• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Letak Geografis dan Pembagian Administratif

Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan satu diantara 11 desa yang terdapat di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak kurang lebih 7 Km dari pusat Kecamatan Megamendung, 30 Km dari Ibukota Kabupaten/Kota Bogor, 118 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat dan 73 Km dari pusat pemerintahan negara. Desa Cipayung memiliki batas wilayah sebagai berikut (Desa Cipayung 2011) :

Sebelah Utara : Desa Gunung Geulis, Kecamatan Sukaraja

Sebelah Selatan : Desa Gadog, Kecamatan Megamendung dan Desa Kopo, Kecamatan Cisarua

Sebelah Barat : Desa Pandansari dan Desa Cibanon, Kecamatan Sukaraja Sebelah Timur : Desa Cipayung Girang, Kecamatan Megamendung,

Secara topografi Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor termasuk daerah yang berbukit-bukit dengan ketinggian 550 sampai 600 meter diatas permukaan laut dan tingkat kemiringan tanah 30 derajat. Suhu udara di daerah ini berkisar antara 230sampai 27oC dengan curah hujan sebesar 2500 -4600 mm/tahun, dan jumlah bulan hujan selama enam bulan dengan jumlah curah hujan yang tinggi menjadikan Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor menjadi daerah pertanian. Hasil sampingan dari usaha pertanian tersebut dimanfatkan oleh peternak sebagai pakan hijau untuk ternak dengan kemudahan tersebutlah menjadikan penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani tertarik untuk berternak. Hal tersebut juga didukung dengan kondisi lingkungan Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor sangat cocok untuk usaha peternakan sapi perah, bahkan sangat ideal sebagai sentra peternakan sapi perah di Kabupaten Bogor karena selain ditunjang dengan ketersediaan lahan pakan yang melimpah juga didukung dengan adanya koperasi yang mewadahi para peternak sapi perah serta adanya industri pengolahan susu yang terdapat di sekitar wilayah tersebut.

(2)

Luas wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor yaitu 775 hektar, yang terdiri atas pemukiman, persawahan, kuburan, pekarangan, perkantoran, dan prasarana umum lainnya. Secara rinci luas wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor yang dilihat menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Tahun 2010

No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Pemukiman 271,04 34,97

2 Persawahan 116,0 14,97

4 Tegal/Ladang 234,0 30,20

5 Rawa/Lahan Basah 116,03 14,97

7 Kuburan 8,0 1,03

8 Prasarana umum lainnya 29,93 3,86

Jumlah Total 775 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Bogor (2010)

Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar luas wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor digunakan untuk pemukiman penduduk, yaitu sebesar 271,04 hektar atau mencapai 34,97 persen dari total luas wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Penggunaan lahan terbesar setelah untuk pemukiman adalah untuk tegal/ladang baik untuk ladang tanaman maupun peternakan yaitu sekitar 234 hektar. Hal tersebut menunjukkan bahwa lahan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor tidak diprioritaskan sebagai lahan untuk menanam padi. Besarnya penggunaan lahan untuk ladang/tegal ini digunakan sebagai areal pertanian yang lebih variatif seperti untuk menanam tanaman palawija dan lahan hijauan yang biasanya digunakan sebagai pakan ternak.

5.1.2 Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi

Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor terdiri dari 44 RT dan 7 RW dimana terdapat 5.329 kepala keluarga (KK) dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 2.950 jiwa/km2. Penduduk Desa Cipayung,

(3)

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor berjumlah 22.865 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 11.728 jiwa dan perempuan sebanyak 11.137 jiwa.

Mayoritas penduduk Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor menganut agama Islam dan merupakan penduduk asli daerah dengan suku sunda. Keadaan tingkat pendidikan formal di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor mencerminkan kemajuan pendidikan baik dari kualitas maupun kuantitas pada suatu wilayah tersebut. Pendidikan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor terus berkembang untuk memperoleh kualitas sumberdaya manusia yang baik. Gambaran mengenai tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Tingkat Pendidikan Warga Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Belum Sekolah 4.669 20,42 2 Tidak Tamat SD 3.820 16,71 4 Tamat SD 8.316 36,37 5 Tamat SMP/Sederajat 4.265 18,65 6 Tamat SMA/Sederajat 1.579 6,91 7 Tamat Akademi 171 0,75 8 S1/S2/S3 45 0,20 Jumlah Total 22.865 100,00

Sumber: Kantor Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor (2010)

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor relatif rendah, dimana sebanyak 36,37 persen warganya memiliki latar belakang pendidikan hanya tamat sampai tingkat SD. Rendahnya tingkat pendidikan warga Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor disebabkan karena mahalnya biaya pendidikan sehingga sebagian besar anak-anak hanya mampu bersekolah hingga tingkat SD dan SMP saja. Namun, bila dilihat secara keseluruhan semakin berkembangannya tingkat pemikiran masyarakat terdapat kesadaran akan pentingnya pendidikan yang memadai hal tersebut dapat dilihat

(4)

dari adanya masyarakat yang melanjutkan pendidikannya hingga ke tingkat perguruan tinggi baik itu tingkat akademi, sarjana bahkan hingga pascasarjana.

Apabila dilihat dari aspek ekonomi, mata pencaharian pokok yang dilakukan oleh penduduk Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor beraneka ragam, namun sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor adalah sebagai pedagang dan buruh bangunan. Bidang pertanian juga menjadi mata pencaharian yang banyak dilakoni oleh masyarakat Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor termasuk didalamnya adalah peternakan. Komposisi mata pencaharian masyarakat Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2010

No Jenis Pekerjaan (Orang)Jumlah Persentase (%)

1 Petani 462 17,67 2 Peternak 74 2,83 3 Pengusaha Kecil 17 0,65 4 Wiraswasta 35 1,34 5 Buruh Industri 129 4,93 6 Buruh Bangunan 521 19,92 7 Pedagang 580 22,18 8 Pengemudi 491 18,78

9 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 165 6,31

10 TNI/POLRI 13 0,50

11 Pensiunan PNS 128 4,89

Jumlah Total 2.615 100,00

Sumber: Kantor Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor (2010)

Presentase jumlah tenaga kerja yang berada pada sektor perdagangan adalah sekitar 22,18 persen dan angka presentase tersebut merupakan nilai paling besar diantara sektor lain dalam hal mata pencaharian penduduk Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Mata pencaharian penduduk pada

(5)

sektor pertanian dikategorikan cukup banyak termasuk didalamnya sebagai petani dan peternak yaitu dengan presentase adalah 17,67 persen sebagi petani dan 2,83 persen sebagai peternak. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian cukup menjanjikan untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan utama masyarakat Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Keberadaan peternak khususnya peternak sapi perah didukung dengan adanya industri pengolahan susu yang terdapat di sekitar wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor sehingga mata pencaharian sebagai peternak sapi perah akan memiliki harapan untuk terus tumbuh dan berkembang mengingat jumlah permintaan susu segar terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Seiring dengan adanya perkembangan pembangunan menyebabkan terjadinya perubahan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor yang didukung dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi. Perubahan fisik yang terjadi di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan sesuatu yang wajar sebagaimana yang terjadi di desa desa lainnya terutama di Pulau Jawa. Sarana yang ada di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, diantaranya berupa sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana keagamaan, sarana pemerintahan, sarana dan prasarana transportasi serta air bersih.

Untuk sarana pendidikan baik formal maupun informal, terdiri dari sekolah Play Group/TK/PAUD sebanyak 14 unit dan SD/sederajat sebanyak 14 unit baik negeri maupun swasta. Sarana pendidikan formal tingkat SMP/sederajat terdapat enam buah sekolah serta untuk tingkat SMA/sederajat terdapat dua buah sekolah. Sarana kesehatan terdiri dari satu unit puskesmas pembantu, 25 unit posyandu, satu poliklinik, empat unit rumah bersalin dan tersedia dua dokter praktik. Kemudian untuk sarana dan prasarana transportasi terdapat beberapa pangkalan ojek.

Selain itu terdapat sarana jalan dan telekomunikasi, sebagian besar masyarakat di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor telah memiliki alat komunikasi berupa telepon seluler sehingga memudahkan akses

(6)

komunikasi antar penduduk desa maupun dengan penduduk diluar Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Kondisi jalan menuju Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor masih kurang bagus, kondisi jalan banyak yang berlubang dan akan tergenang air bila sedang musim penghujan hal tersebut dikarenakan kondisi jalan belum di aspal. Selain itu, Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor juga menyediakan prasarana keagamaan seperti masjid/mushola umum, gereja dan prasarana pemerintahan seperti gedung kantor desa dan inventaris-inventaris kantor (Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor 2011).

5.1.4 Gambaran Umum Kelompok Ternak Mekar Jaya

Kelompok Ternak Mekar Jaya merupakan kelompok ternak yang bergerak dibidang usaha peternakan sapi perah. Awal mula terbentuknya kelompok ternak ini adalah munculnya gagasan dan pemikiran dari beberapa peternak sapi perah untuk membentuk suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama dalam bidang peternakan, yaitu agar dapat berbagi informasi dan mengembangkan usaha bersama. Kelompok ternak ini terbentuk sejak tahun 2000 dimana sekretariatnya beralamat di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Girang, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor sementara anggotanya tersebar di wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pada tahun yang sama kelompok ini menjalin kerjasama dengan menjadi anggota Koperasi Unit Desa Giri Tani yang beralamat di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor.

KUD Giri Tani merupakan koperasi bagi para peternak sapi perah di kawasan Kecamatan Cisarua dan sekitarnya termasuk Kecamatan Megamendung. Sistem kerjasama ini tercantum dalam hak dan kewajiban masing-masing pihak yaitu antara peternak dengan KUD Giri Tani yang telah dsepakati oleh kedua pihak tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari ketua kelompok ternak, dapat diketahui bahwa yang termasuk dalam hak peternak antara lain mendapatkan pelayanan dari pengurus koperasi mulai dari subsistem penyediaan input, produksi, pemasaran hasil, dan sebagai lembaga penunjang serta pelayanan kesehatan hewan. Sedangkan kewajiban yang harus dijalankan oleh peternak

(7)

antara lain adalah membayar iuran rutin serta aktif dalam menyetorkan susu yang dihasilkannya.

Sampai saat ini Kelompok Ternak Mekar Jaya merupakan salah satu kelompok ternak anggota KUD Giri Tani yang mempunyai jumlah anggota peternak terbanyak yaitu berjumlah 74 peternak dengan jumlah peternak yang aktif sebagai anggota koperasi sebanyak 47 peternak. Sebelum tahun 2006 produksi susu yang dihasilkan Kelompok Ternak Mekar Jaya disalurkan melalui KUD Giri Tani, dimana susu yang berasal dari para peternak dikumpulkan melalui Kelompok Ternak Mekar Jaya kemudian disalurkan ke KUD Giri Tani yang nantinya akan disalurkan ke Perusahaan Pengolahan Susu yaitu PT Indomilk dan PT Diamond Cold Storage. Namun, pada tahun 2006 berdiri perusahaan pengolah susu yang berada di daerah Cisarua yaitu PT Cimory sehingga mneyebabkan KUD Giri Tani menghentikan pengiriman susunya ke PT Indomilk dan PT Diamond Cold Storage dan berpindah dengan menyalurkan susu hasil pengumpulan dari beberapa Kelompok Ternak yang tergabung didalamnya kepada PT Cimory. Hal tersebut dikarenakan adanya kemudahan dalam akses pengangkutan susu yang dilakukan terutama yang berkaitan dengan jarak dimana PT Cimory yang relatif lebih dekat dengan daerah peternakan sapi perah di sekitar Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung.

5.2 Karakteristik Peternak Responden

Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat ini dilakukan didasarkan bahwa desa tersebut merupakan daerah penghasil susu di Kecamatan Megamendung. Responden penelitian ini merupakan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Mekar Jaya Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting meliputi umur responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah kepemilikan sapi laktasi serta orientasi usahaternak. Karakteristik tersebut dianggap penting didalam penelitian ini karena akan berpengaruh terhadap pelaksanaan usahaternak sapi perah.

(8)

5.2.1 Umur Responden

Umur peternak yang dijadikan responden dalam penelitian ini berkisar antara umur 25 sampai 60 tahun. Presentase umur tertinggi yaitu sebesar 37,14 persen berada pada kelompok umur antara 30 sampai 40 tahun dengan jumlah peternak sebanyak 13 orang. Selain itu terdapat juga presentase umur terendah yaitu dengan nilai 5,71 persen, yang berada pada kelompok umur > 60 tahun dengan jumlah peternak responden sebanyak 2 orang. Komposisi dari sebaran umum peternak responden berdasarkan umur responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Usia di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah responden (Orang) Presentase (%)

1 < 30 4 11,43 2 30 - 40 13 37,14 3 41 - 50 11 31,43 4 51 - 60 5 14,29 5 > 60 2 5,71 Total 35 100

Berdasarkan hasil pada Tabel 11 mengenai karakteristik peternak responden berdasarkan umur, maka dapat diketahui bahwa presentase terbesar peternak yang mengusahakan ternak sapi perah berada pada usia produktif dengan kisaran umur 30 sampai 50 tahun. Umur merupakan variabel yang cukup penting dalam melakukan sebuah kegiatan usaha karena akan mempengaruhi kemampuan peternak dalam menjalankan aktivitasnya. Umur berkaitan erat dengan kemampuan fisik serta kemampuan daya pikir peternak. Semakin tua usia seseorang maka akan semakin menurun kemampuan fisik serta daya pikirnya. Namun, terdapat beberapa peternak yang sudah memasuki usia lanjut yaitu > 60 tahun yang masih menjalankan usahaternak sapi perahnya meskipun tidak secara aktif memantau keseluruhan kegiatan usahanya. Hal tersebut menunjukkan kurangnya generasi penerus yang akan terus melanjutkan usaha beternak sapi perah di kawasan ini, kondisi ini dapat menyebabkan semakin berkurangnya sumber daya manusia di bidang peternakan di masa yang akan datang.

(9)

5.2.2 Jenis Kelamin Responden

Kegiatan usahaternak yang menghasilkan susu segar di Desa Cisarua, ternyata tidak hanya dijalankan oleh kaum laki-laki saja, namun juga dijalankan oleh kaum perempuan. Adanya latar belakang yang berbeda serta didukung dengan adanya keterampilan yang beragam pula ternyata perempuan juga mampu menjalankan usaha ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor ini didominasi oleh kaum laki-laki dengan nilai presentase mencapai 85,71 persen dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Sedangkan usahaternak yang dijalankan perempuan mempunyai jumlah peternak responden sebanyak 5 orang dengan nilai presentase sebesar 14,29 persen. Adapun komposisi sebaran umum peternak responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Presentase (%)

1 Laki Laki 30 85.71

2 Perempuan 5 14.29

Total 35 100

Terdapatnya kaum perempuan yang menjalankan usahaternak sapi perah ini didasari oleh berbagai faktor, diantaranya adalah karena beternak sapi perah merupakan usaha keluarga yang dijalankan secara turun-temurun, selain itu juga karena faktor dimana perempuan meneruskan usahaternak ini karena suaminya sudah tidak mampu secara fisik dalam menjalankan usahanya ataupun karena sebab suaminya sudah meninggal dunia.

5.2.3 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden mencerminkan kualitas sumber daya manusia, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin

(10)

tinggi pula kualitas sumber daya manusia tersebut. Kondisi tersebut dapat terlihat dari tingkat pengetahuan mengenai usaha yang dijalankan, masalaha yang dihadapi serta bagaimana mengatasi permasalahan yang dihadapi tersebut. Tingkat pendidikan yang pernah diperoleh oleh peternak responden akan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Tingkat pendidikan peternak beragam dan sebagian besar responden hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD)/sederajat yaitu sebesar 68,57 persen yaitu sebanyak 24 responden. Presentase ini lebih besar bila dibanding dengan tingkat pendidikan lain seperti SMP/sederajat hanya 22,86 persen, SMA/sederajat sebanyak 5,71 persen serta yang mencapai pendidikan hingga perguruan tinggi hanya satu orang. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar besar pernah mendapatkan pendidikan formal yang berarti peternak dapat membaca dan menulis sehingga dalam menjalankan usahanya tidak mengandalkan orang lain. Komposisi kelompok peternak responden berdasarkan tingkat pendidikan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Presentase (%)

1 SD/sederajat 24 68.57

2 SMP/sederajat 8 22.86

3 SMA/sederajat 2 5.71

4 Perguruan Tinggi 1 2.86

Total 35 100.00

Selain pendidikan formal yang diperoleh peternak responden, perlu adanya tambahan pendidikan untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan beternak para peternak. Oleh karena itu Kelompok Ternak Mekarjaya selalu mengadakan acara pertemuan yang rutin dilakukan setiap satu bulan sekali dirumah anggota secara bergantian. Acara pertemuan rutin tersebut diisi dengan berbagai kegiatan seperti penyuluhan peternakan baik dari pihak KUD Giri Tani maupun dari instansi lain, konsultasi, pelatihan serta silaturahmi antar anggota yang tujuan

(11)

utamanya adalah untuk meningkatkan pengetahuan peternak dalam mengelola usahaternaknya.

5.2.4 Pengalaman Beternak Responden

Pengalaman beternak berkaitan erat dengan lama peternak dalam menjalankan usahanya. Pengalaman beternak peternak responden akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan serta keterampilan peternak dalam mengelola usahaternaknya. Menurut Heriyatno (2009) semakin lama pengalaman beternak, cenderung semakin memudahkan peternak dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan ushaternak yang dilakukannya. Pengalaman yang diperoleh akan mempengaruhi perilaku seseorang seperti pengetahuan, keterampilan, pemahaman serta sikap. Lamanya suatu usaha merupakan pengalaman yang dapat diambil manfaatnya, karena semakin lama pengalaman seseorang dalam menjalankan suatu usaha maka semakin banyak pengalaman yang akan diperoleh. Komposisi lengkap dari peternak responden berdasarkan pengalaman beternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012

No Pengalaman Beternak Jumlah Responden (orang) Presentase (%)

1 < 1 Tahun 1 2.86

2 1 - 5 tahun 7 20.00

3 5 - 10 tahun 16 45.71

4 > 10 tahun 11 31.43

Total 35 100

Tabel 14 menggambarkan karakteristik responden berdasarkan pengalaman beternak sapi perah. Sebagian besar peternak yang dijadikan responden memiliki pengalaman bertenak sapi perah selama 5 - 10 tahun dengan persentase 45,71 persen sebanyak 16 responden. Pengalaman berternak yang dimiliki oleh responden menunjukan lamanya responden berperan aktif dalam usahaternak sapi perah. Semakin lama pengalaman berternak sapi perah maka

(12)

dapat disimpulkan bahwa responden sudah memahami teknik budidaya dalam kegiatan usahaternak yang dijalankan.

5.2.5 Kepemilikan Ternak Responden

Sapi perah yang dipelihara oleh peternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung merupakan sapi jenis Fries Holland (FH). Dalam penelitian ini sapi perah yang diteliti merupakan sapi laktasi yaitu sapi yang sedang berada masa masa produktif menghasilkan susu. Total populasi ternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor adalah sebesar 179 ekor sapi laktasi. Jumlah kepemilikan ternak responden dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Kepemilikan Ternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012

No Kepemilikan Ternak Jumlah Responden (Orang) Presentase (%)

1 1 - 10 ekor 31 88.57

2 11 - 30 ekor 3 8.57

3 >30 ekor 1 2.86

Total 35 100.00

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah kepemilikan ternak sapi perah pada penelitian ini berada pada tiga kelompok besar yaitu 1 – 10 ekor, 11 – 30 ekor, dan > 30 ekor. Dari 35 peternak responden dapat dilihat bahwa jumlah terbesar terdapat pada pada responden dengan kepemilikan ternak berada pada kelompok 1 – 10 ekor dengan presentase sebesar 88,57 persen sebanyak 31 responden. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebagian besar peternak responden mempunyai populasi ternak ≤ 10 ekor. Rendahnya tingkat kepemilikan ternak disebabkan oleh minimnya modal yang dimiliki peternak sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan peternak itu sendiri. Menurut Soedono (1999) peternakan sapi perah akan menguntungkan jika jumlah minimal sapi perah adalah 10 ekor dengan persentase sapi laktasinya ≥ 60 %. Persentase sapi

(13)

laktasi merupakan faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam tata laksana suatu peternakan sapi perah untuk menjamin pendapatan.

5.3 Tatalaksana Usahaternak sapi Perah 5.3.1 Pengadaan dan Pemilihan Bakalan sapi

Bangsa atau jenis sapi yang banyak dipelihara oleh para responden yang terdapat di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan bangsa sapi Fries Holland (FH) atau sapi peranakan hasil persilangan sapi Fries Holland dengan sapi lokal. Bakalan sapi perah ini diperoleh dari pembibitan dengan cara inseminasi buatan (IB). Pada umumnya sapi yang memiliki karakter ekonomis yang menguntungkan berpenampilan bentuk tubuh dan genetis bagus serta sifat-sifat dan kesehatannya bagus. Atas dasar hal tersebut, maka banyak peternak dalam melakukan seleksi selalu bertitik tolak dari faktor-faktor genetis, penampilan tubuh, sifat-sifatnya serta kesehatan sapi. Kondisi tersebut membuat beberapa peternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor memberikan nama ataupun nomor pada setiap sapi agar lebih mudah dalam mengetahui setiap perkembangan sapi mana yang mempunyai cirri-ciri yang tepat untuk dijadikan sebagai bakalan.

Pada umumnya proses seleksi selalu diawali dengan bangsa sapi yang disukai. Peternak sapi perah di Indonesia umumnya menyukai bangsa sapi Fries

Holland (FH) dan peranakannya seperti hal nya bagi peternak di Desa Cipayung,

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, hampir 98 persen sapi milik peternak merupakan sapi peranakan bangsa Fries Holland (FH). Secara umum bentuk tubuh sapi yang sesuai sebagai bakalan adalah bentuk tubuh menyudut atau berbentuk seperti pasak, tubuh kurus sehingga nampak tonjolan-tonjolan tulang, terutama pada kepala, leher, dan bahu. Namun, walaupun sapi nampak kurus sapi dalam kondisi sehat. Sapi yang sehat selalu aktif, nafsu makan kuat, keadaan kulit halus dan mengkilat serta matanya bersinar. Kapasitas tubuh besar sehingga memungkinkan sapi dapat menampung sejumlah makanan sari berbagai jenis makanan dengan volume tinggi yang diperlukan sebagai bahan baku dalam pembentukkan energi.

(14)

Genetik sapi berpengaruh terhadap kemampuan sapi dalam memproduksi susu, kualitas air susu serta keteraturan beranak. Kualitas dan jumlah produksi susu yang mempunyai sifat menurun biasanya dapat diperbaiki melalui proses seleksi. Maka dari itu perlu kecermatan dalam menentukan sapi untuk dijadikan bakalan atau induk dengan mengetahui asal usul keturunannya. Sifat-sifat sapi sangat berpengaruh terhadap produksi susu. Calon induk yang mempunyai sifat jinak dan tenang, penurut, nafsu makan tinggi akan sangat mudah dipelihara dan dikuasai. Berbeda dengan sapi yang mempunyai sifat yang gugup dan tidak dapat beradaptasi dengan cara-cara yang dipergunakan dalam pengelolaan dapat mengakibatkan kurangnya ketenangan dalam kelompok sehingga produksi susu secara keseluruhan menurun. Selain berdasar bentuk tubuh, genetik dan sifat-sifat sapi perlu diperhatikan pula kondisi kesehatan sapi karena sapi yang tidak sehat akan mudah terserang infeksi suatu penyakit seperti Brucellosis, kemandulan, TBC, radang ambing dan lain-lain.

5.3.2 Pemeliharaan Sapi Perah

Kegiatan usahaternak sapi perah dilakukan mulai dari kegiatan pemeliharaan hingga pada proses penanganan susu. Jadwal kegiatan pemeliharaan sapi serta penanganan susu murni yang dilaksanakan oleh peternak sapi perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 16.

(15)

Tabel 16. Jadwal Kegiatan Pemeliharaan Sapi Perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012

Waktu

Kegiatan Jam Jenis Kegiatan

Pagi

04.00 - 05.00

1. Membersihkan Kandang sapi

2. membersihkan ambing sapi sebelum diperah 3. memberi pakan hijauan

05.00 - 08.00

1. Pemerahan susu

2. penyetoran susu ke TPS 3. Membersihkan Peralatan 4. memandikan sapi

5. memberi pakan konsentrat dan air minum 08.00 - 11.00 1. mencari rumput

Istirahat

Sore

13.30 - 15.30

1. Membersihkan Kandang sapi 2. Memberi pakan hijauan 3. memandikan sapi

4. membersihkan ambing sebelum diperah 15.30 - 16.30

1. Pemerahan susu 2. mengirim susu ke TPS

3. memberi makan konsentrat dan air minum

Pada umumnya responden melakukan kegiatan pemeliharaan sapi seperti pada jadwal kegiatan pemeliharaan sapi Tabel 16. Kegiatan tersebut merupakan standar operasional prosedur yang telah diberikan oleh penyuluh peternakan dari koperasi. Jadwal kegiatan tersebut disusun dan dilakukan secara rutin agar tujuan dan mutu yang diharapkan oleh peternak menjadi lebih baik. Selain itu dengan adanya jadwal kegiatan yang tersusun jelas akan mengurangi tingkat stress pada sapi karena sapi pada akhirnya mempunyai kebiasaan kapan harus dimandikan, kapan harus makan dan kapan pula harus di perah.

a) Pembersihan Kandang, Tempat Pakan dan Tempat Minum Ternak Kandang ternak harus selalu dalam keadaan bersih dan kering agar tidak menjadi sarang kuman dan penyakit. Responden biasanya membersihkan kandang dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari sebelum sapi akan diperah. Kandang harus dibersihkan dari kotoran, urin serta sisa-sisa makanan yang tidak temakan sapi. Kegiatan pembersihan kandang biasanya dilakukan bersamaan pada saat sapi dimandikan. Kotoran sapi yang menumpuk dibuang dengan menggunakan sekop

(16)

dan ditampung ditempat penampungan kotorang sapi. Selanjutnya, lantai dibersihkan dengan menyemprotkan air dan air kotor dialirkan keparit yang nantinya mengalir ketempat pembuangan.

Peralatan yang digunakan juga harus dibersihkan setiap hari, hal ini agar mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Sesudah digunakan peralatan dicuci bersih dengan menggunakan sabun lalu dikeringkan. Upaya tersebut dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit akibat sanitasi yang kurang baik.

b) Memandikan Sapi

Kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan dalam pemeliharaan sapi perah adalah memandikan sapi. Responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor pada umumnya memandikan ternaknya sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari setelah sapi di perah. Sapi biasanya di mandikan bersamaan pada waktu membersihkan kandang. Sapi menghabiskan hari-hari berada dikandang sehingga menyebabkan kandang menjadi mudah kotor yang diakibatkan oleh kotoran dari sapi itu sendiri yang menempel pada kulit/bulu pada saat sapi berbaring. Ktoran yang melekat pada bagian tubuh sapi tersebut banyak mengandung kuman penyakit dan bakteri yang dapat menimbulkan penyakit salah satunya adalah gatal-gatal sehingga membuat sapi gelisah dan tidak tenang. Maka dari itu, sapi harus dimandikan minimal dua kali sehari dengan cara menggosok kulit sapi terutama pada bagian-bagian lipatan kulit dan sekitar ambing lalu menyemprotnya dengan air hingga bersih. Pengalaman para peternak apabila sapi tidak dimandikan, maka produksi susu akan menurun 10 persen (Sudono, 1999). Semua sapi usia dewasa dimandikan kecuali untuk pedet, hal ini karena daya tahan tubuh pedet masih lemah dan rentan. Kegiatan memandikan ternak dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.3.3 Kandang

Kandang merupakan tempat tinggal bagi sapi dan juga sebagai tempat bekerja bagi peternak yang mengurus ternaknya setiap hari. Sapi perah harus selalu diawasi dan dilindungi dari aspek-aspek lingkungan yang dapat merugikan ternak seperti angin kencang, terik matahari, air hujan, suhu udara di malam hari

(17)

yang dingin, gangguan binatang buas serta pencuri. Oleh karena itu peternak harus menyediakan bangunan kandang yang dapat mengamankan ternak dari lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga akan berpengaruh pada produksi ternak. Kandang dapat memberikan jaminan kesehatan ternak serta menunjang tatalaksana usahaternak yang dijalankan.

Mengingat bahwa kandang sangat menunjang kenyamanan, keamanan dan kesehatan ternak serta menunjang tatalaksana usahaternak, maka pembangunan kandang harus dipersiapkan secara benar sehingga dari segi teknis memenuhi persyaratan. Kandang milik peternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor sebagian besar sudah semi permanen dan terletak di samping atau dibelakang rumah. Dinding kandang terbuat dari kayu dan ada pula yang terbuat dari semen setinggi leher orang dewasa (1,5 meter) hal ini bertujuan agar pergantian sirkulasi udara di dalam kandang lancar serta memungkinkan masuknya sinar matahari khususnya pada pagi hari. Lantai kandang sudah terbuat dari semen dan dibuat dengan tekstur miring selain itu juga dibuat parit atau selokan hal ini bertujuan agar pada saat pembersihan kandang lebih mudah serta kotoran dan urin ternak dapat mengalir keselokan sehingga lantai kandang akan cepat kering dan tidak licin. Selain itu, pada setiap ekor sapi dialasi dengan matras yang terbuat dari karet yang berguna sebagai tempat berpijak agar sapi tidak slip dan juga berfungsi sebagai alas untuk tidur. Tempat makan dan minum merupakan perlengkapan yang penting dalam kandang ternak. Sebagian besar temapt makan dan minum ternak responden sudah dibuat secara permanen dari semen secara individual.

Selain itu ukuran kandang menentukan seberapa besar populasi dapat di tamping, karena apabila populasi ternak dalam kandang yang berukuran kecil terlalu banyak akan berpengaruh pada tingkat stress dan kenyamanan sapi itu sendiri sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan produksi susu. Pada umumnya ukuran kandang yang digunakan responden berukuran antara 1,2 x 1,5 sampai 1,5 x 2.0 meter untuk satu ekor sapi dewasa, sedangkan untuk pedet biasanya kandang akan terpisah dengan sapi dewasa namun masih dalam satu lokasi dengan ukuran sekitar 1.0 x 1,5 meter dilengkapi ember sebagai tempat makan dan minum. Responden membersihkan kandangnya dua kali sehari yaitu

(18)

pagi dan sore hari sebelum pemerahan. Hal itu dilakukan untuk menjaga kenyamanan sapi perah dan kebersihan susu yang dihasilkan.

5.3.4 Peralatan

Peralatan merupakan perlengkapan yang harus dimiliki oleh peternak dalam membantu menjalankan usahaternaknya. Peralatan ini menunjang responden dalam melakukan usaha budidaya sapi perah. Peralatan yang dimiliki oleh responden akan berpengaruh terhadap biaya tetap yang dikeluarkan oleh responden berupa biaya penyusutan alat. Penghitungan nilai penyusutan ini digunakan metode garis lurus antara nilai beli dengan umur ekonomis peralatan tersebut. Peralatan yang digunakan oleh peternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor antara lain:

1. Milk Can, yaitu kaleng penampung susu yang terbuat dari alumunium khusus

tanpa sambungan. Terdiri dari berbagai ukuran namun yang biasanya dimiliki oleh peternak responden antara lain berkapasitas 10 liter, 15 liter dan 20 liter. 2. Ember, digunakan untuk menampung air minum sapi, memandikan sapi,

menampung pakan ransum sapi serta untuk membersihkan kandang. Ukuran ember yang digunakan bervariasi mulai dari 10 liter, 15 liter dan 20 liter. 3. Sabit/arit/golok, digunakan untuk memotong rumput pakan ternak dan untuk

membersikan semak yang tumbuh disekitar kandang.

4. Cangkul/sekop, digunakan untuk membersihkan kotoran sapi. 5. Literan, digunakan untuk mengukur jumlah susu yang diproduksi.

6. Drum/bak penampung air, digunakan untuk menampung air yang akan digunakan untuk membersihkan kandang atau memandikan sapi. Biasanya hanya dimiliki oleh peternak yang mempunyai populasi sapi cukup banyak. 7. Selang plastik, digunakan untuk menyalurkan air dari sumber air ke kandang

ternak untuk membersihkan kandang dan memandikan ternak dengan menyemprotkan air melalui selang.

8. Sepatu boot, digunakan sebagai pelindung kaki peternak.

Sebagian besar peralatan untuk peternakan diperoleh peternak dari KUD Giri tani, dengan sistem pembayaran tunai ataupun kredit, namun terdapat pula

(19)

peternak yang membeli diluar KUD Giri Tani. Pembelian alat-alat secara kredit pembayarannya dilakukan dengan memotong dari hasil penjualan susu.

5.3.5 Tenaga Kerja

Menurut Alpian (2011), tenaga kerja merupakan kelompok penduduk dalam usia kerja. Penggunaan tenaga kerja biasanya dinyatakan dengan besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai merupakan besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Besar kecilnya curahan tenaga kerja akan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Tenaga kerja dapat diperoleh dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga.

Pada umumnya penggunaan tenaga kerja responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor menggunakan perhitungan Hari Kerja Pria (HKP), dimana setiap harinya tenaga kerja dihitung dengan jumlah jam kerja sebanyak delapan jam per hari dihitung mulai dari pukul 04.00 pagi hingga pukul 07.00 pagi, lalu pukul 08.00 hingga 11.00 lalu akan dilanjutkan kembali mulai pukul 14.00 sore hingga pukul 16.00 sore.

Sebagian besar tenaga kerja yang dipakai oleh responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan tenaga kerja dari keluarga dengan presentase sebanyak 77,14 persen, sedangkan responden yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga sebanyak 22,86 persen. Kegiatan tenaga kerja yang dilakukan dalam memelihara ternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor meliputi membersihkan kandang, memberi makan dan minum sapi, memandikan ternak, mencari rumput dan pemerahan. Upah tenaga kerja per hari rata-rata sebesar Rp 25.000. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga memaksa responden untuk mengeluarkan biaya secara langsung sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah mereka lakukan, sementara penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga, responden tidak perlu mengeluarkan biaya secara langsung sehingga dapat mengurangi pengeluaran yang harus dikeluarkan responden untuk pembayaran tenaga kerja disetiap bulannya.

(20)

5.3.6 Pakan

Menurut Girisonta (1995) semua makhluk hidup membutuhkan makanan, termasuk sapi perah. Makanan bagi sapi perah berfungsi untuk perawatan tubuh dan kegiatan biologis yang lain seperti bernapas, proses pencernaan, gerakan jantung, dan menggantikan bagian-bagian tubuh yang rusak. Selain itu, juga untuk memproduksi susu, daging, dan pertumbuhan janin dalam kandungan. Dalam usaha pemeliharaan sapi perah terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan agar usahaternak yang dijalankan dapat berhasil. Faktor pertama adalah feeding (pakan) yang menempati posisi terbesar dalam usaha pemeliharaan sapi perah yaitu sebesar 55 persen, sementara breeding dan management menampati posisi kedua dan ketiga masing-masing 25 persen dan 20 persen (Girisonta, 1995). Fakta tersebut membuktikan bahwa faktor pemberian pakan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan sapi perah, karena pemberian pakan yang salah akan berpengaruh pada menurunnya produksi ternak.

Responden sangat menyadari bahwa pakan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi ternak, maka dari itu responden akan berusaha memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak dari pakan yang diberikan. Sebagian besar responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor memberikan pakan ternak terdiri dari tiga kelompok yaitu makanan hijau (hijauan), konsentrat serta pakan tambahan berupa ampas tahu.

Makanan hijau (hijauan) merupakan makanan pokok yang dibutuhkan sapi karena mengandung karbohidrat dan serat kasar yang tinggi. Biasanya responden akan mendapatkan hijauan di daerah sekitar tempat tinggal seperti tegalan/ladang yang memang ditanami rumput-rumputan untuk pakan ternak, namun terkadang juga responden mendapatkannya dari limbah pertanian seperti daun jagung. Selain dari hasil mencari sendiri, responden juga membeli rumput segar sebagai pakan ternaknya dari pihak tertentu yang memang menyediakan dengan harga rata-rata Rp 150,- per kilogram.

Pemberian pakan pada sapi perah sangat mempengaruhi produksi susu, karena pemberian pakan yang kurang baik akan dapat menurunkan produksi susu yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan

(21)

diketahui bahwa jenis hijauan yang diberikan responden untuk ternak berupa rumput gajah, rumput lapang, limbah pertanian seperti daun jagung, daun singkong dll. Sebagian responden dalam memberikan hijauan dilakukan secara perkiraan tanpa ukuran yang pasti, dan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pada pagi hari, pakan hijauan diberika pada pukul 07.00 pada saat sapi akan diperah sedangkan pada sore hari pakan hijauan diberikan pada pukul 16.00 pada saat sapi akan dan setelah diperah.

Pemenuhan kebutuhan gizi pada sapi perah dilakukan dengan pemberian pakan yang mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap dan seimbang. Pemberian makan sapi berupa hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi pada ternak maka dari itu diperlukan makanan tambahan berupa konsentrat yang merupakan makanan dengan kandungan energi dan protein yang tinggi serta serat kasarnya rendah. Bahan makanan konsentrat ini terdiri dari biji-bijian seperti jagung, menir, dan bulgur, hasil ikutan pertanian dari pabrik seperti dedak, katul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah dan molases. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan protein pada ternak, responden juga memberikan makanan tambahan berupa ampas tahu yang biasanya pemberiannya dicampur dengan konsentrat. Konsentrat diperoleh responden dari KUD Giri Tani dengan harga Rp 2000 per kilogram sedangkan ampas tahu ini diperoleh responden dari produsen tahu yang berada di daerah Ciawi dengan harga rata-rata Rp 300,- per kilogram. Kegiatan pemberian pakan pada sapi perah dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.3.7 Air Minum

Air merupakan salah satu komponen bahan makanan yang sangat diperlukan oleh sapi perah dalam jumlah besar disamping energy dari makanan pokok. Kebutuhan air tidak dapat di abaikan karena 70 persen dari tubuh sapi terdiri dari air. Dalam tubuh sapi air berfungsi untuk mengatur suhu dalam tubuh, membantu proses pencernaan, metabolism, membantu pelepasan kotoran dan sebagainya. Kebutuhan air dapat dipenuhi dalam bentuk air minum dan air yang terdapat dalam makanan. Sapi perah membutuhkan 2 – 2,5 kg air minum untuk memproduksi air susu sebanyak 0,5 kg, oleh karena itu air harus disediakan dalam jumlah cukup banyak atau ad libitum (tanpa batasan) agar dapat memproduksi

(22)

susu lebih tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan responden memberikan air untuk ternak dengan menggunakan ember besar. Air yang diberikan merupakan air bersih yang berasal dari mata air disekitar wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Kegiatan pemberian pakan pada sapi perah dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.3.8 Kesehatan Hewan dan Reproduksi

Sapi perah yang terserang penyakit akan dapat menimbulkan kerugian besar bagi peternak terutama untuk penyakit yang bersifat menular. Maka dari itu, diperlukan penanganan langsung apabila ternak terserang penyakit. Responden biasanya akan menghubungi bagian kesehatan hewan (keswan) yang sudah disediakan ole pihak KUD Giri Tani, namun untuk responden anggota Kelompok Ternak Mekar Jaya sudah mempunyai petugas kesehatan sendiri untuk mengatasi permasalahan dan penyakit pada ternak. Responden hanya perlu melaporkan ke bagian kesehatan hewan (keswan) untuk mendapatkan pelayanan berupa obat-obatan dan vitamin sesuai dengan penyakit yang menyerang ternak. Jenis penyakit yang sering menyerang pada ternak milik responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor antara lain adalah Anorexia,

Indigesti, diare, Mastitis, pilek, kembung perut, dan Brucellosis (keguguran

menular). Sementara untuk jenis penyakit Anthrax dan ngorok belum pernah ditemukan pada ternak milik peternak sapi perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

Pada umumnya sistem reproduksi sapi perah responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dilakukan dengan cara Inseminasi Buatan (IB). Inseminasi Buatan (IB) adalah suatu metode memasukkan semen/mani pejantan unggul kedalam rahim sapi betina dengan menggunakan alat bantuan manusia. Inseminasi Buatan (IB) merupakan suatu cara beternak modern dalam usaha meningkatkan mutu ternak seefisien mungkin. Selain itu, bagi responden Inseminasi Buatan (IB) dirasa lebih banyak memberikan keuntungan hal ini karena lebih praktis, hemat waktu, hemat tenaga, hemat biaya, serta mengurangi tingkat penyebaran penyakit oleh sapi jantan dan anak sapi (pedet) hasil inseminasi buatan keturunannya lebih bagus.

(23)

Menurut hasil wawancara dengan petugas kesehatan hewan Kelompok Ternak Mekar Jaya, tidak semua sapi mengalami kebuntingan pada saat pertama kali dilakukan Inseminasi Buatan (IB), sehingga menyebabkan sapi kehilangan masa suburnya dan harus menunggu lagi selama 21 hari hingga masa sapi birahi kemudian dilakukan Inseminasi Buatan (IB) lagi. Sebelum melakukan Inseminasi Buatan (IB) perlu diketahui saat yang tepat untuk melakukannya, untuk itu perlu diketahui berapa lama saat birahi pada sapi betina. Birahi pada sapi betina akan berlangsung selama 6 sampai 36 jam dengan rataan 18 jam pada sapi betina betina dewasa dan 15 jam pada sapi betina dara (Syarif dan Sumoprastowo, 1984). Waktu yang tepat dilakukan adalah sekitar 10,5 jam setelah tanda birahi mulai muncul seperti sapi tampak gelisah dan selalu ingin keluar kandang, mengibas-ngibaskan ekor, nafsu makan berkurang, produksi susu menurun dll. Pedoman mengenai saat yang tepat untuk mengawinkan sapi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Pedoman Waktu Mengawinkan Sapi yang Tepat Saat Permulaan Tanda

Birahi Waktu Terbaik untuk Mengawinkan Terlambat 1. Pagi hari (sebelum

pukul 09.00) - Hari itu Juga - Siang esok harinya 2. Siang hari (pukul

09.00 - 12.00)

- Sore pada hari yang sama - 1/4 pagi esok harinya

sebelum pukul 10.00

- Pagi esok harinya setelah pukul 10.00

3. Sore hari

- Pada esok harinya - Siang esok hari sebelum

pukul 15.00

- Besok siangnya setelah pukul 15.00

Sumber : Girisonta (1995)

Sapi yang baru saja beranak, bisa dikawinkan kembali setelah 60 - 95 hari karena apabila dilakukan penundaan yang terlalu lama akan menyebabkan jarak kelahiran (calving internal) berikutnya terlalu panjang. Namun, pengaturan jarak kelahiran (calving interval) pada responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor melebihi 365 hari. Inseminasi Buatan (IB) dan pelayanan kesehatan untuk ternak milik responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dilakukan dengan menggunakan petugas kesehatan yang memang sudah disediakan oleh Kelompok Ternak Mekar Jaya. Biaya pelayanan Inseminasi Buatan (IB) sebesar Rp 30.000, dimana untuk biaya

(24)

suntik obat-obatan dan vitamin berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp 30.000 tergantung jenis suntikan yang diberikan.

5.3.9 Pemerahan

Produksi susu pada sapi perah dilakukan dengan cara memerah. Kegiatan pemerahan yang dilakukan oleh pekerja bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana melainkan suatu pekerjaan yang menuntut keterampilan. Kualitas produksi susu selain dipengaruh oleh proses pemeliharaan seperti pemberian pakan yang baik, pencegahan dan pemberantasan penyakit, juga dipengaruhi oleh teknik pemerahan yang benar. Responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor biasanya melakukan kegiatan pemerahan sebanyak dua kali sehari yaitu pukul 05.00 – 06.30 pada pagi hari dan pukul 15.30 – 17.00 pada sore hari. Teknis pemerahannya masih sederhana atau tradisonal yaitu dengan menggunakan tangan pekerja.

Sebelum melakukan proses pemerahan, biasanya dilakukan beberapa persiapan antara lain terlebih dahulu sapi di beri makan hal ini bertujuan agar sapi tenang pada saat akan diperah. Setelah itu sapi dimandikan dan lantai kandang juga dibersihkan dengan cara disemprot dengan air hal ini berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan susu yang di produksi. Ambing dan puting di bersihkan dengan menggunakan air hangat, digosok secara perlahan dengan menggunakan kain/spons kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kebersihan air susu dan mengurangi pencemaran. Agar merangsang keluarnya air susu biasanya dilakukan dengan memijit (massage) secara perlahan pada ambing sapi yang diperah. Puting sapi yang akan diperah perlu diolesi minyak kelapa atau vaselin agar menjadi licin sehingga memudahkan proses pemerahan dan sapi tidak merasa kesakitan, kebutuhan vaselin responden rata-rata dalam satu bulan sebesar 1.050 gram dan diperoleh responden dari KUD Giri Tani.

Proses pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut dan diawali dengan pemerahan pelan lalu dilanjutkan dengan lebih cepat. Pemerahan harus dilakukan secepat mungkin karena pemerahan yang terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik pada sapi yang diperah salah satunya adalah sapi akan menjadi stres. Pemerahan dilakukan terus-menerus hingga air susu yang

(25)

didalam ambing tidak keluar dan habis, setelah itu puting di bersihkan dengan menggunakan lap dan air hangat untuk mencegah terjadinya mastitis pada sapi. Kegiatan pemerahan susu dapat dilihat pada Lampiran 5.

5.3.10 Pemasaran Susu

Produksi susu dari para peternak sebagian besar dijual melalui KUD Giri Tani yang nantinya akan disalurkan ke PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory). Pada awalnya peternak responden yang tergabung dalam Kelompok Ternak Mekar Jaya mengumpulkan susu di sekretariat kelompok ternak kemudian susu yang sudah terkumpul akan dijemput dan diangkut oleh mobil KUD Giri Tani untuk selanjutnya akan dikirim ke PT Cimory. Namun, seiring berjalannya waktu dengan keunggulan yang dimiliki oleh Kelompok Ternak Mekar Jaya yaitu dalam hal pengadaan alat transportasi mandiri sehingga susu yang berasal dari peternak setelah dikumpulkan dari dua pos pengumpulan susu maka susu tersebut langsung dikirim ke PT Cimory. Dengan demikian susu segar tersebut tidak akan terlalu lama dalam perjalanan yang beresiko menyebabkan kerusakan dan menurunkan kualitas susu. Adanya alat pengangkutan sendiri dirasa menguntungkan bagi peternak itu sendiri karena harga susu yang diterima lebih tinggi dibanding sebelumnya karena kualitas susu lebih baik. Kegiatan penyetoran susu dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 18 menjelaskan mengenai rincian jumlah input yang digunakan responden dalam usahaternak sapi perah serta hasil produksinya

Tabel 18. Rata-Rata Penggunaan Input Serta Output yang dihasilkan Dalam Usahaternak Sapi Perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Pada Bulan Januari Tahun 2012.

Uraian Jumlah Satuan

1. Input Usaha

- Konsentrat 914.94 Kilogram

- Hijauan 5,845.71 Kilogram

- Ampas Tahu 1,526.97 Kilogram

- Mineral 2.63 Kilogram

- Air 4410.86 Liter

- Vaseline 0.69 Kilogram

- Tenaga Kerja 24,08 HKP

Gambar

Tabel  8.  Luas  Wilayah  Menurut  Penggunaannya  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung, Kabupaten Bogor, Tahun 2010
Tabel 9. Tingkat Pendidikan Warga Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung,  Kabupaten Bogor Tahun 2010
Tabel  10.  Mata  Pencaharian  Pokok  Warga  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2010
Tabel 12. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa  Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu pada penelitian terdahulu menggunakan kepemilikan institusional sebagai variabel independen, sedangkan

Triac akan tersambung (on) ketika berada di quadran I yaitu saat arus positif kecil melewati terminal gate ke MT1,dan polaritas MT2 lebih tinggi dari MT1, saat triac terhubung

TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RUAS JALAN KRASAK – PRINGAPUS)..

Di ambil data dengan quesioner pada 118 orang mahasiswa dan mahasiswi, untuk mengetahui kebiasaan di sekitar miksi, dan dilakukan penghitungan denyut

Model tersebut selain membuat siswa menjadi aktif juga membuat tinjauan yang menyenangkan sehingga pemahaman tentang materi akan lebih baik (Silberman, 2001: 231). Kelebihan dari

Kehidupan di Pondok Pesantren Al-Anwar merupakan kehidupan yang penuh dinamika. Santri yang mondok di Pondok Pesantren Al-Anwar berasal dari daerah yang berbeda-beda dan

Sedangkan pengujian metalografi akan membahas pengaruh Base Metal setelah dilakukan pengelasan dimana akan terdapat daerah yang terpengaruh panas yang dikenal dengan

Hasil statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan volume total urin kelompok furosemid dengan kelompok EnHPK dosis 100 mg/kg bb dengan nilai signifikansi