1
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak adalah salah satu sumber dari
pendapatan negara. Sebagai unsur penerimaan
negara, pajak mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Menurut Badan Pusat Statistik
(http://www.bps.go.id/), realisasi penerimaan pajak
dalam APBN pada tahun 2007 mencapai Rp 490,988
milyar. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah tersebut
telah mencapai Rp 878,685 milyar atau meningkat
78,96% dalam kurun waktu lima tahun. Pada tahun
2011, pajak penghasilan menyumbang 71,38% atau
sebesar Rp. 831,745 milyar dari seluruh realisasi
APBN tahun 2011. Begitu besarnya penerimaan
pajak dalam APBN, maka sudah selayaknya bila
perpajakan mendapatkan perhatian yang serius dari
pemerintah.
Bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai
biaya yang akan mengurangi keuntungan
perusahaan. Hal itu menyebabkan banyak
perusahaan berusaha mencari cara untuk
mengurangi biaya pajak yang harus dikeluarkan
harus dibayar. Oleh karena itu, tidak menutup
kemungkinan perusahaan akan menjadi agresif
dalam perpajakan (Chen, Chen, Cheng, & Shevlin,
2010). Menurut Frank, Lynch dan Rego (2009),
agresivitas pajak perusahaan adalah suatu tindakan
merekayasa pendapatan kena pajak yang dirancang
melalui tindakan perencanaan pajak baik
menggunakan cara yang tergolong secara legal (tax avoidance) atau ilegal (tax evasion). Walau tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar
peraturan, namun semakin banyak celah yang
digunakan ataupun semakin besar penghematan
pajak yang dilakukan maka perusahaan tersebut
dianggap semakin agresif terhadap pajak.
Chen dkk. (2010) melakukan penelitian
agresivitas pajak pada perusahaan keluarga maupun
non-keluarga. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa agresivitas pajak pada
perusahaan keluarga lebih kecil dari pada
perusahaan non-keluarga. Hal ini terjadi karena
pemilik perusahaan keluarga lebih rela membayar
pajak tinggi dari pada harus membayar denda pajak
dan menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Chen
dkk. (2010) serta Lanis dan Richardson (2011)
menyatakan bahwa masalah keagenan dapat
memicu tindakan agresivitas pajak perusahaan yang
dilakukan oleh agen. Agen memiliki kepentingan
pribadi berupa bonus atas meningkatnya laba bersih
perusahaan. Untuk meningkatkan laba bersih, cara
yang dapat dilakukan adalah menekan biaya pajak
dengan melakukan agresivitas pajak. Semakin
agresif perusahaan terhadap pajak maka semakin
besar penghematan terhadap pajak sehingga bonus
yang akan diterima agen akan semakin besar.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sartori
(2009); Sari dan Martani (2010) serta Timothy (2010)
mengungkapkan bahwa corporate governance
memiliki pengaruh positif dalam tingkat kepatuhan
perpajakan perusahaan, sehingga akan
meminimalkan tindakan agresivitas pajak
perusahaan. Sehingga penerapan Good Corporate Governance berhasil menekan tindakan agresivitas pajak perusahaan. Penelitian yang dilakukan Hanlon
dan Slemrod (2009) memberikan bukti bagaimana
pasar bereaksi atas berita tindakan penghindaran
pajak yang dilakukan perusahaan, hasil penelitian
berita tersebut. Namun besaran reaksi akan
lebih positif bagi perusahaan yang memiliki tata
kelola yang lebih baik.
Terdapat beberapa penelitian yang mencoba
mengkaitkannya faktor kondisi keuangan
perusahaan terhadap agresivitas pajak. Beberapa
diantaranya memfokuskan pada tingkat profitabilitas
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Siahaan
(2005) serta Mustikasari (2007) membuktikan bahwa
perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung
melaporkan pajaknya dengan jujur dari pada
perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah.
Profitabilitas yang rendah dapat mencerminkan
perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek. Kesulitan likuiditas dapat
memicu perusahaan untuk tidak taat terhadap
peraturan pajak (Bradley, 1994 dan Siahaan, 2005)
sehingga dapat mengarah pada tindakan agresif
terhadap pajak perusahaan. Alasannya, perusahaan
lebih mementingkan untuk mempertahankan arus
kas dari pada harus membayar pajak yang tinggi.
Hasil penghematan atas pajak dapat dimanfaatkan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
Kondisi keuangan lainnya yang diprediksi
akan mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan
adalah leverage. Setiawan (2010) menyebutkan bahwa dari tahun 2000 hingga 2009, tingkat
leverage perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Ozkan
(2001) menyebutkan bahwa perusahaan yang
memiliki kewajiban pajak tinggi akan memiliki utang
yang tinggi pula. Dalam kaitannya dengan pajak,
prilaku ini disebabkan karena bunga merupakan
beban tetap yang dapat mengurangi pendapatan
kena pajak. Peraturan Pajak Penghasilan (PPh)
badan di Indonesia, mengatur bahwa bunga
pinjaman dapat dikurangkan sebagai biaya (tax deductible) sesuai Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Nomor 36 tahun 2008. Sehingga semakin besar utang
perusahaan guna menghemat beban pajak maka
perusahaan tersebut dianggap semakin agresif
terhadap pajak.
Lanis dan Richardson (2011) melakukan
penelitian mengenai pengaruh direksi independen
terhadap agresivitas pajak pada perusahaan publik
di Australia. Hasilnya menunjukkan semakin besar
proporsi direksi independen maka agresivitas pajak
penelitian-penelitian yang ada masih jarang yang mengkaitkan
hadirnya dewan komisaris independen dengan
agresivitas pajak perusahaan. Fama dan Jensen
(1983) dalam Wulandari (2005) menyatakan bahwa
dewan komisaris memainkan peranan penting untuk
memonitor kinerja direksi dalam menjalankan
perusahaan dan memberikan nasihat atas kebijakan
manajemen. Secara khusus, semakin banyak jumlah
komisaris independen maka pengawasan terhadap
agen akan semakin ketat. Dengan adanya kontrol
yang ketat dari komisaris independen diprediksi
agresivitas pajak perusahaan yang dilakukan oleh
agen akan berkurang.
Faktor lain yang diprediksi dapat
menyebabkan agresivitas pajak perusahaan adalah
manajemen laba. Salah satu motivasi manajer
melakukan manajemen laba menurut Scott (2000)
adalah motivasi pajak. Pada prinsipnya manajemen
laba merupakan suatu cara dalam menyajikan
informasi laba kepada publik yang sudah
disesuaikan dengan kepentingan dari pihak manajer
itu sendiri atau menguntungkan perusahaan dengan
cara menaikkan ataupun menurunkan laba
pajak. Semakin agresif melakukan manajemen laba
maka dapat dikatakan tingkat agresivitas pajak
perusahaan juga tinggi karena beban pajak semakin
kecil. Walaupun demikian, masih sedikit ditemukan
penelitian yang mengkaitkan antara manajemen laba
dengan agresivitas pajak perusahaan.
Penelitian ini bermaksud mengintegrasikan
beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya
mengenai pengaruh yang ditimbulkan antara
likuiditas (Bradley, 1994 dan Siahaan, 2005),
leverage (Ozkan, 2001), proporsi komisaris independen (Wulandari, 2005) dan manajemen laba
(Scott, 2000) terhadap agresivitas pajak perusahaan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu
karena sampel yang digunakan adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2006 hingga 2010. Lebih dari itu,
jika penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan
effective tax rate (ETR) untuk mengukur agresivitas pajak perusahaan, pada penelitian ini digunakan
pula cash effective tax rate (CETR) sebagai tambahan pengukuran agresivitas pajak perusahaan seperti
yang digunakan oleh Chen dkk. (2010). Pemilihan
perusahaan manufaktur sebagai sampel
sektor industri yang diharapkan dapat mewakili
sektor-sektor industri lainnya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh likuiditas terhadap
agresivitas pajak perusahaan ?
2. Apakah ada pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak perusahaan ?
3. Apakah ada pengaruh proporsi komisaris
independen terhadap agresivitas pajak
perusahaan ?
4. Apakah ada pengaruh manajemen laba terhadap
agresivitas pajak perusahaan ?
1.3
Tujuan Penelitian
1. Menguji pengaruh likuiditas perusahaan
terhadap agresivitas pajak perusahaan.
2. Menguji pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak perusahaan.
3. Menguji pengaruh proporsi komisaris
independen terhadap agresivitas pajak
perusahaan.
4. Menguji pengaruh manajemen laba terhadap
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan manfaat dalam
pengembangan literatur mengenai agresivitas pajak
perusahaan, diantaranya adalah :
1.Jika hasil penelitian ini terbukti bahwa likuiditas
perusahaan berdampak negatif terhadap
agresivitas pajak perusahaan maka penelitian ini
akan membuktikan bahwa semakin likuid
perusahaan maka agresivitas perusahaan
terhadap pajak akan semakin rendah.
2.Jika hasil penelitian ini terbukti bahwa leverage
berdampak positif terhadap agresivitas pajak
perusahaan maka penelitian ini akan
membuktikan bahwa salah satu tujuan
perusahaan melakukan utang usaha yang besar
adalah untuk mengurangi beban pajak.
3.Jika hasil penelitian ini terbukti bahwa proporsi
komisaris independen berdampak positif terhadap
agresivitas pajak perusahaan maka penelitian ini
akan membuktikan bahwa semakin besar jumlah
proporsi komisaris independen dapat menjadi
kontrol untuk mengurangi tindakan agresif agen
4.Jika hasil penelitian ini terbukti manajemen laba
berdampak positif dan signifikan terhadap
agresivitas pajak perusahaan maka penelitian ini
akan membuktikan bahwa salah satu tujuan
dilakukan manajemen laba adalah untuk
melakukan kecurang pajak dengan melakukan
agresivitas pajak.
1.4.2 Manfaat Praktis
Akan memberikan masukan bagi pemerintah
dan perusahaan untuk mendeteksi gejala-gejala
agresivitas pajak perusahaan sehingga dapat
dicarikan solusi pencegahannya. Serta memberikan
masukan bagi investor yang ingin berinvestasi pada
perusahaan yang taat terhadap pajak.
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun menjadi lima bab dengan
pembagian sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan, berisi penjelasan mengenai
latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan yang digunakan untuk menyusun
laporan penelitian.
Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model,
yang digunakan dalam penelitian, telaah
pustaka yang mendasari penelitian, kerangka
pemikiran serta perumusan hipotesis.
Bab 3 Metode Penelitian, berisi penjelasan populasi
dan sampel, pengukuran variabel-variabel
penelitian, metode pengumpulan data, serta
metode analisis data.
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi urai
pokok permasalahan yang terdiri dari analisis
data serta pembahasan.
Bab 5 Kesimpulan dan Implikasi, berisi kesimpulan
atas penelitian yang dilakukan serta
implikasinya secara teoritis maupun secara