• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERNAFASAN AKUT PADA SISWA TAMAN KANAK-KANAK DI KELURAHAN DANGIN PURI KECAMATAN DENPASAR TIMUR

TAHUN 2014

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. ISPA disebabkan oleh bakteri

atau virus yang masuk kesaluran nafas dan menimbulkan reaksi inflamasi. Penyakit

ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Di Bali sendiri ISPA menduduki peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit terbanyak yang tercatat di puskesmas dengan total kasus sejumlah 370.504 kasus.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada siswa taman kanak-kanak di Kelurahan Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross-sectional study dan menggunakan pendekatan retrospektif. Sampel yang digunakan berjumlah 165 orang yang diambil secara konsekutif pada lima taman kanak-kanak di Kelurahan Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur.

Hasil Penelitian dengan uji chi-square menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi ( p < 0,0001; RP = 1,593; IK 95% 1,314; 1,930), paparan terhadap asap rokok (p < 0,0001; RP = 1,758; IK 95% 1,359; 2,274), pola pemberian ASI (p < 0,0001; RP = 1,592; IK 95% 1,184; 2,141) dan kepadatan hunian (p < 0,0001; RP = 1,708; IK 95% 1,379; 2,116) dengan kejadian ISPA. Sedangkan status imunisasi dasar, berat, dan tingkat pendidikan ibu tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA.

Prevalensi ISPA pada siswa taman kanak-kanak cukup tinggi (63%) dan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi, paparan terhadap asap rokok, pola pemberian ASI, dan kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada siswa taman kanak-kanak. Rekomendasi dalam upaya penurunan angka kejadian ISPA berupa peningkatan sikap dan pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor pencetus terjadinya suatu penyakit khususnya ISPA dengan cara penyuluhan kesehatan.

(2)

2

ABSTRACT

FACTORS THAT ASSOCIATED WITH ACUTE RESPIRATORY TRACT INFECTION IN KINDERGARTEN STUDENTS IN DANGIN PURI

VILLAGE DENPASAR TIMUR DISTRICT YEAR 2014

Acute Respiratory Tract Infection (ARTI) is a disease of the upper or lower respiratory tract, are infectious diseases, which can result in a spectrum of illnesses ranging from asymptomatic disease or mild infection to severe and fatal disease, depending on the causative pathogen, environmental factors, and host factors. Respiratory infection caused by bacteria or viruses that enter respiratory tract and cause an inflammatory reaction. ARTI is a common disease in developing countries, such as Indonesia. In Bali it self ARTI is first rank of the top ten most diseases recorded at health centers with a total of 370 504 number of cases.

The purpose of this study was to determine the factors that associated with the incidence of ARTI in kindergarten students in Dangin Puri Village, Denpasar Timur District. This study is an analytic study with cross-sectional design and a retrospective approach. The sample was 165 people were taken consecutively at five kindergarten in the Dangin Puri Village Denpasar Timur District.

Results with the chi-square test suggests that there is a significant association between nutritional status (p <0.0001; RP = 1.593; 95% CI 1.314; 1.930), exposure to cigarette smoke (p <0.0001; RP = 1,758; 95% CI 1.359; 2.274), patterns of breastfeeding (p <0.0001; RP = 1.592; 95% CI 1.184; 2.141) and population density (p <0.0001; RP = 1.708; 95% CI 1.379; 2.116) with ARTI. While the basic immunization status, weight, and maternal education level there is no significant relationship with ARTI.

The prevalence of ARTI in kindergarten students is quite high (63%) and there is a significant relationship between nutritional status, exposure to cigarette smoke, the pattern of breastfeeding, and residential density with ARI in kindergarten students. Recommendations in an effort to decrease the incidence of ARTI by an increase in attitudes and knowledge about the triggering factors of disease especially ARTI, by health education.

Keywords: children, respiratory infections, nutritional status, smoking, breastfeeding, residential density

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

RINGKASAN ... vii

SUMMARY ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.3.1 Tujuan Umum ... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 5 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5 1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Definisi ISPA ... 8

2.2 Klasifikasi ISPA ... 8

(4)

4

2.4 Patogenesis ... 11

2.5 Tanda dan Gejala Klinis ... 12

2.5.1 Gejala Klinis Anamnesis ... 12

2.5.2 Gejala Klinis Pemeriksaan Fisik ... 15

2.6 Cara Penularan ... 16

2.7 Diagnosis ... 16

2.8 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan ISPA ... 17

2.8.1 Status Gizi ... 18

2.8.2 Status Imunisasi Dasar ... 19

2.8.3 Bayi Berat Lahir Rendah ... 21

2.8.4 Paparan Terhadap Asap Rokok ... 22

2.8.5 Tingkat Pendidikan Ibu ... 22

2.8.6 Pola Pemberian ASI ... 22

2.8.7 Kepadatan Hunian ... 23

2.9 Pencegahan Penularan dan Manajemen ... 24

2.9.1 Pencegahan Penularan ... 24

2.9.2 Manajemen ... 25

2.10 Prognosis ... 26

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 27

3.1 Kerangka Berpikir ... 27

3.2 Kerangka Konsep ... 28

3.3 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN ... 31

4.1 Rancangan Penelitian ... 31

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

4.2.1 Tempat... 31

4.2.2 Waktu ... 31

4.3 Populasi dan Sampel ... 31

(5)

4.3.2 Kriteria Sampel ... 32

4.3.3 Besaran Sampel ... 33

4.3.4 Teknik Penentuan Sampel ... 34

4.4 Variabel ... 34

4.4.1 Identifikasi Variabel ... 34

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 35

4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian ... 39

4.6 Protokol Penelitian ... 39 4.6.1 Persiapan Penelitian ... 39 4.6.2 Pelaksanaan Penelitian ... 40 4.6.3 Alur Penelitian ... 40 4.7 Analisis Data ... 41 4.7.1 Analisis Univariat... 41 4.7.2 Analisis Bivariat ... 41 4.8 Kelemahan Penelitian ... 42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

5.1 Gambaran Umum Kelurahan Dangin Puri ... 43

5.1.1 Geografis ... 43

5.1.2 Sosiodemografis ... 44

5.2 Analisis Univariat ... 44

5.2.1 Karakteristik Responden ... 45

5.2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA... 46

5.3 Analisis Bivariat ... 48

5.3.1 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian ISPA ... 48

5.3.2 Hubungan Antara Status Imunisasi Dasar Dengan Kejadian ISPA ... 5.3.3 Hubungan Antara Berat Lahir Dengan Kejadian ISPA ... 53

5.3.4 Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Dengan Kejadian ISPA ... 5.3.5 Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan Kejadian ISPA.. ... 57

51

(6)

6

5.3.6 Hubungan Antara Pola Pemberian ASI Dengan Kejadian ISPA ... 5.3.7 Hubungan Antara Kepadatan Hunian Dengan Kejadian

ISPA ...

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 64

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 65

6.1 Simpulan ... 65

6.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 72

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 89 59

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu (Ching et al., Bulletin WHO 2007). Infeksi akut ini menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes RI, 2012). ISPA disebabkan oleh

bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas dan menimbulkan reaksi

inflamasi. Penyakit infeksi ini dapat menyerang semua golongan umur, akan

tetapi bayi, balita, dan manula merupakan yang paling rentan untuk terinfeksi penyakit ini. (Ching et al., Bulletin WHO 2007; Morris, 2009).

ISPA merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia terutama pada anak-anak (Khor et al., 2012). Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahunnya, dan 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Penyakit infeksi ini terutama terjadi di negara yang sedang berkembang berkembang dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama pasien berkonsultasi atau dirawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan (Ching et al., Bulletin WHO 2007).

(8)

v

Diperkirakan 1,9 juta kematian anak di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh ISPA, dengan 70 % mortalitas terjadi di Afrika dan Asia Tenggara (Williams et al., 2012). Insidens ISPA pada balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%) (Depkes RI, 2012).

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia dimana berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 didapatkan prevalensi nasional ISPA di Indonesia adalah 25,0%, tidak jauh berbeda dengan tahun 2007 yaitu 25,5%. Lima provinsi di Indonesia dengan Prevalensi ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. ISPA memang masih merupakan masalah kesehatan yang cukup besar bagi masyarakat di Indonesia. Menurut hasil Riskesdas 2007, ISPA merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%).

(9)

vi

Gambar 1.1: Period prevalence ISPA, menurut provinsi, Indonesia 2007 dan 2013 Sumber: Riskesdas 2013

Di Bali sendiri berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2012 yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali, ISPA menduduki peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit terbanyak yang tercatat di puskesmas dengan total kasus sejumlah 370.504 kasus. Menurut hasil survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di Provinsi Bali, sebanyak 22,30% bayi maupun anak meninggal karena ISPA. Dari angka tersebut sebanyak 23,60% kematian disebabkan oleh pneumonia.

Semua hal tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai faktor yang menyebabkan tingkat penularan penyakit ISPA semakin tinggi di Bali. Terdapat banyak sekali faktor yang mungkin menyebabkan penularan penyakit ISPA. Berdasarkan studi literatur dari berbagai sumber, difokuskan pada dua kelompok faktor yang menyebabkan penularan penyakit ISPA, yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individu merupakan faktor yang berasal dari dalam diri pasien. Terdapat beberapa aspek yang dinilai seperti statis gizi, status imunisasi dasar, dan berat lahir. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar pasien yang mungkin dapat meningkatkan risiko penularan penyakit ISPA.

(10)

vii

Yang difokuskan dalam faktor lingkungan pada penelitian ini adalah paparan terhadap asap rokok, tingkat pendidikan ibu, pola pemberian ASI, dan kepadatan hunian (Pore et al., 2010; Trisnawati dan Juwarni, 2012; Sharbatti dan Aljumaa, 2012).

Dari penelitian yang hampir serupa yang telah dilakukan sebelumya, terdapat perbedaan hasil yang mencolok antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya. Kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh perbedaan demografis tempat dilakukannya penelitian.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian unutk mengetahui faktor yang berhubungan dengan ISPA pada siswa taman kanak-kanak di Kelurahan Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur pada tahun 2014 ini penting untuk dilakukan, karena mungkin penelitian sebelumnya tidak dapat diterapkan di kota Denpasar mengingat perbedaan karakteristik demografis tempat dilakukannya penelitian. Jadi penelitian yang akan dilakukan di seluruh taman kanak-kanak yang ada di Kelurahan Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur ini diharapkan dapat mewakili populasi target, yaitu pasien ISPA anak di Kota Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah dan Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(11)

viii

2. Bagaimanakah hubungan antara status imunisasi dasar dengan kejadian ISPA?

3. Bagaimanakah hubungan antara berat lahir dengan kejadian ISPA? 4. Bagaimanakah hubungan antara paparan terhadap asap rokok

dengan kejadian ISPA?

5. Bagaimanakah hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian ISPA?

6. Bagaimanakah hubungan antara pola pemberian ASI dengan kejadian ISPA?

7. Bagaimanakah hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada siswa taman kanak-kanak di Kelurahan Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA

2. Untuk mengetahui hubungan antara status imunisasi dasar dengan kejadian ISPA

3. Untuk mengetahui hubungan antara berat lahir dengan kejadian ISPA.

(12)

ix

4. Untuk mengetahui hubungan antara paparan terhadap asap rokok dengan kejadian ISPA.

5. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian ISPA.

6. Untuk mengetahui hubungan antara pola pemberian ASI dengan kejadian ISPA.

7. Untuk mengetahui hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan bidang kesehatan khususnya tentang faktor yang berhubungan dengan ISPA seperti faktor individu (status gizi, status imunisasi dasar, berat lahir) dan faktor lingkungan (paparan asap rokok, tingkat pendidikan ibu, pola pemberian ASI, kepadatan hunian).

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah pengalaman dan meningkatan pengetahuan serta wawasan terutama dalam penelitian di bidang kesehatan, sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

1.4.2.2 Bagi Pemerintah dan Instansi Terkait

Sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan dan program pembangunan kesehatan (memperbaiki program yang sudah

(13)

x

ada atau merumuskan program baru), sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian ISPA terutama pada anak dan tingkat kesehatan masyarakat secara keseluruhan dapat terjamin.

1.4.2.3 Bagi Perkembangan Iptek

Sebagai masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan data dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

1.4.2.4 Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk penyuluhan di bidang kesehatan khususnya mengenai penyakit ISPA. Dan hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan didalam keluarga khususnya bagi penderita ISPA, sehingga dapat menurunkan morbiditas ISPA.

Gambar

Gambar 1.1: Period prevalence ISPA, menurut provinsi, Indonesia 2007 dan 2013  Sumber: Riskesdas 2013

Referensi

Dokumen terkait

Berita penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus dugaan korupsi hingga pengunduran diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat ternyata mendapat perhatian dari

Hasil pengamatan stuktur mikro material shaft gear pump lokal ditampilkan pada Gambar 2.b, Struktur mikro untuk shaft gear pump lokal tanpa pelakuan panas didominasi butir- butir

Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan agar mengadakan pengawasan dan penyuluhan tentang hygiene sanitasi di kantin lingkungan universitas sumatera utara sehingga

n Berlagak jadi polisi n Tuduh warga main judi n Oknum anggota TNI diburu Oknum PnS &amp; komplotan Peras Warga l Peliput: Yahya P NS Kemente- rian Pertahanan (Kemhan) bersama

They have the choice of peers proceed from the existing political state, from the sovereign, without binding him to any other civil quality' In this constitution

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian asupan glikosida flavonoid terong belanda ( Solanum betaceum Cav.) dari fraksi n-butanol

Makanan awetan dari bahan hewani adalah makanan yang dibuat dari SDA hewani, yang sudah melalui proses pengolahan yang tepat sesuai dan dikemas dengan baik, baik menggunakan

Error of the Estimate Change Statistics Durbin- Watson R Square Change F. Change df1