PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
POKOK BAHASAN AKHLAQ TERPUJI KELAS IV
DI MI DARUL MUSLIMIN BUNCITAN SEDATI SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh
SITI CHOLIFAH
NIM: D57211155
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :Siti Cholifah
NIM :D57211155
Jurusan/Progran Studi Fakultas: PGMI
Menyatakan dengan sebenar nya bahwa PTK yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya tulisan atau pikiran saya sendiri;bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa PTK ini hasil
jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Surabaya,
Yang Membuat Pernyataan
ABSTRAK
Siti Cholifah,2015 Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Untuk meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Pokok Bahasan Akhlaq Terpuji kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo Tahun Pelajaran 2014/2015
Kata Kunci : Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick, Prestasi belajar
Metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Penerapan metode ini, diharapkan peserta didik dapat menerima pelajaran dengan baik. Keunggulan talking stick adalah menggunakan media yang berupa tongkat, dan bisa diterapkan untuk semua materi pelajaran baik umum maupun agama.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: a.Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq? b. Bagaimana prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick? c. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran aqidah akhlaq ?
Tujuan penelitian ini adalah: a.Untuk mengetahui penerapan mata prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq pokok bahasan akhlaq terpuji sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick. c. untuk mengetahui seberapa besar penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan,pelaksanaan tindakan, pengumpulan data, refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Darul Muslimin Buncitan Sedati . Data yang diperoleh berupa daftar nilai, prosentase keberhasilan belajar, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN MOTTO iii
LEMBAR PERSETUJUAN
A. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
B. LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TIM
PENGUJI SKRIPSI v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR DIAGRAM xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 5
C. Rumusan Masalah 8
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 9
E. Hipotesis Tindakan 11
F. Manfaat penelitian 11
BAB II KERANGKA TEORI
A. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatf 12
2. Cara penggunaan Pembelajaran Kooperatif 18
3.Tujuan Pembelajaran Kooperatf 19
4.Model Pembelajaran Kooperatif 22
B. Talking Stick
1. Pengertian Talking Stick 24
2. Metode Pembelajaran Talking Stick 25
3. Langkah-Langkah Yang Dapat Dilakukan Dalam Pembelajaran
Talking Stick 27
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar 28
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar 32
4. Batas Minimal Prestasi Belajar 35
D. Akhlak Terpuji
1. Pengertian Akhlak Terpuji 37
2.Pentingnya Akhlak Terpuji 37
3. Contoh Sifat-sifat Terpuji 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian 41
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek yang diamati 44
C. Variabel Yang Diselidiki 45
D. Rencana Tindakan 46
E. Data dan Cara Pengumpulannya 56
F. Tim Penelitian dan Tugasnya 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi per Siklus 82
B. Pembahasan dari setiap siklus 101
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 103
DAFTAR PUSTAKA 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Menurut Skinner seperti yang dikutip barlow (1985) dalam buku nya
Educational Psychology: The Teaching Learning Process berpendapat bahwa,
belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil
yang optimal apabila diberi penguat (reinforcer).Hintzman berpendapat belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan)
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme.
Perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dikatakan belajar
apabila mempengaruhi organisme. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses positif.1
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku. Dalam Perubahan-perubahan
belajar, perubahan-perubahan senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha
belajar yang di lakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,Dengan Pendekatan Baru , (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, cetakan ke 18 jan 2013), 88-89
2
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan
tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya
dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Adapun
beberapa faktor yang mendukung untuk berlangsungnya dalam kegiatan
pembelajaran yang efektif yaitu diantaranya dengan pemilihan metode
pembelajaran, salah satunya pembelajaran kooperatif, karena di dalam metode
kooperatif terdapat berbagai jenis yang nantinya akan mendukung dalam kegiatan
belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok
kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar.2
Dalam proses belajar mengajar banyak masalah yang di hadapi oleh guru,
diantaranya pemilihan metode mengajar yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara baik dan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Dengan
adanya penerapan metode kooperatif tipe talking stick diharapkan peserta didik
dapat menerima dengan baik, terkait hal ini dengan adanya penerapan
pembelajaran tipe talking stick siswa tidak jenuh dalam pelaksanaan belajar
mengajar, karena keunggulan talking stick adalah sistem pendukung dari
pembelajaran kooperatif yang berupa tongkat disamping itu talking stick bisa
diterapkan untuk semua materi pelajaran baik umum maupun agama, dengan
2
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi (Bandung : PT Refika Aditama
2013), 62
3
dibuktikan pada penelitian terdahulu. Sedangkan keunggulan penerapan metode
kooperatif adalah dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang berjumlah 4-6 secara kaloboratif dapat merangsang siswa lebih
bergairah dalam belajar. Karena pada dasarnya siswa tidak bekerja sendiri
melainkan bekerjasama dengan kelompok dengan menerapkan metode diskusi,
guru sebagai pengajar dan fasilitator memanfaatkan dengan sebaik-baiknya
bagaimana cara mengajar secara baik, objektif dan menghibur. Sehingga nantinya
siswa tidak jenuh dan bisa menerima pembelajaran dengan baik dan
sungguh-sungguh yang nantinya akan berpengaruh terhadap prestasi siswa di kelas, dalam
hal ini adalah sesuatu yang telah dicapai oleh siswa secara kognitif yang biasanya
ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sedangkan cara kerja metode
talking stick merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model
pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa melalui media tongkat.
Rendahnya kemampuan peserta didik, dalam hal ini menerima pembelajaran
di dalam kelas, di karenakan peserta didik kurang memperhatikan guru pada saat
menerangkan pembelajaran terkait materi yang diajarkan, faktor yang
mempengaruhi yaitu kurang adanya trobosan yang efektif dalam memilih metode
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sedangkan faktor lain dari guru yaitu
kurang adanya motivasi ke siswa yang dilakukan di dalam kelas sehingga nantinya
akan mempengaruhi siswa, dalam konteks cenderung akan bosan dalam kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas, kurangnya metode yang dilakukan oleh guru
4
Melalui penelitian tindakan kelas ini yang dilakukan pada peserta didik kelas
IV MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo diharapkan dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe takling stick peserta didik dapat menerima dengan
baik.
Terkait hal ini sebelumnya penulis melakukan wawancara dengan guru bidang
studi Aqidah akhlaq kelas IV yang dimana sebelumnya sudah pernah melakukan
penerapan pembelajaran kooperatif dengan permainan merangkai di punggung
temannya. Tetapi dengan penerapan tersebut hasil belajar dari peserta didik belum
maksimal, dikarenakan metode yang digunakan cenderung lebih monoton
sehingga kurang adanya semangat yang lebih untuk siswa, dengan hasil demikian
nilai raport setiap individu ada yang meningkat dan masih ada yang belum. Faktor
yang mempengaruhi hambatan-hambatan pada saat mengajar dikelas yaitu peserta
didik sering berisik, dikarenakan kurang memperhatikan guru pada saat mengajar
di kelas. Disisi lain guru juga kurang bisa mengkondisikan suasana kelas dan
kurang adanya motivasi ke siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran di
kelas, dimana nilai individu siswa yang tuntas sebanyak 6 siswa dengan prosentase
(27%) sedangkan yang belum tuntas sebanyak 14 siswa dengan prosentase (72%),
dengan demikian masih banyak siswa yang belum memenuhi ketentuan kriteria
minimum (KKM), yang dimana sekolahan menentukan (KKM) mata pelajaran
Aqidah akhlaq kelas IV yaitu 65.3
3
Wawancara Dengan Guru Bidang Studi Aqidah Akhlaq Kelas IV di MI Darul Muslimin, tgl 04 Maret 2015 Jam 09.00 WIB.
5
Dalam hal ini dengan adanya trobosan memlilih metode kooperatif tipe
talking stick secara baik dan menghibur, di harapkan kegiatan pembelajaran lebih
meningkat dan tidak jenuh dalam melakukan aktivitas pembelajaran didalam kelas,
guru juga berusaha untuk mengajar secara optimal dan memotivasi siswa serta
mengkondisikan kelas dengan sebaik-baiknya, sehingga nantinya akan
meningkatkan semangat belajar dan pasti akan mempengaruhi terhadap prestasi
belajar siswa yang bersumber dari pertanyaan guru, yang nantinya akan di jawab
oleh siswa secara bergiliran melalui media tongkat.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Pokok
Bahasan Akhlaq Terpuji Kelas IV Di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati
Sidoarjo”
B.Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan diatas fokus kajian penelitian ini adalah
masalah tentang materi Aqidah Akhlaq Kelas IV Semester I pada kompetensi
dasar :
1. Menunjukkan sikap terpuji Shidiq, amanah, tablig, fatonah sebagai
implementasi dalam meneladani sifat-sifat nabi dan rosul dalam kehidupan
sehari-hari.
6
2. Menunjukkan perilaku terpuji terhadap teman dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Talking Stick Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlaq Pokok Bahasan Akhlak Terpuji Kelas IV Di MI Darul Muslimin Buncitan
Sedati Sidoarjo”
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan beberapa istilah
dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai
berikut :
1. Pembelajaran kooperatif
Menurut Roger dalam Huda pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas
pembelajaran kelompok, tingkah laku bekerjasama melalui prosedur
pembelajaran. Salah satu asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) adalah bahwa sinergi yang muncul melalui
kerjasama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui
lingkungan kompetitif individual. Kelompok-kelompok social integrative
memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kelompok yang dibentuk secara
berpasangan pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara
sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap
pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong
untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.4
4
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran , Isu-Isu Metodis dan Pragmatis
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar,cetakan ke 3 2013), 110-111
7
2. Prestasi belajar
Dalam kamus umum bahasa indonesia prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dsb).5 Yang di maksud dengan
prestasi belajar dalam penelitian ini adalah prestasi akademis yaitu hasil
pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di madrasah yang bersifat
kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.
