• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Resiko Kredit (Studi Kasus Bpr Bkk Cabang Prembun Kabupaten Kebumen) T1 162007074 Bab II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Resiko Kredit (Studi Kasus Bpr Bkk Cabang Prembun Kabupaten Kebumen) T1 162007074 Bab II"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori diperlukan dalam setiap kegiatan penelitian untuk

mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian, sekaligus landasan teori akan menguraikan mengenai tinjauan pustaka serta kerangka penelitian.

2.1. Bank dan Sistem Perbankan di Indonesia

2.1.1. Pengertian Bank

a. Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (2002: 68), definisi dari bank adalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa

dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

b. Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang

perbankan yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau

bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat di jelaskan secara lebih luas lagi

bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan. Disamping itu perbankan juga melakukan kegiatan jasa-jasa pendukung lainnya, seperti jasa pemindahan uang (transfer), jasa

(2)

7

garansi, serta jasa bank lainnya). Jasa-jasa tersebut diberikan guna mendukung kelancaran kegiatan, menghimpun dan menyalurkan dana,

baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.

2.1.2. Bentuk Bank

Bentuk berdasarkan Pasal 5 Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan,

bentuk bank di Indonesia hanya terdiri dari bank pemerintah dan bank asing. Namun sesuai perkembanganya, bank di Indonesia terbagi atas

beberapa jenis, yaitu, Bank Central, Bank Konvensional, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Asing, dan Bank Syariah.

2.1.3. Fungsi Bank

Fungsi-fungsi bank umum yang diuraikan di bawah ini menujukkan betapa pentingnya keberadaan bank umum dalam

perekonomian modern, yaitu:

1. Penciptaan uang, uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring).

Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan possisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank sentral dapat

mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral.

(3)

8

pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme

pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan

tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.

3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat, dana yang paling banyak

dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,

tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang

berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.

4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional, bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal.

Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter

masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi

(4)

9

melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.

5. Penyimpanan Barang-barang Berharga, penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh bank

umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit

box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat

berharga.

6. Pemberian Jasa-jasa Lainnya, di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat

membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank.

Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak yang menggunakannya.

2.1.4. Sistem Perbankan di Indonesia

Sistem perbankan Indonesia adalah sebuah tata cara, aturan-aturan dan pola bagai mana sebuah sektor perbankan (dalam hal ini bank-bank yang

ada) menjalankan usahanya sesuai dengan ketentuan (sistem) yang dibuat oleh pemerintah. Sistem perbankan di Indonesia terbangun dengan kosep

(5)

10

demokrasi sesuai dengan landasan negara yaitu Pancasila. Hal ini diatur dalam undang-undang Azas Perbankan Indonesia, pada Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992, yang berbunyi: “Perbankan Indonesia dalam menjalankan

usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati-hatian”.

Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

2.2. BPR dalam Perbankan di Indonesia

2.2.1. Pengertian Bank Perkreditan rakyat (BPR)

Dalam dunia perbankan saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam undang-undang perbankan, salah satunya yaitu Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan pasal 5 Undang-undang No. 10 tahun 1989 tentang perubahan Undang-undang No. 7 tahun 992 tentang

perbankan, BPR dapat diartikan sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2.2.2. Asas dan fungsi BPR

Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi

ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33

UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli). Sedangkan fungsi BPR adalah Penghimpun dan penyalur dana

(6)

11 2.2.3. Tujuan BPR dan Sasaran BPR

Tujuan BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai,dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan

pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan,dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para

pelepas uang (rentenir dan pengijon). 2.2.4. Usaha BPR

Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan

dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR

adalah:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

(7)

12

SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over likuiditas.

2.2.5. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR

Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi

tidak boleh dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah:

1. Menerima simpanan berupa giro.

2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern

terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah. 4. Melakukan usaha perasuransian.

5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud

dalam usaha BPR. 2.2.6. Alokasi Kredit

2.2.6.a. Pengertian Kredit

Dalam bahasa latin kredit berarti credere artinya percaya. Pemberi kredit (kreditur) percaya kepada penerima kredit (debitur) bahwa kredit

yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Pengertian kredit pada pasal 1 angka 11 undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang

perubahan undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

(8)

13

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

2.2.6.b. Unsur-unsur Kredit

Dari beberapa pengertian kredit diatas dapat ditarik beberapa unsur

yang memungkinkan terjadinya kredit. Adapun unsur-unsur kredit (Kasmir, 2004) tersebut adalah:

1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan bagi kreditur bahwa kredit yang

diberikan (baik berupa uang, jasa atau barang) akan benar-benar diterimanya kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu

kredit.

2. Kesepakatan, kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya

masing-masing.

3. Jangka Waktu, setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu

tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (dibawah 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun) dan jangka

panjang (diatas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah

pihak.

4. Resiko, akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit

(9)

14

pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya.

5. Balas jasa, balas jasa bagi bank merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Balas jasa kita kenal dengan

nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bagi bank.

2.2.6.c. Tujuan Kredit

Pemberian kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian

kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank. Adapun tujuan utama pemberian kredit menurut (Kasmir, 2004) adalah sebagai berikut:

1. Mencari keuntungan, tujuan utama pemberian kredit adalah untuk

memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya

administrasi kredit yang dibebankan pada nasabah.

2. Membantu usaha nasabah, tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang membutuhkan dana, baik dana untuk investasi

maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana itu maka pihak debitur dapat mengembangkan dan memperlas usahanya.

3. Membantu pemerintah, bagi pemerintah semakin banyak kredit yang diberikan oleh pihak bank, maka semakin meningkatkan jumlah

(10)

15 2.2.6.d. Fungsi Kredit

Organisasi bank dalam kehidupan perekonomian yang modern,

banyak memegang peranan yang sangat penting sehingga bank selalu di ikut sertakan dalam menentukan kebijakan di bidang moneter. Hal ini

menyebabkan, bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam bidang kehidupan khususnya di bidang ekonomi. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut

(Kasmir, 2001: 97):

1. Meningkatkan daya guna uang

Jika uang hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang disalurkan atau diberikan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

2.2.6.e. Jaminan Kredit

Menurut Kasmir (2001: 102) jaminan yang dapat digunakan oleh calon peminjam adalah:

1. Dengan jaminan

Jaminan benda berwujud, adalah barang yang dapat dijadikan jaminan seperti tanah, bangunan, kendaraan bermotor, dan

(11)

16

Jaminan benda tidak berwujud adalah benda-benda yang

merupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti sertifikat tanah, sertifikat deposito.

Jaminan orang, adalah jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka, orang yang

memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya. 2. Tanpa jaminan

Yang dimaksud dengan kredit tanpa jaminan yaitu, kredit yang diberikan tidak menggunakan jaminan barang tertentu. Kredit tanpa jaminan hanya menggunakan penilaian atau

pertimbanga-pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.

Kredit yang diberikan oleh PD.BPR.BKK cabang Prembun

harus dijaga keamanannya untuk mengantisipasi terjadinya kredit macet, oleh sebab itu diperlukan jaminan dalam pemberian kredit.

Jaminan kredit yang sesuai dan diperlukan oleh BPR .BKK cabang Prembun adalah:

Jaminan benda berwujud, berupa kendaraan bermotor, emas.

Jaminan benda tidak berwujud, seperti, sertifikat rumah, dan

BPKB, sertifikat kepemilikan tanah.

Berdasarkan uraian penjelasan diatas, yang dimaksud dengan jaminan

(12)

17 2.2.6.f. Penilaian dalam Pemberian Kredit

Bank mempunyai kriteria dan aspek penilaian yang sama sebagai

standar penilaian yang digunakan untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan, yaitu dengan analisis 5C. Metode analisis 5C

menurut Kasmir (2001 : 104) adalah sebagai berikut:

1. Character, suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang diberikan kredit dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar

belakang nasabah, baik dari pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup, keadaan keluarga. Ini semua ukuran kemampuan

membayar.

2. Capacity, untuk melihat kemampuan nasabah dalam mengembalikan kredit yang sudah diberikan. Dapat dilihat melalui kemampuan

nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan dalam memahami ketentuan pemerintah,

dan kemampuan dalam menjalankan usahanya.

3. Capital, untuk mengetahui sumber–sumber yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi

jumlah kredit yang diberikan.

5. Condition, dalam penilaian kredit hendaknya dinilai dari kondisi

(13)

18

2.3. Kredit BPR

Fasilitas kredit yang diberikan oleh BPR kepada debitur dibedakan menjadi

dua, yaitu: 1. Kredit umum

a. Kredit modal usaha, yaitu kredit yang diperuntukan untuk usaha yang dikelola oleh nasabah sebagai sarana pengembangan usaha.

b. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diperuntukkan sabagai sarana

pembelian barang kebutuhan sekunder atau biaya–biaya yang konsumtif.

c. Kredit musiman, yaitu kredit yang di gunakan untuk biaya peternakan dan pertanian.

d. Kredit insidensil atau seblakan, yaitu kredit yang di khususkan untuk

kebutuhan yang mendesak dan pengembaliannya dalam jangka pendek.

2. Kredit pegawai

Kredit yang dikhususkan pada kebutuhan konsumtif dan system angsuran lewat bendahara gaji dan kolektif pada instansi atau jawatan.

Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu:

1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai

(14)

19

2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain

yang serupa, yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. 3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia

mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan

komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan

pihak pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10%

dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

2.4. Risiko dan Sistem Pengendalian Risiko Perbankan

2.4.1. Pengertian Risiko

Herman Darmawi, menyatakan bahwa ”Resiko adalah probabilitas suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan”.

Menurut definisi Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.5/8/PBI/2003 tentang

Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, (hal 3, 2003) risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan

(15)

20

didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil (outcome) yang buruk. Definisi tersebut menyatakan bahwa risiko terkait dengan situasi hasilnya

dapat negatif dan besar kecilnya kemungkinan terjadinya outcome tersebut dapat diperkirakan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahas Indonesia

(hal 959, 2005) risiko didefinisikan sebagai akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.

2.4.2. Risiko Perbankan

Sesuai PBI No. 5/8/PBI/2003 (hal 5, 2003), jenis risiko diklasifikasikan

dalam 8 (delapan) jenis yaitu:

1. Risiko pasar, adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portfolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat

merugikan bank (adverse movement).

2. Risiko kredit, adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan

(counterparty) memenuhi kewajibannya,

3. Risiko operasional. risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,

kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.

4. Risiko likuiditas, risiko yang antara lain disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas

(16)

21

a. Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan Offsetting posisi tertentu dengan harga pasar

karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau gangguan pasar (market disruption)

b. Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.

5. Risiko hukum, adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh

adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.

6. Risiko reputasi, adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau

persepsi negatif terhadap bank.

7. Risiko strategik, adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan

keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

8. Risiko kepatuhan, adalah risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan

(17)

22 2.4.3. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank

sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur, (Drs. H. masyud Ali, M.BA, MM, Manajemen Risiko, hal

199).

Resiko kredit dalam perbankan adalah risiko kerugian yang dapat diderita sebagai akibat dari kemungkinan nasabah gagal memenuhi

kewajiban-kewajiban yang jatuh waktu pada bank (Kasmir, SE, 2001, hal 103-104). 2.4.4. Pengertian Sistem

Sistem menurut Drs. Ibnu Syamsi, S.U. (2004: 16) adalah merupakan sekumpulan kegiatan yang terdiri dari sub–sistem yang saling berinteraksi satu dengan lainnya dan berproses untuk mencapai tujuan tertentu. Dari

pengertian tersebut yang dimaksud sebagai sub-sistem adalah prosedur, antara prosedur yang satu dengan prosedur yang lain yang saling berkaitan

dalam satu sistem. Sedangkan yang dimaksud dengan pengendalian adalah kegiatan yang meliputi kebijakan, prosedur dan praktek atau proses, cara, yang memberi keyakinan untuk tercapainya suatu tujuan

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang dimaksud dengan sistem pengendalian dalam penelitian ini adalah serangkaian tahapan–tahapan,

(18)

23 2.4.5. Sistem Pengendalian Risiko Kredit

Dalam dunia perbankan sistem pengendalian risiko kredit dibadakan

menjadi dua, yaitu preventif dan kuratif.

