• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data dan Metode Pengolahan Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Data dan Metode Pengolahan Data"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab III Data dan Metode Pengolahan Data

III.1 Data

a) Transvol ARLINDO di selat Makassar yang merupakan hasil simulasi model barotropik untuk tahun El Niño (1972/73, 1982/83, dan 1997/98), tahun La Niña (1973/74 dan 1998) dan tahun Normal (1974, 1981 dan 1996) diperoleh dari Mahie (2005).

b) Indeks ENSO diukur dari anomali SPL di niño 3.4 (120oB –170oBB dan 5oLS–5oLU) (gambar III.1) yang diperoleh dari http://www.cdc.noaa.gov.

Gambar III.1. Posisi daerah niño 3.4 di samudera Pasifik (Sumber: www.ideo.columbia.edu)

c) Indeks monsun berupa komponen kecepatan angin meridional di Selat Makassar yang merupakan data angin 6 jam-an yang diperoleh dari http://www.ncep.gov dalam Mahie (2005).

d) Indeks Dipole Mode (IDM) ditentukan dari perbedaan anomali SPL Samudera Hindia ekuator bagian barat (50oBT – 70oBT dan 10oLS – 10oLU) dengan anomali SPL Samudera Hindia di lepas pantai Sumatera (90oBT – 110oBT dan 10oLS – ekuator) (gambar III.2), yang diperoleh dari http://www.jamstec.go.jp.

(2)

Gambar III.2. Lokasi fenomena dipole mode di samudera Hindia yang didefinisikan berdasarkan Saji et.al., (1999) dalam Bannu (2003)

III.2. Metode Pengolahan Data

Untuk mengetahui keterkaitan atau hubungan antara transvol ARLINDO dengan ENSO, Monsun dan Dipole Mode maka dilakukan analisis hubungan. Penerapan analisis hubungan ini fungsinya untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan, bentuk atau arah hubungan di antara variabel-variabel, dan besarnya pengaruh variabel yang satu (variabel bebas, variabel independen) terhadap variabel lainnya (variabel terikat, variabel dependen). Teknik statistik yang digunakan dalam analisis hubungan meliputi analisis korelasi (koefisien korelasi), koefisien penentu, dan analisis regresi, baik untuk hubungan yang melibatkan hanya dua variabel maupun untuk hubungan yang melibatkan lebih dari dua variabel.

• Koefisien korelasi

Koefisien korelasi (KK) adalah indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-), atau (-1 ≤KK ≤ +1).

• Koefisien penentu

Koefisien penentu (KP) adalah angka atau indeks yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel atau lebih (variabel bebas,

(3)

X) terhadap variasi (naik/turunnya) variabel yang lain (variabel terikat, Y), dengan nilai KP berada antara 0 sampai 1 (0 ≤ KP ≤ 1).

• Regresi

Regresi atau peramalan merupakan teknik statistik yang digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan nilai dari suatu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain melalui persamaan garis regresi. Regresi dapat berbentuk regresi linier, yaitu regresi yang memperlihatkan data yang ada dapat dinyatakan berada pada suatu garis lurus (linear) dan regresi nonlinier, yaitu regresi yang memperlihatkan data yang ada tidak dapat dinyatakan pada suatu garis lurus (nonlinear).

III.2.1 Analisis hubungan antara dua variabel

Teknik statistik yang digunakan dalam analisis hubungan yang hanya melibatkan dua variabel adalah koefisien korelasi silang (r), koefisien penentu (KP), dan analisis regresi sederhana.

III.2.1.1 Koefisien korelasi silang

Koefisien korelasi silang adalah koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan dari dua variabel. Dalam tesis ini analisa korelasi silang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan atau hubungan dari variasi transvol ARLINDO di Selat Makassar dengan ENSO, Monsun dan DM. Korelasi yang dilakukan adalah korelasi “1 – 1” yaitu antara transvol ARLINDO dengan ENSO, antara transvol ARLINDO dengan Monsun dan antara transvol ARLINDO dengan DM.

Persamaan yang digunakan dalam analisis korelasi silang dengan fungsi koefisien korelasi rxy adalah sebagai berikut (Emery dan Thomson, 1998):

( )

y x xy xy S S C r = τ (3.1) dimana:

(4)

x, y = variabel yang dikorelasikan

Sx = standar deviasi untuk deret waktu x

Sy = standar deviasi untuk deret waktu y

Cxy = fungsi kovariansi silang

Cxy

( )

τ ≡E

[

{

y

( )

t −µy

}

{

x

(

t

)

−µx

}

]

(

y y

)(

x x

)

k N i k k N i i− − − = − + =

1 1 (3.2)

dengan: µx = mean untuk deret waktu x

µy = mean untuk deret waktu y

Sedangkan;

τ = τk = k∆t (k = 0, 1, ...., M) adalah lag time untuk k sampel dengan penambahan

waktu dan ∆t dan M ≤ N. Analisis korelasi silang ini menggunakan selang kepercayaan 95% dan dianggap berkorelasi jika (Hasan, 2004):

N r> 2 dan

N r<− 2

Dimana N adalah jumlah data (Chatfield, 1989; dan Emery dan Thomson, 1998 dalam Hidayati, 2004)

III.2.1.2 Koefisien penentu

Koefisien penentu (KP) digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel terhadap variabel yang lain dalam hubungan yang hanya melibatkan dua variabel yang nilainya dirumuskan sebagai berikut (Hasan, 2004):

% 100

2×

=r

KP (3.3)

dimana: r2 = koefisien korelasi silang

III.2.1.3 Regresi sederhana

Regresi sederhana adalah regresi dimana variabel yang terlibat di dalamnya hanya dua, yaitu satu variabel terikat Y, dan satu variabel bebas X. Regresi sederhana terdiri dari regresi linier sederhana dan regresi sederhana non linier. Regresi

(5)

sederhana linier digunakan jika sebaran data yang menyatakan hubungan antara dua variabel tersebut bisa didekatkan dengan sebuah garis lurus, namun jika tidak, maka regresi sederhana ini akan berbentuk regresi sederhana non linier. Beberapa pola persamaan regresi dengan satu variabel bebas yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi, diantaranya (Irianto, 2006):

1. Linier dengan persamaan: Y = a + bX

2. Parabola dengan persamaan: Y = a + bX + cX2 3. Hipierbola dengan persamaan: Y = 1/(a + bX)

4. Fungsi pangkat tiga dengan persamaan: Y = a + bX + cX2 + dX3

Pola persamaan regresi nomor 1 merupakan regresi linier sederhana, sedangkan nomor 2, 3, dan 4 merupakan regresi nonlinier sederhana, dimana nilai koefisien a, b, c, dan d masing-masing dapat diperoleh dengan menerapkan teknik metode kuadrat terkecil (Mathew dan Fink, 1999) yang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran G.

Untuk menyatakan suatu hubungan linier atau tidak maka dilakukan uji signifikan terhadap persamaan regresi linier. Jika terdapat hubungan yang signifikan maka hubungan antara kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang linier, sebaliknya jika tidak terdapat hubungan yang signifikan maka hubungan antara kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang nonlinier. Analisis regresi linier sederhana ini menggunakan selang kepercayaan 95% dan dianggap berkorelasi jika (Hasan, 2004): ( )( )1 2 ; 0 F v v F > α dan ( )( ) 2 1 ; 0 F v v F <− α dimana:

(

)

2 2 0 e S X X b F = ×

− (3.4) dengan: 2 1 2 2 ⎟⎟ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⋅ − ⋅ − =

n XY b Y a Y Se (3.5)

a, b = koefisien regresi linier sederhana

( )( )1 2

;v v

(6)

III.2.2 Analisis korelasi lebih dari dua variabel

Untuk korelasi yang melibatkan lebih dari dua variabel, teknik statistik yang digunakan adalah koefisien korelasi berganda, koefisien korelasi parsial, koefisien penentu berganda, koefisien penentu parsial, dan regresi ganda.

III.2.2.1 Koefisien korelasi berganda dan koefisien penentu berganda Koefisien korelasi berganda (KKB) adalah koefisien korelasi untuk mengukur keeratan hubungan antara tiga variabel atau lebih. Nilai KKB untuk tiga variabel dirumuskan sebagai berikut (Hasan, 2004):

2 1 2 12 12 2 1 2 2 2 1 2 . 1 1 2 ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − − + = r r r r r r R Y Y Y Y Y (3.6)

dimana: RY1.2 = koefisien korelasi berganda tiga variabel

rY1 = koefisien korelasi variabel Y dan X1

rY2 = koefisien korelasi variabel Y dan X2

r12 = koefisien korelasi variabel X1 dan X2

Analisis korelasi berganda ini menggunakan selang kepercayaan 95% dan dianggap berkorelasi jika (Hasan, 2004):

( )( )1 2 ; 0 F v v F > α dan ( )( ) 2 1 ; 0 F v v F <− α dimana:

(

1 2

)

(

1

)

2 0= k n R k R F (3.7)

dengan: R = koefisien korelasi berganda

k = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel

( )( )1 2

;v v

(7)

Koefisien penentu berganda (KPB) adalah koefisien korelasi untuk menentukan besarnya pengaruh variasi (naik/turunnya) nilai variabel bebas (variabel X) terhadap variasi (naik/turunnya) nilai variabel terikat (variabel Y) pada hubungan lebih dari dua variabel. Nilai KPB untuk tiga variabel dirumuskan sebagai berikut (Hasan, 2004): % 100 2 2 . 1 × =RY KPB (3.8) dimana : 2 2 . 1 Y

R = koefisien korelasi berganda untuk tiga variabel.

III.2.2.2 Koefisien korelasi parsial dan koefisien penentu parsial

Koefisien korelasi parsial (KKP) adalah koefisien korelasi untuk mengukur keeratan hubungan dari dua variabel, sedangkan variabel lainnya dianggap konstan (tidak memberikan pengaruh) pada hubungan yang melibatkan lebih dari dua variabel. Sementara koefisien penentu parsial (KPP) adalah koefisien penentu untuk mengukur besarnya pengaruh sebuah variabel (variabel bebas) terhadap sebuah variabel lainnya (variabel terikat) jika variabel-variabel lainnya dianggap konstan pada hubungan yang melibatkan lebih dari dua variabel.

Nilai KKP dan KPP untuk tiga variabel dirumuskan sebagai berikut (Hasan, 2004):

a) Untuk hubungan antara Y dan X1 apabila X2 konstan

(

)(

)

{

2

}

12 12 2 2 12 2 1 2 . 1 1 1 r r r r r r Y Y Y Y − − ⋅ − = (3.9) dan % 100 2 2 . 1 × =rY KPP (3.10)

b) Untuk hubungan antara Y dan X2 apabila X1 konstan

(

)(

)

{

2

}

12 12 2 1 12 1 2 1 . 2 1 1 r r r r r r Y Y Y Y − − ⋅ − = (3.11) dan % 100 2 1 . 2 × =rY KPP (3.12)

(8)

c) Untuk hubungan antara X1 dan X2 apabila Y konstan

(

)(

)

{

2

}

12 2 2 1 2 1 12 . 12 1 1 Y Y Y Y Y r r r r r r − − ⋅ − = (3.13) dan % 100 2 . 12 × =r Y KPP (3.14) dimana:

rY1.2 = koefisien korelasi parsial antara Y dan X1 apabila X2 konstan

rY2.1 = koefisien korelasi parsial antara Y dan X2 apabila X1 konstan

r12.Y = koefisien korelasi parsial antara X1 dan X2 apabila Y konstan rY1 = koefisien korelasi silang antara Y dan X1

rY2 = koefisien korelasi silang antara Y dan X2

r12 = koefisien korelasi silang antara X1 dan X2

Analisis korelasi parsial ini menggunakan selang kepercayaan 95% dan dianggap berkorelasi jika (Hasan, 2004):

db t t0> α; dan t0<−tα;db dimana:

(

)

(

2

)

12 2 1 0 1 p p r m n r t − − = (3.15)

dimana: rp = koefisien korelasi parsial

n = jumlah sampel m = banyaknya variabel

tα;db= t tabel dengan α = 0,05 dan db = n-2.

Dalam tesis ini, perhitungan nilai koefisien korelasi berganda dan koefisien korelasi parsial (untuk korelasi lebih dari dua variabel) dilakukan dengan menggunakan software Statistica versi 6.0.

III.2.2.3 Regresi ganda

Regresi ganda adalah regresi dimana variabel yang terlibat di dalamnya lebih dari dua, yaitu satu variabel terikat Y, dan dua atau lebih variabel bebas X (X1, X1, . . .,

(9)

Xk). Sama halnya dengan regresi sederhana, regresi ganda dapat berbentuk regresi ganda linear maupun regresi ganda non linier. Bentuk persamaan regresi ganda linier adalah sebagai berikut (Irianto, 2006):

1. Dua variabel bebas: Y = a + b1X1 + b2X2

2. Tiga variabel bebas: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

3. k buah variabel bebas: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + .... + bkXk

Sama halnya dengan yang dilakukan pada regresi sederhana, nilai koefisien pada regresi ganda diperoleh dengan menerapkan metode kuadrat terkecil. Sementara untuk menyatakan suatu hubungan linier atau tidak maka dilakukan uji signifikan terhadap regresi linier ganda. Jika terdapat hubungan yang signifikan maka dikatakan hubungan antar variabel memiliki hubungan yang linier, sebaliknya jika tidak terdapat hubungan yang signifikan maka hubungan antar variabel memiliki hubungan yang non linier.

Analisis regresi linier ganda ini menggunakan selang kepercayaan 95% dan dianggap berkorelasi jika (Hasan, 2004):

( )( )1 2 ; 0 F v v F > α dan ( )( ) 2 1 ; 0 F v v F <− α dimana:

(

)

(

)(

)

1 1 2 2 2 2 0 − − − =

k n y R k y R F (3.16) dengan:

R = koefisien korelasi berganda n = banyaknya sampel

k = banyaknya variabel bebas

( )( )1 2

;v v

Gambar

Gambar III.1.  Posisi daerah niño 3.4 di samudera Pasifik  (Sumber: www.ideo.columbia.edu)
Gambar III.2.  Lokasi fenomena dipole mode di samudera Hindia yang  didefinisikan berdasarkan Saji et.al., (1999) dalam Bannu  (2003)

Referensi

Dokumen terkait

Kecerdasan interpersonal dapat juga diartikan sebagai kapasitas pengetahuan manusia untuk memahami suatu peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sehingga secara personal

perlengkapan arsip pada kantor Advokat AA Law firm Palembang.. Berdasarakan table 1.1. Dari tahun 2013 sampai dengan 2014 terdapat peningkatan surat. masuk dan surat keluar

Anal isis dilakukan terhadap hasil evaluasi pada semua komponen program pelatihan yang memil i ki nilai pencapaian target mutu kurang dari 70% atau yang memiliki banyak

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai “ Ritual pengobatan Badewo pada masyarakat mandailing di Desa Gunung Intan Kecamatan Bangun

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan

g. Penunjukan Hakim dalam menangani tindak pidana korupsi sesuai dengan petunjuk Mahkamah Agung. Hakim yang ditunjuk menangani perkara tindak pidana korupsi harus yang

Terdapat tujuh strategi yang digunakan dalam perencanaan agregat, yaitu melakukan variasi tingkat persediaan, melakukan variasi jam kerja, melakukan variasi jumlah tenaga kerja,

Pendapat-pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengedepankan aspek kegiatan belajar berkelompok yang