• Tidak ada hasil yang ditemukan

demam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "demam"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEMAM

2.1.1 Definisi Demam

Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38°C (100,4°F), diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila >37,2°C (99°F). (Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38° C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3° C.

Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan, dan ransangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut sejauh ini belum diketahui. (Sherwood, 2001).

2.1.2 Mekanisme Demam

Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (interleukin

(2)

Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduks i untuk mengatasi berbagai rangsang. Ransangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin menginduksi leukosit untuk mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1 dan TNFα, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum Laminae Terminalis) yang dikelilingi oleh bagian medial dan lateral nukleus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh terutama demam (Nelwan dalam Sudoyo, 2006).

Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage inflammatory protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan dalam Sudoyo, 2006).

Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001).

2.1.3 Penyebab Demam

(3)

2.1.4 Penerapan Klinis

Demam pada anak dapat diukur dengan menempatkan termometer ke dalam rektal, mulut, telinga, serta dapat juga di ketiak segera setelah air raksa diturunkan, selama satu menit dan dikeluarkan untuk segera dibaca (Soedjatmiko, 2005).

Menurut AAP (American Academy of Pediatrics) tidak menganjurkan lagi penggunaan termometer kaca berisi merkuri karena kebocoran merkuri dapat berbahaya bagi anak dan juga meracuni lingkungan.

Pengukuran suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak usia di atas 4 tahun, karena sudah dapat bekerjasama untuk menahan termometer di mulut. Pengukuran ini juga lebih akurat dibandingkan dengan suhu ketiak (aksila). Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan, namun hanya menggambarkan suhu perifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan keringat sehingga kurang akurat. Pengukuran suhu melalui anus atau rektal cukup akurat karena lebih mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling sedikit terpengaruh suhu lingkungan, namun pemeriksaannya tidak nyaman bagi anak (Faris, 2009). Pengukuran suhu melalui telinga (infrared tympanic) tidak dianjurkan karena dapat memberikan hasil yang tidak akurat sebab liang telinga masih sempit dan basah (Lubis, 2009).

Pemeriksaan suhu tubuh dengan perabaan tangan tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak dapat mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat yang membahayakan. Pengukuran suhu inti tubuh yang merupakan suhu tubuh yang sebenarnya dapat dilakukan dengan mengukur suhu dalam tenggorokan atau pembuluh arteri paru. Namun hal ini sangat jarang dilakukan karena terlalu invasif (Soedjatmiko, 2005).

Menurut Breman (2009), adapun kisaran nilai normal suhu tubuh adalah suhu oral antara 35,5°-37,5° C, suhu aksila antara 34,7°-37,3° C, suhu rektal antara 36,6°-37,9° C dan suhu telinga antara 35,5°-37,5° C.

(4)

(1,5-2,0°F) dari suhu oral. Suhu tubuh yang diukur di timpani akan 0,5-0,6° C (1°F) lebih rendah dari suhu aksila (Soedjatmiko, 2005).

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, demam mempunyai manfaat melawan infeksi. Namun demam juga akan memberikan dampak negatif diantaranya terjadi peningkatan metabolisme tubuh, dehidrasi ringan, dan dapat membuat anak sangat tidak nyaman. Penanganan demam sebaiknya tidak hanya berpatokan dengan tingginya suhu, tetapi apabila anak tidak nyaman atau gelisah sehingga dapat mengganggu penilaian, demam perlu diobati (Faris, 2009).

Menurut Ismoedijanto (2000), tindakan umum penurunan demam adalah diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun. Cukupi cairan agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik misalnya dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat lain sehingga demam turun. Jangan menggunakan aliran yang terlalu kuat, karena suhu kulit dapat turun mendadak. Ventilasi/regulasi aliran udara penting di daerah tropik. Buka pakaian/selimut yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging). Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi pembuluh darah), sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi. Lagipula, pengompresan dengan alkohol akan diserap oleh kulit dan dihirup pernafasan, dapat menyebabkan koma (Soedjatmiko, 2005).

Tindakan simptomatik yang lain ialah dengan pemberian obat demam. Cara kerja obat demam adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat pembuluh darah kulit melebar sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. Beberapa golongan antipiretik murni, dapat menurunkan suhu bila anak demam namun tidak menyebabkan hipotermia bila tidak ada demam, seperti: asetaminofen, asetosal, ibuprofen (Ismoedijanto, 2000).

(5)

jika suhu dibawah 38,3° C kecuali ada riwayat kejang demam. Pada dasarnya menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan maupun kombinasi keduanya. Pemberian obat-obat tradisional juga dipercaya dapat meredakan demam. Obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman obat (herbalis) ini tak kalah ampuhnya sebagai pengusir demam. Malah, obat-obatan tradisional memiliki kelebihan, yaitu toksisitasnya relatif lebih rendah dibanding obat-obatan kimia (Rahayu, 2008).

Menurut Faris (2009), sebaiknya orangtua mempertimbangkan untuk menghubungi/mengunjungi dokter bila:

1. demam pada anak usia di bawah 3 bulan

2. demam pada anak yang mempunyai penyakit kronis dan defisiensi sistem imun 3. anak gelisah, lemah, atau sangat tidak nyaman

4. demam berlangsung lebih dari 3 hari (> 72 jam)

Petunjuk lainnya untuk membawa anak ke dokter tergambar dalam pedoman yang diajukan oleh Rumah Sakit Anak di Cincinnati, tampilan anak demam dibagi atas:

1. Tampilan baik :

a. anak bisa senyum, tidak gelisah, sadar, makan baik, menangis kuat namun dapat dibujuk

b. tidak ada tanda-tanda dehidrasi

c. perfusi perifer baik, ekstremitas kemerahan dan hangat d. tidak ada kesulitan bernafas

2. Tampilan sakit, mulai dipertimbangkan untuk ke dokter :

a. masih bisa tersenyum, gelisah dan menangis, kurang aktif bermain, nafsu makan berkurang

b. dehidrasi ringan atau sedang c. perfusi perifer masih baik

(6)

hipo/hiperventilasi, atau sianosis, harus segera dibawa ke dokter (Soedjatmiko, 2005).

Menurut NAPN bahwa demam pada bayi di bawah 8 minggu harus mendapat perhatian khusus dan mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit. Bila anak tampak baik, kemungkinan infeksi bakteri < 3%. Bila tampak sakit, kemungkinan infeksi bakteri 26%, dan bila tampak toksik, kemungkinan infeksi bakteri 92%.

Dianjurkan oleh AAP, bila anak berumur <2 bulan dengan suhu rektal >37,9° C, bayi berumur 3-6 bulan dengan suhu >38,3° C atau berumur lebih >6 bulan dengan suhu >39,4° C, segera menghubungi dokter. Bila anak berumur >1 tahun, demam tetapi masih bisa makan, minum, tidur, dan bermain seperti biasa, tidak perlu segera ke dokter, cukup dengan pengobatan di rumah oleh keluarga.

2.2 ANTIPIRETIK

Demam pada anak merupakan suatu keadaan yang sering menimbulkan kecemasan, stres, dan fobia tersendiri bagi orangtua. Oleh karena itu, ketika anak demam orangtua seringkali melakukan upaya-upaya untuk menurunkan demam anak. Salah satu upaya yang sering dilakukan orangtua untuk menurunkan demam anak adalah pemberian obat penurun panas/antipiretik seperti parasetamol, ibuprofen, dan aspirin (Soedibyo, 2006).

(7)

Antipiretik yang banyak digunakan dan dianjurkan adalah parasetamol, ibuprofen, dan aspirin (asetosal) (Wilmana dan Gan, 2007). Oleh karena itu antipiretik yang akan dibahas lebih lanjut ketiga jenis obat tersebut.

2.2.1 Parasetamol (Asetaminofen)

Parasetamol (asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek anti inflamasi parasetamol hampir tidak ada. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas, misalnya Panadol®, Bodrex®, INZA®, dan Termorex® (Wilmana dan Gan, 2007).

Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral. Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa (Wilwana dan Gan, 2007).

Parasetamol diberikan secara oral. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat pengosongan perut, konsentrasi darah puncak biasanya tercapai dalam 30-60 menit. Parasetamol sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzim mikrosomal hati dan diubah menjadi sulfat dan glikoronida asetaminofen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang dari 5% diekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif (N-acetyl-p-benzoquinone) adalah penting dalam dosis besar karena efek toksiknya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh asetaminofen adalah 2-3 jam dan relatif tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan kuantitas toksik atau penyakit hati, waktu paruhnya dapat meningkat dua kali lipat atau lebih (Katzung, 2002).

(8)

terutama dalam kombinasi berpotensi menyebabkan nefropati diabetik (Wilwana dan Gan, 2007).

Akibat dosis toksik yang serius adalah nekrosis hati. Nekrosis tubuli renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-250mg/kgBB) parasetamol. Anoreksia, mual, dan muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua, dengan gejala peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protrombin. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma, dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat dapat pulih dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan (Katzung, 2002).

2.2.2 Ibuprofen

Ibuprofen adalah turunan sederhana dari asam fenilpropionat. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin. Efek antiinflamasinya terlihat dengan dosis 1200-2400 mg sehari (Katzung, 2002).

Absorpsi ibuprofen dengan cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. 99% ibuprofen terikat dalam protein plasma. Ibuprofen dimetabolisme secara ekstensif via CYP2C8 (cytochrome P450, family 2, subfamily C, polypeptide 8)

dan CYP2C9 (cytochrome P450, family 2, subfamily C, polypeptide 9) di dalam hati dan sedikit diekskresikan dalam keadaan tak berubah (Katzung, 2002). Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit/konjugatnya. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi (Wilmana dan Gan, 2007).

(9)

Efek lainnya yang jarang seperti eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, dan ambliopia toksik yang reversibel. Penggunaan ibuprofen bersama-sama dengan salah satu obat seperti hidralazin, kaptopril, atau beta-bloker dapat mengurangi khasiat dari obat-obat tersebut. Sedangkan penggunaan bersama dengan obat furosemid atau tiazid dapat meningkatkan efek diuresis dari kedua obat tersebut (Wilmana dan Gan, 2007).

Dosis sebagai analgesik 4 kali 400 mg sehari tetapi sebaiknya dosis optimal pada tiap orang ditentukan secara individual. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui. Dengan alasan bahwa ibuprofen relatif lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping yang serius pada dosis analgesik, maka ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas dibeberapa negara antara lain Amerika Serikat dan Inggris. Ibuprofen tersedia di toko obat dalam dosis lebih rendah dengan berbagai merek, salah satunya ialah Proris® (Wilmana dan Gan, 2007).

2.2.3 Aspirin

Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri), antipiretik (terhadap demam), dan antiinflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Beberapa contoh aspirin yang beredar di Indonesia ialah Bodrexin® dan Inzana® (Wilmana dan Gan, 2007).

Efek-efek antipiretik dari aspirin adalah menurunkan suhu yang meningkat, hal ini diperantarai oleh hambatan kedua COX (cyclooxygenase)

dalam sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama proses inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan atau superfisial dan disertai keluarnya keringat yang banyak (Katzung, 2002).

(10)

demam ringan (Soedjatmiko, 2005). Efek samping seperti rasa tidak enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari lebih dari 325 mg. Penggunaan bersama antasid atau antagonis H2 dapat mengurangi efek tersebut (Wilmana dan Gan, 2007).

Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah) dan dapat memicu risiko perdarahan sehingga tidak dianjurkan untuk menurunkan suhu tubuh pada demam berdarah dengue (Wilmana, 2007). Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye (Katzung, 2002)

2.3 KOMPRES DEMAM

Selain pemberian antipiretik, demam juga dapat diturunkan dengan melakukan pengompresan. Hal ini dikarenakan manusia mempunyai komponen-komponen dalam menjaga keseimbangan energi dan keseimbangan suhu tubuh. Diantaranya adalah hipotalamus, asupan makanan, kelenjar keringat, pembuluh darah kulit dan otot rangka. Dan juga manusia memiliki mekanisme untuk menurunkan suhu tubuh apabila tubuh memperoleh terlalu banyak panas dari aktifitas otot rangka atau dari lingkungan eksternal yang panas. Suhu tubuh harus diatur karena kecepatan reaksi kimia sel-sel bergantung pada suhu tubuh dan panas yang berlebihan dapat merusak protein sel (Sherwood, 2001).

(11)

termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di susunan saraf pusat dan organ abdomen (Sherwood, 2001).

Hipotalamus sangat peka. Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0.01ºC. Tingkat respon hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangan sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (Sherwood, 2001).

Di hipotalamus diketahui terdapat 2 pusat pengaturan suhu. Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat memicu refleks-refleks yang memperantarai pengurangan panas (Ganong, 2002). Sehingga pemberian kompres hangat memberikan sinyal ke hipotalamus menyebabkan terjadinya vasodilatasi. Hal ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali. Pemberian kompres hangat ini dilakukan secara berulang-ulang dan lakukan evaluasi suhu tubuh anak setelah 20 menit (Budiartha, 2009).

2.4 PENGOBATAN TRADISIONAL HERBALIS

Menurut WHO (2002), pengobatan tradisional ialah suatu sistem pengobatan komprehensif seperti pengobatan Cina dan ayurveda India, termasuk pengobatan dari bahan tumbuh-tumbuhan (herbal), hewan, atau mineral nonterapi medik.

Pengobatan tradisional herbalis ialah suatu ilmu dan seni mengatasi berbagai penyakit dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan berkhasiat yang tidak menimbulkan efek negatif bagi pengkonsumsinya (Supriadi, 2001).

(12)

temurun baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Indonesia diakui negara yang kaya tanaman herbal, berdasarkan data International Trade Centre

UNCTAD/WTO, negara yang mengekspor tumbuhan obat terbesar (Supriadi, 2001).

Dalam pengobatan tradisional semua bahan-bahan yang dipergunakan berasal dari bahan yang biasa digunakan di dapur keluarga dan tumbuh-tumbuhan yang mudah didapatkan yang tumbuh di sekitar tempat tinggal, seperti di halaman, di pinggir-pinggir jalan dan di kebun. Bahan atau ramuan yang berupa tanaman dari bahan tersebut secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Dwiyatmoko, 2001).

Menurut Wijayakusuma (2008), ramuan pengobatan herbal yang dapat menurunkan demam:

1. Resep 1:

30 g pegangan segar (15 g kering) 30 g daun kaca piring

a. Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu saring.

b. Minum 150 cc 2 kali sehari.

2. Resep 2:

30 g sambiloto kering 1 sdm madu

a. Cuci bersih bahan, rebus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring. b. Tambahkan madu, lalu minum 2 kali sehari.

3. Resep 3:

60-100 g krokot segar

a. Cuci bersih bahan, rebus setengah matang, lalu blender hingga halus. b. Minum 2 kali sehari.

(13)

30 g akar alang alang

20 g asam kawak, buang bijinya 200 g tomat matang

Madu secukupnya

a. Cuci semua bahan, rebus dengan 300 cc air hingga tersisa 150 cc, lalu saring. b. Gubakan airnya untuk memblender tomat.

c. Tambahkan madu, lalu minum.

5. Resep 5:

1 jari batang brotowali 30 g meniran

a. Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu saring.

b. Minum 150 cc 2 kali sehari.

6. Resep 6 (pemakaian luar untuk panas pada anak): 4 siung bawang merah, haluskan

1 buah jeruk nipis, peras 1 sdm minyak kelapa

a. Campur semua bahan, aduk rata.

b. Kompreskan pada ubun-ubun (kepala atas) anak.

Adapun beberapa resep obat herbalis lain yang dapat menurunkan demam pada anak menurut Dalimartha (2008), contohnya:

1. Lempuyang Emprit (Zingiber amaricans) a. Cuci bersih 10 gram umbi lempuyang emprit b. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. c. Setelah dingin, peras, ambil sarinya.

(14)

2. Kunyit (Curcuma longa)

a. Cuci bersih 10 gram umbi kunyit.

b. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. c. Setelah dingin, peras, ambil sarinya.

d. Tambahkan dengan perasan 1/2 buah jeruk nipis.

e. Campur dengan 2 sendok makan madu bunga kapuk, aduk rata.

f. Bagi menjadi 3 bagian campuran madu dan kunyit ini, kemudian berikan 3 kali sehari.

3. Pegagan (Centella asiatica L.)

a. Rebus 1 genggam pegagan segar dengan 2 gelas air hingga mendidih dan airnya tinggal 1 gelas.

b. Bagi menjadi 3 bagian dan diminum 3 kali sehari.

4. Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.)

a. Cuci bersih 10 gram rimpang temulawak.

b. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. c. Setelah dingin, peras, ambil sarinya.

d. Campur dengan 2 sendok makan madu bunga kapuk, aduk rata.

e. Bagi menjadi 3 campuran madu dan temulawak, kemudian berikan 3 kali sehari.

5. Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis)

a. Cuci bersih daunnya, keringkan dengan lap bersih, panaskan sebentar di atas api agar lemas.

b. Remas-remas sehingga lemas, olesi dengan minyak kelapa, kompreskan pada perut dan kepala.

6. Meniran (Phyllanthus niruri)

(15)

b. Bagi menjadi 3 bagian dan diminum 3 kali sehari.

7. Kelapa ( Cocos nucifera L.)

Air kelapa muda banyak mengandung mineral, antara lain kalium. Untuk menurunkan demam, minum air kelapa pada pagi dan sore hari, masing-masing 1 buah.

8. Daun Sirih (Piper bettleL.)

a. Daun sirih 1 genggam dilumatkan tanpa air.

b. Kemudian dilumurkan pada kepala dan pinggang kiri-kanan.

9. Alamanda (Allamanda cathartica L.)

a. Rebus daun dan masukkan ke dalam ember atau baskom. b. Gunakan untuk menguapi badan yang panas.

Menurut Afifah (2005), umumnya pemakaian obat tradisional di masyarakat tidak mempunyai standar yang tepat karena berdasarkan pengalaman turun temurun, pemakaian dosis yang tepat memberikan efek yang maksimal. Resep-resep pemakaian obat tradisional yang dipublikasikan sudah mempunyai standar dosis sehingga dapat dipakai sebagai acuan. Dosis dapat dilihat di tabel 2.1

Tabel 2.1. Dosis yang Direkomendasikan pada Anak

Usia Dosis

< 1 tahun 1/4 dosis anjuran 1-6 tahun 1/2 dosis anjuran 6-12 tahun 3/4 dosis anjuran 12 tahun-dewasa 1 dosis anjuran

(16)

2.5 PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) 2.5.1 Pengetian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour).

2.5.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisa (analysa)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis)

(17)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

5. Penghasilan

(18)

akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.6 TINGKAT PENDIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI PENATALAKSANAAN DEMAM

Demam pada anak merupakan keadaan yang sering menimbulkan kecemasan sehingga ibu seringkali memberikan obat penurun panas apabila anak mereka demam. Hal tersebut dilakukan oleh orangtua karena obat penurun panas, baik yang diperoleh dengan resep dokter, maupun yang dijual bebas di warung, dianggap dapat membuat keadaan kesehatan anak lebih baik dalam waktu yang relatif cepat (Widjaja, 2001).

Namun tidak semua ibu langsung memberikan obat penurun panas saat anak mereka demam. Beberapa ibu lebih memilih untuk mengatasi demam anak dengan tindakan seperti melonggarkan pakaian anak, mengurangi suhu sekitar, mengompres, mendorong anak untuk banyak minum (Soedjatmiko, 2005), serta memberikan pengobatan dengan tumbuhan-tumbuhan tradisional (Rahayu, 2008).

Gambar

Tabel 2.1. Dosis yang Direkomendasikan pada Anak

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Di sisi lain, mereka juga menggunakan produk perawatan wajah agar tetap terlihat segar dan demi menambah rasa percaya diri sehingga jelas bahwa lelaki masa kini

Dengan desain tempat yang nyaman, kami berusaha agar client yang datang ke tempat desain tempat yang nyaman, kami berusaha agar client yang datang ke tempat

Ciri-ciri sekolah berkesan yang boleh membantu pembinaan etos berasas kepada:- Ciri-ciri sekolah berkesan yang boleh membantu pembinaan etos berasas kepada:- •• Budaya sekolah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : (1) Bagaimana latar belakang sejarah berdirinya usaha kerajinan

ten untuk ruptur perineum derajat tiga dan empat. Klasifikasi terdahulu tidak lengkap karena

Pokja (Kelompok Kerja) ULP Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung TA.2014, akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan metode Pascakualifikasi untuk

When updating a joined table, you must specify the tables in the join, qualify the column names with table names, and define the join condition in the WHERE clause, as shown in

Untuk membersihkan layar konsole anda, perintah yang digunakan adalah: kari@debian:~$ clear (juga dapat menekan ctrl+L pada keyboard). Menggunakan