• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peternakan Ayam Broiler

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam (Amrullah 2003). Data perkembangan pertumbuhan memperlihatkan bahwa ayam broiler tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan dengan nenek moyangnya. Ayam ini akan tumbuh 40-50 kali dari bobot awalnya dalam kurun waktu 6-7 minggu. Broiler tumbuh sebanyak 50-70 gram per hari pada minggu-minggu terakhir (Amrullah 2004).

Sentra peternakan ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiap negara (Sosroamidjoyo et al.1990). Usaha ternak ayam pedaging di Indonesia dapat dijumpai hampir di setiap propinsi. Adanya berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah berada di pasaran, peternak dapat dengan mudah dalam menentukan pilihannya. Semua jenis strain yang telah ada di pasaran memiliki daya produktifitas relatif sama. Apabila terdapat perbedaan, perbedaan tersebut tidak mencolok atau sangat kecil sekali.

Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (pakan ternak) (Akoso 1998). Manajemen perkandangan pada peternakan ayam broiler dapat dilihat pada Gambar 1.

(2)

2.2. Pengukuran Performa Ayam Broiler

Salah satu parameter keberhasilan pemeliharaan ayam broiler yaitu penghitungan Indeks Performa (IP) (Suprijatna et al. 2008). IP merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar kinerja ayam pedaging. Menurut Infovet (2007), pencapaian kinerja pemeliharaan ayam broiler yang utama dilakukan melalui pengukuran 5 (lima) parameter, yaitu :

1) Pencapaian bobot badan atau Body Weight (BW)

2) Tingkat konsumsi pakan atau Feed Coversion Ratio (FCR); 3) Rata-rata Umur atau Age saat dipanen (A/U);

4) Tingkat kematian atau Mortality (M);

5) Nilai Produksi (NP)/Index Performance (IP).

Pengukuran dan penilaian kelima parameter kinerja pemeliharaan mencerminkan kualitas pemeliharaan ayam broiler. Pengukuran dan penilaian ini sangat berguna bagi peternak dan perusahaan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan produksi pemeliharaan ayam broiler dari suatu peternakan yang dikelola, dibandingkan dengan standar yang diterapkan oleh perusahaan.

2.3. Kejadian penyakit Avian Influenza pada Ayam Broiler

Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Virus AI termasuk dalam famili orthomyxoviridae dan merupakan virus segmented negatif-sense RNA. Virus ini dikelompokkan menjadi 5 genera, yaitu influenza tipe A, B, C, Isavirus, dan thogotovirus. Virus influenza tipe A sangat penting dalam menginfeksi unggas dan mamalia dibandingkan dengan virus influenza tipe yang lainnya. Virus influenza tipe B dan C merupakan virus yang patogen bagi manusia dan jarang menginfeksi spesies yang lain. Kelompok Isavirus merupakan virus influenza yang menyerang ikan atau sangat patogen bagi ikan dan merupakan Infectious salmon anemia virus. Thogotovirus merupakan arbovirus yang dapat diisolasi dari manusia dan peternakan (Suarez dan David 2008).

Virus AI mempunyai amplop virions dengan diameter 80-120 nm, mempunyai panjang 200-300 nm, memiliki matriks (M) protein yang disebut Helical segmented nucleocapsid (6-8 segmen). Genom terdiri dari 10 gen (8

(3)

struktur protein dan 2 struktur nonprotein) yaitu 3 transkriptase (PB2, PB1 dan PA), 2 lapisan Glycoprotein (Haemaglutinin/HA dan Neuroamidase/NA), 2 protein matrix (M1 dan M2), 1 protein nucleocapsid (NP) dan 2 protein nonstruktural (NS1 dan NS2) (CIDRAP 2008). Virus AI dapat diisolasi dari unggas, burung tangkapan, dan burung liar di Afrika, Asia, Australia, Eropa, dan Amerika, dan anti-AI ditemukan dan diidentifikasi dari penguin Antartic (Swayne 2008b).

Avian Influenza adalah penyakit eksotik dan termasuk daftar A, Office International des Epizootiq ics, yaitu penyakit yang harus dilaporkan (notifiable) yang penyebarannya sangat cepat dan melewati batas-batas negara (Alexander

1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian AI pada suatu peternakan atau

wilayah yaitu: jenis unggas yang dipelihara (ayam, itik dan burung puyuh), tingkat kepadatan ternak ayam per-wilayah, manajemen peternakan (SDM, perkandangan, pakan, air minum, budidaya, kesehatan umum), pelaksanaan biosekuriti, vaksinasi AI, kontak dengan burung liar, rodensia insekta, mamalia (anjing dan kucing), sistem pemasaran produk serta sistem penanganan kotoran dan limbah. Penyakit AI ( H5N1) sekarang ini telah menyebar ke seluruh dunia dan menyerang berbagai jenis unggas peliharaan termasuk kalkun, ayam, burung

puyuh, angsa, dan itik (Suardana 2009). Penyakit AI menyebabkan angka

kematian yang tinggi pada ayam di Italia pada tahun 1878. Namun, baru diketahui pada tahun 1955 bahwa penyebab fowl plague sebenarnya adalah virus AI yang memiliki komposisi gen yang serupa (hampir identik) dengan virus influenza manusia (Wibawan et al. 2009).

Menurut CIDRAP (2008), AI memiliki masa inkubasi 3-7 hari dan memiliki gejala yang bervariasi. Gejala yang ditimbulkan pada umumnya akibat oleh infeksi virus AI akan menunjukkan gejala klinis sebagai berikut :

1. Kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung,

2. Pembengkakan dan cyanosis di daerah bagian muka dan kepala, 3. Pendarahan di bawah kulit (subkutan),

4. Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna keunguan, 5. Pendarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki dan telapak kaki, 6. Batuk, bersin dan ngorok,

(4)

7. Unggas mengalami diare dan kematian tinggi,

8. Kebengkakan dan kongesti konjungtiva dengan occasional hemoragi, 9. Inkoordinasi, paralisis,

10. Haus yang berlebihan, 11. Depresi.

Gejala penyakit lain yang menyerupai AI adalah Newcastle disease (ND), Cholera unggas, Fowl pox yang akut, dan penyakit saluran pernafasan pada unggas (Infovet 2007).

Menurut CIDRAP (2008), penyakit flu burung dapat ditularkan dari unggas ke unggas atau dari peternakan ke peternakan lainnya dengan 2 cara yaitu: kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka dan kontak tidak langsung. Penularan melalui kontak tidak langsung dapat melalui :

1. Percikan cairan atau lendir yang berasal dari hidung dan mata 2. Paparan muntahan

3. Lubang anus (tinja) dari unggas yang sakit 4. Penularan lewat udara

5. Melalui sepatu dan pakaian peternak yang tercemar dan terkontaminasi 6. Melalui pakan, air, dan peralatan yang terkontaminasi virus dan melalui

perantara angin.

2.4. Program Vaksinasi Avian Influenza ( AI ) pada Ayam Broiler

Program vaksinasi merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan di kalangan peternak ayam untuk menjaga kesehatan ayam sehingga didapatkan ayam yang sehat dan mampu menghasilkan daging yang berkualitas. Dalam melaksanakan vaksinasi, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan yaitu: jenis vaksin, metode vaksin, dosis vaksin, cara penyimpanan vaksin jadwal vaksinasi dan waktu pemberian vaksin. Selain itu hal lain yang mempengaruhi vaksinasi yaitu kualitas vaksin. Adapun kualitas vaksin terutama ditentukan oleh pembuatan vaksin, distribusi dan penyimpanannya, titer vaksin dan masa kedaluwarsa vaksin.

Kunci keberhasilan vaksinasi ditentukan oleh penggunaan vaksin yang berkualitas tinggi yang harus didukung oleh manajemen optimal, terutama

(5)

biosekuriti yang ketat. Vaksin harus diberikan terlebih dahulu sebelum terjadinya infeksi oleh agen infeksi lapang. Vaksin juga harus memberikan perlindungan kolektif pada semua ayam. Menurut Akoso (1998), keberhasilan vaksin ditentukan oleh empat faktor, yaitu kesehatan unggas, status nutrisi unggas, sanitasi lingkungan dan sistem perkandangan yang baik, serta ketepatan program pemberian vaksin. Menurut Harder dan Warner (2008), vaksinasi dalam dunia kedokteran hewan bertujuan untuk mencapai empat sasaran yaitu:

1. Perlindungan terhadap timbulnya penyakit secara klinis, 2. Perlindungan terhadap serangan virus yang virulen, 3. Perlindungan terhadap eksresi virus,

4. Pembedaan secara serologik antara hewan yang terinfeksi dari hewan yang di vaksin (differentiation of infected from vacctinated animal/DIVA) Vaksinasi mengurangi jumlah penyebaran virus dari burung dan titer virus pada usapan (swab) oropharyngeal dan kloaka, namun demikian pada kebanyakan kasus virus masih dapat terdeteksi, khususnya di trachea (Swayne et al. 2008b).

Vaksinasi diperlukan dalam penanganan AI karena akan melindungi gejala klinis dan mortalitas yang disebabkan oleh virus HPAI. Vaksinasi akan mengurangi populasi yang rentan, mengurangi pencemaran/shedding virus di lokasi peternakan dan untuk mencegah kerugian ekonomi (Infovet 2007). Vaksinasi pada ayam mengurangi infeksi virus dan mengurangi ekskresi virus. Vaksinasi dapat digunakan sebagai alat eradikasi atau alat untuk mengontrol penyakit dan mengurangi kontaminasi virus pada lingkungan (CIDRAP 2008). Vaksinasi yang digunakan pada kasus AI adalah vaksin inaktif. Pembuatan vaksin inaktif AI umumnya dilakukan dengan menyuntikkan virus pada telur embrio tertunas (TET) atau dibiakkan pada kultur jaringan Madin Darby Canine Kidney (MDCK). Virus AI ditumbuhkan pada embrio telur ayam yang tidak mengandung virus atau patogen apapun yang dikenal dengan Specific Pathogen Free (SPF) (Natih 2010).

Prinsip dasar pemakaian vaksin AI adalah virus vaksin (master seed) harus homolog. Vaksin AI homolog adalah vaksin yang mempunyai kandungan antigen, terutama komponen hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) yang sama dengan virus AI yang sedang berjangkit di wilayah yang bersangkutan

(6)

(Mahardika 2009). Menurut regulasi OIE, master sheed vaksin harus berasal dari isolat virus Low Patogenic Avian Influenza (LPAI) yang telah dikarakterisasi (dimurnikan), mempunyai komposisi genetik yang stabil, proses inaktivasi sempurna (uji laboratorik), bebas pencemaran agen infeksius lainnya, mengandung konsentrasi antigen yang tinggi, menggunakan adjuvant berkualitas tinggi, mempunyai tingkat keamanan serta potensi dan efektifitas yang tinggi (uji laboratorik dan uji lapang) (Infovet 2007).

Karakteristik vaksin AI yang ideal (Suarez dan David 2008), vaksin dapat merangsang respon kekebalan humoral (humoral mediate immunity/HMI) dan kekebalan seluler (cell mediate immunity/CMI), sehingga perlindungan terhadap ayam cepat terbentuk. Kriteria lain yang diharapkan pada vaksin AI adalah harga relatif terjangkau, mudah diberikan pada ayam, perlindungan efektif, dapat dicapai dengan dosis tunggal (ayam semua umur), aman untuk ayam/unggas dan aman untuk diproduksi, master seed berasal dari virus Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI), waktu henti singkat (pada broiler), khusus vaksin vektor, dapat merangsang respon antibodi pada ayam yang telah kontak dengan vektor. Selain itu metoda vaksinasi, program vaksinasi, vaksinator, peralatan vaksinasi beserta sarana/prasarana peternakan ayam, umur/variasi umur dan status kesehatan, semuanya memegang peranan dalam keberhasilan penanggulangan AI (Infovet 2007).

2.5. Pengaruh Vaksinasi Terhadap Performa Ayam Broiler

Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit (Anonim 2009a). Secara umum vaksin adalah bahan yang berasal dari mikroorganisme parasit yang sifat patogenitasnya telah dihilangkan terlebih dahulu dan digunakan untuk merangsang pembentukan sistem kekebalan tubuh tanpa menimbulkan penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif. Vaksin inaktif adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dimatikan tanpa merubah struktur antigenik, hingga

(7)

mampu membentuk zat kebal. Pembentukan kekebalan tersebut memerlukan energi yang sangat besar sehingga dapat menimbulkan kondisi stres terhadap ternak. Efek respon stres yang berlebihan dapat mengakibatkan beberapa efek negatif, yaitu berupa gangguan pada penampilan akhir (penurunan bobot badan dan produksi telur) (Suska 2009). Vaksin merupakan kesatuan agen patogen yang menyebabkan terjadinya respon imun terhadap patogen tersebut.

Pemberian vaksin berarti memasukkan antigen ke dalam tubuh hewan yang sehat dengan tujuan menggertak timbulnya antibodi. Antigen ini dapat berupa agen penyakit hidup yang dilemahkan maupun patogen yang telah dimatikan (Suska 2009). Pemberian vaksin bertujuan agar ketika individu menghadapi patogen spesifik yang diwakili oleh vaksin, individu tersebut dapat mengenali agen dan dapat meningkatkan tanggap kebal sehingga melindungi individu terhadap paparan agen tersebut (Korsman 2006). Wibawan (2009) menyatakan, ayam memiliki sensitivitas tinggi terhadap protein asing, sehingga dengan jumlah sedikit dapat memberikan respon pembentukan antibodi.

Pemberian vaksinasi pada ayam broiler biasanya diberikan pada umur 10-14 hari. Sedangkan pada ayam petelur khususnya fowl pox dan Newcastle disease dilakukan setelah 8 minggu (Sandra 2010). Pemberian vaksin inaktif pada ayam broiler lebih baik dibandingkan dengan pemberian vaksin aktif. Begitu pula pemberian vaksin setengah dosis lebih baik dan menghasilkan indeks performa yang tinggi bila dibandingkan dengan pemberian vaksin dengan 1 dosis (Riza 2009). Pemasukan agen yang telah dilemahkan atau dimatikan memberikan pengaruh stres bagi hewan yang divaksinasi. Stres ini menimbulkan gangguan pertumbuhan pada ayam.

2.6. Pengaruh Vaksinasi Avian Influenza (AI) pada Performa Ayam

Pemberian vaksin atau vaksinasi berarti memasukkan antigen kedalam tubuh hewan yang sehat dengan tujuan menggertak timbulnya antibodi. Antigen ini dapat berupa agen penyakit hidup yang dilemahkan maupun patogen yang telah dimatikan (Suska 2009). Antigen yang masuk kedalam tubuh pertama kali akan dijerat sehingga dapat diketahui sebagai bahan asing. Bila sudah dikenali sebagai bahan asing, kemudian informasi ini akan dikirimkan ke sistem

(8)

pembentuk antibodi atau ke sistem kebal berperantara sel. Sistem ini harus segera menanggapi dengan membentuk antibodi khusus dan/atau sel yang mampu menyingkirkan antigen. Sistem kebal juga harus menyimpan “ingatan” tentang kejadian ini sehingga pada paparan berikutnya dengan antigen yang sama, tanggapannya akan jauh lebih efisien (Tizard 1987).

Vaksinasi AI dapat memberikan pengaruh stres bagi hewan yang divaksinasi khususnya ayam broiler. Efek respon stres yang berlebihan dapat mengakibatkan beberapa efek negatif, yaitu berupa gangguan pada penampilan akhir (penurunan bobot badan dan produksi telur) (Suska 2009). Sementara itu pemberian vaksinasi AI pada ayam kampung menunjukkan tidak ada respon antibodi yang nyata pada ayam-ayam yang divaksin. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh vaksinasi terhadap kekebalan yang ditimbulkan rendah karena secara genetik ayam kampung memiliki karakter respon vaksin yang rendah (Trobos 2009). Unggas lain seperti itik bali mampu memberikan respon imun yang baik terhadap vaksin AI. Titer antibodi protektif dapat dicapai dua minggu setelah vaksinasi kedua (Suardana 2009).

Gambar

Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler.

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat akan melaksanakan pengadaan Barang/Jasa dengan metode Pengadaan Langsung untuk paket

Berdasarkan penelitian yang dilakukan serta mengacu kepada landasan teoritis yang ada maka penulis menarik kesimpulan bahwa pencatatan penjualan konsinyasi yang dilakukan Apotek

Distributor Wallpaper Dinding saat ini banyak sekali di Indonesia apalagi di kota besar seperti jakarta ini yang notabene konsumsi untuk interior sangat membutuhkan wallpaper

jodoh, sudah ditakdirkan oleh Gusti. Pendek kata, gadis-gadis itu harus berterima kasih kepada Tuhan kelau kelak mendapat pasangan hidup yang utuh, tidak cacat, dan

Bagaimana pengaruh kegiatan pendidikan penyadartahuan, pendampingan, metode pemilihan komite sekolah dan sikap kepala sekolah pada komite sekolah terhadap derajat

bagian dari keuntungan, seperti jika keduanya sepakat dengan sepertiga, seperempat, atau setengah. Dengan demikian praktik bagi hasil yang dilakukan masyarakat di

Strategi pembelajaran ARIAS telah dicobakan oleh sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Pertama model ini dicobakan kepada sejumla siswa kelas V dari Sekolah

Kembang telang (Clitoria ternatea) sudah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk penyembuhan berbagai penyakit sehingga dijadikan salah satu tanaman obat