• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. HASIL KAMPANYE. Metode Survei Pra dan Pasca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "E. HASIL KAMPANYE. Metode Survei Pra dan Pasca"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

75

E. HASIL KAMPANYE

Metode Survei Pra dan Pasca

Manager kampanye bersama lembaga mitra (Yayasan Seka) melakukan dua survei kuantitatif di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Sebuah survei pra-kampanye dilakukan pada tanggal 25 – 28 April 2009 untuk menetapkan dasar bagi sasaran-sasaran SMART kampanye kepemimpinan Pride yang terkait dengan komponen Pengetahuan-Sikap-komunikasi Interpersonal- Perubahan Perilaku (Knowledge-Attitude-Interpersonal communication-Practice = KAP) Teori Perubahan Kampanye Pride. Sedangkan survei pasca kampanye, dilakukan pada akhir masa satu tahun kegiatan-kegiatan kampanye yang dilaksanakan pada tanggal 27 – 30 Juni 2010 untuk mengukur perubahan dalam variabel-variabel Pengetahuan-Sikap-Komunikasi Interpersonal-Perilaku untuk menilai tingkat capaian sasaran-sasaran SMART.

Kedua survei tersebut mengumpulkan data sosio-ekonomi dan demografi dasar (baseline) tentang responden (yang disebut variabel-variable independen) dan pertanyaan-pertanyaan survei yang mengukur Pengetahuan-Sikap-Komunikasi Interpersonal-Perilaku yang disebut dengan variabel-variabel dependen. Survei pra-kampanye sebagai basis, juga memberikan informasi tentang sumber-sumber informasi lingkungan yang dipercaya oleh khalayak-khalayak sasaran, penggunaan media seperti radio dan surat kabar oleh mereka, program-program media pilihan mereka, dan halangan-halangan untuk perubahan perilaku; ini digunakan untuk mendesain kegiatan-kegiatan dan pesan-pesan kampanye Pride. Temuan-temuan ini dilaporkan dalam Rencana Proyek (Ismu, 2009). Survei pasca-kampanye juga termasuk pertanyaan-pertanyaan baru yang didesain untuk mengukur paparan kegiatan-kegiatan kampanye. Dua segmen Khalayak sasaran kampanye yang dianalisa dalam survey adalah (1) petani dan pencari kayu bakar, dan (2) masyarakat umum. Surveysample.com digunakan untuk memilih ukuran sampel untuk setiap kelompok berdasarkan pada: (1) ukuran populasi mereka di 9 desa kawasan TNBB, (2) tingkat batas dasar yang diharapkan untuk pertanyaan-pertanyaan utama dalam survei, (3) jumlah perubahan yang kami harapkan dicapai dalam variabel-variabel tersebut, dan (4) kami menggunakan tingkat interval kepercayaan yang secara luas diterima pada 0,05 dan tingkat kepercayaan pada 0,9554. Dengan menggunakan hasil suveysample.com, kami menetapkan kuota minimum 147 petani dan pencari kayu bakar dan 419 masyarakat umum.

Data jumlah populasi penduduk di 9 desa yang di survei berasal dari Gerokgak dalam angka 2003 dan Jembrana dalam angka 2006. Untuk Gerokgak dalam angka 2003, desa yang di survei adalah Desa Sumberkima, Pejarakan dan Sumberklampok. Ketiga desa tersebut masuk dalam wilayah Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng. Sedangkan 6 desa lainnya yaitu Desa Tukadaya, Warnasari, Ekasari, Blimbingsari, Melaya dan Kelurahan Gilimanuk termasuk dalam Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana. Dari data populasi tersebut diatas kemudian dibuat kuota sampel untuk setiap desa secara proporsional (Tabel 5.1). Di setiap desa, sebuah metodologi survei dari pintu-ke-pintu digunakan, dengan rumah awal dipilih secara acak, dan kemudian setiap rumah tangga ke 4 dikunjungi sampai kuota sampel dipenuhi. Kunjungan dilakukan tergantung dari masing-masing desa, ada yang siang, sore dan ada yang

(2)

76 malam hari disesuaikan dengan kebiasaan umum masyarakat di desa tersebut. Kunjungan tidak harus dilakukan ke rumah, ada yang di kebun, pasar, toko dan di hutan tempat sebagian orang mengambil kayu bakar. Responden yang diwawancarai dibatasi umur antara 15 – 64 tahun dengan dasar alasan usia produktif.

Untuk memastikan bahwa jumlah yang memadai dari dua segmen khalayak sasaran dapat diwawancarai, pertanyaan penyaring digunakan untuk mengidentifikasi petani dan pencari kayu bakar dan masyarakat umum yang berdomisili di 9 desa sasaran, serta enumerator terus mengunjungi setiap rumah ke 4 hingga kuota-kuota tersebut terisi. Kuesioner survei ini dirancang dan dianalisis menggunakan piranti lunak Apian’s SurveyPro®. Kuesionernya dikembangkan setelah khalayak sasaran diidentifikasi dan ancaman-ancaman penting yang ditangani oleh kampanye dan tujuan umum untuk kampanye sudah ditetapkan. Survei ini mengumpulkan informasi tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kawasan TNBB pada umumnya dan secara khusus ancaman-ancaman yang dihadapinya; tentang pilihan media, keinginan untuk mengubah perilaku, (manfaat dan hambatan) dan sumber-sumber informasi yang dipercaya. Kuesioner yang digunakan dalam survei pra dan pasca kampanye sama persis kecuali beberapa pertanyaan dibuat khusus untuk survei pasca-kampanye untuk menilai beberapa sasaran SMART yang dikembangkan setelah survei dasar/pre-kampanye dilakukan dan untuk memastikan bahwa paparan terhadap semua kegiatan utama kampanye diukur. Kuesioner ini meliputi pertanyaan-pertanyaan tertutup dan terbuka dan pertanyaan-pertanyaan langsung dan tidak langsung. Salinan lengkap kuesioner survei yang digunakan dalam survei pasca-kampanye dapat dilihat dalam Lampiran….

Enumerator untuk survei pra kampanye dilatih untuk mengelola kuesioner dalam sebuah pelatihan satu hari yang selenggarakan oleh manager kampanye dengan didampingi oleh lembaga mitra dan program manager dari Rare. Setiap enumerator melewati setidaknya satu tes pra wawancara di bawah bimbingan salah satu pengawas sebagai bagian pelatihan mereka. Para enumerator memiliki latar belakang sebagai guru, LSM, KSM, dan tokoh masyarakat (petani laki-laki dan perempuan dengan latar belakang pendidikan yang memadai/D2).

Hal yang berbeda dilakukan pada pelatihan survei pasca kampanye. Calon Enumerator tidak dikumpulkan dalam satu tempat dan waktu yang sama, tetapi manajer kampanye secara aktif mengunjungi satu persatu para calon enumerator, kemudian dilakukan pelatihan secara privat. Hal ini dilakukan karena sulit untuk mengumpulkan 13 calon enumerator dalam waktu yang sama. Mereka mempunyai kesibukan masing-masing dan waktu luang yang tidak sama diantara para calon enumerator. Enumerator untuk survei pasca kampanye sebagian besar adalah orang-orang baru karena enumerator terdahulu yang sebagian besar adalah guru telah banyak yang pindah karena diterima sebagai CPNS.

Semua enumerator berhasil mengerjakan survei pra maupun pasca kampanye. Pertanyaan-pertanyaan dibacakan dengan jelas oleh enumerator kepada responden, dan jawaban-jawaban yang diberikan dicatat dalam lembar survei oleh enumerator. Survei diperiksa dengan cermat sebelum mewawancarai orang berikutnya. Sistem koordinasi dalam pelaksanaan survei langsung dikoordinir oleh manager kampanye yang melakukan pemantauan secara langsung di lapangan dengan sistem acak dan berkeliling ke 9 desa yang disurvei untuk memastikan bahwa metodologi/protokol survei-nya diikuti dan kuesioner-kuesionernya diisi dengan benar. Kendala yang terjadi di lapangan dikomunikasikan melalui HP dan jika tidak bisa diselesaikan, maka manager kampanye segera mendatangi enumerator dimana sedang mengalami kendala untuk dibahas solusinya.

