STRATEGI DAKWAH RADIO MADANI FM KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN BOJONEGORO DALAM PROGRAM PENGAJIAN AHAD
PAGI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Luqman Afrizal Ilmi NIM. B01212037
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Luqman Afrizal Ilmi, NIM. B01212037, 2017. Strategi Dakwah Radio Madani FM Kepada Masyarakat Kabupaten Bojonegoro Melalui Program Pengajian Ahad Pagi
Kata Kunci: Strategi Dakwah, Pengajian Ahad pagi
Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana strategi dakwah radio Madani FM dalam program Pengajian Ahad Pagi. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah radio Madani FM dalam program Pengajian Ahad pagi.
Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sehingga data yang didapatkan oleh peneliti akan disajikan dengan cermat secara deskriptif menggunakan kata-kata. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Sementara untuk menegaskan keabsahan data digunakan teknik triangulasi dan penggalian data melalui referensi yang memadai.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa strategi dakwah radio Madani FM dalam program Pengajian Ahad Pagi ada 2 yaitu: (1) mengenal khalayak dengan cara Forum Group Discussion (FGD) dan survei Nielsen. (2) menyusun pesan dengan cara memilih issue yang lagi tren dan penggunaan gaya bahasa yang lugas sesuai segmentasi pendengar dan menetapkan metode repetisi dengan cara mengulang rekaman program yang berisi materi dakwah dengan model penyampaian yang sama halnya dengan kultum-kultum yang ada.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin canggih dan modernnya berbagai macam teknologi informasi, dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi, menuntut adanya perimbangan pembinaan keagamaan sebagai pondasi kehidupan melalui media elektronik berupa siaran keagamaan yang lebih bermutu dan profesional sesuai dengan tuntunan era globalisasi.1
Islam sebagai agama dakwah mewajibkan umatnya untuk melakukan internalisasi, transmisi, difusi, transformasi, dan aktualisasi syariat Islam dengan berbagai metode dan media yang bersumber pada al-Quran, sebagai kitab dakwah dan sunnah Rosulullah kepada umat manusia. Kewajiban para
da’i untuk memfungsikan dakwah sehingga dapat mengarahkan umat untuk
menguasai teknologi komunikasi dan teknologi informasi bagi kepentingan perwujudan khair al-Ummah, mampu menyusun dan melaksanakan program dakwah yang antisipasif dan solusif terhadap kompleksitas masalah mad’u
1
dalam menerima dan merespon aneka ragam informasi.2
Dakwah bil- lisan atau yang biasa disebut dakwah melalui lisan atau perkataan adalah salah satu metode penyampaian dakwah melalui lisan. Dakwah bil-lisan bukan hanya terdapat pada tabligh atau khotbah Islam saja, tetapi dakwah bil-lisan bisa menggunakan kecanggihan teknologi siaran radio.
Di era teknologi informasi, berbagai bentuk media komunikasi telah mampu mempermudah manusia dalam melakukan interaksi dengan sosial dan lingkungannya. Teknologi informasi, salah satunya adalah radio. Radio adalah media massa yang sangat penting, oleh karena lebih banyak orang yang dapat menangkap atau mendengar radio daripada media lainnya. Siarannya akan lebih cepat sampai ke pendengarnya tanpa memandang perbedaan letak geografis, daripada misalnya berita-berita di surat kabar kepada pembacanya.3
Dalam hal ini, radio telah menjadi sarana manusia untuk menjalin komunikasi dalam segala hal. Meski demikian, selain sebagai media penyampaian berita, tidak sedikit kemudian menjadi radio sebagai sarana mempengaruhi ruang kesadaran orang agar memiliki kesamaan perspektif dalam melihat sesuatu. Salah satunya radio juga sebagai sarana dakwah. Di dalam aktivitas dakwah juga memiliki beberapa strategi dakwah. Diantaranya
2
Aep Kusnawan, Komunikasi Dan Penyiaran Islam, (Bandung : benang merah press, 2004), hal xiii
3
yakni Strategi Tilawah (membacakan ayat-ayat Allah SWT.), Strategi Tazkiyah (mensucikan jiwa), Strategi Ta’lim (mengajarkan Al-Qur‟an dan
Al-Hikmah).
Diantara ketiga strategi tersebut, strategi dakwah yang sesuai dengan media radio yaitu menggunakan strategi tilawah. Yang mana strategi tersebut meminta mitra dakwah mendengarkan penjelasan pendakwah atau mitra dakwah membaca sendiri pesan yang ditulis oleh pendakwah. Demikian ini merupakan transfer pesan dakwah dengan lisan dan tulisan. Strategi tilawah lebih banyak pada ranah kognitif (pemikiran) yang transformasinya melewati
indra pendengaran (al-sam‟) dan indra penglihatan (al-abshar) serta ditambah
akal yang sehat (al-af‟idah).4 Demikian yang dapat dipahami dari surat
al-Mulk ayat: 23
ۡف ۡۡ و رصۡب ۡۡ و ع ۡ َسل مكل لعجو ۡمكأشنأ ٓيذَل وه ۡلق
ةد
ورك ۡشت َم اٗيلق
“Katakanlah, Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (QS. Al-Mulk [67]: 23).5
Untuk menggapai komunikasi dakwah yang baik dalam suatu media radio, tidak jauh adalah dengan mengatur suatu penempatan program yang baik juga, bahkan strategi khusus juga sangat dibutuhkan dalam mencapai target pendengar
4
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal. 32-33
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 21-30, (Jakarta: Percetakan dan
yang baik. Karena setiap media penyiaran yang ingin berhasil harus terlebih dahulu memiliki suatu rencana pemasaran strategis yang berfungsi sebagai panduan dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki.6 Oleh sebab itu, strategi komunikasi lebih diperlukan dalam suatu program dakwah yang terdapat dalam suatu media khususnya radio, untuk menunjang keberhasilan keberhasilan suatu program.
Pada prinsipnya dakwah dapat dilakukan dalam dalam bentuk lisan, tulisan dan perbuatan, yang terpenting untuk mengutarakan suatu pesan dari program dibutuhkan sebuah komunikasi yang baik, mudah dipahami oleh pendengar dan efektif. Seperti yang dijelaskan oleh Asep Syamsul dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Dakwah bahwa Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, mengesankan, dan mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada komunikan. Secara etimologis kata efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai hasil yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing effect).7
Saat ini sudah banyak radio yang memiliki program dakwah. Khususnya di Kabupaten Bojonegoro. Banyak radio yang berlatar belakang religi dan memiliki program religi dengan model interaktif. Yakni salah
6Morissan, Manajemen Media Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hal 236
satunya siaran radio Madani FM, radio ini juga berperan sebagai penting dalam mewarnai dakwah islam dan menyuguhkan siaran khusus keislaman salah satunya dalam bentuk program-program materi siaran dakwah untuk masyarakat kota Bojonegoro.
Salah satu penyampaian dakwah dengan menggunakan siaran radio adalah progam “ Pengajian Ahad Pagi ” yang merupakan satu-satunya program dakwah yang menjadi andalan dalam radio Madani FM dengan cara menyiarkannya setiap hari di waktu pagi hari.
