KHARISMA DAN KEWIBAWAAN PEMIMPIN DALAM
PANDANGAN MASYARAKAT PIDIE
(Penelitian di Kecamatan Kembang Tanjong, Kabupaten Pidie) Effendi Hasan1, Taufik Abdullah2
1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala Banda Propinsi Aceh
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Propinsi Aceh
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dasar-dasar kharisma dan kewibawaan pemimpin serta pengertian kharisma dan kewibawaan pemimpin dalam pandangan masyarakat Kabupaten Pidie serta menelusuri sumber–sumber dasar kharisma dan kewibawaan pemimpin dalam masyarakat Kabupaten Pidie. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kembang Tanjong, Kabupaten Pidie. Adapun data dalam Penelitian ini diperoleh melalui kajian kepustakaan dan kajian lapangan. Kajian kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder yang bersumber buku-buku, kajian terdahulu, dokumen serta biografi tokoh-tokoh. Sedangkan kajian lapangan untuk mendapatkan data primer dengan observasi dan wawancara secara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi masyarakat Kabupaten Pidie pengertian kharisma dan kewibawaan mempuyai hubungan dan tidak dapat dipisahkan dari pengertian kekuasaan (power) dan wewenang (authority). Kedua unsur ini saling terkait antara satu dengan lainnya serta saling mendukung antara keduanya. Bagi mereka, kharisma dan kewibawaan merupakan aura yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang telah memiliki sifat kharisma kewibaan akan memilki aura yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk menjadi lebih hormat, memandang dengan penuh yakin, setiap ucapannya akan didengar oleh masyarakat. Saran, nasehat, ucapan dan tuturkata akan menjadi kekuatan serta berkesan bagi setiap masyarakat yang mendegarnya serta mempunyai kepribadian kuat dan kemampuan untuk berhubungan dengan orang disekitarnya sesuai emosi dan tingkat intelektualitasnya. Kajian juga menunjukkan sumber-sumber kharisma dan kewibawaan seorang pemimpin dikalangan masyarakat kabupaten Pidie ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya kemampuan intelektual, kekuatan dan kesaktian, adil dan jujur, berani dan tegas, serta ramah tamah dan dermawan seseorang pemimpin.
Kata kunci: kharisma, kewibawaan, pemimpin
PENDAHULUAN
Kepemimpinan dapat disifatkan sebagai suatu kegiatan atau kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bekerjasama dalam mencapai sesuatu tujuan yang diinginkan. Sejarah menunjukkan bahwa banyak kejadian diwarnai dan dipengaruhi
oleh kepemimpinan seseorang tokoh
masyarakat. Menurut Lussier (2009: 316)
kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang lain agar bekerja ke arah pencapaian tujuan organisasi. Beliau mengatakan pemimpin mempunyai efek yang berarti pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Pengertian ini persis sama dengan pengertian kepemimpinan yang katakan oleh Robbin (2007:17). Pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi
orang lain dan memiliki wawenang
manajerial. Lebih lanjut Robbin
menambahkan kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok menuju
tercapainya sasaran.Dalam konteks
kepemimpinan, kewibawaan seseorang
pemimpin mempunyai kaitan sangat erat dengan kharisma. kharisma merupakan
kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang yang bersumber pada sesuatu yang bersifat emosional (tidak rasional) dan berada di atas kekuatan dan kemampuan
manusia yang umumnya. Jadi dapat
dikatakan seseorang yang mempunyai kharisma sekaligus memiliki wibawa. Hal ini disebabkan oleh kepatuhan dan kesetiaan para pengikutnya yang penuh kepada pemimpin yang dihormati, dicintai dan disegani. Sebaliknya belum tentu seseorang yang mempunyai kekuasaan dan wewenang sekaligus memilki wibawa. Namun demikian, seseorang pemimpin tanpa kharisma dapat
pula memiliki wibawa asalkan
kepemimpinanya mendapat pengakuan dan sandaran dalam masyarakat. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana kharisma dan kewibawaan
seorang pemimpin dalam pandangan
masyarakat Kabupaten Pidie.
Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian statistik, tetapi
hanyalah memberikan gambaran yang mendalam tentang permasalahan sesuai dengan data yang didapatkan dilapangan dan penafsiran peneliti. Dalam ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Oleh karena itu, cara kerja dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan penelitian yang bersifat
deskriptif kualitatif yang berusaha
mendeskripsikan fakta-fakta secara detail. Sumber data dalam penelitian ini adalah data lapangan (primer) dan Kepustakaan (sekunder). Data lapangan didapatkan melalui wawancara secara mendalam dan
observasi. Sedangkan sumber data
kepustakaan yang digunakan dalam
penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan pendapat, pengumpulan informasi mengenai hal yang diteliti dengan menelaah buku-buku, kajian terdahulu, dokumen dan biografi tokoh-tokoh yang berkaitan dengan hal yang diteliti. Informan
ditentukan dengan perwakilan
(representatif). Sistem ini mengandung pengertian peneliti merasa yakin informan yang ditunjuk dapat mewakili masyarakat Kabupaten Pidie dari lima kampong di
Kecamatan Kembang Tanjong. Setiap
kampong yang diambil menjadi sampel terdiri dari dua kampung yang berada di ibu kota kecamatan. Sedangkan dari dua kampung yang lain diambil dari kampung yang jauh dari ibukota kecamatan atau daerah pinggiran. Sedangkan satu kampong lagi berada ibu kota kecamatan dengan kampung yang terjauh. Adapun informan di ambil dalam penelitian terdiri dari segala lapisan masyarakat yang ada di lima kampung di Kecamatan Kembang Tanjong dengan jumlah sebanyak 25 orang.
KERANGKA TEORI
Dalam penelitian ini, penulis mengunakan
teori kepemimpinan kharismatik yang
dicetuskan oleh Robert J. House (1977: 190), menurutnya jika teori ini dilihat dari aspek pengelolaan organisasi menekankan pengikut menilai usaha pemimpin sebagai paling berani atau luar biasa apabila mereka meneliti gelagat tertentu seperti tingkah laku
seorang pemimpin ketika berhadapan
dengan masalah organisasi, seperti cara melayani para pekerja, sikap pimpinan terhadap para pekerja ketika sedang menjalankan tugas didalam organisasi atau sikap pimpinan di luar organisasi tersebut. House membagi dua jenis pemimpin pada
umumnya. Namun jenis yang sering
dibicarakan dalam teori kepemimpinan adalah pemimpin transaksional, di mana jenis pemimpin ini selalu memotivasi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam sesuatu organisasi atau masyarakat dengan menjelaskan peran dan keperluan tugas. Sedangkan jenis yang kedua sering diistilah dengan pemimpin transformasi, jenis pemimpin ini sering dipersepsikan oleh tokoh-tokoh ilmu sosial sama dengan pemimpin kharismatik. Jenis pemimpin ini memberikan pertimbangan terhadap kepentingan perasaan dan pembangunan dengan cara membangkitkan
kesadaran para pengikutnya untuk
menyelesaikan sesuatu masalah atau isu dengan cara-cara baru. Jenis pemimpin ini berusaha untuk membangkitkan semangat serta memberikan inspirasi atau motivasi kepada para pengikutnya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pemimpin kharismatik mempunyai beberapa tingkat kekuasaan yang menjadi tauladan bagi para pengikutnya, dimana
sebagian dari kekuasaan tersebut
didapatkan dari suatu keperluan para pemimpin tersebut untuk mempengaruhi orang lain dan juga dari keyakinan diri, kemampuan intelektual serta konsistensi terhadap kebenaran dan berakhlak mulia. Selain dari faktor tersebut, House juga menegaskan para pemimpin kharismatik sangat bijaksana dalam menyampaikan pandangan atau tujuan yang ingin dicapai
sehingga mampu mempengaruhi para
pengikutnya untuk melaksanakan apa-apa yang telah direncanakannya. Selain itu, mereka juga memberi contoh tauladan melalui tingkah laku, nilai-nilai, norma dan kepercayaan yang mereka tegakkan. Maka tidak berlebihan House dalam konteks ini melihat para pemimpin kharismatik sebagai sosok pemimpin yang berfungsi sebagai agen perubahan. Dari beberapa pandangan tersebut diatas, House kemudian membagi tiga karakter atau ciri-ciri individu yang terdapat pada sosok pemimpin kharismatik sehingga mampu mempengaruhi serta menentukan besar dan kecilnya dukungan para pengikut terhadap seorang ketua atau pemimpin tersebut. Adapun tiga karakter tersebut adalah, pertama keyakinan diri yang tinggi, kedua Dominasi, sedangkan yang ketiga, adanya hubungan antara tingkah laku, moral dan agama (House 1977: 190).
Model pemimpin kharismatik Menurut Robert J. House
Menilai Tujuan Pembentukan imej pribadi
Persepsi para pendukung terhadap ketua yang dihormati dan disukai
Role Model
Sikap dan tingkah laku ketuaPerkiraan Prestasi yang Tinggi Terhadap Seorang Ketua atau Pemimpin
Kepercayaan, ketaatan dan penghormatan terhadap pemimpin tanpa ragu-ragu oleh pengikut
Nilai, norma dan sistem seorang Ketua menjadi ikutan Keperluan, penerimaan pengikut terhadap tujuan atau objektif organisasi yang menantang
Penghargaan dan prestasi Tinggi di kalangan para pengikut
Prestasi para pengikut yang tinggidan efektif sesuai dengan tanggungjawab dan tugas yang dilaksanakan
PEMBAHASAN
Kharisma dan kewibawaan dalam pandangan Masyarakat Pidie
Bagi masyarakat Kabupaten Pidie lebih
melihat Kharisma dan kewibawaan
mempuyai hubungan dan tidak dapat dipisahkan dari pengertian kekuasaan (power) dan wewenang (authority). Kedua unsur saling terkait antara satu dengan lainnya serta saling mendukung antara keduanya. Menurut mereka, seseorang akan dianggap mempunyai kharisma dan kewibawaan apabila mempuyai wewenang
untuk bertindak sebagai orang yang
memimpin dan membimbing masyarakat . untuk menjadi pemimpin yang baik, orang harus mempunyai kharisma dan wibawa,
bukan karena dipandang mempunyai
kekuasaan atau kerana rasa ditakuti oleh kekuasaan mereka. Memamng kadangka kekuasaan itu mengandung kekerasan, namun buka berarti kekuasaan adalah kekerasan. Kekuasaan tidak memerlukan
tindakan kekerasan jika dihubungkan
dengan kharisma dan kewibawaan.
kharisma dan kewibawaan akan
menimbulkan perasaan dari orang yang akan dihadapi rasa segan, bukan takut, rasa hormat bukan kecut. Pemimpin yang mempunyai kharisma dan wibawa akan mudah melakukan keinginan dan kehendak untuk kepentingan masyarakat umum bukan untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.
Kharisma dan kewibawaan seorang pemimpin dikalangan masyarakat akan mendatangkan kepatuhan tanpa harus melalui pemaksaan dari pihak lain dan kepatuhan yang demikian hanya akan diperolejh jika kekuasaan seorang pemimpin tersebut selaras dengan nilai-nilai yang ada dikalangan masyarakat. Dengan demikian, kharisma dan kewibawaan tersebut dapat
dijelmakan sebagai kekuatan yang
memancar dari diri seorang pemimpin karena kelebihan yang dimilikinya sehingga mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan kepadanya. Bagi masyarakat Pidie akan selalu contoh tipikal pemimpin seperti itu
kepada Teungku Muhammad Daud
Beuereueh. Menurut pandangan mereka beliau merupakan seorang pemimpin yang mempunyai kharisma dan kewibawaan tidak hanya bagi kalangan masyarakat Pidie khusussya, namun juga bagi masyarakat Aceh pada umumnya. Dari beberapa pandangan hasil wawancara dapat diambil
kesimpulan bahwa bagi masyarakat
Kabupaten Pidie, kharisma dan kewibawaan
seorang pemimpin merupakan aura yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang telah memiliki sifat kharisma kewibaan akan memilki aura yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk menjadi lebih hormat, memandang dengan penuh yakin, setiap ucapannya akan didengar oleh masyarakat. Saran, nasehat,
ucapan dan tuturkata akan menjadi
kekuatan serta berkesan bagi setiap masyarakat yang mendegarnya
Sumber-Sumber Kharisma dan kewibawaan pemimpin
Kemampuan intelektual
Sumber pertama kharisma dan kewibawaan
seorang pemimpin dalam pandangan
masyarakat Kabupaten Pidie adalah
berkaitan dengan kemampuan intelektual,
yaitu berhubungan dengan ilmu
pengetahuan dan pendidikan seseorang.
Masyarakat Pidie berpandangan Ilmu
kemampuan intelektual dari segi ilmu pengetahuan merupakan sumber utama
kharisma dan kewibawaan seseorang
pemimpin. Yang dimaksud disini adalah kemampuan serta ilmu yang seseorang yang sifat dan isinya merupakan suatu kekuatan yang bermanfaat langsung dan dapat meningkatkan pelaksanaan nilai-nilai agama dan adat. Pola pikiran ini terutama dipengaruhi oleh tingkat atau kualitas pengetahuan yang dimilki oleh seseorang ulama (dalam arti yang lebih luas)
dikalangan masyarakat. Ilmu mereka
mencerminkan kemakmuran, kecerdasan, kebahagiaan, dan kesejahteraan sehingga masyarakat mengambil tauladan dari
sifat-sifat tersebut.Menurut pandangan
masyarakat, ilmu pengetahuan belum tentu
akan menjadi sumber kharisma dan
kwibawaan seseorang pemimpin apabila ilmu tersebut tidak disertai dengan ketauladanan. Semakin tinggi kemampuan atau ilmu seseorang pemimpin semakin somboh dan angkuh dalam memimpin maka tidak dianggap memiliki kharisma dan kewibawaan.
1. Kekuatan dan Kesaktian
Sumber kharisma dan kewibawaan seorang pemimpin yang kedua dalam pandangan masyarakat kabupaten Pide berhubungan erat dengan Kekuatan dan kesaktian.
Kekuatan dan kesaktian merupakan
kekuatan dan daya yang luar biasa atau kekuasaan untuk dapat melahirkan sesuatu
yang luar biasa, atau kekuasaan untuk membuat sesuatu yang ganjil. Kesaktian bukan berarti kekebalan walaupun dalam
kekebalan merupakan bagian dari
kesaktian. Kesaktian dalam pandangan
masyarakat Kabupaten Pidie bukan
merupakan sesuatu yang abstrak. Namun kesaktian merupakan sesuatu yang konkrit dan manisfestasinya terlihat dengan jelas. Menurut mereka di kalangan masyarakat Pidie melihat kesucian (baik akhlaknya)
seseorang merupakan petunjuk untuk
mengetahui kesaktianya. Mereka memberi
contoh Teungku Muhammad Daud
Beureueh yang mempumnyai kesaktian dengan menggunakan tongkat sebagai alat
dalam usaha memimpin masyarakat.