Menurut Djojosoedarno Soeisno (1999: 57) mengendalikan secara

preventif adalah menghindari harta, orang atau kegiatan dari explosure terhadap risiko dengan jalan:

Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung risiko.

Menolak memiliki atau menolak kegiatan itu walau hanya sementara,

Pengendalian secara kuratif atau menanggulangi kerugian yang sudah terjadi adalah usaha yang dilakukan untuk memperkecil atau mengurangi

keparahan bila suatu risiko atau kerugian memang terjadi. 2.4.6. Sistem pengendalian risiko kredit BPR

Sistem pengendalian kredit dalam penelitian ini adalah, merupakan serangkaian tahapan yang terdiri dari prosedur yang digunakan oleh pihak BPR.BKK cabang Prembun untuk mencegah atau mengantisipasi

terjadinya kerugian karena ketidak mampuan debitur dalam memenuhi kewajiban pokok pinjaman.

Pengendalian itu sendiri dapat dilakukan dengan dua cara (Kasmir, SE,

(19)

24 a. Cara pengendalian risiko sendiri:

1. Dihindari apabila tidak termasuk kategori risiko yang diinginkan, atau

jauh lebih besar dibandingkan keuntungan yang diharapkan.

2. Diterima dan dipertahankan: apabila risiko berada pada tingkat yang

paling ekonomis.

3. Dikurangi: apabila risiko yang ada dapat dikendalikan dengan tatakelola yang baik.

4. Dipagari: apabila risiko dapat dinetralisir sampai batas tertentu.

b. untuk pengendalian terhadap kredit macet perlu dilakukan beberapa hal

antara lain:

1. Rescheduling, yaitu menggunakan cara:

a. Memperpanjang jangka waktu kredit, dalam hal ini debitur

diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit.

b. Memperpanjang jangka waktu angsuran, yaitu dengan

memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit.

2. Reconditioning, yaitu mengubah berbagai persyaratan yang ada dengan

cara:

a. Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang

pokok.

b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, jadi hanya

(20)

25

c. Penurunan suku bunga, dengan penunrunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah.

d. Pembebasan bunga, dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah.

3. Restructuring, yaitu dengan menggunakan cara: a. Menambah jumlah kredit.

b. Menambah equity yaitu:

c. Dengan menyetor uang tunai d. Tambahan dari pemilik.

e. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga metode diatas. f. Penyitaan jaminan, merupakan jalan terakhir apabila nasabah

sudah benar–benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak

mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya. 2.4.7. Faktor-faktor Penyebab Kredit Macet

2.4.7.1. Faktor Intern:

a. Kelemahan bank dalam melakukan analisis, sehingga terjadi kesalahan dalam pengembilan keputusan.

b. Kelemahan nasabah: b.1. Perencanaan:

Perencanaan adalah gambaran sebelum sesuatu dilaksanakan. Tanpa perencanaan maka pinjaman yang diperoleh tidak dapat

(21)

26

b.2. Pendapatan yang relative rendah

Jika pendapatan yang diperoleh relatif rendah, nasabah sulit

untuk mengembalikan pinjaman, karena pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari .

b.3. Administrasi

Administrasi merupakan pengaturan suatu kegiatan secara teratur. Usaha akan berjalan dengan lancar jika administrasi

tentang pemasukan dan pengeluarannya dikendalikan. c. Kenakalan nasabah

c.1. Penambahan kredit diharapkan dapat digunakan sepenuhnya untuk menambah modal, namun pada kenyataannya belum tentu hal itu dilakukan sepenuhnya, banyak yng menggunakan

pinjaman tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehgari-hari, sehingga penggunaan pinjaman tersebut tidak optimal.

c.2. Itikad nasabah, itikad nasabah adalah niat atau keinginan untuk membayar pinjaman yang ada pada diri responden.

2.4.7.2. Faktor ekstern

a. Bencana Alam b. Peperangan

(22)

27

2.5. Penggolongan Kwalitas Kredit Bermasalah Berdasarkan Kemampuan

Membayar

1. Lancar

Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan dan serta sesuai dengan persyaratan kredit.

b. Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu

menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat c. Dokumentasi kredit lengkap dengan pengikatan agunan yang kuat

2. Dalam Perhatian Khusus ( DPK )

Kredit dapat digolongkan sebagai kredit dalam perhatian khusus jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga sampai 90 hari b. Jarang mengalami overdraft

c. Hubungan bank dengan debitur baik, dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat.

3. Kurang lancar

Kredit digolongkan kurang lancer apabila memenuhi kreiteria sebagai

berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampauai

90 hari.

(23)

28

c. Hubungan bank dengan debitur memburuk dan informasi keuangan debitur tidak dapat dipercaya.

4. Diragukan

Kredit digolongkan diragukan apabila memenuhi criteria sebagai

berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 180 hari– 270 hari.

b. Terjadi overdraft yang bersifat permanen.

c. Hubungan bank dengan debitur semakin memburuk dan informasi

keuangan debitur tidak tersedia dan tidak dapat dipercaya. 5. Macet

Kredit digolongkan macet apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 270 hari.

b. Dokumentasi kredit dan peningkatan agunan tidak ada.

2.6. Teori pengendalian Risiko Preventif dan Kuratif

Menurut Djojosoedarno Soeisno (1999: 57) mengendalikan secara

preventif adalah menghindari harta, orang atau kegiatan dari explosure terhadap risiko dengan jalan:

a. Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung risiko. b. Menolak memiliki atau menolak kegiatan itu walau hanya

(24)

29 Pengendalian risiko preventif terdiri dari: 1. Proses pengajuan kredit

2. Penilaian kelayakan 3. Proses pencairan kredit

4. Pengawasan terhadap kredit. 5. Pengendalian jaminan kredit

Pengendalian secara kuratif atau menanggulangi kerugian yang sudah

terjadi adalah usaha yang dilakukan untuk memperkecil atau mengurangi keparahan bila suatu risiko atau kerugian memang terjadi. Pengendalian

kuratif terdiri dari:

1. Analisis gejala risiko kredit macet 2. Pembinaan terhadap nasabah kredit.

3. Pengelolaan terhadap Risiko

4. Penggolongan kualitas terhadap terjadinya Kredit macet

5. Menghilangkan atas kerugian yang terjadi.

2.7. Kerangka berfikir

BPR. BKK cabang Prembun merupakan lembaga keuangan yang

harus dikelola dengan professional. Dalam pengelolaan yang professional memerlukan sebuah sistem pengendalian kredit, yang dapat digunakan

untuk mengantisipasi terjadinya risiko kredit macet. Sistem pengendalian kredit tersebut terdiri dari 2 komponen yaitu:

Pengendalian risiko kredit preventif (Pengendalian atau pencegahan

(25)

30 1. Proses pengajuan kredit

2. Penilaian kelayakan

3. Proses pencairan kredit 4. Pengawasan terhadap kredit.

5. Pengendalian jaminan kredit

Pengendalian risiko kuratif (pengendalian atau pencegahan setelah risiko kredit macet terjadi):

1. Analisis gejala risiko kredit macet 2. Pembinaan terhadap nasabah kredit

3. Pengelolaan terhadap risiko

(26)

31

Skema sistem pengendalian risiko kredit

Keterangan : sistem pengendalian yang digunakan di BPR.BKK cabang Prembun 1. pengendalian preventif ,yaitu pengendalian atau pencegahan yanga

dilakukan sebelum terjadinya resiko, terdiri dari :

a. Proses pengajuan kredit Penjelasan dalam memberikan informasi dan

sosialisasi pengajuan kredit.

