• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberitaan tentang kasus korupsi yang melibatkan tersangka M. Nazaruddin,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberitaan tentang kasus korupsi yang melibatkan tersangka M. Nazaruddin,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Pemberitaan tentang kasus korupsi yang melibatkan tersangka M. Nazaruddin, yang mulai beredar setelah ditangkapnya Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga Wafid Muharam, tepatnya pada tanggal 21 April 2011. Dalam keterangannya menyebutkan bahwa ada keterkaitan dengan salah satu anggota DPR dari kader Partai Demokrat, yaitu M. Nazaruddin

Kasus ini menjadi menarik ketika, pemberitaan yang disajikan memberikan prespektif yang berbeda dalam menuangkan informasinya. Bahwa M. Nazaruddin dalam keterangannya baik kepada KPK atau pun dalam informasi yang diberitakan oleh media menyebutkan adanya dugaan keterlibatan dari beberapa tokoh penting negeri ini, semisal Angelina Sondakh, Andi Malarangeng, ketua umum Partai Demokrat, yaitu Anas Urbaningrum dan lain sebagainya. Khususnya nama terakhir, yaitu Anas Urbaningrum merupakan nama yang sering disebut-sebut oleh Nazaruddin. Menariknya bahwa kasus ini, jika dilihat dari faktanya merupakan kasus hukum, akan tetapi seperti mengalami pergeseran makna ketika kasus ini kemudian sering kali diperbincangkan dalam sudut pandang politik, Sehingga persoalan

(2)

2 mengenai kasus korupsi Nazaruddin, tidak hanya dilihat sebagai kasus yang bersifat hukum saja, akan tetapi memiliki muatan-muatan kepentingan politis di dalamnya.

Khususnya pemberitaan mengenai dugaan keterlibatan ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, seakan-akan menjadi isu yang hangat dalam pemberitaan media, karena isi dari pemberitaan, tidak hanya menyangkut satu kasus akan tetapi kasus lainnya, seakan-akan memiliki mata rantai dengan kasus-kasus lainnya, seperti adanya penggunaan money politics pada kongres II Partai Demokrat yang diselenggarakan di Bandung pada tahun 2010 yang lalu.

Setahun sudah terlewati, pemberitaan itu masih saja hangat diterbitkankan oleh beberapa media. Begitu peliknya kasus ini, hingga seperti ada kejemuan dalam kasus yang belum dapat diungkap secara komprehensif, sementara pemberitaan tidak kunjung surut, dan secara sadar- tidak sadar bahwa konstruksi sosial dari pemberitaan itu terbentuk, dampak dari hal itu adalah terbentuknya opini masyarakat.

Kasus korupsi Hambalang kemudian masuk ke babak baru ketika banyak survei membuktikan elektabilitas Partai Demokrat menurun. Dugaan keterlibatan Anas, yang ketika itu menjabat Ketua Umum Partai Demokrat, dituding sebagai biang keladinya, sehingga membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang notabene Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat mempertimbangkan mengambil alih partai

(3)

3 bila Anas berstatus tersangka Hambalang sempat beralih ke Partai Demokrat, mulai pembentukan majelis tinggi, penandatanganan pakta integritas, hingga rapimnas. Muncul pula bocornya surat perintah penyidikan alias sprindik yang menyebut Anas sebagai tersangka.

Sulit bagi publik untuk tidak mengaitkan episode demi episode dalam kasus Hambalang, mulai pernyataan SBY tentang status Anas, dinamika internal Partai Demokrat, bocornya sprindik, hingga penetapan Anas sebagai tersangka.

(http://www.metrotvnews.tv/videoprogram/detail/2013/02/25/16344/121/Episode-Anas-di-Drama-Hambalang/Editorial%20Media%20Indonesia).

Setelah penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka, Media massa seperti media cetak nasional terus memberitakan kasus ini kepada pembaca dan menjadi headline di sejumlah media cetak nasional. Di sini media sebagai pengawas lembaga pemerintah di Negara ini dengan memberikan informasi yang berimbang dan akurat mengenai kelanjutan kasus korupsi yang belum terungkap.

