• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kabupaten Rembang Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kabupaten Rembang Tahun 2017"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN

KEBIJAKAN UMUM APBD [KUA] SERTA

PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA [PPAS]

KABUPATEN REMBANG TAHUN 2017

RANCANGAN

KEBIJAKAN UMUM APBD [KUA] SERTA

(2)

BAPPEDA KABUPATEN REMBANG

Jl. P. Diponegoro No. 85 Rembang 59211

PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG

(3)

NOTA KESEPAKATAN

ANTARA

PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG

DENGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN REMBANG

NOMOR : 019.6/ 606 /2016

TANGGAL : 16 November 2016

TENTANG

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUA)

TAHUN ANGGARAN 2017

Yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : H. Abdul Hafidz

Jabatan : Bupati Rembang

Alamat Kantor : Jl. P. Diponegoro No. 90 Rembang

bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kabupaten Rembang

2. a. Nama : H. Majid Kamil MZ

Jabatan : Ketua DPRD Kabupaten Rembang

Alamat : Jl. P. Diponegoro No. 88 Rembang

b. Nama : H. Gunasih, SE

Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Rembang

Alamat : Jl. P. Diponegoro No. 88 Rembang

c. Nama : H. M. Bisri Cholil Laquf

Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Rembang

Alamat : Jl. P. Diponegoro No. 88 Rembang

d. Nama : Sumarsih

Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Rembang

Alamat : Jl. P. Diponegoro No. 88 Rembang

Sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Kabupaten Rembang

Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) diperlukan Kebijakan Umum APBD yang disepakati bersama antara DPRD dengan

Pemerintah Daerah untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan plafon

(4)

Berdasarkan hal tersebut diatas, para pihak sepakat terhadap Kebijakan Umum APBD yang

meliputi asumsi – asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran 2017, Kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah,

yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun

Anggaran 2017.

Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2017 disusun dalam Lampiran yang

menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Kesepakatan ini.

Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Prioritas dan

Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2017.

Rembang, 16 November 2016

BUPATI REMBANG

Selaku,

PIHAK PERTAMA

H. Abdul Hafidz

PIMPINAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN REMBANG

Selaku,

PIHAK KEDUA

H. Majid Kamil MZ

KETUA

H. Gunasih, SE

WAKIL KETUA

H. M. Bisri Cholil Laquf

WAKIL KETUA

Sumarsih

(5)

I.1 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

1.1. Latar Belakang

Pembangunan daerah dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan bertujuan untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia. Pembangunan daerah yang baik didasarkan pada perencanaan yang bertumpu pada penetapan prioritas pembangunan berbasiskan pada keinginan/aspirasi rakyat. Sesuai dengan amanatUndang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang - Undang Nomor 9 tahun 2015, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka rencana pembangunan yang akan dianggarkan dalam APBD terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam bentuk Nota Kesepakatan tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahKebijakan Umum APBD (KUA) adalah dokumen yang memuat kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. KUA Kabupaten Rembang Tahun 2017 disusun dengan mendasarkan pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Rembang Tahun 2017 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bupati Rembang Nomor 27 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2017. RKPD Kabupaten Rembang Tahun 2017 disusun melalui beberapa pendekatan perencanaan yaitu teknokratis, partisipatif, politis, atas - bawah dan bawah-atas (top- down/bottom up) melalui proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Rembang. RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang pelaksanaannya berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dimana Kebijakan Umum APBD merupakan dokumen yang memuat (a) Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan indikator ekonomi makro daerah; (b) Asumsi dasar penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017 termasuk laju inflasi, pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan kondisi ekonomi daerah; (c) Kebijakan pendapatan

PENDAHULUAN

(6)

I.2 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

daerah yang menggambarkan prakiraan rencana sumber dan besaran pendapatan daerah untuk Tahun Anggaran 2017 serta strategi pencapaiannya; (d) Kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program dan langkah kebijakan dalam upaya peningkatan pembangunan daerah yang merupakan manifestasi dari sinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan pemerintah serta strategi pencapaiannya; (e) Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran daerah sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam rangka menyikapi tuntutan pembangunan daerah serta strategi pencapaiannya.

Dalam rangka penyusunan Kebijakan Umum APBD didasarkan pada Peraturan Bupati Rembang Nomor 27 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Rembang Tahun 2017 dan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016, serta Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang perangkat Daerah.

Rencana pembangunan daerah Kabupaten Rembang tahun 2017 dituangkan dalam bentuk Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Rembang Tahun 2017 merupakan RKPD transisi dimana RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016 - 2021 merupakan dokumen perencanaan jangka menengah untuk periode 5 (lima) tahun kedua, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Rembang Tahun 2016 - 2021 dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan daerah yang diperlukan sebagai pedoman bagi penyusunan RAPBD Tahun 2017. Penyusunan KUA Tahun 2017 juga harus mempertimbangkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Rembang terbaru, dimana terdapat perubahan yang signifikan terhadap pembentukan Perangkat Daerah.

Permasalahan pembangunan daerah merupakan expectation gap antara kinerja

pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan atau antara apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat perencanaan sedang dibuat. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal dan kelemahan yang tidak diatasi. Permasalahan pembangunan daerah yang akan menjadi agenda utama untuk ditangani melalui program dan kegiatan selama satu tahun mendatang dikelompokkan berdasarkan urusan, yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Pendidikan

1) Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan anaknya ke lembaga PAUD, dari jumlah peserta PAUD tahun 2015 sebesar 15.289 anak sementara jumlah penduduk pada usia 0 - 3 tahun di Kabupaten Rembang tahun 2015 sebesar 37.355 anak, artinya masih ada 22.066 orang penduduk usia 0 - 3 tahun yang yang belum terlayani. APK PAUD 3 – 6 tahun pada tahun 2015 meningkat menjadi 72,36%.

(7)

I.3 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

3) Belum optimalnya angka capaian APM jenjang pendidikan dasar baik SD sederajat maupun SMP sederajat, data tahun 2015, APM SD sederajat sebesar 86,90% sedangkan APM SMP sederajat baru 76,50%. Angka tersebut masih dibawah target MDGs dan juga PUS/EFA (Pendidikan Untuk Semua/Education for All) sebesar 100%;

4) Masih adanya angka putus sekolah untuk SD dan SMP sederajat. Angka putus sekolah jenjang pendidikan SD sederajat 0,01% pada tahun 2015, meskipun angka putus sekolah SD sederajat Kabupaten Rembang sudah di bawah Angka Putus Sekolah Nasional yaitu 0,15%. Sedangkan angka putus sekolah SMP sederajat tahun 2015 sebesar 0,19%, angka ini sedikit lebih baik dari target nasional sebesar 0,22% ;

5) Angka melanjutkan sekolah belum optimal. Angka Melanjutkan dari SMP sederajat ke SMA sederajat pada tahun 2015, sebesar 86,24%, kondisi ini dibawah target yang ditetapkan oleh Renstra Kemendikbud yaitu 90%.

6) Masih rendahnya kualitas pendidik pada jenjang pendidikan PAUD dan SD/MI. Hal tersebut dapat dilihat dari masih rendahnya persentase pendidik dengan kualifikasi S1/D4, untuk pendidik PAUD pada tahun 2015 sebesar 1,75%, dan SD/MI sebesar 87,31%. Sementara untuk capaian SMP/MTs 92,33% dan SMA/SMK 96,17%, sudah cukup baik namun masih perlu untuk ditingkatkan. Sebagaimana Resntra Kementrian, target persentase guru dalam jabatan berkualifikasi akademik S1/D4; untuk SD 82%, SMP 98% dan SMA 100%.

7) Belum adanya dukungan tenaga kependidikan (tenaga administrasi) dalam penyelenggaran pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (Hampir seluruh SD belum memiliki tenaga administrasi).

8) Belum meratanya distribusi tenaga guru (PNS) pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD).

2. Kesehatan

1) Tingginya Angka Kematian Ibu. Kematian ibu merupakan isu nasional dan menjadi target dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Kabupaten Rembang memiliki kasus kematian yang cukup tinggi tahun 2011 sampai dengan 2015, kasus kematian ibu cenderung mengalami penurunan yaitu berturut-turut 11 kasus, 13 kasus, 17 kasus, 14 kasus dan tahun terakhir 8 kasus. Jumlah kasus tersebut masih belum memenuhi target penurunan angka kematian ibu sebesar 2 kasus;

2) Meningkatnya penyakit menular dan penyakit tidak menular. Pertumbuhan penduduk dan mobilitas penduduk yang tinggi menyebabkan tingkat penularan penyakit seperti TB dan HIV AIDS. Sedangkan rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menyebabkan tingginya kasus DBD. Angka kejadian TB/100.000 penduduk sebesar 90 pada tahun 2015, meningkat dari angka kejadian 75,98 pada tahun 2011. Sedangkan angka kesakitan DBD 113,15/100.000 penduduk pada tahun 2015, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 sebesar 16,23;

(8)

I.4 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

tahun 2014, jumlah kelahiran hidup sebanyak 8.999 bayi, jumlah bayi yang meninggal sebanyak 125 bayi dengan Angka Kematian bayi (AKB) sebesar 13,89/1.000 KH; 4) Belum optimalnya mutu pelayanan kesehatan dasar karena seluruh Puskesmas pada

tahun 2016 ini belum terakreditasi ;

5) Kurangnya kualitas dan kuantitas SDM dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dilihat rasio dokter per satuan penduduk 10,05 per 100.000 penduduk. Adapun target indikator Indonesia sehat, adalah 40 dokter per 100.000 penduduk.

6) Masih rendahnya cakupan rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Pada tahun 2015 cakupan rumahtangga berperilaku hidup bersih dan sehat baru sebesar 77,1%.

3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1) Belum optimalnya sistem drainase di perkotaan karena banyak saluran drainase (36%) yang rusak / tersumbat ;

2) Belum semua rumah tangga terlayani air minum, total rumah tangga yang mampu mengakses air minum hanya 74,34%. Cakupan pelayanan air minum target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2019 mencapai 100%;

3) Belum terintegrasinya pembangunan jaringan air minum. Belum adanya fasilitasi pembangunan jaringan air berbasis embung sungai dan sumur bawah tanah yang disambungkan dengan instalasai pengolahan air minum.

4) Belum semua jalan kondisinya baik, persentase kondisi jalan dalam kondisi baik baru mencapai 48,98% pada tahun 2015;

5) Belum terpenuhinya target RTH publik, karena dari target 20% baru mampu mencapai 11,75% ;

6) Belum optimalnya pengendalian tata ruang. Hal ini terjadi karena perubahan pola dan struktur tata ruang pada dokumen RTRW yang tersedia.

7) Kurangnya ketersediaan air baku baik air irigasi maupun air industri. Tahun 2015 kapasitas maksimal ketersediaan air baku baru sebesar 8.101.319.000 m3 untuk irigasi dan industri.

4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

1) Masih terdapat kawasan kumuh yang belum tertata dan tersentuh program penataan lingkungan; Terdapat 47 desa/kelurahan tersebar di 4 kecamatan di wilayah pesisir termasuk wilayah permukiman kumuh.

2) Belum optimalnya penyediaan rumah oleh Pemerintah Daerah, selama ini sebagian besar kebutuhan rumah dipenuhi oleh perorangan maupun swasta.

3) Masih adanya rumah tidak layak huni. Jumlah rumah tidak layak huni pada tahun 2015, sebesar 59.453 unit.

5. Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat

(9)

I.5 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

Tahun 2015 sebesar 351 kasus kriminal, menurun dibandingkan dengan kejadian tahun 2014 terjadi sebanyak 354 kasus, namun penurunannya belum signifikan. Adapun angka kriminalitas tahun 2015 5,12% lebih rendah dari capaian tahun sebelumnya 5,32%;

2) Belum optimalnya peran serta ormas atau LSM dalam peningkatan wawasan kebangsaan di masyarakat.

6. Sosial

1) Masih adanya PMKS yang belum terdata dan belum tertangani, PMKS yang mendapatkan bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar 40% pada tahun 2015;

2) Rendahnya aksesibilitas pelayanan dan rehabitilasi kesejahteraan sosial, yang tertangani baru 50% ;

3) Minimnya persentase panti sosial yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. Pada tahun 2015 jumlah panti sosial di Kabupaten Rembang sebanyak 9 unit dan baru mencapai 63,12% yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial;

7. Tenaga Kerja

1) Masih relatif tingginya angka TPT. Capaian TPT tahun sebesar , %.

2) Masih tingginya pencari kerja yang belum mampu ditempatkan, dimana TPAK/ persentasenya pencari kerja yang ditempatkan pada tahun 2015 baru mencapai 66,97%.

8. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

1) Masih adanya ketimpangan gender dalam masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari data 2014 Capaian IPG Kabupaten Rembang yaitu sebesar 86,04 dari kondisi ideal 100, sementara itu apabila dibandingkan dengan IPG Provinsi Jawa Tengah angka tersebut lebih rendah. Angka IPG provinsi sebesar 91,89 ;

2) Masih sedikitnya lembaga PUG yang aktif dalam upaya pencapaian kesetaraan gender yaitu 4 dari 62 lembaga yang ada ;

3) Masih tingginya kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan. Jumlah kasus kekerasan anak dan perempuan pada tahun 2015 sebanyak 12 kasus.

4) Rendahnya akses perempuan terhadap sumberdaya pembangunan daerah, hal ini didindikasikan dengan rendahnya keterlibatan perempuan di DPRD yaitu hanya 22,22% tahun 2015 ;

5) Rendahnya partisipasi perempuan di lembaga pemerintah, pada tahun 2015 hanya mencapai 3,14%, dibandingkan tahun sebelumnya kondisinya tidak ada perubahan (stagnan);

(10)

I.6 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

eselon 2, 23 pejabat eselon 3, 128 pejabat eselon 4, dan 26 pejabat eselon V. Kondisi tersebut jauh dibandingkan jumlah pejabat laki-laki ;

7) Rendahnya perempuan sebagai tenaga manager, profesional, administrasi, teknisi. Tahun 2011 persentase perempuan sebagai tenaga profesional sebesar 45,14% sudah menunjukkan angka keseimbangan, namun kondisinya terus menurun hampir setiap tahun dan pada tahun 2015 mencapai angka 37,22 %, merupakan capaian yang terkecil selama lima tahun terakhir ;

8) Rendahnya keberdayaan perempuan ditunjukan dengan semakin menurunnya angka IDG dari tahun 2011 sd 2014 yaitu dari 66,97 menjadi 66,43, capaian IDG tersebut jauh di bawah capaian Provinsi Jawa Tengah sebesar 74,46;

9) Belum tersedianya secara lengkap data terpilah gender pada seluruh PD sebagai dasar untuk perencanaan program kegiatan maupun pengambilan kebijakan.

10)Masih minimnya jumlah Desa Ramah Anak. Penetapan Desa Gunem sebagai desa percontohan perlindungan anak, perlu diikuti dengan desa-desa lain guna meningkatkan capaian indikator KLA.

9. Pangan

1) Masih rendahnya kualitas konsumsi pangan penduduk dan belum sesuai dengan pola konsumsi pangan yang aman, beragam dan bergizi seimbang. Hal ini ditandai dengan dengan skor PPH pada tahun 2015 sebesar 86,8 angka ini belum ideal karena terdapat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap konsumsi beras dan terigu.

2) Belum optimalnya pengelolaan cadangan pangan melalui sistem CPPD (Cadangan Pangan Pemerintah Daerah) dan CPM (Cadangan Pangan Masyarakat). Sampai saat ini Kabupaten Rembang belum mempunyai CPPD.

3) Meningkatnya ancaman penggunaan bahan kimia dan bahan tambahan pangan berbahaya pada produk pangan, sehingga memerlukan pengawasan mutu dan keamanan pangan ;

10. Pertanahan

1) Masih banyaknya bidang tanah yang belum bersertifikat. Bidang tanah yang bersertifikat dari tahun 2011 sd 2015 adalah 38,7% dari total 365.502 bidang tanah di Kab. Rembang.

11. Lingkungan Hidup

1) Masih rendahnya penanganan sampah, ditunjukkan dengan kondisi penanganan sampah pada tahun 2015 baru mencapai 72% artinya masih ada 28% sampah yang belum tertangani;

(11)

I.7 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

3) Rendahnya aktivitas pemantauan terhadap status baku mutu air, dari 43 titik wajib pantau baru 3 titik yang mendapatkan pemantauan pada tahun 2015;

4) Masih lemahnya sistem pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL; Hal ini ditandai dengan Masih banyaknya perusahaan yang belum menyusun dan melaksanakan RKL/RPL maupun UKL/UPL.

5) Masih banyaknya usaha dan/atau kegiatan yang belum memenuhi persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air.

6) Indeks Kualitas Lingkungan hidup belum tercapai sesuai dengan standar nasional yaitu 68,5 pada tahun 2019, kondisi pada tahun 2014 baru mencapai 63,45.

7) Masih terbatasnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dari tahun 2011 sd 2015 jumlah TPA hanya 1 unit.

8) Belum optimalnya upaya rehabilitasi hutan mangrove. Hutan mangrove yang direhabiltiasi baru mencapai 116 ha.

9) Masih adanya lahan kritis yaitu sebesar 560 ha pada tahun 2015.

12. Kependudukan dan Catatan Sipil

1) Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengurus dokumen kependudukan. Hal tersebut dapat dilihat dari masih rendahnya cakupan penduduk yang memiliki KTP sebesar 87,52%, bayi ber-akte kelahiran 96,45% dan rasio kepemilikan akta lahir sebesar 81% tahun 2015. Hal tersebut masih berada cukup jauh dibawah target yang diharapkan seperti yang termuat dalam SPM ;

2) Belum optimalnya informasi administrasi kependudukan yang diselenggarakan. Tahun 2015 hanya mampu tercapai 85,50% meskipun trennya selalu meningkat dari tahun ke tahun.

13. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

1) Belum optimalnya peran kelembagaan masyarakat desa dalam upaya pemberdayaan masyarakat ;

2) Belum optimalnya pemberdayaan PKK dan Posyandu. Jumlah PKK aktif 309 dan Posyandu aktif 1.225 pada tahun 2015.

3) Masih rendahnya swadaya masyarakat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa. Hal ini dapat dilihat dari persentase swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat yaitu sebesar 0,4% pada tahun 2015.

4) Kesiapan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa dalam penerapan undang-undang tentang desa masih belum optimal.

5) Belum optimalnya kapasitas pemerintahan desa dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa.

14. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

(12)

I.8 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

peserta aktif pria 1,14%;

2) Masih tingginya angka Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber-KB tidak terpenuhi (Unmet Need) dan Drop Out (DO), pada tahun 2015 mencapai angka sebesar 6,93%; 3) Tingginya cakupan PUS dengan usia di bawah 20 tahun. Hal ini ditunjukan bahwa

cakupan PUS yang istrinya di bawah usia 20 tahun sebesar 3,68% pada tahun 2015. Selain itu data tersebut dari tahun 2011 – 2015 cenderung meningkat.

4) Masih rendahnya cakupan tribina pada desa/kelurahan untuk meningkatkan ketahanan keluarga. Cakupan tribina pada tahun 2015 baru sebesar 83,80%.

15. Perhubungan

1) Ketersediaan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang belum memadai, baik yang melayani penumpang dalam kabupaten maupun yang menghubungkan antar kabupaten;

2) Masih tingginya jumlah angka kecelakaan di Kabupaten Rembang. Pada tahun 2015 mencapai jumlah 408 angka kecelakaan.

3) Masih kurangnya ketersediaan fasilitas jalan pada jalan kabupaten/kota. Terdapat 67% fasilitas perlengkapan jalan termasuk rambu, marka dan guardrail dan PJU di tahun 2015.

4) Masih rendahnya jumlah persentase kapal yang bersertifikasi. Pada tahun 2015 baru 28,78% kapal yang bersertifikasi.

5) Belum optimalnya pelaksanaan pembangunan dan kegiatan operasional Pelabuhan Rembang Terminal Sluke.

6) Lemahnya pengawasan terhadap kendaraan berat yang melintas di Kabupaten Rembang.

7) Belum optimalnya pemanfaatan pangkalan truk,

8) Rendahnya ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan. Pada tahun 2015 ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan sebesar 67%.

16. Komunikasi dan Informatika

1) Belum optimalnya pemanfaatan website milik pemerintah daerah maupun Perangkat Daerah untuk penyebarluasan informasi pembangunan kepada masyarakat luas. pada tahun 2015 perangkat daerah yang memiliki website baru sebesar 86,97%, dan informasi yang disajikan belum up to date.

2) Belum optimalnya sistem informasi terpadu yang mengarah pada e-Government dan penerapan blueprint e-Government belum optimal. Jumlah aplikasi e-goverment di lingkup pemerintah daerah kabupaten/kota adalah 20 aplikasi pada tahun 2015.

3) Kurangnya sumberdaya manusia yang memiliki komptensi di bidang teknologi informasi.

4) Belum adanya unit pengaduan online terpadu.

(13)

I.9 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

17. Koperasi dan UMKM

1) Masih terdapat koperasi yang tidak aktif. Pada tahun 2015 sebesar 21,00% koperasi yang tidak aktif dari total 554 koperasi.

2) Masih rendahnya peluang UMKM untuk meningkatkan skala usaha melalui peningkatan asset dan omzet;

3) Rendahnya partisipasi UMKM mengikuti pameran promosi produk. Pada tahun 2015 hanya 6 UMKM atau 0,01% dari total 39.363 UMKM yang ada bisa mengikuti pameran promosi produk.

4) Belum optimalnya pengembangan UMKM yang berbasis ekonomi kreatif.

18. Penanaman Modal Daerah

1) Kurangnya promosi potensi Kabupaten Rembang kepada calon investor ;

2) Belum optimalnya peningkatan nilai investasi. Hal ini diindikasikan oleh minimnya jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA, hanya sebanyak 20 investor dengan nilai investasi 3,478 T pada tahun 2015.

3) Masih kurangnya kegiatan fasilitasi pemerintah daerah dalam rangka kerjasama kemitraan investasi. Pada tahun 2015 hanya berjumlah 3 kegiatan fasilitasi.

19. Kepemudaan dan Olahraga

1) Belum optimalnya pembinaan atlet olahraga prestasi.

2) Masih rendahnya jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh generasi muda. Jumlah KUPP/KWP (Kelompok Wirausaha Pemuda) hanya berjumlah 22 kelompok pada tahun 2015, belum ada perkembangan dari tahun 2011 dengan angka yang sama.

3) Belum optimalnya kegiatan pembinaan terhadap organisasi kepemudaan dan kegiatan kepemudaan yang ada.

4) Kurangnya penyelenggaraan event olahraga.

5) Belum tercukupinya sarana dan prasarana pengembangan pemuda dan olahraga.

20. Statistik

1) Belum lengkapnya data yang disajikan dalam buku statistik daerah sesuai dengan kebutuhan informasi pembangunan daerah ;

2) Belum tepatnya waktu penerbitan buku statistik daerah.

3) Belum tersedianya database yang berisi data dan informasi yang valid dan up to date.

21. Persandian

1) Pengelolaan persandian belum optimal karena belum sepenuhnya ditangani tenaga ahli persandian sehingga persandian masih sebatas sarana komunikasi antar instansi pemerintah.

(14)

I.10 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

1) Belum optimalnya pelaksanaan pelestarian benda cagar budaya di Kabupaten Rembang, karena saat ini benda cagar budaya yang dilestarikan baru 6,3% (2015), karena belum optimalnya pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Benda Cagar Budaya (BCB) di Kabupaten Rembang.

2) Masih rendahnya pembinaan kelompok kesenian dimana dari jumlah kelompok kesenian yang ada 311 kelompok, yang terbina baru 65 %;

3) Belum tersedianya Gedung Kesenian/ sarana dan prasarana yang representatif untuk menampung aktivitas seni.

4) Masih sedikitnya jumlah dan kualitas kegiatan penyelenggaraan seni tradisi dan budaya. Tahun 2015 hanya terdapat 18 penyelenggaraan kegiatan.

23. Perpustakaan

1) Masih rendahnya minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan daerah. Tahun 2015 hanya sebanyak 16.819 pengunjung;

2) Masih sedikitnya jumlah perpustakaan di tingkat kecamatan dimana hanya terdapat 2 Unit dari 14 Kecamatan di Kabupaten Rembang, dan jumlah perpustakaan kelililing hanya 1 unit di tahun 2015 yang melayani seluruh wilayah kabupaten.

3) Masih terbatasnya jumlah pustakawaan yang tersertifikasi.

24. Kearsipan

1) Masih kurangnya SDM pengelola kearsipan (arsiparis) baik tenaga terampil maupun ahli. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah tenaga arsiparis kategori terampil yang hanya 2 (dua) orang dan belum adanya arsiparis kategori ahli ;

2) Terbatasnya sarana dan prasarana penyelenggaraan perpustakaan dan arsip daerah; hal ini terlihat dari gedung penyimpanan arsip yang kurang representatif, Kendaraan perpustakaan keliling, bahan pustaka dan sarana penunjang lainnya. Untuk gedung dan ruangan yang tersedia baru dapat menampun 70% arsip yang ada; peralatan yang tersedia baru 60%.

3) Rendahnya duplikasi arsip ke dalam bentuk digital, tahun 2015 hanya mencapai 15%. 4) Rendahnya pengelolaan arsip secara baku. Capaian 2015 sebesar 31,9%.

25. Kelautan dan Perikanan

1) Belum optimalnya pembinaan kelompok nelayan, baik itu kelompok nelayan tangkap, kelompok pembudidaya, maupun kelompok pengolah ikan, hal ini ditunjukan bahwa cakupan pembinaan kelompok baru mencapai 32% pada tahun 2015.

2) Rendahnya produksi perikanan budidaya. Pada tahun 2015 produksi perikanan budidaya baru mencapai 7.477 ton .

3) Masih rendahnya konsumsi ikan per kapita penduduk Kabupaten Rembang. Konsumsi ikan perkapita per tahun sebesar 24 kg/th, masih di bawah angka target nasional 35 kg/kapita / tahun.

(15)

I.11 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

yang ramah lingkungan.

5) Belum optimalnya rata-rata pendapatan nelayan. Capaian rata-rata pendapatan nelayan 2015 sebesar RP. 2.380.175,- per kapita perbulan

6) Masih terbatasnya sarana dan prasarana TPI. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya sarana pokok untuk tambat labuh kapal perikanan.

26. Pariwisata

1) Menurunnya jumlah kunjungan wisata pada destinasi wisata. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan wisata pada destinasi wisata Kabupaten Rembang sebanyak 727.453 orang, turun cukup banyak dibandingkan tahun 2013, yaitu sebesar 2.345.107 orang.

2) Masih rendahnya lama tinggal dan pengeluaran wiswatawan di Kabupaten Rembang. Pada tahun 2015 rata-rata lama tinggal wisatawan baru mencapai 1 hari.

3) Belum optimalnya pengembangan destinasi wisata dalam satu kawasan wisata dan pengembangan desa wisata;

4) Kurangnya tenaga profesional di bidang pariwisata khususnya pelaku usaha pariwisata termasuk jasa perhotelan ;

5) Masih rendahnya kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD. Pada tahun 2015 kontrisbusi sektor pariwisata terhadap total PAD sebesar 0,66%.

6) Belum berkembangnya usaha pendukung pariwisata yang berbasis ekonomi kreatif.

27. Pertanian

1) Kualitas produk pertanian belum optimal dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas;

2) Belum optimalnya produktivitas pangan utama padi, yaitu antara 4, 61 ton/ha – 6,10 ton/ha;

3) Minat masyarakat untuk bekerja di sektor pertanian dan perkebunan semakin menurun;

4) Belum optimalnya pengembangan kawasan sentra komoditas unggulan; 5) Belum terbangunnya kawasan agro industri dan agro politan;

6) Terbatasnya jumlah dan kemampuan penyuluh dan kelompok tani mengenai teknik penyuluhan dan budidaya pertanian / pengembangan agribisnis pertanian;

7) Masih tingginya biaya produksi dalam usaha peternakan; 8) Masih rendahnya penerapan teknologi pertanian.

28. Perdagangan

1) Belum optimalnya pengembangan sarana dan prasarana perdagangan khususnya pasar tradisional sesuai standar;

2) Belum tersedianya pusat perdagangan bagi agrobisnis dan hasil peternakan; 3) Masih lemahnya perlindungan konsumen di Kabupaten Rembang ;

(16)

I.12 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

5) Belum optimalnya dukungan pemerintah daerah terhadap usaha UMKM dalam menghadapi MEA dan CAFTA.