(3)

77 Tabel 11 Informasi latar belakang tentang survey pra dan pasca kampanye

Desa Jumlah penduduk

(jiwa)

Ukuran sampel pra kampanye

Jumlah enumerator pra kampanye

Ukuran sampel pasca kampanye Jumlah enumerator pasca kampanye Sumberkima 5075 44 2 44 1 Pejarakan 7524 65 3 65 1 Sumberklampok 3548 31 1 31 1 Gilimanuk 8453 74 3 74 2 Melaya 10152 88 3 88 2 Blimbingsari 952 9 1 9 1 Ekasari 4733 41 1 41 1 Warnasari 1886 16 1 16 1 Tukadaya 6102 51 2 51 1 Jumlah 48398 419 17 419 11

Hasil Survei Pra dan Pasca Kampanye

Data dari kuesioner yang dikumpulkan selama survei pasca kampanye digabung dengan data kuesioner survei pra kampanye. Ringkasan hasil dari survei pra kampanye disajikan dalam Rencana Proyek (Ismu, 2009). Hasil yang disajikan di sini hanyalah yang terkait dengan penjajakan pengaruh kampanye Pride. Sebuah tabulasi hasil lengkap disajikan pada Lampiran B.

Sebanyak 419 responden diwawancarai dalam survei pra-kampanye (N = 147 petani dan pencari kayu bakar di 9 desa, dan 272 orang adalah masyarakat umum) dan 419 dalam survei pasca kampanye (N = 215 petani dan pencari kayu bakar di 9 desa, dan 204 orang adalah masyarakat umum). Tingkat respon sangat tinggi, 100% dalam survei pra kampanye dan 100% dalam survei pasca kampanye.

Tingkat Perbandingan Survei

Sangat penting untuk memastikan bahwa survei pasca kampanye dibandingkan dengan survei pra kampanye karena responden sampel yang dipilih punya kemiripan satu sama lain dalam hal karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi dan demografi. Tabel 5.2 menyajikan beberapa dari apa yang disebut sebagai variabel-variable independen dari survei-survei pra dan pasca kampanye untuk (1) memberikan sejumlah

(4)

78 latar belakang tentang karakteristik-karakteristik para responden dan (2) menilai tingkat perbandingan dari kedua survei pada setiap variabel dengan menggunakan uji Chi-Square untuk menguji signifikansi statistik.

Anda dapat melihat dari data dalam Tabel 12 bahwa sebagian besar responden masyarakat umum adalah berjenis kelamin laki-laki, yaitu 69,5% pada survei pra dan 75,9% pada survei pasca. Demikian juga dengan responden petani dan pencari kayu bakar karena kebanyakan petani dan pencari kayu bakar adalah laki-laki. Kelompok usia responden hampir merata dengan jumlah tertinggi adalah kelompok usia 36-40 tahun dan terendah diatas 60 tahun. Sedangkan tingkat pendidikan yang tertinggi adalah SMA dan terendah Perguruan Tinggi. Mayoritas responden berasal dari suku Bali (65,2% pra dan 76,6% pasca) dan sebagian lainnya Jawa dan Madura. Pekerjaan responden diluar petani dan pencari kayu bakar pedagang, peternak dan tidak bekerja tetap.

Tabel 12 Variabel-variabel Independen untuk Menilai Tingkat Perbandingan Survei pra dan pasca kampanye untuk masyarakat umum

Variabel Tingkat Pra Kampanye N=419

Tingkat Pasca Kampanye

N=419 Perbedaan (Pasca – Pra)

Signifikansi Chi-Square (X2)

Jenis Kelamin masyarakat

umum Laki-laki = 69,5% Perempuan = 30,5% Laki-laki = 75,9% Perempuan = 24,1% Laki-laki = +6,4 pp Perempuan = -6,4 pp 75,0%

Jenis kelamin petani dan

pencari kayu bakar

Laki-laki = 83% Perempuan = 17% Laki-laki = 84,2% Perempuan = 15,8% Laki-laki = +1,2 pp Perempuan = -1,2 pp <50%

Segmen khalayak sasaran Petani dan Pencari kayu bakar =

35,1%

Masyarakat umum = 64,9%

Petani dan Pencari kayu bakar = 51,3%

Masyarakat umum = 48,7%

Petani dan Pencari kayu bakar = -16,2 pp Masyarakat umum = +16,2 pp 90% Usia 16-20 tahun = 14,6% 21-25 tahun = 6,9% 26-30 tahun = 11,7% 31-35 tahun = 13,8% 36-40 tahun = 20,8% 41-45 tahun = 11,7% 46-50 tahun = 7,6% 51-55 tahun = 4,5% 56-60 tahun = 5,0% Diatas 60 tahun = 3,3% 16-20 tahun = 6,4% 21-25 tahun = 6,2% 26-30 tahun = 14,6% 31-35 tahun = 10,7% 36-40 tahun = 16,2% 41-45 tahun = 16,5% 46-50 tahun = 17,2% 51-55 tahun = 7,4% 56-60 tahun = 3,1% Diatas 60 tahun = 1,7% 16-20 tahun = -8,2 pp 21-25 tahun = -0,7 pp 26-30 tahun = +2,9 pp 31-35 tahun = -3,1 pp 36-40 tahun = -4,6 pp 41-45 tahun = +4,8 pp 46-50 tahun = +9,6 pp 51-55 tahun = +2,9 pp 56-60 tahun = -1,9 pp Diatas 60 tahun = -1,6 pp 99%

Pendidikan formal Tidak sekolah = 6,4%

Tidak lulus SD = 7,2% SD = 27,9% Tidak sekolah = 7,4% Tidak lulus SD = 11% SD = 31,5% Tidak sekolah = +1 pp Tidak lulus SD = +3,8 pp SD = +3,6 pp <50%

(5)

79 SMP = 22,2% SMA = 30,5% Perguruan Tinggi = 5,7% SMP = 21,5% SMA = 24,8% Perguruan Tinggi = 3,8% SMP = -0,5 pp SMA = -5,7 pp Perguruan Tinggi = -1,9 pp Suku Bali = 65,2% Madura = 11,9% Jawa = 14,1% Bugis = 2,9% Mandar = 1,0% Melayu = 3,6%

Campuran (Jawa Madura) = 0,2% Flores = 0,2% Sasak/Lombok = 0,5% Sulawesi = 0,5% Bali = 76,6% Madura = 7,6% Jawa = 11,7% Bugis = 0,5% Mandar = 0% Melayu = 3,6%

Campuran (Jawa Madura) = 0% Flores = 0% Sasak/Lombok = 0% Sulawesi = 0% Bali = +11,4 pp Madura = -4,3 pp Jawa = -2,4 pp Bugis = -2,4 pp Mandar = -1,0 pp Melayu = 0 pp

Campuran (Jawa Madura) = -0,2 pp

Flores = -0,2 pp

Sasak/Lombok = -0,5 pp Sulawesi = -0,5 pp

75%

Pekerjaan (selain petani dan pencari kayu bakar)

Peternak = 12,5% Pegawai negeri = 8,8% Pedagang = 20,6%

Tidak bekerja tetap = 12,5% Tidak bekerja = 6,6% Balian/dukun = 0,4% Bengkel = 0% Buruh = 2,2% Buruh tambak = 0% Guide wisata = 0,7% Guru Honorer = 2,2% Ibu Rumah Tangga = 9,9% Jasa = 4,4%

Karyawan = 0,4%

Karyawan Perikanan = 0% Karyawan lembaga keuangan = 0% Kepala Dusun = 0,4% Mahasiswa = 0,4% Peternak = 22,5% Pegawai negeri = 5,9% Pedagang = 14,7%

Tidak bekerja tetap = 22,1% Tidak bekerja = 15,2% Balian/dukun = 0% Bengkel = 0,5% Buruh = 0% Buruh tambak = 0,5% Guide wisata = 0% Guru Honorer = 0,5% Ibu Rumah Tangga = 2,5% Jasa = 0%

Karyawan = 4,9%

Karyawan Perikanan = 0,5% Karyawan lembaga keuangan = 0,5% Kepala Dusun = 0% Mahasiswa = 0% Peternak = +10 pp Pegawai negeri = -2,9 pp Pedagang = -5,9 pp

Tidak bekerja tetap = +9,6 pp Tidak bekerja = +8,6 pp Balian/dukun = -0,4 pp Bengkel = +0,5 pp Buruh = -2,2 pp Buruh tambak = +0,5 pp Guide wisata = -0,7 pp Guru Honorer = -1,7 pp Ibu Rumah Tangga = -7,4 pp Jasa = -4,4 pp Karyawan = +4,5 pp Karyawan Perikanan = +0,5 pp Karyawan lembaga keuangan = +0,5 pp Kepala Dusun = -0,4 pp Mahasiswa = -0,4 pp Nelayan = -1,3 pp 95%

(6)

80 Nelayan = 1,8% Pegawai swasta = 0% Pelajar = 11% Sopir = 0% Swasta = 3,7% TNI = 0% Tukang = 1,1% Wiraswasta = 0,4% Nelayan = 0,5% Pegawai swasta = 0,5% Pelajar = 0,5% Sopir = 2% Swasta = 0% TNI = 0,5% Tukang = 0% Wiraswasta = 2,0% Pegawai swasta = +0,5 pp Pelajar = -10,5 pp Sopir = +2 pp Swasta = -3,7 pp TNI = +0,5 pp Tukang = -1,1 pp Wiraswasta = +1,6 pp

Sumber: Data dalam Tabel 12 didasarkan pada wawancara dengan 419 responden dalam survei pra kampanye dan 419 responden dalam survei pasca ka mpanye. Uji X2 adalah uji statistik untuk perbedaan-perbedaan antara survei pra kampanye dan survei pasca kampanye dengan menggunakan sampel-sampel keseluruhan. Kami melakukan analisa serupa sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 5.2 untuk setiap khalayak sasaran kami, Petani dan Pencari Kayu Bakar (data ditunjukkan dalam Lampiran B). Karena ukuran-ukuran sampel yang lebih kecil, beberapa variabel independen tidak menunjukkan perbedaan-perbedaan yang berarti secara statistik dan tidak menghalangi kami untuk menggunakan data survei untuk menilai sasaran-sasaran SMART. Kami menyimpulkan dari analisa ini bahwa sampel-sampel pra kampanye dan pasca kampanye dapat dibandingkan satu dengan yang lain dan tidak terdapat perbedaan sistematis antara sampel-sampel tersebut yang akan memperumit interpretasi analisa kami tentang variabel-variabel dependen yang digunakan untuk mengukur pengaruh kampanye.

Paparan terhadap Kegiatan-kegiatan Kampanye Pride

Dari Tabel 13 didapatkan informasi bahwa empat media utama yang paling sering memberikan informasi baik pada petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran utama (Melaya dan Sumberklampok) maupun masyarakat umum di 9 desa sasaran adalah TV, radio, pertemuan kelompok dan koran. Meskipun demikian, Kampanye penjangkauan tidak dilakukan melalui media TV dan radio. Alasan tidak dilakukannya kampanye penjangkauan melalui media TV dan radio adalah sebagai berikut:

TV

Penjangkauan kampanye lewat TV memang dapat berdampak sangat kuat bagi pemirsa serta mampu menjangkau khalayak luas, tidak saja target sasaran utama. Selain itu TV merupakan medium visual yang kuat dengan memanfaatkan gambar bergerak untuk mengkomunikasikan pesan-pesan. Namun demikian harus diakui bahwa menggunakan TV sebagai media penjangkauan memiliki beberapa kendala, yaitu biaya mahal, waktu untuk memproduksi materi penjangkauan lama (merencanakan semua langkah dan menyusun naskah) karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, sedangkan kalau menyewa tenaga ahli profesional akan berakibat pembengkakan biaya.

(7)

81

Radio

Penjangkauan kampanye melalui radio komersial, yaitu radio Mandala FM dan Banyuwangi FM yang terletak di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, tidak dilakukan. Hal ini diputuskan dalam rapat internal tim kerja kampanye setelah mengevaluasi proses yang telah dilakukan terhadap dua stasiun radio tersebut dengan mempertimbangkan peluang keberlanjutan dari program kampanye pride.

- Proses negosiasi telah dilakukan tiga kali dalam rentang waktu 4 bulan, yaitu pada tanggal 17 Januari 2010, 8 Pebruari 2010 dan 12 April 2010. Semua proses negosiasi tidak membuahkan hasil yang baik dimana pihak radio (Mandala FM dan Banyuwangi FM) tidak bersedia memberikan potongan harga dikarenakan wilayah Bali Barat (kawasan kampanye) bukan merupakan target utama dalam menjaring audien. Meskipun telah ditunjukkan hasil survey pra kampanye terkait media informasi dan hiburan yang menjadi pilihan khalayak sasaran di Bali Barat, namun pihak manajemen kedua radio tetap tidak bersedia untuk memberikan potongan harga. Alasan dari pihak radio tidak bersedia memberikan potongan harga adalah mereka lebih memfokuskan target audien untuk wilayah Kabupaten Banyuwangi.

- Harga yang ditawarkan oleh pihak radio untuk satu kali tayang/siaran acara talkshow dengan durasi 30 menit adalah Rp 500.000. Rencana awal untuk kegiatan talkshow dilakukan selama 4 bulan dengan intensitas dalam satu bulan dua kali talkshow dengan materi yang berbeda yang disesuaikan dengan tahapan perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal, strategi penyingkiran halangan/demplot kebun energi, pengurangan ancaman dan target konservasi). Biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp 500.000 x 8 kali = Rp 4.000.000

- Untuk Iklan Layanan Masyarakat dengan durasi 45 detik dipatok harga Rp 60.000 untuk Prime time/waktu strategis. Direncanakan dalam sehari diputar 3 kali sesuai dengan pilihan waktu dari hasil survey pra kampanye. Jika penayangan dilakukan selama satu bulan penuh, maka biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp 60.000 x 3 kali tayang x 30 hari = Rp 5.400.000

- Pertimbangan lainnya adalah mahalnya transport untuk kunjungan ke Banyuwangi karena harus menggunakan jasa penyeberangan kapal dengan biaya sekali menyeberang Rp 94.000 rupiah (sekali kunjungan Rp 94.000 x 2 = Rp 188.000). Jika dihitung total selama kegiatan di radio, maka biaya transport yang harus dikeluarkan adalah (Talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat) 8 kali kunjungan x 2 x Rp 94.000 = Rp 1.504.000

- Jadi total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan penjangkauan melalui media radio adalah Rp 4.000.000 + Rp 5.400.000 + Rp 1.504.000 = Rp 10.904.000

Dengan melihat besarnya biaya yang dikeluarkan, maka tim memutuskan untuk tidak melakukan penjangkauan melalui radio komersial. Pertimbangannya adalah biaya sebesar itu (Rp 10.904.000) dapat dialokasikan untuk pembuatan radio komunitas. Ide pembuatan radio komunitas berawal dari tawaran kerjasama dengan Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM) Bandung pada saat mengadakan pelatihan pembuatan radio komunitas di Kabupaten Jembrana pada tanggal 30 Mei – 1 Juni 2010. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara

(8)

82 FPPM dengan Yayasan Seka yang didukung oleh FordFoundation. Dukungan dari FPPM adalah dana awal sisa pelatihan untuk pengadaan perangkat keras radio komunitas sebesar Rp 10.600.000 sedangkan kebutuhan untuk pembuatan radio komunitas adalah sebesar Rp 20.000.000 dengan daya jangkau yang mampu mencapai 9 desa sasaran. Pertimbangan tim kerja kampanye untuk memilih membuat radio komunitas didasarkan pada beberapa hal, antara lain:

- Fokus area spesifik, yaitu 9 desa sasaran sehingga penyampaian pesan akan lebih efektif.

