• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN AHLI PELEDAKAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN AHLI PELEDAKAN PEKERJAAN KONSTRUKSI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN

AHLI PELEDAKAN

PEKERJAAN KONSTRUKSI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

(2)

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan berbagai macam kegiatan selalu berhadapan dengan kenyataan yang harus diatasi dan diselesaikan dengan baik, misalnya pekerjaan konstruksi bendungan memerlukan batuan pengguruk pembentuk bendungan yang sangat banyak, konstruksi saluran irigasi terpaksa harus melintasi gunung yang perlu terowongan, pekerjaan konstruksi jalan harus melintasi gunung yang perlu penanganan khusus dan dipotong.

Menghadapi kenyataan medan lokasi dan kondisi yang ada sedemikian rupa, kiranya perlu suatu upaya penyelesaian konstruksi yang melibatkan para ahli, antara lain Ahli peledakan yang dimanfaatkan untuk memotong gunung atau membuat terowongan dibawah gunung atau dibawah dataran tinggi untuk saluran irigasi atau untuk jalan.

Modul BLE – 08 = Evaluasi Peledakan dan Pelaporan, merupakan salah satu modul/ materi pelatihan untuk melatih atau membentuk ahli peledakan yang bermutu, mampu dan mau melakukan evaluasi kegiatan peledakan dan membuat laporan sebagai dasar untuk penyempurnaan peledakan dimasa mendatang.

Dimaklumi bahwa modul ini masih banyak kekurangan dan perlu koreksi dan sumbang saran untuk penyempurnaan, maka bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penuh harapan berkenan menyampaikan saran dan pendapatnya untuk penyempurnaan.

(3)

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : AHLI PELEDAKAN

TUJUAN PELATIHAN : A. Tujuan Umum Pelatihan

Setelah mengikuti peserta diharapkan mampu :

Merencanakan, menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi peledakan pada lokasi peledakan yang mengacu kepada teknologi dan peraturan perundang-undangan yang berwawasan keselamatan, kesehatan, keamanan dan pelestarian lingkungan hidup sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

B. Tujuan Khusus Pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan peraturan perundang-undangan / ketentuan-ketentuan yang berkaitan peledakan

2. Menguasai lokasi medan peledakan

3. Merencanakan pola pengeboran dan peledakan

4. Menyiapkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pengeboran 5. Menyiapkan, mengawasi dan melakukan pelaksanaan peledakan 6. Mengevaluasi setiap hasil peledakan dan membuat laporan

Seri / Judul Modul = BLE – 08 : Evaluasi Peledakan dan Pelaporan

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta mampu melakukan evaluasi kegiatan peledakan secara tepat dan akurat sesuai dengan prosedur, teknologi dan peraturan perundang-undangan serta cita-cta dan tujuan yang ditentukan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah modul ini diajarkan, peserta mampu :

1. Mengevaluasi dan laporan penerapan peraturan perundang-undangan 2. Mengevaluasi hasil peledakan dan pengeboran

3. Membuat laporan penggunaan bahan peledakan 4. Membuat laporan peledakan

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR TUJUAN ...ii

DAFTAR ISI ... iii

DESKRIPSI SINGKAT DAN DAFTAR MODUL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

PANDUAN PEMBELAJARAN ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Umum ... 1-1 1.2 Maksud dan Tujuan Evaluasi dan Pelaporan... 1-1

BAB 2 EVALUASI PENERAPAN PERATURAN TERKAIT PELEDAKAN

2.1 Umum... 2-1 2.2 Gudang Bahan Peledak ... 2-1 2.3 Persyaratan Gudang Bahan Peledak di Permukaan Tanah... 2-4 2.4 Persyaratan Gudang Bahan Peledak dibawah Tanah ... 2-8 2.5 Tata Cara Penyimpanan Bahan Peledak... 2-9 2.6 Pengangkutan ... 2-17 2.7 Peledakan ... 2-17

BAB 3 EVALUASI DAN PELAPORAN PELEDAKAN

3.1 Umum ... 3-1 3.2 Evaluasi dan Pelaporan Pengeboran ... 3-1 3.3 Evaluasi proses pengeboran ... 3-4 3.4 Evaluasi kegiatan operasional peledakan... 3-7 3.5 Pelaporan Peledak ... 3-11 3.6 Tindak lanjut evaluasi dan pelaporan... 3-12

BAB 4 PELAPORAN PENGGUNAAN LOGISTIK DAN PERALATAN

4.1 Umum ... 4-1 4.2 Peran Administrasi Logistik ... 4-1 4.3 Laporan Penggunaan Peralatan... 4-19

4.3.1 Umum ... 4-19 4.3.2 Jenis Laporan ... 4-19 4.3.3 Isi Laporan ... 4-20

(5)

4.3.4 Bentuk Laporan... 4-21 4.3.5 Mengisi Laporan ... 4-21 4.3.6 Penyampaian Laporan ... 4-21 4.3.7 Laporan K3 ... 4-22 4.3.8 Perhatian bagi Operator Peralatan... 4-24 4.3.9 Contoh Laporan ... 4-24 4.4 Tindak lanjut hasil evaluasi dan pelaporan ... 4-24

RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA

(6)

DESKRIPSI SINGKAT

PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli Peledakan“ dibakukan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-batasan penilaian serta variabel-variabelnya.

2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan : pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-modul pelatihan seperti tercantum dalam „DAFTAR MODUL“ dibawah ini yang dipergunakan sebagai bahan pembelajaran dalam pelatihan „Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi“.

DAFTAR MODUL

No. Kode Judul Modul

1. BLE – 01 UUJK, Etos Kerja dan Etika Profesi

2. BLE – 02 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Peledakan

3. BLE – 03 Manajerial Dalam Kegiatan Peledakan

4. BLE – 04 Karakteristik Material yang akan Diledakan

5. BLE – 05 Perencanaan Peledakan

6. BLE – 06 Pola Pengeboran

7. BLE – 07 Pola Peledakan

(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

PANDUAN PEMBELAJARAN

A. BATASAN

No. Item Batasan Uraian

Keterangan

1. Seri / Judul BLE – 08 = Evaluasi Peledakan dan

Pelaporan

2. Deskripsi Materi ini dikembangkan untuk membekali

peserta pelatihan tentang „Evaluasi Peledakan dan Pelaporan“ yang merupakan dasar mata pelatihan „Inti Keahlian“ yang harus dikuasai untuk dipraktekkan dalam pelaksanaan tugas sebagai ahli peledakan, sehingga tingkat kompetensinya dapat diukur secara jelas dan lugas yaitu : mampu dan mau melakukan evaluasi peledakan secara komprehensif.

Selain modul ini, masih ada modul-modul lainnya yang merupakan unsur-unsur dalam satu kesatuan paket pelatihan yang juga harus dikuasai dan diterapkan dalam pelaksanaan tugas.

3. Tempat kegiatan Didalam ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya

4. Waktu

pembelajaran

4 jam pembelajaran (1 jp = 45 menit) atau sampai tercapainya minimal kompetensi yang telah ditentukan

(9)

B. PROSES PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah pembukaan :  Menjelaskan/ pengantar

modul

 Menjelaskan TIK dan TIU, pokok/ sub pokok bahasan

 Merangsang motivasi dan minat peserta untuk mengerti dan dapat membandingkan pengalamannya  Waktu = 15 menit

 Mengikuti penjelasan pengantar TIU, TIK dan pokok/ sub pokok bahasan

 Mengajukan pertanyaan, apabila kurang jelas

OHT1

2. Penjelasan Bab I Pendahuluan  Umum

 Maksud dan Tujuan Waktu = 10 menit

 Mengikuti penjelasan dan terangsang untuk berdiskusi  Mencatat hal-hal penting  Mengajukan pertanyaan bila

perlu OHT2 3. Penjelasan Bab 2 Evaluasi Penerapan Peraturan terkait Peledakan  Umum  Gudang peledak  Persyaratan gudang  Persyaratan gudang bawah tanah  Waktu = 45 menit

 Mengikuti penjelasan dan terangsang untuk berdiskusi  Mencatat hal-hal penting  Mengajukan pertanyaan bila

perlu

(10)

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

4. Penjelasan

Bab 3 Evaluasi dan Pelaporan Peledakan  Umum

 Evaluasi dan pelaporan pengeboran  Evaluasi proses pengeboran  Evaluasi operasional peledakan  Pelaporan peledakan  Waktu = 30 menit

 Mengikuti penjelasan dan terangsang untuk berdiskusi  Mencatat hal-hal penting  Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT4

5. Penjelasan Bab 4 Pelaporan Penggunaan Logistik dan Peralatan  Umum

 Administrasi Logistik  Laporan Peralatan  Laporan K3  Waktu = 30 menit

 Mengikuti penjelasan dan terangsang untuk berdiskusi  Mencatat hal-hal penting  Mengajukan pertanyaan bila

perlu OHT5 6. Rangkuman  Rangkuman  Diskusi  Tanya jawab  Waktu : 30 menit

 Peserta diberi kesempatan berdiskusi / tanya jawab dan

(11)
(12)

1 - 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Segala kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang menggunakan sumber daya termasuk alat-alat berat baik yang menyangkut pengoperasian maupun pemeliharaan dievaluasi dan harus dapat diinformasikan kepada semua pihak yang terkait dengan pengelolaan kegiatan dan sumber daya mulai dari pimpinan/ manajer sampai tingkat pelaksana dan pengawas di lapangan.

Seorang ahli peledakan yang telah berhasil melaksanakan tugasnya mengoperasikan peledakan dengan baik tiap hari, akan dapat diketahui dengan benar oleh atasan langsungnya bila tenaga ahli tersebut telah memberikan laporan secara tepat dan benar.

Sebaliknya seorang ahli yang mungkin tidak setiap hari berada di lapangan akan mendapatkan informasi yang benar tentang prestasi bawahnya dan operatornya dan kehandalan peralatan yang dioperasikan di lapangan bila telah ada laporan dari petugas dibawahnya. Dan laporan yang sampai tersebut bersumber dari laporan harian, mingguan atau bulanan yang dibuat oleh bawahan yang memiliki disipin tinggi.

Dalam masalah laporan ini faktor yang penting untuk diperhatikan adalah informasi yang disampaikan harus benar, lengkap dan disampaikan tepat waktu dikirim kepada orang/ pejabat atau organisasi yang tepat.

1.2 Maksud dan Tujuan Evaluasi dan Laporan

Laporan operasi dibuat dengan maksud untuk dapat mencatat semua kegiatan dan kondisi alat-alat berat setiap harinya sehingga dapat diketahui dengan pasti bahwa penggunaan bahan dan peralatan serta metoda pelaksanaannya dioperasikan dengan benar untuk dapat berproduksi secara optimal.

Dengan adanya laporan operasi dari tangan pertama yaitu : operator, maka dapat diadakan tindak lanjut berupa penyusunan laporan berikutnya berupa laporan mingguan atau bulanan yang akan menjadi bahan masukan utama bagi manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan.

Disisi lain dengan adanya laporan operasi yang benar dan sampai ke tangan pejabat terkait tepat waktu, maka secepatnya dapat dilakukan tindak turun tangan terhadap masalah yang timbul di lapangan dan belum dapat diatasi secara langsung oleh pejabat di lapangan.

(13)

BAB 2

EVALUASI PENERAPAN PERATURAN TERKAIT PELEDAKAN

2.1 Umum

Kegiatan pembangunan yang menggunakan bahan peledak perlu ketelitian, kecermatan dan kehati-hatian yang sangat serius dan penuh tanggung jawab. Karena bahan peledak dapat disalah gunakan untuk kepentingan-kepentingan lain.

Untuk menjamin dan menjaga jangan sampai terjadi penyimpangan penggunaan bahan peledak telah banyak peraturan perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan yang diterbitkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang perlu diketahui dipahami dan diterapkan secara konsisten dan disiplin.

Salah satu contoh peraturan perundang-undangan yang menyangkut bahan peledak dan peledakan yang dapat dipergunakan adalah : Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555 K/26/MPE/1995, tanggal 22 Mei 1995 tentang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum, perlu dievaluasi penerapannya dan dibuat laporannya.

2.2 Gudang Bahan Peledak

Bahan peledak harus disimpan pada gudang khusus untuk bahan peledak yang memiliki persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, meliputi perizinan, persyaratan fisik gudang, jenis-jenis gudang bahan peledak, jarak aman dari fasilitas umum, dan tata cara penyimpanan bahan peledak dalam gudang, perlu di evaluasi pelaksanaannya, berikut ini daftar simak evaluasi penerapan peraturan perundang-undangan.

a. Izin gudang bahan peledak

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Bahan peledak yang disimpan di tambang hanya pada gudang yang telah mempunyai izin dengan kapasitas tertentu.

(2) Bahan peledak yang digunakan untuk kegiatan lain harus mendapat persetujuan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

(3) Permohonan izin gudang bahan peledak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus melampirkan:

(14)

1 : 100

b. gambar situasi gudang bahan peledak dengan skala 1 : 5000 yang memperhatikan jarak aman

(4) Permohonan izin gudang bahan peledak di bawah tanah harus dilengkapi dengan peta dan spesifikasi yang memperhatikan rancang bangun dan lokasi gudang bahan peledak.

(5) Detonator tidak boleh disimpan dalam gudang yang sama dengan bahan peledak lainnya

(6) Persyaratan untuk mendapatkan izin gudang bahan peledak ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang

(7) Masa berlaku izin gudang bahan peledak sesuai yang diterbitkan yang berwenang.

b. Ketentuan umum gudang bahan peledak

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Gudang bahan peledak di permukaan tanah harus memenuhi jarak aman terhadap lingkungan.

(2) Apabila dua atau lebih gudang berada pada satu lokasi setiap gudang harus memenuhi jarak aman minimum (3) Apabila dua atau lebih gudang yang jaraknya tidak

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), jarak aman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberlakukan terhadap jumlah keseluruhan bahan peledak yang disimpan dalam kesatuan atau kelompok gudang tersebut.

c. Pengamanan gudang bahan peledak

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Setiap gudang bahan peledak harus dilengkapi dengan: a. thermometer yang ditempatkan di dalam ruang

penimbunan;

b. tanda “dilarang merokok” dan “dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan”;

(15)

c. hanya satu jalan masuk; dan

d. alat pemadam api yang diletakkan ditempat yang mudah dijangkau di luar bangunan gudang.

(2) Sekitar gudang bahan peledak harus dilengkapi lampu penerangan dan harus dijaga 24 jam terus menerus oleh orang yang dapat dipercaya. Rumah jaga harus dibangun di luar gudang dan dapat untuk mengawasi sekitar gudang dengan mudah.

(3) Sekeliling lokasi gudang bahan peledak harus dipasang pagar pengaman yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dikunci.

(4) Untuk masuk ke dalam gudang hanya diperbolehkan menggunakan lampu senter kedap gas.

(5) Dilarang memakai sepatu yang mempunyai alas besi, membawa korek api atau barang-barang lain yang dapat menimbulkan bunga api ke dalam gudang.

(6) Sekeliling gudang bahan peledak peka detonator harus dilengkapi tanggul pengaman yang tingginya 2 (dua) meter dan lebar bagian atas 1 (satu) meter dan apabila pintu masuk berhadapan langsung dengan pintu gudang, harus dilengkapi dengan tanggul sehingga jalan masuk hanya dapat dilakukan dari samping.

(7) Apabila gudang bahan peledak dibangun pada material kompak yang digali, maka tanggul yang terbentuk pada semua sisi harus sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6).

(8) Apabila ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) untuk gudang Amonium Nitrat dan ANFO, berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. gudang dengan kapasitas kurang dari 5.000 kilogram pada bagian dalamnya harus dipasang pemadam api otomatis yang dipasang pada bagian atas, dan

b. gudang dengan kapasitas 5.000 kilogram atau lebih harus dilengkapi dengan hidran yang dipasang di luar gudang yang dihubungkan dengan sumber air bertekanan.

(16)

2.3 Persyaratan gudang bahan peledak di permukaan tanah a. Pengaturan ruangan

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Gudang berbentuk bangunan untuk menyimpan bahan peledak peka detonator harus terdiri dari:

a. ruangan belakang untuk penyimpanan bahan peledak, dan;

b. ruangan depan untuk penerimaan dan pengeluaran bahan peledak.

(2) Pintu ruangan belakang tidak boleh berhadapan langsung dengan pintu ruangan depan dan kedua pintu tersebut dilengkapi kunci yang kuat.

(3) Ruangan gudang bahan peledak dari jenis lainnya dapat terdiri dari satu ruangan tetapi harus disediakan tempat khusus untuk pemeriksaan dan atau menghitung bahan peledak yang letaknya berdekatan tetapi tidak menjadi satu dengan gudang tersebut.

b. Gudang bahan peledak sementara

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Gudang bahan peledak peka detonator : a. Gudang berbentuk bangunan:

1) dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar; 2) dibuat dari atap seringan mungkin;

3) dibuat dengan dinding yang pejal;

4) dilengkapi dengan lubang ventilasi pada bagian atas dan bawah;

5) mempunyai hanya satu pintu;

6) dilengkapi dengan alat penangkal petir dengan resistans pembumian lebih kecil dari 5 ohm; 7) bebas kebakaran dalam radius 30 meter;

8) lantai gudang terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan percikan bunga api; dan

9) tidak boleh ada besi yang tersingkap sampai 3 meter dari lantai.

(17)

b. Gudang berbentuk kontener:

1) terbuat dari pelat logam dengan ketebalan minimal 3 milimeter;

2) dilengkapi dengan lubang ventilasi pada bagian atas dan bawah;

3) dilapisi dengan kayu pada bagian dalam;

4) dibuat sedemikian rupa sehingga air hujan tidak dapat masuk;

5) mempunyai satu pintu; dan

6) dilengkapi dengan alat penangkal petir dengan resistans pembumian lebih kecil dari 5 ohm; c. Kapasitas gudang bahan peledak sementara tidak

boleh lebih dari:

1) 4.000 kilogram untuk gudang berbentuk

bangunan;

2) 2.000 kilogram untuk gudang berbentuk kontener. (2) Gudang bahan peledak peka primer :

a. gudang berbentuk bangunan harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1), kecuali huruf a butir 3) dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari 10.000 kilogram; dan

b. gudang berbentuk kontener harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1), kecuali huruf b butir 3) ini dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari 5.000 kilogram.

(3) Gudang bahan ramuan bahan peledak :

a. gudang berbentuk bangunan harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1), kecuali huruf a butir 3) dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari 10.000 kilogram; dan

b. gudang berbentuk kontener harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1), kecuali huruf b butir 3) ini dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari 10.000 kilogram.

(18)

c. Gudang transit

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Bahan peledak peka detonator tidak boleh disimpan dalam gudang bahan peledak transit dan harus langsung dismpan dalam gudang utama.

(2) Gudang bahan peledak peka primer :

a. gudang berbentuk bangunan harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 56 ayat (1) kecuali huruf a butir 8) peraturan ini dan mempunyai tidak lebih dari 500.000 kilogram; dan b. gudang berbentuk kontener harus memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 56 ayat (1) kecuali huruf b butir 3).

(3) Gudang bahan ramuan bahan peledak :

a. gudang berbentuk bangunan harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 56 ayat (1) kecuali huruf a butir 3) dan 8); dan

b. gudang berbentuk kontener atau tangki hanya boleh ditempatkan pada lokasi yang telah mendapat izin Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dan bahan ramuan bahan peledak tersebut harus tetap tersimpan dalam kemasan aslinya. Kapasitas tiap kontener atau tangki tidak lebih dari 20.000 kilogram dan kapasitas tiap daerah penimbunan tersebut tidak boleh lebih dari 2.000.000 kilogram.

(4) Gudang berbentuk bangunan untuk bahan ramuan bahan peledak harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 56 ayat (1) kecuali huruf a butir 3) dan 8) dengan ketentuan tambahan :

a. (i) lantai tidak terbuat dari kayu atau bahan lain yang dapat menyerap lelehan Amonium Nitrat;

(ii) bangunan dan daerah sekitarnya harus kering; dan

(iii) bagian dalam gudang serta palet tidak boleh menggunakan besi galvanisir, seng, tembaga atau timah hitam

(19)

b. Kapasitas gudang tidak boleh lebih dari 2.000.000 kilogram.

d. Gudang utama

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Gudang penyimpanan bahan peledak peka detonator harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 56 ayat (1) kecuali huruf a dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari 150.000 kilogram.

(2) Gudang bahan peledak peka primer harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 56 ayat (1) kecuali huruf a dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari 500.000 kilogram.

(3) Gudang bahan ramuan bahan peledak :

a. untuk gudang berbentuk bangunan harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 56 ayat (1) kecuali huruf a butir 3) dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari 500.000 kilogram;

b. untuk gudang berbentuk tangki harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) tangki tidak boleh terbuat dari bahan tembaga, timah hitam, seng atau besi galvanisir;

2) pada bagian atas harus tersedia bukaan sebagai lubang pemeriksaan dan harus tersedia tempat

khusus bagi operator untuk melakukan

pemeriksaan;

3) pipa pengeluaran harus tereletak pada bagian bawah; dan

4) pada bagian atas harus tersedia katup untuk pengeluaran tekanan udara yang berlebihan. c. untuk gudang berbentuk kontener harus memenuhi

persyaratan sebagai-mana dimaksudkan dalam pasal 56 ayat (1) kecuali huruf b butir 3).

(20)

e. Jarak aman

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Cara penetapan jarak aman gudang peka detonator ditentukan sebagai berikut:

a. setiap 1.000 detonator No. 8 setara dengan 1 (satu) kilogram bahan peka detonator. Untuk detonator yang kekuatannya melebihi detonator No. 8 harus disesuaikan laagi dengan ketentuan pabrik pembuatnya;

b. setiap 330 meter sumbu ledak dengan spesifikasi 50 sampai dengan 60 grain setara dengan 4 kilogram. (2) Jarak aman gudang sebagaimana dimaksud dalam pasal

53 ayat (1), 56 ayat (1) dan pasal 58 ayat (1)

2.4 Persyaratan gudang bahan peledak di bawah tanah a. Konstruksi dan lokasi gudang di bawah tanah

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Gudang di bawah tanah harus dibangun di lokasi yang kering, bebas dari kemungkinan bahaya api, jauh dari jalan masuk udara utama, terlindung dari kemungkinan kejatuhan batuan dan banjir serta harus terpisah dari tempat kerja di tambang.

(2) Konstruksi gudang harus cukup kuat dan mempunyai dinding yang rata serta dilengkapi dengan lubang ventilasi dan aliran udara yang cukup.

(3) Lokasi gudang di bawah tanah dalam garis lurus sekurang-kurangnya berjarak:

a. 100 meter dari sumuran tambang atau gudang bahan peledak di bawah tanah lainnya;

b. 25 meter dari tempat kerja;

c. 10 meter dari lubang naik atau lubang turun untuk orang dan peng-angkutan; dan

(21)

b. Pengaturan ruangan

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Gudang di bawah tanah harus memenuhi persyaratan berikut ini :

a. kering dan datar;

b. hanya mempunyai satu pintu yang kuat dan dapat dikunci jalan masuk dan dilengkapi dengan pintu yang kuat dan dapat dikunci; dan

c. mempunyai dua ruangan yang dihubungkan dengan pintu yang dapat dikunci:

1) ruang depan dekat pintu masuk digunakan untuk penerimaan dan pengeluaran atau pengambilan bahan peledak, memeriksa dan menghitung bahan peledak yang akan dipakai, ruangan ini harus dilengkapi dengan loket atau meja dan buku catatan bahan peledak; dan

2) ruangan belakang harus cukup luas dan hanya digunakan untuk menyimpan bahan peledak

2.5 Tata cara penyimpanan bahan peledak a. Persyaratan umum

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Bahan peledak harus disimpan dalam kemasan aslinya dan dicantumkan tanggal penyerahan bahan peledak tersebut ke gudang, tulisan harus jelas pada kemasannya dan mudah dibaca tanpa memindahkan kemasan.

(2) Detonator harus tersimpan terpisah dengan bahan peledak lainnya di dalam gudang bahan peledak peka detonator.

(3) Bahan peledak peka detonator tidak boleh disimpan di gudang bahan peledak peka primer atau di gudang bahan ramuan bahan peledak.

(4) Bahan peledak peka primer dapat disimpan bersama-sama di dalam gudang bahan peledak peka detonator tetapi tidak boleh disimpan bersama-sama dalam gudang

(22)

bahan ramuan bahan peledak.

(5) Bahan ramuan bahan peledak dapat disimpan bersama-sama di dalam gudang bahan peledak peka primer dan atau di dalam gudang bahan peledak peka detonator. (6) Amunisi dan jenis mesiu lainnya hanya dapat disimpan

dengan bahan peledak lain di dalam gudang bahan peledak apabila ditumpuk pada tempat terpisah dan semua bagian yang terbuat dari besi harus dilapisi dengan pelat tembaga atau alumunium atau ditutupi dengan beton sampai tiga meter dari lantai.

(7) Temperatur ruangan bahan peledak untuk:

a. bahan ramuan tidak boleh melebihi 55 Celcius; dan b. peka detonator tidak boleh melebihi 35 Celcius.

b. Petugas gudang dan pengamanan bahan peledak

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Kepala Teknik Tambang yang menggunakan bahan peledak harus:

a. dapat memastikan bahwa bahan peledak tersimpan di tambang dengan aman;

b. mengangkat orang yang cakap sebagai petugas administrasi bahan peledak di tambang dan orang tersebut setidak-tidaknya harus mem-punyai sertifikat juru ledak kelas II dan diyakini telah memahami peraturan-peraturan bahan peledak; dan

c. dapat memastikan bahwa petugas gudang bahan peledak diangkat dalam jumlah yang cukup untuk mengawasi gudang dengan baik.

(2) Gudang dan bahan peledak hanya dapat ditangani oleh petugas yang telah berumur 21 tahun ke atas, berpengalaman dalam menangani dan menggunakan bahan peledak dan mempunyai wewenang secara tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Teknik Tambang untuk menjadi petugas gudang bahan peledak dan namanya harus didaftarkan dalam Buku Tambang.

(23)

penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan peledak.

(4) Petugas gudang bahan peledak harus memastikan bahwa gudang bahan peledak harus selalu terkunci kecuali pada saat dilakukan pemeriksaan, inventarisasi, pemasukan, dan pengeluaran bahan peledak.

(5) Dilarang masuk ke dalam gudang bahan peledak bagi orang yang tidak berwenang, kecuali Pelaksana Inspeksi Tambang dan Polisi.

(6) Bahan peledak hanya boleh ditangani oleh juru ledak an petugas gudang bahan peledak.

c. Buku catatan bahan peledak

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Di dalam gudang bahan peledak harus tersedia buku catatan bahan peledak yang berisi:

a. nama, jenis, dan jumlah keseluruhan bahan peledak serta tanggal penerimaan; dan

b. lokasi dan jumlah bahan peledak yang disimpan. (2) Pada setiap gudang bahan peledak harus tersedian daftar

persediaan yang secara teratur selalu disesuaikan dan dalam rinciannya tercatat:

a. nama dan tanda tangan petugas yang diberi wewenang untuk menerima dan mengeluarkan bahan peledak yang namanya tercatat dalam Buku Tambang;

b. jumlah setiap jenis bahan peledak dan atau detonator yang masuk dan keluar dari gudang bahan peledak; c. tanggal dan waktu pengeluaran serta pengembalian

bahan peledak;

d. nama dan tanda tangan petugas yang menerima bahan peledak; dan

e. lokasi peledakan dan tujuan permintaan/pengeluaran bahan peledak.

(3) a. Kepala Teknik Tambang harus mengirimkan laporan triwulan mengenai persediaan persediaan dan

(24)

pemakaian bahan peledak kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang; dan

b. bentuk laporan triwulan sebagaimana dimaksud butir (a) ayat ini ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini harus diarsipkan, setidak-tidaknya untuk satu tahun.

d. Penerimaan dan pengeluaran bahan peledak

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Petugas yang mengambil bahan peledak harus menolak atau mengembalikan bahan peledak yang dianggap rusak atau berbahaya atau tidak layak digunakan.

(2) Penerimaan dan pengeluaran bahan peledak harus dilakukan pada ruangan depan gudang bahan peledak dan pada saat melakukan pekerjaan pintu penghubung harus ditutup.

(3) Jenis bahan peledak yang dibutuhkan harus dikeluarkan dari gudang sesuai dengan urutan waktu penerimaan. (4) Bahan peledak dan detonator yang dikeluarkan harus

dalam kondisi baik dan jumlahnya tidak lebih dari jumlah yang diperlukan dalam satu gilir kerja.

(5) Bahan peledak sisa pada akhir gilir harus segera dikembalikan ke gudang. Membuka kembali kemasan bahan peledak yang dikembalikan tidak perlu dilakukan apabila bahan peledak tersebut masih dalam kemasan atau peti aslinya seperti waktu dikeluarkan.

(6) Bahan peledak yang rusak supaya segera dimusnahkan dengan cara yang aman mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(7) Data dari bahan peledak yang rusak meliputi jumlah, jenis, merek, dan kerusakan yang terlihat harus dilaporkan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang untuk mendapatkan saran penanggulangannya.

(25)

secara teratur terlihat kemungkinan adanya kerusakan dan diuji kecepatan nyalanya. Setelah itu dengan selang waktu tertentu untuk memastikan kondisinya baik dan diuji kecepatan nyalanya. Kecepatan nyala sumbu api yang baik setiap satu meter antara 90 detik sampai 110 detik atau sesuai dengan spesifikasi pabrik.

(9) Kemasan yang kosong atau bahan pengemas lainnya tidak boleh disimpan di gudang bahan peledak atau gudang detonator.

(10) Membuka kemasan bahan peledak dan detonator harus dilakukan dibagian depan gudang bahan peledak.

e. Penyimpanan bahan peledak peka detonator

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Apabila bahan peledak peka detonator disimpan di dalam gudang berbentuk bangunan harus:

a. tetap dalam kemasan aslinya; dan

b. diletakkan di atas bangku dengan tinggi sekurang-kurangnya 30 senti-meter dari lantai gudang, dan: 1) tinggi tumpukkan maksimum 5 peti dan panjang

tumpukkan disesuai-kan dengan ukuran gudang; 2) diantara tiap lapisan peti harus diberi papan

penyekat yang tebalnya paling sedikit 1,5 sentimeter

3) jarak antara tumpukkan satu dengan tumpukkan berikutnya sekurang-kurangnya 80 sentimeter; dan

4) harus tersedia ruang bebas antara tumpukan dengan dinding gudang sekurang-kurangnya 30 sentimeter.

(2) Apabila disimpan dalam gudang berbentuk peti kemas bahan peledak peka detonator harus:

a. ditumpuk dengan baik sehingga udara dapat mengalir disekitar tumpukan, dan

(26)

f. Penyimpanan bahan peledak peka primer

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Apabila bahan peledak peka primer disimpan di dalam gudang berbentuk bangunan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. tetap dalam kemasan aslinya;

b. bahan peledak dalam kemasan yang beratnya sekitar 25 kgram disimpan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (1);

c. bahan peledak dalam kemasan sekitar 1.000 kilogram:

1) harus disimpan dengan pellet kayu aslinya;

2) penerimaan dan pengeluaran bahan peledak tidak boleh dilakukan secara manual; dan

3) harus disimpan dalam bentuk tumpukan dengan ketentuan:

a) tinggi tumpukan tidak lebih dari 3 (tiga) kemasan;

b) harus tersedia ruang bebas antara tumpukan dengan dinding gudang sekurang-kurangnya 75 sentimeter; dan

c) harus tersedia lorong yang bebas hambatan sehingga alat angkut dapat bekerja dengan bebas dan aman.

d. dalam tumpukan melebihi ketentuan ayat (1) huruf c butir 3) harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang; dan

e. alat pengangkut tidak boleh ditinggalkan di dalam gudang tanpa operator.

(2) Apabila bahan peledak peka primer disimpan dalam gudang berbentuk kontener harus memenuhi sebagai berikut:

a. tetap dalam kemasan aslinya;

b. bahan peledak dalam kemasan sekitar 25 kilogram dan harus disimpan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (1), dan

(27)

c. mempunyai kapasitas tidak boleh lebih dari 5.000 kilogram.

g. Penyimpanan bahan ramuan bahan peledak

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Penyimpanan dalam gudang berbentuk bangunan:

a. bahan ramuan dalam kemasan yang beratnya 30 kilogram, maka berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (1), kecuali bahwa tinggi tumpukan tidak lebih dari 10 kantong dengan lebar tidak lebih dari 8 kantong;

b. bahan ramuan dalam kemasan yang beratnya 1.000 kilogram, maka berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 67 ayat (1) huruf c; dan

c. alat pengangkat bermesin motor bakar tidak boleh ditinggalkan di dlaam gudang tanpa operator.

(2) Penyimpanan dalam gudang berbentuk kontener:

a. harus ditumpuk dengan baik sehingga udara dapat mengalir disekitar tumpukan; dan

b. kapasitas kontener tidak boleh lebih dari 20.000 kilogram.

(3) Penyimpanan bahan ramuan bahan peledak dalam kontener aslinya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. kontener hanya boleh ditempatkan pada lokasi yang telah diizinkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 57 ayat (3) huruf b dan c.

b. kontener harus disusun rapat dan baik sehingga pintu-pintunya tidak dapat dibuka; dan

c. dalam hal tumpukan lebih dari dua kontener, maka harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

(4) Bahan ramuan bahan peledak yang berbentuk cair atau agar-agar (gel) hanya boleh disimpan dalam gudang berbentuk tangki.

(28)

h. Penyimpanan detonator

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Persediaan detonator harus seimbang dengan jumlah persediaan bahan peledak

(2) Detonator yang sudah rusak harus segera dimusnahkan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(3) Dilarang menyimpan detonator bersama-sama dengan bahan peledak lainnya.

i. Penyimpanan di bawah tanah

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Bahan peledak di bawah tanah harus disimpan di dalam gudang bahan peledak, apabila jumlahnya kurang dari 50 kilogram, maka bahan peledak tersebut boleh disimpan dalam kontener sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (3).

(2) Gudang bahan peledak di bawah tanah hanya dapat dipergunakan untuk menyimpan bahan peledak untuk pemakaian paling lama dua hari dua malam yang jumlahnya tidal lebih dari 5.000 kilogram.

(3) Apabila tidak tersedia gudang di bawah tanah sedangkan pemakaian lebih besar dari 50 kilogram dalam waktu kurang dari 24 jam, maka harus tersedia tempat untuk penyimpanan sementara yang mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

j. Pemeriksaan gudang

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Paling tidak sekali seminggu, isi dari gudang bahan peledak harus diperiksa dengan teliti oleh Kepala Teknik Tambang atau petugas yang berwenang dan temuan-temuannya harus didaftarkan pada buku yang tersedia untuk itu.

(29)

2.6. Pengangkutan

Ketentuan pengangkutan

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Bahan peledak harus diserahkan dan disimpan di gudang dalam jangka waktu tidak lebih dari 24 jam sejak tibanya dalam wilayah kegiatan pertambangan.

(2) Dilarang mengangkut bahan peledak ke atau dari gudang bahan peledak atau di sekitar tambang kecuali dalam peti aslinya yang belum dibuka atau wadah tertutup yang digunakan khusus untuk keperluan itu. Apabila dalam pemindahan bahan peledak dari peti aslinya ke dalam wadah tertutup terdapat sisa, maka sisa tersebut harus segera dikembalikan ke gudang bahan peledak.

(3) Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang mengeluarkan petunjuk teknis untuk mengatur pengangkutan, pemindahan, atau pengiriman semua jenis bahan peledak dan detonator di dalam atau disekitar wilayah kegiatan usaha pertambangan.

(4) Kepala Teknik Tambang harus membuat peraturan perusahaan untuk mengatur pengangkutan, pemindahan, dan pengiriman bahan peledak yang sesuai dengan petunjuk teknis sebagaimana dimaksud ayat (1).

2.7 Peledakan

a. Peraturan pelaksanaan pekerjaan peledakan

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang mengeluarkan petunjuk teknis untuk mengatur pelaksanaan pekerjaan peledakan di tambang.

(2) Kepala Teknik Tambang harus membuat peraturan perusahaan untuk mengatur pelaksanaan pekerjaan peledakan di tambang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(30)

b. Peralatan dan bahan-bahan

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Pada setiap tambang yang menggunakan bahan peledak harus tersedia peralatan dan bahan yang diperlukan agar pekerjaan peledakan dapat dilaksanakan dengan aman.

(2) Dalam pekerjaan peledakan harus menggunakan

peralatan yang disediakan oleh Kepala Teknik Tambang. Kepala Teknik Tambang atau petugas yang menangani bahan peledak pada setiap tambang yang menggunakan bahan peledak harus:

a. memastikan bahwa setiap peralatan, termasuk kendaraan yang digunakan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan peledakan adalah: 1) sesuai dengan maksud penggunaannya; dan 2) disimpan, diperiksa, dan dipelihara agar tetap

dapat digunakan dengan aman

b. memastikan bahwa bahan peledak ditangani secara aman.

(4) Setiap mesin peledak di tambang harus dilengkapi dengan engkol atau kunci yang dapat dilepas, sehingga tanpa peralatan tersebut mesin peledak tidak dapat digunakan.

c. Pengangkatan dan kualifikasi Juru Ledak

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Kepala Teknik Tambang harus mengangkat orang yang

berkemampuan dalam melaksanakan pekerjaan

peledakan

(2) Orang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berumur sekurang-kurangnya 21 tahun dan memiliki Kartu Izin Meledakkan (KIM) yang dikeluarkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

(3) KIM hanya berlaku untuk tambang yang tercantum dalam kartu tersebut dan nama Juru Ledak harus didaftarkan dalam Buku Tambang.

(31)

(4) KIM hanya dapat diberikan kepada Juru Ledak yang telah memiliki sertifikat.

(5) Direktur Jenderal mengangkat panitia tetap pengujian juru ledak.

(6) Direktur Jenderal menetapkan ketentuan yang

berhubungan dengan :

a. cara kerja panitia penguji; b. pelaksanaan pengujian;

c. kualifikasi dari peserta kursus juru ledak; d. biaya untuk pengujian juru ledak;

e. kelas sertifikat juru ledak; dan f. materi pengujian juru ledak.

(7) Setiap sertifikat juru ledak yang diberikan oleh Instansi di dalam ataupun di luar Indonesia dapat diakui oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

(8) Setiap sertifikat yang telah diakui sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) menjadi sama nilainya dengan sertifikat juru ledak dapat digunakan untuk mendapatkan KIM. (9) Setiap juru ledak yang memiliki KIM untuk suatu tambang

harus mengembalikan KIM nya melalui Kepala Teknik Tambang kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan, apabila yang bersangkutan tidak bekerja lagi.

d. Kursus Juru Ledak

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Untuk mendapatkan pengalaman dalam pekerjaan peledakan, Kepala Teknik Tambang harus menyediakan sarana pendidikan kepda orang yang akan bertugas dalam pelaksanaan peledakan terutama bagi yang belum menunjukkan kemampuannya sebagai Juru Ledak.

(2) Kepala Teknik Tambang harus mengambil langkah pengamanan untuk memastikan bahwa calon juru ledak selalu bekerja di bawah pengawasan yang ketat dari Juru Ledak yang ditugaskan itu.

(32)

yang diberikan untuk calon Juru Ledak dan harus mengawasi agar program tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

e. Pekerjaan peledakan

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Kepala Teknik Tambang pada tambang yang

menggunakan bahan peledak harus membuat peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan peledakan yang dapat:

a. memastikan bahwa bahan peledak dapat digunakan secara aman; dan

b. memastikan bahwa pekerjaan peledakan telah sesuai dengan peraturan pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

(2) Juru Ledak yang bertugas melaksanakan peledakan atau yang mengawasi pekerjaan peledakan harus memastikan bahwa setiap tahap pekerjaan dilaksanakan secara aman dan sesuai dengan peraturan pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dan pedoman peledakan di tambang.

(3) Dilarang melakukan peledakan kecuali Juru Ledak.

(4) Dilarang mengisi lubang ledak atau meledakkan lubang yang sebelumnya sudah diledakkan, kecuali untuk tujuan menangani peledakan mangkir (gagal ledak) sesuai dengan cara yang telah ditetapkan.

(5) Dilarang mencabut kabel detonator, sumbu api atau sistem lainnya dari lubang ledak yang telah diisi serta diberi primer.

(6) Dilarang merokok atau membawa nyala api pada jarak kurang dari 10 meter dari bahan peledak.

(7) Dilarang menggunakan sumbu api untuk peledakan di tambang bijih bawah tanah setelah tanggal yang akan ditentukan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang. (8) Juru Ledak yang menangani atau mengawasi peledakan

harus memastikan setiap peledakan tidak menimbulkan getaran ledakan yang berlebihan.

(33)

f. Peledakan tidur

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Peledakan tidur (sleeping blasting) dapat dilakukan dengan ketentuan:

a. tidak boleh menggunakan detonator di dalam lubang ledak, dan

b. dilakukan pengamanan terhadap daerah peledakan tidur.

(2) Apabila dalam peledakan tidur digunakan detonator di dalam lubang ledak, maka harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

g. Peledakan mangkir (gagal ledak)

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Apabila terjadi peledakan mangkir maka juru ledak yang bertugas melakukan peledakan harus menghubungi pengawas dan pengawas tersebut harus:

a. melarang setiap orang memasuki daerah bahaya tersebut kecuali juru ledak atau orang yang ditunjuknya;

b. mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menentukan penyebabnya dan menangani peledakan mangkir tersebut; dan

c. menunjuk petugas apabila diperlukan untuk mengambil langkah pengamanan untuk mencegah pencurian bahan peledak ataupun bahan pemicu ledaknya.

(2) Suatu kejadian disebut sebagai peledakan mangkir apabila:

a. pengujian sebelum peledakan menunjukkan

ketidaksinambungan yang tidak dapat diperbaiki, atau b. sebuah lubang ledak atau bagian dari sebuah lubang

(34)

BAB 3

EVALUASI DAN PELAPORAN PELEDAKAN

3.1 Umum

Evaluasi dan pelaporan peledakan merupakan salah satu unsur manajemen ahli peledakan yang berkeinginan atau bercita-cita kegiatan peledakan mendapatkan hasil yang optimal, efektif dan efisien.

Sesuai dengan pengalaman dan beberapa referensi menunjukkan bahwa jarang ada keberhasilan peledakan di suatu tempat kemudian diterapkan di lokasi lain akan berhasil dan menghasilkan peledakan yang sama.

Sehubungan itu setiap melakukan kegiatan perlu dilakukan evaluasi tingkat keberhasilan, kelemahan maupun kesalahan-kesalahan yang mungkin saja terjadi.

3.2 Evaluasi dan Pelaporan Pengeboran

Pola pengeboran dilaksanakan berdasarkan hasil perencanaan peledakan yang hasilnya tertuang dalam desain pola pengeboran.

Dalam hal ini, diasumsikan bahwa desain pola pengeboran cukup baik, sehingga langkah-langkah evaluasi dan pelaporan pengeboran dibatasi pada kegiatan penyiapan lokasi peledakan sampai dengan pengakhiran pengeboran.

3.2.1 Penyiapan Lokasi Peledakan

Penyiapan lokasi peledakan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Jalan masuk ke lokasi peledakan yang penting dievaluasi adalah jalan masuk yang tersedia apakah ada resiko/ potensi bahaya yang masih perlu perhatian dan perbaikan antara lain :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Elenyemen vertical dan horizontal dalam batas persyaratan jalan masuk lokasi peledakan

(2) Perkiraan dan lebar permukaan jalan masuk sesuai kebutuhan pelayanan minimal

(3) Panjang jalan diusahakan sependek mungkin (4) Tidak melintasi daerah ramai

Apabila ada jawaban ”tidak” tentunya harus dicari penyebabnya dan perlu perbaikan.

(35)

b. Pembersihan Permukaan

Tentang pembersihan permukaan, dimaksudkan permukaan lokasi peledakan. Adapun yang perlu dievaluasi terdiri :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Permukaan lokasi bersih beban dari pohon dan semak-semak

(2) Permukaan lokasi bersih dari lapisan tanah atau batuan berserakan

(3) Terdapat lubang atau lubang jurang pada area permukaan

c. Keadaan Site Plan

Site plan merupakan peta/ denah dari penataan letak penataan titik-titik kegiatan yang menyangkut peledakan antara lain yang perlu dievaluasi terdiri dari :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Lokasi gudang bahan peledak dan detonator sesuai peraturan perundang-undangan

(2) Jalan keluar masuk lokasi peledakan memenuhi syarat peraturan perundang-undangan

(3) Letak kantor, fasilitas dan utilitas pada posisi tepat sesuai rencana

(4) Tempat penimbunan dan pengolahan material hasil peledakan tepat dan terjangkau secara efektif dan efisien

d. Tindakan Pengaman Lokasi

Dalam kegiatan peledakan tindakan pengaman adalah fital, maka harus dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Semua jalan masuk yang melintasi lokasi peledakan diberi pintu atau rumah jaga

(2) Alat sirine tersedia

(3) Tanda-tanda lalu lintas dipasang secara lengkap dan tepat posisinya

(36)

(4) Pagar pengamanan pada lokasi yang ditentukan terpasang

e. Drainase

Khususnya tentang drainase akan menjadi penting mengingat bahwa kegiatan peledakan membutuhkan air, dilain pihak bahan peledak harus dihindarkan dari sentuhan air, dalam hal ini keadaan air di lingkungan lokasi peledakan harus terkendali.

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Lokasi peledakan dimusim hujan tidak ada yang becek, tidak licin

(2) Lokasi peledakan tidak amblas apabila dilalui peralatan/ kendaraan

(3) Saluran air/ selokan jalan, tanggul dan saluran pengering terpelihara dan lancar mengalirkan air ke tempat tujuannya/ pembuangan

3.2.2 Pengukuran dan Pembuatan Profil

Berdasarkan desain pola pengeboran yang lengkap dengan dimensi dan ukuran-ukurannya supaya selalu dipergunakan acuan pengukuran dan pembuatan profil. Adapun unsur-unsurunya sebagai berikut :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Peralatan pengukuran dan pembuatan profil tersedia secara lengkap

(2) Pengukuran sudut dilakukan menggunakan alat yang tersedia dan laik/ layak pakai

(3) Prosedur pengoperasian alat ukur ditaati.

(4) Pembuatan profil sebagai acuan pengeboran sesuai desain pola pengeboran lengkap ukuran-ukuran spasi, burden, jumlah baris lubang

(5) Hasil pengukuran dan pembuatan profil dievaluasi dan diperiksa secara teliti

(6) Informasi hasil pengukuran dan pembuatan profil lengkap dengan ukuran-ukuran dan dimensi diserahkan kepada juru bor.

(37)

3.2.3 Persiapan Pengeboran di Bawah Tanah

Pekerjaan penting yang harus dilakukan oleh ahli peledakan sebelum dilakukan pengeboran adalah :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Tanda-tanda pengamanan area/ lokasi

peledakan sudah dipasang

(2) Tanda-tanda lubang bor disertai spesifikasi dan dipasang secara cermat dan teliti.

3.2.4 Pengamanan sesuai Sikluas Pengeboran

Siklus pekerjaan pengeboran yang perlu diamankan terdiri dari :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Pengeboran lubang ledak (blasthole drilling) (2) Pengisian lubang ledak (charging)

(3) Peledakan (blasting) (4) Ventiliasi (ventilation)

(5) Pengamanan dinding lubang bukaan hasil peledakan dan penyemenan dinding (scalling and grouting) bila diperlukan

(6) Pemuatan dan pengangkutan (loading and hauling)

(7) Mempersiapkan pengeboran untuk siklus baru (setting up the new round)

3.3 Evaluasi Proses Pengeboran

3.3.1 Evaluasi Rencana Penambangan

Rencana peledakan untuk penambangan (batu, batubara, emas dan lain-lain) perlu dilakukan evaluasi.

Adapun evaluasi dapat dipergunakan daftar simak berikut ini.

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Rencana target penambangan ditentukan : a. Volumenya

b. Lamanya

c. Cara penambangan d. Identifikasi kesulitannya

(38)

3.3.2 Pengeboran dan Peledakan Awal

Biarpun pekerjaan persiapan/ pendahuluan belum selesai tuntas, sudah dapat dilakukan pengeboran khususnya untuk penambangan batu/ quarry tahap awal produksi yang dihasilkan masih banyak bercampur tanah ataupun batu-batu lapuk.

Keadaan ini dapat dievaluasi pemanfaatan produksi misalnya batu lapuk dan tanah dapat dipergunakan untuk penimbunan lubang-lubang lingkungan lokasi peledakan atau untuk tambahan perkerasan jalan masuk.

3.3.3 Evaluasi Pola Pengeboran

Pola pengeboran ditetapkan berdasarkan “desain pola pengeboran” dan dipilih untuk diterapkan pada lokasi peledakan yang sudah disurvei dan diteliti secara seksama termasuk didalamnya penelitian karekteristik material yang akan diledakan.

Adapun daftar simak evaluasi pengeboran sebagai berikut :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Pengeboran dilakukan sesuai desain pola pengeboran yang dipilih

(2) Alat pengeboran yang dipergunakan sesuai yang ditentukan/ desain

(3) Jarak antara lubang bor (spasi = B) sesuai desain

(4) Jarak antara lubang bor dengan tepi medan ledakan (burden = B) sesuai desain

(5) Kedalaman lubang bor (kedalaman = L) sesuai desain

(6) Ketinggian tebing jenjang peledakan (H=) sesuai desain

(7) Tambahan/ perpanjangan lubang pengeboran sesuai desain

(8) Lubang ular (snake hole) yang direncanakan dibuat sesuai ukuran, dimensi/ kemiringan

(9) Ukuran diameter lubang pengeboran sesuai desain

(10) Kedalaman, kelurusan ketegakan, lubang diperiksa dan hasilnya sesuai dengan desain

(39)

(11) Dalam pemeriksaan sedalam lubang bor tidak ada yang longsor

(12) Pecahan/ serbuk material hasil pengeboran diambil contohnya sebagai dasar pemeriksaan jensi, sifat dan karekteristik material yang dibor (13) Bahan penutup lubang bor (stemming) disiapkan

sesuai spesifikasi desain

3.3.4 Evaluasi Pembuatan Jenjang/ Lantai Kerja

Sebelum kegiatan peledakan berjalan dengan lancar, ekonomis seperti yang direncanakan, pembuatan jenjang/ lantai kerja cukup menentukan keberhasilan peledakan yang perlu dievaluasi terhadap pembuatan jenjang adalah :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Ketinggian jenjang/ lantai kerja tepat sesuai : a. Desain pola pengeboran

b. Peralatan pengeboran yang tersedia

(2) Jenjang/ lantai kerja cukup dalam dari permukaan bebas sehingga :

a. Permukaan lantai kerja cukup lebar

b. Material/ batuan hasil peledakan cukup banyak

c. Ruang kerja cukup luas

(3) Panjang jenjang dibuat untuk memungkinkan pengeboran, peledakan dan pengambilan hasil peledakan berjalan kontinu/ terus menerus (4) Dapat dipergunakan lalu lintas alat pemuat,

pengeboran pengangkutan.

3.3.5 Operasi Pengeboran

Gunung, dataran tinggi, batu besar brongkol perlu dipecahkan dapat dengan bahan peledak. Untuk memakai jumlah peledak yang tepat dan hasilnya sesuai dengan yang diinginkan, pengeboran dengan yang diinginkan, pengeboran kedalam batu/ material perlu dilakukan.

Pemilihan jenis bor yang dipergunakan terkait langsung dengan kedalaman, kedangkalan dan besar kecilnya diameter lubang pengeboran.

(40)

Evaluasi ketepatan pemilihan dan penggunaan peralatan pengeboran dapat dibuat daftar simak sebagai berikut :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Jack hammer dipergunakan pengeboan untuk lubang kecil dan dangkal atau brangkal.

(2) Leg drill dipergunakan pengeboran untuk kecil agak dalam

(3) Wagon drill dipergunakan pengeboran lubang sedang dan besar cukup dalam

(4) Crawler drill dipergunakan pengeboran lubang sedang dan besar cukup dalam

3.4 Evaluasi Kegiatan Operasional Peledakan

Yang pasti kegiatan peledakan merupakan lanjutan dari kegiatan pengeboran dan pola pengeboran mengacu kepada desain pola pengeboran. Sedangkan kegiatan peleakan mengacu desain pola peledakan.

Evaluasi kegiatan peledakan perlu dilakukan sebagai bahan penyempurnaan kegiatan peledakan berikutnya dan masa mendatang.

3.4.1 Evaluasi persiaan peledakan

Sebagai landasan berfikur bersikap dan bertindak melakukan operasional peledakan ada beberapa keuntungan yang perlu dipertimbangkan dan dilaksanakan dan dievaluasi antara lain :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Mengurangi getaran

(2) Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock)

(3) Mengurangi gegaran akibat airblast dan suara (noise)

(4) Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan

(5) Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan

(41)

3.4.2 Evaluasi Pola Peledakan pada Areal Terbuka

a. Sebab peledakan kurang berhasil untuk menghindari kurang berhasilnya pola peledakan di areal terbuka perlu melakukan evaluasi terhadap persoalan mendasar dalam peledakan yang menghasilkan kegiatan peledakan kurang berhasil.

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Penentuan waktu tunda yang terlalu dekat (2) Penentuan urutan ledakannya yang salah (3) Dimensi geometri peledakan tidak tepat

(4) Bahan peledaknya kurang atau tidak sesuai dengan perhitungan

Apabila jawabnya banyak ”ya”, maka wajar peledakan kurang berhasil.

Kekurangan keberhasilan dalam tidak terbatas pada 4 butir diatas tetapi ada beberapa hal lainnya antara lain :

- kurang mengenali jenis, sifat dan karekteristik material yang akan diledakan - pola pengeboran yang tidak baik

- mungkin juga desain peledakan yang kurang tepat

b. beberapa metoda yang dapat dikembangkan untuk mendapatkan hasil peledakan cukup baik antara lain dengan :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Peledakan dengan waktu tunda antar baris (2) Peledakan waktu tunda antar beberapa baris (3) Peledakan waktu tunda antar lubang

3.4.3 Evaluasi pola peledakan pada areal bawah tanah

Prinsip peledakan bawah tanah pada dasarnya sama dengan di areal terbuka, yaitu membuat seken ledakan antar lubang.

Evaluasi urutan peledakan di areal bawah tanah adalah :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Diawali dengan pembuatan cut untuk

membentuk bidang bebas baru

(2) Urutan selanjutnya waktu tunda dimulai terdekat dengan cut

(3) Terakhir peledakan terjadi pada sekeliling sisi bukaan atap dan dinding

(42)

3.4.4 Evaluasi Geometri Peledakan Jenjang

Kondisi material/ batuan dari suatu tempat-ketempat lain akan berbeda walaupun mungkin jenisnya berbeda yang perlu dievaluasi tentang material adalah :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Kenampakan struktur material / geologi/ batuan yang akan diledakan sama dengan desain

(2) Retakan/ rekahan/ sisipan adanya lempung, bidang diskontinuitas sama dengan desain (3) Penggunaan jumlah bahan peledak dihitung

sesuai dengan kondisi material yang ada yang akan diledakan

(4) Jarak lubang dari permukaan bebas (B= burden0 dan jarak antar lubang pada baris sejajar permukaan bebas (spasi = S) sesuai desan (5) Tingi jenjang (H) kedalaman kolom lubang,

lubang tambahan sesuai desain.

3.4.5 Evaluasi Peledakan Primer

Peledakan primer adalah pemecahan material/ batu dan masa induknya dengan tenaga ledak. Sesuai desain pola peledakan akan ditentukan hasil peledakan yang diharapkan hasil peledakan yang diharapkan. Evaluasi terhadap harapan hasil peledakan ditinjau dari kriteria sebagai berikut :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Permukaan ledakan atau quarry yang bersih dan aman, serta memuaskan

(2) Pemecahan yang baik digabung dengan

timbunan material atau batu dengan ketinggian dan bentuk yang cukup untuk pemuatan mekanis (3) Permukaan lokasi peledakan atau quarry yang

rapat tanpa retakan terbuka dibelakang garis lubang ledakan

(4) Getaran tanah, ledakan udara dan suara yang minimum

(43)

3.4.6 Evaluasi pengisian muatan primer

Evaluasi untuk melakukan pengisian pemeriksaan dan evaluasi pengisian primer dapat dilakukan sebagai berikut :

No. Uraian DilaksanakanYa Tidak

(1) Permukaan lantai kerja yang sudah dibor, dibersihkan dari pekerjaan dan peralatan lain kecuali pengisi muatan

(2) Bahan muatan primer (bahan peledak dan kelengkapannya) dibawa secara hati-hati

(3) Semua lubang bor diperiksa dengan tongkat pemadat dari bambu atau kayu

(4) Untuk mendorong muatan ke posisi dalam lubang dengan menggunakan tongkat besi beton (5) Sumbu/ kabel penyala ditahan dan diikatkan

pada suatu patok

(6) Petugas pengisi muatan mendengarkan secara teliti dan cermat dan dapat memastikan posisi muatan primer sudah pada posisi yang benar (7) Muatan primer/ bahan peledak yang macet di

tengah lubang belum pada posisinya dapat diposisikan dengan cara mendorong dengan tongkat kayu/ bambu secara hati-hati

(8) Detonator dan sumbu penyala sudah diperiksa dan dipastikan sudah baik dan sempurna sebagai inisiator.

(9) Bila digunakan muatan primer dengan detonator listrik, maka muatan primer dapat diletakan sedekat mungkin pada dasar lubang

(10) Bila digunakan detonator biasa dan sumbu pengaman, muatan primer harus diisikan paling akhir

(11) Setelah semua muatan bahan sudah dimasukan kedalam lubang maka sisa lubang harus ditutup dengan penutup dalam keadaan lembab tidak dapat terbakar

(44)

ada satupun lubang, berisi bahan peledak tidak dihubungkan dengan jaringan penyala

(13) Jaringan penyala dari listrik telah dihitung kapasitas tahanan hasilnya lebih besar dari jumlah tahanan pada seluruh lubang yang akan diledakan

(14) Jaringan penyala yang sudah dihubungkan dengan ke seluruh muatan primer di seluruh lubang ledak diperiksa secara teliti dan cermat dengan ohm meter yang layak dan laik pakai.

3.5 Pelaporan Peledakan

Mengingatkan kembali bahwa pekerjaan peledakan merupakan salah satu pelaksanaan tugas yang mengandung resiko sangat berat dan riskan terhadap kecelakaan, serta sangat berbahaya apabila disalah gunakan.

Bertitik tolak dari uraian singkat tersebut diatas, maka pelaporan peledakan termasuk didalamnya penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, sisa penggunaan termasuk adanya peledakan yang tidak meledak ”harus” dilaporkan.

Bentuk/ format laporan paling tidak harus memuat tentang hal-hal yang menyangkut bahan peledak. Apabila ada petunjuk atau format standar dari yang berwewenang harus diikuti dan diisi secara benar, teliti, cermat dan disiplin sesuai ketentuan yang berlaku.

Hal-hal yang harus dilaporkan yaitu :

1. Gudang penyimpanan bahan peledak beserta perlengkapannya (misal = detonator) 2. Pengangkutan, penyimpanan, pengeluaran, penggunaan termasuk sisa

penggunaan atau bahan peledak yang tidak meledak.

3. Pelaporan dibuat secara rutin setiap selesai peledakan dilampiri berita acara peledakan.

4. Setiap selesai peledakan harus dibuat ”Berita Acara Peledakan” yang disaksikan oleh petugas kepolisian setempat.

5. Setiap satu lokasi gudang penimbunan bahan peledak harus terdapat petugas administrasi bahan peledak yang bekerja sesuai dengan jam kantor.

Isian formulir pelaporan peledakan supaya tetap mengacu peraturan perundang-undangan.

(45)

3.6 Tindak Lanjut Evaluasi dan Pelaporan

Ditinjau dari segi manajemen evaluasi dan pelaporan merupakan unsur kegiatan pengawasan dan pengendalian.

Dalam uraian ini kegiatan pengawasan dipisahkan dengan pengendalian yang sama-sama merupakan fungsi “controlling”, ada maksudnya dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti rencana dan program yang telah ditetapkan. Dalam hal ini rencana yang dimaksudkan adalah rencana teknis, sedang programnya adalah program pelaksanaan tahunan

2. Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan maksud :

a. menjaga, agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan dengan mengikuti rencana maupun program yang telah ditetapkan, dan

b. mengadakan pengamatan, seberapa jauh rencana program yang berlaku masih benar-benar memberikan arah tindakan menuju terwujudnya produk utama yang dikehendaki.

3. Untuk maksud tersebut, pengawasan meliputi kegiatan pelaporan dan evaluasi. 4. Pelaporan, memberikan informasi dan data-data lapangan seperti apa adanya,

sejauh fakta-fakta termasuk hal-hal ataupun perkembangan baru yang belum diperhitungkan dalam rencana maupun rencana dan program.

5. Evaluasi dilakukan terhadap isi laporan dengan berpegang pada rencana dan program serta kriteria maupun standar rencana dan program.

6. Evaluasi memberikan hasil berupa petunjuk untuk tindakan turun tangan

7. Pengawasan hanya sejauh menghasilkan produk berupa petunjuk untuk tindakan turun tangan, tidak termasuk wewenang untuk turun tangan.

8. Yang berwenang melakukan tindakan turun tangan adalah yang bertanggung jawab atas terwujudnya produk utama yakni yang menjalankan ”fungsi koordinasi”. Sebagai contoh misalnya wsit dalam pertandingan sepak bola memegang komando (sempritan), sedang pengawasnya adalah penjaga garis.

Masukan manajemen yang menampung fungsi ”pengendalian” akan berwujud ”tindakan turun tangan”.

Tindakan turun tangan dilaksanakan dengan maksud untuk menjaga :

a. Agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan dengan mengikuti rencana maupun program yang telah ditetapkan.

b. Agar rencana maupun program yang berlaku benar-benar memberikan arah tindakan menuju terwujudnya produk utama yang dikehendaki atau perlu tindakan untuk perbaikan apabila ada kekurangan.

(46)

Dengan dilakukan evaluasi dan pelaporan kemudian ditindaklanjuti dengan evaluasi terhadap pelaporan hasil evaluasi dari tingkat bawahan dapat ditentukan 2 kemungkinan kejadian yaitu :

1. Memang kegiatan sudah berjalan dengan baik dan lancar sesuai rencana dan program, maka perlu dipertahankan dan ditingkatkan

2. Ternyata, kegiatan masih ada kekurangan atau kelemahan jika ditinjau/ dibandingkan dengan rencana dan program, maka harus dilakukan tindak lanjut, tindakan turun tangan.

Dalam rangka tindak turun tangan ini dapat dilakukan secara lisan atau melalui pembuatan dokumen yang berupa tulisan ataupun gambar-gambar sebagai dasar perbaikan.

Perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan dalam penerapan peraturan tentang dan terkait peledakan antara lain dengan : mengamati, memeriksa dan meneliti daftar simak evaluasi yang sudah diisi dengan lengkap dan benar kemudian disimpulkan :

- Yang diisi dengan ”ya” berarti sudah dijalankan sesuai seharusnya

- Yang diisi dengan ”tidak” berarti ada kesalahan, kelemahan atau kekurangan yang harus dicari sebab dan akar persoalannya kemudian dilakukan tindakan perbaikan.

(47)

BAB 4

EVALUASI PELAPORAN PENGGUNAAN LOGISTIK DAN PERALATAN

4.1 Umum

Dalam lingkungan perusahaan kegiatan administrasi logistik mencakup material untuk proyek, sedangkan peralatan, tidak termasuk dalam kegiatan logistik, tetapi ditangani terpisah.

Tentunya timbul pertanyaan yang mendasar mengapa tidak semuanya dimasukan dalam kegiatan logistik saja, sehingga pengurusannya dapat lebih tersentralisir, sedangkan unsur supply dan transport pengelolaannya mempunyai kesamaan-kesamaan.

Sebagai diketahui, perusahaan mempunyai 5 sarana manajemen, yaitu berupa sumber daya :

- sumber daya manusia - sumber daya alat - sumber daya uang

- sumber daya teknologi / metode - sumber daya material

kelima jenis sumber daya tersebut satu dengan yang lain mempunyai bobot daya guna yang seimbang, oleh karena otu keseluruhannya harus tertangani secara sama berat. Inilah sebabnya mengapa sumber daya material ditangani secara terpisah dengan sumber daya lainnya.

Material mempunyai peran sangat dominan di dalam keberhasilan penyelesaian suatu proyek, oleh karena harus tertangani secara tersendiri agar dicapai hasil maksimal, demikian juga untuk sumber daya yang lain.

4.2 Peran Administrasi Logistik

Yang dimaksud dengan logistik disini terbatas untuk lingkungan proyek konstruksi adalah, material dengan segala penanganan dan aspeknya.

Sedangkan material diartikan sebagai komponen konstruksi terdiri dari :

a. Bahan konstruksi yaitu bahan, barang ataupun perlengkapan yang diperlukan untuk membuat /membentuk bangunan yang harus disupply berdasarkan kontrak.

b. Bahan, barang ataupun perlengkapan kerja yang habis dipakai.

Referensi

Dokumen terkait