• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ALAM SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TEGALSARI GIRIMULYO KULON PROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ALAM SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TEGALSARI GIRIMULYO KULON PROGO."

Copied!
304
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMANFAATAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ALAM SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA

SISWA KELAS III SD NEGERI TEGALSARI GIRIMULYO KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Kasiyanti NIM 09108247042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 29 Mei 2013 Yang menyatakan,

Kasiyanti

(4)
(5)

v MOTTO

“ Hati manusia memiliki hasrat dan kecakapan, kadang siap mendengar dan di waktu lain tidak demikian. Masukilah hati manusia sesuai kecakapannya. Bicaralah dengan mereka saat mereka siap mendengarkan. Sebab keadaan hati manusia adalah sedemikian rupa, sehingga jika engkau memaksanya melakukan

sesuatu, hati itu akan menjadi batu dan menolak menerimanya.” (Ali ibn Abi Thalib dalam Al-Kharraj karya Abu Yusuf)

“ Semakin kuat usaha seseorang, akan semakin mendekatkannya pada kesuksesan.”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karya ini dengan tulus kepada:

1. Bapak dan ibuku tercinta, yang senantiasa memberikan curahan kasih sayang setiap waktu, memanjatkan doa yang tiada henti, memberikan nasehat, dukungan dan motivasi.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta,terima kasih atas bekal ilmu dan pengalaman yang sangat berharga.

(7)

vii

PEMANFAATAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ALAM SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA

SISWA KELAS III SD NEGERI TEGALSARI GIRIMULYO KULON PROGO

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SD Negeri Tegalsari Girimulyo Kulon Progo dengan memanfaatkan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Tegalsari yang berjumlah 14 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PLAS, dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Cara meningkatkan hasil belajar tersebut dengan menyampaikan apersepsi intelektual dan emosional, menyampaikan tujuan pembelajaran, membagi siswa dalam kelompok kecil secara heterogen serta adanya peran yang jelas pada setiap anggota, menyediakan sumber belajar langsung di alam sekitar, membimbing dalam pengamatan dengan membuat petunjuk belajar yang jelas, memberi kesempatan bertanya tentang materi, memfasilitasi untuk aktif dalam pengamatan dan permainan edukatif, membimbing menyimpulkan materi, memberi soal evaluasi, dan memotivasi siswa agar tumbuh minat untuk sadar dan bertanggung jawab terhadap lingkungan di masyarakat. Adapun peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari kegiatan pra tindakan, siklus I, dan siklus II berturut-turut untuk ranah kognitif sebesar 42,86 % menjadi 85,71 %; dan 100 %; ranah psikomotorik sebesar 78,33 % menjadi 80 %; serta ranah afektif sebesar 88 % menjadi 91,33 %.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas III SD Negeri Tegalsari Girimulyo Kulon Progo”.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skrispi. 4. Pembimbing Skripsi Bapak A. M. Yusuf, M.Pd yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing peneliti sampai penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Rubiyawati CH., S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tegalsari Girimulyo Kulon Progo yang telah bersedia memberikan ijin penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini.

6. Guru-guru SD Negeri Tegalsari Girimulyo Kulon Progo yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menjadi kolaborator sekaligus observer dalam penelitian ini.

7. Siswa-siswi SD Negeri Tegalsari Girimulyo Kulon Progo yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

(9)

ix

9. Sahabat-sahabatku, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang senantiasa terus-menerus memberikan bantuan, dorongan semangat, dan doa. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan

penelitian ini.

Semoga segala bantuan, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan kepada peneliti menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan dari Allah SWT. Peneliti juga berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

(10)

x

G. Definisi Operasional Variabel ………... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPA ………...………... 11

1. Hakikat IPA …………..………... 2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ……… 3. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ……… 4. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ……… 5. Materi Pembelajaran IPA di Kelas III Sekolah Dasar ……… 1. Pengertian Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar ...

2. Pentingnya Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar ………

(11)

xi

3. Tujuan Pokok Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar ………... 4. Manfaat Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan

Alam Sekitar ………. 5. Lokasi-lokasi yang dapat digunakan untuk

Pembelajaran ……… 6. Pertimbangan Mengajar dengan Pendekatan

Lingkungan Alam Sekitar ……… 7. Metode Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan

Alam Sekitar ……….

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………... 39

B. Setting Penelitian……….. 40

C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian …….………... 41

D. Desain Penelitian ………... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ………... 46

F. Instrumen Penelitian ………... 47

G. Teknik Analisis Data ………... 51

H. Kriteria Keberhasilan ……….………... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. Deskripsi Pratindakan ... 2. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. a. Siklus I ... 1) Perencanaan I ………. 2) Pelaksanaan Tindakan I ... 3) Observasi Tindakan I ... 4) Refleksi I ……. ... b. Siklus II ... 1) Perencanaan II ……… 2) Pelaksanaan Tindakan II ... 3) Observasi Tindakan II ... 4) Refleksi II ……... ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ………... 110

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Daftar Nilai UTS Mata Pelajaran IPA Semester Genap

Tahun Pelajaran 2012/2013... 4

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas III 14 Tabel 3. Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS………... 48

Tabel 4. Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS………... 49

Tabel 5. Kisi-Kisi Observasi Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran IPA………... 49

Tabel 6. Kisi-kisi Tes Formatif Siklus I………....………… 50

Tabel 7. Kisi-kisi Tes Formatif Siklus II ………. 51

Tabel 8. Taraf Keberhasilan Proses Pembelajaran……… 53

Tabel 9. Pelaksanaan Tindakan Kelas ……….. 58

Tabel 10. Daftar Nilai Hasil Tes Formatif Siklus I……… 69

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Angin darat dan angin laut ……….. 18 Gambar 2. Proses terjadinya hujan ………... 19 Gambar 3. Model Spiral PTK Kemmis dan Mc Taggart ……….. 43 Gambar 4. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif

Pertemuan I-V pada Siklus I ………... 79 Gambar 5. Diagram Peningkatan Hasil Belajar pada Nilai Awal

dan Tes Formatif Siklus I………. 79 Gambar 6. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Ranah

Psikomotor (Keterampilan Proses) Siklus I dan

Siklus II……… 101 Gambar 7. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Ranah Afektif

(Sikap Ilmiah) Siklus I dan Siklus II……… 102 Gambar 8. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif

Pada Setiap Pertemuan Pada Siklus II ……… 103 Gambar 9. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I………... 113 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……….. 155 Lampiran 3. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran IPA dengan PLAS Siklus I …………... 195 Lampiran 4. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran IPA dengan PLAS Siklus II …………. 196 Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam

Pembelajaran IPA dengan PLAS Siklus I …………... 197 Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam

Pembelajaran IPA dengan PLAS Siklus II …………. 198 Lampiran 7. Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah

Psikomotorik (Keterampilan Proses Mengamati)

dalam Pembelajaran IPA Siklus I ………... 199 Lampiran 8. Rubrik Penskoran Lembar Observasi Hasil Belajar

Siswa Ranah Psikomotorik (Keterampilan Proses

Mengamati) dalam Pembelajaran ……… 200 Lampiran 9. Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah

Psikomotorik (Keterampilan Proses Mengamati)

dalam Pembelajaran IPA Siklus II ……….. 201 Lampiran 10. Rubrik Penskoran Lembar Observasi Hasil Belajar

Siswa Ranah Psikomotorik (Keterampilan Proses

Mengamati) dalam Pembelajaran ……… 202 Lampiran 11. Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif

(Sikap Ilmiah) dalam Pembelajaran IPA Siklus I …... 203 Lampiran 12. Rubrik Penskoran Lembar Observasi Hasil Belajar

Siswa Ranah Afektif (Sikap Ilmiah) dalam

(15)

xv

(Sikap Ilmiah) dalam Pembelajaran IPA Siklus II ….. 206 Lampiran 14. Rubrik Penskoran Lembar Observasi Hasil Belajar

Siswa Ranah Afektif (Sikap Ilmiah) dalam

Pembelajaran IPA Siklus II ……… 207 Lampiran 15. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

IPA dengan PLAS Siklus I ………. 209 Lampiran 16. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

IPA dengan PLAS Siklus II ……… 214 Lampiran 17. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

IPA dengan Siklus I ……… 219

Lampiran 18. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

IPA dengan PLAS Siklus II ……… 224 Lampiran 19. Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah

Psikomotorik (Keterampilan Proses Mengamati)

dalam Pembelajaran IPA Siklus I ………... 229 Lampiran 20. Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah

Psikomotorik (Keterampilan Proses Mengamati)

dalam Pembelajaran IPA Siklus II ……….. 234 Lampiran 21. Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif

(Sikap Ilmiah) dalam Pembelajaran IPA Siklus I …... 239 Lampiran 22. Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif

(Sikap Ilmiah) dalam Pembelajaran IPA Siklus II ….. 244 Lampiran 23. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran IPA dengan PLAS Siklus I …………... 249 Lampiran 24. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran IPA dengan PLAS Siklus II …………. 250 Lampiran 25. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam

Pembelajaran IPA dengan Siklus I ……….. 251 Lampiran 26. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam

(16)

xvi

Lampiran 27. Rekapitulasi Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik (Keterampilan Proses

Mengamati) dalam Pembelajaran IPA Siklus I ……... 253 Lampiran 28. Rekapitulasi Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa

Ranah Psikomotorik (Keterampilan Proses

Mengamati) dalam Pembelajaran IPA Siklus II ……. 254 Lampiran 29. Rekapitulasi Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa

Ranah Afektif (Sikap Ilmiah) dalam Pembelajaran

IPA Siklus I ………. 255

Lampiran 30. Rekapitulasi Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif (Sikap Ilmiah) dalam Pembelajaran

IPA Siklus II ……… 256

Lampiran 31. Soal Tes Formatif Siklus I ……….. 257 Lampiran 32. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes

Formatif Siklus I ... 261 Lampiran 33. Soal Tes Formatif Siklus II ... 262 Lampiran 34. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes

Formatif Siklus II ……… 267

Lampiran 35. Soal, Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

IPA merupakan ilmu dasar yang berhubungan dengan kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Setiap hari kita selalu berhubungan langsung dengan fakta IPA baik yang diketahui maupun hal yang bersifat baru. Oleh karena itu kita harus mengetahui lebih jauh tentang berbagai hal yang berhubungan dengan IPA sebagai dasar berinteraksi dengan alam sekitar. Hal tersebut perlu ditanamkan kepada anak sejak dini terutama pada jenjang sekolah dasar. Dengan berbekal pengetahuan dan konsep yang benar, maka anak-anak tidak akan salah dalam memahami segala kejadian dan gejala alam yang berhubungan dengan alam sekitarnya.

(18)

2

belajar dalam suasana yang menyenangkan. Proses pembelajaran yang demikian juga memberikan kemudahan bagi siswa untuk mengeksplorasi lingkungan dan sumber belajar lainnya.

Untuk itu seorang guru harus bisa merancang pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan mampu memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui pendekatan belajar yang relevan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pemanfaatan segala fasilitas dan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar sekolah juga sangat diperlukan untuk membantu pelaksanaan proses pembelajaran dan sarana untuk membuat siswa aktif belajar.

Selain itu seorang guru juga harus paham tentang acuan penilaian dan penentuan kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa pada mata pelajaran IPA ini agar tidak salah langkah dalam memberikan penilaian pada siswa dan hasil belajar dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Patta Bundu (2006: 17), mengatakan bahwa hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Dikatakan lagi oleh Patta Bundu (2006: 17), bahwa

Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

(19)

3

dalam standar isi pembelajaran IPA di sekolah dasar dengan tidak melupakan hakikat IPA itu sendiri. Oleh karena itu tujuan pelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus dimiliki siswa dan cara siswa memperoleh hasil belajar tersebut. Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Patta Bundu (2006: 18), mengatakan bahwa hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat IPA itu sendiri yaitu sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Dari segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan dari segi proses IPA ini adalah perubahan dalam dimensi afektif dan psikomotor (Patta Bundu, 2006: 12), yang berupa keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Berdasarkan pengertian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar IPA sekolah dasar adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam mata pelajaran IPA sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran IPA. Hasil belajar ini berupa aspek kognitif yang berupa produk dan proses, aspek afektif dan psikomotorik yang berupa keterampilan proses dan sikap ilmiah.

(20)

4

maka nilai tersebut masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

(21)

5

Proses pembelajaran IPA di kelas III SD Negeri Tegalsari sebagian besar masih dilaksanakan di dalam kelas dan belum banyak variasi ke luar kelas. Pembelajaran IPA membutuhkan pengamatan langsung di alam sekitar. Berdasarkan pengamatan pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri Tegalsari baru sebagian kecil materi yang disajikan dengan pengamatan langsung.

Permasalahan lain yang timbul adalah pemanfaatan lingkungan alam sekitar dalam proses pembelajaran IPA belum optimal. Pemanfaatan alam sekitar sudah dilakukan tetapi baru pada materi tertentu saja padahal pembelajaran IPA berkaitan dengan alam sekitar. Kondisi lokasi di sekitar SD Negeri Tegalsari yang masih alami dapat mendukung proses pembelajaran IPA dengan memanfaatkan alam sekitar. Halaman sekolah yang luas juga mendukung dilaksanakannya pembelajaran di luar kelas. Untuk itu guru masih perlu mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan alam sekitar dalam pembelajaran.

(22)

6

sekolah yang ada, dengan mengikutsertakan segala fasilitas yang ada di lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar (Lily Barlia, 2006: 2).

Pendapat lain tentang pengajaran dengan alam sekitar dikemukakan oleh Suryobroto (1986: 77), bahwa pengajaran dengan alam sekitar merupakan “cara mengajar di mana guru membawa murid-murid ke luar kelas untuk mengamati, menyelidiki, dan mempelajari hal-hal yang diajarkan (bahan-bahan pelajaran) secara langsung, artinya dalam keadaan yang sesungguhnya di lingkungan hidup sekitarnya daripada anak-anak”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan lingkungan alam sekitar adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang berorientasi dan berlangsung di lingkungan alam sekitar dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar dengan cara menyediakan bahan-bahan pelajaran langsung yang memungkinkan siswa melakukan pengamatan langsung.

(23)

7 B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas III belum optimal, hal ini didasarkan pada hasil UTS semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

2. Motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri Tegalsari masih kurang.

3. Pembelajaran IPA di kelas III SD Negeri Tegalsari belum memanfaatkan lingkungan alam sekitar secara optimal.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka pembatasan masalah pada penelitian ini adalah pendekatan lingkungan alam sekitar.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemanfaatan pendekatan lingkungan alam sekitar untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SD Negeri Tegalsari Girimulyo Kulon Progo?

(24)

8 E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. meningkatkan hasil belajar IPA dengan memanfaatkan pendekatan lingkungan alam sekitar pada siswa kelas III SD Negeri Tegalsari Girimulyo Kulon Progo sehingga diketahui cara meningkatkannya.

2. mengetahui besar peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SD Negeri Tegalsari Girimulyo Kulon Progo dilihat dari ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti berikut :

1. Manfaat teoritis

Pemanfaatan pendekatan lingkungan alam sekitar sangat penting dalam pembelajaran IPA karena alam sekitar banyak kaitannya dengan materi.

2. Manfaat praktis a. Bagi Siswa

1) Keaktifan pembelajaran di luar kelas memberi motivasi siswa agar dapat beradaptasi dengan lingkungan dan memahami proses terjadinya perkembangan setiap jenis makhluk hidup.

(25)

9

tugas kelompok. Hal itu memberi pengalaman yang baru pada mata pelajaran lain.

b. Bagi Guru

1) Memberikan masukan bagi guru bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan alam sekitar sangat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2) Dengan menggunakan metode observasi, penugasan dan permainan pada pembelajaran di lingkungan alam sekitar diharapkan guru dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

1) Hasil penelitian ini sebagai acuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan memanfaatkan pendekatan belajar yang lebih efektif.

2) Agar proses pembelajaran lebih baik maka perlu laboratorium yang terkait dengan lingkungan alam sekitar.

G.Definisi Operasional Variabel

Definisi dari variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemanfaatan adalah kegunaan, faedah, keuntungan yang didapat dari

penggunaan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar.

(26)

10

bahan-bahan pelajaran langsung yang memungkinkan siswa melakukan pengamatan langsung.

3. Hasil belajar siswa adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran yang berupa ranah kognitif yang berupa produk dan proses, aspek afektif dan psikomotorik yang berupa (keterampilan proses IPA) dan sikap ilmiah. Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diukur adalah ranah kognitif yang berupa produk; ranah afektif berupa sikap ilmiah (sikap memiliki minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya, bertanggung jawab, dan bekerja sama) dan ranah psikomotor yang berupa keterampilan proses IPA (keterampilan mengamati).

(27)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Pembelajaran IPA 1. Hakikat IPA

Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.Kaligis (1992: 7) menyatakan bahwa hakikat Ilmu Pengetahuan Alam meliputi: a) IPA sebagai proses; b) IPA sebagai produk; dan c) IPA sebagai sikap ilmiah. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran IPA di sekolah dasar, guru harus dapat mengembangkan ketiga dimensi tersebut yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah.

2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Berkaitan dengan pembelajaran IPA di sekolah dasar Paolo dan Marten (Srini M.Iskandar, 1997: 15), menyatakan bahwa IPA untuk anak-anak meliputi kegiatan mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi dan menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

(28)

12

memperhatikan tentang karakteristik anak sekolah dasar yang akan menjadi subyek pembelajaran.

Berkaitan dengan karakteristik anak sekolah dasar Piaget (Maslichah Asy’ari, 2006: 37-38), menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak sekolah dasar dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu: 0-2 tahun (tahap sensori motor), 2-6 tahun (tahap praoperasional), 7-11 tahun (tahap operasional konkret), dan > 11 tahun (tahap operasional formal).

Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, siswa sekolah dasar yang berada pada umur 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret, di mana pada tahap ini aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman langsung sangat efektif dibandingkan penjelasan guru dalam bentuk verbal atau kata-kata. Untuk itu, dalam pembelajaran IPA siswa harus dilibatkan secara langsung untuk menemukan sendiri konsep-konsep IPA yang akan dipelajari. Oleh karena itu seorang guru harus bisa menguasai cara mengajarkan IPA kepada anak dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang bisa melatih anak untuk memecahkan sendiri permasalahan yang dihadapinya melalui pengalaman siswa secara langsung. 3. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1992: 6), mengemukakan bahwa dengan pengajaran IPA diharapkan siswa dapat:

(29)

13

b. Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA, berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana

c. Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran penciptaNya

d. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

4. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Depdiknas (2008: 148), menyebutkan bahwa ruang lingkup pembelajaran IPA sekolah dasar meliputi:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinnya dengan lingkungan, serta kesehatan

b. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya

dan pesawat sederhana

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya

Ruang lingkup IPA yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bumi dan alam semesta khususnya tanah dan bumi.

5. Materi Pembelajaran IPA Di Kelas III Sekolah Dasar

(30)

14

setiap satuan pendidikan. Peneliti mengambil Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di kelas III sebagai bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi:

Tabel 2 . Standar kompetensi dan Kompetensi dasar IPA kelas III Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok Memahami kenampakan

permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan antara keadaan awan dan cuaca

Keadaan Langit dan Cuaca

Materi IPA yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kenampakan permukaan bumi serta keadaan langit dan cuaca (Tim LKS Kabupaten Kulon Progo, 2011: 31-32). Materi tersebut memuat sub materi sebagai berikut:

Permukaan bumi terdiri dari daratan dan perairan. Wilayah perairan lebih luas daripada wilayah daratan. Wilayah daratan hanya sepertiga dari seluruh permukaan bumi, sedangkan perairan wilayahnya dua pertiga permukaan bumi.

a. Daratan

Daratan adalah permukaan bumi yang tidak tertutup air. Daratan yang luas disebut benua. Sedangkan daratan yang lebih sempit disebut pulau. Wilayah daratan terdiri dari daerah pegunungan, perbukitan, dataran tinggi, dataran rendah, lembah, jurang, ngarai, pantai dan tanjung. Permukaan bumi tidak rata. 1. Gunung

(31)

15

atas gunung berapi dan gunung tidak berapi. Gunung tidak berapi dimanfaatkan untuk kegiatan perkebunan, kehutanan, suaka margasatwa, tempat rekreasi dan sebagainya. Gunung berapi yang masih aktif dapat menghasilkan batu, pasir dan abunya menyuburkan tanah di sekitar gunung. Gunung yang hutannya terpelihara dengan baik dapat menjaga sumber air tanah (mata air).

2. Pegunungan adalah permukaan bumi yang berupa deretan beberapa gunung yang bersambungan.

3. Bukit adalah permukaan bumi yang tinggi tetapi lebih rendah dari gunung dengan ketinggian 200-300 m di atas permukaan laut. Bukit biasanya dimanfaatkan untuk menanam tanaman perkebunan seperti teh, kopi, kakao. 4. Perbukitan adalah deretan bukit-bukit.

5. Dataran tinggi adalah dataran yang terdapat di daerah pegunungan yang membentang luas dengan ketinggian 200 sampai 1.500 m di atas permukaan laut.

6. Dataran rendah adalah dataran yang terdapat di daerah pantai ketinggiannya 0 sampai 500 m di atas permukaan laut. Dataran rendah biasanya dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk dan lahan pertanian.

7. Lembah adalah tanah rendah yang terdapat di kaki gunung.

(32)

16

10. Pantai adalah daerah yang berbatasan langsung dengan laut. Daerah pantai biasanya dimanfaatkan untuk wisata, tambak garam dan pertanian pasang surut.

11. Tanjung adalah daratan yang menjorok ke lautan b. Perairan

Perairan adalah permukaan bumi yang ditutupi oleh air. Wilayah perairan terdiri dari laut, sungai dan danau. Sungai dan danau merupakan bagian dari wilayah daratan, tetapi permukaan sungai dan danau tertutup air.

1. Lautan adalah bagian permukaan bumi yang berupa wilayah perairan yang luas.

2. Laut adalah cekungan yang dalam dan berisi air. 3. Selat adalah lautan sempit diantara dua pulau. 4. Teluk adalah lautan yang menjorok ke daratan. 5. Samudera adalah lautan yang sangat luas dan dalam.

6. Palung adalah jurang yang curam dan dalam pada dasar laut.

7. Sungai adalah daerah tempat air mengalir dari hulu ke muara. Hulu sungai adalah sumber air yang umumnya terdapat di pegunungan. Sungai umumnya bermuara di danau, teluk atau laut. Sungai bermanfaat untuk irigasi, budidaya ikan, mandi, mencuci dan transportasi. Selain itu sungai juga bermanfaat untuk olahraga air seperti arung jeram.

(33)

17

Tim LKS Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo (2011: 4-5), menjelaskan pengertian cuaca adalah keadaan udara pada satu wilayah tertentu dalam jangka waktu terbatas. Cuaca disebabkan oleh perubahan udara di sekeliling bumi saat udara memanas atau mendingin. Beberapa keadaan cuaca diantaranya:

a. Cuaca cerah

Artinya langit terang, cahaya matahari bersinar terang tetapi tidak begitu terasa panas. Terdapat awan tipis berwarna putih bersih. Angin berhembus semilir. b. Cuaca Panas

Artinya matahari bersinar terang dan udara terasa panas. Suhu udara relatif tinggi kulit kita merasa panas terkena sinar matahari.

c. Cuaca Berawan

Artinya langit diliputi awan. Awan merupakan kumpulan uap air yang terdapat di udara. Uap air berasal dari air sungai , air danau, air laut yang naik ke atas dan bergabung dengan udara karena pengaruh sinar matahari. Awan terlihat berjalan karena dorongan angin. Arah gerakan awan sesuai dengan arah gerakan angin. Beberapa awan dapat bergerombol menjadi awan besar. Awan besar dapat berubah menjadi mendung.

d. Cuaca Dingin

(34)

18 e. Cuaca Berangin

Artinya udara yang bergerak. Udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Saat cuaca berangin, langit biasanya tampak berawan , suhu udara rendah dan angin bertiup kencang. Angin kencang yang disertai guntur bergemuruh dan kilat menyambar-nyambar disebut badai. Kecepatan angin dapat diukur dengan alat yang disebut anemometer.

Arah angin selalu berubah-ubah. Oleh karena itu angin diberi nama sesuai dengan arahnya. Contoh angin yang berhembus dari darat ke laut disebut angin darat, sedangkan angin yang berhembus dari laut ke darat dinamakan angin laut. Angin darat dimanfaatkan oleh nelayan saat pergi melaut dan saat kembali ke darat memanfaatkan angin laut.

Gambar 1. Angin darat dan angin laut f. Cuaca Hujan

(35)

19

jatuh ke bumi berbentuk hujan. Air hujan tidak baik untuk kesehatan, sebab air hujan kotor dan mengandung berbagaimacam zat serta kuman yang dapat membahayakan tubuh. Besar kecilnya hujan diukur dengan alat yang disebut regen meter.

Proses terjadinya hujan :

1. Matahari memanasi permukaan lautan, sungai, atau danau. Air berubah menjadi uap air. Uap air naik ke udara.

2. Di udara uap air mengembun. Uap air ini akan berubah kembali menjadi titik-titik air.

3. Titik-titik air berkumpul membentuk awan.

4. Gumpalan awan makin tebal. Gumpalan awan yang mengandung titik-titik air jatuh ke bumi dan terjadilah hujan.

5. Air hujan kembali mengisi lautan, danau, atau sungai. Air hujan juga meresap ke dalam tanah.

(36)

20

Awan berpengaruh terhadap keadaan cuaca. Keadaan awan dapat memberikan petunjuk keadaan cuaca pada beberapa jam atau beberapa hari mendatang. Ada tiga jenis awan yaitu :

a. Awan sirus

Awan ini berbentuk serabut-serabut halus berwarna putih, mengambang paling tinggi dari semua awan. Datangnya awan ini seringkali menjadi tanda-tanda awal yang cerah akan berakhir. Matahari atau bulan tampak seolah-olah dikelilingi lingkaran cahaya. Keadaan itu merupakan pertanda kuat hujan akan turun.

b. Awan kumulus

Awan ini berbentuk gumpalan putih dengan bagian atas menyerupai bunga kol, mengembang di bawah awan sirus. Awan ini terbentuk pada cuaca panas dan menandakan cuaca akan tetap panas dan kering. Ada jenis awan kumulus yang berbentuk gumpalan-gumpalan hitam, awan ini menandakan bahwa hujan deras akan turun dan biasanya disertai dengan angin, petir dan guruh.

c. Awan stratus

Awan ini berbentuk lembaran yang berlapis-lapis dan membentang mendatar, mengembang paling dekat dengan permukaan bumi. Biasanya berwarna abu-abu dan dapat menyebabkan hujan gerimis.

B.Hasil Belajar IPA

(37)

21

2006: 17). Selanjutnya hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Patta Bundu, 2006: 17).

Anita Yus (2005: 19-20), menyebutkan bahwa hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar yang berupa pengetahuan dan proses kognitif. Ranah pengetahuan meliputi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif sedangkan ranah proses kognitif meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, 2010: 40).

2. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah psikomotor

(38)

22

belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah ada dalam standar isi pembelajaran IPA di sekolah dasar dengan tidak melupakan hakikat IPA itu sendiri. Oleh karena itu tujuan pelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus dimiliki siswa dan cara siswa memperoleh hasil belajar tersebut. Patta Bundu (2006: 18), mengelompokkan hasil belajar IPA berdasarkan hakikat IPA itu sendiri yaitu sebagai produk, proses dan sikap ilmiah.

1. Dari segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Aspek ini dikembangkan dalam pokok-pokok bahasan yang menjadi target program pembelajaran yang harus dikuasai. Aspek ini disajikan dalam bentuk pengetahuan yang sudah jadi. 2. Dari segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk

(39)

23

3. Dari segi sikap dan nilai siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan pengertian pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar IPA sekolah dasar adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam bidang IPA sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran IPA. Hasil belajar ini berupa aspek kognitif yang berupa produk dan proses, aspek afektif dan psikomotorik yang berupa keterampilan proses dasar IPA dan sikap ilmiah.

Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diukur adalah ranah kognitif yang berupa produk; serta ranah afektif berupa sikap ilmiah (sikap memiliki minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya, bertanggung jawab, dan bekerja sama) dan psikomotor yang berupa keterampilan proses IPA (keterampilan mengamati).

C.Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar

1. Pengertian Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar

(40)

24

mengatakan bahwa pendekatan dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis) yang secara sistematis terarah pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

Definisi lain dikemukakan oleh Maslichah Asy’ari (2006: 46), yang mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guna membuat siswa terlibat aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu Akhmad Sudrajat (2008), mengatakan bahwa

Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

(41)

25

Amalia Sapriati (2008: 2.33), menyebutkan salah satu pendekatan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar yaitu pendekatan menggunakan sumber belajar berupa lingkungan. Selanjutnya Maslichah Asy’ari (2006: 55), pendekatan lingkungan merupakan pendekatan pembelajaran di mana siswa diajak langsung berhadapan dengan lingkungan di mana fakta atau gejala alam tersebut berada. Pendekatan lingkungan ini lebih sering dikenal dengan istilah Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar (PLAS). Seorang ahli dari Jerman bernama Fr.A. Finger (Suryobroto, 1986: 77), mengatakan bahwa pengajaran alam sekitar dinamakan “Hemaitkunde” yaitu usaha untuk mensukseskan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, di mana dipergunakan alam sekitar anak sebagai pangkal pengajaran. Suryobroto (1986: 77), mengatakan bahwa pengajaran dengan alam sekitar yaitu cara mengajar di mana guru membawa murid-murid ke luar kelas untuk mengamati, menyelidiki, dan mempelajari hal-hal yang diajarkan secara langsung.

Lily Barlia (2006: 2), mengatakan proses belajar mengajar dengan mengaplikasikan PLAS adalah upaya pengembangan kurikulum sekolah yang ada, dengan mengikutsertakan segala fasilitas yang ada di lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar. Mengajar dengan PLAS dapat didefinisikan sebagai menggunakan atau memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada di lingkungan alam sekitar sekolah, sebagai laboratorium untuk belajar.

(42)

26

PLAS adalah suatu pendekatan di dalam proses belajar mengajar dalam rangka menuju keberhasilan kurikulum, yang meliputi:

a. Pengembangan dan perluasan ruangan kelas menuju ke penggunaan lingkungan alam sekitar sebagai laboratorium belajar.

b. Serangkaian pemenuhan pengalaman langsung untuk segala tingkat kurikulum dengan bahan-bahan pelajaran yang bersifat alami dan dalam situasi kehidupan yang sebenarnya. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran anak didik akan tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan segala bentuk kehidupan yang ada di dalamnya.

c. Program yang melibatkan anak didik, guru dan sumber-sumber lainnya, untuk merencanakan dan bekerja sama di dalam mengembangkan iklim belajar mengajar yang optimal.

Pembelajaran dengan PLAS juga sering dikenal dengan pembelajaran di luar kelas. Adelia Vera (2012: 17), mengemukakan bahwa metode mengajar di luar kelas merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan PLAS adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang berorientasi dan berlangsung di lingkungan alam sekitar dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar dengan cara menyediakan bahan-bahan pelajaran langsung yang memungkinkan siswa melakukan pengamatan langsung.

(43)

27

2. Pentingnya Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar Pembelajaran di luar kelas dengan PLAS mempunyai arti penting bagi siswa dan guru, diantaranya dengan belajar di luar kelas para peserta didik akan beradaptasi dengan lingkungan, alam sekitar, serta kehidupan masyarakat; bisa mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan alam sekitar; serta akan memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitarnya (Adelia Vera, 2012: 19-21).

Alasan yang menjadikan lingkungan itu sangat penting dalam pembelajaran menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1992: 24), yaitu: a. sebagai sasaran belajar; b. sebagai sumber belajar; dan c. sebagai sarana belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar dengan PLAS mempunyai arti penting bagi guru dan siswa karena lingkungan merupakan sumber, sasaran dan sarana belajar yang paling efektif dan efisien serta tidak membutuhkan biaya yang besar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Tujuan Pokok Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar Adelia Vera (2012: 22-25), mengemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran melalui aktivitas di luar kelas dengan PLAS meliputi: a. Mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kreativitas

seluas-luasnya di alam terbuka dan mengembangkan inisiatif personal mereka. b. Menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental

(44)

28

c. Meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, serta cara mereka bisa membina hubungan baik dengan alam.

d. Membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik. e. Menunjang keterampilan dan ketertarikan peserta didik.

f. Menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai alam dan lingkungan.

g. Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif.

h. Memberikan kesempatan yang unik bagi peserta didik untuk perubahan perilaku melalui penataan latar pada kegiatan di luar kelas.

i. Memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu mengembangkan hubungan guru dan murid.

j. Menyediakan waktu yang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk belajar dari pengalaman langsung.

k. Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pendidikan.

l. Agar peserta didik dapat memahami secara optimal seluruh mata pelajaran. 4. Manfaat Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar

(45)

29

d. memberi apersepsi emosional; dan e. memungkinkan adanya pengajaran yang fungsional.

Joniansyah (2011), mengemukakan kelebihan pemanfaatan pendekatan lingkungan yaitu: a. memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull learning); b. sebagai sumber belajar; dan c. dapat menarik bagi anak, sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan.

Sedangkan Adelia Vera (2012: 28-51), menyebutkan kelebihan kegiatan pembelajaran di luar kelas yaitu: a. mendorong motivasi belajar; b. suasana belajar yang menyenangkan; c. mengasah aktivitas fisik dan kreativitas; d. penggunaan media pembelajaran yang konkret; e. penguasaan keterampilan dasar, sikap dan apresiasi; f. penguasaan keterampilan sosial; g. keterampilan studi dan budaya kerja; h. keterampilan bekerja kelompok; i. mengembangkan sikap mandiri; j. hasil belajar permanen di otak(tidak mudah dilupakan); k. tidak memerlukan banyak peralatan; l. mendorong menguasai keterampilan intelektual; m. mendekatkan hubungan emosional antara guru dan siswa; n. mengarahkan sikap ke arah lingkungan yang lebih baik, pembelajaran bermakna; dan o. sangat mudah mengatasi kendala belajar.

(46)

30

kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

Mengacu pada beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan PLAS cocok dan pas diterapkan dalam setiap proses pembelajaran. Dalam penelitian ini dimensi proses kognitif yang akan diteliti meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis.

5. Lokasi – lokasi yang dapat digunakan untuk Pembelajaran

Adelia Vera (2012: 83), menyebutkan lokasi-lokasi pembelajaran yang dapat digunakan untuk belajar di luar kelas dengan PLAS yaitu: lingkungan di dalam dan di luar sekolah. Kriteria lokasi yang bisa digunakan untuk pembelajaran di luar kelas dengan PLAS seperti ukuran, keanekaragaman, aksesibilitas, keamanan dan bebas.

a. Lingkungan di dalam sekolah

Dalam konteks ini, objek-objek pembelajaran di lingkungan sekolah berada di area sekolah (di pekarangan sekolah) dan masih dimiliki oleh sekolah seperti halaman sekolah, taman bunga di sekolah, pohon-pohon yang ada di halaman sekolah (termasuk lokasi di bawah pohon), halaman belakang sekolah, lapangan sekolah, koperasi sekolah dan kolam yang ada di area sekolah.

(47)

31

kelas, tidak mengganggu kegiatan belajar kelas lain, representatif (dapat menyenangkan dan menambah konsentrasi para siswa).

b. Lingkungan di luar sekolah

Lokasi ini merupakan objek-objek pembelajaran yang ada di luar area sekolah (di luar pekarangan sekolah). Adapun objek-objek yang bisa dikunjungi untuk pembelajaran diantaranya persawahan, kebun binatang, museum, perusahaan, sungai, laut, perkebunan, danau, pegunungan, rumah ibadah, panti asuhan, panti jompo, warung, pasar, pemukiman penduduk, kandang hewan, taman, hutan, cagar alam, objek wisata dan jembatan.

Pertimbangan dalam memilih objek pembelajaran di luar sekolah diantaranya sesuai dengan kurikulum yang berlaku, mudah dijangkau, tidak membutuhkan biaya mahal, memiliki potensi untuk digunakan pada berbagai materi, dan tidak asing bagi guru.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran di luar kelas dengan PLAS bisa dilaksanakan pada dua lokasi yaitu di dalam dan di luar sekolah. Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan adalah lokasi di dalam sekolah yaitu di halaman sekitar sekolah. Sementara lokasi di luar sekolah yaitu di Bukit Bersih, Bukit Gajah, Bukit Gilingan dan Sungai Cebongan yang terletak di sebelah timur sekolah.

(48)

32

dasar, keperluan untuk pendidikan nyata, keperluan untuk berhati-hati, keperluan untuk menghargai lingkungan alam sekitar, keperluan untuk mengenali lingkungan alam sekitar, dan keperluan untuk pengalaman rekreasi.

Dalam penelitian ini digunakan berbagai pertimbangan seperti tersebut di atas. Pertimbangan tersebut sesuai dan didukung oleh fasilitas yang sudah tersedia di sekitar sekolah karena lingkungan di sekitar tempat penelitian ini masih alami (berada di daerah pegunungan) dan sangat memungkinkan diadakannya kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan PLAS.

7. Metode Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar

Adelia Vera (2012: 107), menyebutkan tiga metode pembelajaran di luar kelas yang bisa digunakan yaitu:

a. Metode Penugasan

Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dari seorang guru dengan memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Manfaat metode penugasan di luar kelas diantaranya merangsang siswa belajar lebih banyak, memperkaya pemahaman, menumbuhkan kebiasaan mencari dan mengolah informasi, serta lebih bergairah dalam belajar.

Langkah-langkah pokok penugasan di luar kelas disebutkan oleh Adelia Vera (2012: 112-114), adalah sebagai berikut:

1) Materi tugas yang diberikan oleh guru kepada para siswa di luar kelas harus jelas dan bisa dikerjakan di luar kelas( di lingkungan sekitar).

2) Guru yang memberi tugas kepada para siswa harus bertanggung jawab penuh terhadap tugas itu, khususnya secara keilmuan.

3) Sebaiknya, tugas yang diberikan dikerjakan secara berkelompok 4) Guru harus menentukan tempat dan lama waktu penyelesaian tugas

(49)

33

5) Tugas yang diberikan tidak memberatkan siswa dan dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

6) Jangan sampai para siswa yang mengerjakan tugas di luar kelas berbuat hal-hal yang dapat merugikan orang lain.

b. Metode Bermain

Metode permainan yaitu cara menyajikan mata pelajaran di luar kelas dengan mengajak para siswa bermain untuk memperoleh dan menemukan pengertian dan konsep, sebagaimana yang dijelaskan dalam buku pelajaran tertentu.

Manfaat metode bermain diantaranya dapat menjabarkan pengertian (konsep) dalam bentuk praktik dan contoh-contoh yang menyenangkan, dapat menanamkan nilai kejujuran pada diri siswa, bisa menanamkan semangat dalam memecahkan masalah, dapat membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran yang diajarkan, dapat memupuk dan mengembangkan rasa kerja sama antarsiswa, mampu mengembangkan kreativitas siswa, dan mampu menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya belajar.

Langkah-langkah pokok permainan di luar kelas disebutkan oleh Adelia Vera (2012: 130-134), adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan permainan, meliputi: menentukan topik, merumuskan tujuan pembelajaran khusus, mempersiapkan alat dan bahan permainan yang dibutuhkan, dan menyusun petunjuk pelaksanaan metode permainan.

2) Pelaksanaan, meliputi: menjelaskan maksud dan tujuan permainan, siswa dibagi atas beberapa kelompok, dan siswa diminta menjelaskan hasil permainan.

(50)

34 c. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode atau cara-cara belajar di luar kelas yang dilakukan dengan melihat atau mengamati materi pelajaran secara langsung di alam bebas (Adelia Vera, 2012: 134). Metode itu dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan membuat pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai sesuatu yang diamati, kemudian menyimpulkannya. Dalam metode ini para siswa diajak berkeliling di sekitar lingkungan sekolah guna melakukan pengamatan terhadap objek yang berkaitan dengan mata pelajaran yang sedang dibahas. Lokasi yang dijadikan tujuan observasi ialah yang berkaitan dengan mata pelajaran yang akan dipelajari.

Nilai lebih metode observasi dalam pengajaran di luar kelas yang dapat mendukung keberhasilan belajar, diantaranya: 1. merangsang kepekaan siswa terhadap peristiwa atau gejala yang terjadi di alam bebas, khususnya yang berkaitan dengan mata pelajaran yang sedang dibahas; 2. mendorong para siswa mencatat data atau gejala-gejala yang terjadi di alam bebas sehingga bisa digunakan untuk melatih mereka dalam melakukan evaluasi; 3. mampu melatih siswa mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan nilai moral yang diperoleh di kelas; dan 4. dapat memperluas cakrawala berpikir para siswa mengenai nilai-nilai moral atau ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas dan dipadukan dengan kenyataan yang ada di lapangan (di luar kelas).

(51)

35 1) Perencanaan Observasi

a) Menetapkan tujuan pembelajaran.

b) Menetapkan objek yang akan diobservasi.

c) Menentukan alat yang dibutuhkan dalam observasi. d) Membuat instrumen untuk mengadakan observasi.

e) Memperkirakan risiko-risiko yang bisa muncul ketika observasi, sehingga memunculkan solusi dalam menyikapi risiko tersebut dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2) Pelaksanaan Observasi

a) Para siswa dan guru secara langsung menuju ke tempat observasi yang telah ditentukan (direncanakan) sebelumnya.

b) Para siswa mengadakan pengamatan terhadap objek observasi dan dibimbing oleh guru yang mendampingi.

c) Ketika melakukan pengamatan, sesekali guru juga harus menerangkan tentang sesuatu yang diamati oleh para siswa.

d) Guru bertanya untuk menguji pemahaman siswa.

e) Ketika melakukan pengamatan, para siswa harus mencatat semua hasil pengamatan. Setelah observasi dilakukan, siswa menyusun ke dalam bentuk laporan yang diserahkan kepada guru, kemudian hasil laporan itu dibahas bersama dan diberi nilai oleh guru.

(52)

36 D.Kerangka Berpikir

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan PLAS dalam pembelajaran sangat membantu dalam peningkatan hasil belajar siswa. Dibutuhkan guru yang kreatif untuk dapat mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang lebih aktif dan menyenangkan bagi siswa.

Penelitian yang relevan dengan skripsi ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ester Dwi Rahayu pada tahun 2009 di SD Negeri Kebonagung 02 Kecamatan Pakishaji Kabupaten Malang dengan judul “Pemanfaatan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD negeri Kebonagung 02”. Berdasarkan hasil penelitian,

menunjukkan bahwa dengan pemanfaatan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) pada mata pelajaran IPA terdapat peningkatan hasil belajar yaitu pada siklus I nilai rata-rata postes siswa sebesar 72,37 sehingga terjadi peningkatan sebesar 13,91 sedangkan nilai rata-rata pada postes siklus II terdapat peningkatan sebesar 86,84. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 28,38.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Toni Tulus Santoso (2010) tentang“Pemanfaatan Media Alam Sekitar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan di Kelas IIC SD Negeri Percobaan Malang” juga menunjukkan peningkatan hasil belajar. Hasil

(53)

37

Ketuntasan belajar klasikal pada pratindakan adalah 20%, pada akhir siklus I adalah 80% dan pada akhir siklus II adalah 93%.

Penelitian yang dilakukan oleh Ester Dwi Rahayu dan Toni Tulus Santosa di atas menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan pemanfaatan PLAS dan media alam sekitar pada mata pelajaran IPA memberikan peningkatan pada hasil belajar siswa.

Pada kenyataannya hasil belajar IPA di kelas III SD Tegalsari, Girimulyo, Kulon Progo belum optimal bahkan 57,14% diantaranya belum mencapai KKM sebesar 70,00 yang sudah ditentukan oleh guru kelas sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh motivasi belajar siswa kelas III SD N Tegalsari masih kurang dan pembelajaran IPA belum memanfaatkan lingkungan alam sekitar secara optimal sehingga tujuan yang ingin disampaikan guru pada mata pelajaran IPA kurang sampai ke siswa, dan hasil yang terlihat adalah dari nilai siswa yang sebagian besar belum mencapai KKM. Pengertian IPA yang dimaksud sebagai rasionalisasi dan obyektifitas tentang alam semesta dan segala isinya belum disentuh. Berbicara terkait alam semesta, berarti pembelajaran IPA harus benar-benar disentuhkan dengan benda-benda alam yang dimaksudkan. Akan tetapi membicarakan lingkungan juga tidak hanya lingkungan yang berada di dalam sekolah saja tetapi lingkungan yang lebih luas di luar sekolah yang bisa dimanfaatkan.

(54)

38

peneliti mencoba memanfaaatkan PLAS yang akan berdampak pada pengoptimalan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Dengan melibatkan siswa secara langsung untuk mengamati keadaan alam di lingkungan sekitar dan bekerja sama dalam kelompoknya siswa akan aktif dalam pembelajaran dan bisa menguasai materi yang sedang dipelajarinya. Dengan pemanfaatan pendekatan ini diharapkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA akan meningkat.

E.Hipotesis Tindakan

(55)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Tatang Sunendar (2008), menjelaskan bahwa

Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Alasan menggunakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian tindakan kelas dapat diartikan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar (Suharsimi Arikunto, 2010: 3).

(56)

40 B.Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tegalsari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo Semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Lokasi sekolah ini berada di ujung barat laut Kecamatan Girimulyo dan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Sekolah ini berada di daerah pegunungan dan terletak di sebelah kiri jalan alternatif Kulon Progo ke Purworejo. Sekolah ini masih tergolong terpencil dan jauh dari perkotaan. Akses jalan untuk sampai pada sekolah ini harus melewati jalan yang naik turun dan terjal.

Lingkungan di sekitar sekolah masih alami. Sekolah ini dikelilingi oleh bukit-bukit kecil, dekat hutan pinus dan pohon-pohon besar yang masih alami, dekat sungai dan lingkungan alam yang lain. Pemandangan di sekitar sekolah sangat mendukung pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah dengan pengamatan langsung. Halaman sekolah yang luas juga mendukung untuk dilaksanakannya pembelajaran di luar kelas.

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama tiga bulan, yaitu bulan April – Juni 2013. Adapun rincian rencana kegiatan adalah sebagai berikut. 1. Penyusunan Proposal : Januari-Maret 2013

(57)

41 C.Penentuan Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Tegalsari Girimulyo Kulon Progo. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 14 orang yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar yang diperoleh dari pemanfaatan pendekatan lingkungan alam sekitar pada pelajaran IPA.

D.Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Rochiati Wiriaatmadja (2009: 70), menyatakan bahwa model penelitian tindakan kelas ada empat macam yaitu: a. model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis (1980); b. model Kemmis dan Mc Taggart (1988); c. model Elliott sebagai revisi dari model Lewin (1991); dan d. model Mc.Kernan (1991). Dari beberapa model penelitian tindakan kelas tersebut, peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart, karena mudah dipahami dan dilaksanakan. Suharsimi Arikunto (2010: 17-19), bahwa model Kemmis dan Mc Taggart terdiri atas empat tahap, yaitu:

a. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

(58)

42 b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan rancangan tindakan kelas.

c. Pengamatan (Observing)

Tahap pengamatan yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Peneliti melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukannya. Jika ternyata hasilnya belum memuaskan, maka perlu ada rancangan ulang untuk diperbaiki, dimodifikasi, dan jika perlu disusun skenario baru untuk siklus berikutnya.

Kemmis dan Mc Taggart (Suharsimi Arikunto, 2010: 131), memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan komponen tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Dalam model ini antara komponen tindakan (acting) dengan pengamatan (observing) dijadikan menjadi satu kesatuan karena kedua komponen tersebut merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Begitu berlangsungnya suatu tindakan dilakukan, kegiatan observasi juga harus dilakukan sesegera mungkin. Hasil dari pengamatan kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi.

(59)

43

pengamatan, dan refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait. Adapun alur pelaksanaan tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

Siklus I : 1. Perencanaan I

2. Perlakuan (Tindakan) I dan Pengamatan I. 3. Refleksi I.

Siklus II : 1. Perencanaan II.

2. Perlakuan (Tindakan) II dan Pengamatan II.

3. Refleksi II.

Gambar 3. Model Spiral PTK Kemmis dan Mc Taggart (Suharsimi Arikunto, 2010: 132)

2. Rancangan Tindakan

Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa siklus. Setiap siklus yang dilaksanakan peneliti dalam pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, dilakukan pengamatan pembelajaran IPA pada siswa kelas III SD Negeri Tegalsari Girimulyo Kulon Progo. Dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh suatu permasalahan, yaitu proses pembelajaran yang dilakukan belum memanfaatkan lingkungan alam sekitar secara optimal, sehingga nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata

(60)

44

pelajaran IPA belum optimal. Dari masalah tersebut, maka peneliti dalam tahap perencanaan ini dapat membuat sebuah perencanaan yaitu:

1) Menentukan materi pelajaran IPA yang akan diteliti, yaitu kenampakan permukaan bumi serta keadaan langit dan cuaca dengan memanfaatkan PLAS. 2) Menentukan indikator pembelajaran.

3) Membuat RPP tentang materi kenampakan permukaan bumi serta keadaan langit dan cuaca dengan menggunakan PLAS. RPP disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dari dosen yang bersangkutan.

4) Menyiapkan media, alat peraga, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

5) Merancang instrumen dalam bentuk lembar observasi untuk guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan PLAS serta instrumen lembar observasi hasil belajar siswa ranah psikomotorik (keterampilan proses mengamati) dan ranah afektif (sikap ilmiah siswa).

6) Menyusun alat evaluasi berupa tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif. b. Perlakuan (Tindakan)

(61)

45

Tindakan pembelajaran IPA dengan memanfaatkan PLAS digunakan dalam pembelajaran materi kenampakan permukaan bumi serta keadaan langit dan cuaca. Selama kegiatan pembelajaran guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan PLAS yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran yang telah dibuat.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan, yaitu pemanfaatan PLAS dalam pembelajaran IPA materi kenampakan permukaan bumi serta keadaan langit dan cuaca. Pengamatan terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanakan berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan dasar untuk kegiatan refleksi yang lebih kritis.

Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran IPA dengan PLAS yang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan juga dilakukan terhadap hasil belajar siswa aspek afektif dan psikomotor (keterampilan proses dan sikap ilmiah).

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, peneliti mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dicapai pada tindakan ini. Refleksi tersebut dapat dilakukan dengan:

(62)

46

2) Mencari kemungkinan penyebab jika tindakan belum berhasil meningkatkan hasil belajar.

Kemudian berdasarkan refleksi yang telah dilakukan peneliti, peneliti dapat menentukan hal-hal yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Hal itu dilakukan demi tercapainya hasil belajar sesuai tujuan pembelajaran.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi dan tes.

1. Observasi

Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 220), mengemukakan bahwa observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Sementara Suharsimi Arikunto (2010: 177), memaparkan observasi dapat mengumpulkan semua data dalam proses pembelajaran atau tindakan yang berupa perilaku siswa, penampilan guru, dan suasana belajar.

(63)

47 2. Tes

Untuk menghimpun data tentang hasil belajar siswa dapat dipergunakan tes yang dibuat peneliti sendiri. Aunurrahman (2009: 8-6), mendefinisikan bahwa tes adalah suatu bentuk tugas yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau perintah-perintah, diberikan kepada seorang anak atau sekelompok anak untuk dikerjakan dan respon atau jawaban anak atau kelompok anak tersebut dinilai. Jadi tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang diberikan pada siswa dengan maksud untuk memperoleh informasi kemampuan siswa.

Tes dilakukan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pada penelitian ini tes diadakan pada akhir setiap siklus.

F. Instrumen Penelitian

(64)

48 1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah sebuah format isian yang digunakan selama observasi dilakukan. Observasi di sini diartikan sebagai upaya untuk merekam atau mendokumentasikan proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi digunakan untuk mengamati tindakan pembelajaran dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar (PLAS) dan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar IPA siswa berupa keterampilan proses IPA (mengamati) dan sikap ilmiah . Instrumen ini dikaji berdasarkan validitas isi berbentuk expert judgement yaitu uji instrumen yang dikonsultasikan pada dosen ahli.

Tabel 3. Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS

1. Pengajaran alam sekitar memberi bahan apersepsi intelektual

a. Guru memberi apersepsi dengan mengaitkan lingkungan sekitar

1 1

2. Pengajaran alam sekitar memberi apersepsi emosional

a. Dalam apersepsi, menumbuhkan minat mempelajari lingkungan alam sekitar b. Dalam apersepsi, menumbuhkan

motivasi belajar IPA

2 2,3

3. Pengajaran alam sekitar dapat meragakan secara langsung materi pembelajaran

1 4

4. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan agar anak aktif atau giat

a. aktif mengamati

b. aktif dalam permainan edukatif c. aktif mengerjakan tugas

3 5,6,7

5. Pengajaran alam sekitar memungkinkan adanya pengajaran yang fungsional

a. Memanfaatkan sumber-sumber belajar yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pembelajaran b. Meningkatkan kesadaran siswa akan

tanggung jawabnya terhadap lingkungan di masyarakat

c. Menyimpulkan materi pembelajaran

Gambar

Gambar 2. Proses terjadinya hujan
Gambar 3. Model Spiral PTK Kemmis dan Mc Taggart (Suharsimi
Tabel 3. Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran IPA dengan
Tabel 5. Kisi-Kisi Observasi Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Siswa dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa kejadian obesitas pada SDN 08 Alang Lawas, Padang dikategorikan tinggi, sebagian besar siswa SDN 08

(2013 diacu dalam Hariani dan Kusuma 2016) pengembangan kegiatan akuakultur dapat dilakukan dengan cara memanipulasi induk cepat matang gonad agar waktu reproduksi

Form Menu Master Data Rekening seperti yang tampak pada

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu 30 wanita hamil trimester tiga dari Poli obsgin dan kelompok kontrol adalah wanita tidak hamil

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui nilai perubahan lahan sawah pada kabupaten Banjar kecamatan Gambut dari tahun 2010 dan tahun sekarang (2016) dengan

Artinya bahwa perbankan syariah atau Bank Muamalat Indonesia (BMI) harus mampu memberikan layanan yang sesuai dengan harapan nasabah yang berdasarkan prinsisp-prinsip hukum

Intoleransi terhadap keberadaan orang lain yang berbeda identitas meningkat jika dibandingkan dengan survei yang sama yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) tahun

Berdasarkan Undang – UndangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab XI pasal 39 dijabarkan bahwa pendidik merupakan tenaga