29. Perindustrian

1) Belum optimalnya pembinaan dan faslitasi pengembangan Industri kecil dan Menengah ; Pada tahun 2015 cakupan IKM yang dibina sebesar 1,1%.

2) Lemahnya akses modal bagi industri kecil.

3) Jumlah IKM yang mendapatkan fasilitasi perijinan menurun, dari 40 IKM tahun 2013 menjadi 25 IKM pada tahun 2015.

4) Belum adanya kawasan industri yang dikelola secara modern.

30. Perencanaan Pembangunan Daerah

1) Belum optimalnya ketersediaan perencanaan pembangunan sektoral yang memadai; 2) Belum optimalnya penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah sesuai

ketentuan perundang-undangan.

3) Masih rendahnya kesesuaian perencanaan pembangunan daerah dengan penganggarannya.

31. Satpol PP

1) Belum optimalnya upaya penjagaan ketertiban, ketenteraman dan pencegahan tindak kejahatan;

2) Belum optimalnya penanganan tindak pidana kriminal dan penanganan kasus penyakit masyarakat;

3) Belum optimalnya patroli yang dilakukan oleh petugas Satpol PP; 4) Masih terbatasnya jumlah anggota Satpol PP;

5) Memudarnya pelaksanaan Siskamling pada masing-masing kelurahan/desa; 6) Masih terbatasnya jumlah pembinaan politik daerah.

32. Sekretariat Daerah

1) Penataan peraturan perundangan belum sepenuhnya sesuai dengan tata peraturan perundangan yang baru, dengan jumlah Perda yang ditetapkan dari tahun 2011 – 2015 sebanyak 40 Perda;

2) Belum semua unit-unit pelayanan PD memiliki pedoman standar pelayanan publik (SPP) dan melaksanakan evaluasi pelayanan publik (pengukuran IKM) secara berkala; 3) Belum semua unit aktifitas PD telah menyusun, menetapkan dan menerapkan SOP

(standar operasional prosedur);

4) Belum optimalnya pelaksanaan koordinasi pembangunan daerah.

5) Belum optimalnya evaluasi atas efektifitas pelaksanaan produk hukum daerah (Perda dan Perkada).

6) Belum adanya roadmap reformasi birokrasi.

(17)

I.13 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

33. Sekretariat DPRD

1)Belum optimalnya kinerja pelaksanaan fungsi-fungsi DPRD.

34. Kepegawaian

1) Masih kurangnya kompetensi dan profesionalisme SDM aparatur sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;

2) Belum optimalnya manajemen ASN (Aparatur Sipil Negara).

35. Keuangan Daerah

1) Belum optimalnya pengelolaan keuangan daerah secara berdaya guna dan berhasil guna dengan sistem informasi manajemen (SIM) yang bersifat terpadu;

2) Belum optimalnya intensifikasi pajak daerah dan ekstensifikasi serta intensifikasi retribusi daerah.

3) Belum optimalnya inventarisasi dan pemanfaatan aset dan barang milik daerah. 4) Belum tercapainya opini BPK dengan kategori WTP atas pelaporan keuangan daerah.

36. Inspektorat Daerah

1) Meningkatnya regulasi yang baru dalam pelaksanaan pengawasan sehingga memerlukan pemahaman dari pemeriksa dan obyek pemeriksaan (PD);

2) Masih kurangnya kapasitas SDM pemeriksa sehingga tingkat kelulusan dalam diklat penjenjangan belum optimal;

3) Masih kurangnya kuantitas APIP (Aparatur Pengawas Internal Pemerintah).

4) Belum optimalnya SPIP (Sistem Pengawasan Internal Pemerintah) pada masing masing PD.

Hal lain yang akan dan terus mendapatkan perhatian adalah optimalisasi perencanaan, penganggaran dan pemanfaatan Dana Desa baik yang bersumber dari APBN maupun APBD Tingkat II, dengan tren alokasi dana yang terus meningkat setiap tahunnya mensyaratkan peningkatan pemahaman akan pengelolaan yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dan betul-betul dimanfaatkan sebesar - besarnya untuk kesejahteraan warga di Desa.

Penyusunan KUA Tahun Anggaran 2017 ini juga merupakan bagian dari upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016 - 2021 yang dijabarkan dalam jangka pendek dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Rembang Tahun Anggaran 2017. KUA Tahun Anggaran 2017 ini nantinya menjadi petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman penyusunan PPAS Tahun Anggaran 2017. Adapun garis besar Kebijakan Umum penyusunan APBD Kabupaten Rembang Tahun Anggaran 2017 adalah sebagai berikut:

(18)

I.14 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Rembang tahun 2017, Renja PD, arah kebijakan Bupati Rembang serta prioritas pembangunan Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Pusat tahun 2017;

2) Capaian target pembangunan daerah Tahun 2017 diselaraskan dengan target RPJMD Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2016 - 2021;

3)

Belanja hibah dan Bantuan Sosial disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

4) APBD Tahun Anggaran 2017 disusun dengan pendekatan kinerja yang berpedoman pada prinsip efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;

5) Sesuai tema RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016 – 20 Tahun 7 Memperkuat sinergitas pembangunan infrastruktur dan konektifitas antar wilayah untuk pengembangan

potensi wilayah, serta Perwujudan Pemerintahan yang Amanah , maka arah kebijakan keuangan daerah difokuskan pada pemerataan dan kualitas pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, peningkatan kualitas dan kuantitas pembangunan irigasi, sanitasi layak serta melanjutkan pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi baru dengan dukungan infrastruktur yang memadai dengan tetap memperhatikan daya dukung dan kelestarian lingkungan hidup. Pada tahap ini juga difokuskan pada penguatan pondasi pemerintahan yang amanah yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Rembang. Pembangunan difokuskan pada peningkatan kualitas tata kelola penyelenggaraan pemerintahan, perwujudan Good Governance, peningkatan partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan serta peningkatan pelayanan publik yang berkualitas, efektif,akuntabel, transparan dan partisipatif.

1.2. Tujuan Penyusunan KUA Tahun 2017

Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2017 bertujuan untuk :

1. Memberikan arah bagi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pada tahun 2017 agar berdayaguna dan berhasilguna;

2. Mengoptimalkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ;

3. Meningkatkan koordinasi antara eksekutif dan legislatif dalam memantapkan penyusunan perencanaan anggaran yang transparan dan akuntabel.

1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD Tahun 2017

(19)

I.15 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

2. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaandan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4400);

5. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4421);

6. Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ;

7. Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

8. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 82);

9. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);

10.Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4505);

11.Undang – Undang Nomor 6 Tahun 204 tentang Desa;

12.Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang - Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

14.Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

15.Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

(20)

I.16 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

17.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaandan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

18.Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada;

19.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

20.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21);

21.Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 114);

22.Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang - undangan;

23.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan,Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

24.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana beberapa kali telah diubahterakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

25.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial;

26.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017;

27.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

28.Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rembang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rembang;

(21)

I.17 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

30.Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 2 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangungkan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Rembang Tahun 2016 - 2021

31.Peraturan Bupati Rembang Nomor 27 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Rembang Tahun 2017;

1.4.

