• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SDN JARAKAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SDN JARAKAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SDN JARAKAN

KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Yublina Kuanaben NIM 11108249028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Tak ada pengetahuan dan keterampilan yang instan ,

Ora Et Labora”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis pesembahkan kepada:

1. Yesus Kristus sumber pemberi hikmat bagiku.

2. Papa dan Mamaku tersayang yang tiada henti mengirimkan doa.

3. Almamaterku tercinta Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SDN JARAKAN KECAMATAN

SEWON KABUPATEN BANTUL

Oleh Yublina Kuanaben NIM 11108249028

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minat membaca dengan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang berjumlah 91 siswa. Jumlah sampel diambil secara random sebanyak 50 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi sederhana, sebelumnya dilakukan uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

Hasil penelitian menunjukan deskripsi data dari masing-masing variabel sebagai berikut. Variabel minat membaca skor terendah 79, skor tertinggi 129, mean 100,86, median 103,00, mode 99, standar deviasi 11,221 dan varian 125,911. Sedangkan deskripsi data variabel kemampuan menulis karangan adalah skor terendah 67, skor tertinggi 90, mean 76,24, median 77,0, mode 80, standar deviasi 5,520 dan varian 30,470. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian menunjukkan bahwa minat membaca berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan menulis karangan dengan sumbangan sebesar 9,9%.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas

limpahan hikmat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan

baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah memberi dukungan, informasi, motivasi serta bimbingan

selama proses pengerjaan skripsi ini dari tahap perencanaan hingga penyelesaian.

Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. selaku rektor Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dan kemudahan untuk

kelancaran studi penulis.

2. Dr. Haryanto M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Yogyakarta beserta jajaran atas pengorbanan dan kasih sayang selama studi kami

sebagai mahasiswa PPGT.

3. Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

4. Hidayati, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah

(9)

ix

5. Suparman, S.Pd.Jas selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Jarakan yang telah

memberikan izin penelitian.

6. Bapak, Ibu Dosen PGSD dan jurusan lain yang telah memberikan bekal ilmu,

wawasan dan semangat pada kami untuk terus maju dengan penuh kesabaran.

7. Ibu Mujinem dan Bapak Sujati, atas bimbingan dan perhatian selama ini.

8. Bapak Suparlan, dan Ibu Siti Romlah atas kesabaran dan ketabahan selama

mendampingi kami di asrama.

9. Seluruh karyawan FIP yang selalu memudahkan segala urusan selama

perkuliahan.

10. Dinas Pendidikan Kabupaten Kupang yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

11. Papa Aleks dan Mama Asnat, cinta pertama dan pahlawanku yang senantiasa

memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan perjuangan tiada henti demi

kebahagiaanku dengan tulus ikhlas.

12. Ketiga adikku Rita, Yarid, dan Gabriel, terima kasih telah membuat hidup kakak

menjadi lebih berarti.

13. K Ime, Susi Maris, K Oskar, Susi Vera, K Ayub, Susi Elis, Om Yan, Susi Novi, Tante Yane, Ti’i Filmon, Ti’i Aris, Ba’i Usias satu-satunya kakek yang masih

ada, dan semua saudara yang telah mendukungku selama studi, GBU all.

14. Oktovianus Toleu, semua darimu sangat berarti, apapun itu terima kasih.

15. Teman-teman seperjuangan PPGT PGSD UNY 2011 yang memberi warna

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Masalah ... 10

F. Manfaat Masalah ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Minat Membaca ... 12

1. Pengertian Minat Membaca ... 12

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca ... 14

3. Upaya Meningkatkan Minat Membaca ... 17

(12)

xii

1. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan ... 22

2. Karakteristik Karangan ... 24

3. Macam-macam Karangan ... 26

4. Teknik Menulis Karangan... 28

5. Penilaian Karangan ... 31

C. Tujuan dan Manfaat Menulis ... 32

1. Tujuan Menulis ... 32

2. Manfaat Menulis... 34

D. Hubungan Minat Membaca dengan Kemampuan Menulis Karangan .... 36

E. Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 38

F. Kerangka Pikir ... 40

G. Paradigma Penelitian ... 41

H. Hipotesis ... 42

I. Definisi Operasional Variabel... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

C. Variabel Penelitian ... 45

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

E. Metode Pengumpulan Data ... 47

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 48

G. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 50

H. Metode Analisis Data ... 55

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 59

B. Deskripsi Data ... 60

(13)

xiii

2. Variabel Kemampuan Menulis Karangan ... 63

C. Pengujian Prasyarat Analisis ... 65

1. Uji Normalitas ... 65

2. Uji Linearitas ... 66

D. Uji Hipotesis ... 67

E. Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Implikasi ... 73

C. Saran ... 74

D. Keterbatasan ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Daftar Siswa Kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon ... 46

Tabel 2. Kisi-kisi Minat Membaca ... 49

Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban ... 50

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Minat Membaca ... 52

Tabel 5. Tabel Interpretasi Nilai r... 54

Tabel 6. Jumlah Kelas SDN Jarakan ... 59

Tabel 7. Deskripsi Data Variabel Minat Membaca ... 61

Tabel 8. Distribusi Data Variabel Minat Membaca ... 62

Tabel 9. Deskripsi Data Variabel Kemampuan Menulis Karangan ... 63

Tabel 10. Distribusi Data Variabel Kemampuan Menulis Karangan ... 64

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ... 66

Tabel 12. Hasil Uji Linearitas ... 67

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Angket Minat Membaca ... 79

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 83

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 84

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Minat Membaca ... 86

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kemampuan Menulis Karangan 87 Lampiran 6. Distribusi Data ... 89

Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas ... 90

Lampiran 8. Hasil Uji Linearitas ... 91

Lampiran 9. Kategori Minat Membaca Siswa ... 92

Lampiran 10. Kategori Kemampuan Menulis Karangan ... 94

Lampiran 11. Hasil Uji Hipotesis ... 96

Lampiran 12. Persamaan Garis Regresi ... 100

Lampiran 13. Dokumentasi saat Penelitian ... 101

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran penting dalam pendidikan. Bahasa merupakan

alat komunikasi yang paling efektif antarmanusia karena melalui bahasa setiap

orang dapat mengekspresikan ide, gagasan, atau buah pikiran agar dapat

dipahami orang lain baik melalui bahasa tulis atau dapat melalui bahasa lisan.

Seseorang dapat memahami dan mengetahui hal-hal yang terjadi di dunia dan

lingkungan sekitar melalui bahasa. Bahasa sangat besar manfaatnya, karena

dalam kehidupan segala sesuatu dikomunikasikan melalui bahasa.

Di Indonesia, Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu berbagai

macam suku di Nusantara karena pada umumnya setiap suku memiliki bahasa

ibu. Oleh karena itu, penting Bahasa Indonesia dipelajari sehingga kurikulum

memberikan amanat agar pembelajaran bahasa Indonesia diselenggarakan

secara lebih bermakna diberbagai jenjang pendidikan termasuk di sekolah

dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar mempunyai peranan

yang sangat strategis mengingat tujuannya adalah memberikan pengetahuan

dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat

perkembangannya. Kemampuan dalam Bahasa Indonesia meliputi

kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

(18)

2

dengan itu, guru dan siswa harus memiliki komunikasi dan kerja sama yang

baik dalam proses pembelajaran bahasa agar tujuan yang diinginkan dapat

tercapai yakni ketercapaian empat kompetensi dalam Bahasa Indonesia.

