• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sandy N sakati*, Odi. R. Pinontoan**, J. M. L Umboh**

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sandy N sakati*, Odi. R. Pinontoan**, J. M. L Umboh**"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

48

ANALISIS RISIKO KESEHATA PARTIKEL DEBU TOTAL TERHADAP RISIKO PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI KOTA SALAKAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

Sandy N sakati*, Odi. R. Pinontoan**, J. M. L Umboh** *Pascasarjana Universitas Sam Ratulang Manado

**Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak

Kejadian gangguan saluran pernafasan terjadi karena pencemaran kualitas udara diluar ruangan maupun di dalam ruangan. Sumber pencemaran udara di luar ruangan atau udara ambien antara lain pembakaran untuk pemanasan, pabrik-pabrik, transportasi, pembangkit tenaga listrik dan lain-lain kegiatan manusia di luar ruangan. Kota Salakan merupakan ibukota dari Kabupaten Banggai Kepulauan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Salakan. Berdasarkan laporan profil Puskesmas Salakan penderita penyakit ISPA pada tahun 2011 berjumlah 685 orang dan tahun 2013 berjumlah 342 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko pajanan partikel debu total terhadap kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan pendekatan Analisis risiko kesehatan lingkungan.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Populasi adalah seluruh masyarakat Kota Salakan Kabupaten Banggai Kepualauan dengan Sampel berjumlah 95 orang. Cara penelitian dengan cara melakukan pengukuran partikel debu total di udara ambien dan wawancara menggunakan kuesionar. Kemudian dianalisis secara univariat, dan Penilaian Analisis risiko kesehatan melalui empat tahapan yaitu; Identifikasi Bahaya (Hazard Potential Identification), Analisis Pajanan (Exposure Assessment), Analisis Dosis Respon (Dose-Response Assessment) Karakteristik Risiko (Risk Quatient)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kosentrasi partikel debu total di udara ambien sebesar 79,70 µg/Nm3, Intake partikel debu total melalui udara ambien sebesar 13,23 µg/kg-hari, dengan durasi pajanan masyarakat Kota Salakan rata-rata selama 27 tahun, berat badan masyarakat Kota Salakan rata-rata sebesar 63 kg, dan laju inhlasi sebesar 0,83 m3/hari dan lama pajanan sebesar 14 jam/hari. Hasil analisis risiko kesehatan nonkarsinogenik menunjukkan bahwa masyarakat Kota Salakan sudah berisiko terhadap gangguan kesehatan Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena nilai risk Qutient telah berada di atas 1 (RQ > 1) yaitu sebesar 5,5.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kota Salakan sudah berisiko terhadap gangguan kesehatan Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat pajanan partikel debu total (TSP) dengan waktu saat ini sampai dengan 30 tahun mendatang.

Abstract

The incidence of respiratory disorders occur due to pollution of air quality outdoors and indoors. Source of air pollution in outdoor or ambient air, among others, combustion for heating, factories, transportation, power generation and other human activities outside room. Kota Salakan is the capital of Banggai islands located in Public health center Salakan. Based on the report PHC profile Salakan respiratory disease patients in 2011 amounted to 685 people and in 2013 amounted to 342 people. This study aims to determine the level of risk exposure of dust particles in total on the incidence of acute respiratory infections (ARI) with environmental health risk analysis approach.

This research is an descriptive study of analytic with Environmental Health Risk assesment design. The population is the entire people of Salakan Banggai Islands-with samples numbered 95 people. How to research by conducting measurements of total dust particles in the ambient air using questionnaires and interviews. Then analyzed by univariate and analysis of health risk assessment through four stages, namely; Hazard identification, exposure analysis, Analysis of Dose Response, Risk Characteristics.

The results showed that the concentration of dust particles in the ambient air at 79.70 µg/Nm3, Intake total dust particles through the ambient air at 13,23 µg/kg-day, with a duration of exposure of people in Salakan on average for 27 years, weight City public bodies Salakan average of 63 kg, and inhalation rate of 0.83 m3/day and frequency of exposure of 14 hours/day. Noncarcinogenic health risk analysis results show that people in Salakan already at risk for health problems diseases acute respiratory infections (ARI) because the risk Qutient value is above 1 (RQ> 1) that is equal to 5,5..

(2)

49

From these results we can conclude that the people of Salakan already at risk for health problems diseases acute respiratory infections (ARI) due to exposure to total dust particles (TSP) with the current time of up to 30 years.

PENDAHULUAN

Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di perkotaan dan pedesaan. Di banyak kota, terutama di negara – negara sedang berkembang yang urbanisasinya tumbuh pesat, pencemaran udara telah merusak sistem pernapasan, khususnya bagi orang yang lebih tua, lebih muda, para perokok dan mereka yang menderita penyakit – penyakit kronis saluran pernapasan. Menurut WHO, penyakit pernapasan dari akut sampai dengan kronis telah menyerang 400 - 500 juta orang di negara berkembang (Wardana, 2001).

Menurut WHO, setiap tahun terdapat sekitar 200 ribu kematian outdoor pollution yang menimpa daerah perkotaan, dimana 93 % terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2003). Faktor ekstrinsik yang pertama adalah keadaan bahan yang diinhalasi (gas, debu, uap). Ukuran dan bentuk berpengaruh dalam proses penimbunan debu, demikian pula dengan kelarutan dan nilai higroskopisnya. Komponen yang berpengaruh antara lain kecenderungan untuk bereaksi dengan jaringan di sekitarnya, keasaman atau tingkat alkalinitas (dapat berupa silia dan sistem enzim). Bahan tersebut dapat menimbulkan fibrosis yang luas di paru dan dapat bersifat antigen yang masuk paru. Faktor ekstrinsik lainnya adalah lamanya paparan, perilaku merokok, perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) terutama yang dapat melindungi sistem pernapasan dan kebiasaan berolah raga. Faktor instrinsik dari dalam diri manusia juga perlu diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan sistem pertahanan paru, baik secara anatomis maupun fisiologis, jenis kelamin, riwayat penyakit yang pernah diderita, indeks massa tubuh (IMT) penderita dan kerentanan individu.

Berdasarkan Asian Development Bank 1997, Jakarta salah satu kota di Asia dengan cemaran Suspended Particulate Matter (SPM) yang serius (melebihi 100% dari standar

WHO), (Jusuf., 2001). Menurut program lingkungan PBB, Jakarta merupakan kota besar paling tercemar ketiga sesudah Mexico dan Bangkok (Haryanto, 2007).

Laporan World Health Organization Negara-negara Eropa (WHO-Europe, 2003) antara lain menyebutkan adanya hubungan antara partikel debu di udara dengan berbagai penyakit saluran pernafasan. Pencemaran udara tersebut juga dapat meningkatkan jumlah kematian akibat penyakit paru-paru dan jantung. Selain itu, dipercaya partikel debu memberikan kontribusi dalam penurunan harapan hidup 1 tahun atau lebih bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar di Eropa.

Penelitian Suhariyono (2002) terhadap pencemaran udara di pabrik semen Citeureup Bogor menunjukkan bahwa konsentrasi partikel debu PM10 dan PM2,5 di rumah-rumah sekitar pabrik semen 0,4 sampai 0,7 μm; di dalam pabrik semen 0,4 sampai 2,1 μm dan di pinggir jalan 5,8 sampai 9 μm melebihi baku mutu udara ambien nasional yang ditetapkan oleh PP No.41/1999.

Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2002) terhadap kadar debu jatuh di kota Banda Aceh pada daerah yang terkena tsunami dan daerah yang tidak terkena tsunami. Ditemukan bahwa pengaruh sangat nyata dari kadar debu pada titik 3 minggu pertama yakni 0,5873 g/m3/hari yaitu melebihi ambang batas daerah pemukiman sebesar 0,333 g/m3/hari. Sedangkan kadar Pb tidak melebih ambang batas yang telah ditetapkan yakni sebesar 0,06 μg/m3.

Berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Tahun 2009 kosentrasi debu Kota Salakan Kabupaten Banggai Kepulauan sebesar 127,18 µg/Nm³ dan pada laporan SLHD tahun 2014 kosentrasi debu total kota Salakan terjadi kenaikkan yang signifikan yaitu sebesar 408,62 µg/Nm³ melebihi nilai baku mutu yang telah di tetapkan oleh PP No 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 230 μg/Nm3.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Kepulauan mencatat bahwa penyakit ISPA dalam tiga tahun terakhir merupakan salah satu penyakit yang

(3)

50 termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yakni pada tahun 2011 menempati posisi ketiga dengan jumlah penderita 3.739 orang, tahun 2012 menempati posisi kedua dengan jumlah penderita 4.444 orang dan pada tahun 2013 masih tetap bertahan di posisi kedua dengan jumlah penderita 4.255 orang.

Kota Salakan merupakan ibukota dari Kabupaten Banggai Kepulauan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Salakan. Berdasarkan laporan profil Puskesmas Salakan penderita penyakit ISPA pada tahun 2011 berjumlah 685 orang dan tahun 2013 berjumlah 342 orang (Anonim, 2013).

Penelitian yang di kemukakan oleh Arsyenda (2013), dengan judul pengaruh motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja PNS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja dan disipin kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dimana dari hasil tersebut juga dapat diketahui bahwa disiplin kerja lebih besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai BAPPEDA Kota Malang.

Analisis risiko kesehatan (health risk assessment) adalah suatu proses memperkirakan masalah kesehatan yang mungkin timbul dan besarnya akibat yang ditimbulkannya pada suatu waktu tertentu. Analisis risiko terdiri dari empat tahap kajian, yaitu identifikasi bahaya (hazard potential identification), analisis dosis-respon (dose-response assesment), analisis pemajanan (exposure assesment) dan karakterisasi risiko (risk characterization), yang kemudian dilanjutkan dengan manajemen risiko dan komunikasi risiko.

Telah banyak penelitian yang mengemukakan tentang parameter pence-mar udara lainnya yang berlokasi di daerah lain. Hal ini mengindikasikan bahwa kuali-tas udara menjadi perhatian khusus. Untuk dibuatkan kajian analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode Penilaian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).

Penelitian dilaksanakan di Kota Salakan Kabupaten Banggai Kepulauan berlangsung selama 6 bulan, mulai dari bulan November 2014 sampai April 2015.

Populasi Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh Masyarakat Kota Salakan dan Populasi Obyek adalah Partikel Debu Total Udara ambien Kota Salakan Sampel subyek dalam penelitian ini adalah 95 Responden dan sampel obyek adalah 8 titik lokasi pengukuran di Kota salakan

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah konsentrasi partikel debu total, durasi pajanan, berat badan, laju asupan partikel debu (Intake) dan besar risiko gangguan kesehatn penyakit ISPA. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis univariat untuk mendapatkan gambaran dari masing-masing variabel yang diteliti dan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) untuk mengetahui besar risiko gangguan kesehatan penyakit ISPA atau RQ>1 dan RQ<1.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Konsentrasi Partikel Debu Total

Tabel 1 Hasil Pengukuran Partikel Debu Total (TSP) di Udara Ambien Kota

Salakan Tahun 2015

Dari hasil pengukuran di lapangan didapatkan konsentrasi di udara ambien di Kota Salakan pada pengambilan 8 titik pengukuran diketahui bahwa konsentrasi yang paling tinggi terdapat pada Desa Bongganan Titik 3 dan konsentrasi yang paling rendah terdapat pada Desa Baka Titik 6. Konsentrasi Debu tertinggi di dapat pada Desa Bongganan titik 3 sebesar 278,41 µg/Nm3 dan terrendah

Lokasi Pengukuran Satuan Konsentrasi Debu

1. Desa Tompudau I µg/Nm3 153,15

2. Desa Tompudau II µg/Nm3 50,92

3. Desa Bongganan III µg/Nm3 278,41 4. Desa Bongganan IV µg/Nm3 55,55 5. Desa Baka V µg/Nm3 135,18 6. Desa Baka VI µg/Nm3 27,22 7. Kelurahan Salakan VII µg/Nm3 103,85 8. Kelurahan Salakan VIII µg/Nm3 32,4

(4)

51 pada Desa Baka Titik 6 sebesar 27,22 µg/Nm3

.

b. Karakteristik Responden

Tabel 2 Distribusi karakteristik responden analisis risiko pajanan debu di Kota Salakan

tahun 2015

Karakteristik Responden Jumlah Presentase (%) 1 Jenis Kelamin a. Laki - Laki 74 77,9 b. Perempuan 21 22,1 2 Umur a. 18 - 22 4 4,2 b. 23 - 27 15 15,8 c. 28 - 32 14 14,7 d. 33 - 37 28 29,5 e. > - 38 34 35,8 3 Pendidikan a. SD 38 40,0 b. SMP 23 24,2 c. SMA 19 20,0 d. PT 15 15,8 4 Status Marital a. Menikah 90 94,7 b. Janda 5 5,3

Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 74 orang (77,9 %) dan 21 orang perempuan (22,1 %). Karakteristik umur responden berkisar antara 18 sampai 55 tahun, dengan persentase terbesar berusia diatas 38 tahun sebanyak 34 orang (35,8 %), usia 33 – 37 tahun sebanyak 28 orang (29,5 %), usia 23 – 27 tahun sebanyak 15 orang (15,8 %), usia 28 – 32 tahun sebanyak 14 orang (14,7 %), usia 18 – 22 orang sebanyak 4 orang (4,2 %). Karakteristik pendidikan responden tertinggi adalah tamat SD, sampai dengan terendah yaitu tamat perguruan tinggi. Responden dengan tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 38 orang (40,0 %), tamat SMP sebanyak 23 orang (24, 2 %), tamat SMA sebanyak 19 orang (20,0 %), tamat PT sebanyak 15 orang (15,8 %). Dari 95 responden sebagian besar sudah menikah sebanyak 90 orang (94,7 %), sisanya telah berstatus janda sebanyak 5 orang (5,3 %).

c. Karakteristik Berat Badan Responden Tabel 3. Distribusi Berat Badan Responden

Berat badan merupakan salah satu faktor penting dalam proses analisis risiko kesehatan, hal ini disebabkan berat badan merupakan denominator dalam perhitungan dosis suatu agen pencemar yang masuk ke dalam tubuh. Gambaran distribusi berat badan responden dalam masyarakat bervariasi antara 42 kg sampai dengan 87 kg dengan varian > 0,50 yang berarti data terdistribusi tidak normal sehingga dipakai nilai median 63 kg untuk nilai perkiraan satu titiknya (single point estimated).

d. Durasi Pajanan Debu

Tabel 4 Frekuensi Lama Pajanan (te), Durasi Pajanan (Dt) Pajanan Debu

Keterangan Lama Pajanan, te (Jam/Hari) Durasi Pajanan, Dt (Tahun) Min 4 3 Max 22 65 Mean 14,62 27,75 Median 14,00 27,00 Standar deviasi 3,19 14,64 Varian 10,22 214,23

Tabel 4 menggambarkan distribusi deskriptif jumlah jam kerja per hari (te), dan lama tinggal responden tersebut (durasi pajanan, Dt). Di dapatkan bahwa pada lama pajanan yang berkisar antara 4 – 22 jam, karena varian > 0,50 berarti data berdistribusi tidak normal, sehingga diambil data nilai median, yaitu 14,00 jam/hari. Sementara untuk lama tinggal responden (Dt) di Kota Salakan tersebut bervariasi antara 3 Tahun hingga 65 tahun dengan varian > 0,50 yang berarti data berdistribusi tidak normal sehingga dipakai nilai median 27 tahun untuk nilai perkiraan satu titiknya (single point estimate).

Berat Badan (Kg) Min 42 Max 87 Mean 63,27 Median 63,00 Standar Deviasi 10,01 Varian 100,24

(5)

52 e. Penilaian Analisis Kesehatan Risiko

Lingkungan

Penilaian Analisis Risiko Kesehatan Pajanan di lakukan dalam empat tahapan untuk dapat mengetahui besar risiko dari pajanan debu.

1. Identifikasi Bahaya Pajanan Debu

Pencemaran udara oleh partikel debu dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber pencemarnya telah banyak. Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernafasan (ISPA).

2. Analisis Pemajanan

Analisis Pemajanan dilakukan untuk menentukan risk agent partikel debu total yang diterima individu sebagai asupan intake (I), yang dihitung dengan persamaan :

Perkiraan risiko kesehatan untuk keseluruhan responden dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif faktor pemajanan partikel debu total untuk menentukan single point estimate untuk perhitungan risiko kesehatan tersebut.

Maka perhitungan asupan partikel debu total (TSP) di udara ambien proyeksi real time untuk seluruh responden di kota Salakan adalah dengan menggunakan data-data sebagai berikut ;

Konsentrasi TSP (C) : 79,70 µg/m3 Berat badan (Wb) : 63 kg

Laju Inhalasi (R) : 20 m3/hari = 0,83 m3/jam

Lama pajanan per hari (te) = 14 jam/hari Lama hari pertahun (fe) = 350 hari/tahun Lama pajanan real time (Dt) = 27 tahun Periode Waktu Rata Rata ( tavg) = 30 tahun x 365 hari/tahun

Jadi asupan (intake) partikel debu total yang diterima per hari untuk keseluruhan responden adalah 13,23 µg/kg-hari.

3. Analisis Doses Respon

Dosis respon Partikel Debu Total didapat dari Integrated Risk Information Sistem (IRIS) di mana nilai RfC TSP (Total Susspended Particulate yang pemajanannya melalui udara atau Inhalasi yaitu sebesar 2,42 µg/kg/hari (U.S. EPA, 2002).

4. Karakteristik Risiko

Karakteristik risiko dilakukan untuk membandingkan hasil analisa pemaparan (Intake) dengan dosis acuan (RfC) yang dikenal dengan bilangan risiko atau Risk

Quatient (RQ). RQ dihitung dengan

persamaan.

Besar risiko (RQ) keseluruhan Responden adalah 5,5 dan RQ berada di atas 1 (RQ > 1) menunjukkan bahwa paparan diatas batas normal dan penduduk yang menghirup udara ambien tersebut memiliki gangguan risiko kesehatan terhadap penyakit Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) oleh partikel debu total sepanjang hayatnya.

Menurut Mahawati, 2006, umur seseorang akan mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap pajanan zat toksik/ bahan kimia. Dalam penelitian ini, responden berusia antara 18 – 55 tahun Umur dapat berpengaruh terhadap toksisitas karena pada usia lanjut (>45 tahun) terjadi penurunan faal organ tubuh sehingga mempengaruhi metabolisme dan penurunan kerja otot (Mahawati, 2006).

Pendidikan yang rendah juga menyebabkan risiko kesehatan meningkat, karena pengetahuan tentang bahaya zat-zat atau bahan pencemar di udara sangat kurang. Dalam penelitian ini responden rata-rata bependidikan tamat SD dengan persentasi 41,4%, hal ini ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa responden saat beraktivitas di luar rumah tidak memakai alat pelindung diri seperti masker.

Melalui pengukuran kadar partikel debu total diudara ambien dalam sampel udara. Didapatkan gambaran mengenai kosentrasi partikel debu total diudara ambien kota Salakan berkisar antara 27,22 µg/Nm3 -

(6)

53 278,41 µg/ dengan nilai tengah sebesar 79,70 µg/Nm3. Konsentrasi partikel debu total rata-rata pada titik 1 di (153,15 µg/N m3), titik 2 (50,92 µg/Nm3), titik 3 (278,41 µg/ Nm3), titik 4 (55,55 µg/ Nm3), titik 5 (135,18 µg/Nm3), titik 6 (27,22 µg/Nm3), titik 7 (103,85 µg/Nm3), dan titik 8 (32,4 µg/Nm3). Bila dibandingkan dengan dengan ketetapan lainnya seperti PP 41 Tahun 1999 tetang Baku Mutu kualitas udara untuk partikel debu total (TSP) pengukuran 24 jam yaitu sebesar 230 µg/Nm3, maka pengukuran pada titik 1, titik 2, titik 4, titik 5, titik 6, titik 7, dan titik 8 masih berada di bawah nilai ambang batas dan hanya pada pengukuran pada titik 3 saja yang telah melebihi nilai ambang batas karena sudah berada pada nilai 278,41 µg/Nm3.

Bervariasinya kadar debu hasil pengukuran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya aktifitas transportasi/lalu lintas yang tinggi, aktifitas perdagangan (pasar), kurangnya vegetasi atau pepohonan, arah angin, musim, dan kondisi tanah. Hal ini sejalan dengan pengukuran kadar partikel debu total di titik 3 sebagai titik yang hasil pengukurannya tertinggi dimana kondisi eksistingnya adalah perempatan jalan/poros, dekat dengan lokasi pasar, serta jumlah kendaraan bermotor yang berlalu lalang saat pengukuran serta kurangnya vegetasi disekitar pengukuran dimana fungsi dari pepohonan adalah untuk menjadi pelindung dari sebaran debu yang berterbangan sehingga tidak langsung terhirup oleh manusia. Selain itu hal yang mempengaruhi bervariasinya konsentrasi partikel debu total di kota Salakan adalah kondisi geografis di daerah tersebut yang mana kondisi tanah di kota Salakan pada umumnya adalah bersifat kapur sehingga pada saat tanah dalam keadaan kering akan mudah terbawa oleh angin.

Pada penelitian ini rata-rata masyarakat Kota Salakan telah terpajan partikel debu total (TSP) melalui udara ambien 27 tahun. Responden yang paling lama bermukim adalah 65 tahun sedangkan yang paling singkat adalah 3 tahun. Nilai rata-rata bermukim masyarakat kota Salakan masih dibawah nilai default yang ditetapkan oleh US-EPA (2002) untuk risiko non kanker yaitu 30 tahun. Pada saat ini durasi pajanan rata-rata 27 tahun.

Dari hasil penelitian asupan (Intake) partikel debu total keseluruhan responden yang masuk ke dalam tubuh masyarakat di

Kota Salakan sebesar 13,23 µg/kg-hari. Hasil intake tergantung pada variabel konsentrasi partikel debu total (C), laju asupan (R), frekuensi pajanan (fE), berat badan responden (Wb) dan durasi pajanan. Hasil perhitungan intake menunjukkan bahwa intake semakin besar seiring dengan semakin besarnya konsentrasi partikel debu total di area tersebut.

Dari hasil penelitian ini didapatkan besar risiko (RQ) rata-rata untuk keselurahan responden adalah sebesar 147,61 dan RQ berada di atas 1 (RQ>1) menunjukkan bahwa pajanan diatas batas normal dan penduduk yang menghirup udara ambien tersebut memiliki besar risiko gangguan kesehatan terhadap penyakit Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) oleh partikel debu total sepanjang hayatnya sehingga perlu adanya pengendalian terhadap partikel debu total (TSP).

Laporan World Health Organization Negara-negara Eropa (WHO-Europe,2003) antara lain menyebutkan adanya hubungan antara partikel debu di udara dengan berbagai penyakit saluran pernafasan. Pencemaran udara tersebut juga dapat meningkatkan jumlah kematian akibat penyakit paru-paru dan jantung. Selain itu, dipercaya partikel debu memberikan kontribusi dalam penurunan harapan hidup 1 tahun atau lebih bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar di Eropa.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Kepulauan mencatat bahwa penyakit ISPA dalam tiga tahun terakhir merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yakni pada tahun 2011 menempati posisi ketiga dengan jumlah penderita 3.739 orang, tahun 2012 menempati posisi kedua dengan jumlah penderita 4.444 orang dan pada tahun 2013 masih tetap bertahan di posisi kedua dengan jumlah penderita 4.255 orang.

Sehingga perlu dilakukannya Pengendalian partikel debu total di udara ambien Kota Salakan dengan melakukan penghijauan dan pengembangan ruang terbuka hijau atau penanaman pohon di kawasan terbuka dan permukiman masyarakat. Pohon secara alami dapat menyerap polutan yang ada di udara dan lebih efektif pada pohon-pohon berdaun lebar. Selain itu, setiap satu hektar ruang terbuka hijau dapat menghasilkan 0,6 ton oksigen per harinya. Ini dapat mengurangi pekatnya konsentrasi partikel debu Total yang terlarut di udara. Peraturan pemerintah juga

(7)

54 perlu diperketat untuk menerapkan lokasi pemukiman pada area aman.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan yang dilakukan di Kota Salakan Kabupaten Banggai Kepulaun Provinsi Sulawesi Tengah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berkut :

1. Rata-rata konsentrasi partikel debu total (TSP) di udara ambien di Kota Salakan adalah sebesar 79,70 µg/.

2. Rata-rata durasi pajanan atau lama paparan masyarakat terhadap partikel debu total di udara ambien di Kota Salakan adalah 27 tahun.

3. Rata-rata asupan (Intake) partikel debu total di udara ambien yang masuk kedalam tubuh manusia melalui inhalasi adalah 13,23 µg/kg-hari.

4. Rata-rata berat badan badan keseluruhan responden masyarakat di Kota Salakan adalah 63 Kg.

5. Rata-rata besaran risiko (RQ) pajanan partikel debu total (TSP) terhadap gangguan kesehatan terhadap penyakit ISPA masyarakat di Kota Salakan adalah 5,5.

SARAN

Disarankan untuk membuat manajemen pengelolaan lingkungan dengan pemanfaatan lahan terbuka yang berada di kota Salakan dengan membuat Taman Kota serta penanaman pohon dan perluasan ruang terbuka hijau perlu ditingkatkan di sekitar lokasi permukiman masyarakat. Sehingga Pohon-pohon tersebut dapat mengurangi konsentrasi partikulat yang terlarut di udara.

Hendaknya lebih intesif dalam melakukan pemantauan kualitas udara di kota Salakan terhadap parameter-parameter pencemaran udara ambien secara berkala serta melakukan perencanaan dalam penanggulangan dampak.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2004. Kajian Riset

Operasional Intensifikasi

Pemberatasan Penyakit Menular

Tahun 1998/1999-2003, Ditjen PP & PL dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2006. Pedoman

Penggendalian Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut Pada Anak, Ditjen PP & PL, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2007. Bimbingan Keterampilan Tatalaksana Pneumonia Balita, Ditjen PP & PL, Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai

Kepulauan, 2013. Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Banggai

Kepulauan.

(IRIS), October 2002, U.S. Environmental Protection Agency Washington Haryanto, B., 2007. Blood-lead Monitoring

Exposure to Leaded Gasoline Among School in Jakarta, Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Volume 1, No.4, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI, Jakarta.

IRIS.2007,TSP.Integrated Risk Information

System,Washington, DC :

EPAhttp://www.epa.gov/iris/subst/ind ex.html. May 1, 2007

Jusuf, A., Wahyu, A., 2001. Pengaruh Polusi Udara Terhadap Kesehatan. Makalah disampaikan pada loka karya Strategi Penurunan Emisi Kendaraan Terintergrasi, Jakarta.

Junaidi. Analisis Kadar Debu Jatuh (Dust Fall) di Kota Banda Aceh Tahun 2008. Tesis, Medan: Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2009. Laporan SLHD, 2009, Laporan Status

Lingkungan Hidup Daerah, BPLH Salakan Kab. Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.

Laporan SLHD, 2009, Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah, BPLH Salakan Kab. Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.

WHO, 2003. Health A spect of Air Pollution Air Pollution. WHO Regional Office for Europe.

Wardana, W.A., 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Penerbit Andi, Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Kitin aktivitas tinggi dalam 2 hari inkubasi merupakan sumber karbon yang baik untuk (Gambar 3) pada rentang pH awal media sintesa kitinase, sedangkan laktosa,

Judul : Re-Desain Rumah Sakit Panti Rini Kalasandi Yogyakarta Penekanan Desain : Arsitektur Ekletik.. Permasalahan Dominan : sirkulasi bangunan

Samaa menettelyä käytettiin vuodelle 2010, koska vuoden 2010 vapaa-ajan kalastuksen kuhasaalisarvio perustui aiemmista vuosista poikkeavaan otantaan, ja se oli huomattavasti

Penelitian yang digunakan dalam penelitian sekripsi ini bersifat deskriftip analisis, yaitu suatu penelitian yang menjelaskan atau menggambarkan secara tepat

Dengan menerapkan prinsip Tween maka pergerakan animasi yang dibuat lebih efisien dibandingkan dengan frame by frame, karena tween tidak menggunakan gambar atau image

Lalu kata mereka pula kepada orang yang tadinya buta itu, “Dan engkau, karena Ia telah memelekkan matamu, apakah katamu tentang Dia?” Jawabnya, “Ia seorang nabi!”

Untuk membuat heading, kita cukup mengapit teks yang akan kita jadikan judul dengan &lt;h1&gt; atau &lt;h2&gt; atau &lt;h3&gt; dan seterusnya.. &lt;h1&gt;Ini adalah heading

Padding dapat membuat batasan-batasan pada komponen web lain seperti tabel, disamping pengaturan batas halaman...