• Tidak ada hasil yang ditemukan

Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta MI BPKB Juli 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta MI BPKB Juli 2004"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MULTIPLE INTELLIGENCES

DAN PERKEMBANGAN ANAK

Oleh : Tadkiroatun Musfiroh (PAUD lemlit – UNY, PBSI FBS-UNY)

Pendahuluan

Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita menekankan pentingnya bersikap adil dalam menilai kemampuan anak. Ungkapan “Bocah ki pintere dhewe-dhewe” ‘anak itu memiliki kepandaian yang bervariasi’, menunjukkan bahwa setiap anak memiliki kecerdasan. Ada anak yang pandai berhitung, ada yang pandai menghafal, ada yang pandai menyanyi, ada yang pandai olah fisik, pandai mengolah alam, pandai melukis dan mendesain, pandai menata dan menempatkan diri, dan ada pula yang pandai mengambil hati orang lain. Dalam bentuk yang paling dini, kita bahkan mengenal “bayi duluan jalan” dan “bayi duluan ngomong”.

Pada masa ini, kita mengenal istilah multiple intelligences (kecerdasan ganda). Istilah tersebut dimunculkan oleh Howard Gardner dari Harvard University. Melalui riset rumit yang melibatkan bidang antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi hewan, dan neuroanatomi, teori MI pun mulai dipercaya banyak orang (Armstrong, 1993:13; Larson, 2001)

Esensi teori Multiple Inteligences menurut Gardner adalah menghargai setiap keunikan dalam diri setiap orang, setiap orang memiliki variasi cara belajar

ada berbagai cara untuk menilai mereka

ada cara yang hampir tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri

Apakah kecerdasan itu?

Seorang (anak) dikatakan cerdas apabila :

memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi

memiliki kemampuan untuk menghasilkan hal-hal baru untuk diselesaikan;

Memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu

Bagaimanakah Karakteristik MI dalam Melihat Kecerdasan?

Semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat (sama tinggi dan sama penting)

Semua anak memiliki kecerdasan dalam kadar yang tidak persis sama; Semua kecerdasan dapat ditumbuhkan dan dikembangkan;

Setiap kecerdasan memiliki beberapa indikator

Disampaikan di hadapan pengasuh dan pendidik TPA, KB, dan TK di-DIY Di BPKB Propinsi DIY, Kamis, 22 Juli 2004

τ Beberapa kecerdasan bekerja sama untuk mewujudkan aktivitas; τ Semua kecerdasan ada pada manusia di seluruh dunia;

τ Semua kecerdasan memiliki tahapan-tahapan yang alami (musik dimulai dengan membedakan tinggi rendah nada)

τ Semua kecerdasan berkaitan dengan hobi dan profesi;

(2)

Sembilan Kecerdasan dalam

Multiple Intelligences

1. Kecerdasan Verbal-Linguistik

Kecerdasan verbal-linguistik berkaitan erat dengan kata-kata, baik lisan maupun tertulis beserta dengan aturan-aturannya. Seorang anak yang cerdas dalam verbal-linguistik memiliki kemampuan:

(1) berbicara dengan kata-kata yang baik & dapat mengutarakan maksud; (2) cenderung dapat mempengaruhi orang lain melalui kata-katanya (3) suka dan pandai bercerita serta melucu dengan kata-kata (4) terampil menyimak dan suka bermain bahasa

(5) cepat menangkap informasi lewat kata-kata

(6) mudah hafal kata-kata, nama (termasuk nama tempat) (7) memiliki kosakata yang relatif banyak

(8) cepat mengeja kata-kata

(9) berminat terhadap buku (membuka-buka, membawa, mengoleksi) (10)cepat membaca dan menulis

Menurut Gardner (via Armstrong, 1996:7), kecerdasan linguistik “meledak” pada awal masa kanak-kanak dan tetap bertahan hingga usia lanjut.

2. Kecerdasan Logika-Matematika

Kecerdasan logika-matematika berkaitan dengan kemampuan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika. Anak-anak yang mempunyai kelebihan dalam kecerdasan logika-matematika :

(1) tertarik memanipulasi lingkungan serta cenderung suka menerapkan strategi coba-ralat.

(2) menduga-duga sesuatu;

(3) terus menerus bertanya dan memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang peristiwa di sekitarnya. Pertanyaan seperti, “mengapa telur berubah jadi ayam?” merupakan contoh pertanyaan yang berhulu logika-matematika.

(4) relatif cepat dalam kegiatan menghitung, gemar berhitung, dan menyukai permainan strategi seperti permainan catur jawa

(5) cenderung mudah menerima dan memahami penjelasan sebab-akibat. (6) suka menyusun sesuatu dalam kategori atau hierarki seperti urutan besar ke

kecil, panjang ke pendek, dan mengklasifikasi benda-benda yang memiliki sifat sama. Apabila dihadapkan pada komputer atau kalkulator, anak-anak dengan kecerdasan logika-matematika akan cenderung menikmatinya sebagai permainan yang mengasyikkan.

Beberapa kemampuan matematika tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun. 3. Kecerdasan Visual-Spasial

Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, patung.

Anak yang cerdas dalam visual-spasial :

(1) memiliki kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang, dan bangunan.

(3)

(3) memiliki kemampuan mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari sudut pandang yang berbeda.

(4) mampu memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah objek (Indra Supit, dkk., 2003:39).

(5) suka mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai, dan menyusun unsur-unsur bangunan seperti puzzle dan balok-balok;

(6) dapat mempergunakan apa pun untuk membentuk sesuatu yang bermakna baginya. Penjepit kain dapat dikait-kaitkan membentuk pesawat terbang, dinaosaurus, bahkan orang-orangan. Bola sepak diberi coretan sehingga menyerupai gambar orang. Kemampuan dan kecenderungan membayangkan suatu bentuk mewarnai aktivitas bermain mereka.

4. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsang, sentuhan, dan tekstur.

Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik :

(1) terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat lebih kuatdan lincah), (2) suka bergerak, tidak bisa duduk diam berlama-lama,

(3) mengetuk-ngetuk sesuatu,

(4) suka meniru gerak atau tingkah laku orang lain yang menarik perhatiannya, (5) senang pada aktivitas yang mengandalkan kekuatan gerak seperti mamanjat,

berlari, melompat, berguling; (6) suka menyentuh barang-barang;

(7) suka bermain tanah liat dan menunjukkan minat yang tinggi ketika diberi tugas yang berkaitan dengan keterampilan tangan.

(8) memiliki memiliki koordinasi tubuh yang baik;

(9) gerakan-gerakan mereka terlihat seimbang, luwes, dan cekatan;

(10)cepat menguasai tugas-tugas motorik halus seperti menggunting, melipat, menjahit, menempel, merajut, menyambung, mengecat, dan menulis.

(11)secara artistik mereka kemampuan menari dan menggerakkan tubuh mereka dengan luwes dan lentur.

5. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-bunyi, membedakan, menggubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suara-suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, melodi, dan warna suara. Anak-anak yang cerdas dalam musikal :

(1) cenderung cepat menghafal lagu-lagu dan bersemangat ketika kepadanya diperkenalkan lagu;

(2) menikmati musik dan menggerak-gerakkan tubuhnya sesuai irama musik tersebut;

(3) mengetuk-ngetukkan benda ke meja pada saat menulis atau menggambar. Mereka cenderung senang bermain alat musik atau bahkan bermusik dengan benda-benda tak terpakai.

(4) suka menyanyi, bersenandung, atau bersiul;

(5) mudah mengenali suara-suara di sekitarnya seperti suara sepeda motor, burung, kucing, anjing;

(4)

lapar dan berkelahi, suara beberapa guru dan temannya

(7) mudah mengenali suatu lagu hanya dengan mendengar nada-nada pertama lagu tersebut.

Menurut Gardner, musikal merupakan kecerdasan yang tumbuh paling awal dan muncul secara tidak terduga dibandingkan dengan bidang lain pada inteligensi manusia. Kecerdasan musikal mampu bertahan hingga usia tua.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal dibangun, antara lain, atas kemampuan inti untuk mengenali perbedaan, khususnya perbedaan besar dalam suasana hati, temperamen, motivasi, dan intensi (maksud) (Gardner, 1993:23). Anak-anak yang memiliki kecerdasan interpersonal :

cenderung mudah memahami perasaan orang lain; sering menjadi pemimpin di antara teman-temannya pandai mengorganisasi teman-teman mereka dan pandai mengkomunikasikan keinginannya pada orang lain;

(1) memiliki perhatian yang besar pada teman sebayanya sehingga acapkali mengetahui berita-berita di seputar mereka;

(2) memiliki kemahiran mendamaikan konflik dan menyelaraskan perasaan orang-orang yang terlibat konflik;

(3) mudah mengerti sudut pandang orang lain, dan dengan relatif akurat, mampu menebak suasana hati dan motivasi pribadi orang lain

(4) cinta damai, pengamat dan motivator yang baik. (5) mempunyai banyak teman;

(6) mudah bersosialisasi serta senang terlibat dalam kegiatan atau kerja kelompok;

(10)menikmati permainan-permainan yang dilakukan secara berpasangan atau berkelompok;

(11)suka memberikan apa yang dimiliki dan diketahui kepada orang lain, termasuk masalah ilmu dan informasi;

(12)tampak menikmati ketika mengajari teman sebaya mereka tentang sesuatu, seperti membuat gambar, memilih warna, atau bahkan cara bersikap (Armstrong, 1993)

Riset mengenai otak menunjukkan bahwa otak bagian depan memegang peran yang sangat penting dalam pengetahuan interpersonal. Kerusakan pada bagian ini dapat menyebabkan perubahan kepribadian yang besar (Gardner, 1993:23). Kecerdasan interpersonal ini bersemayam, terutama pada hemisfer kanan dan sistem limbik Kecerdasan ini dipengaruhi oleh kualitas kedekatan atau ikatan kasih sayang selama masa kritis tiga tahun pertama (Armstrong, 1996:7). Oleh karena itu, anak yang dipisahkan dari ibunya pada masa pertumbuhan awal, mungkin akan mengalami permasalahan yang serius. Selain itu, kecerdasan interpersonal juga dipengaruhi oleh interaksi sosial manusia (Gardner, 1993:24).

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan aspek internal dalam diri seseorang, seperti, perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan emosi-emosi, menandainya, dan menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah laku sendiri (Gardner, 1993:24-25).

Anak-anak dengan kecerdasan intrapersonal yang baik : (1) terlihat lebih mandiri,

(5)

(4) memiliki tujuan-tujuan tertentu (Schmidt, 2002:36)

(5) tidak mengalami masalah ketika dibiarkan “bekerja sendiri karena mereka cenderung memiliki gaya “belajar” tersendiri;

(6) suka menyendiri dan merenung (Armstrong, 2002:34). (7) Mampu mengubah target apabila mengelamai kegagalan; (8) Belajar dari kegagalan, tahu kekuatan dan kelemahan diri;

(9) Mampu menghargai diri sendiri, dapat mengungkapkan perasaan; (Armstrong, 1993:130-131).

Awal masa anak-anak merupakan saat yang menentukan bagi perkembangan intrapersonal. Anak-anak yang memperoleh kasih sayang, pengakuan, dorongan, dan tokoh panutan cenderung mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan mampu membentuk citra diri sejati (Armstrong, 1993:131).

8. Kecerdaan Naturalis

Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasikan flora dan fauna dalam lingkungannya. Kecerdasan ini juga berkaitan dengan kecintaan seseorang pada benda-benda alam, binatang, dan tumbuhan. Kecerdasan naturalis juga ditandai dengan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam, seperti dedaunan, awan, batu-batuan. Anak-anak yang memiliki kecerdasan naturalis :

(1) cenderung menyukai alam terbuka, akrab dengan hewan peliharaan (2) menghabiskan waktu mereka di dekat akuarium;

(3) memiliki keingintahuan yang besar tentang seluk-beluk hewan dan tumbuhan (Armstrong, 2002:36-37).

(4) cenderung suka mengoleksi bunga-bunga dan daun-daun kering; (5) mengoleksi mainan binatang tiruan, seperti dinosaurus, harimau, ular; (6) menikmati “komunikasi” dengan binatang piaraan (memberi makan);

(7) memiliki perhatian yang relatif besar terhadap binatang, tumbuhan, dan alam. Mereka tidak takut memegang-megang serangga dan berada di dekat binatang (Indra-Supit, 2003:110).

Dalam kadar kecil, kecerdasan naturalis dapat diwujudkan dalam kegiatan investigasi, ekesperimen, menemukan elemen, fenomena alam, pola cuaca, kondisi yang mengubah karakteristik sebuah benda (es mencair ketika terkena panas matahari, terkena air –dingin maupun panas) (Hutinger, 2003). Kecerdasan ini muncul secara dramatis pada sebagian anak.

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menempatkan diri dalam lingkup kosmos yang terjauh, dengan makna hidup, makna kematian, nasib dunia jasmani maupun kejiwaan, dan dengan makna pengalaman mendalam seperti cinta atau kesenian (Armstrong, 2002:232). Kecerdasan eksistensial juga berkaitan dengan kemampuan merasakan, memimpikan, dan menjadi pemikir menyangkut hal-hal yang besar (menjadi pemimpin) (Theacorn, 2003). Anak yang memiliki kecerdasan eksistensial :

(1) cenderung memiliki kesadaran akan hakikat sesuatu;

(6)

Implikasi

Setiap anak adalah cerdas. Tugas kita adalah mengenali kecerdasan apa saja yang paling menonjol pada diri mereka. Perlu dilakukan pengamatan terhadap kecenderungan kecerdasan anak. Selain itu, dikotomi anak pintar dan bodoh sudah terlibas zaman, kuno, dan tidak adil. Fasilitasi dan stimulasi yang tepatlah yang diperlukan. Dengan demikian, kecerdasan mereka akan mencuat secara optimal. Ini berarti, pertumbuhan dan perkembangan anak menuju pada proses yang tepat.

Sejarah hidup pribadi memiliki peran yang penting dalam perkembangan kecerdasan anak. Oleh karena itu, perlu diciptakan pengalaman yang positif dalam kehidupan sehari-hari anak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun “sekolah”. Artinya, mau tidak mau, guru, pendidik, dan pengasuh perlu membuat “program” yang secara adil memfasilitasi anak untuk mengembangkan setiap kecerdasan yang mereka miliki.

(7)

1. Kecerdasan Verbal-Linguistik

Kecerdasan verbal-linguistik berkaitan erat dengan kata-kata, baik lisan

maupun tertulis beserta dengan aturan-aturannya. Seorang anak yang cerdas

dalam verbal-linguistik memiliki kemampuan:

(1) berbicara yang baik dan efektif,

(2) cenderung dapat mempengaruhi orang lain melalui kata-katanya

(3) suka dan pandai bercerita serta melucu dengan kata-kata

(4) terampil menyimak dan suka bermain bahasa

(5) cepat menangkap informasi lewat kata-kata

(6) mudah hafal kata-kata, nama (termasuk nama tempat)

(7) memiliki kosakata yang relatif banyak

(8) cepat mengeja kata-kata

(9) berminat terhadap buku (membuka-buka, membawa, mengoleksi)

(10)cepat membaca dan menulis

Cara belajar terbaik bagi anak-anak yang cerdas dalam verbal-linguistik

adalah dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Cara

terbaik memotivasi mereka adalah mengajak mereka berbicara, menyediakan

banyak buku-buku, rekaman, serta menciptakan peluang mereka untuk

menulis. Guru perlu menyediakan peralatan membuat tulisan, menyediakan

tape recorder, menyediakan mesin ketik atau keyboard untuk belajar

mengidentifikasi huruf dalam kata-kata. Selain itu, berikan dongeng pada

mereka dan lakukan tanya jawab. Sesekali, membawa anak-anak ke toko buku

atau perpustakaan merupakan langkah yang tepat.

Menurut Gardner (via Armstrong, 1996:7), kecerdasan linguistik

“meledak” pada awal masa kanak-kanak dan tetap bertahan hingga usia lanjut.

Kaitannya dengan sistem neurologis, kecerdasan ini terletak pada otak bagian

kiri dan lobus bagian depan. Kecerdasan linguistik dilambangkan dengan

kata-kata, baik lambang primer (kata-kata lisan) maupun sekunder (tulisan).

8. Kecerdaan Naturalis

Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan

mengklasifikasikan flora dan fauna dalam lingkungannya. Kecerdasan ini juga

berkaitan dengan kecintaan seseorang pada benda-benda alam, binatang, dan

tumbuhan. Kecerdasan naturalis juga ditandai dengan kepekaan terhadap

bentuk-bentuk alam, seperti dedaunan, awan, batu-batuan.

Anak-anak yang memiliki kecerdasan naturalis :

(1) cenderung menyukai alam terbuka, akrab dengan hewan peliharaan

(2) menghabiskan waktu mereka di dekat akuarium;

(8)

(4) cenderung suka mengoleksi bunga-bunga dan daun-daun kering;

(5) mengoleksi mainan binatang tiruan, seperti dinosaurus, harimau, dan

ular;

(6) menikmati “komunikasi” dengan binatang piaraan dan memberi mereka

makan;

(7) memiliki perhatian yang relatif besar terhadap binatang, tumbuhan, dan

alam. Mereka tidak takut memegang-megang serangga dan berada di

dekat binatang (Indra-Supit, 2003:110).

Kecerdasan naturalis dapat ditumbuhkan melalui berbagai cara :

(1)

mengajak anak-anak menikmati dan mengamati alam terbuka.

Pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas;

(2)

menyediakan materi-materi yang tepat untuk naturalis, seperti

membiasakan menyiram tanaman di halaman TK setiap pagi,

menanam biji-bijian dalam media yang mudah dibawa dan mengamati

pertumbuhannya;

(3)

menciptakan permainan dan program pembelajaran yang berkaitan

dengan unsur-unsur alam, seperti membandingkan berbagai bentuk

daun dan bunga, mengamati perbedaan tekstur pasir, tanah, dan

kerikil, mengoleksi biji-bijian, dan menirukan karakteristik binatang

tertentu;

(4)

menyediakan buku-buku dan VCD yang memuat seluk-beluk hewan,

alam, dan tumbuhan dengan gambar-gambar yang bagus dan

menarik.

Dalam kadar kecil, kecerdasan naturalis dapat diwujudkan dalam

kegiatan investigasi, ekesperimen, menemukan elemen, fenomena alam, pola

cuaca, kondisi yang mengubah karakteristik sebuah benda (es mencair ketika

terkena panas matahari) (Hutinger, 2003).

Kecerdasan naturalis memiliki peran yang besar dalam kehidupan.

Pengetahuan anak mengenai alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat

mengantarkan mereka ke berbagai profesi strategis, seperti dokter hewan,

insinyur pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, ahli farmasi, ahli

geodesi, geografi, dan ahli lingkungan.

Kecerdasan naturalis berada di wilayah-wilayah parietal kiri. Kecerdasan

ini muncul secara dramatis pada sebagian anak. Kecerdasan ini, menurut

Leslie Owen Wilson dalam tulisannya The Eight Intelligence : Naturalistic

Referensi

Dokumen terkait

- Pasal 14 angka 3 tentang Kode Etik Advokat Indonesia dinyatakan bahwa “Majelis dipilih dalam rapat dewan Kehormatan cabang/Daerah yang khusus dilakukan untuk

Telah dilakukan penelitian Simulasi Atom Hidrogen berdasarkan teori klasik berbasis JAVA dengan menggunakan IDE Eclipse yang bertujuan mengetahui dan memvisualisasikan Model

Pada citra arsitektur yang ditampilkan pada bangunan Sekolah Inklusi dan Pusat terapi ini adalah untuk menunjukan kepada orang yang awam yang telah menilai secara salah

POKJA Pengadaan Barang ULP Pemerintah Kababupaten Rembang Paket Pekerjaan Pengadaan Alat Kesehatan Untuk Puskesmas dan Jaringannya mengumumkan Pemenang dan Pemenang

FORTUNA JAYA DSN BUNUT Rt :001 Rw :005 Kec.GADING Kab.Probolinggo Kam is, 28 Juli 2016, 15.00 w ib. JADW AL PEM

Hasil yang diperoleh untuk pemanfaatan koleksi menunjukkan bahwa hampir setengah (33,33 %) pengunjung Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia kurang memanfaatkan

dengan Entitas Anak. Deposito mudharabah dinyatakan sebesar nilai nominal sesuai dengan perjanjian antara pemegang deposito mudharabah dengan Entitas Anak. Dana syirkah

Dalam lingkungan UPBJJ UT Kupang setiap staf dibagi berdasarkan wilayah kabupaten yang oleh UT disebut Penanggung jawab wilayah (PJW). Hasil penelitian yang dilakukan diketahui