Tujuan tersebut dapat tercapai jika setiap proses pembelajaran berbahasa lebih

diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan

berbahasa siswa. Termasuk di dalamnya adalah keterampilan membaca yang

memiliki banyak manfaat dalam perkembangan berbahasa siswa.

Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran

bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran lain. Dengan membaca,

siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi

pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial dan emosionalnya. Siswa

juga dapat memperluas wawasannya melalui membaca. Oleh sebab itu, guru

sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam membelajarkan kompetensi

membaca ini karena manfaatnya yang besar bagi siswa. Membaca merupakan

suatu keterampilan yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa

tulis (HG. Tarigan, 2008: 7).

Membaca diketahui memiliki banyak manfaat bagi siswa. Oleh karena

itu, guru juga perlu memperhatikan rendahnya minat membaca siswa yang

kini menjadi masalah besar di Indonesia. Agus Priyadi (2014) mengemukakan

bahwa kurangnya minat membaca di Indonesia ditunjukkan hasil survei

(19)

3

(OECD) yang mengambil sampel pelajar berusia 15 tahun. Indonesia berada

di posisi kedua terbawah bersama Tunisia.

Fenomena tersebut merupakan masalah besar bagi semua pihak, baik

pemerintah, guru, orang tua siswa maupun masyarakat Indonesia pada

umumnya. Masalah ini menjadi tantangan utama yang harus segera dicari

jalan keluarnya karena rendahnya minat membaca dapat mempengaruhi

kemampuan membaca siswa. Rendahnya minat membaca masyarakat

menjadikan kebiasaan membaca menjadi rendah, dan kebiasaan membaca

yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca menjadi rendah. Masalah

budaya membaca timbul karena minat membaca masyarakat Indonesia yang

masih rendah. Inilah kenyataan yang sedang terjadi pada masyarakat

Indonesia sekarang ini.

Rendahnya minat membaca akan mempengaruhi kemampuan menulis,

padahal menulis sangat penting bagi siswa karena melalui menulis siswa

dapat dilatih untuk berpikir lebih mudah. Selain itu, menulis merupakan alat

yang kuat untuk belajar di setiap mata pelajaran tidak hanya dalam pelajaran

Bahasa Indonesia (Barbara Allman & Sara Freeman, 2010: 64). Oleh karena

itu, minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak anak masih

kecil, sebab minat membaca pada anak tidak dapat terbentuk dengan

sendirinya tetapi minat membaca pada anak terutama pada anak sekolah dasar

(20)

4

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan

berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kemampuan

mendengarkan, berbicara, dan membaca (Iskandarwassid & Sunendar

Dadang, 2013: 248). Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain,

kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang

bersangkutan sekalipun. Hal ini karena kemampuan menulis menghendaki

penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri

yang akan menjadi isi tulisan/karangan yang runtut. Burhan Nurgiantoro

(2013: 425) mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas aktif, produktif,

aktivitas menghasilkan bahasa. Aktivitas menghasilkan bahasa artinya

menulis merupakan aktivitas yang tidak bisa didapati secara spontan dan

alamiah tetapi melalui proses latihan secara berkala dan terus-menerus.

Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh

proses pembelajaran yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah.

Pembelajaran keterampilan menulis pada jenjang sekolah dasar merupakan

landasan untuk persiapan menuju jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.Latihan menulis secara bertahap diharapkan siswa dapat membangun

keterampilan menulis agar lebih meningkat lagi. Di sekolah dasar materi

mengarang merupakan suatu bentuk keterampilan yang bermanfaat untuk

mengekspresikan diri melalui bahasa tulis. Akan tetapi pengajaran Bahasa

Indonesia sekarang ini kurang merangsang tumbuhnya kreativitas kebahasaan

(21)

5

minat membaca yang dimiliki setiap anak juga berpengaruh terhadap

penguasaan kosakata siswa. Semakin tinggi minat membaca siswa akan

semakin mudah untuk mengungkapkan pikiran, perasaan melalui tulisan

karena membaca dan menulis saling mempengaruhi. Haryadi & Zamzami

(1996/1997: 75) mengemukakan bahwa membaca dan menulis sebagai

aktivitas komunikasi ibarat mata uang logam yang sisinya saling melengkapi.

Pendapat ini dikuatkan juga oleh White dalam Haryadi & Zamzami

(1996/1997: 75) bahwa antara membaca dan menulis terdapat hubungan yang

saling menunjang dan melengkapi. Artinya, kebiasaan membaca tidak

mungkin terlaksana tanpa kebiasaan menulis atau mengarang, sebaliknya

kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh kebiasaan

membaca, keduanya harus dilaksanakan secara seimbang.

Akan tetapi, sampai saat ini penguasaan kemampuan menulis untuk

lulusan sekolah dasar masih jauh dari harapan. Keluhan tentang rendahnya

kemampuan lulusan sekolah dasar dalam hal menulis terus dikumandangkan.

Berbagai penelitian mendukung keluhan tersebut. Upaya demi upaya telah

dirancang, dan dilaksanakan untuk mencari jalan keluarnya. Salah satu bentuk

upaya yang dilakukan adalah peningkatan efektifitas pengajaran berbasis

keterampilan seperti yang dikembangkan pada kurikulum 2013, siswa dituntut

memiliki keterampilan berbicara, membaca, dan menuangkan ide dalam

(22)

6

berpendapat bahwa rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan

oleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianaktirikan.

Mengarang yang seharusnya terus dikembangkan bagi siswa sejak dini

dengan tujuan membiasakan siswa menulis masih sering dianaktirikan di

sekolah-sekolah dengan alasan mengarang membutuhkan waktu yang lama,

sedangkan masih banyak yang harus diajarkan guru kepada siswa selain

mengarang. Jadi, kegiatan mengarang yang dilakukan siswa di sekolah hanya

untuk memenuhi tugas yang diberikan guru bukan untuk membiasakan anak

menulis. Padahal menulis merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari

segala aktivitas yang dilakukan siswa saat belajar.

Orang tua pun memiliki peran penting dalam membiasakan anak

membaca dan menulis karena waktu anak lebih banyak bersama orang tua

dibanding bersama guru di sekolah. Orang tua dapat memberi dukungan

dengan cara menyediakan buku-buku bacaan bagi anak serta menyediakan

waktu khusus untuk mendampingi anak saat belajar. Akan tetapi, kenyataan

berbeda jauh dari harapan, orang tua yang seharusnya meneruskan apa yang

dibiasakan guru kepada anak saat di sekolah, tidak dilaksanakan lagi di rumah

padahal kebiasaan membaca dan menulis harus dilakukan dengan

terus-menerus dengan harapan akan terbentuk kepribadian yang kuat dalam diri

anak sampai dewasa, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bukan

sekedar hobi. Anak dapat menjadikan membaca dan menulis menjadi

(23)

7

yang terarah. Keterlibatan orang tua diyakini dapat meningkatkan minat

membaca anak. Daleh Schunk (2012: 632) mengemukakan bahwa keterlibatan

orang tua merupakan faktor utama yang mempengaruhi pengaturan diri anak,

yang menjadi hal pokok dalam fungsi perkembangan kognitif. Dilanjutkan

bahwa anak yang orang tuanya memberikan informasi metakognitif yang

dapat dipahami menunjukkan pemantauan, partisipasi, dan metakognitif yang

lebih besar di sekolah. Pendapat ini menunjukkan bahwa peran orang tua demi

kesuksesan anak sangat dibutuhkan.

