STRATEGI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN
SOCIAL ENTERPRENEURSHIP
DALAM PEMBERDAYAAN ANAK MUDA DI KOMUNITAS SAHABAT
MUDA YAYASAN LAGZIS PEDULI SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
SOFIA NURJANAH NIM (C94212147)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Strategi dan Kontribusi Kegiatan Social
Entrepreneurship Dalam Pemberdayaan Anak Muda Di Komunitas Sahabat
Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya” ini merupakan hasil penelitian
Kualitatif yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimana praktek
kegiatan social enterpreneurship di Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS
Peduli Surabaya, apa strategi yang digunakan Komunitas Sahabat Muda untuk
mencetak young social entrepreneur, dan bagaimana kontribusi kegiatan social
entrepreneurship dalam pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya.
Metodelogi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskripstif. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode wawancara dengan Pembina Komunitas Sahabat Muda, Pengurus LagZIS Peduli dan beberapa orang relawan Sahabat Muda Surabaya, selain wawancara peneliti juga menggunakan dokumentasi dan observasi.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah Praktek kegiatan Social
Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda termasuk ke dalam organisasi kerelawanan dengan misi meningkatkan kesejahteraan maupun upaya
pemberdayaan masyarakat. Jenis organisasi complementary Social
Entrepreneurship yang mana perolehan financial dari kegiatan ekonominya menjadi bagian kegiatan sosial. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas
Sahabat Muda juga bisa disebut sebagai Affirmative Venture yaitu kegiatan
Social Entrepreneurship yang memberikan kesempatan kerja ataupun pengembangan diri kelompok rentan.
Strategi yang digunakan Sahabat Muda untuk menjadikan para anak muda menjadi seorang young social entrepreneur adalah dengan memberikan mereka pelatihan-pelatihan, pelatihan karakter, pelatihan keterampilan dan
pelatihan kepemimpinan. Kontribusi Kegiatan Social Entrepreneurship dalam
Pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda yaitu memberikan keterampilan kepada para anak muda, dan anak muda nanti setelah atau sebelum lulus pendidikan bisa mendirikan usaha yang nantinya usaha itu akan bermanfaat untuk orang lain atau lingkungan yang ada di sekitarnya.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN……… … iv MOTTO……… …. v KATA PERSEMBAHAN……… vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Kajian Pustaka ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 16
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 16
G. Definisi Operasional ... 17
H. Metode Penelitian ... 20
BAB II STRATEGI, KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Strategi ... 29
B. Kewirausahaan Sosial ... 31
C. Karakteristik Wirausaha Sosial ... 37
D. Social Entrepreneurship Menurut Islam ... 39
E. Pemberdayaan Masyarakat ... 43
BAB III STRATEGI SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DAN PEMBERDAYAAN ANAK MUDA DI KOMUNITAS SAHABAT MUDA YAYASAN LAGZIS PEDULI SURABAYA A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47
1. Sejarah Berdirinya LagZIS Peduli ... 47
2. Strategi dan Kontribusi Sahabat Muda ... 51
BAB IV ANALISIS KEGIATAN SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DI KOMUNITAS SAHABAT MUDA SURABAYA A. Analisis Praktek kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda Surabaya ... 66
B. Analisis Strategi yang digunakan Komunitas sahabat Muda Untuk Mencetak Young Social Entrepreneur ... 76
DAFTAR TABEL
1.1 Penduduk usia 15 Tahun Ke Atas, Menurut jenis Kegiatan Utama,
2014-2015...
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Masalah sosial dan lingkungan dari banyaknya pengangguran, global
warming sampai menurunnya kualitas lingkungan adalah fenomena umum yang ada
di sekililing kita, yang merupakan masalah terbesar bangsa ini. Masalah ini dari
tahun ke tahun bukan terselesaikan, bahkan, tampak semakin banyak dan semakin
memburuk. Banyak orang berharap pada pemerintah maupun sekolah/perguruan
tinggi bisa memberi solusi terhadap problema ini. Namun, faktanya baik pemerintah
maupun sekolah tidak dapat diharapkan memecahkan masalah ini, terutama
menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga negaranya maupun lulusannya.1
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jawa Timur periode
Februari 2015 mencapai 892 Ribu orang. Jumlah ini tergolong meningkat karena di
Bulan Agustus 2014 jumlah TPT Provinsi Jawa Timur mencapai 843 Ribu orang.
Sairi Hasbullah selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mengatakan
bahwa, angka pengangguran di Jawa Timur terus meningkat, tingkatan
Pengangguran Terbuka meningkat dari 4,02 persen pada bulan Februari 2014 atau
832 ribu orang, dan sekarang tepatnya bulan Februari lalu menjadi 4,31 persen atau
892 ribu orang. Hal yang ironis dari persentase ini adalah ternyata rata-rata pekerja
di Jawa Timur malah didominasi oleh pekerja yang berpendidikan rendah atau SMP
ke bawah. Seperti yang diungkapkan oleh Sairi Hasbulloh selaku Ketua BPS bahwa,
2
pekerja yang berpendidikan SMP ke bawah mencapai 13,38 juta orang atau 67,59
persen. Sementara pekerja yang berpendidikan tinggi (Diploma atau Universitas)
hanya sekitar 1,74 juta orang atau 8,80 pesen.2
Diduga lapangan kerja yang tersedia belum dapat menampung tinginya
angkatan kerja di Jawa Timur, bahkan jumlah penduduk yang bekerja menjadi
berkurang. Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur berkurang seanyak 25 ribu orang
dalam kurun waktu setahun (Februari 2014-Februari 2015). Penduduk yang bekerja
juga berkurang 85 ribu orang dibanding keadaan Februari Tahun lalu yang
kemungkinan sebagian menjadi pengangguran. Hal ini dapat dilihat bahwa jumlah
pengangguran di Jawa Timur menjadi sebanyak 60 ribu orang jika dibanding
keadaan setahun sebelumnya. Bahkan jumlah pengangguran memperlihatkan
kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun. Fenomena tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:3
2 Dodi Pradipta, “Angka Pengangguran di Jawa Timur”,http://ekonomibisnis.suarasurabaya.net/
news/2015/151841-Awal-2015,-Angka-Pengangguran-di-Jatim-892-Ribu-Orang, diakses pada 04 November 2015.
3 Berita Resmi Statistik No. 36/05/35/Th. XIII, 5 Mei 2015, Survei Angkatan Kerja Nasional, 1-2,
3
Tabel 1.1
Penduduk usia 15 Tahun Ke Atas, Menurut jenis Kegiatan Utama, 2014-2015
(Ribu Orang)
Jenis Kegiatan Utama Satuan 2014 2015
Februari Agustus Februari
Ribu Orang 6.632,65 6.481,52 6.412,70 Ribu Orang 1.864,78 1.674,50 1.633,58 Ribu Orang 4.767,87 4.807,02 4.779,11
Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sukernas)
Keterangan : Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi
Penduduk
Dari tabel tersebut jelas terlihat bahwa dari Bulan Februari 2014 ke Bulan
Agustus 2014 jumlah angkatan kerja yang bekerja semakin menurun, dari 19.885,39
ribu jiwa menjadi 19.306,51 ribu jiwa jiwa, sedangkan jika di hitung dalam tahunan
yaitu dari Bulan Februari 2014 ke Bulan Februari 2015 juga mengalami penurunan
dari 19.885,39 ribu jiwa menjadi 19.800,39 jiwa. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab tingginya angka pengangguran ini, diantaranya adalah ketidaksesuaian
hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja, ketidakseimbangan
permintaan dan penawaran serta kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
4
semakin ketat antar pencari kerja dan seringkali mereka melamar dan menerima
pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.4
Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan peran aktif seluruh masyarakat
untuk menghadapi tantangan yang ada. Melalui apa tantangan tersebut dapat diubah
menjadi peluang yang menguntungkan secara ekonomi dan sosial bagi seluruh
masyarakat Indonesia itu sendiri? Social Entrepreneurship merupakan solusi
mengatasi permasalahan sosial yang ada di negara kita ini. Tujuan daripada
organisasi sosial adalah terjadinya perubahan sosial ke arah yang lebih baik atau
positif dan memecahkan permasalahan sosial untuk kepentingan kelompok
dampingan. Mengingat kegiatan Social Entrepreneurship adalah kegiatan sosial yang
dilakukan oleh individu dengan menggunakan mental seorang entrepreneur. Hal ini
sejalan dengan pengertian tentang Social Entrepreneur yang telah dikemukakan oleh
Santosa pada tahun 2007, yang mengatakan bahwa “Social Entrepreneur adalah
seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan
entrepreneurshipnya untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama
meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare)”.5
Penelitian dan wacana publik yang merujuk kepada beberapa aktor dan
kegiatan yang terlibat dalam kewirausahaan sosial telah menciptakan keragaman
4 Kaswan dan Akhyadi Ade Sadikin, Sosial Entrepreneurship…, 1.
5 Ratna Widiastuti dan Meily Margaretha, “Socio Entrepreneurship: Tinjauan Teori dan Perannya
5
dalam wacana dan fenomena tentang kewirausahaan sosial. Fenomena tersebut
adalah sebagai berikut:6
1. Menurut Dorado, Sharir dan Lerner, Social Entrepreneurship adalah adanya bisnis
sosial yang menyediakan produk atau layanan yang dibuat untuk kepentingan sosial
dan manfaat lingkungan.
2. Menurut Flowler dan Frumkin, Social Enterpreneurship adalah adanya organisasi
nirlaba yang mengadopsi strategi komersial menciptakan arus pendapatan untuk
memepertahankan sumber-sumber keuangan mereka.
3. Menurut Paredo dan Chrisman, Social Entrepreneurship adalah adanya
kewirausahaan komunitas (community Entrepreneurship) dimana masyarakat
merupakan penerima manfaat sekaligus produsen.
4. Menurut Phills, et al dan Mulgan et al, Social Entrepreneurship adalah adanya
inovasi sosial yang dilakukan untuk kepentingan sosial.
Berbagai fenomena yang membangun arti kewirausahaan sosial di atas
adalah dikarenakan aktor yang melakukan kegiatan tersebut berbeda, sehingga
mereka mempunyai definisi yang berbeda mengenai kewirausahaan sosial. Dari
beberapa definisi mengenai kewirausahaan sosial di atas, saya merasa ada kolerasi
antara kewirausahaan sosial dengan Ekonomi Islam. Sebagaimana pendapat tentang
Ekonomi Islam yang telah dikemukakan oleh Chaptra sebagai berikut:7
6 Wawan Dhewanto, et al., Inovasi dan Kewirausahaan Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2013), 30
6
1. Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan shari<’ah
yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber-sumber material, sehingga
dapat tercipta sebuah kepuasan bagi manusia dan memungkinkan mereka
menjalankan perintah Allah dan masyarakat.
2. Ekonomi Islam adalah suatu usaha untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku
manusia dalam hubungannya kepada persoalan tersebut menurut perspektif Islam.
3. Ekonomi Islam merupakan jawaban dari pemikiran muslim terhadap
tantangan-tantangan ekonomi pada zamannya. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh al-qur’a<n
dan as-sunnah, akal, dan pengalaman.
4. Ekonomi Islam sebagai cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan
kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber-sumber daya yang
langka yang seirama dengan asset, tanpa mengekang kebebabsan individu,
menciptakan ketidakseimbangan makro ekonomi dan ekologi yang berkepanjangan,
melemahkan solidaritas keluarga dan sosial serta jaringan moral masyarakat.
5. Ekonomi Islam pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk memformulasikan suatu
ilmu ekonomi yang berorientasi kepada manusia dan masyarakat yang tidak
mengakui individualisme yang berlebihan sebagaimana dalam ekonomi klasik.
6. Ilmu Ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan studi terhadap kesejahteraan (falah)
manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumberdaya di bumi berdasarkan
7
Di sini Lembaga Zakat Infaq Shadaqah Peduli yang selanjutnya disingkat
menjadi LagZIS Peduli dengan konsep Social Entrepreneurship dan misi sosialnya
hadir untuk membantu memberikan solusi untuk masyarakat. Sejak didirikan pada
tahun 1999 lembaga pengelola zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) yang bergerak
dibidang pelayanan sosial dan dakwah, yaitu Yayasan LagZIS Peduli sudah
dicita-citakan untuk menjadi lembaga milik ummat. Lembaga milik ummat artinya
lembaga yang dipercaya oleh ummat karena mengedepankan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan dana-dana amanah ummat. Di sini LagZIS Peduli
merupakan contoh lembaga yang menerapkan konsep Social Entrepreneurship
dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Hal ini terbukti dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan LagZIS, salah satunya adalah pembentukan Komunitas
Sahabat Muda. Komunitas Sahabat Muda adalah sekumpulan anak-anak muda usia
18-25 tahun yang dilatih untuk peduli dan mandiri, di sini para anak muda dilatih
untuk lebih peduli kepada masyarakat yang memang membutuhkan uluran tangan
dan kasih sayang kita dan juga diajarkan untuk lebih mandiri dengan adanya
beberapa bisnis (wirausaha) yang ada dan dikelola oleh Komunitas ini.
Komunitas Sahabat Muda ini berdiri dibawah naungan LagZIS Peduli, yang
mana LagZIS Peduli ini merupakan lembaga organisasi nirlaba yang bertujuan
menjadi penggerak ekonomi ummat. Komunitas Sahabat Muda dan kantor LagZIS
Peduli cabang Surabaya ini beralamatkan di Jl. Gayungsari 1 no 8 Surabaya.8
8
Para anak muda yang bergabung di sini disebut relawan, para relawan yang
sudah bergabung di dalam komunitas ini akan diajarkan kewirausahaan untuk
kemandirian mereka, dengan memilih progam pelatihan magang. Hal ini terbukti
dengan adanya berbagai bisnis yang dimiliki Yayasan LagZIS Peduli yang
dijalankan oleh Relawan Sahabat Muda, di antaranya, Ternak Sahabat yang meliputi
Aqiqah Sahabat dan Kurban Sahabat, toko baju Vamosh Sahabat dan Publishing,
yang kesemua bisnis ini yang menjalankannya adalah para relawan (anak muda) yang
telah mencapai tingkatan pesantren sahabat muda di Komunitas Sahabat Muda ini.
Seperti yang telah saya tulis di atas bahwa pengangguran di Indonesia ini
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah diduga lapangan kerja yang
tersedia belum dapat menampung tingginya angkatan kerja, ketidaksesuaian hasil
yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja. Kesempatan kerja yang
terbatas telah membuat kompetensi semakin ketat antar pencari kerja dan sering kali
mereka melamar dan menerima pekerjaan apa saja, meskipun tidak sesuai dengan
kualifikasi pendidikannya.