Dewasa ini media massa semakin berperan penting dalam kehidupan di masyrakat. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak). Dalam pandangan kontruksionis media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen kontruksi

(4)

4 sosial yang mendefinisikan realitas. Lewat berbagai instrument yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan.(Eriyanto, 2002: 22-23).

Menurut Bernard C. Cohen dalam Advanced Newsgathering karangan Bryce T. Melntyre yang dikutip oleh Luwi Iswara (2005: 7-8) menyebutkan bahwa beberapa peran yang umum dijalankan pers diantaranya sebagai pelapor (informer).Pers harus bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa yang diluar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka.

Realitas atau peristiwa tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Di sini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan yang beebeda.(Eriyanto 2002: 19).

Tentang proses konstruksi realitas, menurut Hamad (2004: 11-12) prinsipnya setiap upaya menceritakan (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau benda tak terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan politik adalah usaha mengkinstruksikan realitas.

Karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa menurut Hamad (2004: 11-12) adalah

(5)

5 menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utama media massa adalah mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wcana bermakna. Pembuatan berita di media pada dasarnya adalh penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna.

Kegiatan Jurnalistik memang menggunakan bahasa sebagai bahan baku guna memproduksi berita. Akan tetapi, bagi media, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi, atau opini. Bahasa juga bukan sekedar alat komunikasui untuk menggambarkan realitas, namun juga menentukan gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik. (Sobur, 2001: 89).

Dalam proses konstruksi realitas, Ibu Hamad (2004: 12-13) meneruskan pendapat Berger, Peter L dan Thomas Luckman bahasa adalah unsur utama, ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Selanjutnya, penggunaan bahasa (simbol) tertentu menentukan format narasi (dan makna) tertent. Sedangkan jika dicermati secara teliti, seluruh isi media entah media cetak ataupun media elektronik menggunakan bahasa, naik verbal (kata-kata tertulis atau lisan) maupun bahasa non-verbal (gambar, foto, gerak-gerik, grafik, angka, dan table).

(6)

6 Lebih jauh dari itu, terutama dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas-realitas media yang akan muncul di benak khalayak. Terdapat berbagai cara media massa mempengaruhi bahasa dan makna ini : mengembangkan kata-kata baru berserta makna asosiatifnya : memperluas makna dari istilah-istilah yang ada: mengganti makna lama sebuah istilah dengan makna baru : memantapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa (Hamad: 2004).

Dalam konteks ini,maka konsep media secara aktif menjadi relevan dalam kaitannya dengan permasalahn yang akan diteliti. Hal ini juga sesuai dengan paradigma konstruksionis yang digunakan, yang memandang media dilihat bukan sebagai saluran yang bebas atau netral melainkan sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas, dimana para pekerja yang terlibat dalam memproduksi pesan juga menyertakan pandangan,bias dan pemihakannya. (Hamad: 2004). Dari uraian tersebut maka media telah menjadi sumber informasi yang dominan tidak saja bagi individu tetapi juga bagi masyarakat dalam memperoleh gambaran realitas mengenai suatu peristiwa.

Konstruksi realitas bukan dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Dalam proses internalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan

(7)

7 untuk melihat realitas.Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut. (Eriyanto,2004:17).

Menurut Eriyanto (2002:40), dalam pandangan positivis, media dilihat sebagai saluran penyampaian informasi. Sedangkan padangan konstruktivis melihat media massa bukan hanya sebagai saluran, melainkan sebagai agen konstruksi pesan.

Fokus dari pendekatan konstruktivis ini adalah bagaimana pesan (berita) dibuat dan bagaimana pesan secara aktif ditafsirkan oleh individu sebagai penerima. Berita adalah hasil dari konstruksi realitas di mana selalu melibatkan pandangan, ideologi media dan nilai-nilai dari wartawan. Bagaimana sebuah realitas dijadikan berita sangat bergantung bagaimana wartawan memahami dan memaknai fakta. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu. Berita yang kita baca dari media pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi media itu sendiri. (Eriyanto, 2002: 40).

Rem Rieder Lih menjelaskan dalam Iswari (2005: 53) adalah berita dengan suatu tujuan. Dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita ada karateristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan, untuk menentukan layak berita (newsworthy).

(8)

8 Sebagai contoh peristiwa atau realitas yang menarik media massa menurut Hamad (2004: 2) adalah peristiwa politik. Hal menarik yang pertama bahwa politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation) yakni media massa, sehingga hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Malahan para aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan politik dalam bentuk tingkah laku dan pernytaan para aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka.

Salah satu faktor menurut Hamad (2004: 7) yang memberi pengaruh signifikan terhadap proses pembuatan atau pengkonstruksian realitas politik hingga jenis opini yang terbentuk adalah sistem media massa dimana sebuah media menjalankan operasi jurnalistiknya. Seperti apa konstruksi realitas politik (parpol) yang dibentuk oleh sebuah media pertama-pertama dipengaruhi oleh kehidupan sistem politik dimana media massa menjadi salah satu subsistemnya. Walaupun demikian, media massa memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi sistem politik sehingga hubungan antara keduanya.

Dalam komunikasi politik dalam Hamad (2004: 10) konstruksi realitas oleh media massa tersebut menjadi sangat khas. Sebab cara sebuah media mengkonstruksikan suatu peristiwa politik memberi citra tertentu mengenai sebuah realitas politik, yang bagi para aktor dan partai politik citra ini sangat penting demi kepentingan poltiknya masing-masing. Bagi media massa, cara mereka

(9)

9 mengkonstruksikan realitas politik dapat menjadi strategi menyimpan motif-motif masing-masing media di balik wacana yang dibangunnya.

Berita penetapan Anas Urbaningrum dan pengunduran dirinya sebagai ketua partai Demokrat merupakan peristiwa politik. Peristiwa penetapan Anas Urbaningrum menjadi headline di beberapa media massa nasional pada hari yang sama. Di sini media memiliki peranan penting dalam menyebarkan berita dan infromasi. Masayarakat dari semua lapisan dapat mengakses informasi tersebut dari seluruah dunia. Kejadian penting dalam suatu negara dapat dengan cepat disebarkan dan diterima oleh masyarakat di negara lain. Tidak ada lagi batasan jarak yang berarti dalam rangka memperoleh informasi. Dengan adanya media massa manusia dapat mengamati dunia yang tidak dapat dijangkau secara fisik.

Berita penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus dugaan korupsi hingga pengunduran diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat ternyata mendapat perhatian dari beberapa media massa di Indonesia. Namun bukan hanya di dalam negeri saja melainkan berita tersebut sudah tersebar hingga ke mancanegara.

Berdasarkan Database Media Dialies yang dibuat oleh Golin Harris perusahaan yang bergerak di bidang periklanan, marketing communication, dan public relation terdapat lima media cetak nasional dengan sirkulasi terbanyak di wilayah Jabodetabek. Data diambil pada periode Juli sampai November 2012 dengan urutan pertama ditempati oleh Kompas sebanyak 550,000, Jawa Pos dengan 400,000,

(10)

10 media Indonesia dengan 280,380, Seputar Indonesia 254,200, dan tempo sebanyak 200,000.

Pemilihan lima media cetak tersebut tidak lepas dari beberapa kepentingan media mengenai isu nasional yang dapat perhatian lebih oleh masyarakat untuk membaca berita mengenai Anas Urbaningrum. Lima media cetak nasional tersebut merupakan contoh bagi sebagian media massa yang memiliki tujuan seperti kepentingan bisnis dan ekonomi untuk meningkatkan penghasilan.

Skandal kasus proyek Hambalang kini memasuki episode baru. Setelah cukup lama menggantung, Komisi Pemberantasan Korupsi akhirnya menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangka dalam kasus tersebut pada jumat 22 februari 2013. Hampir semua media di Indonesia yang memberitakan penetapan Anas sebagai tersangka oleh KPK, seperti Kompas, Jawa Pos, Media Indonesia, Seputar Indonesia, dan Tempo. Lima media tersebut memberitakan penetapan Anas sebagai tersangka oleh KPK dengan konstruksi pemberitaan yang berbeda.

Namun isi berita yang seharusnya tidak jauh berbeda karena berdasarkan pernyataan juru bicara KPK Johan Budi dalam Kompas edisi sabtu 23 febuari 2013 berjudul “Anas Terancam Hukuman Seumur Hidup” menyatakan bahwa Anas diduga menerima gratifikasi terkait dengan proyek Hambalang saat dia masih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Diakui atau tidak, selama hampir dua tahun

(11)

11 belakangan, nama Anas sangat identik dengan skandal korupsi yang ditaksir merugikan negara miliaran rupiah itu.

Sejak namanya disebut-sebut mantan bendahara umum Partai Demokrat M Nazaruddin, publik terus menunggu dengan saksama langkah apa yang akan dilakukan KPK terkait dengan keterlibatan ataupun status Anas. Sulit bagi publik untuk tidak mengaitkan episode demi episode dalam kasus Hambalang, mulai pernyataan SBY tentang status Anas, dinamika internal Partai Demokrat, bocornya sprindik, hingga penetapan Anas sebagai tersangka.

Setelah penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka, Media massa khususnya media cetak nasional terus memberitakan kasus ini kepada pembaca dan menjadi headline di sejumlah media cetak nasional. Di sini media khususnya wartawan sebagai anjing penjaga (watchdog) bertujuan untuk mengawasi lembaga pemerintah di negara ini dengan memberikan informasi yang berimbang dan akurat mengenai kelanjutan kasus korupsi yang belum terungkap. (Bill Kovach & Tom Rosentiel, 2001: 143).

Setiap media mempunyai Agenda media yang ditentukan melalui kebijakan penerbiatan. Menurut Sumadiria (2008:23) kebijakan penerbitan mencakup kebijakan komersial dan kebijakan redaksional. Kebijakan komersial mengatur segi-segi usaha agar perusahaan mencapai kemajuan dan keuntungan maksimal. Kebijakan redaksional lebih memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi

(12)

12 ideal yang dijabarkan dalam peliputan berita dan penempatan berita, laporan, tulisan dan gambar yang sesuai dengan selera khalayak yang relatif beragam.

Beranjak dari lata belakang di atas, berita penetapan Anas Urbaningrum oleh KPK mempunyai nilai berita yang tinggi untuk kebijakan redaksional. Menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R, Moen dan Don Ranly dalam Haris Sumandiria (2006:6-17) terdapat 11 nilai berita yang perlu diketahui, yaitu : keluarbiasaan (unusualness), kabaruan (newness), akibat (impact), aktual (timeliness), kedekatan (proximity), informasi (information), konflik (conflict), orang penting (prominence), ketertarikan manusiawi (human interest), kejutan (suprising), dan seks (sex).

Berita penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka oleh KPK memuat aspek nilai berita, yaitu orang penting (prominence), kedekatan (proximity), dan akibat (impact). Dari nilai berita yang dijabarkan di atas berita penetapan Anas Urbaningrum oleh KPK menjadi penting karena Anas menjabat anggota DPR dan ketua umum partai Demokrat.

Partai Demokrat merupakan partai besar yang mendominasi fraksi di pemerintahan Indonesia. Anas merupakan aktor politik yang yang mempunyai kehidupan, tingkah laku, sikap, citra, perannya di masyarakat dapat mencerminkan kredibilitas sebagai pemimpin partai besar dan anggota DPR. Jika mengalami masalah seperti tersangkut masalah korupsi dapat mempengaruhi kredibilitas partai

(13)

13 dan adanya opini negatif dari masyarakat terhadap pemerintahan negara ini. Pemberitaan Anas Urbaningrum sebagai tersangka oleh KPK merupakan isu yang menarik bagi sebagaian besar pembaca.

1.2

Rumusan Masalah

Setiap media mempunyai agenda masing-masing dalam memberitakan berita kepada publik. Berita yang disebarkan kepada publik dapat memunculkan opini publik. Tanggung jawab media adalah mengawasi lembaga pemerintahan di suatu negara, maka dari itu media sebegai penyebar informasi harus hati-hati dalam memberitakan suatu berita karena dapat memunculkan suatu penafsiran dan opini terhadap isi berita.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini ingin diketahui agenda media melalui perbandingan konstruksi bingkai pemberitaan terkait penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka oleh KPK, dan elemen mana yang ditonjolkan oleh setiap media melalui pertanyaan penelitian di bawah ini :

1.2.1Bagaimana perbandingan konstruksi realitas di media cetak nasional terkait penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka oleh KPK?

1.3

Tujuan Penelitian

(14)

14 1.3.1 Mengetahui perbandingan konstruksi realitas di media cetak nasional

terkait penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka oleh KPK

1.4

Manfaat Peneltian

1.4.1

Signifikasi Akedimis

Melalui Peneltian ini diharapkan dapat memberikan :

1. Kontribusi mengenai studi analisis framing dalam konstruksi pemeberitaan di lima media cetak terutama mengangkat sebuah isu atau peristiwa

2. Manfaat untuk pengembangan studi komunikasi politik dalam media cetak 3. Masukan mengenai pengembangan teori dan metode penelitian tentang

konstruksi realitas terkait berita penetapan Anas Urbaningrum oleh KPK dalam media cetak.

1.4.1

Signifikasi Praktis

Diharapkan peneltian ini dapat bermanfaat untuk

1. Kalangan mahasiswa dan praktisi media massa terutama surat kabar dalam mengetahui agenda di lima media cetak membingkai sebuah berita.

2. Memberikan bagaimana Media massa terutama surat kabar dalam menyajikan suatu kejadian secara menarik namun sesuai dengan kaidah jurnalistik

(15)

15 3. Mengetahui dampak dari pemberitaan yang dibuat berdasarkan kepentingan

dari ideologi setiap media melalui konstruksi berita.

1.5

Batasan Peneltian

Karena penelitian ini cukup luas, maka dalam penelitian ini penulis memberi batasan ssebagai berikut : Penelitian dibatasi hanya pada artikel berita terkait dengan penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka oleh KPK dalam harian Kompas, Jawa Pos, Media Indonesia, Seputar Indonesia, dan Koran Tempo. Pada tanggal 23 Febuari 2013 hingga 25 Febuari 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian laboratorium ini dilakukan untuk menguji pengaruh esktrak daun tanaman Betadin dalam meningkatkan jumlah trombosit pada M. musculus dalam kondisi

Larutan bouin sendiri sendiri berisi 10% formaldehida (25% formalin), asam asetat 0,9 M dan 0,04 M asam pirukat yang dilarutkan didalam air. Asam pikrat menembus jaringan aga

Penulis berharap agar hasil dari penelitian ini dapat menambah pemahaman dalam memperkaya pengetahuan yang berhubungan tentang sejauh mana pengaruh kepemilikan institusional,

Dari hasil “food recall” diketahui bahwa sampel mempunyai pola makanan yang sebagian besar (75,6%) terdiri dari menu yang kurang ber- aneka ragam, susunan konsumsi tergolong pada

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa aspek pengetahuan, peningkatan aktivitas belajar siswa, dan peningkatan keterampilan

Adapun thermometer bola basah adalah thermometer yang pada bola air raksa (sensor) dibungkus dengan kain basah agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh,

Untuk menentukan dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan dalam

► Energi gelombang bunyi di udara adalah energi osilasi molekul udara Energi gelombang bunyi di udara adalah energi osilasi molekul udara yang bervibrasi dengan gerak