• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Musik Populer Batak Di Kota Medan Era 1960-1980

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perkembangan Musik Populer Batak Di Kota Medan Era 1960-1980"

Copied!
292
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN MUSIK POPULER BATAK

DI KOTA MEDAN ERA 1960-1980

T E S I S

Oleh

HARRY DIKANA SITUMEANG

NIM 117037007

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S-2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN

SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERKEMBANGAN MUSIK POPULER BATAK

DI KOTA MEDAN ERA 1960-1980

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister (M.Sn) dalam Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Oleh

HARRY DIKANA SITUMEANG

NIM: 117O37007

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S-2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN

SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PERKEMBANGAN MUSIK POPULER BATAK DI KOTA MEDAN ERA 1960-1980 Nama : Harry Dikana Situmeang

Nomor Pokok : 117037007

Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Drs. Irwansyah, M.A. Dr. Budi Agustono

NIP 19621221 199703 1 001 NIP. 19600805 198703 1 001 Ketua Anggota

Program Studi Magister (S2) FakultasIlmuBudaya

PenciptaandanPengkajianSeni Dekan, Ketua,

Drs. Irwansyah, M.A. Dr. SyahronLubis. M.A.

(4)

Telah diuji pada

Tanggal Februari 2014

________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (________________)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (________________)

Anggota I : Drs. Irwansyah, M.A. (________________)

Anggota II : Dr. Budi Agustono (________________)

Anggota III : Dra. Rithaony Hutajulu, M.A. (________________)

(5)

ABSTRACT

This research studies the development of populer music of Batak in Medan during 1960 – 1980 that consist of the causal factor and when the Batak populer music was appears, the music styles influence the Batak popular music, what the development of Batak popular music in Medan during 1960 – 1980 in social cultural context and artistic of singer / composer.

The Batak popular music born and growth from any process of the society living of Batak such as the the influence of folk song, musical composing capability, sing and play music of Batak people. The radio has a big role in the distribution of the popular music in the world, so the artist of Batak absorp the popular music styles that transmitted by radio such as American, Latin American styles, Italy opera vocal style, clasical music style, solo chorus style, keroncong and andung-andung style.

The social cultural context of the development of Batak popular music in Medan during 1960 – 1980 can not be seperated from the role of black disk, radio transmission, cassette as livelihood, representation of show such as pakter tuak, GOR Medan, hotel, visiting to certain venues and texts in Batak languange.

The sing/composing asrtistic context of Batak popular music includes the composing capabiity, vocal trick, playing instrument, gesture and practice.

The result of analysis of 5 songs by writer indicates that structure of their music is influenced by western music, use the Batak language text with the natural nice view, patriotism, love the local area, traveller, frienship, happiness, sadness, love story, spesific food and beverage, and daily activities. Text and its melody has a closed relationship specially the emotion of the text in a long of applied melodies that pay attention to melody esthetic.

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang perkembangan musik populer Batak di kota Medan Era 1960-1980, yang meliputi apa yang menjadi penyebab dan kapan munculnya musik populer Batak, gaya-gaya musik apa saja yang mempengaruhi musik popular Batak, bagaimanakah perkembangan musik popular Batak khususnya di kota Medan Era 1960-1980 dalam konteks sosial budaya dan konteks keartistikan pencipta/penyanyi.

Musik populer Batak lahir dan tumbuh dari beberapa proses yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Batak, antara lain pengaruh dari musik rakyatnya sendiri, kemampuan/kepekaan musikal dalam mencipta, bernyanyi dan bermain musik orang-orang Batak. Peranan radio sangat besar dalam penyebaran musik populer di dunia, sehingga seniman-seniman Batak mampu menyerap gaya-gaya musik populer yang disiarkan oleh radio seperti gaya Amerika, gaya Amerika Latin, gaya vokal opera Italia, gaya seriosa, gaya solo-chorus, langgam keroncong dan gaya andung-andung. Dalam menganalisa gaya-gaya musik populer itu penulis menggunakan teori-teori dari beberapa buku antara lain; karya Dieter Mack tentang ilmu melodi, Leon Stein tentang gaya dan srtuktur musik, Alan Lomax tentang gaya musik, Robert W. Ottman tentang harmoni, Charles W Heffernan tentang koral musik, Gustaf Strube tentang harmoni.

Konteks sosial bubaya dari perkembangan musik populer Batak di Medan era 1960-1980 tidak terlepas dari peranan piringan hitam, penyiaran radio, pita kaset, sebagai mata pencaharian, representasi pertunjukan termasuk pakter tuak, GOR Medan, hotel, kunjungan ke tempat-tempat tertentu dan teks-teks dalam bahasa Batak.

Konteks keartistikan pencipta/penyanyi musik populer Batak meliputi daya cipta, olah vokal, kemampuan memainkan instrumen, gerak panggung dan latihan.

Hasil analisis terhadap 5 lagu oleh penulis membuktikan bahwa struktur musik mereka umumnya dipengaruhi oleh musik Barat, teks-teks yang digunakan adalah bahasa Batak dengan tema-tema keindahan alam, patriotisme, cinta tanah kelahiran, perantauan, persahabatan, kegembiraan, kesedihan, percintaan, makanan/minuman khas, kebiasaan sehari-hari. Hubungan teks dengan melodinya sangat erat, terutama ‘emosi’ yang dikandung oleh teksnya sejalan dengan melodi-melodi digunakan, dimana mereka tetap memperhatikan estetika melodi.

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

segala berkat, rahmat dan karunia-Nya yang membimbing dan menyertai penulis

dalam penyelesaian studi di Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan

Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Oleh sebab itu, ucapan terima kasih ini disampaikan sebesar-besarnya kepada:

Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K)

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Syahron Lubis,

M.A, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberi fasilitas dan

sarana pembelajaran sehingga penulis dapat menuntut ilmu di kampus

Universitas Sumatera Utara dalam kondisi yang nyaman.

Bapak Drs. Irwansyah, M.A, selaku Ketua Program Studi Penciptaan

dan pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

dan Pembimbing Ketua yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan

hingga akhir penyelesaian tesis.

Bapak Drs, Torang Naiborhu, M, Hum, selaku Sekretaris Ketua Program

Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara, selaku Penguji yang telah memberikan masukan dan materi serta

tehnik penulisan yang belum sempurna hingga akhir penyelesaian tesis.

Bapak Dr. Budi Agustono, selaku Pembimbing Anggota yang telah

(8)

teknik penulisan perkembangan musik populer Batak di kota Medan era

1960-1980, sehingga tesis ini lebih terarah hingga akhir penyelesaian tesis.

Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A, selaku penguji yang telah

memberikan masukan dan materi yang belum sempurna hingga akhir

penyelesaian tesis.

Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, selaku penguji yang telah

memberi masukan dan materi yang belum sempurna hingga akhir

penyelesaian tesis.

Bapak Dakka Hutagalung, Eddy Victor Tambunan, Yoseph Tatarang,

kakanda Sampe M Marbun dan Boosman Tampubolon selaku informan utama,

nara sumber utama di mana penulis sangat terbantu dalam hal mendapatkan

informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penulisan perkembangan musik

populer batak di Medan Era 1960-1980.

Semua pihak yang telah terlibat secara langsung ataupun tidak langsung,

yang telah memberikan bantuan serta pertolongan yang terlihat ataupun

tidak terlihat, yang namanya tidak dapat disebutkan dalam halaman yang terbatas

ini penulis ucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas semua kasihnya.

Istri penulis Nora Magdalena Siahaan yang telah membantu dengan

bersusah payah dalam hal moril maupun materil dalam penyelesaian tesis ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua dosen Program

Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, antara lain: Prof. Drs.

(9)

diberikan selama ini. Begitu juga kepada Bapak Drs. Ponisan sebagai pegawai

adminsitrasi, terima kasih atas segala bantuannya selama ini.

Akhirnya, kiranya Damai Sejahtera Allah yang melampaui segala akal,

akan dilimpahkan kepada kita semua. Allah yang sumber kasih, Dialah kiranya

yang akan membalaskan dengan berkat-berkat melimpah. Amin.

Medan, Februari 2014

Penulis

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Harry Dikana Situmeang

Tempat/tanggal lahir : Medan/02 Mei 1966

Alamat : Jl. Danau Singkarak No. 32A Medan

Agama : Kristen Protestan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Dosen Tetap Fakultas Bahasa dan Seni Prodi Musik

Universitas HKBP Nommensen Medan

Pendidikan : Sarjana Seni (S.Sn) dari Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas HKBP Nommensen Medan

(11)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2014

NIM: 117O37007

Harry Dikana Situmeang

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PENGESAHAN………. ii

ABSTRACT………. iv

ABSTRAK……….. v

PRAKATA……….. vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….. ix

PERNYATAAN………. x

DAFTAR ISI……….. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Rumusan Masalah………... 9

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 10

1.3.1 Tujuan penelitan………. 10

1.3 2 Manfaat penelitian……….. 10

1.4 Tinjauan Pustaka……….. 10

1.5 Landasan Konsep dan Teori……… 17

1.5.1 Konsep dan teori musik………. 17

1.5.2Konsep musik populer Batak………... 22

(13)

1.7 Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan….. ………... 32

1.8 Metode Penelitian……….. 38

1.8.1 Pendekatan penelitian……….. 38

1.8.2 Bahan dan materi penelitian……… 40

1.8.3 Pelaksanaan penelitian……… 40

1.8.4 Tempat penelitian……… 41

1.9 Sistematika Penulisan……… 41

BAB II ENDE DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA, PERKEMBANGAN MUSIK BARAT DI TANAH BATAK DAN PENGERTIAN MUSIK POPULER 2.1 Ende Dalam Masyarakat Batak Toba……… 44

2.2 Perkembangan Musik Barat di Tanah Batak... 48

2.3 Latar Belakang Musik Populer………..………… 53

2.4 Pengertian Musik Populer... 56

BAB III PERKEMBANGAN AWAL MUSIK POPULER BATAK 3.1 Era 1920-1940………. 66

3.2 Era 1940-1960……… 72

3.2.1 Live di radio……….. 76

3.2.2 Instrumentasi………. 78

3.2.3 Bentuk kelompok/vokal group………... 80

3.2.4 Gaya paduan suara... 82

(14)

3.2.6 Gaya andung-andung... 86

3.3 Situasi pada tahun1959-1965... 88

BAB IV PERKEMBANGAN MUSIK POPULER BATAK DI KOTA MEDAN ERA1960-1980 4.1 Sejarah Kota Medan………. 92

4.2 Keadaan Orang Batak di Kota Medan Setelah Kemerdekaan… 99

4.3 Konteks Sosial Budaya Tahun 1960-1970... 105

4.3.1 Gor (gedung olah raga)... 105

4.3.2 Radio……….. 106

4.3.3 Pakter tuak... 107

4.3.4 Tempat-tempat lain……… 113

4.3.5 Mata pencaharian... 113

4.3.6 Teks-teks... 115

4.4 Konteks Keartistikan Pencipta/Penyanyi Tahun 1960-1970….. 125

4.4.1 Daya cipta... 125

4.4.2 Olah vokal... 130

4.4.3 Latihan... 133

4.4.4 Kemampuan menggunakan instrumentasi…... 134

4.4.5 Tentang gerak panggung... 136

4.4.6 Masalah siapa penciptanya……... 137

4.5 Konteks Sosial Budaya Tahun 1970-1980……… 138

4.5.1 Kaset………... 138

(15)

4.5.3 Perkembangan bentuk kelompok/vocal group

di Medan tahun 1970-an………... 148

4.5.4 Teks-teks……… 153

4.6 Konteks Keartistikan Pencipta/Penyanyi Periode 1970-1980... 158

4.6.1 Daya cipta………..… 158

4.6.2 Olah vokal………. 159

BAB V TRANSKRIPSI DAN ANALISA LAGU POPULER BATAK 5.1 Transkripsi……… 163

5.2 Analisis Lagu O Tao Na Tio……… 166

5.2.1 Analisis tangga nada……… 171

5.2.2 Analisis nada dasar……….. 171

5.2.3 Analisis wilayah nada (rangel ambitus)……….. 174

5.2.4 Analisa bentuk lagu O Tao Na Tio……… 174

5.2.5 Analisi pola-pola kadensa……….. 182

5.2.6 Analisa formula melodi……….. 184

5.2.7 Identifikasi tema (thematic material)……… 188

5.2.8 Analisa hubungan teks dan musik……….. 194

5.3 Analisa Lagu Sirang Marale-ale... 197

5.3.1 Analisis tangga nada... 200

5.3.2 Analisis nada dasar………... 200

5.3.3 Analisis wilayah nada (rangel ambitus)………... 202

5.3.4 Analisis bentuk lagu sirang marale-ale……… 202

5.3.5 Analisi pola-pola kadensa……….. 210

(16)

5.3.7 Identifikasi tema (thematic material)………. 212

5.3.8 Analisa hubungan teks dan musik………. 215

5.4 Analisa Lagu Kota Siantar Nauli……… 220

5.4.1 Analisis tangga nada……….. 223

5.4.2 Analisa nada dasar……… 223

5.4.3 Analisis wilayah nada (rangel ambitus)……… 224

5.4.4 Analisis bentuk lagu kota siantar nauli... 225

5.4.5 Analisi pola-pola kadensa………. 231

5.4.6 Analisa formula melodi………. 233

5.4.7 Identifikasi tema (thematic material)………... 233

5.4.8 Analisa hubungan teks dan musik……… 236

5.5 Analisa Lagu Mitu……….. 242

5.5.1 Analisis tangga nada……….. 245

5.5.2 Analisis nada dasar……… 245

5.5.3 Analisis wilayah nada (rangel ambitus)……… 246

5.5.4 Analisis bentuk lagu mitu……….. 247

5.5.5 Analisi pola-pola kadensa……….. 252

5.5.6 Analisa formula melodi……….. 253

5.5.7 Identifikasi tema (thematic material)………. 253

5.5.8 Analisa hubungan teks dan musik……….. 256

5.6 Analisa Lagu Boasa………... 258

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 262

DAFTAR PUSTAKA……….. 266

DAFTAR DISKOGRAFI……… 269

(17)

ABSTRACT

This research studies the development of populer music of Batak in Medan during 1960 – 1980 that consist of the causal factor and when the Batak populer music was appears, the music styles influence the Batak popular music, what the development of Batak popular music in Medan during 1960 – 1980 in social cultural context and artistic of singer / composer.

The Batak popular music born and growth from any process of the society living of Batak such as the the influence of folk song, musical composing capability, sing and play music of Batak people. The radio has a big role in the distribution of the popular music in the world, so the artist of Batak absorp the popular music styles that transmitted by radio such as American, Latin American styles, Italy opera vocal style, clasical music style, solo chorus style, keroncong and andung-andung style.

The social cultural context of the development of Batak popular music in Medan during 1960 – 1980 can not be seperated from the role of black disk, radio transmission, cassette as livelihood, representation of show such as pakter tuak, GOR Medan, hotel, visiting to certain venues and texts in Batak languange.

The sing/composing asrtistic context of Batak popular music includes the composing capabiity, vocal trick, playing instrument, gesture and practice.

The result of analysis of 5 songs by writer indicates that structure of their music is influenced by western music, use the Batak language text with the natural nice view, patriotism, love the local area, traveller, frienship, happiness, sadness, love story, spesific food and beverage, and daily activities. Text and its melody has a closed relationship specially the emotion of the text in a long of applied melodies that pay attention to melody esthetic.

(18)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang perkembangan musik populer Batak di kota Medan Era 1960-1980, yang meliputi apa yang menjadi penyebab dan kapan munculnya musik populer Batak, gaya-gaya musik apa saja yang mempengaruhi musik popular Batak, bagaimanakah perkembangan musik popular Batak khususnya di kota Medan Era 1960-1980 dalam konteks sosial budaya dan konteks keartistikan pencipta/penyanyi.

Musik populer Batak lahir dan tumbuh dari beberapa proses yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Batak, antara lain pengaruh dari musik rakyatnya sendiri, kemampuan/kepekaan musikal dalam mencipta, bernyanyi dan bermain musik orang-orang Batak. Peranan radio sangat besar dalam penyebaran musik populer di dunia, sehingga seniman-seniman Batak mampu menyerap gaya-gaya musik populer yang disiarkan oleh radio seperti gaya Amerika, gaya Amerika Latin, gaya vokal opera Italia, gaya seriosa, gaya solo-chorus, langgam keroncong dan gaya andung-andung. Dalam menganalisa gaya-gaya musik populer itu penulis menggunakan teori-teori dari beberapa buku antara lain; karya Dieter Mack tentang ilmu melodi, Leon Stein tentang gaya dan srtuktur musik, Alan Lomax tentang gaya musik, Robert W. Ottman tentang harmoni, Charles W Heffernan tentang koral musik, Gustaf Strube tentang harmoni.

Konteks sosial bubaya dari perkembangan musik populer Batak di Medan era 1960-1980 tidak terlepas dari peranan piringan hitam, penyiaran radio, pita kaset, sebagai mata pencaharian, representasi pertunjukan termasuk pakter tuak, GOR Medan, hotel, kunjungan ke tempat-tempat tertentu dan teks-teks dalam bahasa Batak.

Konteks keartistikan pencipta/penyanyi musik populer Batak meliputi daya cipta, olah vokal, kemampuan memainkan instrumen, gerak panggung dan latihan.

Hasil analisis terhadap 5 lagu oleh penulis membuktikan bahwa struktur musik mereka umumnya dipengaruhi oleh musik Barat, teks-teks yang digunakan adalah bahasa Batak dengan tema-tema keindahan alam, patriotisme, cinta tanah kelahiran, perantauan, persahabatan, kegembiraan, kesedihan, percintaan, makanan/minuman khas, kebiasaan sehari-hari. Hubungan teks dengan melodinya sangat erat, terutama ‘emosi’ yang dikandung oleh teksnya sejalan dengan melodi-melodi digunakan, dimana mereka tetap memperhatikan estetika melodi.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Awal pesatnya pertumbuhan musik populer Batak terjadi tahun 1940-an

dikenal dengan sebutan era Tapanuli modern1 adalah bagian dari perubahan

sosial yang terjadi pada masyarakat Batak. Beberapa tokoh pencipta lagu-lagu

Tapanuli modern antara Nahum Situmorang (1908-1969), Sidik Sitompul

(1904-1974), Ismail Hutajulu, Cornel Simanjuntak (1920-1946), mereka adalah

komponis awal yang sangat aktif 2

Lagu-lagu ciptaan tersebut memiliki teks-teks yang akrab dengan

keindahan dan kecintaan kepada alam tanah Batak, lagu-lagu perjuangan,

kerinduan kepada kampung halaman, kerinduan kepada keluarga terdekat,

pergaulan hidup, kata-kata nasehat, filosofi, ratapan, ungkapan kegembiraan,

percintaan, dan lain-lain

pada masa itu dengan lagu-lagu Tapanuli.

3

________________________________

. Nahum Situmorang telah menciptakan sekitar 140

lagu Tapanuli modern, dengan masa yang paling aktif di kota Medan antara

tahun 1950-1960. Lagu-lagu yang terkenal antara lain Lisoi, Alusi Au,

1 Penulis perlu menegaskan bahwa sampai dengan sekitar tahun 1978 istilah lagu-lagu Tapanuli masih populer digunakan. Hal ini dapat diamati dari sampul-sampul piringan hitam, kaset-kaset yang beredar di masyarakat. Setelah diadakannya Festival Lagu Populer Batak I di Jakarta tahun 1978, mulailah digunakan secara umum istilah lagu-lagu popuper Batak (Wawancara dengan Dakka Hutagalung, Tangerang 27 Mei 2013).

2 T.B Simatupang mengatakan: kurun waktu perang kemerdekaan dan revolusi, baik di

pusat maupun di daerah, termasuk ditanah Batak sendiri, kreatifitas orang-orang Batak pada waktu itu antara lain nampak dalam gubahan lagu-lagu yang dinamis dan orisinil (B.A Simanjuntak, “Pemikiran Tentang Batak”. Medan. Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Budaya Batak Universitas HKBP Nommensen 1986: 178).

3 Wiiliam Robert Hodges Jr, Replacing Lament, Becoming Hymns): The Changing Voice

Of Grief In Pre-Funeral Wakes Of Protentant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia). A

Dissertation submitted in partial satisfaction of the requirements for the degree Doctor of

(20)

Ketabo-Ketabo, Natiniptip Sanggar, Parsorion Ni Parmitu dan lain-lain4

Ismail Hutajulu sepanjang dekade 1940-1950 menciptakan kira-kira 32

lagu Tapanuli modern

.

5 . Selain itu dari masyarakat Karo seorang yang berbakat

yang banyak berkecimpung dalam lagu-lagu perjuangan, beliau adalah Jaga

Depari. Dari Simalungun muncul juga seorang pencipta lagu-lagu dalam bahasa

sub-suku Simalungun yang patut diperhitungkan kinerjanya, beliau adalah

Taralamsyah Saragih. Taralamsyah menciptakan puluhan lagu daerah

Simalungun, salah satu yang terkenal adalah Eta Mangalap Boru. Di luar orang Batak adalah Hasan Ngalimun yang aktif di kota Medan pada masa perang

Kemerdekaan. Beliau banyak menciptakan lagu-lagu perjuangan, salah satu lagu

beliau yang diciptakannya dalam bahasa sub-suku Karo dengan judul Turang6

Pertengahan tahun1950-an Bill Saragih dari Medan pindah ke Jakarta

untuk meneruskan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia tetapi

tidak sampai tamat, sebab, musik jazz

.

lebih kuat memanggil jiwanya. Dia justru

sering bertemu dengan musisi dan penyanyi Marihot Hutabarat, Victor Tobing,

Sam Saimun, Bing Slamet, Nickh Mamahit, Murod, Yus, Paul Hutabarat, Jack

Lesmana dan lain-lain. Mereka bermain musik jazz untuk mengisi acara pesta dan mengiringi dansa7

Kemudian Bill bersama Didi Chia, Hanni Joseph, Chris Patiwal dan lain- .

_________________________

4 Nahum Song’s, Kumpulan Lagu-Lagu Tapanuli Modern, Jakarta. Yayasan Pewaris Nahum Situmorang 2004.

5 Kumpulan Lagu-Lagu Batak, Jakarta. KCLB, 2006.

6 Wiiliam Robert Hodges Jr, Replacing Lament, Becoming Hymns): The Changing Voice Of Grief InPre-Funeral Wakes Of Protentant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia). A Dissertation submitted in partial satisfaction of the requirements for the degree Doctor of Philosophy inMusic, Unniversity of California Santa Barbara, 2009: 153-154.

(21)

lain membentuk kelompok musik Jazz Riders pada saat Tim Kantoso menjadi manajer seni dan budaya di Hotel Indonesia. Jazz Riders bermain di Ramayana Restaurant Hotel Indonesia. Group ini membawa lagu-lagu jazz standar dan mengiringi Bob Tutupoli menyanyikan lagu-lagu Harry Belafonte. Selain di

Bangkok, Laos dan Vietnam, dia pernah pula tinggal di Filipina, Jerman Barat dan

paling lama di Australia8.

Hadirnya Gordon Tobing yang dijuluki juga The Indonesian Troubadour

karena selalu muncul dengan Spanish-gitarnya, pada tahun 1962 mendirikan vokal

group Suara Impola. Beliau berhasil memperkaya repertoirnya dengan membawakan lagu-lagu rakyat dari pelbagai daerah di Indonesia, termasuk lagu

populer Batak O Tao Na Tio yang sering disiarkan di radio, mereka bernyanyi dengan gaya vokal seriosa, mirip dengan gaya vokal opera-opera Italia akhir abad

ke-199

Pada tahun 1965 vokal group Suara Impola (Impola-Ensemble Djakarta) dipilih oleh suatu panitian Jerman untuk turut serta dalam Prest Fest di Jerman,

.

dengan mengumandangkan umumnya lagu-lagu populer Batak dan lagu-lagu dari

daerah yang ada di Indonseia.Turut bergabung dalam ensambel tersebut adalah

Gordon Tobing (pimpinan, gitar, vokal), Theresia br Hutabarat (vokal), Surti

Swuandi (vokal), Lies Djafar (vokal), Muchtar Embut (akordion, tokoh seriosa

Indonesia), Toni Siregar (vokal), Edward L Tobing (gitar, vokal), Jan Frederik

Sinambela (vokal, pimpinan vokal group Tarombo), Tigor Hutabarat (vokal),

____________________________

(22)

Baginda Hutabarat (vokal), Oloan Sinaga(vokal)10

Tim Seni Australia telah memilih vokal group Suara Impola ini untuk mewakili Asia pada Art Festival of Perth (1969), sedangkan pada koferensi PATA ke-XX di Manila, Direktorat Jenderal Pariwisata telah mengirim Gordon Tobing’s ImpolaFolksinger’s untuk memperkenalkan Indonesi melalui lagu-lagu rakyatnya kepada delegasi konferensi khususnya, dan rakyat Filipina umumnya

.

11

Meskipun Nahum Situmorang telah meninggal dunia pada tahun

1969,vokal group Solu Bolon terus eksis sebagai penerus cita-cita Nahum Situmorang dan tetap menjalan aktifitasnya menghibur masyarakat kota Medan.

Untuk mengenang jasa-jasa almarhum Nahum Situmorang pada tahun 1970-an

awal, vokal group Solu Bolon merekam lagu-lagu Nahum Situmorang ke dalam 2 album piringanan hitam

.

12

Pada tahun 1960-1970, pencipta lagu-lagu populer Batak sudah mulai

bertambah, namun lagu-lagu pada dekade 1960-1970 dalam perkembangannya,

masih didominasi oleh lagu-lagu komponis-komponis awal seperti yang sudah

disebutkan di atas. Vokal group yang aktif di Medan pada masa itu yang kira-kira

sezaman juga dengan Solu Bolon adalah; Parisma 71,Singing Sargeant, Fernando’z, Palambok Pusu-pusu, Las Riados, Saroha, Dolok Pinapan, Gomsita, Tao Toba, Pamurnas, Pakkona

.

13

_____________________

. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa suatu

proses perubahan di Medan dari masa 1960-an yaitu kebutuhan kecenderungan

mempertahankan akan bentuk kelompok/vokal group pada tahun 1970-an,

10 Lieder Aus Indonesien, 1966.

11 Fred Kaseger, Media Record.

12 Arga Do BonaNi Pinasa, Mahkota Record.

(23)

akan tetapi di Jakarta mulai muncul trio-trio di musik populer Batak khususnya di

Jakarta. Sebenarnya masa sebelum tahun 1960, sudah ada muncul trio Batak yaitu

trio Marihot pimpinan Marihot Hutabarat. Mereka bernyanyi dengan iringan gitar

dan piano akustik dengan aliran musik jazz standar yang cukup kental. Kemudian pada tahun 1960-an muncul trio Parsito dan trio The King14

Awal tahun 1970-an muncul pula trio Golden Heart yang fenomenal. Salah satu yang fenomenal dari trio Golden Heart adalah terjualnya kaset-kaset mereka sampai ke pelosok-pelosok tanah Batak. Trio Golden Heart juga merupakan pengaruh yang kuat terhadap kemunculan penyanyi-penyanyi trio

lainnya setelah tahun 1975 antara lain trio Friendship, trio Lasidos trio Amsisi

bahkan sampai dengan sekarang. Selain penyanyi trio,

penyanyi-penyanyi solo juga bermunculan di Jakarta seperti Mona Sitompul, Eddy

Silitonga, Christine Panjaitan, Rita Butar-butar, Mona Sitompul, Berlian

Hutauruk, Herti Sitorus dan lain-lain.

.

Peranan para penyanyi di luar orang-orang Batak menyanyikan lagu-lagu

populer Batak seperti paduan suara Tetap Segar pimpinan Dr. R. Pirngadie pada masa 1960, adalah hal yang membanggakan bagi suku Batak karena lagu-lagu

populer Batak disukai/digemari oleh suku-suku lain di Indonesia15

1970-an, semakin banyak penyanyi-penyanyi di luar suku bangsa Batak yang . Pada masa

menyanyikan lagu-lagu populer Batak. Dapat disebut antara lain, Ade Manuhutu,

Emilia Contessa, Bhetaria Sonata, Koes Hendratmo, group band Dlloyd’s, Bartje

___________________________

14 IzHarry Agusjaya Moenzir, Gelas-Gelas Kaca, Tribute to Rinto Harahap, Jakarta. PT

Gramedia Pustaka Utama 2011: hal 50.

(24)

Van Houten (penata musik) dan lain-lain. Hal ini disebabkan dari kinerja para

pencipta-pencipta maupun penyanyi-penyanyi Batak yang sangat aktif sehinggga

menimbulkan ketertarikan di luar orang Batak untuk menyanyikan lagu-lagu

Batak dan merekamnya ke dalam pita kaset.

Ratusan bahkan ribuan lagu-lagu popular Batak diciptakan dan sudah

dinyanyikan oleh penyanyi profesional dan amatir di kalangan orang-orang Batak

sendiri maupun di luar orang-orang Batak di dalam acara-acara pesta

perkawinan/resepsi orang-orang Batak maupun suku-suku lain yang ada di

Indonesia, acara-acara perkantoran sebagai hiburan, di tempat-tempat hiburan

(hotel, café, bar, pub). Perbendaharaan diskografis diawali dari piringan hitam, pita kaset, kaset video, CD, VCD, DVD telah banyak beredar di seluruh Indonesia maupun di luar negeri. Demikian juga pencipta-penciptanya sejak masa 1940an

silih berganti dari generasi ke generasi yang potensial yang telah menyumbangkan

karyanya dalam khazanah yang menunjukkan musikalitas yang patut

diperhitungkan. Sangat menarik tentunya menjadi objek kajian penelitian dari sisi

perkembangannya yang lebih akademikal dan akan pula memberi kontribusi yang

sangat berarti dalam dunia musikologis.

Luasnya cakupan dari studi perkembangan musik mencakup segala yang

berhubungan langsung dengan musik, hasil ciptaan musik segala zaman, praktek

penyajian, apresiasi atas kedudukan pemusik, perubahan tujuan, hakikat dan

fungsi musik, penerbitan dan perdagangan karya musik, bibliografi, sejarah

(25)

tradisi musik, terjadinya bentuk-bentuk dan cara-cara ekspresi baru16

Sejak dasawarsa 1980-an, sejumlah buku, artikel dalam jurnal, konferensi,

mata kuliah di universitas dan organisasi keilmuan yang didedikasikan untuk

musik populer telah meningkat secara dramatis. Musik populer, akhirnya menjadi

materi pokok dalam kuliah pengantar musik dunia, kuliah kajian kawasan tertentu

dan seminar pascasarjana. Namun, di luar perhatian pada isu identitas dan isu

budaya dalam berbagai kajian musik populer sepanjang beberapa dekade terakhir,

kajian etnografis yang sangat kontekstual tentang genre-genre .

musik tertentu

masih kurang17

Musik populer telah diakui sebagai objek analisis, proses pembentukan

genre dan praktek yang mengangkat genre tertentu masih kurang diteorikan dan

dikaji. Kualitas dan ciri-ciri stilistik yang mengangkat genre tertentu penting

untuk dianalisa karena menyingkapkan satu kesatuan teks, suatu peristilahan dan

cara berbicara yang spesifik. Genre-genre musik mereprentasikan kontinuitas dan

stabilitas historis dan menandai pelatihan estetika, teknik, ketrampilan,

pertunjukan bersama .

18

Penulis semenjak anak-anak sering mendengar piringan hitam dari

lagu-lagu Barat diputar (dengan pikap) di rumah, termasuk juga piringan hitam dari .

____________________________

16 K. Ph. Bernet Kempres dalam Edy Sedyawati. “Pertumbuhan Seni Pertunjukan”, Jakarta. Sinar Harapan, 1981: 143-144.

17 Andrew N. Weintraub. Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonseia, Jakarta. Kepustakaan Populer Gramedia, 2012: 10-11, adalah karya defenitif perihal genre penting ini dan sekaligus suatu tour de force metodologis. Buku ini bakal menjadi karya etnomusikologi yang bertahan lama. Buku ini juga menawarkan banyak hal kepada sarjana yang meminati musik populer, ranah publik Islam, media trasnasionalisme, serta kebudayaan dan kekuasaan. Andrew N. Weintraub adalah Profesor Musik di University of Pittsburgh dan direktur program gamelan di sana. Weintraub juga pendiri dan vokalis utama Dangdut Cowboys, orkes dangdut dari Pittsburgh yang videonya di You Tubetelah ditonton sebanyak lebih dari 250.000 kali sejak Desember 2007.

(26)

lagu-lagu Batak Nahum Situmorang, Ismail Hutajulu dan Gordon Tobing.

Peristiwa tersebut termasuk pengalaman-pengalaman awal dari penulis dalam

mendengarkan musik. Pada tahun 1975-an ke atas penulis juga sering mendengar

lagu-lagu Batak disiarkan di radio khususnya yang dinyanyikan oleh Eddy

Silitonga. Mendekati akhir tahun 1970-an di Medan, penulis sering

mengamati/mendengar lagu-lagu populer Batak dari pencipta-pencipta di atas

dinyanyikan di pakter tuak. Orang-orang yang berkumpul di pakter tuak tersebut kebanyakan orang-orang Batak, mereka bernyanyi secara

bersama-sama/berkelompok atau ramai-ramai. Hal yang menarik sewaktu penulis

mendengarkannya adalah adanya semacam keterpaduan suara yang jalan secara

bersama-sama dan suara mereka cukup kuat, sepertinya mereka bernyanyi dengan

penuh semangat, khususnya dalam lagu Lisoi. Di radio lagu-lagu populer Batak era Tapanuli modern juga sering disiarkan di Medan dengan penyanyi-penyanyi

Eddy Silitonga, Mona Sitompul, Christine Panjaitan, Emilia Contessa, Nasution

Sister dan lain-lain.

Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya lagu-lagu Batak tersebut

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penulis, adanya semacam kontiunitas

yang terjadi sampai dengan saat ini, penulis sering menyanyikannya di berbagai

tempat dan acara, mengaransemen beberapa lagu-lagu Batak tersebut ke dalam

gitar klasik untuk direpresentasikan sebagai musik instrumentalia pada

tempat-tempat hiburan tertentu.

Keterangan-keterangan di atas merupakan latar belakang kenapa penulis

(27)

mengatakan “Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki tradisi

yang menempatkan nenek moyang sebagai leluhur yang layak mendapatkan

penghormatan yang tinggi. Salah satu bentuk penghormatan tersebut dilakukan

dengan cara memelihara silsilah, dalam bentuk dokumen tertulis maupun cukup

dihafal secara lisan, mengenang jasa dan pengorbanan yang telah ditunaikan,

mewarisi keteladanan yang telah diberikan”.

Cerita-cerita yang dituturkan orang mengenai bagaimana musik populer

Batak sampai menjadi musik populer Batak, atau apa yang direprentasikannya,

atau siapa yang menjadi bagian dari sejarah musik populer Batak di Medan,

semua akan dikaji dalam tesis dengan judul Perkembangan Musik Populer Batak

di Kota Medan Era 1960-1980.

1.2Rumusan Masalah

Yang menjadi pertanyaan bagi penulis adalah, apa yang menjadi

penyebab munculnya musik populer Batak itu?. Gaya-gaya musik apa saja yang

mempengaruhi musik popular Batak awal perkembangannya?. Bagaimanakah

perkembangan musik popular Batak di kota Medan era 1960-1980 dikaitkan

dengan konteks sosial bubaya dan konteks keartistikan pencipta/penyanyi?.

Bagaimanakah struktur musik dan teks-teks musik populer Batak yang

(28)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1Tujuan penelitian

Tujuan menyeluruh dari penelitian ini adalah mengkaji perkembangan

awal munculnya musik populer Batak, mengkaji gaya-gaya apa saja yang

mempengaruhi musik populer Batak dan pada awal perkembangannya dan tujuan

khusus dari penelitian ini adalah mengkaji konteks sosial budaya dan konteks

keartistikan dari pencipta/penyanyi di kota Medan era 1960-1980. Selain itu

penulis juga akan menganalisa struktur musik dan harmoni yang digunakan pada

musik populer Batak.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca secara

khusus masyarakat Batak agar lebih memahami secara mendalam mengenai musik

populer Batak. Memberikan bahan referensi bagi peneliti berikutnya dalam hal

mengkaji musik populer Batak secara spesifik lagi. Memberikan kontribusi yang

positf tentang kearifan lokal budaya Sumatera Utara maupun secara keseluruhan

tentang keragaman perkembangan kebudayaan di Indonesia.

1.4 Tinjauan Pustaka

Salah satu yang tidak dapat diabaikan di dalam tinjauan pustaka adalah

harus memuat uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang didapat oleh

peneliti terdahulu dan yang erat hubungannya dengan penelitian yang akan

(29)

Selain itu untuk medapatkan dasar-dasar teori dan menelaah

literatur-literatur tersebut dengan penelitian dalam lingkup pengkajian dan penciptaan seni

secara umum dan pembahasan musi populer secara khusus. Tujuan berikutnya

adalah untuk menghindari penelitian yang tumpang tindih.

Skrisi dari Ivo Panggabean (1994), dengan judul skripsi “Musik Populer

Batak-Toba Suatu Observasi Musikologi-Discografis” di Fakultas Kesenian

Universitas HKBP Nommensen Medan. Skripsi ini adalah salah satu dari sedikit

penelitian dengan fokus pada musik populer masyarakat Batak Toba. Panggabean

menelusuri sejarah perkembangan musik popular Batak Toba dan teknologi yang

terkait di Sumatera Utara selama abad 20. Penulis banyak terbantu mengenai

daftar discografi yang dibicarakan dalam skripsi ini, yang mana digunakan penulis

sebagai bahan untuk melengkapi data-data penulisan dalam tesis ini.

Berikutnya skripsi dari Juliana Simanjuntak (1999) dengan judul skripsi

“Analisis Sosiologi Sastra Terhadap Lagu Andung-Andung Karya Komponis Nahum Situmorang” di Universitas Sumatera Utara. Fokus dari skripsi ini adalah

pada bahasa daerah dan sastra, serta minatnya dalam teks lagu musik popular

Batak Toba karya Nahum Situmorang yang berhubungan dengan lagu ratapan

(andung-andung) yang digunakannya, yang sangat akrab dengan bahasa ratapan di dalam lagu-lagu ratapan musik populernya. Nahum dianggap oleh banyak

orang Batak menjadi inovator dari gaya lagu andung-andung musik populer Batak. Keterangan mengenai Nahum Situmorang sebagai inovator dari gaya

(30)

Skripsi yang ke tiga adalah dari Rithaony Hutajulu (1988), dengan judul

“Analisis Struktural Musik Vokal Pada Opera Batak”: Dengan Pusat Perhatian

Pada Karya Tilhang Gultom, Universitas Sumatera Utara. Hutajulu menelusuri

pembentuk melodi, scalar, wilayah melodi, dan bentuk, lebih dari setengah dari

132 komposisi vokal opera Batak karya Tilhang Gultom. Dia juga meneliti

pengaruh dari musik popular Barat pada komposisi Gultom. Yang diacu penulis

dari skripsi ini adalah karya-karya Tilhang Gultom merupakan suatu

perkembangan tersendiri dibandingkan dengan perkembangan musik populer

Batak.

Berikutnya adalah sebuah disertasi dari William Robert Hodges Jr, dengan

judul disertasi “Ganti Andung, Gabe Ende” (Replacing Lament, Becoming Hymns): The Changing Voice Of Grief InPre-Funeral Wakes Of Protentant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia). A Dissertationsubmitted in partial satisfaction of the requirements for the degree Doctor of Philosophy in Music, Unniversity of California Santa Barbara, (2009). Tujuan menyeluruh dari disertasi ini adalah untuk mengeksplorasi berbagai aspek perubahan sosial budaya, khususnya

perubahan agama, di dalam interaksi masyarakatnya seperti yang diungkapkan

dalam musiknya. Lebih spesifik lagi disertasi ini menyelidiki beraneka segi dari

praktek bernyanyi ratapan Batak Toba.

Selanjutnya Hodges di dalam disertasinya mengatakan lagu ratapan

(31)

ratapan atau andung-andung ini sangat populer di kalangan orang-orang Batak terutama mereka yang telah berimigrasi keluar dari kampung halaman atau juga

yang merantau ke tempat yang sangat jauh sehingga menimbulkan perasaan yang

sangat kuat rindu akan kampung halaman, atau juga nostalgia untuk sanak

keluarga maupun seseorang.

Untuk referensi tinjauan pustaka yang lain penulis juga menggunakan

beberapa buku-buku ilmiah lainnya antara lain:

Stanley Sadie with Alison Latham, The Cambribge Music Guide,1985. Pada Bab XI artikel tentang The Traditions of Popular Music, dengan penjabaran ke bawah berisi Blues and Ragtime, Jazz, American Musical, White Country Music, The Traditions of Popular Music. Tulisan ini digunakan penulis sebagai bahan referensi tentang musik populer berkembang di Amerika seperti blues, jazz,

country yang mempengaruhi musik populer Batak dalam perkembangannya, khususnya musik jazz yang nampak dalam permainan musik Bill Saragi dan trio

Marihot pimpinan Marihot Hutabarat.

Peter Manuel, Popular Musics of the Non-Western World, New York. Oxford University Press, 1988.Dalam buku ini dibahas mengenai, defenisi musik

populer, defenisi kerja musik populer di masyarakat Barat yang juga berlaku pada

musik populer non Barat. Peranan phonograph, radio, kaset, televisi terhadap disseminasi musik populer khususnya di luar musik Barat. Musik populer Batak

(32)

Buku ilmiah lain yang penting adalah dari Dieter Mack, “Sejarah Musik

4”. Yogyakarta, Pusat Musik Liturgi, 2004: 436-440. Dieter mengatakan dalam

buku tersebut bahwa sering dikatakan musik populer tidak bisa dibahas secara

ilmiah, karena genre ini hanya bertolak dari selera dan fungsi sosial bagi

masyarakat. Tetapi terdapat juga banyak contoh bahwa tidak harus demikian,

karena setidaknya satu karya yang diciptakan sesuai dengan trend bisa juga dibuat

lebih orisinil. Di samping itu tidak boleh dilupakan bahwa kadang-kadang

ketajaman ekspresi lebih penting daripada mengisi berbagai kriteria kualitatif

dalam hal garapan. Jika kita mendekati awal musik punk dengan kriteria keorisinilan dan kekreatifan musikal, maka musik itu kalah sepenuhnya. Tetapi

dilihat dari keutuhan ekspresi sebagai suatu musik sub-kultur dengan unsur protes

sosial kelas buruh, musik punk sangat tepat ekspresinya, bahkan keradikalan primitifnya menjadi suatu makna tertentu. Lalu, kenyataan ini menjadi suatu

masalah pada saat musik punk itu distandarisasi menjadi komoditi ekonomi dan ditiru terus-menerus demi keuntungan komersial.

Selanjutnya Dieter mengatakan Pengertian “sejarah” dalam genre populer

tidak bisa dijelaskan seperti musik klasik, romantik dan jazz, jika pengertian istilah sejarah diartikan dengan “perkembangan melalui bahasa musik, antara

lain, sejalan dengan perubahan sosial politik pada umumnya pada suatu budaya

tertentu”. Bahasa musik populer pada dasarnya bertolak dari struktur melodi,

harmoni, jenis ritme serta unsur formal yang kurang lebih sama oleh karena alasan

tertentu, maka kriteria untuk membedakan antara masing-masing gaya adalah

(33)

penyanyi, dan dalam hal ini tidak terdapat suatu standar, melainkan keunikan

ucapan vokal yang penting. Tokoh rock’n roll Chuck Berry tidak bisa disebut sebagai penyanyi yang halus dan lagunya biasanya bertolak dari tiga atau empat

nada saja, gaya vokalnya bersifat resitatif, sama dengan gaya rap sekarang ini yang sebenarnya sudah lama ada dalam bidang musik rock’n roll tahun 1950-an. Vokalis blues pun kebanyakan bertolak dari suatu gaya rap, dimana teks diutamakan, sedangkan musiknya hanya menjadi alat untuk sajian teks. Namun

sound nya suara Chuck Berry sangat unik, dan inilah yang penting untuk identifikasi. Kemudian Dieter mengatakan, ternyata perkembangan musik populer

pada tahun 1960-an mengalami suatu kemacetan , teknologi elektronik masih

sedang berkembang sekitar pada tahun 1965 dan baru pada tahun 1968/1969

dengan munculnya moog-synthesizer dan alat-alat elektronik canggih yang lain. Maka oleh karena itu dicari berbagai daya tarik sound baru untuk menimbulkan khayalan musik baru dalam bidang musik populer. Group Jetro Tull dengan Ian Anderson sebagai penyanyi dan pemain flute. Kemudian penggunaan flute ini

diumumkan sebagai suatu perkembangan atau pembaharuan yang luar biasa.

Padahal, jika musik Jetro Tull dianalisis, maka sama sekali tidak ada perubahan, terdapat konsep formal yang biasa, terdapat struktur harmoni tonal, melodi yang

enak didengar dan sebagainya. Flute pun bisa saja diganti dengan suatu alat solo

lain tanpa perubahan esensi musik, kecuali sound nya.

Penulis sependapat dengan yang di uraikan Dieter di atas, dalam

(34)

Bolon, menyanyikan lagu Lissoi dengan personil lebih dari 10 orang bernyanyi dengan pemakaian harmoni 3 suara paralel tertutup. Mereka bernyanyi dengan

power yang sangat maksimal yang sangat menggambarkan ekspresi terhadap situasi minum-minum di pakter tuak, vokal group Impola dengan pemakaian solo-chorus dalam lagu O Tao Na Tio dengan solonya yang berkarakter seriosa lebih dekat kepada cara bernyanyi opera-opera populer Italia yang berkembang pada

akhir abad 19. Demikian juga dengan trio Golden Heart dengan tiga laki-laki yang lebih berkarakter suara bergaya pop country yang juga menggunakan harmoni 3 suara paralel tertutup, suara penyanyi solo Eddy Silitonga, suaranya cukup

menarik saat menyanyikan lagu Natiniptip Sanggar, Eddy mampu membuat lagu tersebut menjadi lebih hidup dibandingkan dengan yang dinyanyikan vokal group

Solu Bolon di Medan dan banyak lagi yang dapat didengarkan dari contoh-contoh koleksi rekaman penulis.

Buku Ilmu melodi karya Dieter Mack, digunakan penulis untuk melihat

cara menganalisa melodi dalam lagu-lagu populer Batak.

Dalam menganalisa gaya yang digunakan dalam lagu-lagu populer Batak,

penulis menggunakan buku dari Leon Stein, Structur and Style : The Study and Analysis of Musical Form (Summy-Birchard Music, 1979). Buku ini berisi mengenai pengetahuan dan analisis bentuk musik yang membantu penulis dalam

analisa gaya-gaya musik yang digunakan.

(35)

Buku dari Robert W. Ottman, Elementary Harmony, Theory and Practice

(New Jersey Englewood Cliffs : prentice-Hall, Inc.1962). Berisi tentang pelajaran

harmoni yang digunakan penulis dalam menganalisa harmoni dalam musik

populer Batak.

Chorale Music : Technique and Artistry karya Charles W Heffernan. Buku ini tentang partitur koor dimana digunakan penulis untuk menganalisa lagu-lagu

populer Batak yang diciptakan lebih awal, dimana menggunakan aransemen koor

seperti lagu O Tao NaTio yang dinyanyikan oleh vocal group Impola pimpinan Gordon Tobing, lagu Lisoi yang dinyanyikan vokal group Solu Bolon, lagu

Ketabo-Ketabo yang dinyanyikan paduan suara Tetap Segar pimpinan Dr Rudy Pirngadie.

Buku dari Gustaf Strube, The Theory and Use of Chords A Texs Book of Harmony (Philadelphia : Over Dison, 1928). Buku ini membahas tentang harmoni serta latihan-latihan yang juga mendukung penulis dalam menganalisa

akord-akord posisi dasar, balikan, kadens dan lain-lain.

1.5 Landasan Konsep dan Teori

1.5.1 Konsep dan teori musik

Dalam penelitian ini mengemukakan satu rumusan yaitu musik adalah

bunyi, interaksi getaran dari waktu yang keluar dari satu atau lebih sumber bunyi

(36)

maupun bukan bunyi, yang sering disebut dengan ritme. Bunyi bisa dari berbagai

organ atau instrumen, waktu tidak dibahas dalam bentuk yang berpola saja.

Menurut Dieter19

Kualitas dari karakter bunyi musikal sangat di pengaruhi dan ditentukan

oleh cara penggunaan, pemanfaatan serta pengolahan elemen-elemen musik.

Broekma dalam Dieter

suatu bunyi dikatakan musik tergantung pada

pendekatan kata yang pasti bahwa bunyi datang dari dalam maupun dari luar diri

kelompok. Ide bisa berbentuk programatik atau ide absolut. Ide absolut biasanya

muncul pada saat seorang komponis berkarya. Ide tersebut datang karena

terinspirasi atau terangsang oleh interaksi bunyi yang dibuat. Dapat dikatakan

musik absolut adalah musik yang semata-mata merupakan keindahan dari

elemen-elemen musikal yang ada, ide tersebut terstimulasi pada komponis untuk meramu

bunyi. Ide programatik datang dari satu inspirasi di luar bunyi, sehingga bunyi

tersebut dapat menggambarkan atau menceritakan tentang ide tersebut sebagai

contoh seorang komponis menggambarkan kicau burung, gemericik air, suara

angin, biasanya komponis mendeskripsikan terlebih dahulu isi cerita karyanya.

20. Ferris dalam Dieter21, Joseph Kerman dalam Dieter22

_________________________________

.

Elemen-elemen musikal yang digunakan yaitu; (1) organ, organ adalah alat atau

instrumen digunakan sebagai sumber bunyi. (2) Melodi adalah rangkaian nada

atau bunyi yang membentuk suatu kesan ide yang dipengaruhi faktor budaya.

Melodi bisa juga disebut sebagai suatu stuktur kalimat musik, gerakan-gerakan

nada dan juga struktur nada.

19 Dieter Marck, “Ilmu Melodi”, Yogyakarta, Pusat Musik Liturgi 1995: 37. 20 Ibid

21 Ibid

(37)

(3) Modus adalah susunan nada, yang dalam bentuknya terlihat sebagai satu

formula nada yang tentu saja akan berakibat bagi sistem harmoni maupun

atmosfer bunyi secara keseluruhan.

(4) Interval adalah jarak antara bunyi satu dengan yang lain, baik vertikal maupun

horizontal.

(5) Harmoni adalah keselarasan yang ditimbulkan akibat interaksi bunyi dan

bukan bunyi. Harmoni tradisional dalam konteks musik Barat umumnya

digunakan di dalam lagu-lagu populer Batak.

(6) Ritme adalah interaksi nilai waktu dari setiap bunyi dalam hal ini durasi antara

bunyi dengan saat diam.

(7) Tempo adalah kesempatan gerak pulsa. Tempo juga berarti kecepatan oleh

lamanya satu musik berlangsung.

(8) Dinamika adalah segala hal yang dibuat untuk memberi jiwa pada suatu bunyi

yang termasuk dalam objek lemah lembut bunyi, dinamika register warna suara,

dinamika instrumen, dinamika dalam konteks tertentu, serta ekspresi-ekspresi lain

yang dengan jelas memberi katakter dalam satu bunyi.

(9) Aksentuasi adalah penekanan pada ketukan lemah dan kuat di dalam satu

birama, pola tekanan pada satu suku kata.

(10) Motif adalah sekelompok nada atau bunyi yang memiliki karakter serta

membawa ide atau kesan tertentu, hubungan motif dengan teks.

(38)

Dalam struktur musik, penulis juga akan memperhatikan hal-hal berikut:

scale (tangga nada), pitch center (nada pusat), reciting tone (nada singgahan),

range (wilayah nada), jumlah nada-nada (frekwensi pemakaian nada), interval, kadens, formula melodi, melodic contour (grafik/kantur melodi)23

Untuk mendukung pembahasan dari sisi analisa musik diperlukan suatu

transkripsi. Transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi ke

dalam simbol. Ada dua jenis notasi, pertama adalah notasi preskriptif yaitu notasi

yang bertujuan untuk seorang penyaji (bagaimana ia harus menyajikan sebuah

komposisi musik), alat untuk membantu mengingat. Kedua adalah notasi

deskriptif, notasi yang bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri

dan detail-detail komposisi musik music as knowledge, music as behaviour. Selanjutnya Meriam berpendapat bahwa musik adalah bunyi, sebagai suatu ekspresi. Apabila ingin memahami

musik secara dalam, maka diperlukan usaha menganalisa bagaimana pengolahan

elemen-elemen bunyi musikal serta bagaimana interaksinya sehingga

menghasilkan suatu atmosfer khusus music as knowledge. Musik maupun bermusik merupakan perilaku (behaviour). Musik merupakan perilaku seseorang atau masyarakat. Bahwa musik tidak hanya terdiri atas bunyi melainkan perilaku

manusia yang prakondisi untuk memproduksi bunyi. Salah satu diantaranya

23 Wiliiam P. Malm, Music Cultures of The Pasific, Near East and Asia. New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs, 1977: 15.

24 Bruno Nettl, Theoryand Method in Ethnomusicology. New York: The Free Press, 1964: 148-150.

(39)

adalah perilaku fisik yang ditunjukkan oleh sikap dan postur tubuh serta

penggunaan otot-otot dalam memainkan instrumen dan menegangkan pita suara

dan otot-otot diafragma pada saat bernyanyi.

Perihal konsep, proses pembentukan idea atau perilaku kultural

menyangkut konsep-konsep yang harus diterjemahkan kedalam perilaku fisik

guna memproduksi bunyi. Konsep menunjukkan bahwa ada jiwa dan nilai yang

mendasari musik, yang artinya musik tersebut juga tercermin dalam perilaku

komunitas dan budayanya. Dalam hal ini tercermin dalam perilaku penciptaan

lagu-lagu populer Batak. Oleh sebab itu sistim yang diterapkan atau yang terjadi

dalam musik tersebut di pengaruhi oleh perilaku serta corak hidup penciptanya26. Pada bagian lain juga dijelaskan bahwa etnomusikologi merupakan studi

musik dalam kebudayaan, dikemukakan juga pendapat Mantle Hood yang

menyatakan bahwa etnomusikologi adalah satu cabang ilmu pengetahuan yang

mempunyai tujuan penyelidikan seni musik fenomena fisik, psikologi, dan

kultural27. Mantle Hood juga mengemukakan bahwa studi ini diarahkan untuk

mengerti tentang musik yang dipelajari dari segi struktur musik dan juga

memahami musik dalam konteks masyarakatnya.

_______________________ 26 Ibid, 1964

(40)

1.5.2 Konsep musik populer batak

Suatu hal yang menguntungkan bagi orang Batak ialah, bahwa sejak

zaman sebelum Kemerdekaan jaringan jalan-jalan raya telah mencapai sampai ke

daerah pelosok-pelosok. Dengan demikian maka prasarana yang menghubungkan

dan memperkenalkan orang Batak dengan dunia luar telah tersedia28

Suku bangsa Batak, terdiri dari sub-suku-suku bangsa:

.

1) Karo yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu dan sebagian dari Dairi.

2) Simalungun yang mendiami daerah induk Simalungun. 3) Pakpak yang mendiami daerah induk Dairi.

4) Toba yang mendiami suatu daerah induk meliputi daerah tepi danau Toba, pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba, daerah Asahan, Silindung, daerah antara

Barus dan Sibolga dan daerah pegunungan Pahae dan Habinsaran (jumlah mereka

terbesar diantara sub-suku-suku bangsa Batak).

5) Angkola yang mendiami daerah Angkola dan Sipirok, sebagian dari Sibolga,

dan Batang Toru dan bagian utara dari Padang Lawas.

6) Mandailing yang mendiami daerah induk Mandailing, Ulu, Pakatan,dan bagian

Selatan dari Padang Lawas29

Menurut Purba (2004: 51) cerita-cerita suci (tarombo) orang Batak, terutama

dari orang Batak Toba, semua sub-suku-suku bangsa Batak itu mempunyai nenek

moyang yang satu, yaitu si Raja Batak. .

_____________________

28 Payung Bangun. Tulisan tentang “Kebudayaan Batak” dalam Koentjaraningrat.

“Manusia dan Kebudayaan”, Cetakan ke 22 Jakarta. Djambatan, 2007: 94-95.

(41)

Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak mempergunakan

beberapa logat, yaitu;

(1) Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo

(2) Logat Pakpak yang dipakai oleh orang Pakpak

(3) Logat Simalungun yang dipakai oleh orang Simalungun

(4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing. Di antara

keempat logat tersebut, dua yang paling jauh jaraknya satu dengan yang lain

adalah logat Karo dan Toba30

Suku bangsa Batak terdiri atas enam sub bagian yaitu: Toba, Karo,

Simalungun, Pakpak, Angkola dan Mandailing. Di antara keenam subsuku

tersebut terdapat persamaan bahasa dan budaya. Walaupun demikian, terdapat

pula perbedaannya, misalnya dalam hal dialek, tulisan, istilah-istilah dan beberapa

adat kebiasaan. Struktur sosial keenam subsuku tersebut pada dasarnya sama,

yakni terdiri atas tiga unsur utama. Pada subsuku Batak Toba dinamakan dalihan na tolu yang terdiri atas hulahula (sumber istri), dongan tubu (saudara semarga), dan boru (penerima istri). Ke tiga unsur sosial itu terdapat pada semua subsuku dengan istilah yang sedikit berbeda, namun fungsi ketiganya sama

.

31

Bangsa Jerman sejak tanggal 7 Oktober 1861 membuka daerah penginjilan

baru di tanah Batak, Dr Ingwer Ludwig Nommensen (1834-1908) diutus oleh

zending Jerman ke tanah Batak untuk mengkristenkan orang-orang Batak. Selain .

memberitakan injil Nommensen juga mengajarkan nyanyian-nyanyian jemaat,

________________________ 30 Ibid, 2007

31 Bungaran Antonius Simanjuntak, “Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba”,

(42)

koor dan instrument musik tiup, poti marende sehingga menambah kepekaan musikal orang-orang Batak dalam bernyanyi maupun memainkan instrumen.

Suku bangsa Batak telah lama memegang reputasi diantara banyak

kelompok etnis di Indonesia sebagai orang-orang yang suka bernyanyi. Kekuatan

bernyanyi ini terkait dengan kebiasaan bernyanyi paduan suara gereja, dan

perkembangan industri musik populer Batak. Orang Batak terkenal karena

kekuatan ekspresi mereka bernyanyi. Pernyataan bahwa masyarakat Batak yang

musikal juga tertulis di dalam buku Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia

(1984: 130) sebagai berikut: “Demikianlah, umpamnya, di kalangan masyarakat

Batak yangmusikal itu, nada-nada gerejani sangat berpengaruh dalam lagu-lagu

Batak Modern”.

Yang dimaksud penulis dalam konsep musik populer Batak adalah musik

yang umumnya dipengaruhi oleh musik Barat dari segi struktur musik dan

harmoninya yang menggunakan teks dalam Bahasa Batak. Isi dari

teks-teksnya tentang keindahan alam pedesaan atau sebuah kota kecil, kerinduan akan

kampunghalaman bagi para perantauan, patriotisme, tentang masakan khas Batak

dan minuman khas, persahabatan, kesedihan, persatuan marga, percintaan,

kehidupan sehari-hari masyarakat Batak dan lain-lain.

Instrumen-instrumen musik yang digunakan juga umumnya dipengaruhi

dari instrument-instrumen musik Barat antara lain gitar akustik adalah salah satu

yang paling awal dan umum digunakan sebagai iringan (ritem) dan pembawa

(43)

instrument biola, contra bas (bas betot), piano, akordion, organ elektrik. Instrument-intrumen perkusi antara lain bongos, maracas,botol (hesek), conga, drum set dan lain-lain.

Umpama dan umpama32

adalah karya sastra yang banyak digunakan oleh

masyarakat Batak dalam aktifitas kebudayaannya, termasuk juga di dalam

perkembangan awal dari musik populer Batak. Umpasa dan umpama

Musik populer Batak dipengaruhi oleh irama/pola ritme

tersebut

dapat kita lihat khususnya dalam teks-teks yang digunakan oleh Nahum

Situmorang dalam lagu-lagu ciptaannya.

33

yang

berkembang di dunia musik populer; mars, hawaiian beat, blues, blues rock,

tango, cha-cha, calypso, rumba, waltz, bolero, bossanova, langgam keroncong,

slow rock, reggae, rock’n roll, slow beat, country. Selain itu juga dipengaruhi gaya paduan suara solo-chorus, harmoni 3 suara paralel tertutup34 , gaya seriosa35 atau gaya bernyanyi seperti opera-opera Italia akhir abad ke 1936

_________________________________

. Musik jazz

32 Umpama adalah sejenis pepatah, pribahasa, atau kata-kata mutiara yang sedikit

banyaknya mengandung unsur kepercayaan dan hukum, yang menurut sifatnya tidak dapat berubah atau diubah, sedangkan umpasa adalah sejenis pantun yang dapat berubah sesuai dengan konteks pemakaiannya. Dalam suatu upacara misalnya, tak jarang muncul umpasa yang baru; sebagian besar umpasa yang sudah jadi dipoles sedemikian rupa sehingga pas dengan konteks upacara. Upaya ini bukan merusak umpasa yang sudah jadi, tetapi justru menunjukkan kepiawaian seseorang yang sedang ber-umpasa. Untuk suatu kejelasan lebih lanjut dapat dilihat di dalam tulisan Krismus Purba “Umpama dan Umpasa Batak” dalam “Seni” Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan SeniISI Yogyakarta,X/02 Agustus 2004.

33 Penjelasan mengenai irama/pola ritme musik populer yang selengkapnya dapat dilihat di

Stanley Sadie, Popular Music. The New Grove Dictionary of Music and Musicians, London:

Mcmillan, 1980, hal 87-104).

34 Harmoni tiga suara paralel (three voice close harmony) tertutup adalah tiga suara yang berjalan sejajar dengan aransemen atau penempatan nada dalam jarak dekat. Lawannya: open

harmony=jarak jauh (Pono Banoe. Kamus Musik, Kanisius 2003: 89).

35 Seriosa adalah lagu atau karya musik vokal yang serius yang bernilai teknik tinggi

sebagai art music. Ing=serious songs (ibid).

(44)

juga mempengaruhi perkembangan musik populer Batak dan gaya andung-andung yang memanfaatkan beberapa elemen yang dibutuhkan yaitu vokal, instrumen dan teks andung-andung.

Kecenderungan membentuk kelompok atau vokal group juga merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan awal musik populer Batak.

Mendekati akhir tahun 1960-an ke atas, kecenderungan membentuk kelompok

yang lebih kecil, seperti vokal trio menjadi lebih dominan, vokal solo juga

menjadi pilihan yang lebih diminati, meskipun pada masa 1970-an bentuk

kelompok atau vokal group masih terlihat.

Dalam penyebarannya, musik populer Batak tidak terlepas dari pengaruh

radio. Awalnya para pencipta dan penyanyi sering tampil langsung (live) di studio. Selain radio, penyebarannya juga tidak terlepas dari rekaman-rekaman piringan

hitam. Pada akhir 1960-an penyebarannya didominasi oleh industri kaset.

Selain pengaruh teknologi dalam penyebarannya, kebiasaan berkumpul

dari orang-orang Batak ditempat-tempat tertentu juga sangat berarti, misalnya

pada tahun 1960-an di Medan banyak penyanyi-penyanyi Batak berkumpul di

pakter tuak. Lagu-lagu Nahum Situmorang juga sering dinyanyikan oleh vokal group Solu Bolon di pakter tuak. Yang Khas dari cara bernyanyi orang-orang Batak di pakter tuak adalah power mereka bernyanyi disertai harmonisasi tiga suara paralel. Lagu-lagu populer Batak tahun 1970-an di Medan juga dinyanyikan

di hotel oleh penyanyi-penyanyi Batak, vokal group yang aktif menghibur di hotel

(45)

1.6 Pengertian folklor.

Folklor diadopsi dari bahasa Jerman (volkskunde), pertama kali digunakan tahun 1846 oleh William John Thoms. Meskipun demikian dalam perkembangan

berikut secara etimologis leksikal folklor (folklore) dianggap berasal dari bahasa Inggris, dari akar kata folk (rakyat, bangsa, kolektivitas tertentu) dan lore (adat istiadat, kebiasaan). Jadi, lore adalah keseluruhan aktivitas, dalam hubungan aktivitas kelisanan dari folk37

Folklor terdiri tiga macam, yaitu 1) folklor lisan (verbal folklore), 2) folklor setengah lisan (partly verbal folklore) dan 3) folklor bukan lisan (nonverbal folklore). Secara praktis ketiganya dapat dikenali melalui bentuk masing-masing, yaitu oral (mentifact), sosial dapat dikenali melalui bentuk masing-masing, yaitu oral (mentifact), sosial (socifact) dan material (artifact). Folklor lisan terdiri atas: a) ungkapan tradisional (pepatah, peribahasa,

semboyan), b) nyanyian rakyat (nyanyian untuk menidurkan anak, seperti nina bobok, bibi anu), c) bahasa rakyat (dialek, julukan, sindiran, bahasa rahasia, bahasa remaja dan sebagainya), d) teka-teki (berbagai bentuk tanya jawab pada

umumnya untuk mengasah pikiran), e) cerita rakyat (mite, legenda, sage). .

Folklor setengah lisan, di antaranya: a) drama rakyat (ketoprak, ludruk,

wayang kulit, langendria, arja), b) tari (serimpi, maengket, pendet), c) upacara

(kelahiran, perkawinan, kematian), d) permainan dan hiburan rakyat

(sembunyi-sembunyian, teka-teki), e) adat kebiasaan (gotong royong, menjenguk orang mati),

f) pesta.

________________________

(46)

Folklor setengah lisan, di antaranya: a) drama rakyat (ketoprak, ludruk, wayang

kulit, langendria, arja), b) tari (serimpi, maengket, pendet), c) upacara (kelahiran,

perkawinan, kematian), d) permainan dan hiburan rakyat (sembunyi-sembunyian,

teka-teki), e) adat kebiasaan (gotong royong, menjenguk orang mati), f) pesta

rakyat (sekaten, pesta kesenian Bali). Folklor non lisan, di antaranya: a) material

(mainan, makanan, arsitektur, alat-alat musik, pakaian, perhiasan, obat-obatan dan

sebagainya), b) bukan material (bunyi musik, bunyi gamelan, bahasa isyarat).

Jadi, folklor meliputi ke tiga bidang tersebut.

Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok

lainnya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama,

bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf

pendidikan yang sama dan agama yang sama. Memiliki suatu tradisi, yakni

kebudayaan yang mereka warisi turun-temurun paling penting mereka sadar akan

identitas kelompok mereka38

Lore adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan

gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Selanjutnya Danandjja

mendefenisikan folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar

dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara

tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh .

_____________________________

Gambar

Tabel 1
Tabel 3
Tabel 5
Tabel 13
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi kelompok-kelompok musik seperti Rainbow pada umumnya masih dikatagorikan sebagai kelompok musik heavy metal, seperti juga halnya Qween Styce, dan Dream Theater yang

Perkawinan dalam adat Batak Toba tidak terlepas dari musik-musik yang mengiringi proses upacara tersebut berlangsung, yang mana alat musik yang digunakan memiliki peran dalam

Penelitian ini akan mengungkapkan bahwa: pertama, alasan masyarakat Batak Toba di Binjai memilih menggunakan musik keyboard dan menggunakan repertoar musik populer adalah karena

Penelitian ini akan mengungkapkan bahwa: pertama, alasan masyarakat Batak Toba di Binjai memilih menggunakan musik keyboard dan menggunakan repertoar musik populer adalah

Penelitian ini akan mengungkapkan bahwa: pertama, alasan masyarakat Batak Toba di Binjai memilih menggunakan musik keyboard dan menggunakan repertoar musik populer adalah karena

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA “PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU“ OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN.. SKIPSI SARJANA

Gereja GBI menganut konsep tata ibadah yang pada umumnya sama dengan gereja beraliran kharismatik lainnya dalam hal penggunaan ansambel musik barat seperti

Perkawinan dalam adat Batak Toba tidak terlepas dari musik-musik yang mengiringi proses upacara tersebut berlangsung, yang mana alat musik yang digunakan memiliki