Tongkat diidentifikasikan dengan tongkat ulama keramat. Pernah sekali terjadi peristiwa semasa masih hidup Teungku Muhammad Daud Beureueh ia memimpin masyarakat membersihkan sungai (Krueng Baroe) di Kota Sigli. Beliau sering memukul tongkat yang ditujukan kepada orang-orang yang malas bekerja sambil mengatakan “inilah tongkat Teungku Chik di Pasi.”.Dalam pandangan masyarakat kabupaten Pidie
kharisma dan kewibawaan seseorang
pemimpin dapat juga terwujud dari kesaktian atau kelebihan pribadi seseorang atau sering diistilahkan oleh masyarakat dengan sifat keuramat. Dalam pandangan mereka orang-orang yang keuramat merupakan seseorang yang sangat dekat dengan Allah, dapat dijadikan penghubung denganNya dan tidak ada dinding pemisah antara orang tersebut Allah SWT. Masyarakat melihat
seseorang dianggap keuramat selalu
dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi disekeliling mereka seperti peristiwa yang
diceritakan oleh masyarakat dimana
seorang pencuri masuk ke salah satu rumah Teungku (ulama tradisional) di Gampong mereka, kemudian pencuri tersebut tidak mengetahui jalan keluar dari rumah tersebut.
2. Sikap dan kepribadian
Menurut pandangan masyarakat Kabupaten Pidie sikap dan kepribadian juga menjadi salah satu faktor penting dilihat sebagai sumber kharisma dan kewibawaan seorang pemimpin di kalangan masyarakat.Sumber
kharisma dan kewibawaan menurut
masyarakat dapat dilbagi dalam beberapa sifat yang berkaitan erat dengan karakter pribadi seorang pemimpin. Adapun sifat-sifat tersebut diantaranya:
Adil dan Jujur
Sikap adil dan jujur merupakan sumber ketiga seorang pemimpin dalam pandangan masyarakat Kabupaten Pidie. Seorang pemimpin harus adil dan jujur dalam tindakannya. Bagi masyarakat Kabupaten Pidie sikap adil dan jujur seorang pemimpin biasanya nampak pada saat menyelesaikan sesuatu masalah atau sengketa dikalangan
masyarakat, pemimpin tersebut akan
bersikap secara adil dan jujur dan tidak pandang bulu dalam menyelesaikan sesuatu masalah tersebut waulaupun menimpa tetangga dan kerabat dekatnya. Kebiasaan
yang berlaku terutama dikalangan
masyarakat Kabupaten Pidie, biasanya setiap perselisihan atau permasalah yang
terjadi di gampong-gampong akan
diselesaikan atau didamaikan oleh Keuchik, Imum Meunasah, Tuha peut dan Tuha Lapan serta tokoh-tokoh masyarakat yang lain. Penyelesaian seperti ini merupakan bahagian dari penyelesaian yang sesuai
dengan adat istiadat yang berlaku
dikalangan masyarakat Aceh secara
keseluruhan. Menurut masyarakat
Kabupaten Pidie, kharisma dan kewibawaan seorang pemimpin akan timbul ketika mampu menyelesaiakn sesuatu masalah secara adil dan jujur, begitu juga sebaliknya kharisma dan wibawa seorang pemimpin akan jatuh ketika tidak adil dan jujur dalam menyelesiakan sesuatu perkara.
Berani dan Tegas
Keberanian seorang pemimpin merupakan
suatu sifat yang dibanggakan oleh
masyarakat masyarakat Pidie. Teungku Muhammad Daud Beureueh bertambah kharisma dan kewibawaannya karena beliau mempunyai sifat keberanian yang
dibanggakan oleh masyarakat Pidie
tersebut. Menurut pandangan masyarakat, beliau merupakan sosok pemimpin yang sangat konsisten dalam memperjuangkan kebenaran, dan siap menerima konsekuensi apapun dalam memperjuangkan kebenaran yang telah ia yakini. Beliau pandang mundur dan tidak mudah menerima bentuk tawaran materi apapun untuk memperlemahkan perjuangannya. Beliau menolak tawaran rumah mewah, kereta cantik dan berbagai tawaran lain dari pemerintah Orde Baru. Akan tetapi, beliau lebih memilih tinggal di Mesjid Beureunun sebagai tempat tinggal
dan tempat pengabdian bagi umat. Sikap dan komitmen Abu Beureueh tersebut telah meningkatkan dan meninggalkan kharisma
dan kewibawaan beliau dikalangan
masyarakat tidak di Pidie tapi Aceh secara umum.Selain Teungku Daud Beureueh masyarakat Pidie juga sangga bangga dengan sikap keberanian dan ketegasan yang dinampakkan oleh Teungku Abdullah Syafie, dalam pandangan masyarakat pidie beliau dilihat telah mewarikan sifat yang dimiliki oleh Abu Daud Beureueh. Beliau merupakan mantan panglima GAM yang
telah banyak berjasa dalam
memperjuangkan keadilan dan
kesejahteraan bagi rakyat Aceh agar lebih bermartabat dinegerinya sendiri dan telah syahid dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Aceh tersebut.
Ramah Tamah dan Dermawan
Bagi masyarakat Kabupaten Pidie
kedudukan seseorang baik kaya maupun
miskin belum tentu akan dapat
meningkatkan pengaruhnya baik dalam
konteks kharisma dan kewibawaan
seseorang. Maksudnya kharisma dan
kewibawaan seseorang bukan ditentukan oleh harta kekayaan atau status-status yang dimiliki oleh seseorang. Namun sangat ditentukan oleh sifat dan sikap seseorang dari segi Dermawan dan ramah-tamah. Walaupun pandangan ini tersebut hanya berkembang dalam perspektif masyarakat yang berpendapatan rendah dan tidak dapat mewakili pandangan masyarakat secara keseluruhan, Namun sikap dermawan dan
ramah tamah menjadi faktor penting
kharisma dan kewibawaan seseorang.
Masyarakat sering menempatkan
orang-orang tersebut menjadi pemimpin
dikalangan mereka.Dalam pandangan
masyarakat kabupaten Pidie, seorang
pemimpin dilihat mempunyai sikap
dermawan yang diartikan sebagai suka menolong sesama untuk membantu orang. Sedangkan sikap ramah tamah dilihat dalam artian sikap tidak kasar, tidak cepat marah serta lemah lembut dalam menghadapi masyarakat.
Kesimpulan
Kekuasaan merupakan sesuatu yang telah
menjadi sunnatullah dalam kehidupan
bermasyarakat, namun kekauasaan tersebut memerlukan dasar kepada pembenaran atau legitimasi. Tanpa dasar tersebut, kekuasaan tersebut akan tegak dengan
dasar paksaan. Legitimasi kekuasaan
melahirkan pemimpin yang kharisma dan
berwibawa didalam masyarakat, ia
mendapatkan kepercayaan serta legitimasi dari rakyat bukan disebabkan pemaksaan tapi kepatuhan secara sukarela dari masyarakat. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adannya hubungan yang sangat dominan antara pemimpin dengan kharisma dan kewibawaan serta sumber-sumber kharisma dan kewibawaan itu sendiri dikalangan masyarakat kabupaten
Pidie.Sumber-sumber kharisma dan
kewibawaan tersebut merupakan suatu pola dimana bagian-bagian tersebut membentuk suatu kesatuan. Dan antara sumber-sumber tersebut meliputi ilmu pengetahuan yang menceremikan kemampuan dan intelektual,
Kesaktian mencerminkan kesucian,
kemakmuran, kekuatann serta beberapa sifat kepribadian lainnya diantaranya berani dan tegas, jujur dan adil, dermawan serta ramah tamah.
DAFTAR PUSTAKA
House, R.J.1977. Theory of charismatic
leadership. In hunt, J.G. and Larson, L.L. Leadership: The Cutting edge. Carbondale:
Southern Illinois University Press.
Lussier, Robert N.2009. Management
Fundamen-Tals. Concepts-Application-Skill Development.Printed in the USA.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi
Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
Robbins, Stephen P. & Coulter, Mary.2007.