- Keterlibatan komunitas semakin besar dengan ikut terlibat langsung dalam proses perencanaan dan perancangan program siaran (misalnya jam siaran, materi siaran dan jadwal siaran) dan membuka kesempatan untuk saling berbagi informasi dengan sesama anggota komunitas.

- Acara lebih interaktif karena disesuaikan dengan gaya dan budaya lokal Bali. - Biaya operasional harian/bulanan relatif lebih murah, hanya pembayaran listrik.

- Dukungan bagi keberlanjutan radio komunitas lebih terjamin karena akan menjadi milik komunitas dan bukan perseorangan, hanya dibutuhkan manajemen pengelolaan yang rapi.

Pilihan untuk tidak menggunakan radio komersial sebagai media kampanye merupakan keputusan yang sangat sulit mengingat dari hasil survey pra kampanye, 55,4% khalayak sasaran mendengarkan radio dan sebesar 38,7% diantaranya memilih radio sebagai media utama yang paling sering memberikan informasi kepada khalayak setelah TV. Sedangkan hasil dari survey pasca kampanye, meskipun mengalami penurunan, radio tetap dipilih sebagai media utama yang paling sering memberikan informasi oleh 25,8% khalayak sasaran di 9 desa dan 34,3% khalayak sasaran utama di 2 desa target.

Namun demikian, atas dasar pertimbangan keberlanjutan dalam pencapaian tujuan konservasi di kawasan Bali Barat, maka keputusan untuk tidak menggunakan radio komersial dan mengganti dengan pilihan membuat radio komunitas adalah keputusan yang strategis meskipun resiko pencapaian sasaran SMART akan turun (terutama yang menggunakan radio komersial sebagai media penjangkauan).

Sementara itu, media pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat menjadi strategis karena tim kampanye secara langsung bertatap muka dengan khalayak target untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye. Tidak hanya sebatas bertatap muka tetapi dalam momen tersebut juga dilakukan diskusi-diskusi dengan materi brosur dan poster supaya lebih mendalam untuk diketahui dan dipahami maksud dan tujuan dari kampanye.

Sebenarnya peran media massa sangat besar pengaruhnya dalam menyebarluaskan pesan-pesan kampanye, tetapi nampaknya masih banyak koran yang belum begitu tertarik untuk menerbitkan tulisan atau meliput kegiatan tentang lingkungan. Mereka lebih tertarik dengan urusan politik dan ekonomi. Dalam masa kampanye kami hanya berhasil mengajak 2 media lokal untuk meliput kegiatan kampanye, yaitu pada saat pementasan kesenian Bondres. Kedua media lokal tersebut adalah Tabloid Xpose dan Singaraja Post.

(9)

83 Tabel 13 Hasil Survei Pasca Kampanye tentang media utama yang paling sering memberikan informasi

Media Masyarakat Umum

(N=419)

Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74)

TV 84.0% 89.6%

Radio 25.8% 34.3%

Pertemuan Kelompok 16.5% 11.9%

Koran 8.8% 11.9%

Selama masa kampanye, berbagai materi kampanye telah diluncurkan dan disebarluaskan tidak saja ke khalayak sasaran utama, tetapi menjangkau ke masyarakat umum di 9 desa sasaran. Papan informasi di TNBB, Poster dan Brosur tentang penyelamatan hutan serta pertemuan kelompok tani adalah empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum. Sedangkan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya menyatakan melihat atau mendengar tentang pelestarian kawasan TNBB dari media komunikasi berupa Papan informasi di TNBB tentang larangan pengambilan kayu bakar di dalam kawasan hutan TNBB, Pertemuan pemimpin agama mengenai penyelamatan hutan Bali Barat, pertemuan masyarakat mengenai fungsi hutan Bali Barat,Buku tentang pengenalan TNBB dan Stiker, gantungan kunci dan kaos tentang penyelamatan hutan TNBB.

Tabel 14 Hasil Survei Pasca Media komunikasi tentang pelestarian kawasan TNBB yang pernah dilihat atau didengar

Media Komunikasi tentang Pelestarian Kawasan TNBB Masyarakat Umum (N=419)

Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74)

Papan informasi di TNBB tentang fungsi TNBB 10.3% 9.0%

Papan informasi di TNBB tentang larangan pengambilan kayu bakar di

dalam kawasan hutan TNBB 27.2% 29.9%

Stiker tentang penyelamatan hutan TNBB 15.3% 17.9%

Poster tentang penyelamatan hutan TNBB 19.1% 14.9%

(10)

84

gantungan kunci jalak bali 13.4% 17.9%

kaos tentang penyelamatan jalak bali 16.2% 17.9%

buku tentang pengenalan TNBB 12.6% 20.9%

bondres mengenai penyelamatan hutan TNBB 13.4% 7.5%

pertemuan masyarakat mengenai fungsi hutan Bali Barat 15.0% 25.4%

pertemuan kelompok tani mengenai fungsi hutan Bali Barat 16.0% 14.9%

pertemuan pemimpin agama mengenai penyelamatan hutan Bali Barat 10.5% 16.4%

Dari empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum di 9 desa sasaran, media yang paling mempengaruhi keputusan adalah Pertemuan Masyarakat, yaitu 43.4% (N=182). Sedangkan Papan Informasi dan Buku Pengenalan tentang TNBB masing-masing 25.1% (N=105) dan 16.2% (N=68). Untuk Petani dan Pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama (N=74) media yang paling mempengaruhi keputusan adalah pertemuan masyarakat mengenai fungsi hutan Bali Barat sebesar 65.7% (N=50), Buku tentang pengenalan TNBB 16.4% (N=10), Pelatihan petani dan papan informasi masing-masing 9% (N=8).

Tabel 15 Hasil Survei Pasca Media komunikasi tentang pelestarian kawasan TNBB yang paling mempengaruhi keputusan

Media yang paling mempengaruhi keputusan Masyarakat Umum (N=419)

Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74)

pertemuan masyarakat 43.4% 65.7% Buku pengenalan TNBB 16.2% 16.4% papan informasi 25.1% 9.0% pelatihan petani 9.3% 9.0% Poster 6.4% 0.0% Brosur 2.4% 1.5%

lokakarya tokoh agama 4.1% 3.0%

program radio 2.1% 3.0%

program sekolah 3.1% 3.0%

pentas kesenian bondres 0.7% 0.0%

(11)

85 Selama menjalankan program, kami juga menjalankan strategi Penyingkiran Halangan berupa pembuatan demplot kebun energi yang dilaksanakan di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya. Jumlah demplot di dua desa sasaran utama sebanyak 20 plot, masing-masing desa 10 plot dengan luas per plot 0.5 hektar. Media komunikasi yang digunakan untuk menyebarluaskannya beragam seperti yang terlihat pada tabel 5.6. Dari berbagai media yang digunakan untuk penjangkauan terkait demplot kebun energi, empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum adalah Pertemuan kelompok tani yang membicarakan mengenai kebun energi (19.8%), Brosur tentang kebun energi (16.7%), Bondres mengenai pemanfaatan kebun untuk menanam kayu bakar (16%), dan Pertemuan masyarakat yang membahas kebun energi (14.8%).

Sedangkan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama menyatakan melihat atau mendengar mengenai kebun energi dari media komunikasi berupa Pertemuan masyarakat yang membahas kebun energi (26.9%), Pertemuan kelompok tani yang membicarakan mengenai kebun energi (25.4%), Bacaan tentang cara mengembangkan kebun energi (20.9%), serta Brosur, Bondres dan Program sekolah tentang kebun pembibitan (masing-masing 14.9%).

Tabel 16 Hasil Survei Pasca Media komunikasi mengenai kebun energi yang pernah dilihat atau didengar

Media komunikasi mengenai kebun energi Masyarakat Umum (N=419)

Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74)

papan informasi di desa tentang kebun energi 9.3% 13.4%

Papan informasi di TNBB tentang kebun energi 6.4% 1.5%

Poster tentang kebun energi 13.8% 13.4%

Brosur tentang kebun energi 16.7% 14.9%

Stiker tentang ajakan pemanfaatan kebun untuk sumber kayu bakar 11.0% 10.4%

Bacaan tentang cara mengembangkan kebun energi 10.7% 20.9%

Pertemuan kelompok tani yang membicarakan mengenai kebun energi 19.8% 25.4%

Program sekolah tentang kebun pembibitan 11.2% 14.9%

Pertemuan masyarakat yang membahas kebun energi 14.8% 26.9%

(12)

86 Dari empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum di 9 desa sasaran, media yang paling mempengaruhi keputusan adalah Pertemuan Masyarakat, yaitu 40.3%. Sedangkan Papan Informasi 27.7%, Pelatihan Petani 12.6% dan Brosur 11.9%. Untuk Petani dan Pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama media yang paling mempengaruhi keputusan adalah pertemuan masyarakat 53.7%, Brosur 13.4%, Poster 10.4%, serta Papan Informasi dan Pelatihan petani masing-masing 9.0%.

Tabel 17 Hasil Survei Pasca Media komunikasi mengenai kebun energi yang paling mempengaruhi keputusan

Media yang paling mempengaruhi keputusan Masyarakat Umum (N=419)

Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74)

Pertemuan masyarakat 40.3% 53.7% Poster 7.4% 10.4% program sekolah 3.1% 3.0% Brosur 11.9% 13.4% papan informasi 27.7% 9.0% program radio 2.4% 3.0% pelatihan petani 12.6% 9.0% lokakarya guru 1.0% 0.0% pengenalan TNBB 10.7% 11.9%

lokakarya tokoh agama 2.4% 1.5%

pentas kesenian bondres 3.3% 1.5%

Media yang paling mempengaruhi keputusan mengenai kebun energi bagi masyarakat umum adalah Pertemuan masyarakat, papan informasi, pelatihan petani dan brosur. Sedangkan bagi petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama adalah Pertemuan masyarakat, brosur, pengenalan TNBB dan poster.

(13)

87

Hasil Social Marketing (K, A, IC)

Kegiatan-kegiatan social marketing yang dilaksanakan selama menjalankan program kampanye pride di Bali Barat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal khalayak sasaran di 9 desa, khususnya 2 desa sasaran utama. Dalam

melaksanakan kegiatan, manager kampanye bersama dengan tim kampanye dan lembaga mitra (Yayasan Seka) terlibat secara langsung bersama dengan stakeholder kunci yaitu Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Dinas Kehutanan, Sekolah, Pemerintah Desa, Desa Adat, Kelompok tani dan masyarakat petani dan pencari kayu bakar. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah Pertemuan masyarakat, Lokakarya pendidikan guru SD, Interpretasi Lingkungan, Pentas Kesenian Bondres, Lokakarya Tokoh Agama, Pembuatan dan penyebaran brosur, poster, stiker, pin, kaos, dan pembuatan kebun pembibitan sekolah.

Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART – Pengetahuan untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok dan Melaya

Tabel 18 Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye – Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama

Sasaran SMART Pertanyaan (Jawaban)

Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X2) Capaian Sasaran SMART

Pada Juni 2010, pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa

sasaran (Sumberklampok dan

Melaya) tentang akibat pengambilan

kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB meningkat sebesar 20% dari

73% menjadi 93%.

Q.72: Menurut Anda, apakah akibat dari pengambilan kayu

bakar untuk hutan TNBB?

(jawaban hanya 1) Respon:

Udara semakin panas, tempat tinggal jalak bali tidak ada lagi, mempengaruhi ketersediaan air bersih, hutan gundul, hutan rusak, banjir, erosi, longsor Catatan:

Sasaran SMART diambil dari jawaban yang benar

(14)

88

Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa

sasaran (Sumberklampok dan

Melaya) tentang batas-batas

kawasan TNBB yang benar

meningkat sebesar 30% dari awalnya 11% menjadi 41%.

Q.68-71: Sebutkan batas-batas kawasan TNBB? (jika tidak tahu, tuliskan "tidak tahu")

Respon: (yang benar)

Utara: Gilimanuk, Pulau

Menjangan, laut. Selatan: Gunung, hutan Timur: Pejarakan, hutan Barat: Gilimanuk, laut Catatan:

Pertanyaan ini disajikan dalam bentuk pertanyaan terbuka untuk batas dari keempat arah mata angin. Perhitungan respon untuk

capaian sasaran SMART

ditentukan dari akumulasi

jawaban yang benar kemudian dibagi 4 (sesuai dengan jumlah 4 arah mata angin yang telah ditentukan).

11% 28% +17 pp 95% 57%

Sumber: Data dalam Tabel 5.8 diambil dari wawancara-wawancara dengan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya (N = 52 dalam pra kampanye; 74 dalam pasca kampanye). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.

Capaian sasaran SMART untuk pengetahuan Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama hanya mengalami kenaikan sebesar 35% untuk pengetahuan tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB dan 57% mengenai batas-batas kawasan TNBB yang benar. Rendahnya capaian SMART ini diduga karena media kampanye yang digunakan belum begitu dipahami oleh khalayak sasaran. Sebagai contoh poster dan brosur yang didistribusikan meskipun telah sampai ke tangan khalayak dan telah didiskusikan pada berbagai kesempatan, baik melalui pertemuan masyarakat maupun pertemuan kelompok, namun masih sulit dipahami. Kesulitan terletak pada pemahaman bahasa yang digunakan dalam poster maupun brosur masih terlalu tinggi.

(15)

89 Dari hasil wawancara dengan beberapa khalayak yang dilakukan oleh tim kampanye pada saat monitoring di warung dan toko yang ditempeli poster dan brosur, didapatkan keterangan yang hampir seragam bahwa mereka tidak tertarik untuk membaca tulisan yang ada di brosur dan poster. Kalimatnya terlalu banyak, hurufnya kecil dan bahasanya terlalu tinggi. Mereka lebih tertarik melihat gambar yang ada di poster.

Selain itu secara statistik, dapat dilihat juga bahwa variabel independen dalam hal pekerjaan sebagai petani dan pencari kayu bakar tidak signifikan berbeda antara pra dan pasca kampanye (Chi Square under 90%). Oleh karena itu bisa jadi salah satu penyumbang sebab tidak tercapai hasil adalah set data ini.

Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART – Sikap dan Komunikasi Interpersonal untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok dan Melaya

Tabel 19 Perubahan dalam variabel-variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye – Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama

Sasaran SMART Pertanyaan (Jawaban)

Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X2) Capaian Sasaran SMART

Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari

kayu bakar di 2 desa sasaran

(Sumberklampok dan Melaya) yang

menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan

mengakibatkan kerusakan hutan

meningkat sebesar 20% dari 56% menjadi 76%

Q.75: Pengambilan kayu bakar secara terus menerus

di hutan TNBB tidak

mengakibatkan kerusakan hutan

Respon: Sangat tidak setuju, Tidak setuju

56% 64% +8 pp 90% 40%

Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari

kayu bakar di 2 desa sasaran

(Sumberklampok dan Melaya) yang

menyetujui bahwa TNBB perlu

menegakkan aturan pengambilan kayu bakar meningkat 15% dari 56% menjadi

71%.

Q.79: TNBB perlu

menegakkan aturan tentang larangan pengambilan kayu bakar

Respon: Sangat setuju,

setuju

56% 73% +17pp 90% 113%

Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari

kayu bakar di 2 desa sasaran

Q.86: Masyarakat berhenti

(16)

90

(Sumberklampok dan Melaya) yang

mudah untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB meningkat menjadi 23%

dari semula hanya 8%

hutan TNBB Respon: Mudah Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari

kayu bakar di 2 desa sasaran

(Sumberklampok dan Melaya) yang

mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat

sebesar 20% dari 62% menjadi 82%

Q.80: Kita perlu memikirkan

alternatif sumber kayu

bakar masyarakat

Respon: Sangat setuju,

setuju

62% 85% +23 pp <50% 115%

Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) mulai membicarakan dengan

keluarga tentang fungsi TNBB, meningkat

20% dari 10% menjadi 30%

Q.89: Dalam 3 bulan

terakhir, kepada siapa Anda

membicarakan tentang

fungsi Taman Nasional Bali Barat? (jawaban boleh lebih dari 1)

Respon: Keluarga

10% 15% +5 pp <50% 25%

Sumber: Data dalam Tabel 5.8 diambil dari wawancara-wawancara dengan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya (N = 52 dalam pra kampanye; 74 dalam pasca kampanye). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.

Dari ke-5 sasaran SMART, terdapat 3 sasaran yang masih belum mencapai target awal yang ditetapkan, yaitu:

1. Sikap setuju bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan hanya tercapai 40% 2. Khalayak sasaran utama masih sulit untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB, capaian perubahannya -27% (Chi Square <50%) 3. Komunikasi interpersonal didalam keluarga mengenai fungsi penting TNBB hanya tercapai 25% (Chi Square <50%)

Masih belum tercapainya target sasaran SMART dari yang telah ditetapkan di awal diduga disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Masih tingginya anggapan di kalangan petani dan pencari kayu bakar bahwa hutan merupakan milik bersama dan boleh dimanfaatkan oleh siapapun termasuk oleh mereka. Selain itu anggapan tentang hutan yang tidak bisa habis meskipun ditebang setiap hari menjadikan sikap dari petani dan pencari kayu bakarterhadap kerusakan hutan masih rendah.

(17)

91 2. Masih sulitnya petani dan pencari kayu bakar untuk berhenti mengambil kayu bakar dari hutan TNBB disebabkan oleh kebiasaan yang telah berjalan puluhan tahun dalam memanfaatkan hutan sebagai sumber kayu bakar. Mereka terbiasa mengambil tanpa menanam, tidak dibutuhkan usaha keras untuk menanam dan merawat, cukup mengambil saja dari hutan. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan salah satu tokoh masyarakat di desa Sumberklampok, Moh. Jatim yang diwawancarai pada saat dilakukan monitoring. Belianu mengatakan: “Pekerjaan mengambil kayu bakar dari hutan pada awalnya adalah terpaksa. Namun seiring dengan berjalannya waktu mereka menjadi terbiasa. Karena semakin besar permintaan kayu bakar, tidak saja untuk kebutuhan sendiri, tetapi dijual kepada orang lain, maka lama kelamaan mereka menjadi keenakan. Dan pada akhirnya menjadi semacam candu yang sulit untuk dihilangkan”.

Selain itu, demplot kebun energi yang dibuat belum menghasilkan kayu bakar secara maksimal. Penyebabnya adalah faktor musim yang membuat jadwal penanaman di demplot kebun energi mengalami kemunduran. Semula direncanakan pada Minggu IV Oktober 2009, baru terlaksana pada Minggu I Januari 2010.

3. Komunikasi interpersonal didalam keluarga dalam membicarakan tentang fungsi hutan TNBB belum begitu menggembirakan. Meskipun terjadi kenaikan tetapi tidak sesuai dengan target. Penyebabnya adalah tidak ada atau kurangnya waktu luang untuk berkumpul dan berbincang-bincang diantara anggota keluarga. Dari observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata keluarga petani dan pencari kayu bakar jarang melakukan komunikasi interpersonal dengan anggota keluarga karena selama seharian mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dari pagi sampai sore, petani dan pencari kayu bakar (laki-laki kepala rumah tangga) sibuk dengan pekerjaan mencari kayu bakar, sehingga ketika malam lebih banyak digunakan untuk istirahat/tidur daripada berbincang-bincang dengan keluarga. Perbincangan hanya dilakukan jika ada persoalan yang dianggap penting, seperti persoalan keuangan dan kebutuhan anak (pendidikan, kesehatan).

Sementara itu dalam kampanye yang dilakukan belum ada kegiatan pemasaran yang dibangun secara terstruktur untuk mendorong munculnya komunikasi interpersonal didalam keluarga, padahal dari hasil survey pra kampanye keluarga merupakan sumber informasi yang dipercaya (56,6%) dan sangat dipercaya (29,4%). Demikian juga dengan hasil survey pasca kampanye terjadi peningkatan kepercayaan kepada keluarga sebagai sumber informasi yaitu menjadi 69,9% dipercaya dan sangat dipercaya 24,6%. Dengan melihat hasil tersebut, untuk tindak lanjut program kedepan perlu dibuat kegiatan pemasaran terstruktur untuk membangun komunikasi keluarga. Namun demikian, harapan perubahan yang positif juga terlihat. Dari 5 sasaran SMART yang ditetapkan di awal untuk mengukur perubahan sikap dan komunikasi interpersonal, 2 sasaran SMART terpenuhi melampaui target, yaitu:

1. Perlunya TNBB menetapkan aturan mengenai larangan pengambilan kayu bakar dengan capaian perubahan sebesar 113% 2. Terbangunnya dukungan untuk memulai memikirkan alternatif sumber bahan bakar selain kayu bakar dengan capaian 115%.

(18)

92 Kedua dukungan konstituen ini memperlihatkan bahwa mulai muncul posisi sikap kelompok khalayak untuk mendapatkan sumber-sumber pengganti kayu bakar serta melihat bahwa hutan TNBB selayaknya bukan sumber kayu bakar seperti yang selama ini terjadi. Penting bagi lembaga untuk menindaklanjuti perubahan sikap ini, untuk mendapatkan perubahan perilaku yang bersifat lebih jangka panjang.

Munculnya perubahan tersebut kemungkinan berasal dari hasil kunjungan kerja kelompok tani Desa Sumberklampok dan Melaya ke Kelompok Tani Desa Sumberkima yang difasilitasi oleh Manajer Kampanye. Kunjungan kerja tersebut dalam rangka untuk berbagi pengalaman tentang pengembangan sumber energi alternatif pengganti kayu bakar yang berasal dari kotoran ternak, yaitu biogas dan telah terbukti mampu menggantikan kayu bakar. Sebagai catatan bahwa kelompok tani Desa Sumberkima merupakan kelompok dampingan dari Yayasan Seka yang sudah berjalan selama 3 tahun.

Hasil Penyingkiran Halangan (BR)

Sasaran SMART – Pengetahuan untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa Sumberklampok dan Melaya

Tabel 20 Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye – Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama

Sasaran SMART Pertanyaan (Jawaban)

Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X2) Capaian Sasaran SMART

Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang

kebun energi dan menyadari potensi kebun energi meningkat sebesar 30% dari

17% menjadi 47%.

Q.74: Menurut anda, apa

yang dimaksud dengan

kebun energi?

Respon: Kebun yang

ditanami tanaman

penghasil kayu bakar,

tanaman pakan ternak,

dengan hasil utama

tanaman kayu bakar

17% 30% +13 pp 75% 43%

Dari sasaran SMART yang telah ditetapkan di awal mengenai pengetahuan tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi, hanya tercapai sebesar 43%. Masih belum tercapainya target sasaran SMART ini diduga disebabkan oleh Proses penjangkauan yang dilakukan khususnya di Desa Melaya mengalami hambatan terkait dengan kurang harmonisnya hubungan antara masyarakat dengan TNBB yang berdampak pada keberadaan Manajer Kampanye

(19)

93 di lokasi. Hal itu terjadi terkait dengan aturan pengambilan kayu bakar yang diperketat sehingga membuat masyarakat ketakutan dan curiga dengan kehadiran Manajer kampanye di Desa Melaya.

Strategi yang dilaksanakan adalah melalui pendekatan kepada tokoh masyarakat dan tokoh adat untuk bisa masuk ke komunitas petani dan pencari kayu bakar. Pada akhirnya proses pendekatan berhasil dilakukan, namun dalam menyampaikan pesan kampanye terkait dengan kayu bakar tidak bisa dilakukan seperti di desa lainnya yaitu dengan mendistribusikan (membagikan dan menempel) poster, brosur dan buklet kebun energi, melainkan melalui dunia seni Bondres.

Sasaran SMART – Sikap dan Komunikasi Interpersonal untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa Sumberklampok dan Melaya

Tabel 21 Perubahan dalam variabel-variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye – Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama

Sasaran SMART Pertanyaan (Jawaban)

Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X2) Capaian Sasaran SMART

Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari

kayu bakar di 2 desa sasaran

(Sumberklampok dan Melaya) yang

menyatakan mudah untuk

memanfaatkan pekarangan untuk

ditanami tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan meningkat

20% dari 36% menjadi 56%

Q.85: Memanfaatkan

pekarangan untuk ditanami

tanaman kayu bakar,

tanaman pakan dan

tanaman pangan Respon: Mudah

36% 32% -4 pp <50% -20%

Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari

kayu bakar di 2 desa sasaran

(Sumberklampok dan Melaya) yang

menyatakan bisa untuk mengajak

tetangga untuk menanami tanaman kayu bakar, meningkat menjadi 42% dari

semula 27%

Q.88: Mengajak tetangga untuk tidak lagi mencari kayu bakar di TNBB

Respon: Mudah

27% 43% +16 pp 99% 107%

Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari

kayu bakar di 2 desa sasaran

Q.80: Kita perlu memikirkan

(20)

94

(Sumberklampok dan Melaya) yang

mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat

sebesar 20% dari 62% menjadi 82%

bakar masyarakat

Respon: Sangat setuju,

setuju Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu

bakar di di 9 desa sasaran

(Sumberklampok dan Melaya) mulai

mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar meningkat 25% dari 21% menjadi

46%

Q.97: Dalam 3 bulan ini,

kepada siapa anda

berbicara tentang

pemanfaatan pekarangan? (jawaban boleh lebih dari 1) Respon: Keluarga

21% 22% +1 pp 50% 4%

Dari ke-5 sasaran SMART, terdapat 2 sasaran yang masih belum mencapai target awal yang ditetapkan, yaitu:

1. Sikap menyatakan mudah untuk memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan hanya tercapai -20%

2. Khalayak sasaran utama mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar hanya tercapai 4%

Masih belum tercapainya target sasaran SMART dari yang telah ditetapkan di awal diduga disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

Komunikasi interpersonal didalam keluarga dalam membicarakan tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar belum begitu menggembirakan. Meskipun terjadi kenaikan tetapi tidak sesuai dengan target. Penyebabnya adalah tidak ada atau kurangnya waktu luang untuk berkumpul dan berbincang-bincang diantara anggota keluarga. Dari observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata keluarga petani dan pencari kayu bakar jarang melakukan komunikasi interpersonal dengan anggota keluarga karena selama seharian mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dari pagi sampai sore, petani dan pencari kayu bakar (laki-laki kepala rumah tangga) sibuk dengan pekerjaan mencari kayu bakar, sehingga ketika malam lebih banyak digunakan untuk istirahat/tidur daripada berbincang-bincang dengan keluarga. Perbincangan hanya dilakukan jika ada persoalan yang dianggap penting, seperti persoalan keuangan dan kebutuhan anak (pendidikan, kesehatan).

Peningkatan Komunikasi interpersonal justru terjadi pada tetangga dan kelompok tani dalam membicarakan tentang pemanfaatan kebun terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar. Terjadi peningkatan 5,7% untuk pembicaraan di kelompok tani dan sebesar 4.5% untuk pembicaraan dengan tetangga. Hal ini dibuktikan pada saat monitoring kebun energi, bahwa adopsi kebun energi terjadi karena adanya komunikasi interpersonal dengan tetangga dan melalui pertemuan kelompok tani.

(21)

95

Hasil Perubahan Perilaku (BC)

Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART – Perilaku untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok dan Melaya

Tabel 22 Perubahan dalam variabel-variabel Perilaku antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye – Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama

Sasaran SMART Pertanyaan (Jawaban)

Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X2) Capaian Sasaran SMART

Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah membuat kebun energi di kebun mereka meningkat dari semula 0% menjadi 25%

Q.66: Dalam 3 bulan

terakhir, saya telah

membuat kebun energi

tetapi masih mencari kayu bakar dari TNBB

0% 5% +5 pp 75% 20%

Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah mulai mengambil kayu

bakar dari kebun energi mereka meningkat dari semula 0% menjadi 25%

Q.65: Selama 3 bulan

terakhir, saya telah

beberapa kali mencari kayu di luar hutan TNBB, tetapi tidak setiap hari

0% 10% +10 pp 75% 40%

Sumber: Data dalam Tabel 22 diambil dari wawancara-wawancara dengan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya (N = 52 dalam pra kampanye; 74 dalam pasca kampanye). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.

Capaian Perubahan Perilaku (BC)

Dari 2 sasaran SMART, capaian perubahan perilaku dari petani dan pencari kayu bakar yang telah membuat kebun energi sebesar 20% sedangkan yang telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi mengalami peningkatan sebesar 40%. Kedua capaian ini masih dibawah target yang telah ditentukan di awal. Namun demikian dari hasil pemantauan di lapangan didapatkan data pertambahan jumlah petani dan pencari kayu bakar yang telah membuat kebun energi, yaitu dari yang semula ditargetkan 40 orang (mengelola 40 demplot) menjadi 62 orang (mengelola 57 demplot). Perbedaan hasil antara survey pasca dengan hasil pemantauan secara langsung ke lokasi demplot adalah tidak semua

(22)

96 responden yang membuat demplot kebun energi diwawancarai. Hal ini dikarenakan metode survey yang digunakan adalah metode random/acak, sehingga peluang pengelola demplot kebun energi untuk diwawancarai sama besar dengan masyarakat umum.

Hasil lainnya hingga Maret 2010, beberapa hasil yang telah dicapai antara lain: 1. Sikap Pihak TNBB mulai melunak

Dari hasil pendekatan yang dilakukan dengan Kepala Seksi Wilayah I Jembrana TNBB, yaitu Catur Marbawa, khususnya mengenai strategi pendekatan kepada masyarakat di Desa Melaya (termasuk Dusun Klatakan), beliau setuju dengan cara-cara yang akan diterapkan oleh Yayasan Seka, misalnya dengan menyebarkan brosur, poster dan buklet melalui pertemuan kelompok secara rutin serta membuat demplot kebun energi. Pendekatan yang dilakukan terhadap Kepala Seksi adalah menjelaskan tentang strategi BR, yaitu membuat demplot kebun energi untuk mengurangi tekanan pengambilan kayu bakar di dalam kawasan hutan TNBB. Strategi tersebut berhasil mempengaruhi sikap Kepala Seksi yang selama ini sangat “keras”.

2. Munculnya kelompok baru pemanfaat kayu bakar

Selain pendekatan dengan TNBB, tim Kerja Kampanye juga secara intensif melakukan pengembangan informasi terhadap kelompok-kelompok yang memanfaatkan kayu bakar. Ada 2 kelompok-kelompok tani yang telah diidentifikasi, yaitu (1) Kelompok Tani “Sumber Sri Rejeki” yang beranggotakan 15 orang laki-laki, dan (2) Kelompok Wanita Tani “Sekaha Demen Sekar Sari” beranggotakan 20 orang perempuan. Kedua kelompok ini domisilinya di Dusun Pangkung Tanah Kauh, Desa Melaya. Aktivitas sehari-harinya adalah mengolah gula merah dan gula semut dari pohon kelapa. Dalam Pproses pembuatan gula, semua anggota (100%) menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari dalam kawasan TNBB. Pertemuan dengan Yayasan Seka telah dilakukan sebanyak 2 kali yang menghasilkan kesepakatan untuk melakukan ujicoba pembuatan demplot kebun energi.

Selanjutnya, kegiatan perubahan perilaku yang terjadi terkait dengan penyingkiran halangan adalah replikasi kebun energi yang dilakukan oleh petani dan pencari kayu bakar di Desa Sumberklampok dan Sumberkima. Dari 20 demplot kebun energi yang telah dibuat, kini telah bertambah menjadi 57 kebun energi. Terjadi pertambahan jumlah kebun energi sebanyak 37, dimana 14 kebun energi di Desa Sumberklampok dan 23 kebun energi di Desa Sumberkima. Terjadinya adopsi kebun energi ini tidak terlepas dari peran para pengelola demplot yang secara aktif menginformasikan kepada teman dan tetangga (komunikasi interpersonal) tentang manfaat kebun energi. Awalnya tidak ada yang percaya, tetapi ketika kebun energi mulai menghasilkan dan terbukti, maka mulai terjadi adopsi. Para pengelola demplot di Desa Sumberklampok telah berperan dalam pengembangan kebun energi tanpa campur tangan dari manager kampanye. Sedangkan pengembangan kebun Foto 8 Demplot kebun energi sistem lorong milik Bapak Saleh di Desa Sumberklampok

(23)

97 energi di Desa Sumberkima terjadi karena sebelumnya para petani dan pencari kayu bakar telah menerapkan sistem kebun energi secara alami dengan nama kebun terpadu. Media yang digunakan dalam mendorong adopsi kebun energi di Sumberkima adalah pertemuan kelompok yang melibatkan petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok, sehingga transformasi berjalan dengan baik.

Pengurangan Ancaman dan Hasil Konservasi (TR dan CR)

Pengurangan ancaman:

Membuat 20 plot (masing-masing plot seluas 0.5 hektar) Kebun Energi di 2 desa target (Sumberklampok dan Melaya)

Dari hasil monitoring di lapangan terkait dengan pengurangan ancaman, telah dibuat 20 demplot kebun energi di dua desa, yaitu Sumberklampok dan Melaya. Untuk Sumberklampok penanaman demplot kebun energi dilakukan pada Januari 2010, sedangkan di Melaya baru dilakukan pada bulan April 2010. Keterlambatan di Sumberklampok disebabkan oleh faktor musim. Semula direncanakan penanaman akan dilakukan pada bulan Oktober 2009, tetapi karena musim hujan belum turun akhirnya baru terlaksana pada bulan Januari 2010. Sedangkan di Melaya penanaman demplot kebun energi sangat terlambat dari yang direncanakan, yaitu Oktober 2009 dan baru terlaksana pada bulan April 2010. Penyebabnya adalah perlunya pendekatan yang intensif dan hati-hati terhadap petani dan pencari kayu bakar yang ada di Desa Melaya karena selama ini hubungan dengan TNBB kurang harmonis. Masih adanya anggapan bahwa LSM merupakan kepanjangan tangan dari TNBB membuat proses pendekatan berjalan lambat. Namun demikian berkat kerja keras tim kerja kampanye, maka penanaman demplot kebun energi akhirnya terealisasi.

Foto 9 Demplot kebun energi di Sumberkima (insert skema demplot)

(24)

98 Demplot yang dibuat tidak seperti yang disosialisasikan pertama kali yaitu sistem tiga strata. Pengelola demplot menggunakan sistem lorong seperti yang telah disepakati dalam pelatihan petani pada bulan Nopember 2009 di Balai Desa Sumberklampok. Mereka lebih memilih sistem lorong dengan alasan telah berpengalaman dalam menerapkan sistem lorong dan telah terbukti dan teruji. Sistem lorong terutama berguna pada saat musim hujan yang sering terjadi banjir. Dengan sistem lorong mampu terhindar dari banjir, sehingga tingkat keberhasilannya akan tinggi. Disamping itu dari sisi jumlah tanaman kayu bakar yang ditanam lebih banyak sehingga hasil kayu bakar akan lebih banyak dan akan mampu memenuhi kebutuhan kayu bakar rumah tangga.

Dengan sistem tiga strata hanya 540 tanaman utama sengon, tetapi dengan sistem lorong dapat ditanam sebanyak 950 tanaman sengon. Jumlah tanaman sengon yang dibantu hanya 450 per demplot (0,5 hektar) dan para pengelola demplot bersedia untuk swadaya pengadaan bibit tanaman sengon secara mandiri sebanyak 410 tanaman.

Dari 20 demplot kebun energi, 60% berhasil dengan indikator tanaman yang ada tumbuh dengan baik, dirawat dan telah menghasilkan tanaman untuk pakan ternak, tanaman pertanian. Untuk hasil kayu bakar belum maksimal, namun sudah mulai dilakukan pemanenan terhadap tanaman gamal pada saat dilakukan pemangkasan. Bahkan 37 KK petani dan pencari kayu bakar di Sumberklampok dan Sumberkima telah mengadopsi kebun energi di kebun mereka masing-masing. Data ini didapatkan pada saat dilakukan monitoring oleh tim kerja kampanye dengan melakukan FGD di Desa Sumberkima pada tanggal 12 Juli 2010 dan di Desa Melaya pada tanggal 13 Juli 2010.

Hasil Konservasi/Tujuan Keanekaragaman Hayati (CR):

Menyelamatkan hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali dari tekanan pengambilan kayu bakar oleh masyarakat sekitar kawasan TNBB dari 147 orang pada Juli 2009 menjadi 107 orang pada Juni 2010.

Dari hasil monitoring di lapangan terkait hasil konservasi untuk pengambilan kayu bakar di hutan yang menjadi habitat Jalak Bali, diketahui bahwa terjadi penurunan pengambilan kayu bakar oleh 47 petani dan pencari kayu bakar di Desa Sumberklampok dan Sumberkima. Hal ini diketahui dari hasil FGD pada saat monitoring di lapangan pada tanggal 12 Juli 2010 di Desa Sumberkima, dimana dari informasi yang diungkapkan oleh peserta FGD menyatakan bahwa sebanyak 40 petani dan pencari kayu bakar telah memanfaatkan kebun energi sebagai sumber kayu bakar dan tidak lagi mencari kayu bakar di hutan TNBB (20 orang dari Desa Sumberklampok dan 20 orang dari Desa Sumberkima). Untuk Desa Melaya masih belum terjadi perubahan perilaku dalam mengambil kayu bakar. Mereka masih mengambil kayu bakar dari hutan TNBB karena kebun energi yang ditanam belum menghasilkan.

(25)

99 Foto 10 (a) FGD monitoring di Sumberkima, (b) kayu bakar hasil kebun energi

Gambar

Tabel 11 Informasi latar belakang tentang survey pra dan pasca kampanye
Tabel 12 Variabel-variabel Independen untuk Menilai Tingkat Perbandingan Survei pra dan pasca kampanye untuk masyarakat umum
Tabel 13 Hasil Survei Pasca Kampanye tentang media utama yang paling sering memberikan informasi
Tabel 15 Hasil Survei Pasca Media komunikasi tentang pelestarian kawasan TNBB yang paling mempengaruhi keputusan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut penelitian yang telah dilakukan Buwono (2014), perancangan sistem informasi manajemen persediaan dilakukan agar dapat membantu perusahaan dalam proses

Berdasarkan rekomendasi studi PhD Leny Maryouri, 2015, terdapat sebuah metode untuk mempercepat proses penyiapan proyek infrastruktur, yaitu Project Delivery Partnership (PDP)

Pada penelitian ini, dicari alternatif media lain untuk mengganti beras, yaitu digunakan umbi bengkuang dan tongkol jagung dilihat karakteristik serta kualitas zat warna yang

“Kita menikah karena orang tua, kita dijodohkan, awalnya saya tidak mau karena suami saya adalah orang muhammadiyah dan saya tidak paham dengan organisasi

Aktivitas pola makan dan pemilihan pakan pada lutung kelabu betina (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog, Ciawi, Bogor..

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini akan dilakukan sintesis dan karakterisasi TiO2 mesopori terdoping galium III pada variasi konsentrasi dopan galium III 0; 0,5;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Padang setelah mempelajari dan meneliti dengan seksama berkas perkara yang dimohonkan banding terhadap

Temuan sebagai hasil analisis menunjukkan bahwa latar belakang pembentuk undang-undang mencantumkan beberapa percobaan melakukan pelanggaran dan kejahatan tidak