Program “ Pengajian Ahad Pagi ” ini memiliki kemasan program yang menarik untuk diteliti. Karena program ini tetap mempertahankan pengemasan program dengan model ceramah yang tidak ada tanya jawab dari pendengar, meskipun saat ini lagi tren program religi dengan ceramah interaktif. Namun untuk menarik simpati pendengar manager program memadukan dua cara.
Pertama adalah komunikasi dakwah yang disampaikan oleh beberapa ustadz yang bergantian setiap harinya. Kedua, komunikasi persuasif dan informatif dari penyiar Madani FM.
yang diambil dari rekaman pengajian setiap ahad pagi di masjid AT-Taqwa tak lain juga merupakan satu lembaga dengan radio Madani FM .8
Dari paparan tersebut, maka peranan media radio sangat penting untuk berdakwah karena media merupakan suatu hal yang sangat penting dalam rangka meneruskan tugas dakwah, sebab media komunikasi merupakan alat yang dapat mempermudah sampainya dakwah kepada sasaran yang diinginkan, seperti media radio yang dipergunakan sebagai media untuk berdakwah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang fenomena dakwah yang diuraikan di
atas, maka pokok permasalahan yang dapat dijadikan obyek kajian penelitian ini adalah : Bagaimana strategi dakwah radio Madani FM kepada masyarakat Kabupaten Bojonegoro dalam progam “Pengajian Ahad Pagi ” ?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui strategi dakwah radio Madani FM kepada masyarakat Kabupaten Bojonegoro dalam progam
“Pengajian Ahad Pagi ”.
8
D. Manfaat penelitian
1. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi para pelaku dakwah baik perorangan maupun kelompok, dalam merumuskan strategi yang tepat untuk mengatasi masalah berdakwah dengan memanfaatkan media elektronik pada Komunikasi Penyiaran Islam.
2. Secara teoritis
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa kalangan diantaranya :
1. Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya, terutama pada program studi Strata 1 (S-1) Komunikasi Penyiaran Islam.
Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai koleksi referensi di perpustakaan, sebagai khazanah keilmuan yang dapat dijadikan sumber kajian bagi para mahasiswa yang hendak mengetahui atau bahkan menelaah dan meneliti dalam konteks yang berbeda, sehingga dapat ditindaklanjuti untuk kepentingan-kepentingan keilmuan pada masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini, bagi penulis dapat memberikan tambahan pengalaman dalam bidang keilmuan pribadi dan membuka cakrawala pemikiran penulis. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh penulis sendiri – sebagai ahli komunikasi – untuk membantu pendakwah sebagai wawasan dalam bidang dakwah bil lisan.
3. Mahasiswa-mahasiswi program studi Strata 1 (S-1) Komunnikasi Penyiaran Islam.
Hasil penelitian ini, bagi mahasiswa-mahasiswi program studi Strata 1 (S-1) Komunikasi Penyiaran Islam dapat dijadikan sebagai tambahan pengalaman dalam tradisi keilmuan, dan dapat dijadikan bahan penelitian lanjutan sebagai tugas akhir perkuliahan.
4. Masyarakat umum.
E. Definisi Konsep
Dalam penelitian Analisis Progam Religi Madani FM Sebagai Media
Dakwah “Strategi Dakwah Radio Madani FM Kepada Masyarakat Melalui
program Pengajian Ahad pagi Kabupaten Bojonegoro“ mengandung beberapa konsep antara lain :
1. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa ٱunani klasik yaitu “stratos” yang
artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Lalu muncul
kata strategos yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang jenderal (The Art of general), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.9
Secara bahasa strategi berasal dari bahasa ٱunani, yaitu „strattegeia’
atau sering disebut „stratos’ yang berarti militer dan „ag’ yang artinya
memimpin. Berdasarkan pemaknaan ini, maka kata strategi pada awalnya bukan kosakata dari disiplin ilmu menejemen, namun lebih dekat dengan bidang dengan bidang kemiliteran.10
Strategi sendiri bisa diartikan dengan atau upaya untuk mengarahkan dan mengarahkan potensi dan sumberdaya ke dalam rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.11
Sedangkan dalam buku Perencanaan dan Strategi Komunikasi yang ditulis oleh Hafied Cangara, Rogers berpendapat, memberi batasan pengertian strategi komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar perencanaan komunikasi Middleton juga berpendapat, membuat definisi dengan menyatakan
“Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen
komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.12
10
PB. Triton, Marketing Strategic Meningkatkan Pangsa Pasar dan Daya Saing (Yogyakarta :
Tugu Publisher, 2008), hal. 12
11
Samsur Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta : Amza, 2008), hal. 165
Dalam buku Teori Komunikasi Antar Pribadi yang di tulis oleh Muhammad Budyatna, Miller dan Steinberg membagi strategi kendali komunikasi menjadi lima strategi yaitu:
1). Strategi Wortel Teruntai, berupa pemberian imbalan yang oleh komunikator diberikan kepada pihak lain.
2). Strategi Pedang Tergantung, didasarkan pada asumsi bahwa komunikator akan mengulang perilaku yang menyebabkan diberinya imbalan.
3). Strategi Katalisator, komunikator sekedar mengingatkan kepada yang bersangkutan akan suatu tindakan yang agaknya bisa diterima.
4). Strategi Kembar Siam, mengenai kendali, bukan untuk menciptakan hubungan yang diinginkan melainkan merupakan hasil dari semacam hubungan yang sudah ada atau sudah terbentuk.
5). Strategi Dunia Khayal, mengandalkan pada ilusi atau khayalan pada perasaan-perasaan yang ditimbulkan sendiri mengenai kendali.13
2. Madani FM
Radio Madani FM ini dinaungi oleh lembaga Muhammadiyah Bojonegoro. Radio Madani FM berada di lingkungan Masjid At-Taqwa Muhammadiyah Bojonegoro. Tujuan didirikan radio ini adalah salah satunya untuk fasilitas dakwah melalui udara. Program-program radio Madani FM tidak sama dengan radio pada umumnya karena radio ini berlatar dakwah dan informasi.14
Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya.15
Tingkat persaingan stasiun radio di kota-kota besar dewasa ini cukup tinggi dalam merebut perhatian audien. Program radio harus dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian dan dapat diikuti sebanyak mungkin orang. Jumlah stasiun radio yang semakin banyak mengharuskan pengelola stasiun radio untuk semakin jeli membidik audiennya. Setiap produksi program harus mengacu pada kebutuhan audien yang menjadi target stasiun radio.16
14
Tim Pengumpul Data Sejarah Muhammadiyah Kabupaten Bojonegoro, Kumpulan Data Sejarah Muhammadiyah Bojonegoro, (Bojonegoro, 2004), hal 153
15 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, , (Jakarta: Kencana, 2012), hal.199-200
16 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2009),
3. Media Dakwah
Media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Arsyad 2006 : 3). Dalam bahasa inggris media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti tengah, antara, rata-rata. Dari pengertian ini ahli komunikasi mengartikan media sebagai alat yang menghubungkan pesan-pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (penerima pesan).
