i
HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SDN JARAKAN
KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Yublina Kuanaben NIM 11108249028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
“
Tak ada pengetahuan dan keterampilan yang instan ,
Ora Et Labora”
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis pesembahkan kepada:
1. Yesus Kristus sumber pemberi hikmat bagiku.
2. Papa dan Mamaku tersayang yang tiada henti mengirimkan doa.
3. Almamaterku tercinta Universitas Negeri Yogyakarta.
vii
HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SDN JARAKAN KECAMATAN
SEWON KABUPATEN BANTUL
Oleh Yublina Kuanaben NIM 11108249028
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minat membaca dengan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang berjumlah 91 siswa. Jumlah sampel diambil secara random sebanyak 50 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi sederhana, sebelumnya dilakukan uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas.
Hasil penelitian menunjukan deskripsi data dari masing-masing variabel sebagai berikut. Variabel minat membaca skor terendah 79, skor tertinggi 129, mean 100,86, median 103,00, mode 99, standar deviasi 11,221 dan varian 125,911. Sedangkan deskripsi data variabel kemampuan menulis karangan adalah skor terendah 67, skor tertinggi 90, mean 76,24, median 77,0, mode 80, standar deviasi 5,520 dan varian 30,470. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian menunjukkan bahwa minat membaca berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan menulis karangan dengan sumbangan sebesar 9,9%.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas
limpahan hikmat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan
baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberi dukungan, informasi, motivasi serta bimbingan
selama proses pengerjaan skripsi ini dari tahap perencanaan hingga penyelesaian.
Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. selaku rektor Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dan kemudahan untuk
kelancaran studi penulis.
2. Dr. Haryanto M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta beserta jajaran atas pengorbanan dan kasih sayang selama studi kami
sebagai mahasiswa PPGT.
3. Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
4. Hidayati, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah
ix
5. Suparman, S.Pd.Jas selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Jarakan yang telah
memberikan izin penelitian.
6. Bapak, Ibu Dosen PGSD dan jurusan lain yang telah memberikan bekal ilmu,
wawasan dan semangat pada kami untuk terus maju dengan penuh kesabaran.
7. Ibu Mujinem dan Bapak Sujati, atas bimbingan dan perhatian selama ini.
8. Bapak Suparlan, dan Ibu Siti Romlah atas kesabaran dan ketabahan selama
mendampingi kami di asrama.
9. Seluruh karyawan FIP yang selalu memudahkan segala urusan selama
perkuliahan.
10. Dinas Pendidikan Kabupaten Kupang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.
11. Papa Aleks dan Mama Asnat, cinta pertama dan pahlawanku yang senantiasa
memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan perjuangan tiada henti demi
kebahagiaanku dengan tulus ikhlas.
12. Ketiga adikku Rita, Yarid, dan Gabriel, terima kasih telah membuat hidup kakak
menjadi lebih berarti.
13. K Ime, Susi Maris, K Oskar, Susi Vera, K Ayub, Susi Elis, Om Yan, Susi Novi, Tante Yane, Ti’i Filmon, Ti’i Aris, Ba’i Usias satu-satunya kakek yang masih
ada, dan semua saudara yang telah mendukungku selama studi, GBU all.
14. Oktovianus Toleu, semua darimu sangat berarti, apapun itu terima kasih.
15. Teman-teman seperjuangan PPGT PGSD UNY 2011 yang memberi warna
xi DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Batasan Masalah... 9
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Masalah ... 10
F. Manfaat Masalah ... 10
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Minat Membaca ... 12
1. Pengertian Minat Membaca ... 12
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca ... 14
3. Upaya Meningkatkan Minat Membaca ... 17
xii
1. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan ... 22
2. Karakteristik Karangan ... 24
3. Macam-macam Karangan ... 26
4. Teknik Menulis Karangan... 28
5. Penilaian Karangan ... 31
C. Tujuan dan Manfaat Menulis ... 32
1. Tujuan Menulis ... 32
2. Manfaat Menulis... 34
D. Hubungan Minat Membaca dengan Kemampuan Menulis Karangan .... 36
E. Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 38
F. Kerangka Pikir ... 40
G. Paradigma Penelitian ... 41
H. Hipotesis ... 42
I. Definisi Operasional Variabel... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
C. Variabel Penelitian ... 45
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
E. Metode Pengumpulan Data ... 47
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 48
G. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 50
H. Metode Analisis Data ... 55
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 59
B. Deskripsi Data ... 60
xiii
2. Variabel Kemampuan Menulis Karangan ... 63
C. Pengujian Prasyarat Analisis ... 65
1. Uji Normalitas ... 65
2. Uji Linearitas ... 66
D. Uji Hipotesis ... 67
E. Pembahasan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73
B. Implikasi ... 73
C. Saran ... 74
D. Keterbatasan ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Daftar Siswa Kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon ... 46
Tabel 2. Kisi-kisi Minat Membaca ... 49
Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban ... 50
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Minat Membaca ... 52
Tabel 5. Tabel Interpretasi Nilai r... 54
Tabel 6. Jumlah Kelas SDN Jarakan ... 59
Tabel 7. Deskripsi Data Variabel Minat Membaca ... 61
Tabel 8. Distribusi Data Variabel Minat Membaca ... 62
Tabel 9. Deskripsi Data Variabel Kemampuan Menulis Karangan ... 63
Tabel 10. Distribusi Data Variabel Kemampuan Menulis Karangan ... 64
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ... 66
Tabel 12. Hasil Uji Linearitas ... 67
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Angket Minat Membaca ... 79
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 83
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 84
Lampiran 4. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Minat Membaca ... 86
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kemampuan Menulis Karangan 87 Lampiran 6. Distribusi Data ... 89
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas ... 90
Lampiran 8. Hasil Uji Linearitas ... 91
Lampiran 9. Kategori Minat Membaca Siswa ... 92
Lampiran 10. Kategori Kemampuan Menulis Karangan ... 94
Lampiran 11. Hasil Uji Hipotesis ... 96
Lampiran 12. Persamaan Garis Regresi ... 100
Lampiran 13. Dokumentasi saat Penelitian ... 101
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran penting dalam pendidikan. Bahasa merupakan
alat komunikasi yang paling efektif antarmanusia karena melalui bahasa setiap
orang dapat mengekspresikan ide, gagasan, atau buah pikiran agar dapat
dipahami orang lain baik melalui bahasa tulis atau dapat melalui bahasa lisan.
Seseorang dapat memahami dan mengetahui hal-hal yang terjadi di dunia dan
lingkungan sekitar melalui bahasa. Bahasa sangat besar manfaatnya, karena
dalam kehidupan segala sesuatu dikomunikasikan melalui bahasa.
Di Indonesia, Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu berbagai
macam suku di Nusantara karena pada umumnya setiap suku memiliki bahasa
ibu. Oleh karena itu, penting Bahasa Indonesia dipelajari sehingga kurikulum
memberikan amanat agar pembelajaran bahasa Indonesia diselenggarakan
secara lebih bermakna diberbagai jenjang pendidikan termasuk di sekolah
dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar mempunyai peranan
yang sangat strategis mengingat tujuannya adalah memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat
perkembangannya. Kemampuan dalam Bahasa Indonesia meliputi
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
2
dengan itu, guru dan siswa harus memiliki komunikasi dan kerja sama yang
baik dalam proses pembelajaran bahasa agar tujuan yang diinginkan dapat
tercapai yakni ketercapaian empat kompetensi dalam Bahasa Indonesia.
Tujuan tersebut dapat tercapai jika setiap proses pembelajaran berbahasa lebih
diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan
berbahasa siswa. Termasuk di dalamnya adalah keterampilan membaca yang
memiliki banyak manfaat dalam perkembangan berbahasa siswa.
Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran
bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran lain. Dengan membaca,
siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi
pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial dan emosionalnya. Siswa
juga dapat memperluas wawasannya melalui membaca. Oleh sebab itu, guru
sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam membelajarkan kompetensi
membaca ini karena manfaatnya yang besar bagi siswa. Membaca merupakan
suatu keterampilan yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa
tulis (HG. Tarigan, 2008: 7).
Membaca diketahui memiliki banyak manfaat bagi siswa. Oleh karena
itu, guru juga perlu memperhatikan rendahnya minat membaca siswa yang
kini menjadi masalah besar di Indonesia. Agus Priyadi (2014) mengemukakan
bahwa kurangnya minat membaca di Indonesia ditunjukkan hasil survei
3
(OECD) yang mengambil sampel pelajar berusia 15 tahun. Indonesia berada
di posisi kedua terbawah bersama Tunisia.
Fenomena tersebut merupakan masalah besar bagi semua pihak, baik
pemerintah, guru, orang tua siswa maupun masyarakat Indonesia pada
umumnya. Masalah ini menjadi tantangan utama yang harus segera dicari
jalan keluarnya karena rendahnya minat membaca dapat mempengaruhi
kemampuan membaca siswa. Rendahnya minat membaca masyarakat
menjadikan kebiasaan membaca menjadi rendah, dan kebiasaan membaca
yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca menjadi rendah. Masalah
budaya membaca timbul karena minat membaca masyarakat Indonesia yang
masih rendah. Inilah kenyataan yang sedang terjadi pada masyarakat
Indonesia sekarang ini.
Rendahnya minat membaca akan mempengaruhi kemampuan menulis,
padahal menulis sangat penting bagi siswa karena melalui menulis siswa
dapat dilatih untuk berpikir lebih mudah. Selain itu, menulis merupakan alat
yang kuat untuk belajar di setiap mata pelajaran tidak hanya dalam pelajaran
Bahasa Indonesia (Barbara Allman & Sara Freeman, 2010: 64). Oleh karena
itu, minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak anak masih
kecil, sebab minat membaca pada anak tidak dapat terbentuk dengan
sendirinya tetapi minat membaca pada anak terutama pada anak sekolah dasar
4
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan
berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kemampuan
mendengarkan, berbicara, dan membaca (Iskandarwassid & Sunendar
Dadang, 2013: 248). Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain,
kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang
bersangkutan sekalipun. Hal ini karena kemampuan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri
yang akan menjadi isi tulisan/karangan yang runtut. Burhan Nurgiantoro
(2013: 425) mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas aktif, produktif,
aktivitas menghasilkan bahasa. Aktivitas menghasilkan bahasa artinya
menulis merupakan aktivitas yang tidak bisa didapati secara spontan dan
alamiah tetapi melalui proses latihan secara berkala dan terus-menerus.
Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh
proses pembelajaran yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah.
Pembelajaran keterampilan menulis pada jenjang sekolah dasar merupakan
landasan untuk persiapan menuju jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.Latihan menulis secara bertahap diharapkan siswa dapat membangun
keterampilan menulis agar lebih meningkat lagi. Di sekolah dasar materi
mengarang merupakan suatu bentuk keterampilan yang bermanfaat untuk
mengekspresikan diri melalui bahasa tulis. Akan tetapi pengajaran Bahasa
Indonesia sekarang ini kurang merangsang tumbuhnya kreativitas kebahasaan
5
minat membaca yang dimiliki setiap anak juga berpengaruh terhadap
penguasaan kosakata siswa. Semakin tinggi minat membaca siswa akan
semakin mudah untuk mengungkapkan pikiran, perasaan melalui tulisan
karena membaca dan menulis saling mempengaruhi. Haryadi & Zamzami
(1996/1997: 75) mengemukakan bahwa membaca dan menulis sebagai
aktivitas komunikasi ibarat mata uang logam yang sisinya saling melengkapi.
Pendapat ini dikuatkan juga oleh White dalam Haryadi & Zamzami
(1996/1997: 75) bahwa antara membaca dan menulis terdapat hubungan yang
saling menunjang dan melengkapi. Artinya, kebiasaan membaca tidak
mungkin terlaksana tanpa kebiasaan menulis atau mengarang, sebaliknya
kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh kebiasaan
membaca, keduanya harus dilaksanakan secara seimbang.
Akan tetapi, sampai saat ini penguasaan kemampuan menulis untuk
lulusan sekolah dasar masih jauh dari harapan. Keluhan tentang rendahnya
kemampuan lulusan sekolah dasar dalam hal menulis terus dikumandangkan.
Berbagai penelitian mendukung keluhan tersebut. Upaya demi upaya telah
dirancang, dan dilaksanakan untuk mencari jalan keluarnya. Salah satu bentuk
upaya yang dilakukan adalah peningkatan efektifitas pengajaran berbasis
keterampilan seperti yang dikembangkan pada kurikulum 2013, siswa dituntut
memiliki keterampilan berbicara, membaca, dan menuangkan ide dalam
6
berpendapat bahwa rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan
oleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianaktirikan.
Mengarang yang seharusnya terus dikembangkan bagi siswa sejak dini
dengan tujuan membiasakan siswa menulis masih sering dianaktirikan di
sekolah-sekolah dengan alasan mengarang membutuhkan waktu yang lama,
sedangkan masih banyak yang harus diajarkan guru kepada siswa selain
mengarang. Jadi, kegiatan mengarang yang dilakukan siswa di sekolah hanya
untuk memenuhi tugas yang diberikan guru bukan untuk membiasakan anak
menulis. Padahal menulis merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari
segala aktivitas yang dilakukan siswa saat belajar.
Orang tua pun memiliki peran penting dalam membiasakan anak
membaca dan menulis karena waktu anak lebih banyak bersama orang tua
dibanding bersama guru di sekolah. Orang tua dapat memberi dukungan
dengan cara menyediakan buku-buku bacaan bagi anak serta menyediakan
waktu khusus untuk mendampingi anak saat belajar. Akan tetapi, kenyataan
berbeda jauh dari harapan, orang tua yang seharusnya meneruskan apa yang
dibiasakan guru kepada anak saat di sekolah, tidak dilaksanakan lagi di rumah
padahal kebiasaan membaca dan menulis harus dilakukan dengan
terus-menerus dengan harapan akan terbentuk kepribadian yang kuat dalam diri
anak sampai dewasa, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bukan
sekedar hobi. Anak dapat menjadikan membaca dan menulis menjadi
7
yang terarah. Keterlibatan orang tua diyakini dapat meningkatkan minat
membaca anak. Daleh Schunk (2012: 632) mengemukakan bahwa keterlibatan
orang tua merupakan faktor utama yang mempengaruhi pengaturan diri anak,
yang menjadi hal pokok dalam fungsi perkembangan kognitif. Dilanjutkan
bahwa anak yang orang tuanya memberikan informasi metakognitif yang
dapat dipahami menunjukkan pemantauan, partisipasi, dan metakognitif yang
lebih besar di sekolah. Pendapat ini menunjukkan bahwa peran orang tua demi
kesuksesan anak sangat dibutuhkan.
Mengarang merupakan salah satu kegiatan berpikir kritis, berpikir
analisis, dan sekaligus merupakan gabungan padu antara memikirkan gagasan
yang ditulis dan cara mengungkapkannya secara tepat lewat bahasa. Kegiatan
mengarang ini adalah suatu kegiatan manusiawi yang sadar dan terarah,
mempunyai mekanika yang harus diperhatikan agar karangan siswa berhasil. Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi (1998: 88) mengemukakan bahwa
mengarang di kelas tinggi bisa dilakukan dengan melakukan pengamatan
objek terhadap lingkungan anak atau berdasarkan pengalaman yang pernah
dilakukan. Peran guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk mampu
memberikan motivasi menulis karangan pada siswa dalam pembelajaran di
kelas dan meningkatkan minat siswa untuk membaca.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama magang di SD Negeri
Jarakan, dapat diketahui bahwa sebagian besar hasil karangan siswa masih
8
ditentukan yaitu minimal siswa mendapat nilai 70. Menurut pendapat para
guru kelas V ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya keterampilan
siswa khususnya menulis karangan di SDN Jarakan. Faktor-faktor tersebut
adalah (1) kurang minat siswa untuk membaca buku, (2) kurangnya
kemampuan siswa untuk mengungkapkan gagasan dan pikirannya dalam
sebuah tulisan karangan, (3) sebagian siswa membutuhkan waktu yang lama
untuk dapat menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk kata-kata, (4) waktu
yang disediakan hanya semata-mata untuk memenuhi tugas dari guru, (5)
pemanfaatan potensi kata kurang, (6) siswa hanya ingin membaca buku yang
disukainya, (7) guru belum menerapkan membaca menjadi suatu aktivitas
rutin, (8) guru belum mengembangkan kemampuan menulis siswa. Fakta
tersebut berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada guru-guru kelas V di
SDN Jarakan pada Senin, 03 November 2014 dan juga berdasarkan data dari
perpustakaan yang mencatat jumlah pengunjung perpustakaan kurang lebih
hanya 20 siswa dalam sehari.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti menduga
penyebab utama dari rendahnya keterampilan menulis siswa adalah kurangnya
minat membaca siswa. Untuk membuktikan dugaan tersebut, maka diadakan penelitian dengan judul “Hubungan Minat Membaca dengan Kemampuan
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut.
1. Minat membaca siswa kelas V SDN Jarakan masih rendah.
2. Pengajaran bahasa kurang merangsang tumbuhnya kreativitas kebahasaan
siswa.
3. Rendahnya kemampuan menulis siswa.
4. Kurangnya dukungan dari orang tua siswa.
C. Batasan Masalah
Bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, perlu
adanya pembatasan masalah dengan harapan semua pembahasan dapat
mencapai sasaran sesuai dengan tenaga, dana dan kemampuan peniliti yang terbatas. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada “Minat
membaca siswa masih rendah dan rendahnya kemampuan menulis siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah
hubungan yang signifikan antara minat membaca dengan kemampuan
10
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan minat membaca dengan kemampuan
menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon
Kabupaten Bantul.
F. Manfaat Penelitian.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan hubungan minat membaca
siswa dengan kemampuan menulis. Lebih lanjut hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang
berbasis pada hubungan minat membaca siswa dengan kemampuan menulis.
2. Secara Praktis
a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan membuat
kebijakan dalam rangka meningkatkan minat membaca dan
kemampuan menulis kepada siswa.
b. Bagi guru, penelitian ini memberikan masukan dan pengalaman
langsung untuk dapat meningkatkan minat membaca siswa.
c. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi sasaran untuk memenuhi tugas
11
d. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pemahaman
siswa tentang minat membaca mereka terhadap keterampilan menulis
sehingga diharapkan ada peningkatan prestasi menulis karangan.
e. Bagi orang tua, penelitian ini bermanfaat untuk menambah
pemahaman orang tua akan pentingnya dukungan mereka terhadap
12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Minat Membaca
1. Pengertian Minat Membaca
Minat merupakan satu faktor yang cukup penting mempengaruhi
kemampuan membaca. Yudrik Jahja (2011: 63) mengemukakan bahwa minat
merupakan suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu
pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat
dapat berupa perhatian atau ketertarikan berlebih yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu. Sumber dari minat adalah dorongan dari dalam diri setiap
orang. Pada pembahasan ini minat akan dikaitkan dengan membaca .
Membaca adalah sebuah kegiatan fisik dan mental. Gusti Ngurah Oka
(1983: 17) mengemukakan bahwa membaca adalah proses pengolahan bacaan
secara kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman
yang bersifat menyeluruh tentang bacaan, dan penilaian terhadap keadaan,
nilai, fungsi, dan dampak suatu bacaan. Informasi dan pengetahuan yang
berguna bagi kehidupan dapat diperoleh melalui kegiatan membaca. Bob
Harjanto (2011: 8) mengemukakan bahwa membaca merupakan pintu menuju
kekayaan ilmu dan imajinasi. Inilah motivasi pokok yang dapat mendorong
13
Dalman (2013: 142) mengemukakan bahwa minat membaca
merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dalam rangka
membangun pola komunikasi diri sendiri untuk menemukan makna tulisan
dan menemukan informasi untuk mengembangkan intelektualitas yang
dilakukan dengan penuh kesadaran dan perasaan senang yang timbul dari
dalam dirinya.
Minat membaca yang dimiliki dapat menjadi modal untuk membangun
budaya belajar anak. Anna Yulia (2005: 2) mengemukakan bahwa minat
membaca adalah fondasi terbentuknya lifelong learner atau pembelajaran
sepanjang hayat. Oleh karena itu, memiliki minat membaca sejak dini sangat
dibutuhkan. Ketiadaan minat dapat menimbulkan ketidakmampuan membaca,
ketidakmampuan membaca dapat menimbulkan ketiadaan minat membaca,
Harjasujana dalam Iskandarwassid dan Sunendar, (2013: 113).
Murtiningsih (2008: 26) dalam Majalah Ilmu Pendidikan FIP UNY
mengemukakan bahwa minat baca pada anak adalah kekuatan yang
mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan senang terhadap
aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca
dengan kemauan sendiri. Dijelaskan lebih lanjut bahwa minat membaca
memiliki beberapa aspek diantaranya: kesenangan membaca, kesadaran akan
manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah
14
Minat membaca merupakan dasar terbentuknya kebiasaan membaca.
Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 116) mengemukakan bahwa kebiasaan
adalah perilaku individu yang dilakukan secara otomatis, yang ditandai oleh
spontanitas, berulang-ulang, dan disertai dengan dorongan atau minat.
Kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging
pada diri seseorang. Oleh karena itu, minat membaca perlu ditanamkan dan
dibiasakan pada anak sejak dini sebab minat membaca pada anak tidak akan
terbentuk dengan sendirinya tetapi melalui proses.
Hurlock (1980: 167) mengemukakan bahwa minat yang terbentuk
dalam masa kanak-kanak seringkali menjadi minat seumur hidup, karena
minat menimbulkan kepuasan. Dijelaskan bahwa anak cenderung mengulang
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan minatnya dan dengan demikian
akan menjadi suatu kebiasaan yang dapat menetap sepanjang hidup.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca
merupakan aktivitas membaca yang dilakukan dengan kemauan sendiri tanpa
ada yang menyuruh, dan memiliki ciri khas diantaranya perhatian, kesenangan
membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca,
ketersediaan bahan bacaan serta dilakukan dengan penuh ketekunan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca
Bunata dalam Dalman (2013: 142-143) mengemukakan bahwa minat
15
keluarga, faktor kurikulum, faktor infrastruktur masyarakat, serta faktor
keberadaan dan kejangkaun bahan bacaan.
a. Faktor lingkungan keluarga
Minat membaca sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga. Di
tengah kesibukan sebaiknya orang tua menyisihkan waktu untuk
menemani anaknya untuk membaca buku dan orang tua diharapkan
mampu menjadi teladan dalam meningkatkan minat baca anak, anak
sering meniru kebiasaan orang tua. Jika orang tua memiliki kebiasaan
membaca, tentunya anak akan meniru kebiasaan orang tuanya. Anak
akan merasa senang jika orang tua selalu ada bersama mereka, karena
pada umumnya anak masih membutuhkan bimbingan orang dewasa agar
terbentuk suatu kebiasaan baik.
b. Faktor kurikulum
Tujuan pendidikan di Indonesia semakin jelas dalam
mengembangkan kemampuan potensi anak bangsa agar terwujudnya
sumber daya manusia yang kompetitif tetapi kurikulum yang tidak tegas
mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian membuat
anak hanya mau membaca bagian yang akan diuji saat ujian. Kepala
sekolah, guru-guru seharusnya menjadi teladan bagi siswa dalam hal
membaca buku, waktu-waktu kosong sebaiknya diisi dengan membaca
buku. Perpustakaan di sekolah sebaiknya dikelolah dengan baik agar
16
pembelajaran pun harus dapat mengarahkan siswa untuk rajin membaca
buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau
sumber belajar lainnya.
c. Faktor infastruktur masyarakat
Kurangnya minat membaca masyarakat dapat dilihat dari
kebiasaan sehari-hari. Banyak orang menghabiskan uang untuk hal lain
dibanding membeli buku ke toko buku, ataupun ke perpustakaan,
misalnya lebih memilih rekreasi di tempat-tempat ramai, berbelanja di
mall, membeli barang elektronik yang trend. Kurangnya minat membaca
masyarakat dapat dilihat juga di tempat-tempat umum misalnya terminal
bis, stasiun kereta api lebih banyak orang memilih menunggu kendaraan
tanpa aktivitas atau lebih memilih bermain games di handphone
dibanding membaca buku.
d. Faktor keberadaan dan kejangkaun bahan bacaan.
Sebaiknya pemerintah daerah mengadakan program perpustakaan
keliling atau perpustakaan tetap di tiap-tiap daerah agar lebih mudah
dijangkau masyarakat. Dilihat dari kenyataan sebenarnya pemerintah
sudah menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang minat membaca.
Contoh: di Yogyakarta telah tersedia perpustakaan wilayah, setiap
universitas dilengkapi perpustakaan, dan lembaga pendidikan yang
lainnya juga dilengkapi dengan perpustakaan. Akan tetapi, fasilitas yang
17
Bob Harjanto (2011: 70-79) mengemukakan bahwa keempat faktor
tersebut dapat menghambat dan mendukung minat membaca tergantung cara
pandang dari setiap pihak tentang membaca. Hal ini karena kurangnya
kesadaran bahwa sesungguhnya membaca merupakan jendela dunia.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca
pada siswa dapat meningkat jika semua pihak berperan aktif baik orang tua,
guru, pemerintah maupun masyarakat pada umumnya karena pada dasarnya
siswa sekolah dasar masih membutuhkan bimbingan dari orang yang lebih
dewasa.
3. Upaya Meningkatkan Minat Membaca
Peningkatan minat membaca mau tidak mau kini sudah sangat
diperlukan. HG.Tarigan (2008: 106-107) mengemukakan bahwa untuk
meningkatkan minta membaca, perlu sekali pembaca berusaha.
a. Menyediakan waktu untuk membaca
Waktu adalah emas, perkataan ini yang sering menjadi ungkapan
orang untuk menghargai waktu mereka dengan berbagai macam
kesibukan. Membaca merupakan usaha yang paling efisien untuk
mengetahui segala kejadian penting di dunia modern. Oleh karena itu,
15-30 menit dalam sehari harusnya digunakan untuk membaca. Dikatakan
bahwa orang yang tidak ingin maju sajalah yang tidak menyediakan waktu
untuk membaca dalam hidupnya apalagi seorang siswa dan guru. Bagi
18
dewasa sangat dibutuhkan agar dapat terbentuk kebiasaan menyediakn
waktu tersendiri untuk membaca dengan teratur.
b. Memilih bahan bacaan yang baik
Memilih bahan bacaan hendaknya diperhatikan saat ingin
membaca karena bahan bacaan yang tidak diinginkan akan menghilangkan
minat membaca juga. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi siswa dan guru,
kedua pihak ini harus membaca berbagai sumber bacaan. Akan tetapi, bagi
siswa sekolah dasar sebaiknya bacaan yang disediakan disesuaikan dengan
keinginan dan perkembangan siswa seperti yang diungkapkan oleh Jos
Daniel (1996:136-138) bahwa pemilihan bahan bacaan bagi siswa perlu
memperhatikan: kebermaknaan dan kemenarikkan teks bacaan; isi budaya
dalam bacaan dan derajat kesulitan teks sesuai dengan jenjang
pengetahuan kebahasaan siswa.
Upaya lain menurut Hasyim dalam Dalman (2013: 144) adalah tiap
keluarga perlu memiliki perpustakaan keluarga, sedangkan di tingkat sekolah
diatasi dengan perbaikan perpustakaan di sekolah, civitas sekolah hendaknya
mengubah mekanisme proses pembelajaran menuju membaca sebagai suatu
sistem belajar sepanjang hayat, dan mampu menjadi motivator agar siswa
bergairah untuk membaca.
Bob Harjanto (2011: 42-68) mengemukakan beberapa tips untuk
19
1. membiasakan membacakan buku sejak anak dalam kandungan,sejak
dalam kandungan anak sudah mampu mendengar suara ibu dan ayahnya.
Hal ini dapat dimanfaatkan untuk membacakan buku kepada anak,
misalnya membacakan ayat-ayat dalam kitab suci;
2. membiasakan membacakan buku setelah anak lahir, seorang bayi mampu
menerima informasi dengan cepat dan mudah, karena otak bayi dari 0 – 3
tahun bagaikan spons yang menyerap informasi apapun disekelilingnya.
Sebaiknya situasi ini digunakan untuk membacakan buku-buku cerita
kepada anak. Saat membacakan buku cerita kepada anak ada beberapa
teknik yang diperlu diperhatikan agar anak merasa senang, menikmati dan
gembira dengan dibacakan buku cerita. Teknik-teknik tersebut diantaranya
melakukan persiapan, bercerita dengan semangat, modifikasilah cerita
tersebut jika membosankan, mintalah anak menceritakan kembali.
Membacakan buku kepada anak yang belum mampu membaca sendiri
merupakan suatu cara dalam menanamkan minat membaca sejak dini pada
anak;
3. jadilah model atau panutan, orang tua dan guru hendaknya menjadi model
bagi anak karena pada dasarnya anak sering meniru kebiasaan orang di
sekitarnya. Jika orang tua dan guru menunjukkan kecintaan pada buku dan
aktivitas membaca, anak pasti akan meniru kebiasaan tersebut;
4. jadikan buku sebagai sumber informasi, rasa ingin tahu anak sangat tinggi.
20
mengerjakan tugas baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu,
guru maupun orang tua sebaiknya membantu anak menemukan jawaban
atas pertanyaannya melalui membaca buku. Anak-anak usia sekolah perlu
dibiasakan menjadikan buku sebagai sarana untuk menjawab
ketidaktahuan mereka;
5. mengajak anak ke toko buku atau ke perpustakaan, waktu refresing atau
waktu luang dapat digunakan sebagai kesempatan untuk mengunjungi
perpustakaan, pameran buku atau ke toko buku. Di sekolah juga dapat
menerapkan hal ini, saat ada waktu luang anak dapat diarahkan ke
perpustakaan, tetapi anak perlu dikontrol;
6. membeli buku yang sesuai dengan minat anak, orang tua terkadang
bersifat memaksa dalam memilih buku bagi anak padahal memaksa selera
pribadi anak justru dapat mengganggu dan menghambat minat membaca
anak. Orang tua dituntut bijak dan mawas diri sebagai pendamping dan
pembimbing dalam batas-batas tertentu;
7. mengatur keuangan dalam membeli buku, buku merupakan media
terpenting bagi proses menjadikan anak pandai, berwawasan luas. Salah
satu cara memiliki buku adalah dengan cara membeli. Oleh karena itu
keuangan dalam keluarga sebaiknya disisihkan membeli buku untuk anak;
8. tukar buku dengan teman, dana terkadang menjadi kendala untuk membeli
buku. Orang tua dapat memberi pengertian kepada anak tentang cara
21
dengan temannya dengan ketentuan menjaga kebersihan dan keutuhan
buku tersebut;
9. beri hadiah yang memperbesar semangat membaca anak, anak-anak sangat
bersemangat jika diberi penghargaan atau hadiah. Cara ini dapat
digunakan untuk merangsang minat membaca anak. Jika anak mampu
menyelesaikan pembacaan sebuah buku dan dapat menceritakan ulang,
berikanlah kata-kata positif yang dapat membangun rasa percaya diri anak
dalam membaca. Penghargaan tidak harus berupa barang tetapi dapat
berupa pujian;
10.jadikan buku sebagai hadiah untuk anak, anak yang senang akan hadiah
dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan minat membaca
anak. Momen tertentu yang dialami misalnya naik kelas, jadikan buku
sebagai hadiah yang dinanti-nantikan oleh anak setiap naik kelas;
11.membuat buku sendiri, guru dan orang tua dapat mencari cara tersendiri
agar anak senang dengan buku. Anak bisa diajak membuat buku sendiri,
misalnya membuat buku tentang sekolahku atau keluargaku, judul buku
dapat disesuaikan dengan kemauan anak. Kegiatan ini selain dapat
meningkatkan kecintaan anak terhadap buku juga dapat meningkatkan
kreativitas dan imajinasi anak serta diharapkan anak menyukai juga
kegiatan menulis;
12.tempatkan buku pada tempat yang mudah dijangkau, tempat meletakkan
22
orang tua sebaiknya menyadari hal ini. Buku diletakkan di tempat yang
mudah dijangkau anak;
13.jadilah orang tua yang gemar bercerita, orang tua tentu memiliki hidup
yang penuh pengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat
dijadikan bahan cerita bagi anak tetapi cerita tersebut perlu dikemas sesuai
bahasa anak agar anak dapat mencerna cerita tersebut. Cerita dapat berupa
cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai karakter baik;
14.buatlah perpustakaan keluarga, perpustakaan dapat dibuat semampunya
karena membuat perpustakaan membutuhkan dana.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upaya
meningkatkan minat membaca pada siswa membutuhkan suatu proses yang
panjang bahkan sejak anak masih dalam kandungan, masih balita sampai anak
tersebut akan menjadi siswa di sekolah, orang tua dan guru memiliki peran
yang sangat besar dalam meningkatkan upaya meningkatkan minat membaca
pada siswa.
B. Kajian tentang Kemampuan Menulis Karangan
1. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan
Bahasa memiliki empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Keempat keterampilan itu harus dilaksanakan secara kontinu agar tujuan
23
keterampilan bahasa membutuhkan proses dalam pelaksanaannya begitu pun
dengan menulis.
HG Tarigan (2013: 22) mengemukakan bahwa menulis merupakan
suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Menulis menuntut
adanya pengalaman, ketersediaan waktu, pelatihan,
keterampilan-keterampilan khusus, serta praktek langsung termasuk menulis karangan.
Mengarang dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis. Burhan Nurgiantoro (2013 :
423) mengemukakan bahwa karangan adalah suatu sistem komunikasi
lambang visual, sedangkan menurut Dalman (2014: 86), mengarang adalah
proses pengungkapan gagasan, ide, angan-angan, dan perasaan yang
disampaikan melalui unsur-unsur bahasa dalam bentuk tulisan. Adapun
pendapat lain menurut Marwato dalam Dewi Kusumaningsih, dkk (2013: 66)
yang mengungkapkan bahwa mengarang adalah kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan ide, pikiran dan pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis
yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan bisa dipahami orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan menulis karangan adalah kemampuan seseorang dalam
24
beberapa tahapan dan merupakan satu kesatuan tema yang utuh serta dapat
dipahami oleh setiap pembaca.
2. Karakteristik Karangan
Pada dasarnya setiap pengarang mengharapkan respon baik dari para
pembaca terhadap karangannya. Oleh karena itu, penulis harus mampu
menyajikan ide, gagasannya dengan baik, tertata dan menarik. Tulisan yang
baik harus bersifat komunikatif. Andelstein & Pival (HG Tarigan, 2013: 6-7)
mengemukakan ciri-ciri tulisan yang baik, sebagai berikut.
a. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi.
b. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh.
c. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat dengan tepat, dan memberi contoh-contoh yang diperlukan sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, pembaca tidak perlu bersusah-susah memahami makna yang tersurat dan tersirat dalam sebuah tulisan. d. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan,
menarik minat membaca terhadap pokok pembicaraan, serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal. Dalam hal ini haruslah dihindari penyusunan kata-kata dan pengulangan hal-hal yang tidak perlu.
e. Mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritisi masalah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya.
f. Mencerminkan kebanggaan penulis terhadap naskah yang dihasilkan. Penulis harus mampu mempergunakan ejaan dan tanda baca secara saksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikan kepada para pembaca.
Widyamartaya (1994: 37-39) mengemukakan bahwa paragraf yang
baik perlu menerapkan tiga asas yang berkenaan dengan gagasan yang hendak
25
menyampaikan gagasan. Asas-asas tersebut diantaranya: kejelasan,
keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, koherensi, dan harkat atau
kelengkapan, pengembangan yang memadai.
a. Kejelasan
Kejelasan berarti tidak samar-samar sehingga tiap butir fakta
atau pendapat yang dikemukakan seakan-akan tampak nyata dan
mudah dipahami oleh pembaca.
b. Keringkasan
Keringkasan tidak berarti bahwa karangan harus pendek atau
singkat, melainkan karangan tidak berboros kata, tidak berlebihan
dengan ungkapan, tidak mengulang butir ide yang sama, dan tidak
bertele-tele dalam menyampaikan gagasan.
c. Ketepatan
Ketepatan berarti bahwa karangan dapat menyampaikan
butir-butir pengetahuan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya
seperti yang dimaksudkan penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan
mentaati aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, peristilahan, kelaziman
bahasa, dan sebagainya.
d. Kesatupaduan
Kesatupaduan berarti bahwa segala sesuatu yang disajikan
dalam karangan harus berkisar pada satu gagasan pokok atau pikiran
26
relevan dengan gagasan pokok yang hendak dibingkiskan kepada
pembaca.
e. Koherensi/berkaitan
Koherensi adalah asas yang menghendaki agar ada saling kait
antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam tiap paragraf
dan juga antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain.
Tujuannya agar tidak ada kata atau frase yang tidak jelas rujukannya.
f. Harkat
Harkat merupakan asas yang menghendaki agar karangan
benar-benar berbobot, dan berisi. Asas harkat disebut juga asas
pengembangan yang memadai, dalam Bahasa Inggris disebut adequate
development.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik karangan yang baik meliputi ide yang disampaikan dalam
karangan singkat, padat, jelas, dapat meyakinkan pembaca dan isi gagasan
setiap kalimat saling berkaitan disertai penggunaan ejaan yang tepat.
3. Macam-macam Karangan
Sabarti Akhadiah, dkk (1991/1992: 127-135) mengemukakan bahwa
karangan terdiri dari empat jenis yaitu: narasi, eksposisi, deskripsi, dan
27
a. Narasi (cerita)
Narasi atau cerita merupakan jenis karangan yang mengisahkan
suatu kejadian atau peristiwa secara runtut sehingga tampak seolah-olah
pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Karangan narasi
terdiri dari dua yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi
ekspositoris bertujuan menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa
yang dikisahkan. Sedangkan narasi sugestif adalah narasi yang berusaha
memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman
dan selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi.
b. Eksposisi (paparan)
Eksposisi merupakan karangan yang berusaha menerangkan atau
menjelaskan sesuatu yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan
seseorang, penulisannya menggunakan gaya informatif.
c. Deskripsi (lukisan/gambaran)
Deskripsi pada hakikatnya merupakan usaha untuk menggambarkan
dengan kata-kata secara rinci suatu objek atau peristiwa sehingga pembaca
dapat membayangkan dan merasakan objek atau peristiwa tersebut.
Karangan deskripsi dapat dimulai dengan proses pengamatan terhadap
objek yang akan dideskripsikan dan seluruh pancaindera dituntut aktif.
d. Argumentasi (persuasi)
Argumentasi merupakan karangan yang berusaha membuktikan
28
penulis dituntut mampu menghubungkan fakta secara logis dengan
argumennya.
4. Teknik Menulis Karangan
Byrne dalam Haryadi & Zamzami (1996/1997: 77) mengemukakan
bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol
grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat
menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah
pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara
utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan
kepada pembaca dengan berhasil. Keterampilan menulis membutuhkan
latihan secara berkesinambungan agar ide yang dituliskan dapat disampaikan
dengan tepat, dan dapat dipahami oleh pembaca. Menulis dapat dilakukan
melalui beberapa tahap.
Sabarti Akhadiah, dkk (1992/ 1993 : 104) mengemukakan bahwa
proses menulis dapat dilakukan melalui tiga tahap yakni tahap prapenulisan,
tahap penulisan, dan tahap revisi. Sedangkan menurut Haryadi & Zamzami
(1996/1997: 78- 81) proses penulisan terdiri atas lima tahap.
1. Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang
penulis melakukan beberapa aktivitas seperti: menemukan ide,
menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih jenis tulisan,
29
bersumber dari pengalaman, observasi, bahan bacaan, dan imajinasi.
Dalam menentukan judul karangan siswa dibimbing agar judul sesuai
dengan tema yang ditentukan.
2. Menulis
Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam bentuk
tulisan.Ide dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf. Pada tahap ini
diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan.
Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, penentuan
gaya bahasa, pembentukan kalimat, sedangkan teknik penulisan untuk
penyusunan paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh.
Dalam tahap menulis karangan siswa mulai menuliskan isi gagasan yang
ingin disampaikan berdasarkan judul yang dipilih.
3. Mengedit
Tahap mengedit diperlukan format baku yang akan menjadi
acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. Pada
tahap mengedit siswa dapat dilibatkan dengan cara saling menukarkan
karangan dengan temannya kemudian saling mengoreksi dan guru perlu
mengoreksi kembali apa yang dikoreksi siswa.
4. Merevisi
Merevisi berarti melakukan koreksi terhadap keseluruhan
30
karangan dan kebahasaan. Kegiatan merevisi dapat berdasarkan
koreksian teman atau berdasarkan koreksian guru.
5. Mempublikasikan
Mempublikasikan dapat dilakukan melalui dua cara yakni.
Pertama, menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan,
dan Kedua menyampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaian
noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan.
Secara sederhana, karangan siswa dapat dipublikasikan lewat papan
tempel atau mading kelas. Pemajangan hasil karya siswa dapat berfungsi
sebagai penguatan dan dapat juga memacu semangat bersaing secara
positif dalam diri siswa.
Publikasi karangan pada siswa dapat dengan cara membacakan
kepada guru dan teman-teman lainnya, dapat juga dengan cara memajang
pada papan pajangan kelas. Guru dapat membantu siswa untuk
mempublikasikan hasil karangan siswa ke surat kabar.
Menulis karangan berarti mengungkapkan buah pikiran, perasaan,
pengalaman, atau hasil pengamatan dalam bentuk tulisan dengan
memperhatikan tahap-tahap penulisan. Ide-ide itu dituangkan dalam
bentuk kalimat dan akan membentuk paragraf. Selanjutnya
paragraf-paragraf tersebut dirangkaikan menjadi sebuah karangan yang runtut. Jadi
teknik yang tepat dalam karang-mengarang ialah mengungkapkan
31
kalimat-kalimat. Mengarang pada siswa sekolah dasar dapat dilakukan
berdasarkan pengalaman yang dialami, diamati, atau yang diinginkan seperti yang disampaikan oleh Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi
(1998: 88) yang mengemukakan bahwa mengarang di kelas tinggi bisa
dilakukan dengan melakukan pengamatan objek terhadap lingkungan
siswa atau berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukan.
5. Penilaian Karangan
Dalam tes kemampuan menulis, agar siswa dapat memperlihatkan
kemampuannya, maka perlu disiapkan tes yang baik dan penilaian pun perlu
diperhatikan. Penilaian pada dasarnya adalah proses yang dilakukan untuk
mengukur ketercapaian tujuan dari sebuah proses pembelajaran.
Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 250) mengemukakan bahwa ada delapan
kriteria penilaian karangan yaitu: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2)
organisasi dan penyajian isi, (3) komposisi, (4) kohesi dan koherensi, (5) gaya
dan bentuk bahasa, (6) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, (7) kerapian
tulisan dan kebersihan, dan (8) respon afektif pengajar terhadap karya tulis.
Sedangkan menurut Burhan Nurgiantoro (2013: 440), aspek-aspek yang
dinilai dalam sebuah karangan adalah isi gagasan yang dikemukakan,
organisasi isi, tata bahasa, gaya pilihan struktur dan kosakata, serta ejaan dan
tata tulis.
Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1998/1999: 272)
32
per aspek. Penilaian holistik yang dimaksud berupa penilaian karangan yang
dilakukan secara utuh, tanpa melihat bagian-bagiannya. Sedangkan penilaian
per aspek dilakukan dengan cara menilai bagian-bagian karangan. Penilaian
karangan siswa sebaiknya menggunakan pedoman khusus agar guru dapat
mengidentifikasi kesulitan setiap siswa dalam menulis.
C. Tujuan, dan Manfaat Menulis
1. Tujuan Menulis
Menulis merupakan suatu proses mengkomunikasikan ide,
penghayatan dan pengalaman dalam bentuk tulisan. Menulis memiliki tujuan sebagai alat komunikasi tidak langsung. O’Malley dan Pieres dalam Rini
Kristiantari (TT: 101) mengemukakan bahwa tujuan menulis meliputi tujuan
informatif, tujuan ekspresif, dan tujuan persuasif. Tujuan informatif
digunakan untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi. Tujuan ekspresif
digunakan jika ingin menulis cerita. Sedangkan tujuan persuasif digunakan
seseorang ketika ingin mempengaruhi orang lain.
Peck & Schulz dalam HG Tarigan (2013 : 9), mengemukakan
beberapa tujuan menulis yaitu:
a. membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat
melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas
yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan menulis;
b. mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam
33
c. mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam
ekspresi tulis;
d. mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara
membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara
dengan penuh keyakinan pada diri siswa secara bebas.
Tujuan menulis dapat klasifikasikan menjadi tujuh tujuan, seperti yang
dikemukakan oleh Hugo Hartig (HG Tarigan 2013: 25-27).
1. Assignment purpose (tujuan penugasan), penulis menulis karena
ditugaskan bukan karena kemauan sendiri. Misalnya: siswa diberi tugas
merangkum buku.
2. Altruistic purpose (tujuan altruistik), penulis bertujuan menyenangkan
para pembaca atau bertujuan menghibur pembaca. Contoh: komik, buku
cerita, novel.
3. Persuasive purpose (tujuan persuasif), bertujuan meyakinkan para
pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, dapat berupa ajakan.
Misalnya: iklan yang ditulis di surat kabar untuk mempromosikan suatu
produk.
4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan),
bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca,
contoh: berita di surat kabar.
5. Self-expressive (tujuan pernyataan diri), bertujuan memperkenalkan atau
34
6. Creative purpose (tujuan kreatif), bertujuan mencapai nilai-nilai artistik
dan nilai-nilai kesenian.
7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah), bertujuan memberi
pemecahan terhadap suatu masalah.
Pada dasarnya menulis harus memiliki tujuan, agar ide yang dituliskan
dapat tertata dan menarik sehingga pembaca memiliki daya tarik untuk
membaca tulisan yang ditulis. Tujuan tersebut dapat seperti: memberitahukan,
meyakinkan, serta dapat menghibur pembaca. Pada siswa sekolah dasar tujuan
menulis adalah memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk
membiasakan diri mengungkapkan ide, pengahayatan dan pengalaman dalam
sebuah tulisan.
Selain tujuan, menulis juga memiliki fungsi. H. G Tarigan (2013: 22)
mengemukakan bahwa fungsi utama dari tulisan adalah alat komunikasi tidak
langsung. Melalui menulis siswa dilatih untuk berpikir kritis, memperdalam
daya tanggap dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Manfaat Menulis
Dibandingkan dengan keterampilan bahasa yang lain menulis
memiliki kelebihan tersendiri karena menulis merupakan salah satu kegiatan
yang spektakuler, dikatakan demikian karena menulis memiliki banyak
manfaat yang diperoleh termasuk sebagai terapi diri untuk meraih kesuksesan.
M. Thobroni (2008: 14-16) mengemukakan bahwa menulis bukanlah
35
yang mau melakukannya. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya sebagai
berikut.
1. Menulis merupakan salah satu cara untuk menjalahi atau memahami
banyak hal. Melalui membaca seseorang dapat mengetahui berbagai hal,
tetapi membaca saja sepertinya tidak cukup karena lambat laun akan
terlupakan. Hal ini dapat diatasi dengan cara menulis, setiap pengetahuan
yang dimiliki hendaknya dituliskan menjadi sebuah tulisan yang dapat
dibaca kembali kapan pun.
2. Melalui menulis seseorang dapat memahami, menemukan arti hidup dan
dapat mengenali dirinya. Pada saat menulis banyak ide, gagasan yang
tumpang tindih dalam pikiran, di sinilah penulis akan berpikir dan terus
berusaha mengembangakan pemahamannya dan kemampuan dirinya.
3. Menulis dapat merangsang seseorang untuk berpikir dan menemukan
jawaban atas persoalan yang dihadapi. Menulis dapat dikatakan sebagai
penyelamat hidup. Seseorang dapat mengambil keputusan-keputusan yang
buruk bagi dirinya ketika tidak sanggup menahan kesedihan maupun rasa
kecewa yang dialami. Ketika mencoba menulis akanada kesadaran bahwa
hal itu telah menyelamatkan hidupnya. Menulis membuka pikirannya
bahwa membiarkan diri digeluti kesedihan bukanlah keputusan yang benar
dalam menghadapi kesulitan yang melanda. Menulis juga membantu
36
dengan menulis seseorang aktif berpikir sehingga dapat menjadi penemu
sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap informasi.
4. Menulis merupakan terapi yang efektif guna membangun kepribadian
yang stabil dan tenang karena melalui menulis kejiwaan seseorang
menjadi semakin sehat dan positif.
5. Kegiatan menulis dapat mencukupi kebutuhan ekonomi. Orang yang
menekuni aktivitas menulis dapat mendapatkan keuntungan secara
finansial, misalnya para penulis novel mereka berhasil melahirkan karya
yang berawal dari hobi menulis yang dimiliki. Nyatanya tidak sedikit dari
mereka yang berhasil meraih keuntungan dari manfaat hobi ini hingga
jutaan rupiah.
D. Hubungan Minat Membaca dengan Kemampuan Menulis Karangan
Menulis dengan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.
Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif,
sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat pasif. Antara menulis dan
membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Dalman (2014: 10)
mengemukakan bahwa seseorang akan mampu menulis setelah membaca
karya orang lain atau secara tidak langsung akan membaca karangannya
sendiri. Sedangkan Suparno & Yunus dalam Dalman (2014: 10)
mengemukakan bahwa ketika seseorang membaca karangan orang lain ia akan
berperan seperti penulis, ia akan menemukan topik dan tujuan, gagasan, serta
37
dikemukakan juga oleh Sabarti Akdiah, dkk (1991/1992: 111) yang
mengemukakan bahwa kemampuan menulis berkaitan erat dengan membaca,
dijelaskan lebih lanjut bahwa penulis yang baik biasanya pembaca yang baik.
Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diwariskan secara
turun temurun tetapi merupakan hasil belajar dan ketekunan berlatih yang
menuntut pengalaman, membutuhkan waktu, kesempatan,
keterampilan-keterampilan khusus, dan latihan teratur, serta terprogram, selain itu menulis
membutuhkan berbagai referensi. Berbagai referensi dalam menulis dapat
berupa pengamatan langsung dan dapat juga melalui membaca. Dalman
(2013: 5) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan proses
kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat
dalam tulisan. Membaca memiliki banyak tujuan dan manfaat terutama bagi
kaum pelajar. Oleh karena itu, sebaiknya minat membaca dibiasakan kepada
anak sejak dini. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan
diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan
kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri (Dalman, 2013: 141).
Rendahnya minat membaca akan mempengaruhi kemampuan menulis siswa.
Semakin tinggi minat membaca siswa akan semakin mudah untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan melalui tulisan karena membaca dan
menulis saling mempengaruhi seperti yang dipaparkan White dalam Haryadi
& Zamzami (1996: 75) bahwa antara membaca dan menulis terdapat
38
membaca tidak mungkin terlaksana tanpa kebiasaan menulis atau mengarang,
sebaliknya kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh
kebiasaan membaca.
E. Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar pada umumnya berusia sekitar 6- 13 tahun.Yudrik
Jahja (2011: 217) mengemukakan bahwa anak sekolah dasar dapat disebut
juga akhir masa kanak-kanak. Masa akhir kanak-kanak disebut usia
berkelompok karena anak berminat akan kegiatan dengan teman-teman dan
ingin menjadi bagian dari kelompok. Oleh karena itu, anak ingin
menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam
penampilan, berbicara, dan perilaku. Menurut Iskandarwassid & Sunendar
(2013:141), masa usia sekolah dasar disebut juga masa intelektual, karena
keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapat pengetahuan dan
pengalaman. Pada masa ini anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
berbagai pertanyaan sering dilontarkan kepada orang-orang terdekat.
Anak sekolah dasar pada kelas tinggi atau kelas IV – kelas VI
memiliki umur yang berkisar antara 9-13 tahun. Syamsu Yusuf (2007: 25)
mengemukakan beberapa sifat khas anak sekolah dasar pada kelas tinggi
sebagai berikut.
1. Adanya minat terhadap kehidupan yang praktis dan konkret sehingga dapat
menimbulkan kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan yang
39
konkret atau hal-hal yang faktual, dengan kata lain hal-hal yang dapat
diamati secara langsung.
2. Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar. Anak secara alamiah memiliki rasa
ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar mereka. Anak terlihat
ingin mengetahui dan belajar, terkadang mereka terus mengajukan berbagai
pertanyaan sampai mereka mendapatkan jawaban yang memuaskan
mereka.
3. Memiliki minat pada hal dan mata pelajaran khusus atau mulai
menonjolkan bakat khusus. Anak menampakan ketertarikannya terhadap
suatu hal, misalnya suka memainkan alat musik. Anak terus berusaha
memainkan alat musik yang disukainya, dapat juga diekspresikan melalui
menggambar. Gambar yang sering digambarkan anak pada umumnya
tertuju pada hal-hal yang diminatinya.
4. Kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan
tugas. Selepas umur ini anak mengahadapi tugasnya dengan bebas dan
berusaha untuk menyelesaikannya. Anak selalu ingin diperhatikan dan
dituruti semua keinginannya, mereka masih belum mandiri dan harus
diperhatikan dan dibimbing.
5. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
sekolah. Nilai selalu menjadi tolak ukur atas keberhasilan bagi anak,
mereka akan merasa senang jika mendapatkan nilai yang tinggi dan
40
menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah
prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
6. Anak gemar membentuk kelompok bermain dan membuat peraturan
sendiri. Hal ini karena anak senang bekerja dalam kelompok terutama
bersama teman sebayanya. Dalam kelompok tersebut anak dapat belajar
memenuhi aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar
bertanggungjawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sportif
(sehat), dapat juga belajar demokrasi, dan keadilan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
siswa sekolah dasar pada umumnya senang bermain, senang bergerak, senang
merasakan sesuatu secara langsung, senang diperhatikan, dan senang meniru.
F. Kerangka Pikir
Membaca merupakan keterampilan reseptif, sedangkan menulis
merupakan keterampilan produktif. Membaca dan menulis memiliki
hubungan yang saling mempengaruhi. Membaca merupakan dasar dari
menulis, seseorang dapat menciptakan sebuah karangan yang baik jika dia
rajin membaca. Kegiatan membaca sebenarnya merupakan kegiatan yang
mudah dilakukan oleh setiap orang tapi banyak orang yang mengabaikan dan
malas untuk membaca. Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memiliki
keinginan membaca salah satunya adalah minat.
Minat merupakan kecenderungan dan keinginan yang tinggi atau
41
ketertarikan berlebih yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sumber
dari minat adalah dorongan dari dalam diri setiap orang. Dengan demikian
minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan,
merasa tertarik, dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau
melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Minat menentukan
kegiatan dan frekuensi membaca, mendorong pembaca untuk memilih jenis
bacaan yang dibaca, menentukan tingkat partisipasi di kelas dalam
mengerjakan tugas, bertanya-jawab, dan kesanggupan membaca di luar kelas.
Siswa sekolah dasar pada umumnya memiliki minat pada hal dan mata
pelajaran tertentu. Oleh karena itu, kesempatan ini dapat digunakan untuk
menanamkan membaca menjadi salah satu hal yang diminati siswa. Dengan
minat membaca siswa yang tinggi tentunya akan berpengaruh terhadap
penguasaan kosakata yang dimiliki oleh siswa. Kosakata yang cukup banyak
dimiliki siswa diharapkan kemampuan menulis siswa juga meningkat. Dengan
begitu diduga ada hubungan antara minat membaca dengan kemampuan
menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon
Kabupaten Bantul.
G. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan
42
(Sugiono, 2007: 66). Ada dua variabel dalam penelitian ini, variabel-variabel
tersebut adalah.
1. Variabel Bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah minat
membaca (X).
2. Variabel Terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah
kemampuan menulis karangan (Y).
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Keterangan:
X : minat membaca
Y : kemampuan menulis karangan
: hubungan antara minat membaca dengan kemampuan menulis
karangan.
H. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang dikemukakan di atas,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: terdapat hubungan yang
signifikan antara minat membaca dengan kemampuan menulis karangan pada
siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul. Y
X