Semakin terbatasnya kesempatan kerja inilah yang saat ini menjadi salah
satu faktor penyebab pengangguran. Di sini anak muda yang bergabung di
Komunitas Sahabat Muda akan dicetak sebagai young social enterpreneur, yang
nantinya setelah atau sebelum lulus dari perkuliahan atau menyelesaikan studinya,
9
mereka justru bisa membantu mengatasi permasalahan sosial yang ada dengan
konsep Social Enterpreneur-nya.
Dari penjelasan singkat tentang pentingnya social entrepreneurship dan peran
Komunitas Sahabat Muda melalui program-program kewirausahaan sosialnya saya
selaku peneliti ingin mengetahui bagaimana Praktek kegiatan Social
Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya,
Strategi apa yang digunakan Sahabat Muda untuk mencetak seorang young social
enterpreneur di Komunitas Sahabat Muda dan bagaimana kontribusi kegiatan Social
Entrepreneurship dalam pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda
Surabaya.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka akan timbul beberapa
pernyataan sebagai berikut:
1. Pengangguran yang terjadi di Jawa Timur ini dikarenakan terbatasnya
lapangan kerja, dan rata-rata pekerja yang berada di Jawa timur didominasi
oleh pekerja yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah).
2. Peran dan manfaat Social Entrepreneurship bagi masyarakat khususnya anak
muda di Yayasan LagZIS Peduli Surabaya.
3. Penerapan kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda
10
4. Kontribusi Social Entrepreneurship dalam pemberdayaan anak muda di
Komunitas Sahabat Muda.
5. Kontribusi Social Entrepreneurship dalam menciptakan kemandirian
financial di Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya.
Untuk lebih fokus dan mendapatkan data yang lebih valid dalam penelitian, serta
karena keterbatasan peneliti dalam beberapa hal pengetahuan, waktu dan dana
maka penelitian ini dibatasi dalam mengidentifikasi:
1. Praktek kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda
Yayasan LagZIS Peduli Surabaya.
2. Strategi yang digunakan Sahabat Muda untuk mencetak seorang young social
enterpreneur di Komunitas Sahabat Muda.
3. Kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship dalam pemberdayaan anak
muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di
atas maka rumusan masalah penelitian adalah:
1. Bagaimana Praktek kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat
Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya?
2. Strategi apa yang digunakan Sahabat Muda untuk mencetak seorang young
11
3. Bagaimana Kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship dalam
pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya?
D. Kajian Pustaka
Di sini terdapat beberapa penelitian yang hampir memiliki kesamaan topik yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Widiastuti dan Meily Margaretha
dengan judul Socio Entrepreneurship: Tinjauan Teori dan Perannya bagi
Masyarakat dengan Fokus penelitian mengenai tinjauan teori serta perannya
bagi masyarakat Indonesia, untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi di
dalam masyarakat Indonesia, dengan menggunakan metode riset pustaka
dengan analisis isi dan hasil pembahasan mengenai konsep, sejarah,
karakteristik, tantangan dan peran kewirausahaan sosial bagi masyarakat.9
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Widiastuti dan Meily Margaretha ini
memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu,
penelitian yang dilakukan penulis tidak membahas sejarah, karakteristik serta
tantangan dan juga menggali konsep SE melalui curah pendapat berbagai pakar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Jacques de Fourny dan Marthenyssens dengan
judul Conceptions of Social Enterprise and Social Enterpreneur in Europe
and United States: Convergences and Divergences, dengan fokus penelitian
pada persamaan dan perbedaan konsep perusahaan sosial dan kewirausahaan
9 Ratna Widiastuti dan Meily Margaretha,” Socio Entrepreneurship: Tinjauan Teori dan Perannya
12
sosial melaui dua pendekatan, yaitu Amerika dan Eropa (Inggris) dengan
menggunakan metode riset pustaka dengan analisis isi. Hasil pembahasan
mengenai dua pendekatan utama dalam kewirausahaan sosial American
Tradition dan Europe Tradition. Dalam Europe Tradition terdapat 2
pendekatan yaitu UK Approach (pemerintah sebagai inovator sosial dan The
EMES Approach yang hampir sama dengan American Tradition yaitu banyak
lembaga non profit yang mempunyai aktivitas yang sama dengan
kewirausahaan sosial.10 Penelitian yang dilakukan oleh Jacques de Fourny dan
Marthenyssens mempunyai perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis yaitu dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak
menggunakan pendekatan Amerika maupun Eropa, karena di sini penulis
melakukan penelitian dan menemukan konsep sesuai dengan yang ada di
lapangan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muliadi Palesangi, dengan judul Pemuda
Indonesia dan Kewirausahaan Sosial, fokus penelitian pada Kontribusi
Wirausaha sosial muda Indonesia bukan hanya dari dimensi ekonomi tapi
juga dimensi sosial dengan menggunakan metode riset pustaka dengan
analisis isi dengan hasil pembahasan mengenai ada dua alternatif kemitraan
yang dapat dikembangkan oleh wirausaha sosial yakni kemitraan dengan
10 Jacques de Fourny dan Marthenyssens, “Conception of Social Enterprise and Social
Entrepreneurship in Europe and the United States: Convergences and Disvergences”, Journal of
13
institusi publik dan kemitraan dengan korporasi.11 Penelitian yang dilakukan
oleh Muliadi Palesangi, mempunyai perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis yaitu penulis tidak membahas tokoh yang ada di
Indonesia dan kontribusi dari tokoh tersebut, melainkan membahas strategi
serta kontribusi lembaga nirlaba.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan
Rizal Edy Halim dengan judul Menggali Konsep Social Entrepreneurship
Suatu Riset Pustaka dengan fokus penelitian mengenai penjabaran tentang
konsep-konsep Social Entrepreneurship dengan menggunakan metode riset
pustaka dengan analisis isi, dengan hasil pembahasan mengenai pengajuan
enam proporsi dasar berdasarkan kajian dan pendapat berbagai pakar.12
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan
Rizal Edy Halim ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan
yaitu di dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Adiprigandari Adiwoso
Suprapto dan Rizal Edy Halim bahasan hanya sebatas konsep, tidak
membahas mengenai kontribusinya dalam kehidupan nyata, sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh penulis membahas tentang konsep serta
kontribusinya untuk masyarakat di Indonesia khususnya Surabaya.
11 Muliadi Palesangi, “Pemuda Indonesia dan Kewirausahaan Sosial”, Jurnal Management, Vol. 11
No.1, (2011), 13.
12 Siti Adi Prigandari Adiwoso Suprapto dan Rizal Edy Halim, “Menggali Konsep Sosial
14
5. Penelitian yang dilakukan oleh Sarah H. Alvord, L. David Brown, dan
Christine W. Letts dengan judul kepemimpinan kewiraswastaan sosial
memfasilitasi Transformasi Sosial, sebuah penelitian eksploratif. Fokus
Kewiraswastaan Sosial yang mendatangkan perubahan bermakna dalam
konteks sosial, politik dan ekonomi bagi kelompok miskin dan terpinggirkan
atau dengan kata lain, kewiraswastaan sosial yang mendorong terjadinya
transformasi sosial. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Sarah H. Alvord, L. David Brown, dan Christine W.
Letts adalah analisis komparatif kasus kewiraswastaan sosial yang telah
diakui keberhasilannya. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu ada
perbedaan inovasi sosial yang digunakan pada kewirausahaan sosial, semua
prakarsa berupaya memobilisasi dan membangun di atas aset-aset konstituen
miskin yang mereka layani.13
Penelitian yang dilakukan oleh H. Alvord, L. David Brown, dan Christine W.
Letts memiliki perbedaan dengan yang dilakukan oleh penulis, perbedaannya
yaitu di dalam penelitian yang dilakukan oleh Sarah H. Alvord, L. David
Brown, dan Christine W. Letts membahas tentang objek penelitiannya yaitu
perusahaan-perusahaan yang sudah diakui keberhasilannya seperti Ashoka
Foundation dan Greemen Bank, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
15
penulis adalah mencari tahu kontribusi yang dilakukan oleh perusahaan
nirlaba.
Dari penjelasan secara keseluruhan antara penelitian terdahulu dan
penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak ada kesamaan. Penelitian yang
dilakukan oleh penulis, dengan judul Strategi dan Kontribusi Kegiatan Social
Entrepreneurship dalam Pemberdayaan Anak Muda di Komunitas Sahabat
Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya, fokus penelitian adalah menggali
tentang strategi dan kontribusi konsep Sosial Entrepreneurship dalam
pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda yang nantinya akan
dicetak menjadi Young Social Enterpreneur. Untuk menjawab semua
pertanyaan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,
dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode wawancara
dan dokumentasi dan observasi. Untuk analisis data menggunakan teknik
analisis kualitatif deskriptif. Data deskriptif kata-kata tertulis atau bisa dari
perilaku yang dapat diamati.
Jadi perbedaan menyeluruh antara penelitian terdahulu yang sudah
dijelaskan di atas adalah metodolgi penelitian serta fokus penelitian antara
16
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka di atas maka tujuan penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana Praktek kegiatan Social Entrepreneurship di
Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya.
2. Untuk mengetahui Strategi apa yang dilakukan LagZIS Peduli untuk
mencetak seorang young social enterpreneur di Komunitas Sahabat Muda.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship
dalam pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian hasil yang diperoleh diharapkan dapat
berguna secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis hasil penelitian berguna
untuk mengembangkan disiplin ilmu pengetahuan dalam arti membangun dan
memperkuat teori yang sudah ada. Manfaat praktis diharapkan berguna bagi
penerapan suatu ilmu di lapangan atau masyarakat.
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta menambah
khasanah ilmu tentang implementasi dan kontribusi Social Entrepreneurship
17
menjadi referensi teoritis tentang teori Social Entrepreneurship untuk
generasi yang akan melakukan penelitian hal terkait dengan itu.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan suatu masukan
bagi pengelola Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya
untuk meningkatkan dan memperbanyak kegiatan kewirausahaan sosial
sehingga akan lebih banyak lagi masyarakat yang akan terbantu dan
terberdayakan dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik
yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan dengan kata lain
mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan diuji serta dapat
ditemukan kebenarannya oleh orang lain.14 Guna mendapatkan gambaran yang
lebih jelas dalam memahami maksud arti dari judul “Strategi Dan Kontribusi
Kegiatan Social Entrepreneurship Dalam Pemberdayaan Anak Muda Di
Komunitas Sahabat Muda Yayasan LagZIS Peduli” maka perlu dijelaskan arti
kata berikut:
14 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006),
18
1. Strategi
Strategi menunjukkan arahan umum yang hendak ditempuh oleh
organisasi untuk mencapai tujuannya. Strategi ini merupakan rencana besar dan
rencana penting.
Strategi yang digunakan Sahabat Muda untuk menjadikan para anak
muda menjadi seorang young social entrepreneur adalah dengan memberikan
mereka pelatihan-pelatihan, pelatihan karakter, pelatihan keterampilan dan
pelatihan kepemimpinan.
2. Social Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial)
Mengacu pada proporsi yang diajukan Siti Adi Prigandari Adi Woso
Suprapto dan Rizal Edy Halim dalam penelitian pustakanya, yang menyebutkan
bahwa: “Organisasi Social Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial) merupakan
organisasi yang berada pada sektor kerewalanan dengan misi meningkatkan
kesejahteraan maupun upaya pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ekonomi yang
dapat dilakukan secara langsung memberikan manfaat sosial yang disebut
sebagai integrated Social Entrepreneurship tetapi dapat juga tidak, namun
perolehan financial dari kegiatan ekonominya menjadi bagian kegiatan sosial
(Complementary Social Entrepreneurship). Jenis kegiatan Social
Entrepreneurship yang memberikan kesempatan kerja ataupun pengembangan
19
Social Entrepreneurship yang terfokuskan pada aspek mencari terobosan untuk
pelayanan sosial disebut direct service ventures.”
Analisis yang dilakukan Thompson terhadap sejumlah kasus organisasi
nirlaba di Inggris dan Eropa mendukung lebih lanjut perspektif ini. Studi
Thompson merupakan pemetaan terhadap sejumlah aktivitas Entrepreneurship
dan mengklasifikasikannya sesuai dengan kesamaan ciri-ciri mereka15.
Kesimpulannya kegiatan Social Entrepreneurship dapat dibedakan dengan
menerapkan empat dimensi atau sumbu yakni:
a. Penciptaan Kerja (job creation)
b. Pemanfaatan bangunan (utilitation of building)
c. Dukungan sukarelawan (volunteer support)
d. Fokus kepada membantu kelompok rentan (focus on helping people in need)
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa social
entrepreneurship adalah penciptaan nilai sosial yang dihasilkan dari kolaborasi
bersama orang-orang dan organisasi lain dari lingkungan masyarakat yang
terlibat dalam penciptaan inovasi sosial dalam kegiatan ekonomi. Di sini yang di
maksut dengan social entrepreneur adalah orang yang mampu mrningkatkan
kemampuan seseorang, agar memiliki kemandirian dan kemanfaatan untuk orang
lain secara berkelanjutan (sustainability).
15 Siti Adi Prigandari Adiwoso Suprapto dan Rizal Edy Halim, “Menggali Konsep Sosial
20
3. Pemberdayaan Anak Muda
Sumodinigrat berpendapat bahwa, pemberdayaan masyarakat merupakan
suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, agar mampu
mewujudkan kemandirian dan melepaskan diri dari belenggu kemiskinan serta
keterbelakangan. Di dalam Komunitas Sahabat Muda para anak muda dilatih
secara terus menerus guna meningkatkan kemampuan yang mereka miliki agar
kedepannya para anak muda itu mampu mandiri mendirikan usaha sendiri dan
tidak bergantung pada orang lain.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metodologi penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang
dihadapi. Maka dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang peneliti
gunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif. Adapun penelitian kualitatif
sendiri adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, prilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain.16 Jenis penelitian yang digunakan termasuk dalam jenis
penelitian deskriptif kualitatif yakni data, fakta yang dihimpun berbentuk kata
atau gambar dari pada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti
21
menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian bisa terjadi.17 Di
sini peneliti akan menjabarkan bagaimana kejadian di lapangan yang sebenarnya,
apakah sudah sesuai dengan teori atau ada teori baru di sana. Data kualitatif
disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka yakni data
tersebut berasal dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, catatatan
lapangan dari dokumentasi. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif
lebih menekankan pada analisa terhadap hubungan antara fenomena yang
diamati dengan logika ilmiah.
2. Jenis dan Sumber Data
Data adalah pernyataan atau keterangan atau bahan, dasar yang di
pergunakan untuk menyusun hipotesa atau segala sesuatu yang di teliti.18
Menurut Lexy J. Moleong dengan mengutip pendapatnya Lofland sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.19 Berdasarkan jenisnya data
penelitian terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data sekunder. 20
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diambil pada lokasi atau
lapangan (dari sumbernya) atau data yang masih asli dan masih memerlukan
17 Ismail Nawawi, Metode Penelitia Kualitatif, (Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012), 72.
18 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…, 8.
19 Ibid., 157.
22
analisis lebih lanjut.21 Dalam hal ini data yang dihimpun adalah Praktek
kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat Muda Yayasan
LagZIS Peduli Surabaya, strategi yang digunakan Sahabat Muda untuk
mencetak seorang young social enterpreneur di Komunitas Sahabat Muda
dan kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship dalam pemberdayaan anak
muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya. Data ini diperoleh dari
interview, observasi dan dokumentasi organisasi yang berhubungan dengan
data tersebut dan data-data lain yang ada kaitannya dengan penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan
perpustakaan dan peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.22
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya orang lain atau lewat dokumen.23 Dalam
hal ini data yang di himpun adalah tentang profil LagZIS Peduli dan
Komunitas Sahabat Muda Surabaya, data ini tidak langsung diperoleh dari
subyek dan biasanya diperoleh dari dokumentasi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Bermacam-macam teknik pengumpulan data, secara umum terdapat
empat macam teknik pengumpulan data, diantaranya adalah observasi,
21 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE UII, 1995), 55.
22 Nur Indianto dan Bambang Supono, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen, (Yogyakata: BPFE, 2002) ,147.
23
wawancara, dokumentasi dan gabungan/triangulasi.24 Di sini teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu observasi, wawancara
serta dokumentasi.
1) Observasi
Menurut Nasution observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh memalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat
canggih, sehingga benda-benda yang kecil maupun yang sangat jauh
dapat diobservasi dengan jelas. Di sini penulis menggunakan observasi
partisipasif moderat, yang mana dalam observasi ini terdapat
keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan luar. Peneliti
dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipasif dalam beberapa
kegiatan, namun tidak semua.
2) Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Di sini penulis selaku peneliti
menggunakan teknik wawancara semiterstuktur, yang mana tujuan dari
wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan
24
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang ditemukan oleh
informan.
Di sini hasil wawancara dengan Koordinator Komunitas Sahabat
Muda Surabaya peneliti menemukan data bahwa dari data terakhir yang
masuk kepada Koordinator Komunitas Sahabat Muda Surabaya jumlah
relawan yang ada di Surabaya berjumlah 50 orang, namun yang bisa aktif
ketika liburan hanya 25, dan yang bisa hadir setiap hari hanya 7 anak, jadi
penelitian terkait wawancara dengan para relawan yang peneliti lakukan
hanya dengan 7 orang relawan, karena julha relawan yang bisa hadir
setiap hari hanya 7 orang.
3) Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Di sini penulis selaku peneliti menggunkan teknik
dokumentasi dikarenakan hasil penelitian dari observasi dan wawancara
akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh
25
4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sitematis data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi.25
Teknik analisis data yang digunakan di sini adalah deskriptif verifikatif. Jenis
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu hal
sebagaimana adanya, mencatat, analisis dan menginterprestasikan
kondisi-kondisi yang sekarang terjadi. Penelitian ini tidak menguji hipotesis
melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan
variabel-variabel yang diteliti. Verifikatif pada dasarnya ingin menguji
kebenaran melalui pengumpulan data di lapangan.26 Dalam penelitian ini
metode tersebut digunakan untuk menggambarkan secara sistematis
mengenai praktek kegiatan Social Entrepreneurship di Komunitas Sahabat
Muda Yayasan LagZIS Peduli Surabaya, strategi yang digunakan Sahabat
Muda untuk mencetak seorang young social enterpreneur di Komunitas
Sahabat Muda dan kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship dalam
pemberdayaan anak muda di Komunitas Sahabat Muda Surabaya.27
5. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan peneliti setelah data-data
terkumpul, aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan
25 Ibid., 244.
26 Pius A Partanto, Dahlan al Bary, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya: Arkola, 1994), 105.
26
verification. Pada penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan reduksi
data karena data yang didapat di lapangan semakin lama akan semakin
banyak, rumit dan kompleks, maka dari banyaknya data yang masuk nantinya
akan di reduksi atau dirangkum, dipilih yang pokok yang berkaitan dengan
variabel judul penelitian, difokuskan pada hal-hal yang penting, yang
nantinya akan dicari tema serta polanya. Setelah data direduksi maka
langkah selanjutnya yang peneliti ambil adalah menyajikan data. Penyajian
data yang akan dilakukan oleh peneliti di sini adalah dengan cara
menjabarkannya melalui teks yang bersifat naratif dikarenakan penelitian
yang peneliti gunakan adalah penelitin kualitatif, dan menurut Miles dan
Huberman yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.28 Langkah
selanjutnya yang peneliti lakukan setelah menyajikan data yaitu menarik
kesimpulan dan memverifikasi data yang telah disajikan tadi.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan memuat uraian dalam bentuk essay yang
menggambarkan alur logis mengenai bahasan skripsi. Untuk mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai skripsi ini, penulis membuat sistematika
penulisan dengan membagikannya dalam beberapa bab yang satu sama lain
27
saling berhubungan dari bab satu sampai dengan bab lima. Adapun susunannya
adalah sebagai berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan, bab ini merupakan pengantar materi sebagai
pendahuluan yang menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metodelogi
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi strategi, kewirausahaan sosial (social entrepreneurship), dan
pemberdayaan anak muda, bab ini memuat penjelasan teoritis sebagai landasan
atau komparasi analisis dalam melakukan penelitian. Bahasan ditekankan pada
penjabaran disiplin keilmuan strategi, kewirausahaan sosial (social
entrepreneurship), dan pemberdayaan masyarakat dan sedapat mungkin
mencakup seluruh perkembangan teori keilmuan tersebut sampai perkembangan
terbaru yang diungkap secara akumulatif dan didekati secara analisis.
Bab ketiga berisi data penelitian, bab ini memuat deksripsi data yang berkenaan
dengan praktek kegiatan social entrepreneurship dalam Komunitas Sahabat
Muda, strategi dan kontribusi social entrepreneurship di dalam pemberdayaan
anak muda yang diteliti secara obyektif dalam arti tidak dicampur dengan opini
peneliti.
Bab keempat analisis praktek kegiatan social entrepreneurship di Komunitas
28
penelitian tentang Strategi dan Kontribusi kegiatan Social Entrepreneurship
dalam Pemberdayaan Anak Muda di Komunitas Sahabat Muda Yayasan Lagzis
Peduli Surabaya guna menjawab masalah penelitian, menafsirkan dan
mengintegrasikan temuan penelitian itu kedalam kumpulan pengetahuan terkait
Social Entrepreneurship dan Pemberdayaan Anak Muda.
Bab kelima berisi penutup, merupakan bagian akhir dari penulisan yang akan
menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan bab-bab
sebelumnya. Bab ini memuat jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas
BAB II
STRATEGI, SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DAN
PEMBERDAYAAN ANAK MUDA
A. Strategi
Istilah strategi berasal dari kata Yunani yakni strategea (stratos:
Militer, dan ag: Memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi
seorang jendral.1 Strategi menunjukkan arahan umum yang hendak
ditempuh oleh organisasi untuk mencapai tujuannya. Strategi ini
merupakan rencana besar dan rencana penting. Setiap organisasi yang
dikelola secara baik memiliki strategi, walaupun tidak dinyatakan secara
eksplisit. Berikut pendapat beberapa ahli mengenai strategi2:
1. Menurut Alfred Chandler strategi adalah penetapan sasaran dan arah
tindakan serta alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.
2. Menurut Kanneth Andrew strategi adalah pola sasaran, maksut atau
tujuan kebijakan serta rencana. Rencana penting untuk mencapai
tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis
yang dianut dan jenis atau akan menjadi jenis apa organisasi tersebut.
3. Menurut Buzzle dan Gale, strategi adalah kebijakan dan keputusan
kunci yang digunakan untuk manajemen, yang memiliki dampak besar
pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini biasanya
1 Ismail Nawawi, Manajemen Strategi Sektor Publik, (Jakarta: CV. Dwi Putra Pustaka Jaya,
2010), 1.
30
melibatkan sumberdaya yang penting dan tidak dapat diganti dengan
mudah.
a. Tujuan Manajemen Strategi:
Dalam strategi terdapat tujuan jangka panjang maupun
pendek. Tujuan jangka pendek (Short Term Objectives) merupakan
hasil terukur yang dapat dicapai atau dimaksudkan untuk dicapai
dalam waktu satu tahun/kurang. Dengan adanya tujuan jangka pendek
diharapkan dapat membantu menerapkan strategi yang biasanya
disertai rencana tindakan, paling tidak dalam tiga cara:
a) Rencana tindakan biasanya mengidentifikasikan taktik dan
aktivitas fungsional yang akan dilaksanakan dalam mingguan,
bulanan atau kuartal depan sebagai bagian dari usaha untuk
membangun keunggulan yang kompetitif.
b) Tujuan jangka pendek membantu mengangkat masalah dan
konflik potensial dalam suatu organisasi yang biasanya
memerlukan koordinasi guna menghindari konsekuensi yang
bersifat disfungsional. Untuk itu, kerangka waktu penyelesaian
yang jelas kapan usaha/kegiatan tersebut akan dimulai dan kapan
hasil akan diperoleh.
c) Tujuan jangka pendek dapat membantu mengimplementasikan
strategi dengan mengidentifikasikan hasil-hasil terukur dari
31
untuk membuat umpan balik, koreksi, dan evaluasi menjadi lebih
relevan dan dapat diterima.
Tujuan jangka panjang memiliki kaitan dengan jangka pendek
karena dengan adanya jangka pendek dapat menambah cakupan
dan kekhususan dalam mengidentifikasi apa yang harus
diselesaikan guna mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Kaitan
antara tujuan jangka panjang dan jangka pendek harus
menyerupai penurunan jangka panjang yang bersifat dasar
menjadi tujuan jangka pendek yang spesifik di bidang-bidang
operasi kunci. Penurunan tersebut memiliki keunggulan tambahan
yaitu menyediakan referensi yang jelas untuk komunikasi dan
negosiasi, yang mungkin diperlukan untuk mengintregasikan dan
mengoordinasikan tujuan dan aktivitas pada tingkat operasi3.
B. Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)
Sejarah singkat tentang Social Entrepreneurship yaitu istilah
kewirausahaan sosial (Social Entrepreneurship) sebenarnya mulai
diperkenalkan pada tahun 1984, yaitu saat Bill Drayton dianugerahi
MacArthur Award untuk karyanya membangun Ashoka Foundation yang
bertujuan untuk memberikan bantuan dana pendidikan kepada masyarakat
miskin. Asoka Foundation masih bertahan dan memiliki banyak cabang
diberbagai negara. Kemampuan Bill Drayton mengembangkan usahanya
dengan tetap terfokus pada misi sosial membuat berbagai kalangan mulai
3 Pearce/Robinson, Manajemen Strategi (Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian), (Jakarta:
32
melihat peluang dari sektor sosial untuk dikembangkan secara ekonomis atau
lebih tepatnya menjalankan usaha sosial dengan prinsip-prinsip
kewirausahaan. Demikian juga dengan kehadiran Greemen Bank di
Bangladesh yang didirikan Mohammed Yunus (penerima penghargaan nobel
perdamaian 2006). Greemen bank adalah organisasi keuangan mikro terbesar
di dunia. Greemen bank bertransformasi menjadi sebuah bisnis yang
mengunntungkan, dan telah membantu ribuan orang, khususnya para wanita,
untuk dapat keluar dari kemiskinan. Hal inilah yang pada akhirnya membuat
Greemen Bank menjadi sorotan dunia, karena keberhasilannya menyelesaikan
permasalahan kemiskinan di Bangladesh.4
Secara akademis, konsep social entrepreneurship telah dikembangkan
di universitas-universitas (Nicholls, 2006). Salah satunya Universitas yang
ada di Inggris, seperti Skoll Center for Social Entrepreneurship. Di Amerika
Serikat juga didirikan pusat-pusat kajian social entrepreneurship, contohnya
Center for the Advancement of Social entrepreneurship di Duke University.
Contoh praktik social entrepreneurship, terdapat pada yayasan yang sudah
mengglobal, yang secara khusus mencari para social entrepreneur di berbagai
belahan dunia untuk membina dan memberikan dananya bagi para penggerak
perubahan social yakni Ashoka Foundation.
Menurut Paredo dan Mc Lean Social Entrepreneurship sebagai suatu
organisasi yang memiliki unsur Entrepreneurship menunjukkan kemampuan
menciptakan upaya-upaya baru untuk menyediakan segala kebutuhan sosial
33
suatu komunitas. Hal ini sejalan dengan pemikiran Mary Gentile yang
berkesimpulan bahwa contoh organisasi social entrepreneurship yakni
organisasi di sektor publik. Analisis yang dilakukan Thompson terhadap
sejumlah kasus organisasi nirlaba di Inggris dan Eropa mendukung lebih
lanjut perspektif ini. Studi Thompson merupakan pemetaan terhadap
sejumlah aktivitas entrepreneurship dan mengklasifikasikannya sesuai dengan
kesamaan ciri-ciri mereka5. Kesimpulannya kegiatan social entrepreneurship
dapat dibedakan dengan menerapkan empat dimensi atau sumbu yakni:
1. Penciptaan Kerja (job creation)
2. Pemanfaatan bangunan (utilitation of building)
3. Dukungan sukarelawan (volunteer support)
4. Fokus kepada membantu kelompok rentan (focus on helping people in
need)
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Social
entrepreneurship adalah penciptaan nilai sosial yang dihasilkan dari
kolaborasi bersama orang-orang dan organisasi lain dari lingkungan
masyarakat yang terlibat dalam penciptaan inovasi sosial dalam kegiatan
ekonomi. Sehingga dari definisi tersebut memberikan empat kriteria dari
socio entrepreneurship yaitu nilai sosial (Social Value), lingkungan
5Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan Rizal Edy Halim, “Menggali Konsep Social
34
masyarakat (Civil Society), inovasi (Innovation) dan kegiatan ekonomi
(Economic Activity) (Hulgard, 2010).6
1. Social Value : Ini merupakan elemen paling khas dari kewirausahaan
sosial yakni menciptakan manfaat sosial yang nyata bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar.
2. Civil Society : Kewirausahaan sosial pada umumnya berasal dari inisiatif
dan partisipas masyarakat sipil dengan mengoptimalkan modal sosial
yang sudah ada di masyarakat.
3. Innovation : kewirausahaan sosial memecahkan masalah sosial dengan
cara-cara inovatif antara lain dengan memadukan kearifan lokal dan
inovasi sosial.
4. Economic Activity: Kewirausaan Sosial yang berhasil pada umumnya
dengan menyeimbangkan antara aktivitas sosial dan aktivitas bisnis.
Aktivitas bisnis ekonomi dikembangkan untuk menjamin kemandirian
dan keberlanjutan misi sosial organisasi.7
Kewirausahaan Sosial biasanya digunakan untuk menjelaskan semua
progam ekonomi yang melayani misi sosial dan atau misi lingkungan hidup.
Kewirausahaan sosial ini lebih fokus pada pencapaian efisiensi ekonomi dan
inovasi sosial, yang terjadi dalam konteks ketidak menentuan yang sangat
6 Ratna Widiastuti dan Meily Margaretha, “Socio Entrepreneurship: Tinjauan Teori dan
Perannya bagi Masyarakat”, 2.
35
besar terhadap masa depan.8 Menurut Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan
Rizal Edy Halim Organisasi Social Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial)
merupakan organisasi yang berada pada sektor kerewalanan dengan misi
meningkatkan kesejahteraan maupun upaya pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan secara langsung memberikan
manfaat sosial yang disebut sebagai integrated Social Entrepreneurship tetapi
dapat juga tidak, namun perolehan financial dari kegiatan ekonominya
menjadi bagian kegiatan sosial (Complementary Social Entrepreneurship).
Jenis kegiatan Social Entrepreneurship yang memberikan kesempatan kerja
ataupun pengembangan diri kelompok rentan, disebut sebagai affirmative
venture, sedangkan organisasi Social Entrepreneurship yang terfokuskan pada
aspek mencari terobosan untuk pelayanan sosial disebut direct service
ventures.9
Di dalam masyarakat terdapat beberapa jenis praktik atau modus
kewirausahaan sosial yang berkembang. Ari Primantoro mengklasifikasikan 3
model kewirausahaan sosial10, yaitu:
a. Kewirausahaan untuk kelompok sasaran (Social Entrepreneurship for the
target groups). Contoh Kewirausahaan sosial untuk kelompok sasaran
yaitu penyediaan jasa konsultan, menyewakan fasilitas gedung dan
peralatan kerja dari lembaga wirausaha sosia untuk kelompok sasarannya.
8 Kaswan, dan ade Sadikin akhyadi, Sosial Entrepreneurship..., 18.
9 Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan Rizal Edy Halim, “Menggali Konsep Social
Entrepreneurship”, 19.
10 Ari Primantoro, Supporting Organization Mission Through Social Entrepreneurship: General
36
b. Kewirausahaan Sosial yang dibangun bekerjasama dengan kelompok
sasarannya (Social Entrepreneurship with the target groups). Ciri khas
praktek ini adalah adanya kerjasama (join venture) yang saling
menguntungkan antar lembaga wirausaha sosial dengan kelopok
sasarannya. Misalnya, kegiatan pelayanan keuangan, dimana pihak yang
memberikan pelayanan keuangan mendapatkan spread margin, sementara
kebutuhan kelompok sasaran akan modal kerja atau usaha terpenuhi.
Kerjasama bisa pula mengambil bentuk menawarka produk kelompok,
ataupun technical assistance.
c. Kewirausahaan yang tumbuh dari kelompok sasaran (social
entrepreneurship of the target groups), misalnya: kegiatan simpan pinjam,
pengembangan usaha bersama yang dijalankan oleh kelompok sasaran itu
sendiri.
C. Karakteristik Wirausaha Sosial (Social Enterpreneur)
Karakteristik yang dimiliki social entrepreneur menurut Thompson adalah11:
1. Mampu mengidentifikasi kesenjangan kebutuhan dan peluang yang
tercipta dari suatu kesenjangan.
2. Mengemukakan imajinasi dan visi dari pemahaman peluang tersebut.
3. Memotivasi dan merekrut sumberdaya, membangun misi.
4. Mampu mengatasi kendala dan resiko yang mungkin terjadi
11 Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto dan Rizal Edy Halim, ”Menggali Konsep Social
37
5. Mengenalkan dan menerapkan sistem yang tepat untuk mengendalikan
ventura selain menciptakan inovasi juga.
Menurut Rhenald Kasali, seorang pakar manajemen, untuk menjadi
wirausahawan sosial setidaknya diperlukan 6 karakteristik12, sebagai berikut:
a. Kesediaan untuk berkorban dan cepat bertindak. Pengorbanan bukan
hanya menyangkut harta benda, melainkan juga naluri untuk
bersenang-senang, serta menyediakan waktu, tenaga dan pikiran.
b. Kesediaan untuk memuali berkarya secara diam-diam, sebab biasanya
mereka mulai bekerja di area yang tidak dikenal orang. Kebanyakan
mereka bau dikenal setelah karya-karyanya menjadi kenyataan dan ramai
diperbincangkan orang.
c. Seperti halnya wirausahawan bisnis, mereka harus mau bekerja dengan
energi penuh. Serta, melakukan banyak hal sekaligus, bergerak menembus
berbagai dinding penyekat dan batas-batas disiplin antar dinding.
d. Wirausahawan sosial menghancurkan “the established stuctures”.
Maksudnya bekerja secara independent dan tidak mau terbelenggu oleh
stuktur yang seolah-olah mewakili kebenaran. Para wirausahawan sosial
memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam mengambil jarak untuk
melihat “beyond the orthodoxy” dalam bidang pekerjaan mereka. Untuk
menempuh hal ini, kadang ia berani mengambil resiko yang tidak terduga,
sehingga adakalanya dimusuhi oleh kalangan “establishment”
12 Rhenald Kasali, Social Enterpreneur (15 Desember 2004), www.jkt.detik.com diakses pada 10
38
e. Kesediaan melakukan koreksi diri. Sekedar gambaran, pada tahun
1990-an b1990-anyak or1990-ang telah mengakui Mohammed Yunus y1990-ang sukses
mengembangkan pelayanan keuangan mikro melalui Greemen Bank,
namun ia sendiri masih melihat banyak kelemahan. Kemudian
Mohammed Yunus melakuakan koreksi dan pada tahun 2002 Greemen
Bank muncul dengan revisi konsep untuk memeperbaiki kinerja pelayanan
keuangan bagi masyarakat miskin.
f. Kesediaan berbagi keberhasilan. Artinya, ia tidak menganggab
kesuksesan kegiatan wirausaha sosial semata-mata sebagai karya atau
jerih payahnya sendiri. Sebab para wirausahawan sosial sejatinya adalah
orang yang rendah hati, dan diliputi semangat mengabdi pada
kepentingan masyarakat, dan ditangannyalah dunia menjadi lebih
bercahaya karena mereka bekerja dengan spirit cinta kasih. Mereka lebih
dari sekedar berkarya, melainkan membangun kekuatan perubahan yang
berkelanjutan.
D. Social Entrepreneurship menurut Prinsip Islam
Setiap muslim diperintahkan untuk adil dalam setiap hal dan tidak boleh
diliputi kebencian. Prinsip keadilan yang dibangun oleh Islam adalah keadilan
yang berbasis kesejahteraan sosial. Dalam tataran prinsip keadilan berarti
pemberdayaan kaum miskin untuk memperbaiki nasib mereka sendiri. Keadilan
adalah menyamakan dua hal yang sama sesuai dengan batas batas persamaan dan
kemiripan antar keduanya. Arti keadilan dalam ekonomi adalah persamaan dalam
39
memanfaatkan kesempatan dan sarana yang disediakan.13 Sebagaimana yang
telah ditunjukkan dalam ayat QS. ar-rahma>n ayat 1-10
menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan Kedua-duanya tunduk kepada Nya. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya)14.
Dalam konteks inilah manusia dituntut untuk menegakkan keadilan dan
dilarang untuk melampui batas. Karena al-qur’a<n sering menyatakan spesifik
wilayah sosial yang sangat diselewengkan yaitu soal harta anak-anak yatim dan
anak yang diadopsi, hubungan matrimonial, bisnis, dan lain-lain. Konteks
tentang keadilan bisa mencakup seluruh dimensi kehidupan termasuk dalam
konteks kehidupan sosioekonomi.
Dalam kaitanya dengan kegiatan social entrepreneurship hal di atas
memiliki konsep kerja yang sama yaitu pemberdayaan masyarakat miskin yang di
kemas dengan berbagai bentuk dan model seperti memberikan pelayanan
kesehatan gratis, memberikan modal usaha tanpa bunga dan agunan dan
13 Tafsir Tematik Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Pemberdayaan Kaum Dhuafa’,
(Jakarta: Departemen RI, 2008), 226-227.
40
memberikan pelatihan keterampilan bagi masyarakat miskin dengan tujuan agar
berdaya secara ekonomi dan demi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang
secara otomatis akan menghapus kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang
miskin yang selama ini terjadi di masyarakat.
Seorang Social Enterpreneur harus mampu memberdayakan masyarakat demi terjadinya kemaslahatan ummat, agar tidak terjadi kesenjangan, sebagaimana Firman Alloh SWT:
Sudah sepantasnya yang berada dan berkecukupan menolong orang yang
kurang beruntung karena di dalam ajaran Islam itu sendiri telah menerangkan
bahwa tolong menolong sesama ummat manusia adalah suatu kewajiban seperti
Firman Allah alam al-qur’a<n berikut ini:
41
Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.16
Subsatansi ajaran ini mengingatkan kepada umat Islam agar mempunyai
kepekaan terhadap orang lain, karena hal itu merupakan parameter kadar iman
seseorang terhadap Tuhan-nya selaku pemilik mutlak alam semesta beserta
isinya, bukankah ajaran filantropi seperti ini secara substantif bisa
diimplementasikan melalui sebuah institusi bisnis yang antara lain dalam bentuk
program Social Entrepreneurship. Inilah sebenarnya ajaran moral yang
mengandung nilai kebajikan yang sangat dianjurkan dalam Islam sebagai bagian
dari perwujudan pendekatan kepada sesama manusia, namun bersamaan dengan
itu pula sekaligus sebagai sarana pendekatan (‘ibadah ghairu mahdha>h) kepada
tuhan sebagai pemilik mutlak atas semua harta yang diamanatkan kepada
manusia di muka bumi.17
Dengan demikian, melakukan program Social Eentrepreneurship jika
motivasinya (niat) tulus membantu masyarakat yang membutuhkan, niscaya bisa
dikategorikan kedalam ‘ibadah ghairu mahdha>h. Maksudnya, kendati program itu
pada asalnya bukan termasuk ibadah, namun karena semata untuk membantu
orang lain dan berharap ridla allah SWT, maka subjek pelakunya akan mendapat
pahala sebagaimana melakukan ibadah. Ini berarti apabila niat yang dicanangkan
seperti itu, maka keuntungan melakukan kegiatan Social Entrepreneurship tidak
16 At-Taubah ayat 71, Al-Qur’a>n Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, 198.
17 Muhammad Djakfar, Teologi Ekonomi Membumikan Titah Langit di Ranah Bisnis, (Malang:
42
saja organisasi nirlaba akan semakin dekat dengan masyarakat, namun yang lebih
bermakna, para pengelolanya akan semakin dekat dan mendapat pahala dari
Tuhan yang Maha Rahman, Maha Rahim, dan Maha Melihat.18
E. Pemberdayaan Anak Muda
Pemberdayaan secara bahasa berasal dari kata “daya” yang berarti
kekuatan, dimana secara istilah bermakna: upaya untuk membangun daya
yang dimiliki kaum dhuafa dengan mendorong, memberikan motivasi, dan
meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimilikinya dan berusaha
mengembangkannya.19
Menurut Sumodiningrat yang dimaksud dengan pemberdayaan
masyarakat yaitu suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat,
agar mampu mewujudkan kemandirian dan melepaskan diri dari belenggu
kemiskinan serta keterbelakangan. Konsep pemberdayaan dalam wacana
pembangunan biasanya selalu dikaitkan dengan konsep kemandirian,
partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan20. Sumodinigrat berpendapat bahwa,
pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui 3 jalur, yaitu21:
1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(Enabling)
18 Ibid.
19 Tafsir Tematik Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Pemberdayaan Kaum Dhuafa’,(Jakarta:
Departemen AgamaRI, 2008), 11.
20Dwi Pratiwi et al, “Pembedayaan Masyarakat di Bidang Usaha Ekonomi (Studi Kasus Pada
Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto)”, Jurnal Administrasi Publik Vol.1 No.1, (2010), 11.
43
2. Menguatkan potensi dan daya yang dimiliki masyarakat (Empowering)
3. Memberikan perlindungan (Protecting)
Dengan demikian pemaknaan pemberdayaan masyarakat dapat
disimpulkan bahwa:22
1. Pemberdayaan Masyarakat hendaknya bukan membuat masyarakat
menjadi tergantung terhadap progam-progam pemberian atau santunan
(charity).
2. Setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri
3. Hasil akhir: memandirikan masyarakat dan membangun kemampuan
untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara
berkelanjutan (sustainable).
Pembangunan dibidang pemberdayaan masyarakat, dipandang
sebagai proses yang berkesinambungan dari pendapatan riil perkapita melalui
peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya (Dadang Sholihin).
Berdasarkan pendapat tersebut, maka konsep pemberdayaan merupakan
konsep pembangunan di bidang ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Konsep pemberdayaan masyarakatpun merupakan paradigma baru dalam
pembangunan, yakni bersifat “people-centered, partisipatory, empowering,
and sustainable” (Chambers). Upaya memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki oleh masyarakat, diharapkan pembangunan di bidang pemberdayaan
masyarakat mampu menciptakan kondisi yang stabil di lingkungan
22Andi Sopandi, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Strategi dan Kebijakan
44
masyarakat secara berkelanjutan. Lemahnya social capital pada gilirannya
juga mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin
jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan, dan kepedulian mengatasi
persoalannya secara bersama.23
Oleh karena itu, progam pemberdayaan masyarakat menjadi sesuatu
yang penting dikembalikan sesuai dengan sosio-kultural masyarakatnya,
berdasarkan strategi dan pola adaptasi yang dikembangkan oleh masyarakat
sekitar. Model perencanaan sosial tersebut juga berlaku secara menyeluruh,
sehingga ada mata rantai aktivitas yang sinergis dari berbagai pihak.
Sebagaimana dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi, bahwa model
pengembangan masyarakat (community development) pada intinya bertujuan
mengembangkan kemandirian masyarakat. Bentuk partisipasi yang
diharapkan adalah masyarakat mampu mendefinisikan dan mencoba
memenuhi kebutuhan mereka sendiri melalui metode proses kreatif dan
kooperatif, serta pembentukan kelompok-kelompok keswadayaan.24
Menurut Craig dan Mayo dalam Nugroho, partisipasi merupakan
komponen terpenting dalam upaya pertumbuhan kemandirian dan proses
pemberdayaan. Strategi pemberdayaan menempatkan partisipasi masyarakat
sebagai isu pertama pembangunan saat ini. Di samping pentingnya
pemberdayaan masyarakat, terdapat beberapa permasalahan yang dapat
mengganggu pengimplementasian pemberdayaan masyarakat dalam tataran
23 Ibid.