Sistematika Dokumen Kebijakan Umum APBD Tahun 2017

Sistematika Dokumen Kebijakan Umum APBD (KUA) Kabupaten Rembang Tahun 2017 sebagai beikut :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1.2 Tujuan Penyusunan KUA

1.3 Dasar (Hukum) Penyusunan KUA

1.4 Sistematika Dokumen Kebijakan Umum APBD (KUA)

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Pada Tahun Sebelumnya 2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun Perencanaan (Tahun 2017)

BAB III ASUMSI - ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

3.1 Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBD 3.2 Laju Inflasi

3.3 Pertumbuhan PDRB 3.4 Lain - Lain Asumsi

BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN DAERAH 4.1 Pendapatan Daerah

4.2 Belanja Daerah 4.3 Pembiayaan Daerah

(22)
(23)

II.1 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

2.1.Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah tahun sebelumnya 2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang tahun 2015 (angka sementara) mencapai 5,49%, yang ditunjukkan melalui laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2010. Pertumbuhan riil sektoral tahun 2015 relatif stabil dari tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi tahun 2014 terjadi pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial, yaitu tumbuh 17,90%, kemudian lapangan usaha informasi dan komunikasi tumbuh 17,16%, dan lapangan usaha industri pengolahan tumbuh 15,04%. Lebih jelasnya perkembangan pertumbuhan PDRB ADHK tahun 2010 menurut lapangan usaha di Kabupaten Rembang selama 2011-2014 terdapat pada tabel 2.1. berikut :

Tabel 2.1.

Pertumbuhan PDRB ADHK Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Rembang Tahun 2011 - 2014 (%)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014

Pertanian,kehutanan dan perikanan 4,34 3,52 4,22 -5,65

Pertambangan dan penggalian -2,82 4,22 5,58 6,51

Industri pengolahan 4,67 11,03 10,03 15,04

Pengadaan Listrik dan Gas 13,52 11,31 10,21 5,36

Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 1,15 -0,15 -0,20 1,99

Konstruksi 6,59 6,15 -4,40 14,65

Perdagangan Besar dan Eceran, Rerparasi Mobil dan sepeda Motor

6,32 0,85 3,14 4,05

Transportasi dan Pergudangan 4,44 6,66 10,54 10,55

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,31 5,04 6,47 11,18

Informasi dan Komunikasi 11,68 9,73 10,09 17,16

Jasa Keuangan dan asuransi 4,58 3,99 5,63 6,25

Real Estate 6,56 3,90 4,70 6,38

Jasa Perusahaan 10,35 5,68 16,68 7,15

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib

2,35 1,18 0,83 0,67

Jasa Pendidikan 18,40 16,69 15,97 14,86

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,53 11,97 8,42 17,90

Jasa Lainnya 2,48 1,68 7,86 9,38

PDRB 5,19 5,32 5,41 5,15

Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2015

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang memberikan gambaran mengenai dampak dari kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil oleh pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah yang secara riil tergambar dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan dari tahun ke tahun.

KERANGKA EKONOMI MAKRO

(24)

II.2 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

Pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu 2011-2014 relatif stabil namun menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang sebesar 5,19% dan pada tahun 2015 naik menjadi 5,49%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang pada tahun 2015 berada di atas pertumbuhan ekonomi Nasional (4,79%) maupun Jawa Tengah (5,40%). Grafik Perbandingan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang dengan Jawa Tengah dan Nasional tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :

Sumber:BPS Kabupaten Rembang Tahun 2016

Gambar 2.1.

Grafik Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi (%)

Kabupaten Rembang dengan Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2011 - 2015 (%)

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

(25)

II.3 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

Tabel 2.2.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Konstan (2010) Kabupaten Rembang Tahun 2001 - 2014 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014

(Rp) / Juta (Rp) / Juta (Rp) / Juta (Rp) / Juta Pertanian

Kehutanan, dan Perikanan

2.939.405,00 3.042.784,00 3.171.162,00 2.992.145,00

Pertambangan

dan Penggalian 265.176,00 276.356,00 291.766,00 310.768,00 Industri

Pengolahan 1.525.025,00 1.693.227,00 1.863.046,00 2.143.284,00 Pengadaan Listrik

Konstruksi 667.530,00 708.583,00 677.378,00 776.630,00 Perdagangan

Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.299.711,00 1.310.768,00 1.351.958,00 1.406.725,00

Transportasi dan

Pergudangan 318.345,00 339.534,00 375.321,00 414.922,00 Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum

270.421,00 284.037,00 302.419,00 336.232,00

Informasi dan

Komunikasi 102.700,00 112.697,00 124.070,00 145.366,00 Jasa Keuangan

Jasa Pendidikan 313.253,00 365.529,00 423.906,00 486.880,00 Jasa Kesehatan

dan Kegiatan Sosial

84.275,00 94.361,00 102.304,00 120.619,00

Jasa Lainnya 171.970,00 174.863,00 188.600,00 206.282,00 PDRB ADHK 8.808.303,00 9.277.163,00 9.778.950,00 10.282.184,00

Sumber: PDRB Kabupaten Rembang Menurut Lapangan Usaha 2010 – 2014 (series), BPS

(26)

II.4 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

2.1.3 Inflasi

Kondisi perekonomian makro suatu daerah dapat bergerak secara dinamis atau stagnan. Kondisi tersebut dapat terlihat secara umum dari besaran inflasi atau deflasi. Jika terjadi inflasi tinggi akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen, yakni turunnya tingkat daya beli masyarakat sebab nilai uang yang dibelanjakan turun, sebaliknya jika tidak ada inflasi bahkan terjadi deflasi, hal ini juga tidak menguntungkan bagi perkembangan ekonomi dan bila terjadi deflasi terus menerus akan menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi dan akibat selanjutnya akan menimbulkan resesi ekonomi.

Laju inflasi menunjukkan tingkat perubahan harga-harga yang terjadi di suatu daerah. Selain itu, inflasi merupakan indikator perkembangan harga barang atau jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Perkembangan angka inflasi di Kabupaten Rembang tergolong rendah karena berada pada angka di bawah dua digit. Selama empat tahun terakhir (2011-2014) perkembangan angka inflasi Kabupaten Rembang mengalami kondisi fluktuatif. Pada tahun 2011 di Kabupaten Rembang hanya 2,73 %, ditahun 2012 sampai 2014 inflasi mengalami kenaikan berturut-turut adalah 4,28%, 6,88% dan 7,59%. Inflasi Kabupaten Rembang mengalami penurunan kembali pada tahun 2015 yang lalu sebesar 2,66% lebih rendah dibanding inflasi Nasional sebesar 3,35% dan Provinsi Jawa Tengah sebesar 2,73%. Grafik Perbandingan Laju inflasi Kabupaten Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut ini.

Sumber:Kabupaten Rembang Dalam Angka Tahun 2016

Gambar 2.2.

Grafik Perbandingan Laju Inflasi (%)

Kabupaten Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2011 - 2015

(27)

II.5 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

Sumber : Indeks Konsumen dan Inflasi Kabupaten Rembang, BPS Kabupaten Rembang, 2015

Gambar 2.3.

Grafik Inflasi Nasional, Jawa Tengah, Semarang, Rembang dan Kudus Tahun 2007 - 2015 (%)

Selama tahun 2015 Kabupaten Rembang mengalami delapan bulan inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 0,83 persen. Inflasi relatif tinggi juga terjadi di Juli yaitu sebesar 0,82 persen. Sementara inflasi terendah pada Maret yaitu sebesar 0,08 persen. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga premium dan solar pada Januari 2015, menjadikan deflasi pada Januari dan Februari 2015 cukup signifikan. Penurunan harga BBM ini dengan sendirinya berdampak langsung pada inflasi pada sektor transportasi dan komunikasi dan berdampak secara tidak langsung pada inflasi sektor - sektor yang lain.

Kelompok bahan makanan memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Kabupaten Rembang tahun 2015 yakni 1,09 persen; diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,01 persen dan 0,50 persen. Kelompok sandang; kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberi andil inflasi kurang dari 0,35 persen. Sedangkan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan memberi sumbangan deflasi sebesar 0,68 persen.

Sumber : Indeks Konsumen dan Inflasi Kabupaten Rembang, BPS Kabupaten Rembang, 2015

Gambar 2.4.

(28)

II.6 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

Untuk menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi di daerah, pemerintah daerah dapat melakukan intervensi melalui instrumen kebijakan fiskal dengan mengenakan pajak untuk mengurangi permintaan agregat, menekan pengeluaran pemerintah untuk mendorong keandirian masyarakat serta mengurangi eknomi biaya tinggi untuk memperlancar distibusi barang dan jasa.

2.2. Target Ekonomi Makro pada Tahun 2017

Tema yang dicanangkan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah tahun 7 adalah Memperkuat sinergitas pembangunan infrastruktur dan konektifitas antar wilayah untuk pengembangan potensi wilayah, serta Perwujudan Pemerintahan yang Amanah , sesuai tema pada RPJMD Kabupaten Rembang Tahun kedua.

Pada tahap ini, pembangunan difokuskan pada pemerataan dan kualitas pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, peningkatan kualitas dan kuantitas pembangunan irigasi, sanitasi layak serta melanjutkan pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi baru dengan dukungan infrastruktur yang memadai dengan tetap memperhatikan daya dukung dan kelestarian lingkungan hidup.

Pada tahap ini juga difokuskan pada penguatan pondasi pemerintahan yang amanah yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Rembang. Pembangunan difokuskan pada peningkatan kualitas tata kelola penyelenggaraan pemerintahan, perwujudan Good Governance, peningkatan partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan serta peningkatan pelayanan publik yang berkualitas, efektif, akuntabel, transparan dan partisipatif.

Dalam tahapan ini memfokuskan Perencanaan pembangunan Kabupaten Rembang Tahun 2017 dilaksanakan secara sinergis, berkesinambungan dan sesuai ketentuan yang berlaku, dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

1. Mempedomani RPJPD Kabupaten Rembang Tahun 2005 - 2025; 2. Mempedomani RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016 - 2021;

3. Memperhatikan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 serta menyikapi dinamika kebijakan pembangunan nasional;

4. Memperhatikan capaian kinerja Tahun 2016 dan rencana target capaian Tahun 2017;

5. Memperhatikan dan mengantisipasi perkembangan dinamika lingkungan strategis internal maupun eksternal;

6. Meningkatkan sinergitas dan kesinambungan kebijakan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Dengan mempertimbangkan RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016 - 2021, target capaian kinerja Tahun 2017 dan isu strategis daerah Tahun 2017 maka dirumuskan arah kebijakan pembangunan daerah Tahun 2017 sebagaimana berikut:

a. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang Tahun 2017 diproyeksikan sebesar 5,56 persen; b. Inflasi ditargetkan pada kisaran 3,0 persen sampai dengan 5,0 persen;

c. Jumlah penduduk miskin berkisar antara 16,0 persen sampai dengan 17,0 persen;

(29)

II.7 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

Tabel 2.3.

Prediksi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Rembang Tahun 2017

No Indikator Makro Ekonomi Target

1 PDRB Juta Rupiah( ADHK 2010 ) 3.054.548,66

2 PDRB / kapita ADHK 2010 4.577.530

3 Laju Pertumbuhan Ekonomi ( %) 5,56

4 Inflasi ( % ) 3,37

5 Angka Kemiskinan (%) 16,11

6 Angka Pengangguran (%) 4,20

7 IPM 68,1

8 IPG 86,7

9 IDG 67,5

(30)

III.1 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

3.1 Asumsi Dasar Yang digunakan Kebijakan Umum APBD Tahun 2017

Dalam penyusunan Rancangan APBD Kabupaten Rembang tahun anggaran 2017 memperhatikan beberapa asumsi dasar sebagai berikut :

3.1.1. Kondisi Eksternal

a. Rencana Kerja Pemerintah Tahun (RKP) 2017 sebagai penjabaran tahun kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 - 2019 merupakan kesinambungan upaya pembangunan yang terencana dan sistematis dan dilaksanakan masing - masing maupun seluruh komponen bangsa dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan. Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka RKP memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro, program-program kementerian/lembaga, lintas kementerian, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.;

b. Sembilan agenda (Nawa Cita) yang merupakan rangkuman program-program yang tertuang dalam Visi - Misi Presiden/Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla dijabarkan dalam strategi pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015 – 2019 yang terdiri dari empat bagian utama yakni: (1) norma pembangunan; (2) tiga dimensi pembangunan; (3) kondisi perlu agar pembangunan dapat berlangsung; serta (4) program - program quick wins. Tiga dimensi pembangunan dan kondisi perlu dari strategi pembangunan memuat sektor - sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015 - 2019 yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah 2017. Keterkaitan antara dimensi pembangunan dengan Nawa Cita dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Dimensi Pembangunan Manusia dengan prioritas: sektor pendidikan dengan melaksanakan Program Indonesia Pintar; sektor kesehatan dengan melaksanakan Program Indonesia Sehat; perumahan rakyat; melaksanakan revolusi karakter bangsa; memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia; dan melaksanakan revolusi mental. Program - program pembangunan dalam dimensi ini adalah penjabaran dari Cita Kelima, Cita Kedelapan, dan Cita Kesembilan dari Nawa Cita (Agenda Pembangunan Nasional RPJMN 2015 - 2019). (2) Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan dengan prioritas kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman, pariwisata, industri dan iptek. Program - program pembangunan dalam dimensi ini adalah penjabaran dari Cita Pertama, Cita Keenam, dan Cita Ketujuh dari Nawa Cita, (3) Dimensi Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan dengan prioritas pada upaya pemerataan antar kelompok pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah. Program - program pembangunan dalam dimensi ini merupakan penjabaran dari Cita Ketiga, Cita Kelima,

ASUMSI – ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

BELANJA DAERAH (RAPBD)

(31)

III.2 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

dan Cita Keenam dan (4) Kondisi Perlu yang memuat program untuk peningkatan kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, tata kelola dan reformasi birokrasi. Program - program pembangunan untuk menciptakan kondisi perlu ini merupakan penjabaran dari Cita Pertama, Cita Kedua, dan Cita Keempat. Dengan demikian semua agenda pembangunan nasional yang merupakan penjabaran Nawa Cita telah tertuang dalam prioritas pembangunan yang terkandung baik dalam ketiga dimensi pembangunan maupun pembangunan kondisi perlu yang akan dilaksanakan tahun 2017;

c. Penyusunan RKP 2017 dilakukan mengikuti tahapan, mekanisme, dan proses penyusunan sesuai dengan tata aturan yang berlaku sehingga rencana kerja menghasilkan rancangan yang sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Koordinasi dan sinkronisasi rancangan kerja kementerian/ lembaga (renja K/L) dengan renja pemerintahan daerah dilakukan agar program kerja menjadi efisien, efektif, fokus, dan memiliki dampak langsung bagi tercapainya target pembangunan nasional;

d. Pertumbuhan ekonomi daerah tidak terlepas dari fenomena pertumbuhan ekonomi Nasional, fluktuasi ekonomi yang terjadi dalam skala Nasional sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi di daerah (nilai tukar rupiah ditetapkan Rp. 13.500,-/dolar, suku bunga BI 7,5%, dan pertumbuhan ekonomi 5,33% dan inflasi 3-6 %;

3.1.2. Kondisi Internal

a) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi jika tidak disertai dengan pemerataan pembangunan akan berdampak terhadap ketimpangan pendapatan dan ketimpangan pembagian porsi pembangunan.Dalam rangka untuk menciptakan pemerataan perlu adanya kebijakan strategis melalui APBD dengan mengacu pada nilai manfaat dan keberlanjutan. Keberpihakan APBD terhadap kepentingan masyarakat diwujudkan dalam program kegiatan satuan unit kerja yang berorientasi terhadap kepentingan publik, sehingga melalui penyaluran dana Dana Hibah, CSR dan lain - lain program pemberdayaan yang langsung kepada masyarakat dan Kelurahan/Kecamatan diharapkan dapat menjadi stimulan peningkatan produktifitas masyarakat;

b) Perencanaan pendapatan merupakan perkiraan yang terukur secara residual yang dapat diperoleh di setiap sumber pendapatan. Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas efisiensi pengeluaran; c) Perkiraan penerimaan dari dana perimbangan cenderung konstan, dengan memperhatikan

peraturan perundangan yang ada dan baru dicatat sebagai penerimaan sepanjang telah ditetapkan dalam anggaran pemberi bantuan;

(32)

III.3 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Pelaksanaan urusan wajib dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan. Belanja daerah diperkirakan naik dengan adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat yang harus dilaksanakan oleh daerah;

e) Pemerintah daerah masih menghadapi permasalahan pokok pada tahun 2017 untuk mengurangi kemiskinan menjadi sebesar 18% dan pengangguran terbuka berada pada kisaran 5%;

f) Sebagaimana dimaklumi bahwa pembentukan modal dan PDRB Kabupaten Rembang secara teoritis dan statistik tidak hanya dipengaruhi oleh variabel investasi APBD Kabupaten Rembang semata tetapi juga dipengaruhi oleh variabel lain seperti dana Dekonsentrasi, APBD Provinsi, APBN, Swasta, Swadaya masyarakat dan sumber-sumber pembiayaan lainnya, sehingga kebijakan penganggaran yang komprehensif dan peka terhadap perubahan lingkungan harus selalu dipertimbangkan.

3.2. Lain - lain Asumsi

a) Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai dengan kebutuhan Tahun Anggaran 2017;

b) Penggunaan DBHCHT diarahkan untuk melaksanakan pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai palsu (cukai ilegal) sesuai Peraturan Mentari Keuangan yang dijabarkan dengan keputusan gubernur;

c) Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, alokasi anggaran fungsi pendidikan diupayakan sekurang - kurangnya 20% dari belanja daerah, termasuk dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang bersumber dari APBD;

d) Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, alokasi anggaran urusan kesehatan sekurang - kurangnya 10 % dari total belanja APBD di luar gaji;

e) Program dan Kegiatan yang dibiayai dari dana transfer dan sudah jelas peruntukannya seperti Dana Darurat, Dana Bencana Alam, DAK Fisik dan DAK Non Fisik dan bantuan keuangan yang bersifat khusus serta pelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/ atau mendesak lainnya, yang belum cukup tersedia dan/ atau belum dianggarkan dalam APBD, dapat dilaksanakan mendahului Penetapan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD, dengan persetujuan Pimpinan DPRD;

(33)

V.1 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

4.1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah tahun anggaran 2017

Penyusunan anggaran tahun 2017 ini secara umum disusun secara rasional dengan memperhatikan kondisi keuangan daerah dan skala prioritas pembangunan Daerah, dalam hal ini belanja daerah tidak akan melampaui kemampuan pendapatan dan pembiayaan daerah. Prinsip dalam pengelolaan keuangan maka pendapatan daerah diproyeksikan pada besaran pendapatan yang optimis tercapai, sedangkan pada sisi belanja adalah merupakan batas tertinggi yang dapat dibelanjakan.

4.1.1 Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2017 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya.

4.1.1.1.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD memperhatikan hal - hal sebagai berikut :

1) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah :

a. Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang berpedoman pada Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

b. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2017 yang berpotensi memberikan pengaruh terhadap target pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya. c. Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10%

(sepuluh persen), termasuk yang dibagihasilkan pada kabupaten/kota, dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009.

d. Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009.

e. Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009.

KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

(34)

V.2 KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN 2017

f. Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dialokasikan untuk mendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dari perpanjangan IMTA, dan kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal dan diatur dalam peraturan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012. g. Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari hasil klaim kepada Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diterima oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (PD) atau Unit Kerja pada PD yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPKBLUD), dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan.

2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah. Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan: a. Bagi perusahaan daerah yang menjalankan fungsi pemupukan laba (profit

oriented) adalah mampu menghasilkan keuntungan atau deviden dalam rangka meningkatkan PAD; dan

b. Bagi perusahaan daerah yang menjalankan fungsi kemanfaatan umum (public service oriented) adalah mampu meningkatkan baik kualitas maupun cakupan layanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3) Penganggaran Lain - lain PAD Yang Sah:

a. Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain - lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat Penerima.

b. Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan sesuai peruntukannya.

Gambar

Gambar 2.1.
Tabel 2.2.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saybolt viscosity secara teknis adalah waktu alir dan hal tersebut juga bukan satuan kekentalan, karena memiliki cara yang sama dalam

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

A szociáldarwinista geopolitika elemzése során két szerzőt emel ki Szilágyi István: Friedrich Ratzelt, aki a német geopolitikai iskola atyja volt, illetve Rudolf Kjellént, aki

REKAPITULASI HASIL PENDATAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI DESA SUKAKARYA KECAMATAN SUKANEGARA KABUPATEN CIANJUR.. NO NAMA TTL

Pada kesempatan ini akan diteliti salah satu geguritan yang berjudul "Geguritan Nyepi" .Beberapa kekhasan dalam teks Geguritan Nyepi membuat

Sapi Simmental purebred dalam penelitian ini diperoleh dari dua lokasi yaitu BIBD Tuah Sakato Sumatera Barat (9 ekor) dan BIB Lembang Jawa Barat (14 ekor)

1. Rona lingkungan hidup di wilayah studi rencana pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir, terutama komponen-komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak penting

Empat nomor halaman teletext pilihan Anda dapat diberi kode warna dan dapat dipilih dengan mudah dengan menekan tombol warna yang sesuai pada remote kontrol. 1 Tekan