Secara etimologis perkataan dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti seruan, ajakan, panggilan. Sebagaimana yang diajarkan dan diperintahkan oleh Imam Bukhori dan Abdullah Ibnu Al Ash bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :
ةيآ ْولو يّنع وغّلب
Artinya : sampaikan apa yang (kamu terima) dari padanya walaupun hanya satu ayat.17
4. Pengajian Ahad Pagi
“Pengajian Ahad Pagi” merupakan sebuah program religi yang terdapat pada radio Madani FM. Pada program ini fokusnya pendalaman
17
agama Islam dan menyampaikan ajaran-ajaran kebaikan yang pernah dilakukan oleh nabi Muhammad saw untuk umatnya, bukan mengenai perbandingan antar agama.
Program ini berdurasi 30 menit. Dimulai pukul 05.00 sampai 05.30. Rekaman penyiar radio sebagai pengantar program 1 menit. Model penyampainya satu arah, yaitu ustadz yang memberikan materi selama 15-20 menit tanpa ada umpan balik langsung dari audien.
Materi dan ustadz yang menyampaikan akan berganti setiap harinya. Kemudian dilanjut dengan pemutaran lagu-lagu religi sekitar 5-7 menit. Sedangkan 2 menit penutup tersisa setelah itu penyiar masuk di segmen terakhir dan memberikan komunikasi persuasif dan informatif sebaliknya ada beberapa audien yang mengomentari.
F. Sistematika Pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan tahapan awal dasar dari proposal penelitian ini. Yang meliputi; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan sistematika pembahasan
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bagian ini materi menjelaskan tentang kajian pustaka dan objek kajian yang dikaji, penjelasannya.
BAB III : PENYAJIAN DATA
Metode penelitian, pada bab ini memuat uraian secara rinci tentang metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis, tahapan penelitian, teknik pengumpulan, teknik analisis data, teknik keabsahan data.
BAB IV : ANALISIS DATA
BAB V : PENUTUP
BAB II KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Strategi Dakwah
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.24
a. Tahap-tahap Strategi
Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yaitu:
1) Perumusan Strategi
Pada tahap ini adalah proses merencanakan dan menyeleksi berbagai strategi yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi.
2) Implementasi Strategi
Implementasi Strategi disebut juga sebagai tindakan dalam strategi, karena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi suatu tindakan.
Agar tercapai kesuksesan dalam implementasi strategi, maka dibutuhkan disiplin, motivasi, dan kerja keras.
3) Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah proses dimana manager membandingkan antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan. Tahap akhir dalam strategi adalah mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.25
b. Definisi Dakwah
Ahmad Ghusuli menjelaskan bahwa dakwah merupakan pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti islam.26 Menyampaikan Dakwah Islamiyah kepada umum adalah suatu kewajiban yang terpikul atas pundak umat Islam. Bahkan menyuruh dengan ma’ruf dan melarang dari yang munkar adalah pokok yang utama dalam agama serta sangat dibutuhkan masyarakat luas.27 Berdakwah bagi setiap muslim merupakan tugas mulia. Seperti disebutkan diatas, setiap muslim mempunyai tugas dan kewajiban untuk berdakwah atau menjadi pendakwah. Tugas dan kewajiban mulia itu tertera jelas dalam firman-firman Allah, di antaranya :
25
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), hal. 5
26
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 14 27
“Dan hendaklah ada di antara kamu, umat yang berdakwah,
yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang perbuatan salah atau kemungkaran. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. “ ( QS Ali Imran: 104 ).28 Berdakwah sesuai dengan keahlian dan bidang yang kita geluti memiliki nilai plus-plus setidaknya antara karier dan dakwah akan terus mengalir bersama. Dengan begitu dakwah islam akan tetap menyala lewat jalur karier yang digeluti.29Dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang islami.30 Dakwah bukan hanya bunyi kata-kata, tetapi ajakan psikologis yang bersumber dari jiwa da’i. Gebyar-gebyar aktivitas dakwah banyak kita jumpai, tetapi hakikinya, itu belum tentu suatu dakwah, sebaliknya boleh jadi justru kontra dakwah. Lalu dakwah itu apa ? Hakikat dakwah bisa dilihat dari sang Da’i, bisa juga dari makna yang dipersepsikan oleh masyarakat yang menerima dakwah.
28
Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hal 11 29
Kurdi Mustofa, Dakwah Dibalik Kekuasaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal 31
30
Dakwah Sebagai Tablig. Tablig artinya menyampaikan,
orangnya disebut mubaligh. Dakwah sebagai tablig wujudnya adalah mubalig menyampaikan materi dakwah ( ceramah ) kepada masyarakat. Materi dakwah bisa berupa keterangan, informasi, ajaran, seruan, atau gagasan. Tablig biasanya dilakukan dari atas mimbar, baik di masjid, di majelis taklim, atau di tempat lain. Pusat perhatian tablig adalah menyampaikan, illa al balagh,setelah itu bagaimana respons masyarakat sudah tidak lagi menjadi tanggung jawab mubalig.
Dakwah sebagai ajakan. Orang akan tertarik kepada ajakan jika
tujuannya menarik. Oleh karena itu, Da’i harus bisa merumuskan tujuan kemana masyarakat akan diajak. Ada dua tujuan, makro dan mikro. Tujuan makro cukup jelas, yaitu mengajak manusia kepada kebahagiaan dunia akhirat. Da’i dan mubalig pada umumnya tidak pandai merumuskan tujuan mikro, tujuan jangka pendek yang mudah terjangkau, yang menarik hati masyarakat,.
Dakwah sebagai pekerjaan menanam. Berdawah juga
Dakwah berupa pekerjaan membangun. Secara makro dakwah
juga bermakna membangun, membangun apa ? Sebagaimana dicontohkan dalam sejarah, dakwah juga bisa dimaksud untuk membangun data tata dunia islam, lebih kecil lagi membangun membangun masyarakat islam atau islami, dan lebih kecil lagi membangun komunitas islam.31
c. Srategi Dakwah
Dalam menentukan desain strategi dan struktur dakwah, maka para manajer dakwah harus jeli dalam melihat kondisi
mad’u, sehingga aktivitas dakwah akan lebih mantap, efesien, serta
mampu melakukan kendali-kendali ketat yang ada dalam segala aktivitas dakwah.
Adapun faktor yang mempengaruhi strategi dan struktur organisasi dakwah dalam pengorganisasiannya adalah :
a. Takaran dan struktur
Besar kecilnya organisasi dakwah akan mempengaruhi strukturnya. Organisasi yang besar dengan banyak anggota di dalamnya akan lebih cenderung memiliki lebih banyak spesialis, departementalisasi, peraturan, dan tatanan dibanding organisasi yang
31
skopnya kecil. Disamping itu, tambahan wilayah dakwahnya pun lebih luas dan kompleks.32
2. Media Radio
a. Pengertian Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas, dan merambat lewat udara, dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).33
Dalam mempengaruhi pikiran dan tingkah laku, dan menggugah perasaan agaknya radio memiliki potensi yang besar, karena ia memiliki aspek bunyi suara manusia, sebagai identitasnya yang pertama, sehingga ia mampu untuk menimbulkan rasa keakraban dan keintiman dengan khalayaknya dan dapat berpartisipasi secara layak di dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat seremonial. Para pendengar dapat memperoleh suatu perasaan partisipasi personal dari radio yang mana dapat menimbulkan suatu approach untuk a face to face contact.34
32
M Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006), hal. 134
33
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, Radio https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radio diakses 10 Desember 2016)
b. Sejarah radio
Sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi berawal dari detemukannya radio oleh para ahli teknik di Eropa dan Amerika. Sejarah media penyiaran dunia dimulai ketika ahli fisika Jerman bernama Heinrich Hertz pada tahun 1887 berhasil mengirim dan menerima gelombang radio. Upaya Hertz itu kemudian dilanjudkan oleh Guglielmo Marconi ( 1874-1937) dari Italia yang sukses mengirimkan sinyal morse-berupa titik dan garis-dari sebuah pemancar kepada suatu alat penerima. Sinyal yang dikirim Marconi itu berhasil menyeberangi Samudra Atlantik pada tahun 1901 dengan enggunakan gelombang elektromagnetik.
Sebelum perang Dunia I meletus, Reginald Fassenden dengan bantuan perusahaan General Electric ( GE ) Corporation Amerika berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang dapat mengirimkan suara manusia dan juga musik. Sementara itu tabung hampa udara yang ketika itu bernama audion berhasil pula diciptakan. Penemuan Audion menjadikan penerimaan gelombang radio menjadi lebih mudah.35
Radio awalnya cenderung diremehkan dan perhatian kepada penemuan baru hanya terpusat sebagai alat teknologi
35
transmisi. Radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintahan untuk kbutuhan penyampaian informasi dan berita. Radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasa untuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum.
Peran radio dalam menyampaikan pesan mulai diakui pada tahun 1909, ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Radio menjadi medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat sehingga kemudian semua orang mulai melirik media ini.
Pesawat radio yang pertama kali diciptakan, memiliki bentuk yang besar dan tidak menarik serta sulit digunakan karena menggunakan tenaga listrik dari baterai yang berukuran besar. Menggunakan pesawat radio ketika itu, membutuhkan kesabaran dan pengetahuan elektronik yang memadai.
juta pesawat radio terjual kepada masyarakat dan dimulailah era radio menjadi media massa.
Stasiun radio pertama muncul ketika seorang ahli teknik bernama Frank Conrad di Pittsburgh AS, pada tahun 1920 secara iseng-iseng sebagai bagian dari hobi, membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya. Conrad menyiarkan lagu-lagu, mengumumkan hasil pertandingan olahraga dan menyiarkan instrumen musik yang dimainkan putranya sendiri. Dalam waktu singkat, Conrad berhasil mendapatkan banyak pendengar seiring dengan meningkatnya penjualan pesawat radio ketika itu. Stasiun radio yang dibangun Conrad itu kemudian itu diberi nama KDKA dan masih tetap mengudara hingga saat ini, menjadikannya sebagai stasiun radio tertua di Amerika dan mungkin juga di dunia.
langsung percaya. Dalam sejarah siaran, peristiwa itu dicatat sebagai efek siaran paling dramatik yang pernah terjadi di muka bumi.36
c. Program Siaran Radio 1) Berita
Berita radio merupakan laporan atas suatu peristiwa atau pendapat yang penting atau menarik. Siaran berita dibedakan dengan siaran informasi. Siaran berita adalah sajian fakta yang diolah kembali menurut kaidah jurnalistik radio. Sedangkan siaran informasi tidak selalu bersumber dari fakta di lapangan namun tetap dikerjakan menurut kaidah jurnalistik.
2) Perbincangan (Talk Show)
Perbincangan radio (talk show) pada dasarnya adalah kombinasi antara seni berbicara dan seni wawancara. Setiap penyiar radio sudah semestinya adalah seorang yang pandai menyusun kata-kata. Singkatnya seorang penyiar haruslah pandai berbicara. Namun penyiar yang pandai berkata-kata belum tentu bagus mewawancarai orang. Tidak semua penyiar, pandai mewawancarai orang. Apalagi
36
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, (Cet
menggabungkan keterampilan berbicara dengan berwawancara.
3) Infotainmen
Infotainmen dalam bahasa Inggris yaitu Infotainment yang merupakan singkatan dari information dan entertainment yang berarti suatu kombinasi sajian siaran informasi dan hiburan atau sajian informasi yang bersifat menghibur. Segmentasi program ini ersifat heterogen dan umumnya disajikan secara easy listening dengan durasi 5 hingga 60 menit.
4) Jinggle
Jinggle atau radio air promo adalah gabungan musik dan kata yang mengidentifikasi keberadaan sebuah stasiun radio. Tujuan produksi jinggle bagi radio adalah untuk mempromosikan keberadaan radio baru di tengah masyarakat, memberikan informasi simbol atau identitas terpenting dari radio agar selalu diingat pendengar, membentuk citra radio di benak pendnegar, pada saat disiarkan berfungsi sebagai jeda , selingan, dan sejenisnya.37
5) Periklanan
37
Radio merupakan medium periklanan yang menarik karena suatu alasan yang tidak lain adalah penghantaran pesannya kepada khalayak yang homogen. Iklan radio diproduksi dengan biaya yang tidak mahal sehingga dapat diubah, diperbarui, dan dispesialisasikan untuk memenuhi kebutuhan khalayak.38
6) Dakwah
Berdakwah (tabligh) melalui siaran radio, untuk mencapai sasarannya, yakni para pendengar, tidak memiliki proses yang kompleks. Setiap materi tabligh tinggal diucapkan di depan corong radio sebanyak yang diinginkan. Pelaksanaannya pun berlangsung dengan mudah dan cepat.
Tabligh radio dapat dilakukan melalui musik maupun kata-kata. Tulang punggung tabligh lewat radio siaran adalah musik. Orang menyetel radio terutama untuk mendengarkan musik, sebab musik merupakan hiburan. Dalam hal ini musik yang dimaksud yaitu musik religi.
Kata-kata yang ada dalam siaran radio, di samping berbentuk hiburan, juga sebagai penerangan dan
pendidikan. Bahkan, tabligh dapat menyajikan warta berita atau ceramah-ceramah yang bermanfaat.39
3. Dakwah Melalui Media Radio
Perkembangan teknologi elektronik telah membawa dampak
kepada perkembangan di bidang komunikasi massa. Berkat
perkembangan teknologi elektronik ini arus informasi dapat berjalan
cepat dan simultan, sehingga mampu menembus ruang dan waktu
antara dua tempat yang berbeda, salah satunya media radio.40
Diawali dari pemahaman kata “radio” sebagaimana yang
sering disebut orang atau khalayak, radio adalah sebuah benda atau
pesawat yang bisa diterima pancaran gelombang elektromagnetik
sehingga mengeluarkan suara, bisa dipegang dan dapat dibawa
kemana-mana. Jadi radio adalah sesuatu yang menghasilkan bunyi atau suara karena dipancarkan oleh gelombang atau frekuensi
melalui udara. Dari pengertian diatas maka yang dimaksud media radio adalah media komunikasi yang menyalurkan gagasan dan
informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
Radio tetap menarik dan dibutuhkan karena senantiasa menyesuaikan dengan tuntunan perubahan zaman, meskipun dewasa ini media informasi sudah semakin beragam dengan segala
39
Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hh. 52-53
40
kecanggihannya, tetapi radio tetap menjadi primadona karena nyaman dinikmati, tanpa harus dengan sengaja duduk secara serius di depan radio, dapat didengar secara santai sambil tiduran atau mengerjakan aktivitas lain, mengingat karakteristik yang dimiliki, pesawat radio yang bentuknya kecil, sederhana dan mudah dibawa kemana-mana tetap menjadi pilihan sebagai media yang paling murah, mudah dibeli, mudah didapatkan, dan bisa dinikmati diberbagai tempat, misalnya saat santai atau dikala serius, di rumah, di kantor, di kampus, tempat kerja, di dapur, di kamar tidur. Itulah media radio, kemudahan dan kesederhanaanya itulah akhirnya hampir semua orang mengenalnya, bisa disimak dan dinikmati program acaranya.41
Dengan demikian, perkembangan teknologi media radio
merupakan peluang sekaligus juga tantangan bagi para mubaligh.
Dikatakan sebagai peluang berarti dengan semakin beragamnya media
komunikasi dan semakin praktis dan efektifnya seorang komunikator
berhubungan dengan komunikan, maka media radio tersebut
digunakan untuk mubaligh, akan menjadikan tabligh lebih cepat dan
tepat sampai kepada sasarannya. Dan dikatakan sebagai tantangan
sebab untuk menggunakannya saja para mubaligh perlu memiliki
keterampilan, untuk membangunnya sendiri butuh dana yang tidak
sedikit, untuk mengembangkannya akan semakin dihadapkan dengan
tantangan persaingan dengan pengelola media lainya.42
41
Didin Safiuddin , Radio Siaran, ( Sidoarjo: Maret 2005), hal 1
42
Didin Safiuddin , Radio Siaran, ( Sidoarjo: Maret 2005), hal 1 42
Melalui kepedulian ini, diharapkan para mubaligh dan para
pengelola media khususnya radio dapat memiliki jati diri islami, serta
dapat mencitrakan medianya dengan nilai-nilai islam, memiliki
kebebasan dan keberanian untuk memberantas dekadensi moral
dengan berbagai bentuknya, menggalakan pendidikan akhlak dan
memajukan kualitas iman, ilmu, dan amal masyarkat.dan diharapkan
mampu mengemban visi misi tabligh.
Hal di atas penting dilakukan karena merupakan panggilan
nurani manusia yang paling fitri, sebab perjuangan di jalan Allah
merupakan perjuangan untuk mengaktualisasikan potensi
kemanusiaan seseorang sebagai mahluknya di muka bumi dalam
menyebarkan cinta kasih sayangnya kepada sesama manusia.43
4. Peranan Media radio Sebagai Media Dakwah
Media massa radio mempunyai arti penting bagi masyarakat
baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan karena dapat
mendapat pengetahuan. Di dalam proses komunikasi, peran ideal
radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin
kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk
kebutuhan, yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan. Tidak
terpenuhinya salah satu kebutuhan tersebut akan membuat radio
kehilangan fungsi sosial, kehilangan pendengar, dan pada akhirnya
akan digugat masyarakat sebab tidak berguna bagi mereka.44
Sebagai pemegang ranah publik media radio mempunyai
peran memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam
44
bidang.45
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu pranata yang muncul sebagai
suatu konsekuensi logis dari adanya suatu kebutuhan manusia akan pengajaran dan penerangan agama. Dalam hal ini dikenal
dua sistem pendidikan yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang diatur
oleh pemerintah atau swasta dan memiliki tingkatan tertentu misalnya SD, SMP, SMU dan Universitas negeri. Sedangkan pendidikan non formal adalah salah satu bentuk pendidikan yang
diperogramkan oleh pemerintah dan swasta untuk tujuan tertentu misalnya kursus-kursus seperti sekarang ini antara lain kursus
komputer, bahasa inggris, akutansi, perhotelan dan lain-lain. Selain kedua jenis pendidikan tersebut untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan tentang agama, masayarakat memperoleh pendidikan melalui media massa radio. Hal ini
untuk melengkapi atau menjaring ilmu pengetahuan yang lebih lengkap mengenai agama.
b. Informasi
Informasi adalah acara, siaran, penayangan, tulisan yang memberikan penerangan tentang agama atau penjelasan mengenai hal-hal yang telah, sedang, maupun akan berlalu atas
45
suatu peristiwa, tindakan, penemuan, hasil karya atau sikap perorangan maupun kelompok serta kebijakan atau program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan menambah wawasan. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan yang sederhana bahwa media radio mempunyai fungsi informasi kepada masyarakat sebagai sarana alat untuk menyampaikan pesan tertentu agar masyarakat mengetahui semua informasi yang disampaikan.
c. Hiburan
Media radio selain sebagai media pendidikan, informasi, juga sebagai media hiburan. Peranan radio sebagai hiburan paling banyak dijumpai dibandingkan dengan media lainya seperti majalah, surat kabar, dan buletin, sehingga sebagian besar masyarakat bertumpu kepada media radio. Pengertian hiburan menurut media elektronik radio adalah pemutaran atau penyiaran hiburan seperti musik Indonesia, musik asing, musik daerah, hiburan ringan, lawak dan lain lainya.
Media radio merupakan hiburan yang murah bila dibandingkan dengan media massa lainya, mencari hiburan di radio tidak mengeluarkan biaya, karena media tersebut pada umumnya dimiliki setiap rumah penduduk.46
46
5. Tujuan Dakwah Melalui Media Radio a. Pelajaran agama (teaching)
Pelajaran agama melalui media radio dapat disamakan dengan
pelajaran bahasa, pelajaran menyanyi dan seterusnya. Tujuannya ialah
memberikan pelajaran tentang ilmu agama kepada semua pendengar
dengan tidak membedakan kepercayaan. Dengan mengikuti pelajaran
tersebut pendengar merasa tertarik untuk percaya dan beriman yang
akhir dengan memeluknya dengan penuh keyakinan.
b. Penyebaran Agama ( Speading )
Penyebaran agama melalui media radio dapat diartikan sebagai proganda untuk menarik perhatian pendengar di luar lingkungannya yang bersifat informatif edukatif. Hal ini dapat digambarkan bahwa agama yang dibawakan adalah yang paling baik tanpa harus menjelek-jelekan agama lain. Kesempurnaan agama tersebut harus dapat dibuktikan bahwa agama tersebut dapat menjamin kebenaran. Pada dasarnya usaha tersebut terutama ditujukan kepada mereka para pendengar yang belum memeluk suatu agama. Tetapi karena sifat audien media radio yang non selective siaran-siaran tersebut dapat didengar oleh orang-orang yang sudah beragama.
c. Tuntutan agama (evagelion)
tujuannya utamanya adalah memberikan tuntunan bekal hidup beragama bagi pemeluk-pemeluk agamanya sendiri.47
6. Kelebihan Dakwah Melalui Media Radio
Media radio termasuk media komunikasi yang memilki efektifitas tinggi dalam menyampaikan pesan, Pengunaan radio sebagai salah satu media dakwah merupakan pilihan yang tepat. Pesawat radio yang kecil, harganya murah, dan bisa didengarkan kapanpun, dimanapun, serta bisa dijangkau meski pada tempat yang terpencil menjadi alasan kenapa radio diminati oleh banyak
orang. Dengan menggunakan radio sebagai media dakwah, da’i
bisa lebih efisien dalam menyampaikan pesan dakwahnya kepada
mad’unya dan dengan jangkauan yang luas.
Penyebaran agama (speading)
Radio sebagai media dakwah memiliki beberapa keutamaan antara lain:
1) Program radio dipersiapkan oleh seorang ahli, sehingga bahan yang disampaikan benar-benar berbobot (bermutu). 2) Radio merupakan bagian dari budaya masyarakat.
3) Harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas memiliki alat itu.
4) Mudah dijangkau oleh masyarakat. Artinya audien/pendengar cukup di rumah.
47
5) Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara cepat dan akurat.
6) Pesawat radio mudah dibawa kemana-mana.
Keterbatasan atau kelemahan media radio sebagai media dakwah antara lain :
1) Siaran hanya sekali di dengar (tidak dapat diulang).
2) Terikat oleh pusat pemancarnya dan waktu siaran. Artinya siaran radio tidak setiap saat dapat didengar menurut kehendaknya (obyek dakwah).
3) Terlalu peka akan gangguan sekitar, baik bersifat alami maupun teknis.48
7. Kelemahan Dakwah Melalui Media Radio
Keterbatasan atau kelemahan media radio sebagai media dakwah menurut Asmuni Syukir dalam bukunya dasar-dasar strategi dakwah Islam antara lain adalah :
a. Siaran hanya sekali didengar (tidak dapat diulang), kecuali memang dari pusat pemancarnya.
b. Terikat oleh pusat pemancarnya dan waktu siaran, artinya siaran radio tidak setiap saat dapat didengar menurut kehendaknya.
c. Terlalu peka akan gangguan sekitar, baik bersifat alami maupun
teknis.49
Sedangkan kelemahan media radio sebagai media dakwah menurut Aep Kusnawan, dalam bukunya Komunikasi dan Penyiaran Islam antara lain adalah :
1. Auditif
Yang dimaksud auditif adalah keberadaan siaran radio hanya untuk didengar. Siaran yang sampai ketelinga pendengar hanya sepintas lalu saja. Pendengar yang tidak mengerti suatu uraian dari radio siaran tidak mungkin meminta kepada penyiar untuk mengulanginya lagi, sebab ia pun tidak melihat penyiar dan siaran berlalu seperti angin, baru saja siaran itu tiba di telinga pendengar, sudah hilang lagi.
2. Gangguan
Sebagai media massa, radio tidak luput dari kekurangan, yaitu memungkinkan terjadinya gangguan. Beberapa kemungkinan gangguan ini antara lain gangguan faktor bahasa, gangguan faktor channel, serta gangguan faktor mekanik.
Siaran radio tidak semulus dan sesempurna, gangguan yang sifatnya alamiah, diantaranya sinar matahari, sehingga siaran radio lebih jelas diterima malam hari. Siaran juga kadang dipengaruhi cuaca dan turun naik gelombang atau gangguan teknis yang berupa tumpang tindih gelombang.50
49
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : AL-IKHLAS, 1983),
hal, 177 50
3. Beralur linier
Program acara disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada, tidak seperti koran dan majalah, pembaca langsung kehalaman tengah atau terakhir sesuai yang diinginkan.
4. Global
Sajian informasi radio bersifat global, tidak detail, oleh
karena itu angka-angka dibulatkan.
5. Batasan Waktu
Waktu siaran radio relatif terbatas ,hanya 24 jam sehari,
berdeda dengan surat kabar yang bisa menambah jumlah halaman
dengan bebas.51
8. Pengaruh Media Dakwah Radio
Pengaruh atau efek adalah hasil yang dicapai oleh pernyataan umum pada sasaran yang dituju. Pengaruh atau efek ialah kesan yang timbul pada audien setelah melihat, mendengar, merasa dan sebagainya, baik kesan itu positif maupun negatif.
Pada kenyataannya, tidak mudah mengetahui sejauh mana
pengaruh media radio terhadap seseorang. Oleh karena itu, perlu
penelitian yang serius terhadap seseorang setelah orang tersebut
mendengar media dakwah radio. Secara psikologis pengaruh-pengaruh
dari media dakwah radio dapat membentuk sikap jiwa tertentu. Apabila
hal 25
51
isi pesan itu telah dijiwai oleh seseorang, maka ia merasa, berfikir dan
berkeinginan sesuai dengan ajakan orang yang menyampaikan pesan
tersebut. Pengaruh media dakwah ini berbeda-beda pada tiap individu,
ada yang cepat terpengaruh dan ada yang lambat. Ini tergantung pada
kapasitas mental dan intelektual orang yang bersangkutan, karena
besarnya pengaruh media dakwah terhadap jiwa seseorang, maka umat
islam, khususnya para da’i harus lebih jeli memilih media dakwah dan
mengisinya dengan pesan-pesan yang lebih islami, baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga media radio benar-benar dapat
dimanfaatkan sehingga dakwah dapat dijangkau oleh semua manusia
dimana saja berada.52
B. Kerangka Teoritik
Pada hakikatya teori mempunyai arti untuk menyatakan sesuatu tentang kejadian aktual (actual events) atau fenomena, dan tidak semata-mata menggambarkan keadaan fiktif.53
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini teori Jarum hipodermik model ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam mempengaruhi
52
Jakfar Putih-Saifullah, Dakwah Tekstual Dan Kontesktual, (Yogyakarta : AK Group, 2006), hal 104.
53
komunikasi.Disebut jarum hipodermik karena dalam model ini dikesankan seakan-akan komunikasi “disuntikkan” langsung ke dalam jiwa komunikan.Sebagaimana obat disimpan dan disebarkan dalam tubuh sehingga terjadi perubahan dalam system fisik, begitu pula pesan-pesan persuasive mengubah system psikologis.31
Menurut Astrid Susanto, dalam buku Strategi Komunikasi yang ditulis oleh Arifin Anwar bahwa suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah pertama yang diperlukan ialah mengenal khalayak atau sasaran.
Dalam suatu strategi tersebut, lebih bisa dipahami dengan cara menggunakan empat hal, diantaranya yakni: mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, seleksi dan penggunaan media.
a. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. “Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali
31
tidak pasif, melainkan aktif, sehingga antara komunikator dan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Artinya khalayak dapat dipengaruhi oleh komunikator tetapi komunikator juga dapat dipengaruhi oleh komunikan dan khalayak.
Komunikator harus mengerti dan memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi khalayak secara tepat dan seksama. Dengan sendirinya nantinya dapat diketahui melalui orientasi, penjajakan atau penelitian. Kesemuanya ini merupakan usaha untuk mengadakan indentifikasi mengenai publik.
Dari kebutuhan-kebutuhan manusia yang bersifat pribadi, sosial dan keagamaan, merefleksikan kelakuan-kelakuan daripada manusia itu dapat disimpulkan dalam 3 golongan, yaitu:
1) Tingkat kelakuan vital biologik ; tidur, makan, sport dan sebagainya.
3) Tingkat kelakuan Metafisik (relegius) yang bersifat keagamaan dan metafisik seperti hubungan manusia dengan Yang Maha Kuasa; sembahyang, yoga, semadi dan sebagainya.32
Menurut Onong Effendi dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, dijelaskan bahwa dalam mengenal khalayak perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:
1) Faktor kerangka referensi
Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi (frame of reference)-nya. Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil hasil paduan pengalaman , pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya.
2) Faktor Situasi dan Kondisi
Yang dimaksudkan dengan situasi di sini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan.
32
Yang dimaksud dengan kondisi di sini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, sakit, atau lapar.33
Untuk mengetahui kondisi khalayak tersebut, bisa diketahui dengan cara:
1) Survei;
2) Analisis isi media;
3) Kecenderungan legislative (parlemen); 4) Focus group;
5) Open forum.34
Demikianlah sekedarnya pengenalan kita tentang manusia, sebagai sumber dan sasaran bahkan tujuan dari segala kegiatan komunikasi. Dalam mencapai efektivitas, pengenalan tentang manusia adalah hal yang penting sekali.
33
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, hh. 36-37
34
b. Menyusun Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi, ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut.
Dengan demikian awal dari suatu efektivitas dalam komunikasi, ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA Procedure atau from Attention to Action Procedure. Artinya membangkitkan perhatian (Attention) untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan (Action) sesuai tujuan yang dirumuskan.
Jadi proses tersebut, harus bermula dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang tidak menarik perhatian, tidak akan menciptakan efektivitas.
Dalam buku Strategi Komunikasi yang ditulis Arifin Anwar , masalah ini, Wilbur Schramm mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut:
2) Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu.
3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.
4) Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.35
Di samping itu, dalam menyusun pesan gaya bahasa juga memiliki peran yang penting. Menurut Onong Effendy, bahasa terdiri atas kata atau kalimat yang mengandung pengertian denotatif dan pengertian konotatif.
Dalam melancarkan komunikasi, kita harus berupaya menghindarkan pengucapan kata-kata yang mengandung pengertian konotatif. Jika terpaksa harus kita katakan karena tidak ada perkataan lain yang tepat, maka kata yang diduga mengandung pengertian konotatif itu perlu diberi penjelasan mengenai makna yang dimaksudkan. Jika dibiarkan, bisa menimbulkan interpretasi yang salah.36
35
Arifin Anwar, Strategi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 67-69
36
c. Menetapkan Metode
Dalam dunia komunikasi pada metode penyampaian/ mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya.
Salah satu metode dapat diwujudkan yaitu metode : informatif, persuasif, edukatif, dan kursif.
a) Informatif
Dalam dunia Publisistik atau komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metoda) memberikan penerangan. Atau seperti dalam buku Strategi Komunikasi yang ditulis oleh Arifin Anwar, bahwa Jawoto berpendapat: memberikan informasi tentang facts semata-mata, juga facts bersifat kontroversial, atau memberikan informasi dan menuntun umum ke arah suatu pendapat.
b) Persuasif
Metoda persuasif, merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkan kalau dapat khalayak itu dapat terpengaruh secara tidak sadar.
Metoda edukatif, mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang akan berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta dan pengalaman-pengalaman. Dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.
d) Kursif
Kursif (Cursive) berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Dalam hal ini khalayak dipaksa, tanpa perlu berpikir lebih banyak lagi, untuk menerima gagasan-gagasan atau idea-idea yang dilontarkan.37
d. Seleksi dan Penggunaan Media
Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media pun harus demikian pula.38
Menurut Jalaluddin Rahmat yang mengutip pandangan Elizabeth Noell Neuman bahwa ada empat ciri pokok dalam berkomunikasi melalui media. Terutama bagi media massa.
1) Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis.
37
Arifin Anwar, Strategi Komunikasi, hal. 86-87
38
2) Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara para peserta komunikasi.
3) Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang terbatas dan anonim.
4) Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.39
Ada puluhan jenis media komunikasi, baik yang termasuk media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film, maupun yang termasuk media nirmassa seperti surat, telepon,folder, poster, spandoek, dan sebagainya. Tidak semua media perlu dipergunakan, sebab kalau demikian halnya tidaklah efisien.40
C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
1. Strategi Public Relations Radio Suara Muslim Surabaya Dalam Menghadapi Kompetisi Media Massa. Oleh mahasiwa UIN Sunan Ampel Surabaya Hilman Efendi, NIM : B06206079, S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada tahun 2015. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode observasi (pengamatan), wawancara secara mendalam, dan dokumentasi. Menggunakan teknik triangulasi untuk menguji kevaliditasan data.
39
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 189
40
Persamaan dari penelitian tersebut sama-sama meneliti tentang strategi, subyeknya sama-sama radio, dan sama-sama menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya terdapat pada strategi yang digunakan. Pada penelitian tersebut menggunakan strategi public relations, sedangkan penulis menggunakan strategi komunikasi efektif.
2. Strategi Komunikasi Public Relations Radio Komunitas Awang-Awang Dalam Mempertahankan Loyalitas Pendengar. Oleh mahasiwa IAIN Sunan Ampel Surabaya Yusfi Rahmansyah, NIM : B06211008, S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah pada tahun 2010. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan jenis penelitian kualitatif, analisis analisis data secara kritis dengan teori Uses And Gratification. Persamaan dari penelitian tersebut sama-sama meneliti tentang strategi komunikasi. Subyeknya sama-sama radio, dan sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan perbedaannya terdapat pada strategi yang digunakan. Pada penelitian tersebut menggunakan strategi komunikasi public relations, sedangkan penulis menggunakan strategi komunikasi efektif.
Fakultas Dakwah pada tahun 2010. Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan analisis induktif yang bermanfaat untuk memberikan informasi, fakta dan data mengenai persepsi pendengar terhadap program acara dakwah Kajian Rutin di Radio Darul Falah (Dafa) FM Mojosari-Mojokerto. Persoalan yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu: 1) Bagaimana persepsi pendengar terhadap program acara dakwah Kajian Rutin di Radio Darul Falah (Dafa) FM Mojosari-Mojokerto, 2) Bagaimana pendengar memahami isi pesan pada program acara dakwah Kajian Rutin di Radio Darul Falah (Dafa) FM Mojosari-Mojokerto. Kajian teori menggunakan teori Uses and Gratification, sehingga memperoleh data yang bersifat holistic (utuh). Persamaan dari penelitian tersebut sama-sama menggunakan program radio sebagai media yang diteliti. Sedangkan perbedaannya pada penelitian tersebut meneliti persepsi pendengar, sedangkan penulis meneliti strategi komunikasi efektif.
El victor. Kajian pustaka disini berisi mengenai definisi 1) Sejarah Perkembangan Radio 2) Radio Sebagai Media Massa 3) Karakteristik Pendengar Radio 4) Respon Pendengar Radio. Kajian teori menggunakan teori SR untuk mendukung. Persamaan dari penelitian tersebut sama-sama menggunakan program radio sebagai media yang diteliti. Sedangkan perbedaannya pada penelitian tersebut meneliti respon pendengar, sedangkan penulis meneliti strategi komunikasi efektif.
PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAAN
BAB III
METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metodologi penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.1
Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe deskripsi kualitatif, di mana peneliti mendeskripsikan atau mengonstruksi wawancara-wawancara mendalam terhadap obyek penelitian.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah untuk mencari dan menemukan pengertian dan pemahaman tentang fenomena, penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Menurut
1
Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.2
B. Obyek dan Sasaran Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, pemilihan subjek penelitian dapat menggunakan criterion-based selection, menurut Muhajir dalam buku Metode Penelitian Ilmu Sosial yang ditulis oleh Muhammad Idrus. Yang didasari pada asumsi bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian yang diajukan.3
Sesuai dengan judul yang peneliti angkat yaitu Analisis Progam Religi Madani Fm Sebagai Media Dakwah “ Strategi Dakwah Radio Madani Fm Kepada Masyarakat Kabupaten Bojonegoro Melalui Progam Pengajian Ahad Pagi “ adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah radio Madani FM, yang bertempat di Jalan Teuku Umar Nomor 48 Bojonegoro.
Sedangkan objek sendiri adalah suatu hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan, atau sasaran yang akan diteliti, dalam penelitian ini,
peneliti menjadikan program “Pengajian Ahad Pagi” sebagai objek yang akan di
teliti.
2
Lexi J. Moleong, Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal 4.
3
C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Dalam tahap ini, peneliti harus merujuk kepada fokus kajian, tujuan penelitian, dan pertanyaan penelitian yang hendak dicari jawabannya. Dari ketiga hal tersebut akan dengan mudah untuk menentukan jenis data yang akan dicari.4
a. Data Primer
Data primer adalah segala informasi kunci atau data fokus penelitian yang didapat dari informan sesuai dengan fokus penelitian atau data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan dan kelompok. Data ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.5
Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah manager program “Pengajian Ahad Pagi” radio Madani FM yang bernama Bram Priambodo. Data ini diperoleh dari hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017 bertempat di ruang pertemuan kantor redaksi radio Madani FM.
b. Data Sekunder
4
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hal. 153
5
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, atau sebagai data pelengkap dan pendukung penelitian, data ini berupa kajian pustaka atau teori-teori yang bekaitan dengan obyek penelitian yang mendukungnya. Termasuk dokumen, surat-surat, foto, hasil rekaman, video, dan segala hal yang berhubungan dengan penelitian.6
Dalam data sekunder ini peneliti mendapatkan data berupa rekaman program “Pengajian Ahad Pagi” dan rekaman waktu berwawancara dengan manager program “Pengajian Ahad Pagi”, dokumen apresiasi pendengar serta dokumen struktur organisasi radio Madani FM.
2. Sumber Data Tertulis
Sumber tertulis dapat dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua. Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.7
Dalam upaya untuk menggali data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, penulis mencari sumber data tertulis untuk memperkuat hasil penelitian. Dalam hal ini penulis mendapat data tertulis berupa profil radio Madani FM, program “ Pengajian Ahad Pagi” radio
6
Ibid hal. 210
7
Madani FM dan dokumen dan arsip-arsip yang lain yang berkaitan dengan obyek penelitian.
Selain itu peneliti juga menggunakan sumber data tertulis berupa buku profil tentang radio Madani FM. Selain dari buku-buku ilmiah peneliti juga menggunakan arsip-arsip dokumen yang berupa arsip data group Forum Diskusi, arsip data apresiasi pendengar “Pengajian Ahad Pagi”, dan arsip data struktur organisasi radio Suara Surabaya.
D. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, terdapat beberapa tahap-tahap, penelitian menurut Bogdan dan Taylor ada 3 tahap penelitian kualitatif yaitu : 1).Tahap pra lapangan 2). Tahap pekerjaan lapangan 3). Tahap analisis data.8
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan merupakan penjajakan dan menilai keadaan lapangan penelitian : ada beberapa yang harus dilakukan dalam tahapan ini yaitu :
a. Memilih Lapangan Penelitian
Cara terbaik yang harus ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian yaitu mengawasi dan menjajaki lapangan penelitian, atas pertimbangan serta melihat fenomena yang ada kemudian penulis
8
mengambil lokasi penelitian di radio Madani FM, karena radio tersebut merupakan radio religius dan informatif.
b. Menyusun Rancangan Penelitian
Setelah peneliti menemukan sebuah masalah yang dapat dijadikan penelitian kemudian peneliti mencari dan mendalami referensi yang membahas tentang masalah tersebut. Setelah melakukan pendalaman refrensi, kemudian dilakukan diskusi baik dengan teman kampus, dosen, maupun dosen pembimbing sehingga lahirlah judul penelitian : Strategi Dakwah Radio Madani FM Kepada Masyarakat Kabupaten Bojonegoro Melalui Progam Pengajian Ahad Pagi “ judul ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk dilanjutkan dalam pengujian proposal.
c. Mengurus Perizinan
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah mengurus perizinan
penelitian dalam hal ini penulis minta izin kepada pihak terkait yaitu Dekan
fakultas dakwah dan ketua jurusan KPI selaku pemberi wewenang
penelitian, dan selanjutnya penulis menyampaikan kepada pihak HRD
radio Madani FM Bojonegoro dan di balas pada tanggal 03 November
d. Mengidentifikasi dan Menilai Lapangan Penelitian.
Setelah mendapat ijin dari bagian HRD Madani FM, di hari pertama peneliti menggunakan kesempatan untuk menilai dan mengidentifikasi lapangan penelitian serta mulai menentukan perkiraan informan yang akan dipilih guna membantu penelitian ini.
Tahap ini sangat penting bagi peneliti karena bermanfaat untuk mengetahui bagaimana situasi yang akan diteliti dan apa saja yang akan dijalankan oleh peneliti serta mudah untuk menyesuaikan diri pada lapangan penelitian.
e. Memilih dan Memanfaatkan Informan