MASA DEPAN GOLKAR
Kuda-kuda politik untuk memenangkan Pemilu 2004 rupanya sudah dipasang jauh-jauh hari. Salah satu strategi yang jitu adalah dengan mengurangi atau melemahkan lawan dan rival politik, agar pihaknya sendiri dapat lebih kuat dan lebih punya peluang untuk meraup suara. Kalau lawan politik dapat dijungkalkan, kalau perlu dilikuidasi sebelum Pemilu 2004 maka akan ada tambang suara yang sangat menggiurkan bagi partai-partai yang akan bertarung nanti.
Dan suara yang selama ini diperoleh Golkar, berupa puluhan juta pendukung, adalah tambang suara itu. Siapa yang akan berhasil mendulangnya jika Golkar bergoyang dan roboh pasca penahanan Akbar Tanjung? Belum ada yang tahu pasti. Pasti ada yang bersorak, dan pasti ada yang menangis jika pasca penahanan Ketua Umum Partai Golkar yang juga ketua DPR Akbar Tanjung ini kemudian Golkar bergoyang dan ambruk.
Masalahnya, benarkah Golkar akan makin bergoyang dan ambruk karena ketuanya ditahan dan ada kemungkinan diadili? Inilah pertanyaan penting yang sedang dicermati secara serius oleh para pelaku politik dan pengamat politik sekarang. Sebab memang hanya ada dua kemungkinan. Pertama, Golkar yang malang melintang dan pernah mendominasi perpolitikan selama puluhan tahun ini akan tidak kuat menerima cobaan dan hantaman politik dari lawan-lawannya lewat kelemahan Golkar di masa silam, antara lain berupa penahanan dan
mungkin pengadilan atas Akbar Tanjung. Kalau ini terjadi maka konstelasi politik pada Pemilu 2004 akan berubah secara siginifikan. Sebab kalau sampai Golkar ambruk dan bubar akan terjadi diaspora kedua dari potensi-potensi politik yang dimiliki Golkar. Ini menyusul dari diaspora pertama yang terjadi menjelang Pemilu 1999 dimana banyak kader dan tokoh Golkar yang masuk ke PDIP, atau ke PKB, ke partai-partai baru yang banyak bermunculan. Para politisi eks Golkar ini memang matang berpolitik dan punya daya politik yang hebat, sehingga mereka kemudian dapat mendongkrak suara dari partai yang mereka masuki kemudian.
Kalau diaspora kedua terjadi, kemanakah mereka pergi? Juga belum pasti. Sebab partai-partai yang akan mencaplok atau berebut suara yang dulu dimiliki Golkar sekarang masih malu-malu atau belum menunjukkan langkah berarti. Apakah mereka akan memilih partai status quo atau memilih partai reformasi dan partai yang kritis dan betul-betul membela rakyat? Inipun masih belum pasti. Sebab peta kepentingan yang biasanya menggiring arah gerak para politisi sampai sekarang pun juga masih belum jelas benar.
Itu kalau Golkar betul-betul roboh dan tamat. Tetapi mungkinkah? Kalau yang terjadi justru sebaliknya, Golkar hanya pingsan sebentar, kemudian bangkit lagi setelah melakukan konsolidasi, maka lawan-lawan politik yang sekarang
menjegalnya harus berhati-hati. Sebab dengan ditahannya Akbar Tanjung, dan dia menggerakkan partainya dari balik penjara, ini justru memunculkan kesan heroik dari politisi Golkar. Lebih-lebih jika PDIP yang kader-kadernya sekarang
menyuburkan KKN di segala lini (eksekutif, legislatif, yudikatif, BUMN, dll) sementara rakyat selalu dipukul dan dihantam nasibnya dengan berbagai kenaikan tarif dan kenaikan harga berbagai barang kebutuhan hidup. Langkah kader PDIP yang mungkin ditafsirkan oleh pihak lawannya sebagai upaya untuk
menggembungkan pundi-pundi partai sebagai persiapan Pemilu 2004 ini hanya akan menghasilkan pembusukan di tingkat negara. Sementara masyarakat dan rakyat menjadi korban pembusukan itu. Mereka terbaring, menderita. Dan
menjerit, sementara di depan hidung mereka konglomerat tertawa terbahak-bahak. Jika itu terjadi, maka meski Akbar Tanjung ditahan, bahkan diadili, atau divonis sekalipun, Golkar justru akan makin kuat. Rakyat dan masyarakat yang sekarang makin menderita dan dulu pernah merasakan manisnya diperintah Golkar selama puluhan tahun akan mengenang kembali jasa Golkar. Mereka akan memposisikan Golkar sebagai jurus selamat
Atau ada kemungkinan ketiga? Juga belum pasti. Mari semua ini kita tunggu dengan berdebar-debar. (Dari berbagai sumber: tof)
Sumber: