• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN SOCIAL ENTERPRENEURSHIP DALAM PEMBERDAYAAN ANAK MUDA DI KOMUNITAS SAHABAT MUDA YAYASAN LAGZIS PEDULI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN SOCIAL ENTERPRENEURSHIP DALAM PEMBERDAYAAN ANAK MUDA DI KOMUNITAS SAHABAT MUDA YAYASAN LAGZIS PEDULI SURABAYA."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN

SOCIAL ENTERPRENEURSHIP

DALAM PEMBERDAYAAN ANAK MUDA DI KOMUNITAS SAHABAT

MUDA YAYASAN LAGZIS PEDULI SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

SOFIA NURJANAH NIM (C94212147)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Strategi dan Kontribusi Kegiatan Social

Entrepreneurship Dalam Pemberdayaan Anak Muda Di Komunitas Sahabat

Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya” ini merupakan hasil penelitian

Kualitatif yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimana praktek

kegiatan social enterpreneurship di Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS

Peduli Surabaya, apa strategi yang digunakan Komunitas Sahabat Muda untuk

mencetak young social entrepreneur, dan bagaimana kontribusi kegiatan social

entrepreneurship dalam pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya.

Metodelogi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskripstif. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode wawancara dengan Pembina Komunitas Sahabat Muda, Pengurus LagZIS Peduli dan beberapa orang relawan Sahabat Muda Surabaya, selain wawancara peneliti juga menggunakan dokumentasi dan observasi.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah Praktek kegiatan Social

Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda termasuk ke dalam organisasi kerelawanan dengan misi meningkatkan kesejahteraan maupun upaya

pemberdayaan masyarakat. Jenis organisasi complementary Social

Entrepreneurship yang mana perolehan financial dari kegiatan ekonominya menjadi bagian kegiatan sosial. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas

Sahabat Muda juga bisa disebut sebagai Affirmative Venture yaitu kegiatan

Social Entrepreneurship yang memberikan kesempatan kerja ataupun pengembangan diri kelompok rentan.

Strategi yang digunakan Sahabat Muda untuk menjadikan para anak muda menjadi seorang young social entrepreneur adalah dengan memberikan mereka pelatihan-pelatihan, pelatihan karakter, pelatihan keterampilan dan

pelatihan kepemimpinan. Kontribusi Kegiatan Social Entrepreneurship dalam

Pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda yaitu memberikan keterampilan kepada para anak muda, dan anak muda nanti setelah atau sebelum lulus pendidikan bisa mendirikan usaha yang nantinya usaha itu akan bermanfaat untuk orang lain atau lingkungan yang ada di sekitarnya.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN……… … iv MOTTO……… …. v KATA PERSEMBAHAN……… vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 16

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 16

G. Definisi Operasional ... 17

H. Metode Penelitian ... 20

(4)

BAB II STRATEGI, KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Strategi ... 29

B. Kewirausahaan Sosial ... 31

C. Karakteristik Wirausaha Sosial ... 37

D. Social Entrepreneurship Menurut Islam ... 39

E. Pemberdayaan Masyarakat ... 43

BAB III STRATEGI SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DAN PEMBERDAYAAN ANAK MUDA DI KOMUNITAS SAHABAT MUDA YAYASAN LAGZIS PEDULI SURABAYA A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47

1. Sejarah Berdirinya LagZIS Peduli ... 47

2. Strategi dan Kontribusi Sahabat Muda ... 51

BAB IV ANALISIS KEGIATAN SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DI KOMUNITAS SAHABAT MUDA SURABAYA A. Analisis Praktek kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda Surabaya ... 66

B. Analisis Strategi yang digunakan Komunitas sahabat Muda Untuk Mencetak Young Social Entrepreneur ... 76

(5)

DAFTAR TABEL

1.1 Penduduk usia 15 Tahun Ke Atas, Menurut jenis Kegiatan Utama,

2014-2015...

(6)

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Masalah sosial dan lingkungan dari banyaknya pengangguran, global

warming sampai menurunnya kualitas lingkungan adalah fenomena umum yang ada

di sekililing kita, yang merupakan masalah terbesar bangsa ini. Masalah ini dari

tahun ke tahun bukan terselesaikan, bahkan, tampak semakin banyak dan semakin

memburuk. Banyak orang berharap pada pemerintah maupun sekolah/perguruan

tinggi bisa memberi solusi terhadap problema ini. Namun, faktanya baik pemerintah

maupun sekolah tidak dapat diharapkan memecahkan masalah ini, terutama

menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga negaranya maupun lulusannya.1

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jawa Timur periode

Februari 2015 mencapai 892 Ribu orang. Jumlah ini tergolong meningkat karena di

Bulan Agustus 2014 jumlah TPT Provinsi Jawa Timur mencapai 843 Ribu orang.

Sairi Hasbullah selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mengatakan

bahwa, angka pengangguran di Jawa Timur terus meningkat, tingkatan

Pengangguran Terbuka meningkat dari 4,02 persen pada bulan Februari 2014 atau

832 ribu orang, dan sekarang tepatnya bulan Februari lalu menjadi 4,31 persen atau

892 ribu orang. Hal yang ironis dari persentase ini adalah ternyata rata-rata pekerja

di Jawa Timur malah didominasi oleh pekerja yang berpendidikan rendah atau SMP

ke bawah. Seperti yang diungkapkan oleh Sairi Hasbulloh selaku Ketua BPS bahwa,

(7)

2

pekerja yang berpendidikan SMP ke bawah mencapai 13,38 juta orang atau 67,59

persen. Sementara pekerja yang berpendidikan tinggi (Diploma atau Universitas)

hanya sekitar 1,74 juta orang atau 8,80 pesen.2

Diduga lapangan kerja yang tersedia belum dapat menampung tinginya

angkatan kerja di Jawa Timur, bahkan jumlah penduduk yang bekerja menjadi

berkurang. Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur berkurang seanyak 25 ribu orang

dalam kurun waktu setahun (Februari 2014-Februari 2015). Penduduk yang bekerja

juga berkurang 85 ribu orang dibanding keadaan Februari Tahun lalu yang

kemungkinan sebagian menjadi pengangguran. Hal ini dapat dilihat bahwa jumlah

pengangguran di Jawa Timur menjadi sebanyak 60 ribu orang jika dibanding

keadaan setahun sebelumnya. Bahkan jumlah pengangguran memperlihatkan

kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun. Fenomena tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut:3

2 Dodi Pradipta, “Angka Pengangguran di Jawa Timur”,http://ekonomibisnis.suarasurabaya.net/

news/2015/151841-Awal-2015,-Angka-Pengangguran-di-Jatim-892-Ribu-Orang, diakses pada 04 November 2015.

3 Berita Resmi Statistik No. 36/05/35/Th. XIII, 5 Mei 2015, Survei Angkatan Kerja Nasional, 1-2,

(8)

3

Tabel 1.1

Penduduk usia 15 Tahun Ke Atas, Menurut jenis Kegiatan Utama, 2014-2015

(Ribu Orang)

Jenis Kegiatan Utama Satuan 2014 2015

Februari Agustus Februari

Ribu Orang 6.632,65 6.481,52 6.412,70 Ribu Orang 1.864,78 1.674,50 1.633,58 Ribu Orang 4.767,87 4.807,02 4.779,11

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sukernas)

Keterangan : Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi

Penduduk

Dari tabel tersebut jelas terlihat bahwa dari Bulan Februari 2014 ke Bulan

Agustus 2014 jumlah angkatan kerja yang bekerja semakin menurun, dari 19.885,39

ribu jiwa menjadi 19.306,51 ribu jiwa jiwa, sedangkan jika di hitung dalam tahunan

yaitu dari Bulan Februari 2014 ke Bulan Februari 2015 juga mengalami penurunan

dari 19.885,39 ribu jiwa menjadi 19.800,39 jiwa. Beberapa faktor yang menjadi

penyebab tingginya angka pengangguran ini, diantaranya adalah ketidaksesuaian

hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja, ketidakseimbangan

permintaan dan penawaran serta kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang

(9)

4

semakin ketat antar pencari kerja dan seringkali mereka melamar dan menerima

pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.4

Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan peran aktif seluruh masyarakat

untuk menghadapi tantangan yang ada. Melalui apa tantangan tersebut dapat diubah

menjadi peluang yang menguntungkan secara ekonomi dan sosial bagi seluruh

masyarakat Indonesia itu sendiri? Social Entrepreneurship merupakan solusi

mengatasi permasalahan sosial yang ada di negara kita ini. Tujuan daripada

organisasi sosial adalah terjadinya perubahan sosial ke arah yang lebih baik atau

positif dan memecahkan permasalahan sosial untuk kepentingan kelompok

dampingan. Mengingat kegiatan Social Entrepreneurship adalah kegiatan sosial yang

dilakukan oleh individu dengan menggunakan mental seorang entrepreneur. Hal ini

sejalan dengan pengertian tentang Social Entrepreneur yang telah dikemukakan oleh

Santosa pada tahun 2007, yang mengatakan bahwa “Social Entrepreneur adalah

seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan

entrepreneurshipnya untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama

meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare)”.5

Penelitian dan wacana publik yang merujuk kepada beberapa aktor dan

kegiatan yang terlibat dalam kewirausahaan sosial telah menciptakan keragaman

4 Kaswan dan Akhyadi Ade Sadikin, Sosial Entrepreneurship…, 1.

5 Ratna Widiastuti dan Meily Margaretha, Socio Entrepreneurship: Tinjauan Teori dan Perannya

(10)

5

dalam wacana dan fenomena tentang kewirausahaan sosial. Fenomena tersebut

adalah sebagai berikut:6

1. Menurut Dorado, Sharir dan Lerner, Social Entrepreneurship adalah adanya bisnis

sosial yang menyediakan produk atau layanan yang dibuat untuk kepentingan sosial

dan manfaat lingkungan.

2. Menurut Flowler dan Frumkin, Social Enterpreneurship adalah adanya organisasi

nirlaba yang mengadopsi strategi komersial menciptakan arus pendapatan untuk

memepertahankan sumber-sumber keuangan mereka.

3. Menurut Paredo dan Chrisman, Social Entrepreneurship adalah adanya

kewirausahaan komunitas (community Entrepreneurship) dimana masyarakat

merupakan penerima manfaat sekaligus produsen.

4. Menurut Phills, et al dan Mulgan et al, Social Entrepreneurship adalah adanya

inovasi sosial yang dilakukan untuk kepentingan sosial.

Berbagai fenomena yang membangun arti kewirausahaan sosial di atas

adalah dikarenakan aktor yang melakukan kegiatan tersebut berbeda, sehingga

mereka mempunyai definisi yang berbeda mengenai kewirausahaan sosial. Dari

beberapa definisi mengenai kewirausahaan sosial di atas, saya merasa ada kolerasi

antara kewirausahaan sosial dengan Ekonomi Islam. Sebagaimana pendapat tentang

Ekonomi Islam yang telah dikemukakan oleh Chaptra sebagai berikut:7

6 Wawan Dhewanto, et al., Inovasi dan Kewirausahaan Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2013), 30

(11)

6

1. Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan shari<’ah

yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber-sumber material, sehingga

dapat tercipta sebuah kepuasan bagi manusia dan memungkinkan mereka

menjalankan perintah Allah dan masyarakat.

2. Ekonomi Islam adalah suatu usaha untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku

manusia dalam hubungannya kepada persoalan tersebut menurut perspektif Islam.

3. Ekonomi Islam merupakan jawaban dari pemikiran muslim terhadap

tantangan-tantangan ekonomi pada zamannya. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh al-qur’a<n

dan as-sunnah, akal, dan pengalaman.

4. Ekonomi Islam sebagai cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan

kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber-sumber daya yang

langka yang seirama dengan asset, tanpa mengekang kebebabsan individu,

menciptakan ketidakseimbangan makro ekonomi dan ekologi yang berkepanjangan,

melemahkan solidaritas keluarga dan sosial serta jaringan moral masyarakat.

5. Ekonomi Islam pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk memformulasikan suatu

ilmu ekonomi yang berorientasi kepada manusia dan masyarakat yang tidak

mengakui individualisme yang berlebihan sebagaimana dalam ekonomi klasik.

6. Ilmu Ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan studi terhadap kesejahteraan (falah)

manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumberdaya di bumi berdasarkan

(12)

7

Di sini Lembaga Zakat Infaq Shadaqah Peduli yang selanjutnya disingkat

menjadi LagZIS Peduli dengan konsep Social Entrepreneurship dan misi sosialnya

hadir untuk membantu memberikan solusi untuk masyarakat. Sejak didirikan pada

tahun 1999 lembaga pengelola zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) yang bergerak

dibidang pelayanan sosial dan dakwah, yaitu Yayasan LagZIS Peduli sudah

dicita-citakan untuk menjadi lembaga milik ummat. Lembaga milik ummat artinya

lembaga yang dipercaya oleh ummat karena mengedepankan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan dana-dana amanah ummat. Di sini LagZIS Peduli

merupakan contoh lembaga yang menerapkan konsep Social Entrepreneurship

dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Hal ini terbukti dari

kegiatan-kegiatan yang dilakukan LagZIS, salah satunya adalah pembentukan Komunitas

Sahabat Muda. Komunitas Sahabat Muda adalah sekumpulan anak-anak muda usia

18-25 tahun yang dilatih untuk peduli dan mandiri, di sini para anak muda dilatih

untuk lebih peduli kepada masyarakat yang memang membutuhkan uluran tangan

dan kasih sayang kita dan juga diajarkan untuk lebih mandiri dengan adanya

beberapa bisnis (wirausaha) yang ada dan dikelola oleh Komunitas ini.

Komunitas Sahabat Muda ini berdiri dibawah naungan LagZIS Peduli, yang

mana LagZIS Peduli ini merupakan lembaga organisasi nirlaba yang bertujuan

menjadi penggerak ekonomi ummat. Komunitas Sahabat Muda dan kantor LagZIS

Peduli cabang Surabaya ini beralamatkan di Jl. Gayungsari 1 no 8 Surabaya.8

(13)

8

Para anak muda yang bergabung di sini disebut relawan, para relawan yang

sudah bergabung di dalam komunitas ini akan diajarkan kewirausahaan untuk

kemandirian mereka, dengan memilih progam pelatihan magang. Hal ini terbukti

dengan adanya berbagai bisnis yang dimiliki Yayasan LagZIS Peduli yang

dijalankan oleh Relawan Sahabat Muda, di antaranya, Ternak Sahabat yang meliputi

Aqiqah Sahabat dan Kurban Sahabat, toko baju Vamosh Sahabat dan Publishing,

yang kesemua bisnis ini yang menjalankannya adalah para relawan (anak muda) yang

telah mencapai tingkatan pesantren sahabat muda di Komunitas Sahabat Muda ini.

Seperti yang telah saya tulis di atas bahwa pengangguran di Indonesia ini

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah diduga lapangan kerja yang

tersedia belum dapat menampung tingginya angkatan kerja, ketidaksesuaian hasil

yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja. Kesempatan kerja yang

terbatas telah membuat kompetensi semakin ketat antar pencari kerja dan sering kali

mereka melamar dan menerima pekerjaan apa saja, meskipun tidak sesuai dengan

kualifikasi pendidikannya.

Semakin terbatasnya kesempatan kerja inilah yang saat ini menjadi salah

satu faktor penyebab pengangguran. Di sini anak muda yang bergabung di

Komunitas Sahabat Muda akan dicetak sebagai young social enterpreneur, yang

nantinya setelah atau sebelum lulus dari perkuliahan atau menyelesaikan studinya,

(14)

9

mereka justru bisa membantu mengatasi permasalahan sosial yang ada dengan

konsep Social Enterpreneur-nya.

Dari penjelasan singkat tentang pentingnya social entrepreneurship dan peran

Komunitas Sahabat Muda melalui program-program kewirausahaan sosialnya saya

selaku peneliti ingin mengetahui bagaimana Praktek kegiatan Social

Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya,

Strategi apa yang digunakan Sahabat Muda untuk mencetak seorang young social

enterpreneur di Komunitas Sahabat Muda dan bagaimana kontribusi kegiatan Social

Entrepreneurship dalam pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda

Surabaya.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka akan timbul beberapa

pernyataan sebagai berikut:

1. Pengangguran yang terjadi di Jawa Timur ini dikarenakan terbatasnya

lapangan kerja, dan rata-rata pekerja yang berada di Jawa timur didominasi

oleh pekerja yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah).

2. Peran dan manfaat Social Entrepreneurship bagi masyarakat khususnya anak

muda di Yayasan LagZIS Peduli Surabaya.

3. Penerapan kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda

(15)

10

4. Kontribusi Social Entrepreneurship dalam pemberdayaan anak muda di

Komunitas Sahabat Muda.

5. Kontribusi Social Entrepreneurship dalam menciptakan kemandirian

financial di Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya.

Untuk lebih fokus dan mendapatkan data yang lebih valid dalam penelitian, serta

karena keterbatasan peneliti dalam beberapa hal pengetahuan, waktu dan dana

maka penelitian ini dibatasi dalam mengidentifikasi:

1. Praktek kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda

Yayasan LagZIS Peduli Surabaya.

2. Strategi yang digunakan Sahabat Muda untuk mencetak seorang young social

enterpreneur di Komunitas Sahabat Muda.

3. Kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship dalam pemberdayaan anak

muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di

atas maka rumusan masalah penelitian adalah:

1. Bagaimana Praktek kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat

Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya?

2. Strategi apa yang digunakan Sahabat Muda untuk mencetak seorang young

(16)

11

3. Bagaimana Kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship dalam

pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Di sini terdapat beberapa penelitian yang hampir memiliki kesamaan topik yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Widiastuti dan Meily Margaretha

dengan judul Socio Entrepreneurship: Tinjauan Teori dan Perannya bagi

Masyarakat dengan Fokus penelitian mengenai tinjauan teori serta perannya

bagi masyarakat Indonesia, untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi di

dalam masyarakat Indonesia, dengan menggunakan metode riset pustaka

dengan analisis isi dan hasil pembahasan mengenai konsep, sejarah,

karakteristik, tantangan dan peran kewirausahaan sosial bagi masyarakat.9

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Widiastuti dan Meily Margaretha ini

memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu,

penelitian yang dilakukan penulis tidak membahas sejarah, karakteristik serta

tantangan dan juga menggali konsep SE melalui curah pendapat berbagai pakar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Jacques de Fourny dan Marthenyssens dengan

judul Conceptions of Social Enterprise and Social Enterpreneur in Europe

and United States: Convergences and Divergences, dengan fokus penelitian

pada persamaan dan perbedaan konsep perusahaan sosial dan kewirausahaan

9 Ratna Widiastuti dan Meily Margaretha, Socio Entrepreneurship: Tinjauan Teori dan Perannya

(17)

12

sosial melaui dua pendekatan, yaitu Amerika dan Eropa (Inggris) dengan

menggunakan metode riset pustaka dengan analisis isi. Hasil pembahasan

mengenai dua pendekatan utama dalam kewirausahaan sosial American

Tradition dan Europe Tradition. Dalam Europe Tradition terdapat 2

pendekatan yaitu UK Approach (pemerintah sebagai inovator sosial dan The

EMES Approach yang hampir sama dengan American Tradition yaitu banyak

lembaga non profit yang mempunyai aktivitas yang sama dengan

kewirausahaan sosial.10 Penelitian yang dilakukan oleh Jacques de Fourny dan

Marthenyssens mempunyai perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis yaitu dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak

menggunakan pendekatan Amerika maupun Eropa, karena di sini penulis

melakukan penelitian dan menemukan konsep sesuai dengan yang ada di

lapangan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Muliadi Palesangi, dengan judul Pemuda

Indonesia dan Kewirausahaan Sosial, fokus penelitian pada Kontribusi

Wirausaha sosial muda Indonesia bukan hanya dari dimensi ekonomi tapi

juga dimensi sosial dengan menggunakan metode riset pustaka dengan

analisis isi dengan hasil pembahasan mengenai ada dua alternatif kemitraan

yang dapat dikembangkan oleh wirausaha sosial yakni kemitraan dengan

10 Jacques de Fourny dan Marthenyssens, Conception of Social Enterprise and Social

Entrepreneurship in Europe and the United States: Convergences and Disvergences”, Journal of

(18)

13

institusi publik dan kemitraan dengan korporasi.11 Penelitian yang dilakukan

oleh Muliadi Palesangi, mempunyai perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis yaitu penulis tidak membahas tokoh yang ada di

Indonesia dan kontribusi dari tokoh tersebut, melainkan membahas strategi

serta kontribusi lembaga nirlaba.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan

Rizal Edy Halim dengan judul Menggali Konsep Social Entrepreneurship

Suatu Riset Pustaka dengan fokus penelitian mengenai penjabaran tentang

konsep-konsep Social Entrepreneurship dengan menggunakan metode riset

pustaka dengan analisis isi, dengan hasil pembahasan mengenai pengajuan

enam proporsi dasar berdasarkan kajian dan pendapat berbagai pakar.12

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan

Rizal Edy Halim ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan

yaitu di dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Adiprigandari Adiwoso

Suprapto dan Rizal Edy Halim bahasan hanya sebatas konsep, tidak

membahas mengenai kontribusinya dalam kehidupan nyata, sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh penulis membahas tentang konsep serta

kontribusinya untuk masyarakat di Indonesia khususnya Surabaya.

11 Muliadi Palesangi, Pemuda Indonesia dan Kewirausahaan Sosial, Jurnal Management, Vol. 11

No.1, (2011), 13.

12 Siti Adi Prigandari Adiwoso Suprapto dan Rizal Edy Halim, Menggali Konsep Sosial

(19)

14

5. Penelitian yang dilakukan oleh Sarah H. Alvord, L. David Brown, dan

Christine W. Letts dengan judul kepemimpinan kewiraswastaan sosial

memfasilitasi Transformasi Sosial, sebuah penelitian eksploratif. Fokus

Kewiraswastaan Sosial yang mendatangkan perubahan bermakna dalam

konteks sosial, politik dan ekonomi bagi kelompok miskin dan terpinggirkan

atau dengan kata lain, kewiraswastaan sosial yang mendorong terjadinya

transformasi sosial. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian

yang dilakukan oleh Sarah H. Alvord, L. David Brown, dan Christine W.

Letts adalah analisis komparatif kasus kewiraswastaan sosial yang telah

diakui keberhasilannya. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu ada

perbedaan inovasi sosial yang digunakan pada kewirausahaan sosial, semua

prakarsa berupaya memobilisasi dan membangun di atas aset-aset konstituen

miskin yang mereka layani.13

Penelitian yang dilakukan oleh H. Alvord, L. David Brown, dan Christine W.

Letts memiliki perbedaan dengan yang dilakukan oleh penulis, perbedaannya

yaitu di dalam penelitian yang dilakukan oleh Sarah H. Alvord, L. David

Brown, dan Christine W. Letts membahas tentang objek penelitiannya yaitu

perusahaan-perusahaan yang sudah diakui keberhasilannya seperti Ashoka

Foundation dan Greemen Bank, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

(20)

15

penulis adalah mencari tahu kontribusi yang dilakukan oleh perusahaan

nirlaba.

Dari penjelasan secara keseluruhan antara penelitian terdahulu dan

penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak ada kesamaan. Penelitian yang

dilakukan oleh penulis, dengan judul Strategi dan Kontribusi Kegiatan Social

Entrepreneurship dalam Pemberdayaan Anak Muda di Komunitas Sahabat

Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya, fokus penelitian adalah menggali

tentang strategi dan kontribusi konsep Sosial Entrepreneurship dalam

pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda yang nantinya akan

dicetak menjadi Young Social Enterpreneur. Untuk menjawab semua

pertanyaan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode wawancara

dan dokumentasi dan observasi. Untuk analisis data menggunakan teknik

analisis kualitatif deskriptif. Data deskriptif kata-kata tertulis atau bisa dari

perilaku yang dapat diamati.

Jadi perbedaan menyeluruh antara penelitian terdahulu yang sudah

dijelaskan di atas adalah metodolgi penelitian serta fokus penelitian antara

(21)

16

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka di atas maka tujuan penelitian

adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Praktek kegiatan Social Entrepreneurship di

Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya.

2. Untuk mengetahui Strategi apa yang dilakukan LagZIS Peduli untuk

mencetak seorang young social enterpreneur di Komunitas Sahabat Muda.

3. Untuk mengetahui Bagaimana Kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship

dalam pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian hasil yang diperoleh diharapkan dapat

berguna secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis hasil penelitian berguna

untuk mengembangkan disiplin ilmu pengetahuan dalam arti membangun dan

memperkuat teori yang sudah ada. Manfaat praktis diharapkan berguna bagi

penerapan suatu ilmu di lapangan atau masyarakat.

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta menambah

khasanah ilmu tentang implementasi dan kontribusi Social Entrepreneurship

(22)

17

menjadi referensi teoritis tentang teori Social Entrepreneurship untuk

generasi yang akan melakukan penelitian hal terkait dengan itu.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan suatu masukan

bagi pengelola Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya

untuk meningkatkan dan memperbanyak kegiatan kewirausahaan sosial

sehingga akan lebih banyak lagi masyarakat yang akan terbantu dan

terberdayakan dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik

yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan dengan kata lain

mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang

menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan diuji serta dapat

ditemukan kebenarannya oleh orang lain.14 Guna mendapatkan gambaran yang

lebih jelas dalam memahami maksud arti dari judul “Strategi Dan Kontribusi

Kegiatan Social Entrepreneurship Dalam Pemberdayaan Anak Muda Di

Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS Peduli” maka perlu dijelaskan arti

kata berikut:

14 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006),

(23)

18

1. Strategi

Strategi menunjukkan arahan umum yang hendak ditempuh oleh

organisasi untuk mencapai tujuannya. Strategi ini merupakan rencana besar dan

rencana penting.

Strategi yang digunakan Sahabat Muda untuk menjadikan para anak

muda menjadi seorang young social entrepreneur adalah dengan memberikan

mereka pelatihan-pelatihan, pelatihan karakter, pelatihan keterampilan dan

pelatihan kepemimpinan.

2. Social Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial)

Mengacu pada proporsi yang diajukan Siti Adi Prigandari Adi Woso

Suprapto dan Rizal Edy Halim dalam penelitian pustakanya, yang menyebutkan

bahwa: “Organisasi Social Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial) merupakan

organisasi yang berada pada sektor kerewalanan dengan misi meningkatkan

kesejahteraan maupun upaya pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ekonomi yang

dapat dilakukan secara langsung memberikan manfaat sosial yang disebut

sebagai integrated Social Entrepreneurship tetapi dapat juga tidak, namun

perolehan financial dari kegiatan ekonominya menjadi bagian kegiatan sosial

(Complementary Social Entrepreneurship). Jenis kegiatan Social

Entrepreneurship yang memberikan kesempatan kerja ataupun pengembangan

(24)

19

Social Entrepreneurship yang terfokuskan pada aspek mencari terobosan untuk

pelayanan sosial disebut direct service ventures.”

Analisis yang dilakukan Thompson terhadap sejumlah kasus organisasi

nirlaba di Inggris dan Eropa mendukung lebih lanjut perspektif ini. Studi

Thompson merupakan pemetaan terhadap sejumlah aktivitas Entrepreneurship

dan mengklasifikasikannya sesuai dengan kesamaan ciri-ciri mereka15.

Kesimpulannya kegiatan Social Entrepreneurship dapat dibedakan dengan

menerapkan empat dimensi atau sumbu yakni:

a. Penciptaan Kerja (job creation)

b. Pemanfaatan bangunan (utilitation of building)

c. Dukungan sukarelawan (volunteer support)

d. Fokus kepada membantu kelompok rentan (focus on helping people in need)

Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa social

entrepreneurship adalah penciptaan nilai sosial yang dihasilkan dari kolaborasi

bersama orang-orang dan organisasi lain dari lingkungan masyarakat yang

terlibat dalam penciptaan inovasi sosial dalam kegiatan ekonomi. Di sini yang di

maksut dengan social entrepreneur adalah orang yang mampu mrningkatkan

kemampuan seseorang, agar memiliki kemandirian dan kemanfaatan untuk orang

lain secara berkelanjutan (sustainability).

15 Siti Adi Prigandari Adiwoso Suprapto dan Rizal Edy Halim, Menggali Konsep Sosial

(25)

20

3. Pemberdayaan Anak Muda

Sumodinigrat berpendapat bahwa, pemberdayaan masyarakat merupakan

suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, agar mampu

mewujudkan kemandirian dan melepaskan diri dari belenggu kemiskinan serta

keterbelakangan. Di dalam Komunitas Sahabat Muda para anak muda dilatih

secara terus menerus guna meningkatkan kemampuan yang mereka miliki agar

kedepannya para anak muda itu mampu mandiri mendirikan usaha sendiri dan

tidak bergantung pada orang lain.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metodologi penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam

pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang

dihadapi. Maka dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang peneliti

gunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif. Adapun penelitian kualitatif

sendiri adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, prilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain.16 Jenis penelitian yang digunakan termasuk dalam jenis

penelitian deskriptif kualitatif yakni data, fakta yang dihimpun berbentuk kata

atau gambar dari pada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti

(26)

21

menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian bisa terjadi.17 Di

sini peneliti akan menjabarkan bagaimana kejadian di lapangan yang sebenarnya,

apakah sudah sesuai dengan teori atau ada teori baru di sana. Data kualitatif

disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka yakni data

tersebut berasal dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, catatatan

lapangan dari dokumentasi. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif

lebih menekankan pada analisa terhadap hubungan antara fenomena yang

diamati dengan logika ilmiah.

2. Jenis dan Sumber Data

Data adalah pernyataan atau keterangan atau bahan, dasar yang di

pergunakan untuk menyusun hipotesa atau segala sesuatu yang di teliti.18

Menurut Lexy J. Moleong dengan mengutip pendapatnya Lofland sumber data

utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.19 Berdasarkan jenisnya data

penelitian terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data sekunder. 20

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diambil pada lokasi atau

lapangan (dari sumbernya) atau data yang masih asli dan masih memerlukan

17 Ismail Nawawi, Metode Penelitia Kualitatif, (Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012), 72.

18 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…, 8.

19 Ibid., 157.

(27)

22

analisis lebih lanjut.21 Dalam hal ini data yang dihimpun adalah Praktek

kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda Yayasan

LagZIS Peduli Surabaya, strategi yang digunakan Sahabat Muda untuk

mencetak seorang young social enterpreneur di Komunitas Sahabat Muda

dan kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship dalam pemberdayaan anak

muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya. Data ini diperoleh dari

interview, observasi dan dokumentasi organisasi yang berhubungan dengan

data tersebut dan data-data lain yang ada kaitannya dengan penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan

perpustakaan dan peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.22

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya orang lain atau lewat dokumen.23 Dalam

hal ini data yang di himpun adalah tentang profil LagZIS Peduli dan

Komunitas Sahabat Muda Surabaya, data ini tidak langsung diperoleh dari

subyek dan biasanya diperoleh dari dokumentasi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Bermacam-macam teknik pengumpulan data, secara umum terdapat

empat macam teknik pengumpulan data, diantaranya adalah observasi,

21 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE UII, 1995), 55.

22 Nur Indianto dan Bambang Supono, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan

Manajemen, (Yogyakata: BPFE, 2002) ,147.

(28)

23

wawancara, dokumentasi dan gabungan/triangulasi.24 Di sini teknik

pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu observasi, wawancara

serta dokumentasi.

1) Observasi

Menurut Nasution observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.

Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh memalui observasi. Data itu

dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat

canggih, sehingga benda-benda yang kecil maupun yang sangat jauh

dapat diobservasi dengan jelas. Di sini penulis menggunakan observasi

partisipasif moderat, yang mana dalam observasi ini terdapat

keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan luar. Peneliti

dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipasif dalam beberapa

kegiatan, namun tidak semua.

2) Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu. Di sini penulis selaku peneliti

menggunakan teknik wawancara semiterstuktur, yang mana tujuan dari

wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan

(29)

24

secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang ditemukan oleh

informan.

Di sini hasil wawancara dengan Koordinator Komunitas Sahabat

Muda Surabaya peneliti menemukan data bahwa dari data terakhir yang

masuk kepada Koordinator Komunitas Sahabat Muda Surabaya jumlah

relawan yang ada di Surabaya berjumlah 50 orang, namun yang bisa aktif

ketika liburan hanya 25, dan yang bisa hadir setiap hari hanya 7 anak, jadi

penelitian terkait wawancara dengan para relawan yang peneliti lakukan

hanya dengan 7 orang relawan, karena julha relawan yang bisa hadir

setiap hari hanya 7 orang.

3) Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Di sini penulis selaku peneliti menggunkan teknik

dokumentasi dikarenakan hasil penelitian dari observasi dan wawancara

akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh

(30)

25

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sitematis data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi.25

Teknik analisis data yang digunakan di sini adalah deskriptif verifikatif. Jenis

deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu hal

sebagaimana adanya, mencatat, analisis dan menginterprestasikan

kondisi-kondisi yang sekarang terjadi. Penelitian ini tidak menguji hipotesis

melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan

variabel-variabel yang diteliti. Verifikatif pada dasarnya ingin menguji

kebenaran melalui pengumpulan data di lapangan.26 Dalam penelitian ini

metode tersebut digunakan untuk menggambarkan secara sistematis

mengenai praktek kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat

Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya, strategi yang digunakan Sahabat

Muda untuk mencetak seorang young social enterpreneur di Komunitas

Sahabat Muda dan kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship dalam

pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya.27

5. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan peneliti setelah data-data

terkumpul, aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan

25 Ibid., 244.

26 Pius A Partanto, Dahlan al Bary, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya: Arkola, 1994), 105.

(31)

26

verification. Pada penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan reduksi

data karena data yang didapat di lapangan semakin lama akan semakin

banyak, rumit dan kompleks, maka dari banyaknya data yang masuk nantinya

akan di reduksi atau dirangkum, dipilih yang pokok yang berkaitan dengan

variabel judul penelitian, difokuskan pada hal-hal yang penting, yang

nantinya akan dicari tema serta polanya. Setelah data direduksi maka

langkah selanjutnya yang peneliti ambil adalah menyajikan data. Penyajian

data yang akan dilakukan oleh peneliti di sini adalah dengan cara

menjabarkannya melalui teks yang bersifat naratif dikarenakan penelitian

yang peneliti gunakan adalah penelitin kualitatif, dan menurut Miles dan

Huberman yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.28 Langkah

selanjutnya yang peneliti lakukan setelah menyajikan data yaitu menarik

kesimpulan dan memverifikasi data yang telah disajikan tadi.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan memuat uraian dalam bentuk essay yang

menggambarkan alur logis mengenai bahasan skripsi. Untuk mendapatkan

gambaran yang jelas mengenai skripsi ini, penulis membuat sistematika

penulisan dengan membagikannya dalam beberapa bab yang satu sama lain

(32)

27

saling berhubungan dari bab satu sampai dengan bab lima. Adapun susunannya

adalah sebagai berikut:

Bab pertama berisi pendahuluan, bab ini merupakan pengantar materi sebagai

pendahuluan yang menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang

masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,

tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metodelogi

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi strategi, kewirausahaan sosial (social entrepreneurship), dan

pemberdayaan anak muda, bab ini memuat penjelasan teoritis sebagai landasan

atau komparasi analisis dalam melakukan penelitian. Bahasan ditekankan pada

penjabaran disiplin keilmuan strategi, kewirausahaan sosial (social

entrepreneurship), dan pemberdayaan masyarakat dan sedapat mungkin

mencakup seluruh perkembangan teori keilmuan tersebut sampai perkembangan

terbaru yang diungkap secara akumulatif dan didekati secara analisis.

Bab ketiga berisi data penelitian, bab ini memuat deksripsi data yang berkenaan

dengan praktek kegiatan social entrepreneurship dalam Komunitas Sahabat

Muda, strategi dan kontribusi social entrepreneurship di dalam pemberdayaan

anak muda yang diteliti secara obyektif dalam arti tidak dicampur dengan opini

peneliti.

Bab keempat analisis praktek kegiatan social entrepreneurship di Komunitas

(33)

28

penelitian tentang Strategi dan Kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship

dalam Pemberdayaan Anak Muda di Komunitas Sahabat Muda Yayasan Lagzis

Peduli Surabaya guna menjawab masalah penelitian, menafsirkan dan

mengintegrasikan temuan penelitian itu kedalam kumpulan pengetahuan terkait

Social Entrepreneurship dan Pemberdayaan Anak Muda.

Bab kelima berisi penutup, merupakan bagian akhir dari penulisan yang akan

menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan bab-bab

sebelumnya. Bab ini memuat jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas

(34)

(35)

BAB II

STRATEGI, SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DAN

PEMBERDAYAAN ANAK MUDA

A. Strategi

Istilah strategi berasal dari kata Yunani yakni strategea (stratos:

Militer, dan ag: Memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi

seorang jendral.1 Strategi menunjukkan arahan umum yang hendak

ditempuh oleh organisasi untuk mencapai tujuannya. Strategi ini

merupakan rencana besar dan rencana penting. Setiap organisasi yang

dikelola secara baik memiliki strategi, walaupun tidak dinyatakan secara

eksplisit. Berikut pendapat beberapa ahli mengenai strategi2:

1. Menurut Alfred Chandler strategi adalah penetapan sasaran dan arah

tindakan serta alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai

tujuan.

2. Menurut Kanneth Andrew strategi adalah pola sasaran, maksut atau

tujuan kebijakan serta rencana. Rencana penting untuk mencapai

tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis

yang dianut dan jenis atau akan menjadi jenis apa organisasi tersebut.

3. Menurut Buzzle dan Gale, strategi adalah kebijakan dan keputusan

kunci yang digunakan untuk manajemen, yang memiliki dampak besar

pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini biasanya

1 Ismail Nawawi, Manajemen Strategi Sektor Publik, (Jakarta: CV. Dwi Putra Pustaka Jaya,

2010), 1.

(36)

30

melibatkan sumberdaya yang penting dan tidak dapat diganti dengan

mudah.

a. Tujuan Manajemen Strategi:

Dalam strategi terdapat tujuan jangka panjang maupun

pendek. Tujuan jangka pendek (Short Term Objectives) merupakan

hasil terukur yang dapat dicapai atau dimaksudkan untuk dicapai

dalam waktu satu tahun/kurang. Dengan adanya tujuan jangka pendek

diharapkan dapat membantu menerapkan strategi yang biasanya

disertai rencana tindakan, paling tidak dalam tiga cara:

a) Rencana tindakan biasanya mengidentifikasikan taktik dan

aktivitas fungsional yang akan dilaksanakan dalam mingguan,

bulanan atau kuartal depan sebagai bagian dari usaha untuk

membangun keunggulan yang kompetitif.

b) Tujuan jangka pendek membantu mengangkat masalah dan

konflik potensial dalam suatu organisasi yang biasanya

memerlukan koordinasi guna menghindari konsekuensi yang

bersifat disfungsional. Untuk itu, kerangka waktu penyelesaian

yang jelas kapan usaha/kegiatan tersebut akan dimulai dan kapan

hasil akan diperoleh.

c) Tujuan jangka pendek dapat membantu mengimplementasikan

strategi dengan mengidentifikasikan hasil-hasil terukur dari

(37)

31

untuk membuat umpan balik, koreksi, dan evaluasi menjadi lebih

relevan dan dapat diterima.

Tujuan jangka panjang memiliki kaitan dengan jangka pendek

karena dengan adanya jangka pendek dapat menambah cakupan

dan kekhususan dalam mengidentifikasi apa yang harus

diselesaikan guna mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Kaitan

antara tujuan jangka panjang dan jangka pendek harus

menyerupai penurunan jangka panjang yang bersifat dasar

menjadi tujuan jangka pendek yang spesifik di bidang-bidang

operasi kunci. Penurunan tersebut memiliki keunggulan tambahan

yaitu menyediakan referensi yang jelas untuk komunikasi dan

negosiasi, yang mungkin diperlukan untuk mengintregasikan dan

mengoordinasikan tujuan dan aktivitas pada tingkat operasi3.

B. Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)

Sejarah singkat tentang Social Entrepreneurship yaitu istilah

kewirausahaan sosial (Social Entrepreneurship) sebenarnya mulai

diperkenalkan pada tahun 1984, yaitu saat Bill Drayton dianugerahi

MacArthur Award untuk karyanya membangun Ashoka Foundation yang

bertujuan untuk memberikan bantuan dana pendidikan kepada masyarakat

miskin. Asoka Foundation masih bertahan dan memiliki banyak cabang

diberbagai negara. Kemampuan Bill Drayton mengembangkan usahanya

dengan tetap terfokus pada misi sosial membuat berbagai kalangan mulai

3 Pearce/Robinson, Manajemen Strategi (Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian), (Jakarta:

(38)

32

melihat peluang dari sektor sosial untuk dikembangkan secara ekonomis atau

lebih tepatnya menjalankan usaha sosial dengan prinsip-prinsip

kewirausahaan. Demikian juga dengan kehadiran Greemen Bank di

Bangladesh yang didirikan Mohammed Yunus (penerima penghargaan nobel

perdamaian 2006). Greemen bank adalah organisasi keuangan mikro terbesar

di dunia. Greemen bank bertransformasi menjadi sebuah bisnis yang

mengunntungkan, dan telah membantu ribuan orang, khususnya para wanita,

untuk dapat keluar dari kemiskinan. Hal inilah yang pada akhirnya membuat

Greemen Bank menjadi sorotan dunia, karena keberhasilannya menyelesaikan

permasalahan kemiskinan di Bangladesh.4

Secara akademis, konsep social entrepreneurship telah dikembangkan

di universitas-universitas (Nicholls, 2006). Salah satunya Universitas yang

ada di Inggris, seperti Skoll Center for Social Entrepreneurship. Di Amerika

Serikat juga didirikan pusat-pusat kajian social entrepreneurship, contohnya

Center for the Advancement of Social entrepreneurship di Duke University.

Contoh praktik social entrepreneurship, terdapat pada yayasan yang sudah

mengglobal, yang secara khusus mencari para social entrepreneur di berbagai

belahan dunia untuk membina dan memberikan dananya bagi para penggerak

perubahan social yakni Ashoka Foundation.

Menurut Paredo dan Mc Lean Social Entrepreneurship sebagai suatu

organisasi yang memiliki unsur Entrepreneurship menunjukkan kemampuan

menciptakan upaya-upaya baru untuk menyediakan segala kebutuhan sosial

(39)

33

suatu komunitas. Hal ini sejalan dengan pemikiran Mary Gentile yang

berkesimpulan bahwa contoh organisasi social entrepreneurship yakni

organisasi di sektor publik. Analisis yang dilakukan Thompson terhadap

sejumlah kasus organisasi nirlaba di Inggris dan Eropa mendukung lebih

lanjut perspektif ini. Studi Thompson merupakan pemetaan terhadap

sejumlah aktivitas entrepreneurship dan mengklasifikasikannya sesuai dengan

kesamaan ciri-ciri mereka5. Kesimpulannya kegiatan social entrepreneurship

dapat dibedakan dengan menerapkan empat dimensi atau sumbu yakni:

1. Penciptaan Kerja (job creation)

2. Pemanfaatan bangunan (utilitation of building)

3. Dukungan sukarelawan (volunteer support)

4. Fokus kepada membantu kelompok rentan (focus on helping people in

need)

Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Social

entrepreneurship adalah penciptaan nilai sosial yang dihasilkan dari

kolaborasi bersama orang-orang dan organisasi lain dari lingkungan

masyarakat yang terlibat dalam penciptaan inovasi sosial dalam kegiatan

ekonomi. Sehingga dari definisi tersebut memberikan empat kriteria dari

socio entrepreneurship yaitu nilai sosial (Social Value), lingkungan

5Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan Rizal Edy Halim, “Menggali Konsep Social

(40)

34

masyarakat (Civil Society), inovasi (Innovation) dan kegiatan ekonomi

(Economic Activity) (Hulgard, 2010).6

1. Social Value : Ini merupakan elemen paling khas dari kewirausahaan

sosial yakni menciptakan manfaat sosial yang nyata bagi masyarakat dan

lingkungan sekitar.

2. Civil Society : Kewirausahaan sosial pada umumnya berasal dari inisiatif

dan partisipas masyarakat sipil dengan mengoptimalkan modal sosial

yang sudah ada di masyarakat.

3. Innovation : kewirausahaan sosial memecahkan masalah sosial dengan

cara-cara inovatif antara lain dengan memadukan kearifan lokal dan

inovasi sosial.

4. Economic Activity: Kewirausaan Sosial yang berhasil pada umumnya

dengan menyeimbangkan antara aktivitas sosial dan aktivitas bisnis.

Aktivitas bisnis ekonomi dikembangkan untuk menjamin kemandirian

dan keberlanjutan misi sosial organisasi.7

Kewirausahaan Sosial biasanya digunakan untuk menjelaskan semua

progam ekonomi yang melayani misi sosial dan atau misi lingkungan hidup.

Kewirausahaan sosial ini lebih fokus pada pencapaian efisiensi ekonomi dan

inovasi sosial, yang terjadi dalam konteks ketidak menentuan yang sangat

6 Ratna Widiastuti dan Meily Margaretha, “Socio Entrepreneurship: Tinjauan Teori dan

Perannya bagi Masyarakat”, 2.

(41)

35

besar terhadap masa depan.8 Menurut Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan

Rizal Edy Halim Organisasi Social Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial)

merupakan organisasi yang berada pada sektor kerewalanan dengan misi

meningkatkan kesejahteraan maupun upaya pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan secara langsung memberikan

manfaat sosial yang disebut sebagai integrated Social Entrepreneurship tetapi

dapat juga tidak, namun perolehan financial dari kegiatan ekonominya

menjadi bagian kegiatan sosial (Complementary Social Entrepreneurship).

Jenis kegiatan Social Entrepreneurship yang memberikan kesempatan kerja

ataupun pengembangan diri kelompok rentan, disebut sebagai affirmative

venture, sedangkan organisasi Social Entrepreneurship yang terfokuskan pada

aspek mencari terobosan untuk pelayanan sosial disebut direct service

ventures.9

Di dalam masyarakat terdapat beberapa jenis praktik atau modus

kewirausahaan sosial yang berkembang. Ari Primantoro mengklasifikasikan 3

model kewirausahaan sosial10, yaitu:

a. Kewirausahaan untuk kelompok sasaran (Social Entrepreneurship for the

target groups). Contoh Kewirausahaan sosial untuk kelompok sasaran

yaitu penyediaan jasa konsultan, menyewakan fasilitas gedung dan

peralatan kerja dari lembaga wirausaha sosia untuk kelompok sasarannya.

8 Kaswan, dan ade Sadikin akhyadi, Sosial Entrepreneurship..., 18.

9 Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan Rizal Edy Halim, “Menggali Konsep Social

Entrepreneurship”, 19.

10 Ari Primantoro, Supporting Organization Mission Through Social Entrepreneurship: General

(42)

36

b. Kewirausahaan Sosial yang dibangun bekerjasama dengan kelompok

sasarannya (Social Entrepreneurship with the target groups). Ciri khas

praktek ini adalah adanya kerjasama (join venture) yang saling

menguntungkan antar lembaga wirausaha sosial dengan kelopok

sasarannya. Misalnya, kegiatan pelayanan keuangan, dimana pihak yang

memberikan pelayanan keuangan mendapatkan spread margin, sementara

kebutuhan kelompok sasaran akan modal kerja atau usaha terpenuhi.

Kerjasama bisa pula mengambil bentuk menawarka produk kelompok,

ataupun technical assistance.

c. Kewirausahaan yang tumbuh dari kelompok sasaran (social

entrepreneurship of the target groups), misalnya: kegiatan simpan pinjam,

pengembangan usaha bersama yang dijalankan oleh kelompok sasaran itu

sendiri.

C. Karakteristik Wirausaha Sosial (Social Enterpreneur)

Karakteristik yang dimiliki social entrepreneur menurut Thompson adalah11:

1. Mampu mengidentifikasi kesenjangan kebutuhan dan peluang yang

tercipta dari suatu kesenjangan.

2. Mengemukakan imajinasi dan visi dari pemahaman peluang tersebut.

3. Memotivasi dan merekrut sumberdaya, membangun misi.

4. Mampu mengatasi kendala dan resiko yang mungkin terjadi

11 Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan Rizal Edy Halim, ”Menggali Konsep Social

(43)

37

5. Mengenalkan dan menerapkan sistem yang tepat untuk mengendalikan

ventura selain menciptakan inovasi juga.

Menurut Rhenald Kasali, seorang pakar manajemen, untuk menjadi

wirausahawan sosial setidaknya diperlukan 6 karakteristik12, sebagai berikut:

a. Kesediaan untuk berkorban dan cepat bertindak. Pengorbanan bukan

hanya menyangkut harta benda, melainkan juga naluri untuk

bersenang-senang, serta menyediakan waktu, tenaga dan pikiran.

b. Kesediaan untuk memuali berkarya secara diam-diam, sebab biasanya

mereka mulai bekerja di area yang tidak dikenal orang. Kebanyakan

mereka bau dikenal setelah karya-karyanya menjadi kenyataan dan ramai

diperbincangkan orang.

c. Seperti halnya wirausahawan bisnis, mereka harus mau bekerja dengan

energi penuh. Serta, melakukan banyak hal sekaligus, bergerak menembus

berbagai dinding penyekat dan batas-batas disiplin antar dinding.

d. Wirausahawan sosial menghancurkan “the established stuctures”.

Maksudnya bekerja secara independent dan tidak mau terbelenggu oleh

stuktur yang seolah-olah mewakili kebenaran. Para wirausahawan sosial

memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam mengambil jarak untuk

melihat “beyond the orthodoxy” dalam bidang pekerjaan mereka. Untuk

menempuh hal ini, kadang ia berani mengambil resiko yang tidak terduga,

sehingga adakalanya dimusuhi oleh kalangan “establishment”

12 Rhenald Kasali, Social Enterpreneur (15 Desember 2004), www.jkt.detik.com diakses pada 10

(44)

38

e. Kesediaan melakukan koreksi diri. Sekedar gambaran, pada tahun

1990-an b1990-anyak or1990-ang telah mengakui Mohammed Yunus y1990-ang sukses

mengembangkan pelayanan keuangan mikro melalui Greemen Bank,

namun ia sendiri masih melihat banyak kelemahan. Kemudian

Mohammed Yunus melakuakan koreksi dan pada tahun 2002 Greemen

Bank muncul dengan revisi konsep untuk memeperbaiki kinerja pelayanan

keuangan bagi masyarakat miskin.

f. Kesediaan berbagi keberhasilan. Artinya, ia tidak menganggab

kesuksesan kegiatan wirausaha sosial semata-mata sebagai karya atau

jerih payahnya sendiri. Sebab para wirausahawan sosial sejatinya adalah

orang yang rendah hati, dan diliputi semangat mengabdi pada

kepentingan masyarakat, dan ditangannyalah dunia menjadi lebih

bercahaya karena mereka bekerja dengan spirit cinta kasih. Mereka lebih

dari sekedar berkarya, melainkan membangun kekuatan perubahan yang

berkelanjutan.

D. Social Entrepreneurship menurut Prinsip Islam

Setiap muslim diperintahkan untuk adil dalam setiap hal dan tidak boleh

diliputi kebencian. Prinsip keadilan yang dibangun oleh Islam adalah keadilan

yang berbasis kesejahteraan sosial. Dalam tataran prinsip keadilan berarti

pemberdayaan kaum miskin untuk memperbaiki nasib mereka sendiri. Keadilan

adalah menyamakan dua hal yang sama sesuai dengan batas batas persamaan dan

kemiripan antar keduanya. Arti keadilan dalam ekonomi adalah persamaan dalam

(45)

39

memanfaatkan kesempatan dan sarana yang disediakan.13 Sebagaimana yang

telah ditunjukkan dalam ayat QS. ar-rahma>n ayat 1-10

 menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan Kedua-duanya tunduk kepada Nya. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya)14.

Dalam konteks inilah manusia dituntut untuk menegakkan keadilan dan

dilarang untuk melampui batas. Karena al-qur’a<n sering menyatakan spesifik

wilayah sosial yang sangat diselewengkan yaitu soal harta anak-anak yatim dan

anak yang diadopsi, hubungan matrimonial, bisnis, dan lain-lain. Konteks

tentang keadilan bisa mencakup seluruh dimensi kehidupan termasuk dalam

konteks kehidupan sosioekonomi.

Dalam kaitanya dengan kegiatan social entrepreneurship hal di atas

memiliki konsep kerja yang sama yaitu pemberdayaan masyarakat miskin yang di

kemas dengan berbagai bentuk dan model seperti memberikan pelayanan

kesehatan gratis, memberikan modal usaha tanpa bunga dan agunan dan

13 Tafsir Tematik Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Pemberdayaan Kaum Dhuafa’,

(Jakarta: Departemen RI, 2008), 226-227.

(46)

40

memberikan pelatihan keterampilan bagi masyarakat miskin dengan tujuan agar

berdaya secara ekonomi dan demi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang

secara otomatis akan menghapus kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang

miskin yang selama ini terjadi di masyarakat.

Seorang Social Enterpreneur harus mampu memberdayakan masyarakat demi terjadinya kemaslahatan ummat, agar tidak terjadi kesenjangan, sebagaimana Firman Alloh SWT:

Sudah sepantasnya yang berada dan berkecukupan menolong orang yang

kurang beruntung karena di dalam ajaran Islam itu sendiri telah menerangkan

bahwa tolong menolong sesama ummat manusia adalah suatu kewajiban seperti

Firman Allah alam al-qur’a<n berikut ini:

(47)

41

Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.16

Subsatansi ajaran ini mengingatkan kepada umat Islam agar mempunyai

kepekaan terhadap orang lain, karena hal itu merupakan parameter kadar iman

seseorang terhadap Tuhan-nya selaku pemilik mutlak alam semesta beserta

isinya, bukankah ajaran filantropi seperti ini secara substantif bisa

diimplementasikan melalui sebuah institusi bisnis yang antara lain dalam bentuk

program Social Entrepreneurship. Inilah sebenarnya ajaran moral yang

mengandung nilai kebajikan yang sangat dianjurkan dalam Islam sebagai bagian

dari perwujudan pendekatan kepada sesama manusia, namun bersamaan dengan

itu pula sekaligus sebagai sarana pendekatan (‘ibadah ghairu mahdha>h) kepada

tuhan sebagai pemilik mutlak atas semua harta yang diamanatkan kepada

manusia di muka bumi.17

Dengan demikian, melakukan program Social Eentrepreneurship jika

motivasinya (niat) tulus membantu masyarakat yang membutuhkan, niscaya bisa

dikategorikan kedalam ‘ibadah ghairu mahdha>h. Maksudnya, kendati program itu

pada asalnya bukan termasuk ibadah, namun karena semata untuk membantu

orang lain dan berharap ridla allah SWT, maka subjek pelakunya akan mendapat

pahala sebagaimana melakukan ibadah. Ini berarti apabila niat yang dicanangkan

seperti itu, maka keuntungan melakukan kegiatan Social Entrepreneurship tidak

16 At-Taubah ayat 71, Al-Qur’a>n Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, 198.

17 Muhammad Djakfar, Teologi Ekonomi Membumikan Titah Langit di Ranah Bisnis, (Malang:

(48)

42

saja organisasi nirlaba akan semakin dekat dengan masyarakat, namun yang lebih

bermakna, para pengelolanya akan semakin dekat dan mendapat pahala dari

Tuhan yang Maha Rahman, Maha Rahim, dan Maha Melihat.18

E. Pemberdayaan Anak Muda

Pemberdayaan secara bahasa berasal dari kata “daya” yang berarti

kekuatan, dimana secara istilah bermakna: upaya untuk membangun daya

yang dimiliki kaum dhuafa dengan mendorong, memberikan motivasi, dan

meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimilikinya dan berusaha

mengembangkannya.19

Menurut Sumodiningrat yang dimaksud dengan pemberdayaan

masyarakat yaitu suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat,

agar mampu mewujudkan kemandirian dan melepaskan diri dari belenggu

kemiskinan serta keterbelakangan. Konsep pemberdayaan dalam wacana

pembangunan biasanya selalu dikaitkan dengan konsep kemandirian,

partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan20. Sumodinigrat berpendapat bahwa,

pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui 3 jalur, yaitu21:

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang

(Enabling)

18 Ibid.

19 Tafsir Tematik Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Pemberdayaan Kaum Dhuafa’,(Jakarta:

Departemen AgamaRI, 2008), 11.

20Dwi Pratiwi et al, “Pembedayaan Masyarakat di Bidang Usaha Ekonomi (Studi Kasus Pada

Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto)”, Jurnal Administrasi Publik Vol.1 No.1, (2010), 11.

(49)

43

2. Menguatkan potensi dan daya yang dimiliki masyarakat (Empowering)

3. Memberikan perlindungan (Protecting)

Dengan demikian pemaknaan pemberdayaan masyarakat dapat

disimpulkan bahwa:22

1. Pemberdayaan Masyarakat hendaknya bukan membuat masyarakat

menjadi tergantung terhadap progam-progam pemberian atau santunan

(charity).

2. Setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri

3. Hasil akhir: memandirikan masyarakat dan membangun kemampuan

untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara

berkelanjutan (sustainable).

Pembangunan dibidang pemberdayaan masyarakat, dipandang

sebagai proses yang berkesinambungan dari pendapatan riil perkapita melalui

peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya (Dadang Sholihin).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka konsep pemberdayaan merupakan

konsep pembangunan di bidang ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.

Konsep pemberdayaan masyarakatpun merupakan paradigma baru dalam

pembangunan, yakni bersifat “people-centered, partisipatory, empowering,

and sustainable” (Chambers). Upaya memperkuat potensi atau daya yang

dimiliki oleh masyarakat, diharapkan pembangunan di bidang pemberdayaan

masyarakat mampu menciptakan kondisi yang stabil di lingkungan

22Andi Sopandi, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Strategi dan Kebijakan

(50)

44

masyarakat secara berkelanjutan. Lemahnya social capital pada gilirannya

juga mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin

jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan, dan kepedulian mengatasi

persoalannya secara bersama.23

Oleh karena itu, progam pemberdayaan masyarakat menjadi sesuatu

yang penting dikembalikan sesuai dengan sosio-kultural masyarakatnya,

berdasarkan strategi dan pola adaptasi yang dikembangkan oleh masyarakat

sekitar. Model perencanaan sosial tersebut juga berlaku secara menyeluruh,

sehingga ada mata rantai aktivitas yang sinergis dari berbagai pihak.

Sebagaimana dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi, bahwa model

pengembangan masyarakat (community development) pada intinya bertujuan

mengembangkan kemandirian masyarakat. Bentuk partisipasi yang

diharapkan adalah masyarakat mampu mendefinisikan dan mencoba

memenuhi kebutuhan mereka sendiri melalui metode proses kreatif dan

kooperatif, serta pembentukan kelompok-kelompok keswadayaan.24

Menurut Craig dan Mayo dalam Nugroho, partisipasi merupakan

komponen terpenting dalam upaya pertumbuhan kemandirian dan proses

pemberdayaan. Strategi pemberdayaan menempatkan partisipasi masyarakat

sebagai isu pertama pembangunan saat ini. Di samping pentingnya

pemberdayaan masyarakat, terdapat beberapa permasalahan yang dapat

mengganggu pengimplementasian pemberdayaan masyarakat dalam tataran

23 Ibid.

Gambar

  Tabel 1.1
 Gambar 1.1

Referensi

Dokumen terkait

- Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah. - Nodul panas bila penangkapan yodium lebih

Pada kawasan kepadatan lalu lintas yang tinggi yaitu di sepanjang jalan raya Solo – Tawangmangu memiliki suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan suhu udara yang kepadatan lalu

Peserta ujian yang memilih 1 sampai 2 program studi dapat memilih PTN yang sama atau dari PTN yang berbeda dimana saja.. Peserta yang memilih lebih dari 2 Program Studi harus dari

Struktur hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah kabupaten sambas perlu di analisis karena hasil perhitungannya dapat dijadikan sebagai indikator

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Sheni Asrianti 2016

Tiga macam persepsi masyarakat yang demikian ini jelas menunjukkan bahwa partai-partai Islam belum sepenuhnya mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat sekitarnya, yang

Othman, dkk (2014) menemukan bahwa variabel komite audit independen, keahlian anggota komite audit, frekuensi rapat komite audit, ukuran komite audit dan masa jabatan

Respon Pertumbuhan Tanaman Desmodium heterophyllum Willdd.C Dengan Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Pada Tanah Lahan Bekas Tambang Batubara Sawahlunto..