SISTEM PENEGENDALIAN RISIKO KREDIT MACET

Sebelum terjadinya risiko/saat pengajuan kredit

Sesudah kredit berjalan/terjadi risiko kredit macet

Pencegahan risiko/ Pengendalian Preventif

Ngengantisipasiterjadinya risiko Pengendalian Kuratif

1. Proses pengajuan kredit

2. Penilaian kelayakan

3. Proses pencairan kredit

4. Pengawasan terhadap kredit.

5. Pengendalian jaminan kredit

1. Analisis gejala risiko kredit macet.

2. Pembinaan terhadap nasabah kredit.

3. Pengelolaan terhadap Risiko.

4. Penggolongan kualitas terhadap terjadinya

Kredit macet.

5. Menghilangkan atas kerugian yang terjadi.

(27)

32

b. Penilaian kelayakan, yaitu kelengkapan persyaratan yang harus di lengkapi oleh nasabah BPR, dalam proses pengajuan kredit.

c. Proses pencairan kredit, yaitu proses uang atau kredit dapat dicairkan diberikan kepada nasabah sesuai dengan proposal pengajuan kredit.

d. Pengawasan terhadap kredit, yaitu pengawasan atau monitoring terhadap penggunaan kredit yang telah diberikan, apakah sesuai dengan proposal yang diajukan atau tidak.

e. Pengendalian jaminan kredit, yaitu pengecekan jaminan apakah benar adanya barang atau sertifikat yang telah diberikan kepada pihak bank

sebagai jaminan.

2. Pengendalian risiko kredit kuratif (Pengendalian setelah terjadinya risiko kredit) terdiri dari :

a. Analisis gejala risiko kredit macet, yaitu analisis yang dilakukan oleh petugas untuk mengetahui gejala yang menyebabkan risiko kredit

macet.

b. Pembinaan terhadap nasabah kredit, yaitu pem,binaan atau pengarahan tentang manfaat dan kegunaan kredit.

c. Pengelolaan terhadap Risiko,yaitu kegiatan yang dilakukan oleh BPR untuk mengelola risiko yang timbul.

d. Penggolongan kualitas terhadap terjadinya Kredit macet, yaitu BPR melakukan penggolongan terhadap nasabah yang tergolong kredit

(28)

33

d.1. Lancar, kredit dikatakan lancar apabila pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan dan serta

sesuai dengan persyaratan kredit, hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan

secara teratur dan akura, dokumentasi kredit lengkap dengan pengikatan agunan yang kuat.

d.2. Dalam Perhatian Khusus ( DPK ), kredit dikatakan dalam

perhatian khusus jika terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga sampai 90 hari.

d.3. Diragukan , kredit dikatakan diragukan jika terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 180 hari– 270 hari.

d.4. Macet. Kredit dikatakan macet apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 270 hari,

dokumentasi kredit dan peningkatan agunan tidak ada.

e. Menghilangkan atas kerugian yang terjadi, yaitu pihak BPR nmelakukan penyitaan terhadap barang agunan karena tidak

Referensi

Dokumen terkait

Kata kurang dapat diterjemahkan bahwa responden masih kurang mengerti bahwa dengan perilaku hidup sehat seperti ibu tidak melakukan kebersihan lantai seperti menyapu, mengepel

Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dnegan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang

Tabel 4.21 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Citra Merek Produk EIGER di Kota Bandung

dengan baik dan benar termasuk pada kategori baik dengan skor 4, (c) kemampuan siswa dalam menguraikan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata

Apabila di dalam suatu ruangan dinding - dinding sekitarnya panas, akan mempengaruhi kenyamanan seseorang di dalam ruangan tersebut, meskipun temperatur udara disekitarnya

[r]

[r]

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah