• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA

PUZZLE TERHADAP KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA

ANAK USIA SEKOLAH (6-12) TAHUN DI KECAMATAN JELBUK

KABUPATEN JEMBER

Ayu Soraya* dan Nikmatur Rohmah **

*Mahasiswa Prodi. S1 Keperawatan FIKES Universitas Muhammadiyah Jember (Ayuners26.yahoo.com).

**Dosen FIKES Universitas Muhammadiyah Jember ([email protected])

Abstract

Washing hands is rubbing the hand with soap together for the whole surface of hand concisely then it is runsed under the flow of water. This research use pre-expremental design with one group pre post test design with the purpose to identify the influence of healthy education with puzzle media for ability to wash hands for students of elementary school (6-12) years old. The population of this research is all of student from first grade to fifth grade who are in SDN Sukowiryo 1 with a sample of 43 respondens. That will be observed before and after have given healthy education with puzzle media. The technique of taking the sample uses strantified random sampling method. The instrument collecting data is an abservation paper. The process of intervention uses protocol intervention of healthy education with puzzle media. The expremental of statistic which is used is wilcoxon. The resurt of the research shows before getting the healthy education with puzzle media almost all respondens (95%) are not able to demonstrate washing hand, whereas, after getting healthy education with puzzle media respondens that are able to demonstrate wash hand is 40 respondens (93%). Analysis of influence which is gotten is P = 0,000 it means that there is an influence of helthy education with puzzle media for the ability to wash hands the students of elementary school (6-12) years old in Jelbuk district of Jember regency. So, playing puzzle method can be a media for healthy education to increase the ability of washing hand for children.

Key words : Health Education; Play Puzzle; Attitude school-age children; ARI. Bibliography : 19 (2000 - 2012)

Abstrak

Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan ringkas yang kemudian dibilas dibawah air mengalir. Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimental dengan rancangan one-group pre-post test design bertujuan untuk mengidendentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12) tahun. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1-5 yang ada di SDN Sukowiryo 1 dengan sampel sejumlah 43 responden yang akan diobservasi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling. Instrument dalam pengumpulan data berupa lembar observasi. Proses intervensi menggunakan protocol intervensi pendidikan kesehatan dengan media puzzle. Uji statistik yang digunakan yakni Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzzle hampir semua responden (95%) tidak mampu mendemonstrasikan

(2)

mencuci tangan, sedangkan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzzle responden yang mampu mendemonstrasikan mencuci tangan sebanyak 40 responden (93%). Analisis pengaruh didapatkan P=0,000 yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12) tahun di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Oleh karena itu metode bermain puzzle dapat dijadikan media pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan cuci tangan pada anak.

Kata kunci : Pendidikan Kesehatan; Bermain Puzzle; Mencuci Tangan; Anak Usia Sekolah.

Daftar pustaka : 22 (2001-2013)

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas hidup anak salah satunya ditentukan oleh penanaman perilaku kesehatan anak sejak dini. Perilaku anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan kesehatan ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak (Hendra. 2007). Perilaku kesehatan merupakan suatu respon sesorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, minuman, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Beberapa kebiasaan anak yang bisa memengaruhi perilaku kesehatan pada anak khususnya di sekolah yaitu kebiasaan mencuci tangan (Syamsu, 2002). Mencuci tangan saja adalah salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman

dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (Fewtrell, 2005).

Pengetahuan anak sekolah tentang mencuci tangan masih sangat sedikit (hanya 5%) untuk diajarkan agar anak mengerti dan memahami cara mencuci tangan dengan baik, sehingga bisa mencegah risiko terjadinya penyakit (Siswanto, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Desember tahun 2013 di Kecamatan Jelbuk, terdapat 70% anak tidak mencuci tangan sebelum makan maupun setelah makan, 30% anak yang mencuci tangan sebelum makan dan setelah makan namun tidak di air yang mengalir dan tidak menggunakan sabun, 40% anak yang tidak mencuci tangan setelah BAB dan

(3)

60% anak yang mencuci tangan setelah BAB namun tidak menggunakan sabun.

Menurut WHO (2002), mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah Penyakit diare dan ISPA. Berdasarkan kajian WHO, cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi angka diare hingga 47% (Lily, 2007). Siswanto (2009) juga berpendapat mencuci tangan pakai sabun yang tepat mengurangi risiko diare, flu burung, pneumonia, dan yang lain. Sangat efektif untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut. Penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak diseluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA.

Upaya untuk mensosialisasikan pentingnya mencuci tangan pada anak yang telah dilakukan saat ini adalah dengan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan seminar. Metode ini memiliki kelemahan yaitu tidak sesuai dengan usia anak-anak sehingga sulit menerima pesan yang disampaikan. Seharusnya pendidikan kesehatan pada

anak diperlukan sebuah metode yang sesuai dengan usia anak. Menurut Caruana (1971) dalam Notoatmodjo (2003), metode yang dianggap paling efektif di dalam usaha pendidikan kesehatan khususnya pada anak-anak adalah metode bermain puzzle. Metode bermain puzzle adalah media permainan anak yang menarik dan menyenangkan akan merubah dan meningkatkan kemampuan untuk berperilaku sehat pada anak. Alat permainan untuk pendidikan usia anak-anak harus dirancang dengan baik agar lebih menarik daripada permainan yang tidak didesain sebab anak-anak biasanya menyukai alat permainan dengan bentuk yang sederhana dan tidak rumit yang disertai dengan warna dan bentuk yang menarik yang salah satunya adalah media puzzle.

Jika permasalahan diare dan ISPA yang disebabkan karena tidak mencuci tangan tidak di dukung dengan upaya pendidikan kesehatan, maka kemungkinan akan menimbulkan kerugian diantaranya; perilaku yang tidak sehat sehari yang akan tersimpan dimemori otak anak kemudian akan menjadi kebiasaan hingga dewasa nanti,

(4)

sehingga kemudian berisiko mortalitas balita meningkat karena perilaku yang tidak sehat menimbukan suatu penyakit sehingga penting untuk diteliti pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12) tahun Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimental dengan rancangan yang digunakan adalah one-group pre-post test design yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap kemampuan anak mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12) tahun di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Peneliti melakukan observasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

diobservasi lagi setelah dilakukan intervensi. Penelitian dilakukan di SDN Sukowiryo 01 dengan jumlah sample sebanyak 43 responden. Teknik sampling menggunakan probability sampling dengan metode stratified random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan pada variabel independen (Pendidikan Kesehatan) adalah SOP dan Puzzle. Sedangkan pada variabel dependen (Kemampuan Mencuci Tangan) adalah lembar observasi. Analisa data penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05).

HASIL PENELITIAN

Hasil pengumpulan data pada 43 siwa SDN Sukowiryo 01 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1

Distribusi Frequensi

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Puzzle Terhadap Kemampuan Mencuci Tangan Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Di SDN Sukowiryo 1

Kec. Jelbuk Kab. Jember

No Kelompok Mencuci Tangan Jumlah P

Value Tidak Mampu Mampu

1 Sebelum 41 (95%) 2 (4%) 43 (100%)

0.000 2 Sesudah 3 (6%) 40 (93%) 43 (100%)

(5)

Hasil uji statistik Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle dengan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 maka dengan demikian ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) di SDN Sukowiryo 1 Kec. Jelbuk Kab. Jember.

Berdasarkan penilaian kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12) Tahun sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan media bermain puzzle dapat dijelaskan bahwa sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzzle yang mampu mendemonstrasikan mencuci tangan yaitu sebanyak 2 responden (4%) sedangkan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzzle yang mampu mendemonstrasikan mencuci tangan yaitu sebanyak 40 responden (93%).

PEMBAHASAN

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap

kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) di SDN Sukowiryo 1 Kec. Jelbuk Kab. Jember.

Peneliti berpendapat bahwa kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12) Tahun yang signifikan dari tidak mampu mendemontrasikan mencuci tangan menjadi mampu mendemontrasi kan mencuci tangan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle dikarenakan adanya alat bantu peraga yang berupa puzzle yang banyak disukai oleh anak-anak. Selain itu metode yang di gunakan juga sesuai dengan anak usia sekolah. Selain mendapatkan pengetahuan tentang mencuci tangan, bermain juga merupakan kebutuhan untuk melanjut kan perkembangan pada anak, melatih motorik halus anak pada saat bermain puzzle yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan pada saat anak menyusun puzzle, permainan puzzle juga dapat membantu anak memecahkan masalah sendiri dengan mencari jawaban yang tepat dan sesuai. Dengan bermain puzzle tanpa disadari anak akan belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya puzzle dapat tersusun membentuk gambar maka

(6)

bagian-bagian puzzle harus disusun secara hati-hati. Kegiatan anak dalam kehidupan sehari-hari yang secara aktif menggunakan jari-jari tangannya misalnya, mencuci tangan. Perlu diingat bahwa kegiatan mencuci tangan tidak pernah lepas dari otot-otot kecilnya khususnya tangan dan jari-jari tangan yang selalu aktif maka pemainan puzzle sangat cocok untuk memacu keterampilan motorik halus pada anak.

Permainan yang bersifat mendidik juga disebut dengan alat permainan edukatif (APE) adalah permainan yang fungsinya mengoptimalkan perkembangan anak, dan hal ini disesuaikan dengan tingkat dan usia perkembangan anak. Manfaatnya adalah sebagai aspek perkembangan fisik, yaitu kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang tingkat pertumbuhan anak. Selain itu, alat permainan edukatif juga berfungsi sebagai pengembangan bahasa anak, dengan melatih berbicara, dan menggunakan kalimat yang benar (Adriana, 2011).

Salah satu permainan edukatif adalah permainan puzzle, puzzle juga dapat disebut alat permainan edukatif karena

didalam permainan puzzle terdapat unsur yang bersifat mendidik, yaitu dapat melatih daya ingat anak, mengenalkan anak dengan berbagai gambar, warna dan bentuk karakter yang banyak disenangi anak dan juga banyak manfaat bermain puzzle.

Pendidikan kesehatan pada masa usia sekolah sangat penting untuk peroleh tingkah laku dan praktik kesehatan pada masa dewasa. Pada masa ini masih terjadi perkembangan kognitif sehingga pendidikan kesehatan yang efektif harus sesuai. Promosi praktika kesehatan merupakan tanggung jawab keperawatan. Pendidikan kesehatan sering dilakukan disekolah. Pendidikan yang efektif akan mengajari anak tentang tubuhnya dan dampak pilihan yang mereka ambil terhadap kesehatan mereka Hockenberry dan Wilson (2007) dalam Potter dan Perry (2010).

Dalam pendidikan kesehatan, alat bantu pengajaran atau alat peraga sangat membantu sasaran didik dalam menerima informasi berdasarkan kemampuan penangkapan pancaindra. Semakin banyak indra yang digunakan semakin baik penerimaan sasaran didik

(7)

terhadap pesan atau materi pendidikan kesehatan (Suliha et all, 2001). Dengan memberikan pendidikan metode bermain puzzle ini anak-anak akan lebih tertarik dengan materi yang disampaikan, serta merangsang sasaran pendidikan kesehatan untuk meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain.

Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan p value = 0,000 <0,05 yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) di SDN Sukowiryo 1 Kec. Jelbuk Kab. Jember.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12) Tahun sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan media bermain puzzle dapat dijelaskan bahwa sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzzle yang mampu mendemonstrasikan mencuci tangan yaitu sebanyak 2 responden (4%) sedangkan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzzle yang mampu mendemonstrasikan

mencuci tangan yaitu sebanyak 40 responden (93%).

IMPLIKASI TERHADAP

PELAYANAN KEPERAWATAN Penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah di SDN Sukowiryo 1 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pendidikan kesehatan media bermain terhadap kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah.

Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan media bermain memiliki efektifitas yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah, ada pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan dengan media bermain terhadap peningkatan kemampuan mencuci tangan. Peningkatan yang signifikan ditunjukkan dengan adanya peningkatan kemampuan sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media bermain dan setelah pendidikan kesehatan dengan media bermain.

(8)

Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada pelayanan kesehatan di sekolah yang merupakan metode pembelajaran yang baik dalam meningkatkan kebiasaan hidup sehat bagi anak usia sekolah maupun bagi masyarakat luas.

KESIMPULAN

1. Anak usia sekolah (6-12) tahun sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzzle yang mampu mendemontrasikan mencuci tangan yaitu hampir semua responden (95%) yang tidak mampu mendemonstrasikan mencuci tangan.

2. Anak usia sekolah (6-12) tahun sertelah mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzzle yang mampu mendemontrasikan mencuci tangan yaitu sebanyak 40 responden (93%).

3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12) tahun di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang Anak. Denpasar : Salemba Medika.

Depkes. (2005). Mencuci tangan pada

air mengalir dapat

mengurangi kasus penyakit diare.

http://www.depkes.go.id/. diperoleh tanggal 6 januari 2014

Fewtrell Lorna, Kaufmann R.B., Kay D., Enanoria W., Haller L., dan Colford J.M.C., Jr . (2005). "Water, sanitation, and hygiene interventions to reduce diarrhoea in less developed countries: A systematic review and meta analysis." The Kancet Infectious Diseases, Vol. 5, Issue 1:42-52. Also, Curtis, V. and Cairncross, S. 2003. "Effect of washing hands with soap on diarrhoea risk in the community: A systematic review." The Lancet Infetious Diseases, Vol.3, May 2003, pp 275-281.

Hendra. (2007). Permasalahan Umum

Kesehatan Anak Usia

Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hakim. (2010). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

(9)

Kuswoyo. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Bermain Puzzle Terhadap Sikap Anak Usia Sekolah (6-12) Tahun Tentang Penyakit

ISPA di Kecamatan

Ledokombo kabupaten

Jember. Universitas

Muhammdiyah Jember.

Mishbach, A. (2010). Pengaruh Permainan Edukatif bagi Perkembangan Anak Usia Sekolah di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Bandung: Universitas Padjajaran.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi

Kesehatan dan Ilmu

Perilaku. Jakarta:

PT.RinekaCipta.

. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

.(2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Nursalam & Efendi, F. (2008) .

Pendidikan Dalam

Keperawatan. Jakarta: salemba Medika.

. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman

Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nurjanah, I. (2012). Pengaruh

Pendidikan Kesehatan

dengan Metode Bermain Puzzle TerhadapMotivasi

Pencegahan Penyakit

Cacingan Pada Anak Usia

Sekolah. Universitas

Muhammdiyah Jember.

Potter dan Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Pramono. (2008). Efektifitas Alat Permainan Edukatif Puzzle Terhadap Perkembangan Motorik HalusPada Anak

Usia 4 7 Tahun

Berdasarkan DDST.

Universitas Diponegoro

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan

Riset Keperawatan.

yogyakarta: Graha Ilmu.

Siswanto, Hadi. (2010). Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Rn D. Bandung: Alfabeta

Suliha, U. (2001). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan. Jakarta :EGC

Syamsu. (2002). Upaya Peningkatan Kenersihan Perorangan Pada Anak Prasekolah

Melalui Buku Cerita

Kontemporer. Jurnal Ners Vol 5 No 1. Jakarta.

WHO. (2002). Reducing risks, promoting healthy life. The World Health Report 2002, pp. 230, WHO, Geneva.

(10)
(11)

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian kekuatan tarik dan uji impak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik suatu material seperti kekuatan tarik, tegangan luluh,

Kegiatan pemanenan kayu yang meliputi kegiatan penebangan pohon, penyaradan dan pengangkutan secara simultan merupakan faktor penyebab kerusakan tegakan tinggal

muslupaa marraskuussa 2014 ja sain tutkimusluvan joulukuussa 2014. Aloitin aineiston- keruun Duurissa joulukuussa 2014 ja tiedonkeruun lopetin helmikuussa 2015. Olin sopi- nut

Pada pengujian kedua di lokasi kedua yaitu di taman sampangan semarang, saat 30 menit pertama setelah alat dinyalakan, data yang didapat adalah sebagai berikut,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Transparansi Pegawai dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Nunukan sudah

plantarum perlu dikombinasikan dengan ekstrak kasar bakteriosin dari bakteri lain yang memiliki kemampuan penghambatan terhadap kapang sehingga lebih optimal...

BIC merupakan salah satu cara untuk bisa membentuk koordinasi antar tiga lembaga yaitu pemerintah, universitas, dan industri yang nantinya bisa memberikan nilai tambah

membeli produk-produk yang sesuai dengan trend yang sedang berkembang, dimana remaja putri akan lebih mudah untuk mengeluarkan uang dalam mem- beli produk-produk fashion