• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAQ TERPUJI KELAS IV DI MI DARUL MUSLIMIN BUNCITAN SEDATI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAQ TERPUJI KELAS IV DI MI DARUL MUSLIMIN BUNCITAN SEDATI SIDOARJO."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK

POKOK BAHASAN AKHLAQ TERPUJI KELAS IV

DI MI DARUL MUSLIMIN BUNCITAN SEDATI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh

SITI CHOLIFAH

NIM: D57211155

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :Siti Cholifah

NIM :D57211155

Jurusan/Progran Studi Fakultas: PGMI

Menyatakan dengan sebenar nya bahwa PTK yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya tulisan atau pikiran saya sendiri;bukan merupakan pengambil

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran

saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa PTK ini hasil

jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabaya,

Yang Membuat Pernyataan

(5)

ABSTRAK

Siti Cholifah,2015 Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Untuk meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Pokok Bahasan Akhlaq Terpuji kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo Tahun Pelajaran 2014/2015

Kata Kunci : Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick, Prestasi belajar

Metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Penerapan metode ini, diharapkan peserta didik dapat menerima pelajaran dengan baik. Keunggulan talking stick adalah menggunakan media yang berupa tongkat, dan bisa diterapkan untuk semua materi pelajaran baik umum maupun agama.

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: a.Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq? b. Bagaimana prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick? c. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran aqidah akhlaq ?

Tujuan penelitian ini adalah: a.Untuk mengetahui penerapan mata prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq pokok bahasan akhlaq terpuji sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick. c. untuk mengetahui seberapa besar penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan,pelaksanaan tindakan, pengumpulan data, refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Darul Muslimin Buncitan Sedati . Data yang diperoleh berupa daftar nilai, prosentase keberhasilan belajar, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN MOTTO iii

LEMBAR PERSETUJUAN

A. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

B. LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TIM

PENGUJI SKRIPSI v

HALAMAN PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR DIAGRAM xv

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 5

C. Rumusan Masalah 8

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 9

E. Hipotesis Tindakan 11

F. Manfaat penelitian 11

BAB II KERANGKA TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatf 12

2. Cara penggunaan Pembelajaran Kooperatif 18

3.Tujuan Pembelajaran Kooperatf 19

4.Model Pembelajaran Kooperatif 22

B. Talking Stick

1. Pengertian Talking Stick 24

2. Metode Pembelajaran Talking Stick 25

3. Langkah-Langkah Yang Dapat Dilakukan Dalam Pembelajaran

Talking Stick 27

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar 28

(8)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar 32

4. Batas Minimal Prestasi Belajar 35

D. Akhlak Terpuji

1. Pengertian Akhlak Terpuji 37

2.Pentingnya Akhlak Terpuji 37

3. Contoh Sifat-sifat Terpuji 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 41

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek yang diamati 44

C. Variabel Yang Diselidiki 45

D. Rencana Tindakan 46

E. Data dan Cara Pengumpulannya 56

F. Tim Penelitian dan Tugasnya 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi per Siklus 82

B. Pembahasan dari setiap siklus 101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 103

(9)

DAFTAR PUSTAKA 106

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut Skinner seperti yang dikutip barlow (1985) dalam buku nya

Educational Psychology: The Teaching Learning Process berpendapat bahwa,

belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

berlangsung secara progresif. Proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil

yang optimal apabila diberi penguat (reinforcer).Hintzman berpendapat belajar

adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan)

disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme.

Perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dikatakan belajar

apabila mempengaruhi organisme. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses positif.1

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku. Dalam Perubahan-perubahan

belajar, perubahan-perubahan senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh

sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha

belajar yang di lakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,Dengan Pendekatan Baru , (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, cetakan ke 18 jan 2013), 88-89

(11)

2

Perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan

tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya

dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Adapun

beberapa faktor yang mendukung untuk berlangsungnya dalam kegiatan

pembelajaran yang efektif yaitu diantaranya dengan pemilihan metode

pembelajaran, salah satunya pembelajaran kooperatif, karena di dalam metode

kooperatif terdapat berbagai jenis yang nantinya akan mendukung dalam kegiatan

belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok

kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar.2

Dalam proses belajar mengajar banyak masalah yang di hadapi oleh guru,

diantaranya pemilihan metode mengajar yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai secara baik dan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Dengan

adanya penerapan metode kooperatif tipe talking stick diharapkan peserta didik

dapat menerima dengan baik, terkait hal ini dengan adanya penerapan

pembelajaran tipe talking stick siswa tidak jenuh dalam pelaksanaan belajar

mengajar, karena keunggulan talking stick adalah sistem pendukung dari

pembelajaran kooperatif yang berupa tongkat disamping itu talking stick bisa

diterapkan untuk semua materi pelajaran baik umum maupun agama, dengan

2

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi (Bandung : PT Refika Aditama

2013), 62

(12)

3

dibuktikan pada penelitian terdahulu. Sedangkan keunggulan penerapan metode

kooperatif adalah dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil yang berjumlah 4-6 secara kaloboratif dapat merangsang siswa lebih

bergairah dalam belajar. Karena pada dasarnya siswa tidak bekerja sendiri

melainkan bekerjasama dengan kelompok dengan menerapkan metode diskusi,

guru sebagai pengajar dan fasilitator memanfaatkan dengan sebaik-baiknya

bagaimana cara mengajar secara baik, objektif dan menghibur. Sehingga nantinya

siswa tidak jenuh dan bisa menerima pembelajaran dengan baik dan

sungguh-sungguh yang nantinya akan berpengaruh terhadap prestasi siswa di kelas, dalam

hal ini adalah sesuatu yang telah dicapai oleh siswa secara kognitif yang biasanya

ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sedangkan cara kerja metode

talking stick merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model

pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa melalui media tongkat.