Mengarang merupakan salah satu kegiatan berpikir kritis, berpikir

analisis, dan sekaligus merupakan gabungan padu antara memikirkan gagasan

yang ditulis dan cara mengungkapkannya secara tepat lewat bahasa. Kegiatan

mengarang ini adalah suatu kegiatan manusiawi yang sadar dan terarah,

mempunyai mekanika yang harus diperhatikan agar karangan siswa berhasil. Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi (1998: 88) mengemukakan bahwa

mengarang di kelas tinggi bisa dilakukan dengan melakukan pengamatan

objek terhadap lingkungan anak atau berdasarkan pengalaman yang pernah

dilakukan. Peran guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk mampu

memberikan motivasi menulis karangan pada siswa dalam pembelajaran di

kelas dan meningkatkan minat siswa untuk membaca.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama magang di SD Negeri

Jarakan, dapat diketahui bahwa sebagian besar hasil karangan siswa masih

(24)

8

ditentukan yaitu minimal siswa mendapat nilai 70. Menurut pendapat para

guru kelas V ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya keterampilan

siswa khususnya menulis karangan di SDN Jarakan. Faktor-faktor tersebut

adalah (1) kurang minat siswa untuk membaca buku, (2) kurangnya

kemampuan siswa untuk mengungkapkan gagasan dan pikirannya dalam

sebuah tulisan karangan, (3) sebagian siswa membutuhkan waktu yang lama

untuk dapat menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk kata-kata, (4) waktu

yang disediakan hanya semata-mata untuk memenuhi tugas dari guru, (5)

pemanfaatan potensi kata kurang, (6) siswa hanya ingin membaca buku yang

disukainya, (7) guru belum menerapkan membaca menjadi suatu aktivitas

rutin, (8) guru belum mengembangkan kemampuan menulis siswa. Fakta

tersebut berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada guru-guru kelas V di

SDN Jarakan pada Senin, 03 November 2014 dan juga berdasarkan data dari

perpustakaan yang mencatat jumlah pengunjung perpustakaan kurang lebih

hanya 20 siswa dalam sehari.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti menduga

penyebab utama dari rendahnya keterampilan menulis siswa adalah kurangnya

minat membaca siswa. Untuk membuktikan dugaan tersebut, maka diadakan penelitian dengan judul “Hubungan Minat Membaca dengan Kemampuan

(25)

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut.

1. Minat membaca siswa kelas V SDN Jarakan masih rendah.

2. Pengajaran bahasa kurang merangsang tumbuhnya kreativitas kebahasaan

siswa.

3. Rendahnya kemampuan menulis siswa.

4. Kurangnya dukungan dari orang tua siswa.

C. Batasan Masalah

Bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, perlu

adanya pembatasan masalah dengan harapan semua pembahasan dapat

mencapai sasaran sesuai dengan tenaga, dana dan kemampuan peniliti yang terbatas. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada “Minat

membaca siswa masih rendah dan rendahnya kemampuan menulis siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah

hubungan yang signifikan antara minat membaca dengan kemampuan

(26)

10

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui hubungan minat membaca dengan kemampuan

menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon

Kabupaten Bantul.

F. Manfaat Penelitian.

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan hubungan minat membaca

siswa dengan kemampuan menulis. Lebih lanjut hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang

berbasis pada hubungan minat membaca siswa dengan kemampuan menulis.

2. Secara Praktis

a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan membuat

kebijakan dalam rangka meningkatkan minat membaca dan

kemampuan menulis kepada siswa.

b. Bagi guru, penelitian ini memberikan masukan dan pengalaman

langsung untuk dapat meningkatkan minat membaca siswa.

c. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi sasaran untuk memenuhi tugas

(27)

11

d. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pemahaman

siswa tentang minat membaca mereka terhadap keterampilan menulis

sehingga diharapkan ada peningkatan prestasi menulis karangan.

e. Bagi orang tua, penelitian ini bermanfaat untuk menambah

pemahaman orang tua akan pentingnya dukungan mereka terhadap

(28)

12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Minat Membaca

1. Pengertian Minat Membaca

Minat merupakan satu faktor yang cukup penting mempengaruhi

kemampuan membaca. Yudrik Jahja (2011: 63) mengemukakan bahwa minat

merupakan suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu

pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat

dapat berupa perhatian atau ketertarikan berlebih yang mendorong seseorang

melakukan sesuatu. Sumber dari minat adalah dorongan dari dalam diri setiap

orang. Pada pembahasan ini minat akan dikaitkan dengan membaca .

Membaca adalah sebuah kegiatan fisik dan mental. Gusti Ngurah Oka

(1983: 17) mengemukakan bahwa membaca adalah proses pengolahan bacaan

secara kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman

yang bersifat menyeluruh tentang bacaan, dan penilaian terhadap keadaan,

nilai, fungsi, dan dampak suatu bacaan. Informasi dan pengetahuan yang

berguna bagi kehidupan dapat diperoleh melalui kegiatan membaca. Bob

Harjanto (2011: 8) mengemukakan bahwa membaca merupakan pintu menuju

kekayaan ilmu dan imajinasi. Inilah motivasi pokok yang dapat mendorong

(29)

13

Dalman (2013: 142) mengemukakan bahwa minat membaca

merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dalam rangka

membangun pola komunikasi diri sendiri untuk menemukan makna tulisan

dan menemukan informasi untuk mengembangkan intelektualitas yang

dilakukan dengan penuh kesadaran dan perasaan senang yang timbul dari

dalam dirinya.

Minat membaca yang dimiliki dapat menjadi modal untuk membangun

budaya belajar anak. Anna Yulia (2005: 2) mengemukakan bahwa minat

membaca adalah fondasi terbentuknya lifelong learner atau pembelajaran

sepanjang hayat. Oleh karena itu, memiliki minat membaca sejak dini sangat

dibutuhkan. Ketiadaan minat dapat menimbulkan ketidakmampuan membaca,

ketidakmampuan membaca dapat menimbulkan ketiadaan minat membaca,

Harjasujana dalam Iskandarwassid dan Sunendar, (2013: 113).

Murtiningsih (2008: 26) dalam Majalah Ilmu Pendidikan FIP UNY

mengemukakan bahwa minat baca pada anak adalah kekuatan yang

mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan senang terhadap

aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca

dengan kemauan sendiri. Dijelaskan lebih lanjut bahwa minat membaca

memiliki beberapa aspek diantaranya: kesenangan membaca, kesadaran akan

manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah

(30)

14

Minat membaca merupakan dasar terbentuknya kebiasaan membaca.

Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 116) mengemukakan bahwa kebiasaan

adalah perilaku individu yang dilakukan secara otomatis, yang ditandai oleh

spontanitas, berulang-ulang, dan disertai dengan dorongan atau minat.

Kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging

pada diri seseorang. Oleh karena itu, minat membaca perlu ditanamkan dan

dibiasakan pada anak sejak dini sebab minat membaca pada anak tidak akan

terbentuk dengan sendirinya tetapi melalui proses.

Hurlock (1980: 167) mengemukakan bahwa minat yang terbentuk

dalam masa kanak-kanak seringkali menjadi minat seumur hidup, karena

minat menimbulkan kepuasan. Dijelaskan bahwa anak cenderung mengulang

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan minatnya dan dengan demikian

akan menjadi suatu kebiasaan yang dapat menetap sepanjang hidup.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca

merupakan aktivitas membaca yang dilakukan dengan kemauan sendiri tanpa

ada yang menyuruh, dan memiliki ciri khas diantaranya perhatian, kesenangan

membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca,

ketersediaan bahan bacaan serta dilakukan dengan penuh ketekunan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca

Bunata dalam Dalman (2013: 142-143) mengemukakan bahwa minat

(31)

15

keluarga, faktor kurikulum, faktor infrastruktur masyarakat, serta faktor

keberadaan dan kejangkaun bahan bacaan.

a. Faktor lingkungan keluarga

Minat membaca sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga. Di

tengah kesibukan sebaiknya orang tua menyisihkan waktu untuk

menemani anaknya untuk membaca buku dan orang tua diharapkan

mampu menjadi teladan dalam meningkatkan minat baca anak, anak

sering meniru kebiasaan orang tua. Jika orang tua memiliki kebiasaan

membaca, tentunya anak akan meniru kebiasaan orang tuanya. Anak

akan merasa senang jika orang tua selalu ada bersama mereka, karena

pada umumnya anak masih membutuhkan bimbingan orang dewasa agar

terbentuk suatu kebiasaan baik.

b. Faktor kurikulum

Tujuan pendidikan di Indonesia semakin jelas dalam

mengembangkan kemampuan potensi anak bangsa agar terwujudnya

sumber daya manusia yang kompetitif tetapi kurikulum yang tidak tegas

mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian membuat

anak hanya mau membaca bagian yang akan diuji saat ujian. Kepala

sekolah, guru-guru seharusnya menjadi teladan bagi siswa dalam hal

membaca buku, waktu-waktu kosong sebaiknya diisi dengan membaca

buku. Perpustakaan di sekolah sebaiknya dikelolah dengan baik agar

(32)

16

pembelajaran pun harus dapat mengarahkan siswa untuk rajin membaca

buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau

sumber belajar lainnya.

c. Faktor infastruktur masyarakat

Kurangnya minat membaca masyarakat dapat dilihat dari

kebiasaan sehari-hari. Banyak orang menghabiskan uang untuk hal lain

dibanding membeli buku ke toko buku, ataupun ke perpustakaan,

misalnya lebih memilih rekreasi di tempat-tempat ramai, berbelanja di

mall, membeli barang elektronik yang trend. Kurangnya minat membaca

masyarakat dapat dilihat juga di tempat-tempat umum misalnya terminal

bis, stasiun kereta api lebih banyak orang memilih menunggu kendaraan

tanpa aktivitas atau lebih memilih bermain games di handphone

dibanding membaca buku.

d. Faktor keberadaan dan kejangkaun bahan bacaan.

Sebaiknya pemerintah daerah mengadakan program perpustakaan

keliling atau perpustakaan tetap di tiap-tiap daerah agar lebih mudah

dijangkau masyarakat. Dilihat dari kenyataan sebenarnya pemerintah

sudah menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang minat membaca.

Contoh: di Yogyakarta telah tersedia perpustakaan wilayah, setiap

universitas dilengkapi perpustakaan, dan lembaga pendidikan yang

lainnya juga dilengkapi dengan perpustakaan. Akan tetapi, fasilitas yang

(33)

17

Bob Harjanto (2011: 70-79) mengemukakan bahwa keempat faktor

tersebut dapat menghambat dan mendukung minat membaca tergantung cara

pandang dari setiap pihak tentang membaca. Hal ini karena kurangnya

kesadaran bahwa sesungguhnya membaca merupakan jendela dunia.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca

pada siswa dapat meningkat jika semua pihak berperan aktif baik orang tua,

guru, pemerintah maupun masyarakat pada umumnya karena pada dasarnya

siswa sekolah dasar masih membutuhkan bimbingan dari orang yang lebih

dewasa.

3. Upaya Meningkatkan Minat Membaca

Peningkatan minat membaca mau tidak mau kini sudah sangat

diperlukan. HG.Tarigan (2008: 106-107) mengemukakan bahwa untuk

meningkatkan minta membaca, perlu sekali pembaca berusaha.

a. Menyediakan waktu untuk membaca

Waktu adalah emas, perkataan ini yang sering menjadi ungkapan

orang untuk menghargai waktu mereka dengan berbagai macam

kesibukan. Membaca merupakan usaha yang paling efisien untuk

mengetahui segala kejadian penting di dunia modern. Oleh karena itu,

15-30 menit dalam sehari harusnya digunakan untuk membaca. Dikatakan

bahwa orang yang tidak ingin maju sajalah yang tidak menyediakan waktu

untuk membaca dalam hidupnya apalagi seorang siswa dan guru. Bagi

(34)

18

dewasa sangat dibutuhkan agar dapat terbentuk kebiasaan menyediakn

waktu tersendiri untuk membaca dengan teratur.

b. Memilih bahan bacaan yang baik

Memilih bahan bacaan hendaknya diperhatikan saat ingin

membaca karena bahan bacaan yang tidak diinginkan akan menghilangkan

minat membaca juga. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi siswa dan guru,

kedua pihak ini harus membaca berbagai sumber bacaan. Akan tetapi, bagi

siswa sekolah dasar sebaiknya bacaan yang disediakan disesuaikan dengan

keinginan dan perkembangan siswa seperti yang diungkapkan oleh Jos

Daniel (1996:136-138) bahwa pemilihan bahan bacaan bagi siswa perlu

memperhatikan: kebermaknaan dan kemenarikkan teks bacaan; isi budaya

dalam bacaan dan derajat kesulitan teks sesuai dengan jenjang

pengetahuan kebahasaan siswa.

Upaya lain menurut Hasyim dalam Dalman (2013: 144) adalah tiap

keluarga perlu memiliki perpustakaan keluarga, sedangkan di tingkat sekolah

diatasi dengan perbaikan perpustakaan di sekolah, civitas sekolah hendaknya

mengubah mekanisme proses pembelajaran menuju membaca sebagai suatu

sistem belajar sepanjang hayat, dan mampu menjadi motivator agar siswa

bergairah untuk membaca.

Bob Harjanto (2011: 42-68) mengemukakan beberapa tips untuk

(35)

19

1. membiasakan membacakan buku sejak anak dalam kandungan,sejak

dalam kandungan anak sudah mampu mendengar suara ibu dan ayahnya.

Hal ini dapat dimanfaatkan untuk membacakan buku kepada anak,

misalnya membacakan ayat-ayat dalam kitab suci;

2. membiasakan membacakan buku setelah anak lahir, seorang bayi mampu

menerima informasi dengan cepat dan mudah, karena otak bayi dari 0 – 3

tahun bagaikan spons yang menyerap informasi apapun disekelilingnya.

Sebaiknya situasi ini digunakan untuk membacakan buku-buku cerita

kepada anak. Saat membacakan buku cerita kepada anak ada beberapa

teknik yang diperlu diperhatikan agar anak merasa senang, menikmati dan

gembira dengan dibacakan buku cerita. Teknik-teknik tersebut diantaranya

melakukan persiapan, bercerita dengan semangat, modifikasilah cerita

tersebut jika membosankan, mintalah anak menceritakan kembali.

Membacakan buku kepada anak yang belum mampu membaca sendiri

merupakan suatu cara dalam menanamkan minat membaca sejak dini pada

anak;

3. jadilah model atau panutan, orang tua dan guru hendaknya menjadi model

bagi anak karena pada dasarnya anak sering meniru kebiasaan orang di

sekitarnya. Jika orang tua dan guru menunjukkan kecintaan pada buku dan

aktivitas membaca, anak pasti akan meniru kebiasaan tersebut;

4. jadikan buku sebagai sumber informasi, rasa ingin tahu anak sangat tinggi.

(36)

20

mengerjakan tugas baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu,

guru maupun orang tua sebaiknya membantu anak menemukan jawaban

atas pertanyaannya melalui membaca buku. Anak-anak usia sekolah perlu

dibiasakan menjadikan buku sebagai sarana untuk menjawab

ketidaktahuan mereka;

5. mengajak anak ke toko buku atau ke perpustakaan, waktu refresing atau

waktu luang dapat digunakan sebagai kesempatan untuk mengunjungi

perpustakaan, pameran buku atau ke toko buku. Di sekolah juga dapat

menerapkan hal ini, saat ada waktu luang anak dapat diarahkan ke

perpustakaan, tetapi anak perlu dikontrol;

6. membeli buku yang sesuai dengan minat anak, orang tua terkadang

bersifat memaksa dalam memilih buku bagi anak padahal memaksa selera

pribadi anak justru dapat mengganggu dan menghambat minat membaca

anak. Orang tua dituntut bijak dan mawas diri sebagai pendamping dan

pembimbing dalam batas-batas tertentu;

7. mengatur keuangan dalam membeli buku, buku merupakan media

terpenting bagi proses menjadikan anak pandai, berwawasan luas. Salah

satu cara memiliki buku adalah dengan cara membeli. Oleh karena itu

keuangan dalam keluarga sebaiknya disisihkan membeli buku untuk anak;

8. tukar buku dengan teman, dana terkadang menjadi kendala untuk membeli

buku. Orang tua dapat memberi pengertian kepada anak tentang cara

(37)

21

dengan temannya dengan ketentuan menjaga kebersihan dan keutuhan

buku tersebut;

9. beri hadiah yang memperbesar semangat membaca anak, anak-anak sangat

bersemangat jika diberi penghargaan atau hadiah. Cara ini dapat

digunakan untuk merangsang minat membaca anak. Jika anak mampu

menyelesaikan pembacaan sebuah buku dan dapat menceritakan ulang,

berikanlah kata-kata positif yang dapat membangun rasa percaya diri anak

dalam membaca. Penghargaan tidak harus berupa barang tetapi dapat

berupa pujian;

10.jadikan buku sebagai hadiah untuk anak, anak yang senang akan hadiah

dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan minat membaca

anak. Momen tertentu yang dialami misalnya naik kelas, jadikan buku

sebagai hadiah yang dinanti-nantikan oleh anak setiap naik kelas;

11.membuat buku sendiri, guru dan orang tua dapat mencari cara tersendiri

agar anak senang dengan buku. Anak bisa diajak membuat buku sendiri,

misalnya membuat buku tentang sekolahku atau keluargaku, judul buku

dapat disesuaikan dengan kemauan anak. Kegiatan ini selain dapat

meningkatkan kecintaan anak terhadap buku juga dapat meningkatkan

kreativitas dan imajinasi anak serta diharapkan anak menyukai juga

kegiatan menulis;

12.tempatkan buku pada tempat yang mudah dijangkau, tempat meletakkan

(38)

22

orang tua sebaiknya menyadari hal ini. Buku diletakkan di tempat yang

mudah dijangkau anak;

13.jadilah orang tua yang gemar bercerita, orang tua tentu memiliki hidup

yang penuh pengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat

dijadikan bahan cerita bagi anak tetapi cerita tersebut perlu dikemas sesuai

bahasa anak agar anak dapat mencerna cerita tersebut. Cerita dapat berupa

cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai karakter baik;

14.buatlah perpustakaan keluarga, perpustakaan dapat dibuat semampunya

karena membuat perpustakaan membutuhkan dana.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upaya

meningkatkan minat membaca pada siswa membutuhkan suatu proses yang

panjang bahkan sejak anak masih dalam kandungan, masih balita sampai anak

tersebut akan menjadi siswa di sekolah, orang tua dan guru memiliki peran

yang sangat besar dalam meningkatkan upaya meningkatkan minat membaca

pada siswa.

B. Kajian tentang Kemampuan Menulis Karangan

1. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan

Bahasa memiliki empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak,

keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Keempat keterampilan itu harus dilaksanakan secara kontinu agar tujuan

(39)

23

keterampilan bahasa membutuhkan proses dalam pelaksanaannya begitu pun

dengan menulis.

HG Tarigan (2013: 22) mengemukakan bahwa menulis merupakan

suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang

lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Menulis menuntut

adanya pengalaman, ketersediaan waktu, pelatihan,

keterampilan-keterampilan khusus, serta praktek langsung termasuk menulis karangan.

Mengarang dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang

mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis. Burhan Nurgiantoro (2013 :

423) mengemukakan bahwa karangan adalah suatu sistem komunikasi

lambang visual, sedangkan menurut Dalman (2014: 86), mengarang adalah

proses pengungkapan gagasan, ide, angan-angan, dan perasaan yang

disampaikan melalui unsur-unsur bahasa dalam bentuk tulisan. Adapun

pendapat lain menurut Marwato dalam Dewi Kusumaningsih, dkk (2013: 66)

yang mengungkapkan bahwa mengarang adalah kemampuan seseorang untuk

mengungkapkan ide, pikiran dan pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis

yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan bisa dipahami orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan menulis karangan adalah kemampuan seseorang dalam

(40)

24

beberapa tahapan dan merupakan satu kesatuan tema yang utuh serta dapat

dipahami oleh setiap pembaca.

2. Karakteristik Karangan

Pada dasarnya setiap pengarang mengharapkan respon baik dari para

pembaca terhadap karangannya. Oleh karena itu, penulis harus mampu

menyajikan ide, gagasannya dengan baik, tertata dan menarik. Tulisan yang

baik harus bersifat komunikatif. Andelstein & Pival (HG Tarigan, 2013: 6-7)

mengemukakan ciri-ciri tulisan yang baik, sebagai berikut.

a. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi.

b. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh.

c. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat dengan tepat, dan memberi contoh-contoh yang diperlukan sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, pembaca tidak perlu bersusah-susah memahami makna yang tersurat dan tersirat dalam sebuah tulisan. d. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan,

menarik minat membaca terhadap pokok pembicaraan, serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal. Dalam hal ini haruslah dihindari penyusunan kata-kata dan pengulangan hal-hal yang tidak perlu.

e. Mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritisi masalah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya.

f. Mencerminkan kebanggaan penulis terhadap naskah yang dihasilkan. Penulis harus mampu mempergunakan ejaan dan tanda baca secara saksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikan kepada para pembaca.

Widyamartaya (1994: 37-39) mengemukakan bahwa paragraf yang

baik perlu menerapkan tiga asas yang berkenaan dengan gagasan yang hendak

(41)

25

menyampaikan gagasan. Asas-asas tersebut diantaranya: kejelasan,

keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, koherensi, dan harkat atau

kelengkapan, pengembangan yang memadai.

a. Kejelasan

Kejelasan berarti tidak samar-samar sehingga tiap butir fakta

atau pendapat yang dikemukakan seakan-akan tampak nyata dan

mudah dipahami oleh pembaca.

b. Keringkasan

Keringkasan tidak berarti bahwa karangan harus pendek atau

singkat, melainkan karangan tidak berboros kata, tidak berlebihan

dengan ungkapan, tidak mengulang butir ide yang sama, dan tidak

bertele-tele dalam menyampaikan gagasan.

c. Ketepatan

Ketepatan berarti bahwa karangan dapat menyampaikan

butir-butir pengetahuan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya

seperti yang dimaksudkan penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan

mentaati aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, peristilahan, kelaziman

bahasa, dan sebagainya.

d. Kesatupaduan

Kesatupaduan berarti bahwa segala sesuatu yang disajikan

dalam karangan harus berkisar pada satu gagasan pokok atau pikiran

(42)

26

relevan dengan gagasan pokok yang hendak dibingkiskan kepada

pembaca.

e. Koherensi/berkaitan

Koherensi adalah asas yang menghendaki agar ada saling kait

antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam tiap paragraf

dan juga antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain.

Tujuannya agar tidak ada kata atau frase yang tidak jelas rujukannya.

f. Harkat

Harkat merupakan asas yang menghendaki agar karangan

benar-benar berbobot, dan berisi. Asas harkat disebut juga asas

pengembangan yang memadai, dalam Bahasa Inggris disebut adequate

development.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik karangan yang baik meliputi ide yang disampaikan dalam

karangan singkat, padat, jelas, dapat meyakinkan pembaca dan isi gagasan

setiap kalimat saling berkaitan disertai penggunaan ejaan yang tepat.

3. Macam-macam Karangan

Sabarti Akhadiah, dkk (1991/1992: 127-135) mengemukakan bahwa

karangan terdiri dari empat jenis yaitu: narasi, eksposisi, deskripsi, dan

(43)

27

a. Narasi (cerita)

Narasi atau cerita merupakan jenis karangan yang mengisahkan

suatu kejadian atau peristiwa secara runtut sehingga tampak seolah-olah

pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Karangan narasi

terdiri dari dua yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi

ekspositoris bertujuan menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa

yang dikisahkan. Sedangkan narasi sugestif adalah narasi yang berusaha

memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman

dan selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi.

b. Eksposisi (paparan)

Eksposisi merupakan karangan yang berusaha menerangkan atau

menjelaskan sesuatu yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan

seseorang, penulisannya menggunakan gaya informatif.

c. Deskripsi (lukisan/gambaran)

Deskripsi pada hakikatnya merupakan usaha untuk menggambarkan

dengan kata-kata secara rinci suatu objek atau peristiwa sehingga pembaca

dapat membayangkan dan merasakan objek atau peristiwa tersebut.

Karangan deskripsi dapat dimulai dengan proses pengamatan terhadap

objek yang akan dideskripsikan dan seluruh pancaindera dituntut aktif.

d. Argumentasi (persuasi)

Argumentasi merupakan karangan yang berusaha membuktikan

(44)

28

penulis dituntut mampu menghubungkan fakta secara logis dengan

argumennya.

4. Teknik Menulis Karangan

Byrne dalam Haryadi & Zamzami (1996/1997: 77) mengemukakan

bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol

grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat

menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah

pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara

utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan

kepada pembaca dengan berhasil. Keterampilan menulis membutuhkan

latihan secara berkesinambungan agar ide yang dituliskan dapat disampaikan

dengan tepat, dan dapat dipahami oleh pembaca. Menulis dapat dilakukan

melalui beberapa tahap.

Sabarti Akhadiah, dkk (1992/ 1993 : 104) mengemukakan bahwa

proses menulis dapat dilakukan melalui tiga tahap yakni tahap prapenulisan,

tahap penulisan, dan tahap revisi. Sedangkan menurut Haryadi & Zamzami

(1996/1997: 78- 81) proses penulisan terdiri atas lima tahap.

1. Pramenulis

Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang

penulis melakukan beberapa aktivitas seperti: menemukan ide,

menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih jenis tulisan,

(45)

29

bersumber dari pengalaman, observasi, bahan bacaan, dan imajinasi.

Dalam menentukan judul karangan siswa dibimbing agar judul sesuai

dengan tema yang ditentukan.

2. Menulis

Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam bentuk

tulisan.Ide dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf. Pada tahap ini

diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan.

Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, penentuan

gaya bahasa, pembentukan kalimat, sedangkan teknik penulisan untuk

penyusunan paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh.

Dalam tahap menulis karangan siswa mulai menuliskan isi gagasan yang

ingin disampaikan berdasarkan judul yang dipilih.

3. Mengedit

Tahap mengedit diperlukan format baku yang akan menjadi

acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. Pada

tahap mengedit siswa dapat dilibatkan dengan cara saling menukarkan

karangan dengan temannya kemudian saling mengoreksi dan guru perlu

mengoreksi kembali apa yang dikoreksi siswa.

4. Merevisi

Merevisi berarti melakukan koreksi terhadap keseluruhan

(46)

30

karangan dan kebahasaan. Kegiatan merevisi dapat berdasarkan

koreksian teman atau berdasarkan koreksian guru.

5. Mempublikasikan

Mempublikasikan dapat dilakukan melalui dua cara yakni.

Pertama, menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan,

dan Kedua menyampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaian

noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan.

Secara sederhana, karangan siswa dapat dipublikasikan lewat papan

tempel atau mading kelas. Pemajangan hasil karya siswa dapat berfungsi

sebagai penguatan dan dapat juga memacu semangat bersaing secara

positif dalam diri siswa.

Publikasi karangan pada siswa dapat dengan cara membacakan

kepada guru dan teman-teman lainnya, dapat juga dengan cara memajang

pada papan pajangan kelas. Guru dapat membantu siswa untuk

mempublikasikan hasil karangan siswa ke surat kabar.

Menulis karangan berarti mengungkapkan buah pikiran, perasaan,

pengalaman, atau hasil pengamatan dalam bentuk tulisan dengan

memperhatikan tahap-tahap penulisan. Ide-ide itu dituangkan dalam

bentuk kalimat dan akan membentuk paragraf. Selanjutnya

paragraf-paragraf tersebut dirangkaikan menjadi sebuah karangan yang runtut. Jadi

teknik yang tepat dalam karang-mengarang ialah mengungkapkan

(47)

31

kalimat-kalimat. Mengarang pada siswa sekolah dasar dapat dilakukan

berdasarkan pengalaman yang dialami, diamati, atau yang diinginkan seperti yang disampaikan oleh Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi

(1998: 88) yang mengemukakan bahwa mengarang di kelas tinggi bisa

dilakukan dengan melakukan pengamatan objek terhadap lingkungan

siswa atau berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukan.

5. Penilaian Karangan

Dalam tes kemampuan menulis, agar siswa dapat memperlihatkan

kemampuannya, maka perlu disiapkan tes yang baik dan penilaian pun perlu

diperhatikan. Penilaian pada dasarnya adalah proses yang dilakukan untuk

mengukur ketercapaian tujuan dari sebuah proses pembelajaran.

Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 250) mengemukakan bahwa ada delapan

kriteria penilaian karangan yaitu: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2)

organisasi dan penyajian isi, (3) komposisi, (4) kohesi dan koherensi, (5) gaya

dan bentuk bahasa, (6) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, (7) kerapian

tulisan dan kebersihan, dan (8) respon afektif pengajar terhadap karya tulis.

Sedangkan menurut Burhan Nurgiantoro (2013: 440), aspek-aspek yang

dinilai dalam sebuah karangan adalah isi gagasan yang dikemukakan,

organisasi isi, tata bahasa, gaya pilihan struktur dan kosakata, serta ejaan dan

tata tulis.

Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1998/1999: 272)

(48)

32

per aspek. Penilaian holistik yang dimaksud berupa penilaian karangan yang

dilakukan secara utuh, tanpa melihat bagian-bagiannya. Sedangkan penilaian

per aspek dilakukan dengan cara menilai bagian-bagian karangan. Penilaian

karangan siswa sebaiknya menggunakan pedoman khusus agar guru dapat

mengidentifikasi kesulitan setiap siswa dalam menulis.

C. Tujuan, dan Manfaat Menulis

1. Tujuan Menulis

Menulis merupakan suatu proses mengkomunikasikan ide,

penghayatan dan pengalaman dalam bentuk tulisan. Menulis memiliki tujuan sebagai alat komunikasi tidak langsung. O’Malley dan Pieres dalam Rini

Kristiantari (TT: 101) mengemukakan bahwa tujuan menulis meliputi tujuan

informatif, tujuan ekspresif, dan tujuan persuasif. Tujuan informatif

digunakan untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi. Tujuan ekspresif

digunakan jika ingin menulis cerita. Sedangkan tujuan persuasif digunakan

seseorang ketika ingin mempengaruhi orang lain.

Peck & Schulz dalam HG Tarigan (2013 : 9), mengemukakan

beberapa tujuan menulis yaitu:

a. membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat

melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas

yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan menulis;

b. mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam

(49)

33

c. mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam

ekspresi tulis;

d. mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara

membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara

dengan penuh keyakinan pada diri siswa secara bebas.

Tujuan menulis dapat klasifikasikan menjadi tujuh tujuan, seperti yang

dikemukakan oleh Hugo Hartig (HG Tarigan 2013: 25-27).

1. Assignment purpose (tujuan penugasan), penulis menulis karena

ditugaskan bukan karena kemauan sendiri. Misalnya: siswa diberi tugas

merangkum buku.

2. Altruistic purpose (tujuan altruistik), penulis bertujuan menyenangkan

para pembaca atau bertujuan menghibur pembaca. Contoh: komik, buku

cerita, novel.

3. Persuasive purpose (tujuan persuasif), bertujuan meyakinkan para

pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, dapat berupa ajakan.

Misalnya: iklan yang ditulis di surat kabar untuk mempromosikan suatu

produk.

4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan),

bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca,

contoh: berita di surat kabar.

5. Self-expressive (tujuan pernyataan diri), bertujuan memperkenalkan atau

(50)

34

6. Creative purpose (tujuan kreatif), bertujuan mencapai nilai-nilai artistik

dan nilai-nilai kesenian.

7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah), bertujuan memberi

pemecahan terhadap suatu masalah.

Pada dasarnya menulis harus memiliki tujuan, agar ide yang dituliskan

dapat tertata dan menarik sehingga pembaca memiliki daya tarik untuk

membaca tulisan yang ditulis. Tujuan tersebut dapat seperti: memberitahukan,

meyakinkan, serta dapat menghibur pembaca. Pada siswa sekolah dasar tujuan

menulis adalah memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk

membiasakan diri mengungkapkan ide, pengahayatan dan pengalaman dalam

sebuah tulisan.

Selain tujuan, menulis juga memiliki fungsi. H. G Tarigan (2013: 22)

mengemukakan bahwa fungsi utama dari tulisan adalah alat komunikasi tidak

langsung. Melalui menulis siswa dilatih untuk berpikir kritis, memperdalam

daya tanggap dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Manfaat Menulis

Dibandingkan dengan keterampilan bahasa yang lain menulis

memiliki kelebihan tersendiri karena menulis merupakan salah satu kegiatan

yang spektakuler, dikatakan demikian karena menulis memiliki banyak

manfaat yang diperoleh termasuk sebagai terapi diri untuk meraih kesuksesan.

M. Thobroni (2008: 14-16) mengemukakan bahwa menulis bukanlah

(51)

35

yang mau melakukannya. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya sebagai

berikut.

1. Menulis merupakan salah satu cara untuk menjalahi atau memahami

banyak hal. Melalui membaca seseorang dapat mengetahui berbagai hal,

tetapi membaca saja sepertinya tidak cukup karena lambat laun akan

terlupakan. Hal ini dapat diatasi dengan cara menulis, setiap pengetahuan

yang dimiliki hendaknya dituliskan menjadi sebuah tulisan yang dapat

dibaca kembali kapan pun.

2. Melalui menulis seseorang dapat memahami, menemukan arti hidup dan

dapat mengenali dirinya. Pada saat menulis banyak ide, gagasan yang

tumpang tindih dalam pikiran, di sinilah penulis akan berpikir dan terus

berusaha mengembangakan pemahamannya dan kemampuan dirinya.

3. Menulis dapat merangsang seseorang untuk berpikir dan menemukan

jawaban atas persoalan yang dihadapi. Menulis dapat dikatakan sebagai

penyelamat hidup. Seseorang dapat mengambil keputusan-keputusan yang

buruk bagi dirinya ketika tidak sanggup menahan kesedihan maupun rasa

kecewa yang dialami. Ketika mencoba menulis akanada kesadaran bahwa

hal itu telah menyelamatkan hidupnya. Menulis membuka pikirannya

bahwa membiarkan diri digeluti kesedihan bukanlah keputusan yang benar

dalam menghadapi kesulitan yang melanda. Menulis juga membantu

(52)

36

dengan menulis seseorang aktif berpikir sehingga dapat menjadi penemu

sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap informasi.

4. Menulis merupakan terapi yang efektif guna membangun kepribadian

yang stabil dan tenang karena melalui menulis kejiwaan seseorang

menjadi semakin sehat dan positif.

5. Kegiatan menulis dapat mencukupi kebutuhan ekonomi. Orang yang

menekuni aktivitas menulis dapat mendapatkan keuntungan secara

finansial, misalnya para penulis novel mereka berhasil melahirkan karya

yang berawal dari hobi menulis yang dimiliki. Nyatanya tidak sedikit dari

mereka yang berhasil meraih keuntungan dari manfaat hobi ini hingga

jutaan rupiah.

D. Hubungan Minat Membaca dengan Kemampuan Menulis Karangan

Menulis dengan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.

Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif,

sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat pasif. Antara menulis dan

membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Dalman (2014: 10)

mengemukakan bahwa seseorang akan mampu menulis setelah membaca

karya orang lain atau secara tidak langsung akan membaca karangannya

sendiri. Sedangkan Suparno & Yunus dalam Dalman (2014: 10)

mengemukakan bahwa ketika seseorang membaca karangan orang lain ia akan

berperan seperti penulis, ia akan menemukan topik dan tujuan, gagasan, serta

(53)

37

dikemukakan juga oleh Sabarti Akdiah, dkk (1991/1992: 111) yang

mengemukakan bahwa kemampuan menulis berkaitan erat dengan membaca,

dijelaskan lebih lanjut bahwa penulis yang baik biasanya pembaca yang baik.

Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diwariskan secara

turun temurun tetapi merupakan hasil belajar dan ketekunan berlatih yang

menuntut pengalaman, membutuhkan waktu, kesempatan,

keterampilan-keterampilan khusus, dan latihan teratur, serta terprogram, selain itu menulis

membutuhkan berbagai referensi. Berbagai referensi dalam menulis dapat

berupa pengamatan langsung dan dapat juga melalui membaca. Dalman

(2013: 5) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan proses

kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat

dalam tulisan. Membaca memiliki banyak tujuan dan manfaat terutama bagi

kaum pelajar. Oleh karena itu, sebaiknya minat membaca dibiasakan kepada

anak sejak dini. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan

diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan

kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri (Dalman, 2013: 141).

Rendahnya minat membaca akan mempengaruhi kemampuan menulis siswa.

Semakin tinggi minat membaca siswa akan semakin mudah untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan melalui tulisan karena membaca dan

menulis saling mempengaruhi seperti yang dipaparkan White dalam Haryadi

& Zamzami (1996: 75) bahwa antara membaca dan menulis terdapat

(54)

38

membaca tidak mungkin terlaksana tanpa kebiasaan menulis atau mengarang,

sebaliknya kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh

kebiasaan membaca.

E. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar pada umumnya berusia sekitar 6- 13 tahun.Yudrik

Jahja (2011: 217) mengemukakan bahwa anak sekolah dasar dapat disebut

juga akhir masa kanak-kanak. Masa akhir kanak-kanak disebut usia

berkelompok karena anak berminat akan kegiatan dengan teman-teman dan

ingin menjadi bagian dari kelompok. Oleh karena itu, anak ingin

menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam

penampilan, berbicara, dan perilaku. Menurut Iskandarwassid & Sunendar

(2013:141), masa usia sekolah dasar disebut juga masa intelektual, karena

keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapat pengetahuan dan

pengalaman. Pada masa ini anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,

berbagai pertanyaan sering dilontarkan kepada orang-orang terdekat.

Anak sekolah dasar pada kelas tinggi atau kelas IV – kelas VI

memiliki umur yang berkisar antara 9-13 tahun. Syamsu Yusuf (2007: 25)

mengemukakan beberapa sifat khas anak sekolah dasar pada kelas tinggi

sebagai berikut.

1. Adanya minat terhadap kehidupan yang praktis dan konkret sehingga dapat

menimbulkan kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan yang

(55)

39

konkret atau hal-hal yang faktual, dengan kata lain hal-hal yang dapat

diamati secara langsung.

2. Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar. Anak secara alamiah memiliki rasa

ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar mereka. Anak terlihat

ingin mengetahui dan belajar, terkadang mereka terus mengajukan berbagai

pertanyaan sampai mereka mendapatkan jawaban yang memuaskan

mereka.

3. Memiliki minat pada hal dan mata pelajaran khusus atau mulai

menonjolkan bakat khusus. Anak menampakan ketertarikannya terhadap

suatu hal, misalnya suka memainkan alat musik. Anak terus berusaha

memainkan alat musik yang disukainya, dapat juga diekspresikan melalui

menggambar. Gambar yang sering digambarkan anak pada umumnya

tertuju pada hal-hal yang diminatinya.

4. Kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan

tugas. Selepas umur ini anak mengahadapi tugasnya dengan bebas dan

berusaha untuk menyelesaikannya. Anak selalu ingin diperhatikan dan

dituruti semua keinginannya, mereka masih belum mandiri dan harus

diperhatikan dan dibimbing.

5. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi

sekolah. Nilai selalu menjadi tolak ukur atas keberhasilan bagi anak,

mereka akan merasa senang jika mendapatkan nilai yang tinggi dan

(56)

40

menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah

prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

6. Anak gemar membentuk kelompok bermain dan membuat peraturan

sendiri. Hal ini karena anak senang bekerja dalam kelompok terutama

bersama teman sebayanya. Dalam kelompok tersebut anak dapat belajar

memenuhi aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar

bertanggungjawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sportif

(sehat), dapat juga belajar demokrasi, dan keadilan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik

siswa sekolah dasar pada umumnya senang bermain, senang bergerak, senang

merasakan sesuatu secara langsung, senang diperhatikan, dan senang meniru.

F. Kerangka Pikir

Membaca merupakan keterampilan reseptif, sedangkan menulis

merupakan keterampilan produktif. Membaca dan menulis memiliki

hubungan yang saling mempengaruhi. Membaca merupakan dasar dari

menulis, seseorang dapat menciptakan sebuah karangan yang baik jika dia

rajin membaca. Kegiatan membaca sebenarnya merupakan kegiatan yang

mudah dilakukan oleh setiap orang tapi banyak orang yang mengabaikan dan

malas untuk membaca. Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memiliki

keinginan membaca salah satunya adalah minat.

Minat merupakan kecenderungan dan keinginan yang tinggi atau

(57)

41

ketertarikan berlebih yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sumber

dari minat adalah dorongan dari dalam diri setiap orang. Dengan demikian

minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan,

merasa tertarik, dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau

melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Minat menentukan

kegiatan dan frekuensi membaca, mendorong pembaca untuk memilih jenis

bacaan yang dibaca, menentukan tingkat partisipasi di kelas dalam

mengerjakan tugas, bertanya-jawab, dan kesanggupan membaca di luar kelas.

Siswa sekolah dasar pada umumnya memiliki minat pada hal dan mata

pelajaran tertentu. Oleh karena itu, kesempatan ini dapat digunakan untuk

menanamkan membaca menjadi salah satu hal yang diminati siswa. Dengan

minat membaca siswa yang tinggi tentunya akan berpengaruh terhadap

penguasaan kosakata yang dimiliki oleh siswa. Kosakata yang cukup banyak

dimiliki siswa diharapkan kemampuan menulis siswa juga meningkat. Dengan

begitu diduga ada hubungan antara minat membaca dengan kemampuan

menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon

Kabupaten Bantul.

G. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan

hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan

(58)

42

(Sugiono, 2007: 66). Ada dua variabel dalam penelitian ini, variabel-variabel

tersebut adalah.

1. Variabel Bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah minat

membaca (X).

2. Variabel Terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah

kemampuan menulis karangan (Y).

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Keterangan:

X : minat membaca

Y : kemampuan menulis karangan

: hubungan antara minat membaca dengan kemampuan menulis

karangan.

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang dikemukakan di atas,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: terdapat hubungan yang

signifikan antara minat membaca dengan kemampuan menulis karangan pada

siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul. Y

X

Gambar

Gambar 1. Paradigma Penelitian
Tabel 1. Daftar kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.
Tabel. 2 Kisi-kisi Variabel Minat Membaca
Tabel. 3 Skor Alternatif Jawaban
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas membaca Al- Qur‟an adalah keadaan tingk atan atau ukuran intensnya dalam kegiatan

4.26 Hasil Independent sampel t-test Perbedaan Persepsi Mengenai Perilaku Etis Akuntan Antara Mahasiswa Laki-laki dan

Mengingatkan pasien menggunakan kacamata yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan ferifer hilang.. Dan buta titik

[r]

PEMBELIAN SECARA

penyesuaian yang dilakukan oleh pekerja yang merasakan nyeri dengan postur kerjanya dengan melakukan relaksasi 5-10 menit serta peregangan terhadap tubuh

Adapun contoh materi Rasmul bayan adalah sebagaimana terlampir. Pelaksanaan proses pembelajaran di Madin B dilaksanakan pada hari Senin sampai hari Kamis,

Efek positif dalam meningkatkan kesukaan muncul dari penggunaan nangka dalam pembuatan yogurt, mengingat nangka merupakan buah yang memiliki rasa manis karena kandungan