MAKNA RAMADHAN TAHUN INI
Pengalaman relijius selama Ramadhan merupakan pengalaman berharga. Bagi yang beruntung mampu menjaga kesucian jiwanya sekaligus mampu mengoptimalkan amal sosialnya akan mendapat pengalaman relijius yang amat bermakna. Apalagi jika mampu bertemu lailatul qodar. Yaitu malam yang tingkat keutamaannya melebihi keutamaan seribu bulan. Malam yang paling dicari oleh setiap indasan Muslim yang bersugnguh-sugnguh menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Yang kemudian juga perlu diingat, kita sekarang hidup dalam zaman yang amat sangat mendebarkan. Penuh godaan. Fasilitas dan instrumen pemanjaan nafsu melimpah ruah, tersedia di mana-mana. Nafsu syahwat, nafsu makan, nafsu menumpuk harta, nafsu berkuasa, nafsu untuk melahap dan melihat aurat sekarang ini sedang dimanjakan oleh budaya dan kehidupan popular modern sekarang. Ruang-ruang publik telah dicemari oleh gagasan berbasis nafsu, dicemari tampilan-tampilan pemuja nafsu dan dicemari oleh
keputusan-keputusan yang memihak pada nafsu. Ini sangat kita rasakan bagaimana beratnya kita menghindar dan berpaling atau menyelamatkan diri dan berpuasa dari hal-hal yang batil dan munkar seperti itu. Demikian juga ruang domestik dan ruang privat kita. Semua telah digedor dan diintervensi oleh mesin pemuas nafsu yang makin lama makin canggih dan makin massif sifatnya. Posisi kita nyaris hanya bias bertahan saja. Sebab kita nyaris kurang mampu menciptakan dunia alternatif dan ruang alternatif bagi berkembangnya potensi dan nilai-nilai yang haq dan ma’ruf. Ekspresi keagamaan kita dalam bentuk penciptaan karya budaya kurang terbiasa dengan hal-hal yang bersifat kreatif, alternatif, dan inovatif, suatu hal yang amat dituntut oleh kehidupan manusia terkini.
Nah, bagaimana memaknakan puasa di tengah kehidupan yang seperti itu? Itulsh pertanyaan harus kita jawab sekarang. (Bahan dan tulisan: tof)
Sumber: