• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK. kerangka berfikir dan hipotesis. Adapun yang akan dibahas, sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK. kerangka berfikir dan hipotesis. Adapun yang akan dibahas, sebagai berikut:"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

Bab ini akan memaparkan teori- teori yang terkait dengan variabel - variabel yang di teliti oleh peneliti, yakni mengenai uji validitas konstruk soal - soal ujian nasional mata pelajaran bahasa indonesia SMK tahun ajaran 2013/2014. Pembahasan mengenai hal tersebut meliputi pengertian ujian nasional, tujuan dan fungsi UN, ujian nasional sebagai salah satu tes psikologi, konstruksi tes, kerangka berfikir dan hipotesis. Adapun yang akan dibahas, sebagai berikut:

2.1. Ujian Nasional

2.1.1. Definisi Ujian Nasional

Ujian Nasional telah mengalami beberapa kali perubahan nama berikut beserta definisinya. Sebelum tahun ajaran 2002/2003, Indonesia mengenal alat evaluasi dengan sebutan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas). Pada tahun ajaran 2002/2003 berdasarkan Kepmendiknas RI NO. 153/U/2003 pasal 1 ayat 3, Ebtanas di ubah menjadi salah satu jenis penilaian hasil belajar secara nasional yang dinamakan Ujian Akhir Nasional (UAN). Berdasarkan Kepmendiknas RI No. 38/P/2004 pasal 1 ayat 1, UAN berubah nama lagi menjadi Ujian Nasional (UN) hingga sampai sekarang ini (Astuti, 2010).

Berikut ini merupakan definisi - definisi yang pernah tertuang dalam undang - undang. Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) merupakan kegiatan penilaian hasil belajar secara nasional yang dilaksanakan pada akhir pendidikan di SD/MI, SDLB, SLTP/MTs, SMU/MA, dan SMK baik

(2)

negeri maupun swasta dalam lingkungan pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (Ps. 1 ay.2, Keputusan Bersama Mendiknas , MenAg, dan Mendagri No. 2/U/SKB/ 2001) (Astuti, 2010).

Pada tahun ajaran 2002/2003, pemerintah mengganti EBTANAS dengan Ujian Akhir Nasional (UAN). Selain menggantikan sebutannya, UAN juga mengalami perubahan-perubahan kebijakan dari alat evaluasi sebelumnya. UAN merupakan kegiatan pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik yang berada pada tingkat SLTP/MTs, SMU/MA, dan SMK baik negeri maupun swasta yang di selenggarakan secara nasional (Ps. 1 ay.3, Kepmendiknas No. 153/U/2003) (Astuti, 2010).

Penggunaan nama UAN hanya bertahan selama satu tahun saja yang selanjutnya disebut Ujian Nasional atau yang sering disingkat dengan UN. UN inilah yang kita gunakan sampai sekarang ini. UN adalah kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan pada jalur sekolah/ madrasah yang diselenggarakan secara nasional (Ps. 1 ay. 1, Kepmendiknas RI No. 38/ P/2004). Adapun pengertian UN yang lain menurut Permendiknas RI. No. 1/ 2005 pasal 1 ayat 1, yakni kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi para siswa secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah (Astuti, 2010).

Berbagai macam pengertian UN diatas, sebagian besar dipahami, sebagai sebuah kegiatan evaluasi dalam bentuk penilaian hasil belajar, secara nasional. Kegiatan penilaian tersebut tentu saja membutuhkan sebuah alat tes yang mampu

(3)

mempresentasikan kemampuan siswa yang mengerjakannya. Alat tes tersebut memiliki sebutan yang sama dengan kegiatan evaluasi yakni UN itu sendiri.

Dengan demikian, UN dapat kita pahami sebagai sebuah alat evaluasi peserta didik yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dilaksanakan pada akhir masa jenjang pendidikan.

2.1.2. Tujuan dan Fungsi Ujian Nasional 1) Tujuan Ujian Nasional

Pendidikan merupakan suatu kegiatan sadar akan tujuan, karena tujuan adalah salah satu hal yang penting dalam kegiatan pendidikan, karena tidak saja akan memberikan kearah mana harus menuju, tetapi juga memberikan ketentuan yang pasti dalam memilih materi, metode, maupun alat evaluasi dalam kegiatan yang dilakukan menurut Muliadi (2011) .

Sebagaimana diketahui bahwa berhasil tidaknya suatu usaha atau kegiatan banyak bergantung pada jelas tidaknya tujuan yang hendak dicapai oleh orang atau lembaga yang melaksanakannya. Berdasarkan pernyataan ini, maka perlunya suatu tujuan dirumuskan sejelas-jelasnya dan kemudian barulah menyusun suatu program yang obyektif dan realistis, sehingga segala energi dan kemungkinan biaya yang ada tidak akan terbuang sia - sia.

Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menerapkan UN (Ujian Nasional) sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan. Menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Nasional, disebutkan

(4)

bahwa tujuan Ujian Nasional adalah untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes kepada siswa. Selain itu Ujian Nasional bertujuan untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat Nasional, provinsi, kabupaten, sampai di tingkat sekolah.

Sesuai dengan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan ujian nasional harus ada karena tujuan itu merupakan salah satu langkah terpenting bagi dunia pendidikan, menuju kearah yang lebih maju. Karena kalau tidak memiliki tujuan tidak akan tercapainya sesuatu yang telah dijalankan oleh orang atau lembaga yang membuat suatu program UN. Dan dapat disimpulkan sesuai dengan keputusan menteri pendidikan adanya tujuan UN mengukur proses dari hasil belajar disekolah dengan dilakukannya sub tes UN apakah ada peningkatan terhadap hasil UN atau tingkat kelulusannya. UN selama ini diselenggarakan oleh sekolah/ madrasah masing-masing sehingga dapat diketahui berhasil tidaknya tujuan masing-masing lembaga tersebut serta untuk mempertanggungjawabkan pendidikan yang telah dilakukan kepada masyarakat sebagai penerima kelulusan. 2) Fungsi Ujian Nasional

Sama halnya dengan tujuan dari UN, fungsi UN pun telah termaktub dalam keputusan pasal 4, Peraturan Mendiknas “menteri pendidikan nasional” RI NO.1/2005 (dalam Astuti, 2010):

a) Alat pengendali mutu pendidikan

(5)

c) Bahan dalam menentukan kelulusan peserta didik

Alat pengendali mutu pendidikan secara nasional maksudnya adalah bahwa UN merupakan alat untuk dapat mengetahui mutu pendidikan secara nasional dan dapat pula memperbaiki kekurangan- kekurangan yang terdapat dalam pelaksanaan UN pada tahun berikutnya.

Pendorong peningkatan mutu pendidikan maksudnya adalah dengan adanya UN diharapkan tingkat kompetensi untuk berprestasi semakin meningkat di antara sekolah/ madrasah maupun antara peserta didik, karena mengetahui tolak ukur dari kualitas lulusan peserta didik yang lulus pada tahun tersebut, hingga memotivasi untuk dapat menjadi lebih baik lagi.

Bahan dalam menentukan kelulusan peserta didik maksudnya UN diadakan tidak lain adalah untuk mengukur kemampuan siswa serta memutuskan untuk lulus tidaknya seorang peserta didik untuk dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Jadi, pelaksanaan UN ini berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan mutu pendidikan sehingga diketahui mutu pendidikan yang telah dilaksanakan secara nasional dan dapat berfungsi sebagai pendorong agar pendidikan di Indonesia dapat terus meningkat dalam hal mutunya. Dalam pelaksanaan UN juga berfungsi sebagai penentu kelulusan dan sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan yang lebih tinggi melakukan seleksi dalam penerimaan siswa baru.

(6)

2.1.3. Peserta Ujian Nasional

Setiap para siswa pada tahun pelajaran terakhir satuan pendidikan wajib dan berhak mengikuti satu kali UN tanpa dipungut biaya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.1 Tahun 2005 tentang Ujian Nasional tahun ajaran 2004/2005 pasal 5, peserta yang berhak mengikuti UN yakni para siswa yang belajar pada tahun terakhir SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK.

2.1.4. Standar Kelulusan Ujian Nasional Tahun Ajaran 2013/2014

Pengertian Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan menurut Muliadi (2011).

Dalam penjelasan Pasal 35 Undang- undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan keterampilan para siswa yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Dalam rangka pelaksanaan Pasal 65 ayat (6) , Pasal 67 ayat (3) , dan Pasal 72 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

(7)

Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor, 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kriteria Kelulusan Para siswa dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/ Madrasah/ Pendidikan Kesetaraan dan UN.

Adapun mengenai kriteria kelulusan untuk UN tahun ajaran 2013/2014 ada beberapa perubahan, yaitu pada Rumus Penentuan Nilai Sekolah (NS) yaitu Nilai Sekolah (NS) diperoleh dari 70 % rata - rata nilai raport semester 3, 4, dan 5 untuk tingkat SMA dan semester 1, 2, 3, 4, dan 5 untuk tingkat SMP serta 30 % Nilai Ujian Sekolah. Sedangkan untuk Rumus Penentuan Nilai Akhir (NA) tidak mengalami perubahan yaitu Nilai Akhir (NA) diperoleh dari 40 % Nilai Sekolah (NS) dan 60 % Nilai Ujian Nasional (UN). Kemudian untuk nilai terendah setiap mata pelajaran yang di UN kan masih tetap 4,0 dan rata-rata semua mata pelajaran yang di UN kan juga masih sama yaitu 5,5. Sedangkan ketentuan lebih lanjut berkenaan dengan pelaksanaan UN ini akan di tuangkan pada Prosedur Operasional Standar UN tahun pelajaran 2013/2014 yang akan ditetapkan oleh BSNP ( Badan standar nasional pendidikan).

Sejak tahun 2006 sampai dengan tahun ini para siswa dinyatakan lulus apabila memiliki rata- rata minimal 5,00 untuk seluru mata pelajaran yang diujikan, dengan tidak ada nilai di bawah 4,25. Para siswa diperbolehkan memiliki nilai dua mata pelajaran lainnya minimal 6,00 (Ps. 18, Peraturan menteri pendidikan nasional No. 45/2006).

(8)

2.2. Ujian Nasional Sebagai Salah Satu Tes Psikologi 2.2.1. Pengertian Tes Psikologi

Tes psikologi adalah serangkaian kegiatan untuk mengukur dan mendeskirpsikan seseorang dalam segi kemampuan, segi kepribadian, segi kecenderungan dan sebagainya (Azwar, 2010). Akan tetapi pengertian tes psikologi dalam UN adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengerjakan UN yang diadakan setiap tahun sekali, serta dapat mengetahui tingkat kelulusannya. UN juga sebagai salah satu tes psikologi dapat dilihat secara fisik tidak lain merupakan sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau yang harus dikerjakan. Misalnya, Tes tersebut juga melakukan pengamatan terhadap prilaku seseorang dan mendeskripsikan perilaku tersebut dengan bantuan skala angka atau suatu sistem penggolongan (Cronbach dalam Azwar, 2003), Tes prilaku tersebut dikatakan tes dilihat secara fisik. Adapun pendapat menurut Anastasi (2006) Tes psikologi dapat diterjemahkan sebagai suatu alat pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel perilaku. Maka oleh itu tes psikologi yang lebih lengkapnya harus di sertai dengan prosedur yang sistematis, yaitu yang dilakukan berdasarkan tujuan dan tata cara yang jelas.

Berdasarkan pendapat- pendapat mengenai tes psikologi di atas dapat disimpulkan bahwa tes psikologi dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan pertanyaan atau tugas- tugas yang objektif, standar dan sistimatik.

Berdasarkan definisi diatas UN merupakan salah satu bentuk tes psikologi. Jadi UN ini memuat kumpulan pertanyaan yang objektif, standard dan sistematik yang memiliki tujuan tersendiri terkait dengan penggunaannya di area pendidikan.

(9)

Hasil dari UN ini pun mendeskripsikan perilaku yaitu kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi para peserta didik dalam bentuk nilai- nilai murni dari mata pelajaran yang diujikan.

2.2.2. Klasifikasi Tes Dalam Psikologi

Cronbach (dalam Azwar, 2007) membagi tes menjadi dua kelompok besar, yaitu tes yang mengukur performansi maksimal (maximum performance) dan tes yang mengukur performansi tipikal (typical performance).

Tes yang mengukur performansi maksimal (maximum performance) Adalah tes yang dirancang untuk mengungkap apa yang mampu dilakukan oleh seseorang dan seberapa baik ia mampu melakukannya. Termasuk dalam jenis ini adalah tes inteligensi, tes bakat, tes prestasi belajar, dan sebagainya. UN sebagai salah satu bentuk tes yang mengukur sampai sejauh mana kemampuan siswa dalam proses belajar di sekolah. Tes ini dirancang untuk mengungkap kompetensi khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang ada dalam ujian nasional. Para siswa sekaligus menunjukkan seberapa baik siswa tersebut mengerjakannya.

Sedangkan pada tes yang mengukur performansi tipikal, tes ini lebih dirancang untuk mengungkap kecenderungan reaksi atau perilaku subjek ketika berada dalam situasi- situasi tertentu. Jadi tujuan pengukurannya bukanlah untuk mengetahui apa yang mampu dilakukan oleh seseorang melainkan apa yang cenderung ia lakukan. Jenis tes yang termasuk dalam kategori ini ialah tes atau inventori minat, skala sikap, inventori kepribadian, dan semacam- macamnya.

(10)

Apabila ditinjau dari cara kalsifikasi lain, tes dapat pula dikelompokkan sebagai tes yang mengungkap atribut kognitif dan tes yang mengungkap atribut non-kognitif (Azwar, 2007).

Gambar 2.1 Diagram Klasifikasi Tes Menurut Atribut yang Diungkap (Azwar 2007)

Apabila dikaitkan dengan klasifikasi Cronbach (dalam Azwar, 2007), tes kognitif adalah tes yang mengukur performansi maksimal dan tes non- kognitif adalah tes yang mengungkap performansi tipikal. Berdasarkan diagram di atas dapat dipahami pula bahwa UN dapat sekaligus digolongkan sebagai salah satu tes kognitif yang lebih mengungkap abilitas aktual. Pada hal ini abilitas yang telah diterjemahkan dalam bentuk performansi nyata. Performansi nyata ini merupakan hasil dari proses belajar. UN merupakan salah satu bentuk alat evaluasi hasil belajar yang diharapkan mendeskripsikan performansi para siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar selama kurang lebih tiga tahun.

Jadi, UN bukan merupakan tes yang mengungkap abilitas potensial baik umum ataupun khusus. Abilitas potensial merupakan atribut yang diasumsikan sebagai salah satu bentuk kemampuan bawaan (latent) yang belum tampak dalam

(11)

performansi. Abilitas potensial yang berupa kemampuan menghadapi persoalan yang bersifat umum, yaitu menghendaki pengerahan strategi pemecahan masalah secara umum yang sering disebut dengan inteligensi. Selain itu, adapula abilitas yang bersifat khusus yang artinya merupakan yang dapat dikembangkan hanya pada bidang- bidang tertentu atau yang disebut aptitude atau bakat menurut Azwar (2007).

Ragam tes psikologi juga dapat dibedakan menurut cara administrasi dan atribut psikologis yang diukurnya (Gregory, 2000). Menurut cara administrasinya, UN lebih termasuk dalam tes kelompok ( grup test) dibandingkan tes individual yang harus diadministrasikan secara tatap muka. UN merupakan tes yang berbentuk pencil-and–paper test sehingga dapat diadministrasikan secara berkelompok. Ketika pelaksanaannya, peserta didik yang sudah terdaftar mengikuti ujian berada dalam kelompok- kelompok yang sesuai dengan jurusannya untuk mengikuti ujian secara serentak.

Menurut atribut yang diukur, ada banyak kategori dalam kalsifikasi ini yakni: tes inteligensi, tes kemampuan, tes prestasi, tes kreativitas, tes kepribadian, inventori minat, behavioral procedures, dan neuropsikologis. Jika dipahami dengan seksama, UN sebenarnya memiliki fungsi yaitu sebagai indikator keberhasilan belajar di jenjang pendidikan sebelumnya. UN dapat dikatakan sebagai bentuk tes potensi akademik (TPA) bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.

(12)

UN dapat pula digolongkan menjadi tes kemampuan. Tes kemampuan ini memiliki fungsi untuk memprediksikan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, pelatihan dan pendidikan. Fungsi prediksi inilah yang merupakan fungsi UN yang kedua. Pada jenjang tertentu, UN memiliki fungsi untuk memprediksi keberhasilan para siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi meskipun masih terbatas dalam penggunaannya. UN untuk pendidikan dasar (SMP) digunakan sebagai alat seleksi jenjang pendidikan yang lebih tinggi yakni jenjang pendidikan menengah (SMA). UN tersebut berfungsi sebagai prediktor terhadap keberhasilan dalam belajar ketika di SMA. Ketika akan masuk ke perguruan tinggi masih harus menggunakan alat seleksi lain sesuai dengan otoritas perguruan tinggi yang bersangkutan.

2.2.3. Syarat Tes yang Baik

Sebelum menyusun soal tes, penyusun soal haruslah menentukan materi/bahan ujian yang akan diujikan. Kriteria bahan ujian hendaknya memenuhi dua kriteria dasar berikut ini Departemen pendidikan nasional (depdiknas, pasal 2/2008): 1) Adanya kesesuaian materi yang diujikan dan target kompetensi yang

dicapai melalui materi yang diajarkan.

2) Bahan ujian hendaknya menghasilkan informasi atau data yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan standar sekolah, standar wilayah, atau standar nasional melalui penilaian hasil proses belajar mengajar. Dengan memperhatikan materi atau bahan ulangan atau ujian yang telah ditentukan diatas dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan soal.

(13)

2.2.4. Konstruksi Tes 1) Validitas Alat Ukur

Menurut Sukadji (2000) validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan menurut Mueller (1986) validitas adalah jika instrument pengukuran valid, itu mengukur hal yang benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka dapat dikatakan suatu instrument pengukur mempunyai validitas yang benar- benar valid jika insrument tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Hal ini sejalan dengan pengertian uji validitas menurut Sugiyono (2006) uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrument, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrument yang digunakan dalam suau penelitian. Instrument tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Apabila peneliti ingin mengukur uji validitas konstruk soal ujian bahasa indonesia maka instrument yang digunakan haruslah benar-benar dapat mengukur soal ujian bahasa indonesia. Dengan demikian, instrument tersebut disebut valid. Sedangkan untuk mengukur soal ujian nasional bahasa Indonesia juga membutuhkan ketepatan konstruksi soal pilihan ganda.

Menurut Basuki (2010), ada 13 konstruk soal pilihan ganda yaitu, (1) pokok permasalahan ada pokok soal; (2) tidak terdapat pengulangan kata dalam pilihan; (3) soal berupa satu rumusan masalah; (4) soal yang berupa pernyataann yang belum lengkap, maka yang dilengkapi harus di ujung pernyataan, bukan di tengah pernyataan; (5) susunan alternatif jawaban teratur; (6) menggunakan

(14)

bahasa yang lazim dipakai; (7) alternatif jawaban homogen dan mengecoh; (8) menghindari penggunaan alternatif jawaban dengan kalimat yang lebih panjang dari alternatif pegecoh; (9) tidak menampakkan petunjuk jawaban pada alternatif jawaban; (10) tidak menggunakan pilihan jawaban yang berbunyi “semua di pilihan di bawah benar” atau “tidak satupun pilihan di bawah benar” atau sejenisnya; (11) menggunakan tiga atau lebih alternatif jawaban; (12) soal dan alternatif jawaban menggunakan kalimat yang pasti dan tidak memunculkan makna ganda/tidak tentu; dan (13) pokok soal menggunakan kalimat positif. Validitas digunakan dalam tiga konteks, yaitu (Suryabrata, 2005):

a) Validitas Penelitian

Validitas penelitian adalah sejauh mana hasil penelitian mencerminkan keadaan yang sebenarnya Validitas penelitian mengandung dua sisi, yaitu:

b) Validitas Internal

Validitas internal penelitian adalah membahas tentang kesesuaian antara data hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk mendapatkan validitas internal penelitian yang memadai peneliti menggarapnya lewat penggunaan instrumen pengambil data yang memenuhi persyaratan ilmiah tertetu.

c) Validitas EksternalValiditas eksternal penelitian adalah membahas tentang sejauhmana generalisasi hasil penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk menjamin validitas eksternal hasil penelitian peneliti menggarapnya lewat penyusunan rancangan sampling yang cermat.

(15)

2) Validitas Item (Item Validity)

Validitas item adalah derajat kesesuaian antara suatu item dengan item-item lain, sedangkan ukuran validitas item adalah korelasi antara skor pada item itu dengan skor pada item-item (item total correlation) yang banyak dihitung dengan korelasi biserial. Isi validitas item adalah daya pembeda item (item discriminating power) bukan validitas tes.

3) Validitas Tes

Validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksud untuk diukur. Jadi, validitas tes pada dasarnya menunjukkan pada derajat fungsi untuk mengukur suatu tes, atau derajat kecermatan ukur suatu tes. Untuk mengkaji validitas ukur, secara konvensional dapat dilihat dalam tiga bagian, yaitu:

a) Validitas isi

Validitas isi merupakan seperangkat item-item tes yang menunjukkan sejauhmana isi dari item-item tersebut memang mengukur apa yang hendak diukur. Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan (telah ada), kemudian dilakukan analisis logis untuk menetapkan apakah item-item yang telah dikembangkan tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Jadi, dapat dilihat bahwa validitasi isi adalah kegiatan telaah item yang merupakan kegiatan esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis.

(16)

b) Validitas konstruk

Validitas konstruk mengukur tentang sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrumen itu sesuai atau tidak dengan teori yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut. Validasi konstruk ini merupakan proses yang kompleks, yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris. Tiga metode validasi konstruk, yaitu:

b) .1 Validasi alat ukur dengan analisis faktor

Dasar pemikiran analisis faktor ini adalah bahwa walaupun perilaku manusia itu sangat beragam, namun perilaku tersebut didasari oleh sejumlah faktor yang terbatas, faktor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu dapat ditemukan dengan analisis faktor. Telah diketahui bahwa analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistika multivariate, dengan menitik beratkan pada data yang mempunyai hubungan yang sangat erat secara bersama-sama pada segugusan variabel, tanpa membedakan antara variabel tergantung atau variabel endogen Y dan variabel bebas atau variabel eksogen X, cara ini disebut sebagai metode antar ketergantungan (independence methods). Analisis faktor dapat pula dipandang sebagai perluasan dari tehnik analisis komponen utama. Kedua analisis analisis faktor dan analisis komponen utama tersebut merupakan teknik analisis yang menjelaskan struktur hubungan diantara banyak variable antar

(17)

ketergantungan dalam suatu sistem konkret yang sering dinyatakan dengan keeratan hubungan.

Untuk studi ketergantungan di antara variabel-variabel dapat dipergunakan analisis factor selain analisis komponen utama. Analisis faktor atau analisis komponen utama merupakan salah satu teknik analisis ketergantungan yang sangat populer dan telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, peneliti atau mahasiswa harus memperhatikan struktur hubungan secara keseluruhan di antara variabel-variabel yang mencirikan obyek-obyek atau individu-individu atau variabel-variabel atau item-item atau dimensi-dimensi pengamatan yang akan membentuk faktor atau variabel laten atau kontruks.

Pada dasarnya terdapat dua metode pendugaan parameter yang umum digunakan dalam model analisis faktor yaitu metode komponen utama (principal component analysis/method= PCA) dan metode kemungkinan maksimum (maximumlikelihood method). Dalam kebanyakan analisis, model analisis faktor diduga berdasarkan metode komponen utama (PCA), demikian pula dalam kebanyakan paket aplikasi computer proses komputasi didasarkan pada metode komponen utama (PCA). Untuk dapat memahami secara baik tentang analisis faktor yang diturunkan berdasarkan metode komponen utama (PCA), maka terlebih dahulu harus memahami secara baik tentang konsep matriks, maka model analisis faktor dapat diturunkan dari matriks

(18)

varians-kovarians(Σ) yang diduga berdasarkan matriks varians-kovarians sampel (S2) atau matriks korelasi ( r ). Apabila semua variabel yang diamati mempunyai satuan pengukuran yang sama, maka analisis faktor dapat diturunkan dari matriks koefisien korelasi ρ yang diduga berdasarkan matriks koefisien korelasi sampel r.

Berdasarkan metode komponen utama, dapat ditentukan banyaknya faktor yang perlu dilibatkan dalam analisis lanjutan, katakanlah hanya memilih k buah faktor dari p buah faktor yang mungkin dihasilkan (k<p). Banyaknya faktor yang terbentuk adalah sebanyak variabel asal= p. Penentuan banyaknya faktor atau komponen yang dilibatkan dalam analisis lanjutan tergantung pada struktur datanya dan hasil analisis faktor dengan komponen varians yang lebih besar dari pada satu. Tujuan utama analisis faktor adalah untuk menjelaskan struktur hubungan diantara banyak variabel dalam bentuk faktor atau vaiabel laten atau variabel bentukan. Faktor yang terbentuk merupakan besaran acak (random quantities) yang sebelumnya tidak dapat diamati atau diukur atau ditentukan secara langsung.

b).2 Validasi alat ukur dengan cara analisis konvergen

Dasar pemikirannya adalah suatu tes itu harus berkorelasi tinggi dengan variabel-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variabel-variabel lain yang secara teori tidak

(19)

berkorelasi. Hal pertama disebut validasi konvergen, sedang yang kedua disebut diskriminan.

b). 3 IRT (Item Responses Theory)

Menurut teori ini, jika satu butir item dengan tingkat kesukaran tertentu ditempuh oleh ribuan orang yang kemampuannya berbeda-beda, maka orang yang kemampuannya lebih tinggi akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menjawab benar pada item tersebut dibandingkan dengan orang yang kemampuannya lebih rendah.

Ada empat macam IRT (Hambleton, dkk.1991). (1) Model satu parameter (Model Rasch), yaitu hanya menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran item. (2) Model dua parameter, yaitu hanya menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran dan daya pembeda item. (3) Model tiga parameter, yaitu hanya menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran item, daya pembeda item, dan pseudo guessing, (4) Model empat parameter, yaitu yang menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran item, daya beda item, pseudo guessing dan gangguan seperti, kepanasan di dalam ruangan, dan sebagainya.

c) Validitas Berdasarkan Kriteria

Validitas kriteria dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang diujikan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria. Yang dijadikan kriteria biasanya adalah hasil

(20)

pengukuran atribut yang sama dengan ala lain yang diakui merupakan alat ukur yang baik.

2.2.5. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah penerjemahan dari kata reliability yang menyatakan keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun pada intinya konsep reliabilitas memiliki makna sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya menurut Azwar (2005). Dengan begitu sama pentingnya jika suatu pengukuran dapat dipercaya maka terdapat pula reliabilitas yang handal, pengukurannya konsisten dan akurat, dari pada tidak teratur menurut Mueller (1986). Sedangkan menurut Anastasi &Urbina (2006) reliabilitas suatu tes merujuk pada konsistensi skor yang di peroleh individu yang sama ketika diberikan tes ulang yang sama atau seperangkat tes yang ekivalen dengan tes sebelumnya pada kondisi yang berbeda. Adapun Suryabrata (2005) menyatakan bahwa reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya, yang mana hal ini ditunjukkan oleh taraf konsistensi skor yang diperoleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama atau minimal setara, dalam kondisi yang berbeda. Oleh sebab itu, konsepsi mengenai reliabilitas berkaitan dengan derajat konsistensi antara dua perangkat skor tes, maka rumus reliabilitas selalu dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Azwar, 2005).

(21)

a) Bentuk- bentuk estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan eror pengukuran yang tidak dapat ditentukan secara pasti, hanya dapat diestimasi (Suryabrata, 2005). Estimasi reliabilitas dapat dilakukan melalui beberapa metode berdasarkan CTT, yaitu pendekatan tes ulang, pendekatan tes paralel, dan pendekatan konsistensi internal (Azwar, 2005 dan Suryabrata, 2005).

b) Pendekatan tes ulang

Pendekatan tes ulang adalah salah satu dari pendekatan pertama yang pantas dan mudah untuk mengestimasi reliabilitas dari suatu skor tes (Murphy dan Davidshofer, 2003). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menyajikan tes dua kali pada suatu kelompok yang sama dalam rentang waktu tertentu, misalnya dua minggu (Suryabrata, 2005). Asumsinya adalah suatu tes yang reliabel akan menghasilkan skor tampak yang relatif sama apabila diberikan dua kali tes dalam waktu yang berbeda pada sekelompok subjek yang sama (Azwar, 2005).

Pendekatan tes ulang ini dapat dikatakan baik secara teori, namun dalam prakterknya mengandung kelemahan, yaitu kondisi subjek pada tes kedua tidak lagi sama dengan kondisi subjek pada tes pertama baik dari proses belajar, perubahan motivasi, pengalaman, sehingga pendekatan ini lebih baik digunakan bila objek ukur berupa keterampilan, terutama keterampilan fisik (Suryabrata, 2005). Menurut Azwar (2005), pendekatan tes ulang cocok digunakan hanya bagi tes yang mengukur aspek psikologis yang relatif stabil dan tidak mudah berubah.

(22)

Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas tes ulang adalah Pearson product-moment (Kumar, 2009).

c) Pendekatan tes paralel

Pendekatan reliabilitas bentuk paralel dilakukan dengan memberikan dua bentuk tes yang paralel pada sekelompok subjek, yaitu tes yang memiliki tujuan ukur yang sama dan isi aitem yang setara secara kualitas maupun kuantitas (Azwar, 2005). Pendekatan ini juga disebut sebagai alternate form yang digunakan untuk mengatasi kelemahan pendekatan tes ulang (Kumar, 2009). Asumsinya, dua tes yang paralel akan menghasilkan skor tes yang berkorelasi tinggi satu sama lain dan memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi.

Keuntungan pendekatan ini adalah dapat mengurangi efek-efek praktis yang mungkin terjadi pada tes ulang seperti proses belajar dan pengalaman, namun kelemahan pendekatan ini adalah sulitnya menyusun perangkat tes yang paralel (Kumar, 2009). Menurut Azwar (2005), dua tes yang paralel hanya ada secara teoritis, tidak benar-benar paralel secara empirik. Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas tes ulang adalah korelasi Pearson product moment (Azwar, 2005).

d) Pendekatan konsistensi internal

Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan satu bentuk tes dengan sekali penyajian kepada sekelompok subjek yang bertujuan melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes tersebut serta menghindari masalah- masalah pada pendekatan tes ulang dan paralel.

(23)

Seperangkat tes diberikan kepada sekelompok subjek satu kali sehingga diperoleh satu distribusi skor tes dari kelompok subjek tersebut. Untuk itu, prosedur analisis reliabilitasnya diarahkan pada analisis terhadap item-item atau terhadap kelompok-kelompok item dalam tes itu sehingga perlu dilakukan pembelahan tes menjadi beberapa kelompok item yang disebut belahan tes. Cara pembelahan tes disesuaikan dengan sifat dan fungsi tes serta jenis skala pengukuran yang digunakan dalam tes tersebut yang kemudian akan menentukan rumusan atau rumus yang dapat digunakan dalam menghitung koefisien reliabilitasnya.

Setiap cara pembelahan tes hendaknya mengusahakan agar antar belahan memiliki jumlah aitem sama banyak, indeks kesukaran seimbang, isi sebanding, dan tujuan ukur yang sama atau dalam artian pembelahan aitem memenuhi ciri-ciri paralel (Azwar, 2005).

2.3. Kisi – Kisi Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMK

Berdasarkan ujian nasional tingkat SMK tahun ajaran 2013/2014 maka terdapat kisi- kisi UN dari pusat pendidikan sebagai berikut menurut Awax (2014) :

No. Kompetensi Indikator

1

Membaca berbagai informasi tertulis dalam konteks bermasyarakat

Membaca gagasan pokok, simpulan, makna istilah, kalimat penjelas, pernyataan yang sesuia dengan isi paragraf.

Menentukan jenis laporan Menentukan isi petunjuk kerja

Menentukan isi riwayat hidup/ biografi Menentukan isi garfik/ matriks

(24)

Menentukan tanggapan logis dan

tanggapan yang sesuai dengan isi paragraph

Menentukan kata baku/ tidak baku, kata

bersinonim/ berantonim, kata bermakna

berkonotasi, kata bermakna proses/ hasil,

dan perubahan makna kata

Menentukan kalimat tanya yang sesuai

dengan konteks

Menentukan kalimat tanya yang berbentuk

opini/ fakta dalam paragraf

Menentukan makna/ ungkapan peribahasa

Menentukan tema dan majas dalam puisi

Menentukan amanat/cerpen

Menentukan latar dan tahapan alur novel/

Roman

Menentukan unsur ekstrinstik novel

Menentukan isi naskah drama,dan perwatakan

Tokoh

Menentukan penulisan kata, pilihan kata, dan

ungkapan kata

Menentukan pikiran penjelas, kalimat efektif,

kalimat yang menyatakan perbandingan, dan

susunan topik karangn

Menentukan tujuan, jenis kegiatan, dan sistematika

penulisan proposal

2

Menulis berbagai teks dalam

konteks masyarakat, membuat

parafrasa , menulis

Menentukan penuisan bagian - bagian surat, kalimat

pembuka, kalimat penutup, kalimat surat balasan, yang santun,

menentukan kalimat memo.

Menentukan isi surat berita keluargadan melengkapi paragraf dengan jenisnya Melengkapi bagian surat perjanjian jual beli Menentukankalimat pengumuman

Menyusun catatan kaki

Menentukan isi catatan hasil rapat Sumber: Dari pusat pendidikan

(25)
(26)

Sesuai dengan kerangka berfikir tersebut pada gambar 2.1, maka dapat di deskripsikan sebagai berikut:

Berdasarkan kisi- kisi ujian nasional bahasa Indonesia SMK tahun ajaran 2013/2014, maka terdapat dua faktor yaitu membaca dan menulis. Pada faktor pertama yaitu membaca berbagai informasi tertulis dalam kontek bermasyarakat. Dalam faktor membaca terdapat lima belas indikator yang setiap indikator benar- benar sesuai dengan masing- masing item. Pada indikator pertama yaitu, menentukan gagasan pokok, simpulan, makna istilah, kalimat penjelas, pernyataan yang sesuai dengan isi paragraf maka sesuai dengan item 1,2,3,4,5,49,50 menentukan jenis laporan sesuai dengan item 6, menentukan isi petunjuk kerja sesuai dengan item 7, menentukan isi riwayat hidup/ biogarafi sesuai dengan item 8, menentukan isi grafik/matriks sesuai dengan item 9,10, menentukan tanggapan logis dan tanggapan yang sesuai dengan isi paragraf sesuai dengan item 11,12.

Dalam menentukan kata baku/ tidak baku, kata bersinonim/ berantonim, kata bermakna proses/ hasil, dan perubahan makna kata sesuai dengan item 13,14,15,16, menentukan kalimat Tanya yang sesuai dengan konteks maka sesuai dengan item 17, menentukan kalimat yang berbentuk opini/ fakta dalam paragraf sesuai dengan item 18, menentukan makna ungkapan/ peribahasa sesuai dengan item 19, menentukan tema dan majas dalam puisi sesuai dengan item 20,21, menentukan amanat cerpen/ novel sesuai dengan item 22, menentukan latar dan tahapan alur novel/ roman sesuai dengan item 23,24, menentukan unsur ekstrinsik novel sesuai dengan item 25, menentukan isi naskah drama, dan perwatakan sesuai deangan item 26,27.

(27)

Pada faktor kedua yaitu menulis berbagai teks dalam konteks masyarakat, membuat parafrasa, menulis. Pada faktor menulis terdapat dua belas indikator yang sesuai dengan setiap masing- masing item. Pada indikator pertama yaitu menentukan penulisan kata, pilihan kata, dan ungkapan sesuai dengan item 28,29, menentukan pikiran penjelas, kalimat efektif, kalimat yang menyatakan hubungan perbandingan, dan susunan topik karangan sesuai dengan item 30,31,32,33, menentukan tujuan, jenis kegiatan, dan sistematika penulisan proposal sesuai dengan item 34, 35, 36, 48, menentukan penulisan bagian- bagian suat, kalimat pembuka, kalimat penutup, kalimat surat balasan yang santun sesuai dengan itm 37,38,39, menentukan kalimat memo maka sesuai dengan item 40, menentukan isi surat berita keluarga sesuai dengan item 41, melengkapi paragraf sesuai dengan jenisnya sesuai dengan item 42, melengkapi bagian- bagian surat kuasa sesuai dengan item 43, menentukan isi surat perjanjian jual beli sesuai dengan item 44, menentukan kalimat pengumuman sesuai dengan item 45, menyusun catatan kaki sesuai dengan item 46, menentukan isi catatan hasil rapat sesuai dengan item 47.

(28)
(29)

Sesuai dengan kerangka berfikir pada gambar 2.2 tersebut maka dapa di deskripsikan sebagai berikut:

Terdapat dua faktor yaitu membaca dan menulis. Pada faktor pertama yaitu membaca berbagai informasi tertulis dalam konteks bermasyarakat terdapat delapan item yang benar- benar sesuai (valid). Pada faktor kedua yaitu menulis berbagai teks dalam konteks masyarakat, membuat parafrasa, menulis terdapat enam item yang benar- benar sesuai (valid).

2.6 Hipotesis

Sesuai dengan kerangka berfikir dan gambar 2.2 diatas, dapat dinyatakan hipotesis:

1. Bahwa setiap item dalam masing- masing sub tes adalah benar- benar mengukur model satu faktor yaitu membaca, yang berarti semua item pada sub tes mengukur hanya satu kemampuan yang didefinisikan pada sub tes tersebut. Dan bahwa setiap item dalam masing- masing sub tes adalah secara signifikan megukur atau menghasilkan informasi tentang kemampuan pada sub tes tersebut.

2. Bahwa setiap item dalam masing- masing sub tes adalah benar- benar mengukur model satu faktor yaitu menulis, yang berarti semua item pada sub tes mengukur hanya satu kemampuan yang didefinisikan pada sub tes tersebut. Dan bahwa setiap item dalam masing- masing sub tes adalah secara signifikan megukur/ menghasilkan informasi tentang kemampuan pada sub tes tersebut.

Gambar

Gambar  2.1  Diagram  Klasifikasi    Tes  Menurut  Atribut  yang  Diungkap  (Azwar 2007)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Undang-Undang di Indonesia menyatakan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh remaja yang masih dibawah umur itu dilarang karena melanggar

Biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh petani pembenihan lele dumbo untuk membiayai kegiatan usaha pembenihannya. Biaya yang diperhitungkan dalam

Dari hasil wawancara dengan hakim Susanto Isnu Wahyudi, SH untuk mengetahui berbagai tindak perlindungan hukum terhadap korban pencabulan bahwa dengan adanya UU No.23 tahun

Data rekomendasi yang dihasilkan dalam sistem ini dilengkapi dengan jenis penyakit, gejala penyakit, cara pengobatan dan terapi penyembuhannya, sehingga user

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual. c Bagian efektif dari lindung nilai arus

Penelitian menunjukkan bahwa daya tarik iklan menunjukkan pengaruh terhadap citra merek dengan tingkat yang sedang sebesar 45,7% dan 54,3% lainnya dipengaruhi

terdapat beberapa fase yang mesti dilalui. Dimulai dari lahirnya peradaban tersebut yang disebut sebagai peradaban primitif atau nomaden, kemudian beralih ke fase

Pemerintahan Desa terdiri atas kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dan perangkat desa. Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat.