• Tidak ada hasil yang ditemukan

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Nina Ruly Istiari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Nina Ruly Istiari"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN SIMBOL BUDAYA USING DALAM KUMPULAN SYAIRSEBLANG

Nina Ruly Istiari

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Simbol budaya dalam syair Seblang menjadi ciri khas atau identitas budaya yang terbingkai dalam bentuk folklor. Keberadaansimbol budaya tersebut membedakan daerah satu dengan lainnya. Jati diri orang Using akan memupuk jiwa kolektif keUsingan. Kebanggaan kolektif akan syair menciptakan kerukunan, paling tidak di antara pendukungnya demi tercipta kebersamaan yang luar biasa. Permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus garapan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) bentuk simbol budaya Using dalam kumpulan syair Seblang, (2) makna simbol budaya Using dalam kumpulan syair Seblang, dan (3) fungsi simbol budaya Using dalam kumpulan syairSeblang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifkualitatif yaitu mendeskripsikan bentuk simbol, makna simbol, dan fungsi simbol budaya Using dalam kumpulan syair Seblang.Sumber data penelitian ini adalah kumpulan syair Seblang (anonim).Jenis data penelitian ini adalah verbal dalam bentuk ungkapan(tuturan yang mengandung nasihat).Teknik pengumpulan data dilakukan oleh peneliti (sebagai instrumen utama) dibantu dengan teknik wawancara.Wawancara dilakukan terhadap tokoh masyarakat yang berkedudukan sebagai seniman di daerah Using.Teknik analisis data dilakukan dengan teknik interpretatif dan eksplanatif.Hasil penelitian menunjukkan tiga hal penting (a) bentuk simbol antara lain kembyang, pudhak, belimbing, menur, gadhung, petung, cengkir gadhing, jala sutra, kedhung lewung, gumuk, tambak, manuk, kupu cedung, singo,dan jenang. (b) Makna simbol yaitu sejarah kehidupan masyarakat Using yang sangat sengsara pada saat perang puputan bayu. (c) Fungsi simbol budaya Using dalam kumpulan syairSeblang berfungsi sebagai sarana untuk memahami budaya Using. Simbol dalam kumpulan syair Seblang dijadikan sebagai pedoman hidup masayarakat Using, selain itu simbol dalam syair Seblang berfungsi untuk menjaga kehidupan sosial, karena simbol dalam kumpulan syair Seblang mengandung nasihat dan ajakan untuk selalu berbuat baik.

Kata-kata kunci: analisis wacana kritis, Seblang, syair Seblang, bentuk simbol, makna simbol, dan fungsi simbol.

PENDAHULUAN

Bahasa sebagai alat komunikasi secara genetis hanya ada

(2)

kenyataan, sedangkan binatang tidak mampu melakukan hal yang sama. Bahasa hidup di dalam masyarakat dan dipakai oleh warganya untuk berkomunikasi.Kelangsungan hidup sebuah bahasa sangat dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi dalam dan dialami penuturnya (Suandi,2014: 1).

Keanekaragaman bahasa tidak dapat dipisahkan dari keanekaragaman budaya.Ditinjau dari segi budaya, bahasa termasuk aspek budaya, kekayaan bahasa merupakan sesuatu yang menguntungkan.Kebudayaan itu adalah satu sistem yang berfungsi sebagai saran.Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang mempunyai hubungan erat sehingga tidak dapat dipisahkan.Terciptanya atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi di alam ini. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain, akal intelegensia, dan intuisi. Dengan sumber kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bahwa manusia menciptakan kebudayaan.Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan.Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan manusia dapat hidup di tengah kebudayaan yang diciptakannya.

Budaya yang dikembangkan oleh manusia berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang.Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa

budaya yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Bahasa berkedudukan sebagai bahan dalam hubungannya dengan sastra, sudah mempunyai sistem dan konvensi sendiri.Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra yang disesuaikan konvensi sastra.Sastra mempunyai konvensi sendiri disamping konvensi bahasa. Dalam sastra ada jenis-jenis sastra yang beragam antara lain, jenis sastra prosa dan puisi, prosa mempunyai ragam cerpen, novel, dan roman. Genre puisi mempunyai ragam puisi lirik, syair, pantun, soneta, balada.Tiap ragam itu merupakan sistem yang mempunyai konvensi sendiri-sendiri. (Pradopo, 2009: 122).

Karya sastra itu mengandung ide dasar buah pikiran yang luhur,pengalaman jiwa yang berharga, pertimbangan-pertimbangan yang luhur tentang sifat baik buruk, pandangan kemanusiaan yang tinggi. Dengan kata lain di dalam karya sastra itu terkandung nilai-nilai budaya. Inilah salah satu fungsi sastra yaitu bermanfaat karena karya sastra itu mengandung nilai-nilai budaya.

(3)

tanda mempunyai arti atau makna yang disebabkan oleh konvensi-konvensi.Konvensi itu merupakan perjanjian masyarakat, baik masyarakat bahasa maupun masyarakat sastra, perjanjian itu merupakan perjanjian tak tertulis, disampaikan secara turun-temurun, bahkan kemudian sudah menjadi hakikat sastra sendiri.Tanda-tanda sastra tidak hanya pada teks tertulis saja misalnya novel, cerpen, dan puisi, melainkan tanda tanda sastra juga terdapat pada sebuah kebudayaan atau adat istiadat suatu daerah. Di dalam sejarah munculnya suatu daerah juga terdapat sebuah sastra yang biasa disebut dengan istilah syair atau cerita rakyat. Khususnya di pulau Jawa yang terkenal penuh dengan misteri yang melatarbelakangi asal usul tanah Jawa.

Menurut (Endraswara, 2010: 2) sadar atau tidak, kehadiran memperkaya khasanah budaya bersangkutan. Foklor misalnya, akan menjadi ciri khas atau identitas kejawaan yang membedakan dengan etnik lain. Jati diri orang Jawa akan memupuk jiwa kolektif kejawaan. Kebanggaan kolektif atas syair mungkin akan menciptakan kerukunan, paling tidak di antara pendukungnya akan tercipta kebersamaan yang luar biasa, sehingga jiwa individualisme orang Jawa terminimalisir.

Masyarakat sekarang khususnya masyarakat Using dinilai kurang perhatian terhadap sebuah syair, masyarakat Using lebih mengenal kehidupan moderen tanpa mengingat sejarah atau asal usul suatu daerahnya.Padahal di dalam sebuah syair terdapat nilai-nilai

kehidupan yang masih perlu diterapkan dalam kehidupan pada zaman sekarang.Masyarakat hanya mendapat kabar angin dari syair Using. Bahkan sebagian sama sekali tidak mengenal seluk beluk syair. Hal ini perlu direnungkan karena perkembangan syair di Using memang belum pesat.Orang Jawa hanya mengenal kulit-kulit saja, kendati hampir tiap hari menggunakannya. Itulah sebabnya tidak mustahil jika sebagian orang Using masih menganggap asing terhadap syair, bahkan ada juga yang berasumsi bahwa syair itu sekedar kabar burung, rumor, atau celoteh yang sulit dipertanggungjawabkan.

Karya sastra yang telah lahir tidak luput dari berbagai kejadian yang terjadi di masyarakat. Karya sastra merupakan refleksi hasil pengamatan pengarang yang di dalamnya terdapat cermin kebudayaan yang mendasar pada realitas zamannya. Seorang pengarang sadar dan tidak sadar mempunyai tujuan ingin mengangkat realitas kehidupan ke dalam sebuah karya sastra.Salah satunya yang dapat diusung ke dalam sebuah karya sastra yaitu peristiwa yang terjadi atau muncul secara ilmiah dari kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan manusia.

(4)

kebudayaan masyarakat pendukungnya, pelestariannya hanya dimungkinkan oleh fungsinya bagi kehidupan masyarakat kebanyakan. Seblang ini dilaksanakan pada waktu tertentu, sehingga pesan yang mengandung nilai-nilai kehidupan harus diulang secara terus menerus demi terjaminnya kepatuhan warga terhadap kehidupan sosial. Kehidupan sosial itu antara lain, kerukunan dan kedamaian yang sepenuhnya antar sesama warga. Seblang tidak hanya bersifat normative sebagai bentuk upacara yang seremonial, sebab dalam kegiatan Seblang sebagai upaya manusia untuk mencapai integritas budaya dan kebudayaannya agar tidak terjadi keguncangan di lingkungan masyarakat untuk mencapai sebuah keseimbangan hidup antarsesama.

Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Jawa Timur.Wilayahnya cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian dataran tinggi Ijen, dengan puncaknya Gunung Raung (3.282 m), dan Gunung Merapi (2.800m). Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda.Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam Meru Betiri pantai Sukamade, merupakan kawasan pengembangan penyu.Semenanjung Using juga terdapat cagar alam Taman Nasional Alas Purwo.

Penduduk Banyuwangi cukup beragam mayoritas adalah suku

Using, namun tidak dipungkiri masih ada suku yang lainnya, misalnya suku Madura (Kecamatan Wongsorejo, Bajulmati, Glenmore, dan Kalibaru) dan suku Jawa yang cukup signifikan, serta terdapat suku Bali dan suku Bugis. Suku Using merupakan suku asli kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sub suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan bahasa Using yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa.

Alasan peneliti memilih judul ini karena objek yang digunakan dalam penelitian ini sangat menarik. Mengingat masyarakat sekarang kurang begitu mengenal syair yang ada di daerah masing-masing khususnya syair Seblang yang sampai saat ini kurang dikenal oleh masyarakat Banyuwangi. Di dalam syair Seblang terdapat banyak ciri khas budaya Banyuwangi yang belum dikenal oleh masyarakat.Selain mengandung simbol, tarian Seblang juga mengandung tarian Seblang merupakan tarian tertua dan sangat potensial di Kabupaten Banyuwangi.Bagian dari etnik Jawa yang dahulunya terisolasi karena perang yang tiada hentinya dengan kerajaan tetangga dan yang terakhir perang melawan pasukan Belanda. Alasan lain yang melatar belakangi peneliti mengambil judul penelitian ini karena judul tersebut belum pernah diteliti.

MANFAAT PENELITIAN

(5)

semiotik. Sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap kehidupan masyarakat. Mengenai hal ini, peneliti memperkuat alasan manfaat penelitian ini dengan menggunakan teori (Pradopo, 2009: 122) yang menjelaskan bahwa makna simbol bertujuan untuk memahami karya sastra berupa arti bahasa, suasana, perasaan, intensitas, arti tambahan (konotasi), daya liris, dan segala pengertian tanda-tanda yang ditimbulkan oleh konvensi sastra.

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap pengajaran bahasa dan sastra Indonesia yang berkaitan dengan pengajaran tentang puisi. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar penelitian selanjutnya yang lebih mendalam khususnya penelitian tentang simbol budaya.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka, yaitu meneliti tentang penggunaan simbol budaya Using dalam syair Seblang dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif yaitu dengan menggunakan pola deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi. Karena dalam penelitian ini mengaitkan cerita dengan bentuk simbol, makna simbol, dan fungsi simbol budaya syair Seblang yang menjadi identitas budaya Using.

Penelitian yang berjudul Penggunaan Simbol Budaya Usingdalam kumpulan Syair Seblang ini menggunakan pendekatan deskripsi kualitatif yaitu dengan menggunakan pola deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi. Karena

dalam penelitian ini mengaitkan cerita dengan bentuk simbol, makna simbol, dan fungsi simbol budaya Using dalam syair Seblang yang menjadi identitas budaya masyarakat Banyuwangi.

Penelitian ini adalah penelitian deskripsi kualitatif yang termasuk ke dalam jenis kajian pustaka. Penelitian ini menganalisis salah satu bentuk karya sastra, yaitu tentang syair Seblang. Menganalisis penggunaan bentuk, makna,dan fungsi simbol budaya Using dalam syairSeblang,yang menjadi identitas masyarakat Banyuwangi. Data deskriptifmerupakan data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka (Moleong, 2010: 11).Data deskriptif diperoleh dalam sebuah penelitian kualitatif yang hasilnya dideskripsikan berdasarkan pada tujuan penelitian.

(6)

subjek penelitian ini berkaitan dengan budaya Banyuwangi. Sedangkan waktu pelaksanaannya akan dilakasanakan pada bulan April tahun 2016. Waktu pelaksanaan penelitian kurang lebih satu bulan.

Moleong (2010: 132) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.Subjek dalam penelitian ini, yaitu penggunaan simbol budaya Using dalam syair Seblang.

Objek dalam penelitian ini adalah syair Seblang. Metode yang dilakukan yaitu memilih sumber data dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian, yaitu bentuk simbol, makna simbol, dan fungsi simbol yang menjadi identitas budaya Using dalamkumpulan syair Seblang. Adapun bentuk simbol budaya Using dalam kumpulan syair Seblang, antara lain (1) kembyang,(2) pudhak, (3) belimbing, (4) menur, (5) gadhung, (6) petung, (7) cengkir gadhing (8) jala sutra,(9) kedhung liwung, (10) gumuk, (11) tambak, (12) manuk, (13) kupu, (14) singo, (15) jenang, dan (16) upak gadhung.

Teknik pengumpulan data merupakan upaya penulis untuk mencari informasi maupun data dengan tujuan sebagai bahana kajian serta sebagai landasan dasar melaksanakan analisis.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara.Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong,2010: 186). Dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti

menggunakan metode wawancara terstruktur dengan menyusun pertanyaan yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam proses wawancara ini narasumber yang dipilih yaitu warga Banyuwangi asli yang memang mengetahui seluk beluk tentang budaya Banyuwangi khususnya budaya yang terkandung dalam kumpulan syairSeblang.

Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar ( Moleong,2010: 280). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif yaitu dengan menggunakan pola deskripsi, interpretasi,dan eksplanasi. Karena dalam penelitian mengaitkan cerita dengan bentuk simbol, makna simbol, dan fungsi penggunaan simbol budaya Using dalam syair Seblang yang menjadi identitas masyarakat Banyuwangi.

(7)

yakni menguraikan simbol yang menjadi identitas budaya Using dan analisis secara deskripsi atas teks, (4) interpretatif, yakni menafsirkan makna simbol yang menjadi identitas budaya Using dalam syair Seblang dihubungkan dengan praktik wacana yang dilakukan, (5) ekspklanatif, yakni untuk mencari penjelasan hasil penafsiran kita pada tahap deskripsi.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat enam belas bentuk simbol identitas budaya Using dalam kumpulan syair Seblang antara lain simbol kembang, pudhak, belimbing, menur, gadhung,petung, cengkir gadhing, jala sutra, kedhung,manuk, kupu cedung, jenang, upak gadhung. Dalam kumpulan syair Seblang sendiri simbol-simbol tersebut merupakan syair yang menggambarkan sejarah kehidupan Using atau masyarakat Using yang penuh dengan ketelantaran, dan mempertaruhkan jiwa raganya melawan penjajah.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan adapun bentuk simbol yang terdapat dalam kumpulan syair Seblang antara lain, bentuk simbol yang berasal dari tanaman, bentuk simbol yang berasal dari alat, bentuk simbol yang berasal dari binatang, bentuk simbol yang berasal dari makanan. Pembahasan bentuk simbol ini berdasarkan pada penjelasan teori bahwa simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat arbiter (Pradopo,2009: 120).Dalam budaya Using simbol mempunyai fungsi yang sangat

penting. Kebudayaan suatu masyarakat Using itu terbungkus oleh simbol-simbol. Untuk memahami suatu kebudayaan masyarakat perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai simbol-simbol budaya tersebut,sehingga simbol berfungsi sebagai sarana untuk memahami budaya. Syair Seblang sebenarnya syair yang dinyanyikan oleh para sinden ketika acaraSeblang.Syair Seblangtersebut mengandung nilai misteri, syair yang mengandung nilai misteri sebagian terdapat dalam syair pendek yang kalimatnya memiliki potensi sebagai nasihat.

(8)

tanda bahasa dikaitkan dengan denotatum atas perjanjian (Ratna,2011: 115). Simbol yang terdapat dalam kumpulan syair Seblang merupakan salah satu kata yang mengandung makna secara keseluruhan. Simbol dalam kumpulansyair Seblang merupakan kata yang sederhana dan mudah dipahami, namun dengan kata tersebut dapat memiliki makna yang mendalam sesuai dari arti dari kata itu sendiri. Karena kumpulan syair Seblang ini sebenarnya merupakan nasihat untuk rakyat Using agar terus berjua mempertahankan kejayaan tanah Using.

Syair pertama yang dinyanyikan oleh sinden ketika acara Seblang, yaitu syair “Seblang lukinto” syair ini sama dengan wangsalan atau basanan yang berbunyi “ Seblang-Seblang damar gunung, ketang-ketang awak kula, Seblang-Seblang sumber mego.Seblang-Seblang mendung putih, Seblang-Seblang Cerme putih, Seblang-Seblang belimbing bumi, Seblang-Seblang manuk abang putih dadane”. Bentuk simbol yang terdapat dalam syair ini yaitu belimbing bumi dan manuk abang putih dadane.Damar gunung mengarah pada bintang, sumber mego yang dimaksudkan adalah hujan, mendung putih mengarah pada mega, belimbing bumi mengarah pada buah wesoh yang berarti susah, dan manuk abang putih dadane mengarah pada burung elang yang dimaksudkan adalah masyarakat Using atau prajurit Using. Jadi dengan adanya simbol belimbing bumi, dan manuk abang putih dadane memberikan makna pada syair tersebut masyarakat Using

(9)

keberanian bidadari, maka turunlah para punggawa dan prajurit untuk mengikuti keberanian bidadari.Simbol yang terdapat dalam syair upak gadhung merupakan gambaran situasi peperangan, dengan adanya simbol “upak gadhung dibakar yo melengkung”mgandung makna lawan menjadi bingung seperti orang yang memakan buah gadhung. Kumpulan syair Seblang yang memiliki bentuk simbol tersebut merupakan rangkaian sejarah dari peristiwa perang puputan bayu yang pejuangnya bernama wong Agung Wilis, pangeran Jaga Pati, dan putri Sayu Wiwit yang puncak kemenangannya pada tanggal 18 Desember 1771. Semua ungkapan dalam kumpulan syair Seblang merupakan sejarah kehidupan pada masa itu.Kehidupan yang dijalani nengakibatkan ketelantaran, hidup sengsara. Makna dari bentuk simbol bertujuan untuk memahami karya sastra berupa arti bahasa, suasana, perasaan, intensitas, arti tambahan (konotasi), daya liris, dan segala pengertian tandaa-tanda yang ditimbulkan oleh konvensi sastra (Pradopo,2009: 122). Setiap konvensi dalam karya sastra memiliki makna atau arti yang berfungsi sebagai sarana untuk memahami maksud dari karya sastra.Makna simbol yang terdapat dalam syair Seblang mempunyai fungsi sebagai memahami kebudayaan masyarakat Using.Jika dilihat dari sejarah Seblang fungsi dari simbol dalam syair Seblang yaitu sebagai wangsalan untuk menyindir para penjajah yang masuk ke Jawa Timur pada runtuhnya Majapahit.

Bentuk simbol yang terdapat dalam syair Seblang memiliki fungsi atau manfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat Using khususnya.Adapun fungsi dari bentuk simbol tersebut yaitu sebagai pendidikan sikap dan moral, religius, aspek sosial.Simbol dalam kumpulan syair Seblang dapat berfungsi sebagai pendidikan sikap dan moral karena dalam syair Seblang tersebut mengandung makna ajakan atau nasihat untuk selalu berbuat baik dengan menjaga dan melanjutkan perjuangan para pahlawan. Simbol dalam kumpulan syair Seblang juga bermanfaat dalam bidang keagamaan yaitu mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada kita, selain itu simbol dalam syair Seblang berfungsi untuk menjaga kehidupan sosial, karena dalam kumpulan syair Seblang mengajak masyarakat untuk selalu hidup gotong royong dan saling membantu satu sama lainnya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat delapan bentuk simbol identitas budaya Using dalam kumpulan syair Seblang antara lain, (1) bentuk simbol yang berasal dari tanaman, yaitu kembyang, pudhak, belimbing, menur, gadhung, petung, dan cengkir gadhing. (2) Bentuk simbol yang berasal dari alat, antara lain ,jala sutra, kedhung liwung, gumuk, dan tambak. (3) Bentuk simbol yang berasal dari hewan, antara lain manuk,kupu cedung, dan singo. (4) Bentuk simbol yang berasal dari makanan, antara lain jenang,danupak gadhung.

(10)

makna simbol budaya Using dalam kumpulan syair Seblangtersebut merupakan rangkaian sejarah dari peristiwa perang puputan bayu . Semua ungkapan dalam syair Seblang merupakan sejarah kehidupan pada masa itu.Kehidupan yang dijalani nengakibatkan ketelantaran, hidup sengsara.

Bentuk simbol yang terdapat dalam kumpulan syair Seblang memiliki fungsi atau manfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat Using khususnya.Adapun fungsi dari bentuk simbol tersebuat yaitu sebagai pendidikan sikap dan moral, religius, aspek sosial.Simbol dalam kumpulan syair Seblang dapat berfungsi sebagai pendidikan sikap dan moral karena dalam syair Seblangtersebut mengandung makna ajakan atau nasihat untuk selalu berbuat baik dengan menjaga dan melanjutkan perjuangan para pahlawan. Simbol dalam kumpulan syairSeblang juga bermanfaat dalam bidang keagamaan yaitu mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada kita, selain itu simbol dalam syair Seblangberfungsi untuk menjaga kehidupan sosial, karena dalam kumpulan syair Seblang mengajak masyarakat untuk selalu hidup gotong royong dan saling membantu satu sama lainnya.

SARAN

Dalam pengajaran bahasa Indonesia diajarkan materi tentang syair. Pengajaran ini biasanya hanya mengacu pada buku teks tanpa ada variasi dari sumber lainnya. Berkaitan dengan pengajaran tentang puisi (syair) dapat memanfaatkan kajian ini sebagai acuan dalam

menyampaikan materi dengan mengenalkan bentuk simbol,makna simbol,dan fungsi dari setiap syair. Pembaca dapat menggunakan kajian ini sebagai pengetahuan memahami simbol khususnya simbol dalam sebuah syair.Saran untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya yang lebih mendalam, khususnya penelitian yang berkaitan dengan simbol budaya dalam kumpulan syair.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Danandjaya.1991. Folklor

Indonesia.Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Darma, Yoce Aliah. 2014. Analisis Wacana Kritis dalam Multiperspektif. Bandung: PT Refika Aditama.

Endraswara, Suwardi. 2010. Foklor Jawa Macam, Bentuk, dan Nilainya. Jakarta: Penaku. Hoed, Benny H. 2011.Semiotik dan

Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas Bambu. Koentjaraningrat. 1983. Pengantar

Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pradopo, Rahmat Djoko. 2009. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pradopo, Rahmat Djoko. 2009.

(11)

Ratna, Nyoman Kuta.2011.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Singodimajan, Hasan. 2009. Ritual Seblang Sebuah Seni Perdamaian Masyarakat Using Banyuwangi. Banyuwangi: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Suandi, I

Nengah2014.Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yunita, Lusia. 2012. Bentuk, Makna, Simbol Tembang Jawa. Malang: Universitas Islam Malang. Internet:

http://Usingsc.blogspot.com/2012/6

Referensi

Dokumen terkait

c. Laporan Jasa Non Atestasi, yang disusun dengan menggunakan Formulir Nomor: X.J.2-3 lampiran 3. Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 wajib disampaikan setiap tahun

2016 , mengundang Saudara untuk keperluan Pembuktian Kualifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam dokumen penawaran yang Saudara. sampaikan pada pekerjaan

Pasar Modal, dipandang perlu untuk mengubah Keputusan Ketua Bapepam Nomor 38/PM/1991 tentang Laporan Kepada Bapepam Oleh Akuntan dengan Keputusan Ketua Bapepam yang baru;.. Mengingat

Dengan ini memberitahukan bahwa setelah diadakan Penetapan oleh Pejabat Pengadaan barang/jasa Dinas Perikanan Kabupaten Pesawaran maka diberitahukan Pemenang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dipandang perlu untuk menyempurnakan Peraturan Nomor X.H.1 Lampiran Keputusan Ketua Badan

Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dipandang perlu untuk menetapkan Keputusan Ketua Bapepam tentang Pemeliharaan Dokumen Oleh

[r]

[r]