3. Talking stick
Pembelajaran dengan metode Talking stick merupakan metode
pembelajaran yang menggunakan bantuan tongkat yang dimana guru telah
mempersiapkan sebelumnya. Dalam kamus umum bahasa indonesia metode
merupakan cara teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud,
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan dikehendaki.6 Dalam hal ini secara oprasional guru mempersiapkan
sebuah pertanyaan untuk kemudian di berikan ke peserta didik yang harus
dijawab, pertanyaan tersebut meliputi dari materi Aqidah akhlaq kelas IV
dengan membentuk kelompok dan guru menggunakan media tongkat, tongkat
tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik, peserta didik yang menerima
tongkat tersebut di wajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian
seterusnya, ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya,
sebaiknya dengan diiringi musik.
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka,2011)
Edisi ke-3, cet-4,2011 6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 766
8
4. MI Darul Muslimin Buncitan Sedati
MI Darul Muslimin merupakan lembaga pendidikan yang bernuansa
Islami dan pertama kali di Buncitan yang berlokasi di desa Buncitan kecamatan
Sedati - Sidoarjo.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa yang di
maksud dengan “Penerapan pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat
meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq pokok
bahasan akhlaq terpuji kelas IV di MI Darul Muslimin Sedati ” adalah proses
untuk diharapkan guru bisa mengorganisir siswa dengan pembentukan
kelompok sehingga aktivitas dengan menggunakan interaksi dengan metode
diskusi kelompok dapat meningkatkan prestasi dan pada setiap pertanyaan yang
di berikan oleh guru siswa dengan senang menjawab pertanyaan tersebut,
karena dengan penerapan tipe talking stick yang di anggap oleh siswa sangat
menghibur.
C.Rumusan Masalah
Bertolak dari permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick pada siswa
kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo dapat meningkatkan
prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq pokok bahasan akhlaq
9
2. Bagaimana prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pokok bahasan
akhlak terpuji kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo
sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick?
3. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Talking
stick pada siswa kelas IV di Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo dapat
meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq pokok
bahasan akhlaq terpuji?
D.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick
dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq
kelas IV di MI Darul Muslimin.
b. Untuk mengetahui prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak
pokok bahasan akhlaq terpuji sebelum menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe talking stick.
c. Untuk mengetahui seberapa besar penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Talking stick dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran
10
2. Kegunaan penelitian
a. Secara teoritis :
Peneliti ini diharapkan berguna untuk mengembangkan ilmu dalam
dunia pendidikan khususnya dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe
talking stick untuk meningkatkan prestasi belajar, dan khususnya pelajaran
Aqidah Akhlaq.
b. Secara praktis :
1) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi
guru dalam rangka perbaikan dan peningkatan perannya di dunia
pendidikan.
2) Bagi sekolah, hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan dalam
program peningkatan kualitas dan mutu sekolah melalui penerapan
pembelajaran kooperatif yang efektif.
3) Bagi Almamater,dapat dijadikan sebagai sumbangsih keilmuan pada
umumunya, di bidang pendidikan pada khususnya dijadikan sebagai
sumber bacaan yaitu tentang pembelajaran kooperatif yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar, dan dapat dijadikan perbandingan apabila
11
E.Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang mungkin terjadi
jika suatu tindakan dilakukan. Dalam hal ini adalah :
Ho = Tidak Ada Pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick
untuk meningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq di
MI Darul Muslimin.
H1 = Ada Pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick dapat
meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq di MI
Darul Muslimin.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Sekolah,sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq.
2. Guru,sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran
yang digunakan sehingga dapat memberikan manfaat bagi siswa.
Siswa,dapat membantu mengingat kembali materi pelajaran khusus nya mata
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperatif yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.7
Pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru,di mana
guru menetapkan tugas dan pertanyaan -pertanyaan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang di rancang untuk membantu peserta didik
menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Dari Piaget ke Vygotsky , mengemukakan berdasarkan uraian tersebut,
pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai
tujuan bersama.Peserta didik mengontruksi pengetahuan dengan
mentransformasikan,mengorganisasian ,dan mereorganisasikan pengetahuan
dan informasi sebelum nya. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil
yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
7
13
anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur pembelajaran kooperatif
didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok
kecil yang terdiri atas 4-6 orang.8
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat
pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan guru guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama
dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model
pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dengan berbagai mata
pelajaran dan berbagai usia.9 Dalam hal ini penerapan pembelajaran kooperatif
di kelas.
Roger,dkk dalam Huda Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas
pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran
harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara
kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab
atas pembelajarannya dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain.10 Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif harus
didasarkan bekerja sama antar kelompok untuk menciptakan dikusi antar
kelompok dengan membahas materi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran
14
adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa,
pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan lima unsur.Lima unsure
tersebut adalah :
1. Positive interdependence ( saling ketergantungan positif )
2. Personal responbility (tanggung jawab perseorangan )
3. Face to face promotive interaction ( Inteaksi promosi )
4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota )
5. Group processing ( pemrosesan kelompok )
Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan
positif.Unsur ini menunjukkan bahwa bahwa dalam pembeljaran kooperatif ada
dua pertanggungjawaban kelompok.Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok .Kedua,menjamin semua anggota kelompok
secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan.Unsur kedua pembelajaran
kooperatif adalah tanggung jawab individual.Tanggung jawab perseorangan
adalah kunci untuk menjamin anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar
bersama.
Unsur ketiga pembelajaran kooperatif interaksi promotif.Unsur ini
penting karena dapat menghasilkan ketergantungan positif.
Ciri-ciri interaksi promotif adalah:
15
b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.
c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efesien.
d. Saling mengingatkan.
e. Salinh membantu dalam merumuskandan mengembangkan argumentasi
serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi.
f. saling percaya
g. saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial.
Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan
peserta didik harus :
a. saling mengenal dan memercayai
b. mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
c. saling menerima dan saling mendukung
d. mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif
unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok.
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat
diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari
anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang sangat membantu
dan yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan
efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif
untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok
16
Menurut Kokom adapun pengertian Pembelajaran kooperatif adalah suatu
strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan
kelompok belajar kecil dimana siswa zbekerja bersama untuk mencapai tujuan
pembelajaran.11
Menurut Davidson dalam Huda, kooperasi berarti bekerja sama dan
berusaha menghasilkan suatu pengaruh tertentu. Sedangkan kaloberasi berarti
bekerjasama dengan satu atau beberapa orang untuk proyek tertentu, seperti
proyek penulisan atau penelitian.12
Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok menurut Wina
adalah strategi pembelajaran kooperatif ( SPK). SPK merupakan strategi
pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan
para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin dalam Wina mengemukakan dua
alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar sekaligus dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
11
Kokom Komalasari, Pembelajarn Kontekstual Konsep dan Aplikasi (Bandung : PT Refika Aditama
2010), 62. 12
17
keterampilan.13 Maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran
yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki
kelemahan.
Parker dalam Huda mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai
suasana pembelajaran di mana para siswa saling berinteraksi dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan
bersama. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada
efektifitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajar ini, guru di
harapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan
berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan
pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya.
Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang
disajikan dan membentu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.
Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana
siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4
siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan
kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.
13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta : Prenada
18
2. Cara Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Dalam metode pengajaran pembelajaran kooperatif atau pembelajaran
dengan bantuan teman sebaya, siswa bekerja sama dengan kelompok-kelompok
kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Dalam pembahasan
kooperatif banyak siswa merasa terbantu dengan berkumpul bersama teman
sekelas untuk membahas bahan yang telah mereka baca atau di dengar di kelas.
Untuk mendapatkan pemahaman cara penggunaan kooperatif dalam
belajar terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang strategi pembelajaran
kooperatif (SPK) yang dimana sudah di sebutkan diatas, yang perlu dilakukan.
Dari sisi redaksional terdapat perbedaan diantarab para ahli, yaitu antara
ibrahim, Kagan dan jacob, dalam mengemukakan konsep strategi pembelajaran
kooperatif. Tetapi pada prinsipnya sama saja, yaitu suatu strategi untuk
membangun kerja sama antara siswa dalam pembelajaran.
Menurut Ibrahim dalam Syaiful, strategi pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi
akademik dan hubungan sosial. Kagan dalam Syaiful, mendefinisikan
pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi intruksional yang melibatkan
interaksi siswa secara kooperatif dalam mempelajari suatu topik sebagai bagian
integral dari proses pembelajaran. Jacob dalam Syaiful, menyatakan bahwa
19
kelompok kecil bekerja sama saling membantu dalam menyelesaikan tugas
akademik. 14
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkaan partisipasi
dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap
tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam dalam
penerapan model belajar mengajar pembelajaran kooperatif adalah agar peserta
didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara
saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka
secara berkelompok.15
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan
kepada siswa keteampilan kerjasama dan kaloberasi. Pada hakekatnya
pembelajaran kooperatif ialah belajar secara berkelompok sesama teman
sebayanya dengan mempelajari materi yang ada di dalam buku maupun yang
telah di jelaskan oleh guru untuk nantinya di presentasikan atau di jelaskan ke
depan apabila diskusi antar kelompok sudah selesai.
14
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : PT Rineka Cipta,Cetakan ke 5 2015), 55
15
20
Bennet ( 1995 ) ada lima unsur dasar yang dapat membedakan
cooperative learning dengan kerja kelompok yaitu:
1. Positive interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana
keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau
sebaliknya. Hal ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya
ketergantungan secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam
mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, yang mendorong setiap anggota kelompok untuk bekerja sama
2. Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa
tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang
ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa
yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbale balik yang bersifat
positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.
3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalamanggota
kelompok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena
tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota
kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.
4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,
mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja
21
5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai
dalam cooperative learning adalah siswa belajar keterampilan bekerja sama
dan berhubungan, ini adalah keterampilan yang penting dan sangat
diperlukan di masyarakat.16
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar
kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan.
Lima unsur tersebut adalah:
1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
3. Face to face promotive (komunikasi antar anggota)
4. Group processing (pemrosesan kelompok)17
Siswa-siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok atau berdiskusi
untuk mengerjakan suatu tugas atau mencari penyelesaian terhadap suatu
masalah ataupun untuk mencapai tujuan bersama merupakan suatu kondisi yang
perlu bagi terlaksananya pembelajaran kooperatif. Namun agar suatu
pembelajaran dikatakan merupakan suatu pembelajaran kooperatif, masih
diperlukan adanya elemen-elemen lain yang merupakan bahan dasar agar
16
Isjoni, Cooperative Learning : Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung : Alfabeta, 2011), 41 - 43
17
22
pembelajaran tersebut dinamakan pembelajaran kooperatif. Dengan mencakup
adanya elemen dan standar sebagai bahan dasar untuk menjadikan pembelajan
kooperatif lebih menarik maka diperlukannya elemen-elemen yang saling
terkait dan ketergantungan.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu;
a. Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam
kelompok, peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan
b. Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan
yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
c. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok
hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.
d. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling pendukung
dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan
peserta didik lain dalam kelompok . 18
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
18
23
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru dikelas.19
Menurut johnson dalam Trianto, untuk mengetahui kualitas model
pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek
proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan (joy learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan
berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai
tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar
kemampuan atau kompetensi yang ditentukan.20 Dalam hal ini sebelum melihat
hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat di pastikan berlangsung baik
dengan penerapan pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model
pembelajaran kooperatif menuntuk kerja sama dan interpendensi peserta didik
dalam struktur tugas, sturuktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas
berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu
19
Agus Suprijono, Cooperatif learning teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), 45
20
24
pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
maupun reward. 21
Salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi
kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi
antar anggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan
mengembangkan inteligensi interpersonal. Intelegensi ini berupa kemampuan
untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak,
tempramen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang
lain juga termasuk dalam intelegensi ini. Secara umum intelegensi interpersonal
berkaitan berkaitan dengan kemampuan seseorang menjalin relasi dan
komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi
pembelajaran kooperatif dengan kata lain bertujuan mengembangkan
keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen keterampilan sosial
adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan
kaloboratif, serta solidaritas.22
B.Talking Stick
1. Pengertian Talking Stick
Pengertian pembelajaran model talking stick adalah suatu model
pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang
21
Suprijono, Cooperatif learning teori dan Aplikasi PAIKEM, 61. 22
25
tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajarinya materi pokoknya, selajutnya kegiatan tersebut di ulang
terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan
dari guru. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban,
persahabatan atau minat, yang dala topik selanjutnya menyiapkan dan
mempresentasekan laporanya pada seluruh kelas.
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan
belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti
kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering
tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah. Secara garis besar,
faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar yakni faktor intern siswa,
yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa, faktor
lain yaitu ekstrn, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari dari luar
diri siswa.23
2. Metode Pembelajaran Talking Stick
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan
pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran
yang akan digunakan, baik secara individual atau secara kelompok.
Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu
komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif
23
26
kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan
hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang
membangkitkan motivasi individu unuk bekerja sama mencapai tujuan
kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran
kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja
keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi
pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.24
Dengan dilakukannya penerapan pembelajaran kelompok dengan model
talking stick ini, dapat mendorong peserta didik untuk menjawab suatu
pertanyaan dari guru, dikarenakan dengan model tersebut peserta didik dengan
semangatnya untuk menjawabnya, karena dengan cara tersebut peserta didik
terasa sangat terhibur dan tidak jenuh.
Pembelajaran dengan metode talking stick mendorong peserta didik untuk
berani mengumukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick
diawali oleh penjelesan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari.
Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut.
Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta
kepadaa peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta
didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab
24
27
pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari peserta
didik ke peserta didik lainnya, sebaiknya diiringi musik.
Langkah akhir dari metode Talking stick adalah guru memberikan
kesempatan kepada kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi
yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan tehadap seluruh jawaban yang
diberikan peserta didik, selanjutnya besama-sama peseta didik merumuskan
kesimpulan.25
3. Langkah-Langkah Yang Dapat Dilakukan Dalam Pembelajaran Talking Stick
Menurut Nanang dan Cucu, Dalam pembelajaran kooperatif tipe talking
stick adapun langkah-langkah pembelajannya yaitu sebagai berikut : 26
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat
b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan
mempelajari materi pegangannya.
c. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, peserta didik
dipersilahkan untuk menutup buku.
d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu
guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat
25
Suprijono, Cooperatif learning teori dan Aplikasi PAIKEM, 109. 26
28
tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya, sampai sebagian besar
peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
e. Guru memberikan kesimpulan
f. Evaluasi
g. Penutup
C.Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah
dicapi (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dsb). 27
Sedangkan belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua
lapisan masyarakat. Tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses,belajar hampir mendapat tempat yang luas dalam berbagai
disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan,misalnya psikologi
pendidikan dan psikologi belajar. Dalam definisi tersebut istilah belajar adalah
perubahan dan kemampuan untuk berubah . 28
Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan
kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan
yang semakin ketat diantara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju
27
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka,2011)
Edisi ke-3, cet-4,910
28
29
karena belajar.29 Dengan kesimpulan bahwa hakikat belajar adalah perubahan
dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.
Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu apa yang telah dicapai oleh
siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Tentang apa yang telah dicapai oleh
siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada juga yang menyebutkan dengan
istilah hasil belajar . Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar, merujuk
pada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga
aspek diatas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Arrinya prestasi
belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.30
2. Indikator Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Namun demikian, pengungkapan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya
ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu
yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat
dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan
tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta
dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh
ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah
29 Ibid 61
30
30
mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu)
dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak di ungkapkan atau di ukur.31
Menurut Muhibin Syah indikator prestasi belajar di bagi menjadi tiga
diantaranya 32:
Tabel 2.1 Jenis, indikator
Ranah Prestasi Indikator
A. Ranah Cipta (Kognitif)
1. Pengamatan
2. Ingatan
3. Pemahaman
4. Penerapan
5. Analisis(pemeriksaan dan
pemilihan secara teliti)
6. Sintetis(membuat panduan
1. Dapat menunjukkan
2. Dapat membandingkan
3. Dapat menghubungkan
1. Dapat menyebutkan
2. Dapat menunjukkan kembali
1. Dapat menjelaskan
2. Dapat mendefinisikan dengan lisan
1. Dapat memberikan contoh
2. Dapat menggunakan secara tepat
1. Dapat menguraikan
2. Dapat mengklasifikasikan
1. Dapat menghubungkan
31
Syah, Psikologi Belajar, 216 32
31
baru dan utuh) 2. Dapat menyimpulkan
3. Dapat menggeneralisasikan
1. Menunjukkan sikap menerima
2. Menunjukkan sikap menolak
1. Kesediaan berpartisipasi
2. Kesediaan memanfaatkan
1. Menganggap penting
2. Menganggap indah dan harmonis
1. Mengakui dan meyakini
2. Mengingkari
1. Melembagakan atau meniadakan
2. Menjelmakan dalam pribadi dan
prilaku sehari – hari
C. Ranah Karsa (Psikomotor)
1. Keterampilan bergerak dan
bertindak
2. Kecakapan ekspresi verbal dan
non verbal
1. Mengkondisikan gerak mata,
tangan, kaki dan anggota tubuh
lainnya
1. Mengucapkan
2. Membuat mimik dan gerakan
32
Tabel 2.2 Perbandingan Nilai Angka dan Huruf 33
Simbol-Simbol Nilai Angka dan Huruf Predikat
Angka Huruf
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Ahmad Sabri, Prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi
oleh dua faktor utama yakni dari faktor lingkungan dan kemampuan contoh :
a. Pendekatan dengan teman sebaya yang memiliki karakter yang baik
b. Tempat belajar yang tenang dan aman dari gangguan siapa saja
c. Peran orang tua untuk selalu menjaga dan membimbing anaknya untuk
bergaul dengan orang yang pintar dan berakhlaq.
Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya, contoh yang melibatkan dari kemampuan adalah :
33
33
a. Faktor kognitif yang dimana siswa memiliki kemampuan yang berupa daya
pikir yang luas serta memiliki penderian yang luas.
b. Minat merupakan kecenderungan dari kegiatan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu
c. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif yang beerupa memiliki
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif.
Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruh terhadap hasil belajar
yang dicapai. Seperti ditemukan oleh Clark dalam Ahmad bahwa prestasi
belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi oleh lingkungan. 34
Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain,
seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial, ekonomi, dan faktor-faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut
banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk teliti, seberapa jauh
kontribusi/ sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap prestasi
belajar siswa.35
Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan
wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu
yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya sesuatu kebutuhan
untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha menggerahkan segala upaya
34
Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, 48. 35
34
untuk mencapainya, kemampuan siswa, dan kualitas pengajaran mempunyai
hubungan berbanding lurus dengan prestasi belajar siswa. Artinya, makin tinggi
kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula prestasi belajar
siswa.
Dalam belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian
banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat di golongkan menjadi tiga
macam, yaitu :
1. Fator internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan
rohani siswa;
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar
siswa;
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.36
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering berkaitan dan memengaruhi
satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conversing terhadap ilmu
pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya
cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam.
Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan
36
35
mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan
memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar.37
Selain faktor-faktor diatas, yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap
individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan
peserta didik. Dengan demikian peserta didik yang memiliki banyak waktu dan
kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada
yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan
terjadinya suatu perubahan, kemampuan atau pembaharuan dalam tingkah laku
disana atau kecakapan dari siswa. Sampai dimanakah perubahan itu bisa
tercapai atau dengan kata lain berhasil tidaknya belajar itu bisa tergantung dari
macam-macam faktor di antaranya yang sudah dipaparkan di atas.
4. Batas Minimal Prestasi Belajar
Setelah mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi prestasi
belajar di atas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas
minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena
mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam
arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti
keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa dan karsa siswa. Ranah-ranah
37
36
psikologis, walaupun berkaitan satu sama lain, kenyataan sukar diungkap
sekaligus jika hanya melihat perubahan yang terjadi pada salah satu ranah.
Contoh : seorang siswa yang memiliki nilai tinggi dalam bidang studi agama
islam misalnya, belum tentu rajin beribadah salat. Sebaliknya, siswa lain yang
hanya mendapat nilai cukup dalam bidang studi tersebut, justru menunjukkan
perilaku yang baik dalam kehidupan bagaimana sehari –hari.38
Menurut Muhibbin Syah ada beberapa alternatif norma pengukuran
tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Adapun
norma – norma pengukuran tersebut adalah: 39
1. Norma skala angka dari 0 sampai 10
2. Norma skala angka dari 0 sampai 100
3. Norma skala dari angka 0,0 sampai 4,0
4. Norma skala huruf dari A sampai E
Dari keempat dapat di uraikan angka terendah yang menyatakan
kelulusan atau keberhasilan belajar skala 0-10 adalah 5 atau 6, sedang untuk
skala 0-100 adalah 55 atau 60, untuk skala 0,0-4,0, adalah 1,0 atau 1,2 dan
untuk skala huruf D.
Selanjutnya, selain norma-norma tersebut di atas, ada pula norma lain
yang dinegara kita yaitu norma prestasi dengan menggunakan simbol
huruf-huruf A, B, C, D dan E.
38
Syah, Psikologi Belajar , 222.
39
37
D..Akhlak Terpuji
1.Pengertian Akhlak Terpuji :
Akhlak terpuji (akhlaqul karimah) ialah segala tingkah laku terpuji
yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT.
Akhlaqul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat terpuji. Hamzah
Ya’qub mengatakan akhlak yang baik ialah mata rantai iman. Al-Ghazali
menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimiliki
seseorang misalnya sabar, benar, dan tawakal. Hal itu dinyatakan sebagai
gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung
menjadi akhlaknya. Pandangan Al-Ghazali tentang akhlak yang baik
hampir senada dengan pendapat Plato. Plato mengatakan bahwa orang
utama adalah orang yang dapat melihat kepada Tuhannya secara
terus-menerus seperti ahli seni yang selalu melihat pada contoh-contoh
bangunan. Al-Ghazali memandang bahwa orang yang dekat kepada Allah
SWT adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah yang
memiliki akhlak sempurna.40
2.Pentingnya akhlak terpuji yaitu : 41
a. Menjadikan manusia yang insan kamil dan bertakwa.
40
Yatmin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an,(Jakarta: Amzah, 2006), hlm. 40. 41
38
b. Eratnya tali silaturahmi.
c. Dapat saling percaya
d. Membangun pertumbuhan dan kemajuan negara
e. Dapat menciptakan suasana aman dan lain-lain.
3.Contoh sifat-sifat Terpuji
3.1.Hormat dan patuh kepada orang tua
3.2 Hormat dan patuh kepada guru
3.1.1 Akhlak terpuji yang harus dilakukan terhadap orang tua adalah :
1. Mengikuti segala nasehat yang baik dan berusaha
menyenangkannya.
2. Mendoakan kedua orang tua dan selalu memohonkan ampunan
kepada Alloh SWT.
3. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut.
4. Mengucapkan kata- kata yang menyangkut kemuliaan orang tua.
5. Membantu orang tua dalam segala hal.
3.1.2 Hal-hal yang harus dihindari dalam bersikap dengan orang tua :
1. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
2. Membentak atau menghardik orang tua .
3. Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua.
4. Menyebut kejelekan orang tua.
39
6. Menyuruh atau membuat orang tua susah.42
3.2. Hormat dan Patuh kepada Guru
Contoh sikap hormat dan patuh kepada guru
1. Memuliakan,tidak menghina atau mencaci guru
2. Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat.
3. Ketika belajar hendaklah berpakaian rapi dan sopan.
4. Taat dan patuh melakukan perintah guru.
5. Memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran.
6. Tunjukkan sifat merendahkan diri kepadanya,selalu hormat dan
sopan.
Manfaat bersikap hormat dan patuh kepada orang tua dan guru :
Di sayang Alloh
Mendapat pahala
Menjadi anak yang sholeh
Di sayang orang lain
Mudah meraih cita-cita
Dalam bergaul dengan orang yang lebih tua,teman sebaya,dan orang
yang lebih muda hendaknya sesuai etika bergaul.Sikap dan etika yang
dibiasakan dalam bergaul disebut adap bergaul.
42
40
1. Cara bergaul dengan orang yang lebih tua
Mendahului mengucapkan salam
Mendengarkan dan mengikuti nasehat mereka
Mencium tangan mereka ketika bersalaman
Tidak mendahului mereka ketka sedang berjalan
Berkata lemah lembut
Segera menyahut apabila dipanggil
2. Cara bergaul dengan orang sebaya
Perlakukan mereka dengan baik
Jngan menyakiti mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan
Jangan berkata kasar seperti: mengolok-olok ,meskipun sedang
bergurau
3. Cara bergaul dengan orang yang lebih muda
Kita harus membimbing dan menyayangi mereka
Kita harus memberikan contoh tingkah laku yang baik
4. Cara bergaul dengan sesame muslim
Harus saling mengasihi dan menyayangi
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Penelitian ini bila ditinjau dari tujuannya tergolong penelitian
Tindakan.Karena penelitian ini dipergunakan untuk perbaikan pembelajaran maka
penelitian ini dinamakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yaitu suatu model
penelitian yang dikembangkan dikelas.Classroom Action reaseach merupakan salah
satu perspektif baru dalam penelitian pendidikan,yang mencoba menjembatani antara
praktek dan teori dalam bidang pendidikan.Dalam model penelitian ini,si peneliti
bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan.
Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil
pembelajaran dikelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari
perencanaan,tindakan,pengamatan dan refleksi.
Penelitian ini akan selesai apabila ketuntasan belajar secara klasikal telah
mencapai 85 % atau lebih.Jadi dalam penelitian ini,peneliti tidak tergantung pada
jumlah siklus yang dilalui.Menurut pengertiannya penelitian tindakan kelas adalah
merupakan suatu model pembelajaran di kelas.Classroom Action research merupakan
salah satu perspektif baru dalam penelitian pendidikan,yang mencoba menjembatani
antara praktek dan teori dalam bidang pendidikan.Action reaseach merupakan
42
sebagai pengamat (observer )sekaligus sebagai partisipan.40 Sedangkan tujuan
penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut ;
1.Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi criteria yaitu harus
benar-benar nyata dan penting untuk menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam
jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2.Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak
boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3.Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efesien artinya terpilih dengan
tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu dana dan tenaga.
4.Metodologi yang digunakan harus jelas,rinci dan terbuka,setiap langkah dari
tindakan ditumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian
tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5.Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang
berkelanjutan ( on-going ) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap
kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang
waktu.41
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu Penelitian Tindakan
Kelas,maka penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan
Taggar,yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya.Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection
40
Reza Muhammad ,Modul XV Suplemen Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) untuk Program PUD UNESA 2010
41
43
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaaan yang sudah
direvisi,tindakan pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari
tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Alur PTK Model Kemmis dan Aggart
Penjelasan alur diatas adalah :
1.Rancangan / rencana awal ,sebelum sebelum mengadakan penelitian menyusun
rumusan masalah ,tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk didalam nya
instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2.Tindakan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan
pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Tindakan dan
Observasi Refleksi
Refleksi
Tindakan dan Observasi
Putaran 1
Putaran 2 Rencana awal /
Rancangan
44
3.Refleksi,peneliti mengkaji,melihat mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4.Rancangan / rencana yang direvisi untuk melaksanakan pada siklus berikutnya.
B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek yang diamati
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang dinginkan. Penelitian ini bertempat di
MI Darul Muslimin Buncitan Sidoarjo .
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester II
tahun pelajaran 2014/2015
3.Metode Penelitian
3.1Tinjauan umum
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Menurut
Rapoport ( 1970,dalam hopkis,1993 ) dalam Rochiati Wiriatmaja PTK untuk
45
dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan
bekerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.42
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mencari solusi terhadap masalah
pembelajaran yang dihadapi guru agar terjadi perbaikan dalam proses
pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri
dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
4.Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah penelitian mengambil di lokasi MI Darul
Muslimin dan siswa kelas IV yang berjumlah 20 anak. Untuk memperoleh
sumber data tentang proses belajar mengajar materi aqidah akhlak kelas IV
penelitian melakukan wawancara, observasi kepada guru pelajaran aqidah
akhlaq kelas IV.
C. Variabel Yang Diselidiki
Variabel adalah obyek penelitian apasaja yang menjadi titik temu
perhatian suatu penelitian.
Pada dasarnya variable dibagi menjadi dua,yaitu:
42
Prof.Dr.Rochiati Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung,PT Remaja
46
a.Variabel Bebas ( Independen Variabel), yaitu variabel yang
mempengaruhi .Dalam hal ini yang mempengaruhi adalah pengguna metode
pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
b.Variabel Terikat (Dependen Variabel),yaitu variabel yang dipengaruhi.
Dalam hal ini yang dipengaruhi adalah prestasi belajar siswa.
D. Rencana Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini direncanakan selama dua
siklus, tiap siklus dilakukan dengan skenario yang telah dibuat. Ada empat
tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu
Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 24 April 2015
pada siklus I,dan pada siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 30
April 2015.
Adapun penjelasan dari tahapan tersebut adalah :
Siklus 1
a. Perencanaan tindakan siklus 1
Peneliti memfokuskan kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan dengan metode
kooperatif tipe talking stick.Pada tahap ini peneliti mempersiapkan media
47
Sebelum pelaksanaan tindakan, beberapa hal yang perlu
direncanakan secara baik, antara lain sebagai berikut :
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan
pembelajaran kooperatif tipe Talking stick.
2. Menyiapkan materi yang menarik tentang pokok bahasan akhlaq
terpuji
3. Menjelaskan seputar akhlak terpuji.
4. Menyusun lembar kegiatan siswa, menyiapkan : lembar observasi,
aktifitas siswa, kelompok, dan pedoman wawancara.
b. Pelaksanaan tindakan siklus 1
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Pada waktu pelaksanaan kegiatan ini, peneliti
didampingi teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat. Teman
sejawat yang bertindak sebagai bertugas mengamati aktivitas,
memberi komentar, saran, masukan dan kritik kepada peneliti dalam
melaksanakan pembelajaran.
Adapun pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut:
1) Mengajar sesuai RPP
2) Memberikan pree tes
3) Membagi kelompok