) Apakah komite audit berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja keuangan? (2) Apakah Pengendalian intern berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja keuangan? (3) Apakah komite audit dan

pengendalian intern berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

keuangan?.15 Dengan hasil penelitiannya yaitu menunjukkan bahwa peran

komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadapa kinerja

14 Toky Yuliantama, Pergeseran Paradigma Audit Internal Tradisional Menjadi Audit Internal

Yang Memberikan Nilai Tambah Bagi Organisasi (Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk.) (Semarang: Universitas Diponegoro, 2011).

15 Juaenatis Sariah, Analisis Pengaruh Peran Komite Audit dan Pengendalian Intern Terhadap

(24)

13

keuangan perusahaan, sedangkan pengendalian intern mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadapa kinerja keuangan perusahaan. Hasil uji parsial

menunjukkan bahwa nilai signifikan dari variabel komite audit adalah 0,256 da

pengendalian intern adalah 0,000. Yang membedakan dengan penelitian

sekarang yaitu variabel dan jenis penelitiannya menggunakan penelitian

kuantitatif.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Kautsar dengan Judul Pengaruh

Audit Internal Terhadap Penilaian Kinerja Pegawai (Suatu Studi pada Perum

Perumnas Regional IV Bandung). Dengan rumusan masalah: (1) Bagaimana

pelaksanaan audit internal pada Perum Perumnas Regional IV? (2) Bagaimana

penilaian kinerja pegawai pada Perum Perumnas Regional IV? (3) Seberapa

besar pengaruh audit internal terhadap penilaian kinerja pegawai?.16 Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memberikan

jawaban setuju terhadap pernyataan dalam kuisioner pada variabel X (audit

internal) dan variabel Y (penilaian kinerja). Ini berarti pelaksanaan audit

internal dan penilaian kinerja dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan dari

analisis verifikatif, nilai t hitung (22.046) lebih besar dari pada t tabel (2,01)

sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif antara audit internal

terhadap penilaian kinerja pegawai pada Perum Perumnas Regional IV

Bandung dan koefisien determinasinya sebesar sebesar 91.01%. Sedangkan

sisanya yang 8.99% dipengaruhi oleh faktor lain diluar audit internal. Dapat

16 Muhammad Kautsar, Pengaruh Audit Internal Terhadap Penilaian Kinerja Pegawai (Suatu

(25)

14

dikatakan bahwa audit internal sangat berpengaruh terhadap penilaian kinerja

pegawai di Perum Perumnas Regional IV Bandung.

G. Pendekatan Teori

Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori yang mencakup hal-hal

yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian, adapun teori yang

mendasarinya adalah teori keagenan, teori audit internal dan teori tentang kinerja

keuangan.

1. Teori Audit Internal

Adapun pengertiannya adalah ”Suatu pemeriksaan yang dilakukan

secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan pembukuan

dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.17 Jadi tugas dan fungsi

audit internal adalah memeriksa segala aktivitas yang dilakukan di dalam

perusahaan secara objektif, kritis, dan sistematis. Audit internal harus

dilakukan oleh pihak yang independen dengan menggali data-data atau

bukti-bukti pendukung agar dapat memberikan pendapat yang sesuai.

(26)

15

2. Teori Laporan Keuangan

Kinerja keuangan merupakan gambaran baik buruknya suatu bank

syariah yang tergambar dalam laporan keuangan.18 Kinerja keuangan ini

diukur dengan indikator Rentabilitas, likuiditas, kualitas asset.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan istilah yang ada di dalam judul

penelitian. Definisi operasional tersebut berguna untuk menjelaskan kepada setiap

pembaca yang mana tujuannya adalah menghindari kesalahpahaman dalam

mengartikan maksud dari suatu judul penelitiann tersebut.

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dan memahami judul, maka

perlu dijelaskan beberapa istilah yang telah terdapat dalam judul penelitian itu

sendiri. Oleh sebab itu penulis akan memberikan definisi istilah yang digunakan

dalam judul tersebut. Berikut adalah istilah yang terdapat dalam judul penelitian:

1. Konsulting

Merupakan proses audit dengan pertukaran pikiran oleh auditee dengan

auditor untuk mendapatkan kesimpulan (nasihat, saran, dan sebagainya) yang

sebaik-baiknya.

2. Kinerja

Adalah suatu pencapaian kerja atau prestasi dalam dalam perbankan. Yang

terdiri dari kinerja manajemen.

18 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA,

(27)

16

I. Metode Penelitian

1) Jenis Penelitian

Penulisan skripsi “KONSULTING” DAN DAMPAKNYA

TERHADAP HASIL KINERJA MANAJEMEN PT. BANK MUAMALAT

INDONESIA CABANG DARMO SURABAYA ini menggunakan metode

penelitian kualitatif yaitu pemecahan masalah yang aktual dengan jalan

mengumpulkan data, menyusun, menganalisa dan menginterpretasikannya.19

2) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakuakan di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang

Darmo Surabaya, yang beralamat di Jalan Raya Darmo No. 81 Surabaya.

3) Data yang dikumpulkan

Yakni data yang perlu dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam

rumusan masalah. Data yang perlu dikumpulkan untuk menjawab rumusan

masalah adalah data terkait bagaimana implementasi atau praktek audit di

Bank Muamalat Cabang Darmo Surabaya berupa prosedur audit internalnya,

dan keterangan hasil wawancara kepada pihak terkait, dalam hal ini

auditornya.

(28)

17

4) Sumber Data

Sumber data penelitian ini digunakan oleh peneliti untuk melengkapi

data di dalam penelitian. Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan

menjadi dua yaitu, data primer dan data sekunder.20

a. Sumber Data Primer

Yaitu sumber dimana data primer didapatkan, yang diperoleh dengan

penelitian langsung ke lapangan. Data yang diperoleh dengan penelitian

langsung ke PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Darmo Surabaya

melalui observasi dengan mengamati dan menganalisis catatan, laporan,

dan prosedur yng berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dan juga

memberikan pertanyaan-pertanyaan atau wawancara yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti kepada pihak-pihak terkait, yaitu:

 Auditor

Auditee

b. Sumber Data Sekunder

Diperoleh dari kajian-kajian pustaka, dengan tujuan mendapatkan data

dan teori pendukung yang berhubungan dengan auditing, internal audit,

serta aktivitas konsulting melalui buku-buku refrensi, junal, makalah, dan

hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti.

1. Valery G. Kumaat, Internal Audit.

20 Suyanto, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif dan Pendekatan Sosial (Yogyakarta:

(29)

18

2. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Standar Audit

Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP).

3. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah.

4. Teguh Pudjo Mulyono, Bank Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Intern

Bank.

5. Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Auditing: Konsep dasar dan

Pedoman Pemeriksa Akuntan Publik.

6. Ihyaul Ulum, Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar.

7. Dan lain-lain.

5) Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah usaha sadar untuk mengumpulkan data yang

dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang telah ditetapkan. Untuk

memperoleh data dilapangan, diperlukan berbagai teknik pengumpulan data

yaitu melalui:

a. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi (pengamatan langsung)

Yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra

(30)

19

telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah

kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui

hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.21

Dengan observasi lapangan, peneliti akan lebih mampu memahami

konteks data dalam keselurua situasi, jadi akan dapat diperoleh

pandangan yang menyeluruh.22

Dalam tahapan ini peneliti melakukan survey secara langsung untuk

melihat lebih jauh keadaan di PT. Bank Muamalat Cabang Darmo

Surabaya tentang auditnya.

2. Interview (wawancara langsung)

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti

dengan responden23. Wawancara dilakukan terhadap responden dan

semua pihak yang terkait masalah yang diteliti, untuk mengungkap

fakta yang terjadi di lapangan. Yaitu mengadakan tanya jawab secara

langsung dengan beberapa pihak terkait yaitu Audit Internal.

Wawancara yang digunakan adalah wawancara sistemik, yaitu

wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara

mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang akan

ditanyakan kepada responden. Pedoman wawancara tersebut

21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: CV. ALFABETA,

2013). 133

22 Ibid., 228

(31)

20

digunakan oleh pewawancara sebagai alur yang harus diikuti, mulai

dari awal sampai akhir wawancara.24

b. Studi Kepustakaan

Penelitian dilakukan dengan cara membaca, mendalami,

menelaah, berbagai literatur dari perpustakaan yang bersumber dari

buku-buku teks, jurnal, internet, serta penelitian-penelitian terdahulu

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hal ini menjadi sangat

penting mengingat penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif

sehingga kajian literatur yang mendalam sangat dibutuhkan.

6) Teknik Pengolahan Data

Dilakukan setelah semua data berhasil dikumpulkan dari lapangan,

teknik pengolahan data dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing

Adalah pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh dari segi

kelengkapannya, kejelasan serta kesesuaian antara data yang ada dan

relevansi dengan penelitian.25 Dalam hal ini penulis mengambil data yang

berhubungan dengan rumusan masalah yang dibahas oleh penulis.

24 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik

Serta Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana. 2009). 127

25 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: CV. ALFABETA,

(32)

21

b. Organizing

Adalah menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian yang

diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan

rumusan masalah yang sistematis.26

Pada tahap ini penulis melakukan pemilihan dan penyusunan data secara

sistematis yang dibutuhkan untuk dianalisis. Sehingga akan lebih mudah

untuk menemukan fakta sebagai jawaban rumusan masalah.

7) Teknik Analisis Data

Hasil penelitian ini akan dianalisis menggunakan metode deskriptif

analitis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,

suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa

pada masa sekarang. Yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa

adanya pada saat penelitian dilakuakan.27

Yakni teknik analisis data yang secara nyata digunakan dalam

penelitian beserta alasan penggunaannya. Masing-masing teknik analisis data

diuraikan pengertiannya dan dijelaskan penggunaannya untuk menganalisis

data yang mana.

26 Ibid., 245

27

(33)

22

J. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan adalah gambaran secara umum dari bab-bab yang

akan dibahas dalam penelitian ini, secara umum penelitian ini terdiri dari 5 bab

dengan beberapa sub bab. Agar mendapat gambarn yang jelas mengenai bab-bab

yang akan dibahas, berikut adalah sistematika penulisannya:

BAB PERTAMA:

Adapun pada bab pertama ini berisikan:

 Latar belakang masalah, yang berisi uraian tentang apa yang menjadi masalah

penelitian yang terkait dengan judul serta alasan pentingnya masalah tersebut

yang didukung fakta empiris.

 Identifikasi dan Batasan Masalah, berisi penjelasan kemungkinan masalah

yang dapat muncul dalam penelitian, setelah itu masalah dibatasi dalam

rangka menetapkan batasan-batasan masalah secara jelas, sehingga mana saja

yang masuk dalam masalah yang akan dikaji dan dibahas.

 Rumusan masalah, memuat pertanyaan secara eksplisit yang akan dicari

jawabannya melalui penelitian.

 Tujuan penelitian, merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti melalui

penelitian yang dilakukannya.

 Manfaat penelitian, hasil penelitian memiliki kontribusi terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan memberikan solusi terhadap

(34)

23

BAB KEDUA:

Pada bab kedua ini berisikan teori-teori yang mendukung suatu penelitian,

kegunaan teori ini dalah sebagai penguat dari penelitian, sebagai pedoman tolok

ukur, apakah penelitian yang dibuat sesuai dengan teori atau berlawanan dengan

teori.

BAB KETIGA:

Pada bab ini memuat deskripsi data yang berkenaan dengan variabel yang diteliti

secara obyektif dalam arti tidak dicampur dengan opini peneliti. Deskripsi data

penelitian dilakukan dengan jelas dan lengkap.

BAB KEEMPAT:

Berisikan analisis terhadap data penelitian yang telah dideskripsikan guna

menjawab masalah penelitian, menafsirkan dan mengintegrasikan temuan

penelitian itu ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, memodifikasi

teori yang ada, atau menyusun teori baru.

BAB KELIMA:

Terdiri dari kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta saran dan

(35)

Audit menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara nomor PER/05/M.PAN/03/2008 disebutkan bahwa: “Proses

identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara

independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk

menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas dan keandalan

informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah”.28

Sukrisno Agoes mendefinisikan auditing adalah: ”Suatu pemeriksaan

yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen,

terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta

catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.29

Sedangakan menurut Rahayu dalam bukunya mengatakan bahwa

auditing yaitu suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan

atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

28 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Standar Audit Aparat Pengawasan Internal

Pemerintah (APIP), 2008. 5

(36)

25

melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing

harus dilakukan oleh yang kompeten dan independen.30

Beberapa kata kunci penting dalam definisi auditing yang telah di

paparkan di atas:31

a. Proses Sistematis

Merupakan serangkaian tahap dan prosedur yang logis, terstruktur dan

terorganisir. Audit merupakan serangkaian tahap dan prosedur yang

memerlukan suatu perencanaan yang baik, terstruktur dan terorganisir

untuk mendapatkan tujuan dari pemeriksaan yang diharapkan.

b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

Bahan bukti (evidence) merupakan segala sesuatu yang mejadi informasi

bagi auditor dalam menentukan apakah informasi yang diaudit disajikan

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan atau tidak. Memperoleh dan

mengevaluasi bahan bukti dalam audit merupakan aktivitas utama auditor

dalam pelaksanaan audit. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

obyektif dimaksudkan sebagai suatu kegiatan memeriksa dasar asersi

(bukti/evidance) dan menilai hasilnya secara tidak memihak. Bahan bukti

(37)

26

c. Asersi (Informasi)

Informasi merupakan subyek audit. Pelaksanaan audit memerlukan

informasi yang dapat diverifikasi dan juga memerlukan kriteria sebagai

pedoman untuk mengevaluasi informasi tersebut (misal dalam audit atas

laporan keuangan oleh kantor akuntan publik, kriteria yang digunakan

adalah prinsip akuntansi yang berlaku secara umum untuk menentukan

apakah laporan keuanga klien telah disusun secara wajar sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku secara umum). Asersi atau informasi

adalah pernyataan yang dibuat oleh individu atau entitas yang secara

implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain.

d. Kriteria yang ditetapkan

Merupakan standar-standar yang digunakan untuk menguji asersi atau

informasi, misalnya:

1. Peraturan-peraturan atau kebijakan-kebijakan,

2. Budgets, standar-standar kinerja,

3. Prinsip akuntansi yang berlaku secara umum (SAK).

e. Kompeten dan independen

Kompeten artinya auditor harus mempunyai kemampuan, ahli dan

berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah

bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang

(38)

27

mempunyai sikap mental yang independen, yaitu sikap yang tidak

memihak kepada kepentingan siapapun. Informasi yang digunakan untuk

mengambil keputusan harus tidak bias sehingga independensi merupakan

tujuan merupakan tujuan yang harus selalu diupayakan.

Pengelompokkan pelaksanan pemeriksaan (auditor), menurut

mulyadi32 dikelompokkan menjadi:

1) Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi

pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas

pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi

atau entitas pemerintahan atau penanggungjawaban keuangan yang

ditujukan kepada pemerintah. Auditor pemerintah, di Indonesia

dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Auditor eksternal pemerintah yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK). Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang

tidak tunduk kepada pemerintah sehingga diharapkan dapat

independen.

b. Auditor internal pemerintah atau yang dikenal sebagai Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang dilaksanakan oleh Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang

bertanggungjawab kepada presiden. Inspektorat jenderal

(39)

28

(itjen)/Inspektorat utama (Ittama)/Inspektorat yang bertanggungjawab

kepada Menteri Kepala Lembaga Pemerintah non Departemen

(LPDN). Inspektorat Pemerintah provinsi yang bertanggugjawab

kepada gubernur, dan ispektorat pemerintah kabupaten/kota yang

bertanggungjawab kepada bupati/walikota.

2) Auditor Independen/Akuntan Publik

Auditor profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum,

terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh

kliennya.

3) Auditor Internal

Auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun

perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah

kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah

dipatuhi, menentukan baik tidaknya pengawasan terhadap kekayaan

organisasi, menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh

berbagai bagian dalam organisasi.

Sedangkan menurut Sukrisno Agoes audit ditinjau dari pemeriksaan,

dapat dibedakan atas:33

1. Manajemen Audit (Operasional Audit)

2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)

(40)

29

3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)

4. Computer Audit

2. Pengertian Audit Syariah

Audit syariah atau pemeriksaan syari’ah adalah pemeriksaan atas

kesesuaian atau kepatuhan suatu lembaga keuangan dalam seluruh

aktivitasnya dengan syari’ah islam. Pemeriksaan termasuk kontrak perjanjian,

produk, transaksi memorandum dan akte perjanjian asosiasi, laporan

keuangan, laporan lain khususnya laporan internal auditor dan bank sentral,

surat interent dan lain-lain34

3. Pengertian Audit Internal

Sesuai dengan Surat Ketentuan Dir. Bank Indonesia No.

27/163/Kep./Dir tanggal 31 Maret 1995 untuk lebih memaksimalkan fungsi

auditor intern. Disetiap bank telah dikeluarkan peraturan tentang kewajiban

Bank Umum di Indonesia untuk menerapkan Standart Pelaksanaan Fungsi

Audit Intern Bank yang lebih dikenal dengan singkatan SPFAIB. Di dalam

SPFAIB tersebut setiap bank umum wajib untuk:35

a. Menyusun Internal Audit Chapter

b. Menyusun Dewan Audit (Audit Committe)

c. Membentuk Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)

d. Menyusun panduan audit intern

34

Sofyan S Harahap, Auditing Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Pustaka Quantum, 2002). 18

(41)

30

Adanya internal audit didukung dengan adanya agency theory,

Menurut agency theory, tindakan manajer dapat menyimpang dari

kepentingan shareholder. Tindakan manajer ini dimotivasi oleh pecuniary

benefit dan non-pecuniary benefit. Tindakan menyimpang dari manajer ini

merupakan tindakan oppertunistik (hyper rasional) atau perilaku discretion.

Argumen ini merupakan konflik sering terjadi antara shareholder dan

manajer.36 Agency theory dipelopori oleh Jensen dan Meckling (1976) dengan

mendefinisikan ulang hubungan keagenan antara shareholder (principal) dan

manajer (agent). Model mereka didasari pada concentrated ownership, pada

kondisi ini maka manajer dapat berbeda kepentingannya dengan

shareholder.37

Dengan adanya konflik kepentingan yang berbeda antara shareholder

dan manajer dan tidak adanya prosedur pengawasan yang efektif maka

ditakutkan manajer melakukan penyimpangan yang dapat merugikan

shareholder.

Disinilah tugas audit internal yang dinilai independen yang dapat

menelaah kebijakan akuntansi, pelaporan kinerja keuangan, pengendalian

internal, prosedur, yang nantinya akan dikomunikasikan secara formal kepada

dewan, manajemen, dan yang berkepentingan lainnya, sehingga dengan

adanya komunikasi yang efektif dan efisien audit dapat berperan

menyelesaikan konflik antara principal dan agent demi terciptanya tata

kelolah perusahaan yang baik.

36 DPE. Saerang, Parengkuan Tommy, dan Joubert B maramis, Manajemen Keuangan:

Pendekatan Teori Keagenan, (Yogyakarta: Andy, 2011). 1

(42)

31

Pengertian audit internal yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh

bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan

akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang

telah ditentukan.38

4. Area Jelajah Internal Audit39

Esensi dari aktivitas manajerial yang baik adalah pengendalian yang

memadai (untuk menjamin bahwa sistem kerja perusahaan berjalan baik).

Sementara itu, substansi dari aktivitas bisnis yang sehat adalah merealisasikan

peluang sebesar-besarnya dengan risiko sekecil-kecilnya (untuk menjamin

bahwa strategi/target perusahaan tercapai secara optimal). Karena itu, lingkup

kerja Internal Audit (Audit View, atau biasa disebut juga Audit Universe atau

Audit Scope) dapat dikatakan seluas lingkup manajerial dan aktivitas bisnis

perusahaan itu sendiri, dimana kemungkinan terjadinya system break dan

timbulnya dampak dari business risk selalu terkandung dalam setiap aktivitas

manajemen atau bisnis perusahaan.40

Dari pemaparan diatas bisa kita ketahui bahwa area jelajah audit

internal merupakan ruang lingkup kerja audit internal yang harus di

realisasikan sesuai atau seluas lingkup manajemen dan aktivitas perusahaan

tersebut.

38 Sukrisno Agoes, Sukrisno Agoes, Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan

Publik. 13

(43)

32

Berdasarkan pemahaman tersebut, lingkup internal audit dapat

ditinjau dari 2 sisi prespektif yang saling melengkapi, yaitu:41

4. Perspektif Metodologi Kerja Audit yang terdiri dari 2 macam lingkup:

1) Critical-Process Audit View : Audit Kepatuhan (Compliance

audit).

2) Critical-Object Audit View : Audit kepatutan (Substantive

Audit).

5. Perspektif Aktivitas manajemen/bisnis yang terdiri dari 3 macam

lingkup:

1) Conservative Audit View : Audit Keuangan (Financial Audit)

2) Extended Audit View : Audit Operasi (Operational Audit)

3) Advanced Audit View : Audit Manajemen (Management Audit)

Sedangkan Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan

Republik Indonesia Nomer 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksa

Keuangan Negara (SPKN), terdapat 3 (tiga) jenis Pemeriksaan, yakni:42

1. Pemeriksaan Keuangan

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.

Pemeriksaan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan

yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah

disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan

41 Ibid.

42 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan

(44)

33

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi

komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Pemeriksaan Kinerja

Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan

negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta

pemeriksaan aspek efektivitas. Dalam melakukan pemeriksaan kinerja,

pemeriksa juga menguji kepatuhan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan serta pengendalian intern. Pemeriksaan kinerja

dilakukan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti,

untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas

atau program/kegiatan yang diperiksa. Pemeriksaan kinerja menghasilkan

informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja suatu program dan

memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab

untuk mengawasi dan mengambil tindakan koreksi serta meningkatkan

pertanggungjawaban publik. Pemeriksaan kinerja dapat memiliki lingkup

yang luas atau sempit dan menggunakan berbagai metodologi, berbagai

tingkat analisis, penelitian atau evaluasi. Pemeriksaan kinerja

menghasilkan temuan, simpulan, dan rekomendasi.

Tujuan pemeriksaan yang menilai hasil dan efektivitas suatu

program adalah mengukur sejauh mana suatu program mencapai

tujuannya. Tujuan pemeriksaan yang menilai ekonomi dan efisiensi

(45)

34

dengan cara yang paling produktif di dalam mencapai tujuan program.

Kedua tujuan pemeriksaan ini dapat berhubungan satu sama lain dan dapat

dilaksanakan secara bersamaan dalam suatu pemeriksaan kinerja. Contoh

tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta pemeriksaan

atas ekonomi dan efisiensi adalah penilaian atas:

a. Sejauh mana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi

dapat dicapai.

b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja

program atau menghilangkan faktor-faktor yang menghambat

efektivitas program.

c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu

program.

d. Sejauh mana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau

menimbulkan dampak yang tidak diharapkan.

e. Sejauh mana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau

bertentangan dengan program lain yang sejenis.

f. Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan

pengadaan yang sehat.

g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program,

atau ekonomi dan efisiensi.

h. Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan

(46)

35

3. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan

simpulan atas suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan

Tertentu dapat bersifat: eksaminasi (examination), reviu (review), atau

prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures). Pemeriksaan dengan

tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang

keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem

pengendalian intern.

5. Sepuluh Standar Auditing

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut

Akuntan Publik Indonesia terdiri atas 10 (sepuluh) standar yang

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok besar, yakni:43

a. Standar Umum

i. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor,

ii. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor,

iii. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama.

43 Sukrisno Agoes, Auditing Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik.

(47)

36

b. Standar Pekerjaan Lapangan

i. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya,

ii. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh

untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup

pengujian yang akan dilakukan,

iii. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit.

c. Standar Pelaporan

i. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia,

ii. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

standar akuntansi tersebut dalam periode berikutnya,

iii. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor,

iv. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat

(48)

37

bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat

secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan denga laporan

keuangan.

6. Tanggung Jawab dan Peranan Auditor Internal

Sawyer dalam bukunya44 menyatakan tanggung jawab auditor internal

adalah memberikan informasi yang diperlukan manajemen dalam

menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit internal

bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan

dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan

efektivitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki peranan yang

penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan

risiko-risiko terkait menjalankan usaha.

Semua internal auditor melakukan pekerjaan yang sama yaitu sangat

memperhatikan pemborosan dan kecurangan, dari manapun sumbernya dan

sekecil apapun jumlahnya karena penyimpangan kecil bisa menjadi

besar sehingga dapat menggoyahkan pilar-pilar perusahaan.

Pemeriksa intern memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan

melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa manajemen

menjalankan operasional perusahan dengan baik dan memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan dan mendeteksi penipuan atau kecurangan dan

44 Lawrence B. Sawyers, Mortimer A. Dittenhofer dan James H. Scheiner, Sawyer’s Internal

(49)

38

memelihara pengendalian intern. Sistem pengendalian internal terdiri atas

kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen

kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan

sasarannya.

Menurut Rahayu dalam bukunya mengatakan bahwa materi pokok

yang merupakan tanggung jawab auditor adalah:45

1. Independensi auditor

Independen artinya tidak mudah dipengaruhi, netral, karena auditor

melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor tidak

dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun. Auditor juga harus

bersikap mempertahankan objektivitas agar tidak berbenturan dengan

kepentingan lain.46

2. Keyakinan yang Memadai (Reasonable Assurance)

Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

guna memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan terbebas

dari salah saji material. Auditor merencanakan audit untuk mencapai

keyakinan memadai guna mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya

cukup besar, secara individual atau keseluruhan, yang secara kuantitatif

(50)

39

3. Pendeteksian Errors & Fraud48

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama

memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa

laporan bebas dari salah saji material. Salah saji material dapat terjadi

sebagai akibat dari kekeliruan maupun kecurangan.

a) Error (Kekeliruan)

Istilah kekeliruan berarti salah saji atau hilangnya jumlah atau

pengungkapan dalam laporan keuangan yang tidak sengaja.

Kekeliruan ini mencakup:

i. Kekeliruan dalam pengumpulan atau pengolahan data

akuntansi yang menjadi sumber penyusunan laporan

keuangan.

ii. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari

kecerobohan atau salah tafsir fakta.

iii. Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan

dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau

pengungkapan.

b) Fraud (Kecurangan)

Pengertian fraud (dalam KUHP):

i. Mengambil sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum.

(51)

40

ii. Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan

kekerasan untuk memberikan sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian adalah kepunyaan orang lain. Atau supaya membuat

utang atau piutang terhapus.

iii. Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau

kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan

barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi utang atau

menghapus piutangnya.

iv. Merugikan pemeberi piutang dalam keadaan pailit.

Pada dasarnya terdapat 4 faktor pendukung seseorang untuk

melakukan kecurangan yang disebut dengan Teori Gone yaitu:49

G : Greed (Keserakahan)

O : Opportunity (Kesempatan)

N : Need (Kebutuhan)

E : Exposure (Pengungkapan)

(52)

41

7. Proses Audit

a. Audit Plan

Standart pekerjaan lapangan pertama dalam buku karangan

Sukrisno berbunyi sebagai berikut:50

“pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten

harus disupervisi dengan semestinya”.

Perencanaan dan supervisi berlangsung terus menerus selama

audit, dan prosedur yang berkaitan sering kali tumpang tindih (overlap).

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh terhadap

pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat

perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas satuan usaha.

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara

lain:51

i. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan

industri dimana satuan usaha tersebut beroprasi didalamnya.

ii. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut.

iii. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam

mengolah informasi akuntansi yang signifikan, termasuk

penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi

akuntansi pokok-pokok perusahaan.

iv. Penetapkan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

(53)

42

v. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan

audit.

vi. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian

(adjusment).

vii. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan

pengujian audit, seperti risiko kekeliruan dan ketidakberesan yang

material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai

hubungan istimewa.

viii. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada

pemeberi tugas (sebagai contoh, laporan audit tentang keuangan

konsolidasi, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan

klien terhadap kontrak/perjanjian).

Auditor harus menyusun audit plan, isi dari audit plan

mencakup:52

1. Hal-hal mengenai klien

a. Bidang usaha klien, alamat, nomor telepon dan lain-lain.

b. Status hukum perusahaan (berdasarkan Akta Pendirian).

c. Accounting policy (kebijakan akuntansi).

d. Neraca (laporan posisi keuangan) komparatif dan perbandingan

penjualan, Laba/Rugi tahun lalu dan sekarang. Perbandingan

(54)

43

antara neraca tahun lalu dan neraca tahun sekarang agar

diperoleh gambaran mengenai besar kecilnya perusahaan.

e. Client Contact, yaitu nama orang-orang yang akan sering

dihubungi auditor.

f. Accounting, auditing dan Tax Problem

2. Hal-hal yang mempengaruhi klien

Bisa didapat dari majalah-majalah ekonomi/surat kabar, antara lain:

Business News, ekonomi keuangan Indonesia.

Contoh: adanya peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi

klien.

3. Rencana kerja auditor

Hal hal yang penting antara lain:

a. Staffing

b. Waktu pemeriksaan

i. Waktu dimulainya suatu pemeriksaan

ii. Berapa lama waktu pemeriksaan

iii. Deadline, dalam artian laporan pemeriksaan

iv. Budget, baik dalam jumlah kerja maupun biaya

pemeriksaan.

c. Jenis jasa yang diberikan

(55)

44

ii. Special Audit

iii. Bantuan Administrasi

iv. Menyusun Laporan Posisi Keuangan

v. Perpajakan

d. Time Schedule

b. Audit Program

Setelah audit plan disusun, dan sebelum pemeriksaan lapangan

dimulai, auditor harus menyusun audit program yang merupakan

kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalakan dan dibuat secara

tertulis. Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah

kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit

program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang menurut

keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Audit

program yang baik harus mencantumkan:

i. Tujuan pemeriksaan.

ii. Prosedur audit yang akan dijalankan.

iii. Kesimpulan pemeriksaan.

c. Audit Prosedures dan Audit Teknik

Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan

auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMI Cabang Darmo Surabaya.................... 72
Tabel 1.5 hasil olah data tabel neraca dan laba/rugi 2011 dan 2013................ 96
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMI Cabang Darmo Surabaya
Tabel 3.1 hasil olah data tabel neraca dan laba/rugi 2011 dan 2013
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukan evaluasi Administrasi, Teknis dan Kewajaran Harga untuk Belanja Modal Pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Bangunan Rumah Negara Golongan

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh faktor kepribadian, faktor kognitif dan faktor lingkungan terhadap stres pada pasien hipertensi di Puskesmas Wisata

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19l2OO4 -yang berfungsi untuk mengisi kekosongan hukum mengenai kemitraan di kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam yang

The bioplastic was produced from sorghum starch as a matrix and combined with filler (sorghum stalk), fiber (E. spinosum) , and plasticizer (glycerol).. Sorghum grain as a raw

Developed by Aerodrome software, this slick little application offers several features that aren’t found in Audio Player, including support for Variable Bit Rate (VBR) MP3

Sebagai bagian dari teknologi internet, website berperan penting dalam menyampaikan segala informasi, berbagai kegiatan yang bersifat online, serta berbagai aktivitas lain

Perubahan orientasi tentang kajian linguistik dari diakronis menuju ke sinkronis terjadi pada abad ke 19 yang merupakan tonggak dari sejarah linguistik

Selama ini pungutan Daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun