• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENENTUAN TARIF STANDAR ANGUTAN KOTA DI KABUPATEN BANYUWANGI. Rahayuningsih ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENENTUAN TARIF STANDAR ANGUTAN KOTA DI KABUPATEN BANYUWANGI. Rahayuningsih ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENENTUAN TARIF STANDAR ANGUTAN KOTA DI KABUPATEN BANYUWANGI

Rahayuningsih ABSTRAK

Tarif adalah biaya yang dibayarkan oleh pengguna jasa angkutan persatuan berat atau penumpan per kilometer, penetapan tarif dimaksudkan untuk mendorong terciptanya penggunaan sarana prasarana pengangkutan secara optimum dengan mempertimbangkan trayek yang bersangkutan, guna melindungi konsumen pemerintah daerah harus menetapkan tarif yang sesuai sedangkan kebijaksanaan dalam menentukan tariff angkutan didasarkan pada biaya operasi, nilai jasa angkutan dan volume angkutan. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengevaluasi besar tariff yang sebenarnya diterpkan untuk angkutan kota di wilayah perkotaan Kabupaten Banyuwangi bersarkan analisa biaya operasional kendaraan; 2) untuk mengevaluasi penaruh peningkatan biaya bensin/premium dan diperluas terhadap besarnya tarif. Angkutan kota yang yang diteliti adalah angkutan kota Kabupaten Banyuwangi selama 6 (enam) bulan berturut-turut mulai Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2006. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menghitung biaya operasional kendaraan, menentukan jumlah penumpang kendaraan per hari dan menentukan besarnya tariff. Hasil penelitian ini ternyata masih memberikan keuntungan yang layak dan wajar bagi pemilik mobil penumpang umum di Kabupaten Banyuwangi.

Kata Kunci : Tarif Standart dan Angkutan Kota

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di wilayah Jawa Timur bagian Timur, berbatasan langsung dengan pulau Bali. Dan termasuk daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi karena peninggalan budaya juga keindahan panorama lainnya. Banyuwangi sebagai Ibukota Kabupaten merupakan pusat administrasi pemerintahan, pendidikan, pelayanan sosia, perdagangan, industri, pariwisata dan pelayanan jasa yang pesat perkembangannya.

Oleh sebab itu guna menunjang berbagai aktifitas tersebut maka perlu

diciptaan sistim angkutan untuk sarana transportasi. Masyarakat memerlukan angkutan untuk mencapai tempat kerja, berbelanja, berwisata maupun untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi lainnya. Karenanya, fasilitas jasa transportasi dalam kota (angkutan kota) di Banyuwangi menjadi prasarana yang penting untuk memperlancar kegiatan semua sektor dan juga untuk memudahkan mobilitas penduduk.

Angkutan kota sebagai bagian dari sistem transportasi perkotaan, merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat kota dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan kota pada umumnya.

(2)

Angkutan kota di Banyuwangi akrab disebut Lin.

Angkutan kota sangat dibutuhkan selain untuk melayani pergerakan penduduk yang berfungsi mengalihkan penggunaan angkutan pribadi. Zona-zona pelayanan angkutan kota tidak lepas dari asal dan tujuan atau lebih sering disebut sebagai trayek angkutan.

Menurut Keputusan Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 274/HK.105/DRJD/96: “Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan”. Angkutan kota adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan mempergunakan mobil bus umum dan atau mobil penumpang yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Mobil Penumpang Umum (MPU) adalah mobil penumpang yang digunakan sebagai kendaraan. umum. Tujuan utama keberadaan MPU adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang aman, cepat, murah dan nyaman. Di sejumlah kota di Negara maju peranan MPU yang dirasakan manfaatnya; MPU berfungsi melayani pergerakan orang danbarang sehingga kebijaksanaan yang menyangkut sistem perangkutan tidak dapat mengabaikan perannya yang penting itu.

Masih di dalam keputusan Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubugnan Darat Nomor ;

274/HK.105/DRJD/96 dijelaskan bahwa, “Trayek kota adalah trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah kota madya daerah tingkat II”.

Menurut Abbas Salim (2000:62) dalam bukunya Manajemen Transportasi: “Harga Jasa Angkutan dapat ditentukan dengan sistem tarif atau melalui perjanjian sewa (charter)”. Jasa angkutan seperti jasa-jasa lainnya tidak dapat diproduksi, disimpan seperti barang lainnya. Oleh karena itu dalam suatu perusahaan angkutan harus dipisahkan jumlah jasa yang diproduksi dan jumlah jasa yang terjual. Oleh karena itu biaya pelayanan adalah basis/dasar dan fundamental untuk struktur penelitian.

Tarif merupakan suatu bentuk harga jasa angkutan yang harus dibayarkan oleh pemakai jasa kepada penyedia pelayanan jasa. Harga jasa angkutan melalui perjanjian lebih mudah ditetapkan karena sifat berlakunya yang terbatas.

Besar tarif angkutan kota di wilayah perkotaan Kabupaten Banyuwangi ditetapkan berdasarkan pada Surat Keputusan Kepala Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kabupaten Banyuwangi Nomor 552.21/1092/429.110/2005, dari hasil pengamatan dan identifikasi sementara di lapangan, tarif angkutan kota yang diberlakukan sekarang yaitu Rp. 2.000,- untuk penumpang umum, Rp. 1.000,- untuk penumpang pelajar, merupakan hasil musyawarah dan hasil kesepakatan antara pihak pemilik angkutan kota dengan Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kabupaten Banyuwangi.

Perhitungan Tarif Berdasarkan Biaya Operasional (Cost of Service Pricing). Perhitungan tarif jenis ini adalah menghitung biaya operasi satuan yang dinyatakan per ton –

(3)

kilometer untuk angkutan barang atau penumpang – per – kilometer untuk angkutan penumpang. Tarif terdiri dari atas biaya tetap, biaya variable, biaya langsung dan biaya tak langsung.

Menurut Abbas Salim (2000:65) dalam bukunya Manajemen Transportasi menyebutkan bahwa; Penetapan tarif berdasarkan nilai jasa angkutan (Value of Service Pricing) disebut sebagai multiple price strategis yang banyak diikuti pada waktu ini. Tinggi rendahnya tarif ditentukan oleh nilai yang diberikan pemakai jasa, jika pemakai jasa angkutan memberi nilai yang tinggi atas jasa angkutan maka tingkatan tarif akan tinggi. Tinggi rendahnya nilai itu dapat diketahui dari elastisitas permintaan jasa angkutan tersebut.

Dalam Public Transportasi University Collage of London terdapat 2 jenis sistem tarif:

a. Sistem harga/tarif datar Dalam sistem datar tiap penumpang membayar harga yang sama tanpa mengingat jauhnya perjalanan, sistem harga datar pada umumnya dipergunakan dalam kota dimana sebagian besar perjalanan relatif pendek/dekat. Akan tetapi jika kita menjadi lebih besar dan rute menjadi lebih panjang, masing-masing panjang perjalanan bervariasi lebih banyak. Di banyak kota harga datar (flat) untuk rute yang lebih panjang ke pinggiran kota lebih tinggi dari pada untuk rute yang lebih pendek di dalam dan dekat pusat ktoa.

b. Sistem harga / tarif yang berhubungan dengan jarak

Dalam sistem harga yang berhubungan dengan jarak tiap harga atau tarif penumpang dihitung menurut jarak yang dia kehendaki untuk bepergian. Pada pelayanan jarak jauh sistem harga atau tarif jaka

penting karena panjang rute berbeda. Sehingga operator perlu mengetahui panjang tiap bagian dari rute sehingga tarif yang benar dapat dimengerti.

Biaya Operasional Kendaraan merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh penyedia layanan jasa.

Menurut Keputusan Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 274/HK.105/DRKD/96,” Biaya operasional kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi terjadi dengan diperaskannya satu kendaraan pada kondisi normal untuk satu tujuan”. Pada penelitian ini, BOK dihitung berdasarkan konsep dasar perhitungan biaya produk angkutan penumpang jalan.

Untuk mengetahui kemampuan operasional kendaraan pada suatu rute maka harus diketahui beberapa jumlah penumpang per-rit yang dapat diangkut oleh angkutan kota tersebut.

Menentukan jumlah penumpang per kendaraan per hari (JP)

Dimana ;

Jp = Jumlah penumpang umum/ pelajar perhari dibedakan menjadi Jpu dan Jpp

Jpu = Jumlah penumpang umum Jpp = Jumlah penumpang pelajar Prt = Jumlah penumpang rata-rata per rit

R = Jumlah rit per hari

Dinas Perhubungan dan Komunikasi yang dalam hal ini berkaitan erat hubungannya dengan penentuan tarif sampai saat ini belum melakukan perhitungan tarif yang sebenarnya yang dihitung berdasarkan Biaya Operasional

(4)

Kendaraan, apakah tarif yang ada sekarang ini masih bisa memberikan keuntungan atau masih ada kerugian bagi pihak pengusaha angkutan umum. Saat penelitian dilakukan harga bensin (Premium) Rp. 4.500,- perubahan kondisi perekonomian seperti harga BBM akan Meningkatkan Biaya Operasional Kendaraan sehingga meningkatkan besarnya tarif. Tarif yang diberlakukan sekarang belum tentu sesuai dengan peningkatan harga tersebut.

Dari uraian diatas maka ditentukan judul “Analisis Penentuan Tarif Standar Angkutan Kota di Kabupaten Banyuwangi.”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan: 1. Apakah tarif angkutan kota yang

diberlakukan sekarang besarnya sudah sesuai dengan hasil analisa biaya operasional kendaraan dan jumlah penumpang yang ada? 2. Bagaimana pengaruh peningkatan

harga bensin (premium) dan oli pelumas terhadap besarnya tarif? Tujuan Penelitian

Dengan adanya tujuan yang ingin dicapai dalam membahas masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengevaluasi besar tarif yang seharusnya diterapkan untuk angkutan kota di wilayah perkotaan Kabupaten Banyuwangi berdasarkan analisa Biaya Operasional Kendaraan dan Jumlah Penumpang.

2. Mengevaluasi pengaruh peningkatan harga bensin/premium dan oli pelumas terhadap besarnya tarif.

METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian disini adalah Mobil Penumpang Umum (MPU) yang ada di wilayah perkotaan Banyuwangi. Mobil Penumpang Umum di wilayah perkotaan Kabupaten Banyuwangi dikenal dengan sebutan Lin atau angkutan kota. Jenis kendaraan yang dipakai adalah Suzuki Carry tahun pembuatan 1995, yang berbahan bakar jensi bensin premium dengan kapasitas angkut mencapai 13 penumpang (Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi).

Besar tarif angkutan kota di wilayah perkotaan Kabupaten Banyuwangi ditetapkan berdasarkan pada Surat Keputusan Kepala Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kabupaten Banyuwangi Nomor 552.21/1092/429.110/2005, dari hasil pengamatan dan identifikasi sementara di lapangan, tarif angkutan kota yang diberlakukan sekarang yaitu Rp. 2.000,00 untuk penumpang umum, Rp. 1.000,00 untuk penumpang pelajar, merupakan hasil musyawarah dan kesepakatan antara pihak pemilik angkutan kota dengan Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kabupaten Banyuwangi.

Pada penelitian ini angkutan kota yang akan diteliti adalah angkutan kota trayek 1 dan angktuan kota trayek 5. Trayek 1 mewakili daerah yang

(5)

padat penumpang dan melewati pusat kota sedangkan trayek 5 melewati pinggiran kota.

3.2 Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang berasal dari Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kabupaten Banyuwangi dan data primer yang diperoleh dari Tanya jawab secara langsung dengan pengemudi dan pemilik kendaraan. 2. Pengumpulan Data a. Observasi, yaitu dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap penumpang umum dan pelajar. b. Interview Pengumpulan data dengan cara mengadakan Tanya jawab langsung dengan pengemudi dan pemilih kendaraan. 3.3 Teknik Analisis

Analisa dilakukan untuk menghitung besarnya biaya operasi kendaraan dan jumlah penumpang per kendaraan per hari, sehingga bisa didapat beberapa tarif yang sesuai, tarif hasil perhitungan dibandingkan dengan tarif yang berlaku saat ini. Dalam menghitung besar tarif yang sesuai, diperlukan langkah-langkah:

1. Menghitung Biaya Operasi Kendaraan

BTL (Kend – Km) = LSTR + TELP + DEP G

BL (Kend – Km) = DEP K + BG + GJ + BBM + BN + BSK + SSb + MP + TPR + TRY + ST + KIR + ASR Biaya Pokok (Kend – Km) = BL + BTL

BTL : Biaya Tidak Langsung LSTR : Listrik

TELP : Telpon

DEP G : Depresiasi Garasi DEP K : Depresiasi Kendaraan BL : Biaya Langsung BG : Bunga Modal GJ : Komisi Sopir

BBM : Bahan Bakar Minyak MP : Minyak Pelumas BSk : Biaya Service kecil BSb ; Biaya Service besar TRY : Biaya Trayek

ST : Biaya Pajak Kendaraan KIR : Biaya Uji Kir

ASR : Asuransi

BN : Ban

TPR : Retribusi JT : Juru Tumpang

(6)

2. Menentukan jumlah penumpang per kendaraan per hari (P)

Untuk memperoleh nilai Jp baik penumpang umum (Jpu) maupun penumpang pelajar (Jpp) per hari

Jp = Prt x R

Jp = (1/2 Jpp + Jpu) x R Dimana:

Jp : Jumlah penumpang umum/pelajar per hari

Jpu : Jumlah Penumpang Umum Jpp : Jumlah Penumpang Pelajar Jprt : Jumlah penumpang per Rit R : Jumlah rit per hari

3. Menentukan Tarif

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Total Biaya Operasional Kendaraan

Lin 1

A. Biaya Langsung per Kend – Km

1) Penyusutan = Rp 80.50 /Kend – Km

2) Gaji dan Tunjangan = Rp 293.43 /Kend - Km

3) BBM = Rp 849.06 /Kend – Km

4) Ban = Rp 35.00 /Kend – Km

5) Servis Kecil = Rp 33.25 /Kend – Km

6) Servis Besar = Rp 6.42 /Kend – Km

7) Retribusi Terminal = Rp 15.09 /Kend – Km

8) STNK = Rp 3.96 /Kend – Km

9) KIR = Rp 1.76 /Kend – Km

10) Asuransi = Rp 7.55 /Kend – Km

11) Bunga Modal = Rp 54.34 /Kend – Km

Jumlah = Rp 1,380.37 /Kend – Km

B. Biaya Tidak Langsung per Kend – Km = Rp 10 /Kend – Km C. Biaya Pokok per Kend – Km

1. Biaya Langsung = Rp 1,380.37 /Kend – Km Tarif BEP = Tarif Pokok x Jarak Rata-rata

Tarif = (Tarif Pokok x Jarak Rata-rata) + 10% Tarif Pokok = Total Biaya Pokok

(7)

2. Biaya Pokok Tidak Langsung = Rp 10.01 /Kend – Km

JUMLAH = Rp 1,390.38 /Kend – Km

Lin 5

A. Biaya Langsung per Kend – Km

1) Penyusutan = Rp 91.48 /Kend – Km

2) Gaji dan Tunjangan = Rp 277.87 /Kend - Km

3) BBM = Rp 849.06 /Kend – Km

4) Ban = Rp 35.00 /Kend – Km

5) Servis Kecil = Rp 33.25 /Kend – Km

6) Servis Besar = Rp 6.42 /Kend – Km

7) Retribusi Terminal = Rp 17.15 /Kend – Km

8) STNK = Rp 4.50 /Kend – Km

9) KIR = Rp 2.00 /Kend – Km

10) Asuransi = Rp 8.58 /Kend – Km

11) Bunga Modal = Rp 61.75 /Kend – Km

Jumlah = Rp 1,392.06 /Kend – Km

B. Biaya Tidak Langsung per Kend – Km = Rp 11 /Kend – Km C. Biaya Pokok per Kend – Km

1. Biaya Langsung = Rp 1,392.06 /Kend – Km 2. Biaya Pokok Tidak Langsung = Rp 11.38 /Kend – Km

JUMLAH = Rp 1,403.44 /Kend – Km

4.2 Tarif

Untuk dapat menghitung tarif diperlakukan tahap perhitungan yaitu: - Perhitungan jumlah penumpang hasil survai dinamis

- Perhitungan biaya operasional kendaraan - Perhitungan tarif

Lin 1

Biaya Pokok Per Pnp Km

Biaya Pokok/Kend – Km = 106.95 Kapasitas Pnp / Kend 100% = 106.95 / Pnp – Km 90% = 118.84 / Pnp – Km 80% = 133.69 / Pnp – Km 70% = 152.79 / Pnp – Km 60% = 178.25 / Pnp – Km 50% = 213.90 / Pnp – Km 40% = 267.38 / Pnp – Km

Tarif Pokok Per KM = 267.38 / Pnp – Km

TARIF BEP = 1,417.12 / Pnp

(8)

Lin 5

Biaya Pokok Per Pnp Km

Biaya Pokok/Kend – Km = 107.96 Kapasitas Pnp / Kend 100% = 107.96 / Pnp – Km 90% = 119.95 / Pnp – Km 80% = 134.95 / Pnp – Km 70% = 154.22 / Pnp – Km 60% = 179.93 / Pnp – Km 50% = 215.91 / Pnp – Km 40% = 269.89 / Pnp – Km

Tarif Pokok Per KM = 269.89 / Pnp – Km

TARIF BEP = 1,430.43 / Pnp

Tarif ( + 10% Keuntungan pengusaha) = 1,573.47 / Pnp Hasil penelitian menunjukkan

bahwa jumlah penumpang untuk trayek 1 penumpang umum rata-rata sebesar 4,53 penumpang/rit, dengan jumlah rit rata-rata 25 rit/hari, sehingga jumlah penumpang umum adalah 4,53 x 25 = 113,25 penumpang/hari dan untuk penumpang pelajar rata-rata sebesar 3,37 penumpang/rit, sehingga jumlah penumpang belajar adalah 3,37 x 25 = 84,25 penumpang/hari. Trayek 5 penumpang umum rata-rata adalah 4,29 penumpang/rit, dengan jumlah rit per hari adalah 22 rit, sehingga jumlah penumpang umum adalah 4,29 x 22 = 94,38 penumpang/ hari, sedangkan jumlah pelajar rata-rata 2,98 penumpangrit sehingga jumlah penumpang pelajar adalah 2,98 x 22 = 65,56 penumpang/hari. Dari hasil diatas didapatkan bahwa terdapat perbedaan jumlah rit antara trayek 1 dan trayek 5, hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu:

 Panjang trayek

Perbedaan km tempuh per hari antara trayek 1 dan trayek 5. Trayek 1 dalam sehari menempuh jarak rata-rata 132,25 km sedangkan trayek 5 hanya 116,6 km.

 Kondisi kendaraan

Kesiapan pengemudi dalam mengoperasikan kendarannya juga menjadi penyebab perbedaan jumlah rit. Jika kendaraan dalam kondisi baik maka rit yang ditempuhnya bisa bertambah, begitu juga sebaliknya.  Kondisi dan kepadatan lalu lintas yang dilewati

Untuk trayek 1 melewati daerah pusat kota sedangkan trayek 5 melewati daerah pinggiran.

 Jumlah penumpang yang diangkut  Sumber daya manusia

Yang dimaksud sumber daya manusia disini adalah kesigapan pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya.

 Jumlah armada

Untuk trayek 1 jumlah armadanya sebanyak 36 armada, dan untuk trayek 5 hanya 9 armada.

Adapun perbedaan jumlah penumpang per rit pada tiap trayek antara lain disebabkan oleh:

 Panjang trayek

Perbedaan km tempuh per hari antara trayek 1 dan trayek 5. Trayek 1 dalam sehari menempuh jarak

(9)

rata-rata 132,5 km sedangkan trayek 5 hanya 116,6 km.

 Karakteristik daerah yang dilewati Trayek 1 melewati pusat kota, pusat pemerintahan kabupaten Banyuwangi, juga pusat perekonomian sedangkan trayek 5 merupakan daerah pinggiran kota.  Jumlah angkutan dalam trayek 1 tersebut

Jumlah angkutan untuk trayek 1 adalah 36 kendaraan, sedangkan trayek 5 adalah 9 kendaraan.

 Tumpang tindih jalur dengan trayek lain

 Potensi demand penumpang angkutan kota

Pada saat penelitian dilakukan, jumlah penumpang pelajar pada hari minggu adalah nol, karena tidak ada aktifitas pelajar berseragam pada hari Minggu pada trayek yang diamati.

Hasil perhitungan jumlah penumpang/hari ini nantinya akan digunakan dalam perhitungan tarif.

Dari perhitungan biaya operasional kendaraan didapatkan BOK total untuk trayek 1 adalah Rp. 1.390,38 Kend – Km sedangkan untuk trayek 5 adalah Rp. 1.403,44 Km – Pnp perbedaan besarnya biaya operasional kendaraan untuk trayek 1 dan trayek 5 dikarenakan biaya variable yang bebeda terutama perbedaan konsumsi bahan bakar per hari untuk masing-masing trayek.

Besarnya tarif untuk penumpang umum trayek 1 setelah dilakukan perhitungan yaitu sebesar Rp. 1.558,83 dan untuk trayek 5 adalah Rp. 1.573,47 dan Rp. 1.000,00 untuk. Penumpang pelajar untuk sekali naik, baik untuk jarak dekat maupun jauh ternyata tidak menyebabkan kerugian bagi operator kendaraan dan masih memberikan keuntungan yang layak dan wajar.

KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Jumlah penumpang rata-rata per rit untuk trayek 1 (Terminal Brawijaya – Terminal Blambangan) adalah 4,53 penumpang umum dan 3,37 penumpang pelajar, sedangkan untuk trayek 5 (Terminal Sasak Perot – Terminal Blambangan) adalah 4,29 penumpang umum dan 2,98 penumpang pelajar.

2. Biaya operasional kendaraan total angkutan kota per hari untuk trayek 1 adalah sebesar Rp. 1.390,38 dan untuk trayek 5 sebesar Rp. 1.403,44. Dari hasil analisa didapatkan besar tariff untuk angkutan kota trayek 1 adalah sebesar Rp. 1.558,83 dan untuk trayek 5 sebesar Rp. 1.573,47. Besar tariff yang diberlakukan sekarang ternyata masih memberikan keuntungan yang layak dan wajar bagi operator.

5.2 Saran

1. Besar tariff saat ini sudah sesuai dengan biaya operasional kendaraan angkutan kota, akan tetapi pemerintah daerah perlu mempertimbangkan jika terjadi lagi kenaikan hara bahan bakar bensin (premium) dan oli pelumas.

2. Penelitian ini memberikan suatu langkah awal untuk memberikan pedoman bagi pengambil keputusan untuk penentuan besarnya tariff angkutan kota di wilayah perkotaan Kabupaten Banyuwangi dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

3. Penelitian ini hanya mencakup trayek 1 dan trayek 5, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut menyeluruh ke semua trayek angkutan kota yang ada di wilayah

(10)

perkotaan Kabupaten Banyuwangi dan peninjauan tidak hanya terhadap persepsi pengemudi angkutan ktoa tetapi semua

operator yaitu pengemudi dan pemilik serta kemampuan sosial ekonomi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Salim. 2000. Manajemen Transportasi, Biaya Tarif Angkutan dan Pembentukan Harga. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Al Haryono. 2001. Dasar-dasar Akuntansi, Metode Garis Lurus. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Iskandar. 1998. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib. Jakarta: Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Darat.

Keputusan Departemen Perhubungan Direktorat Perhubungan Darat Nomor: 274/HK.105/DRJD/96.

Surat Keputusan Kepala Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kabupaten Banyuwangi Nomor 552.21/1092/429.110/2005.

Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum Perkotaan, Jakarta: Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Darat.

TPO’Sullivan & Partners. Public Transport. Terjemahan Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Darat dan Pusdiklat Perhubungan Darat. Jakarta : Penerbit Pamintory Cipta LTD.

Referensi

Dokumen terkait

Infeksi Saluran Pernapasan Akut dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh borang sehat ke saluran

Menurut Menurut Ghojali (2005) mengemukakan bahwa analisis deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

Mahasiswa yang berasal dari lulusan Akademi Kesehatan, peserta dalam kelompok ini adalah lulusan dari Akademi Kesehatan, yang meliputi, Akademi Gizi (Akzi), Akademi Perawat5.

Pada penelitian ini akan menggunakan metode tidak langsung yang telah digunakan selama ini untuk menentukan kekuatan massa batuan serta mengetahui kekuatan

Sebagai pokok persoalan pembangunan konsep insan spiritual maju, pemilihan tafsir dan ayat tentang jiwa dalam perspektif Thabataba ’ i, merupakan konsekuensi langsung dari

Dalam Islam, ada tiga nilai ilahiah yang harus ditanamkan kepada anak dalam keluarga, yaitu (1) nilai ilahiah Imaniah merupakan ladang dari alur dinamika,

Penggunaan cost index menghasilkan konsumsi bahan bakar yang lebih rendah sehingga biaya bahan bakar berkurang dengan selisih waktu terbang yang paling lama

Dengan terbitnya buku padoman ini, sebagai salah satu keberhasilan proyek yang penting, saya memanfaatkan kesempatan ini, sebagai wakil dari CIFOR, untuk menyatakan terima