Rendahnya kemampuan peserta didik, dalam hal ini menerima pembelajaran

di dalam kelas, di karenakan peserta didik kurang memperhatikan guru pada saat

menerangkan pembelajaran terkait materi yang diajarkan, faktor yang

mempengaruhi yaitu kurang adanya trobosan yang efektif dalam memilih metode

pembelajaran yang dilakukan oleh guru sedangkan faktor lain dari guru yaitu

kurang adanya motivasi ke siswa yang dilakukan di dalam kelas sehingga nantinya

akan mempengaruhi siswa, dalam konteks cenderung akan bosan dalam kegiatan

belajar mengajar di dalam kelas, kurangnya metode yang dilakukan oleh guru

(13)

4

Melalui penelitian tindakan kelas ini yang dilakukan pada peserta didik kelas

IV MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo diharapkan dengan penerapan

pembelajaran kooperatif tipe takling stick peserta didik dapat menerima dengan

baik.

Terkait hal ini sebelumnya penulis melakukan wawancara dengan guru bidang

studi Aqidah akhlaq kelas IV yang dimana sebelumnya sudah pernah melakukan

penerapan pembelajaran kooperatif dengan permainan merangkai di punggung

temannya. Tetapi dengan penerapan tersebut hasil belajar dari peserta didik belum

maksimal, dikarenakan metode yang digunakan cenderung lebih monoton

sehingga kurang adanya semangat yang lebih untuk siswa, dengan hasil demikian

nilai raport setiap individu ada yang meningkat dan masih ada yang belum. Faktor

yang mempengaruhi hambatan-hambatan pada saat mengajar dikelas yaitu peserta

didik sering berisik, dikarenakan kurang memperhatikan guru pada saat mengajar

di kelas. Disisi lain guru juga kurang bisa mengkondisikan suasana kelas dan

kurang adanya motivasi ke siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran di

kelas, dimana nilai individu siswa yang tuntas sebanyak 6 siswa dengan prosentase

(27%) sedangkan yang belum tuntas sebanyak 14 siswa dengan prosentase (72%),

dengan demikian masih banyak siswa yang belum memenuhi ketentuan kriteria

minimum (KKM), yang dimana sekolahan menentukan (KKM) mata pelajaran

Aqidah akhlaq kelas IV yaitu 65.3

3

Wawancara Dengan Guru Bidang Studi Aqidah Akhlaq Kelas IV di MI Darul Muslimin, tgl 04 Maret 2015 Jam 09.00 WIB.

(14)

5

Dalam hal ini dengan adanya trobosan memlilih metode kooperatif tipe

talking stick secara baik dan menghibur, di harapkan kegiatan pembelajaran lebih

meningkat dan tidak jenuh dalam melakukan aktivitas pembelajaran didalam kelas,

guru juga berusaha untuk mengajar secara optimal dan memotivasi siswa serta

mengkondisikan kelas dengan sebaik-baiknya, sehingga nantinya akan

meningkatkan semangat belajar dan pasti akan mempengaruhi terhadap prestasi

belajar siswa yang bersumber dari pertanyaan guru, yang nantinya akan di jawab

oleh siswa secara bergiliran melalui media tongkat.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Pokok

Bahasan Akhlaq Terpuji Kelas IV Di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati

Sidoarjo”

B.Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan diatas fokus kajian penelitian ini adalah

masalah tentang materi Aqidah Akhlaq Kelas IV Semester I pada kompetensi

dasar :

1. Menunjukkan sikap terpuji Shidiq, amanah, tablig, fatonah sebagai

implementasi dalam meneladani sifat-sifat nabi dan rosul dalam kehidupan

sehari-hari.

(15)

6

2. Menunjukkan perilaku terpuji terhadap teman dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Talking Stick Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah

Akhlaq Pokok Bahasan Akhlak Terpuji Kelas IV Di MI Darul Muslimin Buncitan

Sedati Sidoarjo”

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan beberapa istilah

dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai

berikut :

1. Pembelajaran kooperatif

Menurut Roger dalam Huda pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas

pembelajaran kelompok, tingkah laku bekerjasama melalui prosedur

pembelajaran. Salah satu asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran

kooperatif (cooperative learning) adalah bahwa sinergi yang muncul melalui

kerjasama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui

lingkungan kompetitif individual. Kelompok-kelompok social integrative

memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kelompok yang dibentuk secara

berpasangan pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara

sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap

pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong

untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.4

4

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran , Isu-Isu Metodis dan Pragmatis

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar,cetakan ke 3 2013), 110-111

(16)

7

2. Prestasi belajar

Dalam kamus umum bahasa indonesia prestasi adalah hasil yang telah

dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dsb).5 Yang di maksud dengan

prestasi belajar dalam penelitian ini adalah prestasi akademis yaitu hasil

pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di madrasah yang bersifat

kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.

3. Talking stick

Pembelajaran dengan metode Talking stick merupakan metode

pembelajaran yang menggunakan bantuan tongkat yang dimana guru telah

mempersiapkan sebelumnya. Dalam kamus umum bahasa indonesia metode

merupakan cara teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud,

yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai

dengan dikehendaki.6 Dalam hal ini secara oprasional guru mempersiapkan

sebuah pertanyaan untuk kemudian di berikan ke peserta didik yang harus

dijawab, pertanyaan tersebut meliputi dari materi Aqidah akhlaq kelas IV

dengan membentuk kelompok dan guru menggunakan media tongkat, tongkat

tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik, peserta didik yang menerima

tongkat tersebut di wajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian

seterusnya, ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya,

sebaiknya dengan diiringi musik.

5

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka,2011)

Edisi ke-3, cet-4,2011 6

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 766

(17)

8

4. MI Darul Muslimin Buncitan Sedati

MI Darul Muslimin merupakan lembaga pendidikan yang bernuansa

Islami dan pertama kali di Buncitan yang berlokasi di desa Buncitan kecamatan

Sedati - Sidoarjo.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa yang di

maksud dengan “Penerapan pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat

meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq pokok

bahasan akhlaq terpuji kelas IV di MI Darul Muslimin Sedati ” adalah proses

untuk diharapkan guru bisa mengorganisir siswa dengan pembentukan

kelompok sehingga aktivitas dengan menggunakan interaksi dengan metode

diskusi kelompok dapat meningkatkan prestasi dan pada setiap pertanyaan yang

di berikan oleh guru siswa dengan senang menjawab pertanyaan tersebut,

karena dengan penerapan tipe talking stick yang di anggap oleh siswa sangat

menghibur.

C.Rumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat

dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick pada siswa

kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo dapat meningkatkan

prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq pokok bahasan akhlaq

(18)

9

2. Bagaimana prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pokok bahasan

akhlak terpuji kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo

sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick?

3. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Talking

stick pada siswa kelas IV di Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo dapat

meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq pokok

bahasan akhlaq terpuji?

D.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick

dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq

kelas IV di MI Darul Muslimin.

b. Untuk mengetahui prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak

pokok bahasan akhlaq terpuji sebelum menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe talking stick.

c. Untuk mengetahui seberapa besar penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Talking stick dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran

(19)

10

2. Kegunaan penelitian

a. Secara teoritis :

Peneliti ini diharapkan berguna untuk mengembangkan ilmu dalam

dunia pendidikan khususnya dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe

talking stick untuk meningkatkan prestasi belajar, dan khususnya pelajaran

Aqidah Akhlaq.

b. Secara praktis :

1) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi

guru dalam rangka perbaikan dan peningkatan perannya di dunia

pendidikan.

2) Bagi sekolah, hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan dalam

program peningkatan kualitas dan mutu sekolah melalui penerapan

pembelajaran kooperatif yang efektif.

3) Bagi Almamater,dapat dijadikan sebagai sumbangsih keilmuan pada

umumunya, di bidang pendidikan pada khususnya dijadikan sebagai

sumber bacaan yaitu tentang pembelajaran kooperatif yang berpengaruh

terhadap prestasi belajar, dan dapat dijadikan perbandingan apabila

(20)

11

E.Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang mungkin terjadi

jika suatu tindakan dilakukan. Dalam hal ini adalah :

Ho = Tidak Ada Pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick

untuk meningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq di

MI Darul Muslimin.

H1 = Ada Pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick dapat

meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq di MI

Darul Muslimin.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Sekolah,sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

siswa khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq.

2. Guru,sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran

yang digunakan sehingga dapat memberikan manfaat bagi siswa.

Siswa,dapat membantu mengingat kembali materi pelajaran khusus nya mata

(21)

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperatif yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama

lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.7

Pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru,di mana

guru menetapkan tugas dan pertanyaan -pertanyaan serta menyediakan

bahan-bahan dan informasi yang di rancang untuk membantu peserta didik

menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Dari Piaget ke Vygotsky , mengemukakan berdasarkan uraian tersebut,

pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai

tujuan bersama.Peserta didik mengontruksi pengetahuan dengan

mentransformasikan,mengorganisasian ,dan mereorganisasikan pengetahuan

dan informasi sebelum nya. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil

yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah

pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

7

(22)

13

anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur pembelajaran kooperatif

didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok

kecil yang terdiri atas 4-6 orang.8

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini

banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat

pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang

ditemukan guru guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama

dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model

pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dengan berbagai mata

pelajaran dan berbagai usia.9 Dalam hal ini penerapan pembelajaran kooperatif

di kelas.

Roger,dkk dalam Huda Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas

pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran

harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara

kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab

atas pembelajarannya dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran

anggota-anggota yang lain.10 Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif harus

didasarkan bekerja sama antar kelompok untuk menciptakan dikusi antar

kelompok dengan membahas materi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran

(23)

14

adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa,

pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu

peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan lima unsur.Lima unsure

tersebut adalah :

1. Positive interdependence ( saling ketergantungan positif )

2. Personal responbility (tanggung jawab perseorangan )

3. Face to face promotive interaction ( Inteaksi promosi )

4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota )

5. Group processing ( pemrosesan kelompok )

Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan

positif.Unsur ini menunjukkan bahwa bahwa dalam pembeljaran kooperatif ada

dua pertanggungjawaban kelompok.Pertama, mempelajari bahan yang

ditugaskan kepada kelompok .Kedua,menjamin semua anggota kelompok

secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan.Unsur kedua pembelajaran

kooperatif adalah tanggung jawab individual.Tanggung jawab perseorangan

adalah kunci untuk menjamin anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar

bersama.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif interaksi promotif.Unsur ini

penting karena dapat menghasilkan ketergantungan positif.

Ciri-ciri interaksi promotif adalah:

(24)

15

b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.

c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efesien.

d. Saling mengingatkan.

e. Salinh membantu dalam merumuskandan mengembangkan argumentasi

serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi.

f. saling percaya

g. saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial.

Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan

peserta didik harus :

a. saling mengenal dan memercayai

b. mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius

c. saling menerima dan saling mendukung

d. mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif

unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok.

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat

diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari

anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang sangat membantu

dan yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan

efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif

untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok

(25)

16

Menurut Kokom adapun pengertian Pembelajaran kooperatif adalah suatu

strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan

kelompok belajar kecil dimana siswa zbekerja bersama untuk mencapai tujuan

pembelajaran.11

Menurut Davidson dalam Huda, kooperasi berarti bekerja sama dan

berusaha menghasilkan suatu pengaruh tertentu. Sedangkan kaloberasi berarti

bekerjasama dengan satu atau beberapa orang untuk proyek tertentu, seperti

proyek penulisan atau penelitian.12

Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok menurut Wina

adalah strategi pembelajaran kooperatif ( SPK). SPK merupakan strategi

pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan

para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin dalam Wina mengemukakan dua

alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar sekaligus dapat

meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima

kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,

pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar

berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan

11

Kokom Komalasari, Pembelajarn Kontekstual Konsep dan Aplikasi (Bandung : PT Refika Aditama

2010), 62. 12

(26)

17

keterampilan.13 Maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran

yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki

kelemahan.

Parker dalam Huda mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai

suasana pembelajaran di mana para siswa saling berinteraksi dalam

kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan

bersama. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada

efektifitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajar ini, guru di

harapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan

berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan

pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya.

Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang

disajikan dan membentu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.

Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana

siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.

Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4

siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan

kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.

13

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta : Prenada

(27)

18

2. Cara Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Dalam metode pengajaran pembelajaran kooperatif atau pembelajaran

dengan bantuan teman sebaya, siswa bekerja sama dengan kelompok-kelompok

kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Dalam pembahasan

kooperatif banyak siswa merasa terbantu dengan berkumpul bersama teman

sekelas untuk membahas bahan yang telah mereka baca atau di dengar di kelas.

Untuk mendapatkan pemahaman cara penggunaan kooperatif dalam

belajar terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang strategi pembelajaran

kooperatif (SPK) yang dimana sudah di sebutkan diatas, yang perlu dilakukan.

Dari sisi redaksional terdapat perbedaan diantarab para ahli, yaitu antara

ibrahim, Kagan dan jacob, dalam mengemukakan konsep strategi pembelajaran

kooperatif. Tetapi pada prinsipnya sama saja, yaitu suatu strategi untuk

membangun kerja sama antara siswa dalam pembelajaran.

Menurut Ibrahim dalam Syaiful, strategi pembelajaran kooperatif

merupakan strategi pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi

akademik dan hubungan sosial. Kagan dalam Syaiful, mendefinisikan

pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi intruksional yang melibatkan

interaksi siswa secara kooperatif dalam mempelajari suatu topik sebagai bagian

integral dari proses pembelajaran. Jacob dalam Syaiful, menyatakan bahwa

(28)

19

kelompok kecil bekerja sama saling membantu dalam menyelesaikan tugas

akademik. 14

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkaan partisipasi

dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap

tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam dalam

penerapan model belajar mengajar pembelajaran kooperatif adalah agar peserta

didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara

saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain

untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka

secara berkelompok.15

Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan

kepada siswa keteampilan kerjasama dan kaloberasi. Pada hakekatnya

pembelajaran kooperatif ialah belajar secara berkelompok sesama teman

sebayanya dengan mempelajari materi yang ada di dalam buku maupun yang

telah di jelaskan oleh guru untuk nantinya di presentasikan atau di jelaskan ke

depan apabila diskusi antar kelompok sudah selesai.

14

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : PT Rineka Cipta,Cetakan ke 5 2015), 55

15

(29)

20

Bennet ( 1995 ) ada lima unsur dasar yang dapat membedakan

cooperative learning dengan kerja kelompok yaitu:

1. Positive interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya

kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana

keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau

sebaliknya. Hal ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya

ketergantungan secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam

mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung

jawabnya, yang mendorong setiap anggota kelompok untuk bekerja sama

2. Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa

tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang

ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa

yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbale balik yang bersifat

positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalamanggota

kelompok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena

tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota

kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.

4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,

mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja

(30)

21

5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah

(proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai

dalam cooperative learning adalah siswa belajar keterampilan bekerja sama

dan berhubungan, ini adalah keterampilan yang penting dan sangat

diperlukan di masyarakat.16

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar

kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang

maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan.

Lima unsur tersebut adalah:

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

3. Face to face promotive (komunikasi antar anggota)

4. Group processing (pemrosesan kelompok)17

Siswa-siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok atau berdiskusi

untuk mengerjakan suatu tugas atau mencari penyelesaian terhadap suatu

masalah ataupun untuk mencapai tujuan bersama merupakan suatu kondisi yang

perlu bagi terlaksananya pembelajaran kooperatif. Namun agar suatu

pembelajaran dikatakan merupakan suatu pembelajaran kooperatif, masih

diperlukan adanya elemen-elemen lain yang merupakan bahan dasar agar

16

Isjoni, Cooperative Learning : Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung : Alfabeta, 2011), 41 - 43

17

(31)

22

pembelajaran tersebut dinamakan pembelajaran kooperatif. Dengan mencakup

adanya elemen dan standar sebagai bahan dasar untuk menjadikan pembelajan

kooperatif lebih menarik maka diperlukannya elemen-elemen yang saling

terkait dan ketergantungan.

Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu;

a. Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam

kelompok, peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan

b. Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan

yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.

c. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok

hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.

d. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling pendukung

dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan

peserta didik lain dalam kelompok . 18

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada

tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai

18

(32)

23

pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan

memberi petunjuk kepada guru dikelas.19

Menurut johnson dalam Trianto, untuk mengetahui kualitas model

pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek

proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang

menyenangkan (joy learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan

berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai

tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar

kemampuan atau kompetensi yang ditentukan.20 Dalam hal ini sebelum melihat

hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat di pastikan berlangsung baik

dengan penerapan pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil

belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan

pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model

pembelajaran kooperatif menuntuk kerja sama dan interpendensi peserta didik

dalam struktur tugas, sturuktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas

berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu

19

Agus Suprijono, Cooperatif learning teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), 45

20

(33)

24

pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

maupun reward. 21

Salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi

kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi

antar anggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan

mengembangkan inteligensi interpersonal. Intelegensi ini berupa kemampuan

untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak,

tempramen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang

lain juga termasuk dalam intelegensi ini. Secara umum intelegensi interpersonal

berkaitan berkaitan dengan kemampuan seseorang menjalin relasi dan

komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi

pembelajaran kooperatif dengan kata lain bertujuan mengembangkan

keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen keterampilan sosial

adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan

kaloboratif, serta solidaritas.22

B.Talking Stick

1. Pengertian Talking Stick

Pengertian pembelajaran model talking stick adalah suatu model

pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang

21

Suprijono, Cooperatif learning teori dan Aplikasi PAIKEM, 61. 22

(34)

25

tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa

mempelajarinya materi pokoknya, selajutnya kegiatan tersebut di ulang

terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan

dari guru. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban,

persahabatan atau minat, yang dala topik selanjutnya menyiapkan dan

mempresentasekan laporanya pada seluruh kelas.

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari

menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan

belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti

kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering

tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah. Secara garis besar,

faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar yakni faktor intern siswa,

yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa, faktor

lain yaitu ekstrn, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari dari luar

diri siswa.23

2. Metode Pembelajaran Talking Stick

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan

pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran

yang akan digunakan, baik secara individual atau secara kelompok.

Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu

komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif

23

(35)

26

kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan

hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas

kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang

membangkitkan motivasi individu unuk bekerja sama mencapai tujuan

kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran

kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja

keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi

pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.24

Dengan dilakukannya penerapan pembelajaran kelompok dengan model

talking stick ini, dapat mendorong peserta didik untuk menjawab suatu

pertanyaan dari guru, dikarenakan dengan model tersebut peserta didik dengan

semangatnya untuk menjawabnya, karena dengan cara tersebut peserta didik

terasa sangat terhibur dan tidak jenuh.

Pembelajaran dengan metode talking stick mendorong peserta didik untuk

berani mengumukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick

diawali oleh penjelesan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari.

Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut.

Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta

kepadaa peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta

didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab

24

(36)

27

pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari peserta

didik ke peserta didik lainnya, sebaiknya diiringi musik.

Langkah akhir dari metode Talking stick adalah guru memberikan

kesempatan kepada kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi

yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan tehadap seluruh jawaban yang

diberikan peserta didik, selanjutnya besama-sama peseta didik merumuskan

kesimpulan.25

3. Langkah-Langkah Yang Dapat Dilakukan Dalam Pembelajaran Talking Stick

Menurut Nanang dan Cucu, Dalam pembelajaran kooperatif tipe talking

stick adapun langkah-langkah pembelajannya yaitu sebagai berikut : 26

a. Guru menyiapkan sebuah tongkat

b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan

mempelajari materi pegangannya.

c. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, peserta didik

dipersilahkan untuk menutup buku.

d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu

guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat

25

Suprijono, Cooperatif learning teori dan Aplikasi PAIKEM, 109. 26

(37)

28

tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya, sampai sebagian besar

peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru

e. Guru memberikan kesimpulan

f. Evaluasi

g. Penutup

C.Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah

dicapi (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dsb). 27

Sedangkan belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua

lapisan masyarakat. Tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

Sebagai suatu proses,belajar hampir mendapat tempat yang luas dalam berbagai

disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan,misalnya psikologi

pendidikan dan psikologi belajar. Dalam definisi tersebut istilah belajar adalah

perubahan dan kemampuan untuk berubah . 28

Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan

kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan

yang semakin ketat diantara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju

27

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka,2011)

Edisi ke-3, cet-4,910

28

(38)

29

karena belajar.29 Dengan kesimpulan bahwa hakikat belajar adalah perubahan

dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.

Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu apa yang telah dicapai oleh

siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Tentang apa yang telah dicapai oleh

siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada juga yang menyebutkan dengan

istilah hasil belajar . Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar, merujuk

pada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga

aspek diatas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Arrinya prestasi

belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.30

2. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

Namun demikian, pengungkapan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya

ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu

yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat

dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan

tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan

perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta

dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh

ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah

29 Ibid 61

30

(39)

30

mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu)

dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak di ungkapkan atau di ukur.31

Menurut Muhibin Syah indikator prestasi belajar di bagi menjadi tiga

diantaranya 32:

Tabel 2.1 Jenis, indikator

Ranah Prestasi Indikator

A. Ranah Cipta (Kognitif)

1. Pengamatan

2. Ingatan

3. Pemahaman

4. Penerapan

5. Analisis(pemeriksaan dan

pemilihan secara teliti)

6. Sintetis(membuat panduan

1. Dapat menunjukkan

2. Dapat membandingkan

3. Dapat menghubungkan

1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali

1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan

1. Dapat memberikan contoh

2. Dapat menggunakan secara tepat

1. Dapat menguraikan

2. Dapat mengklasifikasikan

1. Dapat menghubungkan

31

Syah, Psikologi Belajar, 216 32

(40)

31

baru dan utuh) 2. Dapat menyimpulkan

3. Dapat menggeneralisasikan

1. Menunjukkan sikap menerima

2. Menunjukkan sikap menolak

1. Kesediaan berpartisipasi

2. Kesediaan memanfaatkan

1. Menganggap penting

2. Menganggap indah dan harmonis

1. Mengakui dan meyakini

2. Mengingkari

1. Melembagakan atau meniadakan

2. Menjelmakan dalam pribadi dan

prilaku sehari – hari

C. Ranah Karsa (Psikomotor)

1. Keterampilan bergerak dan

bertindak

2. Kecakapan ekspresi verbal dan

non verbal

1. Mengkondisikan gerak mata,

tangan, kaki dan anggota tubuh

lainnya

1. Mengucapkan

2. Membuat mimik dan gerakan

(41)

32

Tabel 2.2 Perbandingan Nilai Angka dan Huruf 33

Simbol-Simbol Nilai Angka dan Huruf Predikat

Angka Huruf

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Ahmad Sabri, Prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi

oleh dua faktor utama yakni dari faktor lingkungan dan kemampuan contoh :

a. Pendekatan dengan teman sebaya yang memiliki karakter yang baik

b. Tempat belajar yang tenang dan aman dari gangguan siapa saja

c. Peran orang tua untuk selalu menjaga dan membimbing anaknya untuk

bergaul dengan orang yang pintar dan berakhlaq.

Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang

dimilikinya, contoh yang melibatkan dari kemampuan adalah :

33

(42)

33

a. Faktor kognitif yang dimana siswa memiliki kemampuan yang berupa daya

pikir yang luas serta memiliki penderian yang luas.

b. Minat merupakan kecenderungan dari kegiatan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu

c. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif yang beerupa memiliki

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif.

Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruh terhadap hasil belajar

yang dicapai. Seperti ditemukan oleh Clark dalam Ahmad bahwa prestasi

belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan. 34

Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain,

seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial, ekonomi, dan faktor-faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut

banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk teliti, seberapa jauh

kontribusi/ sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap prestasi

belajar siswa.35

Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan

wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu

yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya sesuatu kebutuhan

untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha menggerahkan segala upaya

34

Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, 48. 35

(43)

34

untuk mencapainya, kemampuan siswa, dan kualitas pengajaran mempunyai

hubungan berbanding lurus dengan prestasi belajar siswa. Artinya, makin tinggi

kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula prestasi belajar

siswa.

Dalam belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian

banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat di golongkan menjadi tiga

macam, yaitu :

1. Fator internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan

rohani siswa;

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar

siswa;

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.36

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering berkaitan dan memengaruhi

satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conversing terhadap ilmu

pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya

cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam.

Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan

36

(44)

35

mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan

memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar.37

Selain faktor-faktor diatas, yang mempengaruhi prestasi belajar adalah

waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap

individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan

peserta didik. Dengan demikian peserta didik yang memiliki banyak waktu dan

kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada

yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.

Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan

terjadinya suatu perubahan, kemampuan atau pembaharuan dalam tingkah laku

disana atau kecakapan dari siswa. Sampai dimanakah perubahan itu bisa

tercapai atau dengan kata lain berhasil tidaknya belajar itu bisa tergantung dari

macam-macam faktor di antaranya yang sudah dipaparkan di atas.

4. Batas Minimal Prestasi Belajar

Setelah mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi prestasi

belajar di atas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas

minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena

mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam

arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti

keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa dan karsa siswa. Ranah-ranah

37

(45)

36

psikologis, walaupun berkaitan satu sama lain, kenyataan sukar diungkap

sekaligus jika hanya melihat perubahan yang terjadi pada salah satu ranah.

Contoh : seorang siswa yang memiliki nilai tinggi dalam bidang studi agama

islam misalnya, belum tentu rajin beribadah salat. Sebaliknya, siswa lain yang

hanya mendapat nilai cukup dalam bidang studi tersebut, justru menunjukkan

perilaku yang baik dalam kehidupan bagaimana sehari –hari.38

Menurut Muhibbin Syah ada beberapa alternatif norma pengukuran

tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Adapun

norma – norma pengukuran tersebut adalah: 39

1. Norma skala angka dari 0 sampai 10

2. Norma skala angka dari 0 sampai 100

3. Norma skala dari angka 0,0 sampai 4,0

4. Norma skala huruf dari A sampai E

Dari keempat dapat di uraikan angka terendah yang menyatakan

kelulusan atau keberhasilan belajar skala 0-10 adalah 5 atau 6, sedang untuk

skala 0-100 adalah 55 atau 60, untuk skala 0,0-4,0, adalah 1,0 atau 1,2 dan

untuk skala huruf D.

Selanjutnya, selain norma-norma tersebut di atas, ada pula norma lain

yang dinegara kita yaitu norma prestasi dengan menggunakan simbol

huruf-huruf A, B, C, D dan E.

38

Syah, Psikologi Belajar , 222.

39

(46)

37

D..Akhlak Terpuji

1.Pengertian Akhlak Terpuji :

Akhlak terpuji (akhlaqul karimah) ialah segala tingkah laku terpuji

yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT.

Akhlaqul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat terpuji. Hamzah

Ya’qub mengatakan akhlak yang baik ialah mata rantai iman. Al-Ghazali

menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimiliki

seseorang misalnya sabar, benar, dan tawakal. Hal itu dinyatakan sebagai

gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung

menjadi akhlaknya. Pandangan Al-Ghazali tentang akhlak yang baik

hampir senada dengan pendapat Plato. Plato mengatakan bahwa orang

utama adalah orang yang dapat melihat kepada Tuhannya secara

terus-menerus seperti ahli seni yang selalu melihat pada contoh-contoh

bangunan. Al-Ghazali memandang bahwa orang yang dekat kepada Allah

SWT adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah yang

memiliki akhlak sempurna.40

2.Pentingnya akhlak terpuji yaitu : 41

a. Menjadikan manusia yang insan kamil dan bertakwa.

40

Yatmin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an,(Jakarta: Amzah, 2006), hlm. 40. 41

(47)

38

b. Eratnya tali silaturahmi.

c. Dapat saling percaya

d. Membangun pertumbuhan dan kemajuan negara

e. Dapat menciptakan suasana aman dan lain-lain.

3.Contoh sifat-sifat Terpuji

3.1.Hormat dan patuh kepada orang tua

3.2 Hormat dan patuh kepada guru

3.1.1 Akhlak terpuji yang harus dilakukan terhadap orang tua adalah :

1. Mengikuti segala nasehat yang baik dan berusaha

menyenangkannya.

2. Mendoakan kedua orang tua dan selalu memohonkan ampunan

kepada Alloh SWT.

3. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut.

4. Mengucapkan kata- kata yang menyangkut kemuliaan orang tua.

5. Membantu orang tua dalam segala hal.

3.1.2 Hal-hal yang harus dihindari dalam bersikap dengan orang tua :

1. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.

2. Membentak atau menghardik orang tua .

3. Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua.

4. Menyebut kejelekan orang tua.

(48)

39

6. Menyuruh atau membuat orang tua susah.42

3.2. Hormat dan Patuh kepada Guru

Contoh sikap hormat dan patuh kepada guru

1. Memuliakan,tidak menghina atau mencaci guru

2. Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat.

3. Ketika belajar hendaklah berpakaian rapi dan sopan.

4. Taat dan patuh melakukan perintah guru.

5. Memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran.

6. Tunjukkan sifat merendahkan diri kepadanya,selalu hormat dan

sopan.

Manfaat bersikap hormat dan patuh kepada orang tua dan guru :

 Di sayang Alloh

 Mendapat pahala

 Menjadi anak yang sholeh

 Di sayang orang lain

 Mudah meraih cita-cita

Dalam bergaul dengan orang yang lebih tua,teman sebaya,dan orang

yang lebih muda hendaknya sesuai etika bergaul.Sikap dan etika yang

dibiasakan dalam bergaul disebut adap bergaul.

42

(49)

40

1. Cara bergaul dengan orang yang lebih tua

 Mendahului mengucapkan salam

 Mendengarkan dan mengikuti nasehat mereka

 Mencium tangan mereka ketika bersalaman

 Tidak mendahului mereka ketka sedang berjalan

 Berkata lemah lembut

 Segera menyahut apabila dipanggil

2. Cara bergaul dengan orang sebaya

 Perlakukan mereka dengan baik

 Jngan menyakiti mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan

 Jangan berkata kasar seperti: mengolok-olok ,meskipun sedang

bergurau

3. Cara bergaul dengan orang yang lebih muda

 Kita harus membimbing dan menyayangi mereka

 Kita harus memberikan contoh tingkah laku yang baik

4. Cara bergaul dengan sesame muslim

 Harus saling mengasihi dan menyayangi

(50)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini bila ditinjau dari tujuannya tergolong penelitian

Tindakan.Karena penelitian ini dipergunakan untuk perbaikan pembelajaran maka

penelitian ini dinamakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yaitu suatu model

penelitian yang dikembangkan dikelas.Classroom Action reaseach merupakan salah

satu perspektif baru dalam penelitian pendidikan,yang mencoba menjembatani antara

praktek dan teori dalam bidang pendidikan.Dalam model penelitian ini,si peneliti

bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan.

Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil

pembelajaran dikelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari

perencanaan,tindakan,pengamatan dan refleksi.

Penelitian ini akan selesai apabila ketuntasan belajar secara klasikal telah

mencapai 85 % atau lebih.Jadi dalam penelitian ini,peneliti tidak tergantung pada

jumlah siklus yang dilalui.Menurut pengertiannya penelitian tindakan kelas adalah

merupakan suatu model pembelajaran di kelas.Classroom Action research merupakan

salah satu perspektif baru dalam penelitian pendidikan,yang mencoba menjembatani

antara praktek dan teori dalam bidang pendidikan.Action reaseach merupakan

(51)

42

sebagai pengamat (observer )sekaligus sebagai partisipan.40 Sedangkan tujuan

penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut ;

1.Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi criteria yaitu harus

benar-benar nyata dan penting untuk menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam

jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2.Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak

boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3.Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efesien artinya terpilih dengan

tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu dana dan tenaga.

4.Metodologi yang digunakan harus jelas,rinci dan terbuka,setiap langkah dari

tindakan ditumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian

tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5.Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan ( on-going ) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap

kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang

waktu.41

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu Penelitian Tindakan

Kelas,maka penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan

Taggar,yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya.Setiap siklus

meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection

40

Reza Muhammad ,Modul XV Suplemen Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) untuk Program PUD UNESA 2010

41

(52)

43

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaaan yang sudah

direvisi,tindakan pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan

tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari

tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Alur PTK Model Kemmis dan Aggart

Penjelasan alur diatas adalah :

1.Rancangan / rencana awal ,sebelum sebelum mengadakan penelitian menyusun

rumusan masalah ,tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk didalam nya

instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

2.Tindakan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan

pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Tindakan dan

Observasi Refleksi

Refleksi

Tindakan dan Observasi

Putaran 1

Putaran 2 Rencana awal /

Rancangan

(53)

44

3.Refleksi,peneliti mengkaji,melihat mempertimbangkan hasil atau dampak dari

tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4.Rancangan / rencana yang direvisi untuk melaksanakan pada siklus berikutnya.

B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek yang diamati

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang dinginkan. Penelitian ini bertempat di

MI Darul Muslimin Buncitan Sidoarjo .

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester II

tahun pelajaran 2014/2015

3.Metode Penelitian

3.1Tinjauan umum

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Menurut

Rapoport ( 1970,dalam hopkis,1993 ) dalam Rochiati Wiriatmaja PTK untuk

(54)

45

dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan

bekerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.42

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mencari solusi terhadap masalah

pembelajaran yang dihadapi guru agar terjadi perbaikan dalam proses

pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri

dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

4.Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah penelitian mengambil di lokasi MI Darul

Muslimin dan siswa kelas IV yang berjumlah 20 anak. Untuk memperoleh

sumber data tentang proses belajar mengajar materi aqidah akhlak kelas IV

penelitian melakukan wawancara, observasi kepada guru pelajaran aqidah

akhlaq kelas IV.

C. Variabel Yang Diselidiki

Variabel adalah obyek penelitian apasaja yang menjadi titik temu

perhatian suatu penelitian.

Pada dasarnya variable dibagi menjadi dua,yaitu:

42

Prof.Dr.Rochiati Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung,PT Remaja

(55)

46

a.Variabel Bebas ( Independen Variabel), yaitu variabel yang

mempengaruhi .Dalam hal ini yang mempengaruhi adalah pengguna metode

pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

b.Variabel Terikat (Dependen Variabel),yaitu variabel yang dipengaruhi.

Dalam hal ini yang dipengaruhi adalah prestasi belajar siswa.

D. Rencana Tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini direncanakan selama dua

siklus, tiap siklus dilakukan dengan skenario yang telah dibuat. Ada empat

tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu

Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi.

Penelitian ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 24 April 2015

pada siklus I,dan pada siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 30

April 2015.

Adapun penjelasan dari tahapan tersebut adalah :

Siklus 1

a. Perencanaan tindakan siklus 1

Peneliti memfokuskan kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan dengan metode

kooperatif tipe talking stick.Pada tahap ini peneliti mempersiapkan media

(56)

47

Sebelum pelaksanaan tindakan, beberapa hal yang perlu

direncanakan secara baik, antara lain sebagai berikut :

1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan

pembelajaran kooperatif tipe Talking stick.

2. Menyiapkan materi yang menarik tentang pokok bahasan akhlaq

terpuji

3. Menjelaskan seputar akhlak terpuji.

4. Menyusun lembar kegiatan siswa, menyiapkan : lembar observasi,

aktifitas siswa, kelompok, dan pedoman wawancara.

b. Pelaksanaan tindakan siklus 1

Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Pada waktu pelaksanaan kegiatan ini, peneliti

didampingi teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat. Teman

sejawat yang bertindak sebagai bertugas mengamati aktivitas,

memberi komentar, saran, masukan dan kritik kepada peneliti dalam

melaksanakan pembelajaran.

Adapun pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut:

1) Mengajar sesuai RPP

2) Memberikan pree tes

3) Membagi kelompok

Gambar

Tabel 2.1 Jenis, indikator
Tabel 2.2 Perbandingan Nilai Angka dan Huruf 33
Tabel 3.2
  Tabel 3.3 Lembar aktifitas siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya, analisis transmisi harga vertikal dilakukan terhadap harga- harga komoditas yang sama, namun demikian, analisis transmisi harga vertikal juga dapat dilakukan

Dana pada kegiatan usaha pembiayaan untuk skema ini berasal dari pihak lain yang bekerja sama dengan Perusahaan Pembiayaan, terdiri atas Bank, perusahaan pembiayaan sekunder

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Projek Akhir Arsitektur tahap Landasan Teori dan Program dengan judul : Asrama Haji Embarkasi dan Debarkasi Jateng di Boyolali

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek sitotoksik tunggal dan kombinasi doxorubicin dan EEDK pada sel kanker serviks HeLa, serta menentukan kemampuan penghambatan

Dengan kegiatan membaca bacaan berjudul “Makna Proklamasi bagi Bangsa Indonesia”, siswa dapat menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan dalam upaya membangun masyarakat Indonesia

penilaian (bukan di akhir semester) baik secara individual, kelompok, maupun kelas. Bagi mereka yang berhasil dapat diberi program pengayaan sesuai dengan waktu yang tersedia

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:.. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam pembelajaran

b) Membaca sumber lain selain buku teks guna menambah pengetahuan dan pemahaman tentang materi Suhu dan Perubahan. c) Siswa menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal