• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I-1 Nur Yekti Merryardani 15003047 & Leo Willyanto 15003076

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Industri jasa konstruksi telah mengalami kemajuan yang sangat cepat, dan pasar konstruksi sudah terjadi lintas negara. Kita tidak dapat mengelak ataupun menghambat laju global pasar konstruksi. Laju pasar konstruksi yang global ini menghendaki adanya kualitas yang semakin tinggi terhadap sumber daya kontruksi yang digunakan dalam pembangunan konstruksi. Kebutuhan akan mandor konstruksi maupun tenaga tukang sebagai sumber daya manusia di bidang konstruksi juga akan mengalami perkembangan yang lebih mendunia seiring dengan adanya pasar bebas, sehingga tidak tertutup kemungkinan sebagian besar pekerjaan konstruksi di Indonesia akan dimandori oleh tenaga kerja dari negara lain yang telah lebih dulu profesional. Oleh sebab itu, para pelaku konstruksi dalam negeri harus segera mempersiapkan diri menjadi pelaku jasa konstruksi yang profesional dan memiliki kompetensi tinggi, bukan saja di tingkat regional, tapi tingkat nasional maupun internasional.

Indonesia memiliki sumber daya manusia yang melimpah. Dalam bidang konstruksi, tenaga kerja yang ada terkadang kurang dibekali oleh kemampuan teknik yang memadai. Hal ini tentunya tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan kemampuan finansial maupun pendidikan yang mampu dicapai oleh masyarakat pada umumnya, dimana kebanyakkan tenaga kasar kontruksi, dalam hal ini mandor, buruh, maupun tukang yang ada mendapatkan keahlian di bidang konstruksi tersebut secara turun temurun, atau otodidak.

Peran mandor dan tukang sebagai tenaga penggerak dan pelaksana utama pada suatu proyek kontruksi sangat mutlak dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu proyek kontruksi. Mandor merupakan motor penggerak tenaga kerja di bawahnya seperti tukang – tukang dan kuli bangunan yang terlibat dalam proyek konstruksi,merupakan satuan unit kendali yang berdiri mandiri dan tidak terikat secara permanen pada suatu perusahaan kontraktor tertentu. Mandor pula bergerak sebagai pemasok tukang dan kuli bangunan. Tukang merupakan tenaga kerja utama dalam pelaksanakan pembangunan proyek, dan tukanglah yang mewujudkan suatu desain menjadi kenyataan sesuai dengan tujuan utama suatu proyek dibangun, berdasarkan arahan dari kontraktor dan mandor sebagai atasannya. Dengan demikian, kontraktor dan proyek konstruksi mutlak membutuhkan kerja sama yang saling menguntungkan dan nyaman dengan

(2)

I-2 Nur Yekti Merryardani 15003047 & Leo Willyanto 15003076

mandor dan bawahannya sehingga tercipta iklim kerja yang baik dalam pelaksanaan proyek.

Dalam rangka mempersiapkan tenaga profesional di bidang jasa konstruksi pada suatu jabatan kerja tertentu, baik untuk pemenuhan kebutuhan nasional di dalam negeri maupun untuk kepentingan penempatan ke luar negeri, diperlukan adanya perangkat standar yang dapat mengukur dan menyaring tenaga kerja yang memenuhi persyaratan sesuai dengan kompetensinya

Tenaga kerja kasar konstruksi, baik mandor maupun tukang, di Indonesia umumnya hanya menempuh pendidikan umumnya tingkat sekolah dasar hingga menengah, bahkan tidak jarang mereka tidak menempuh pendidikan formal sama sekali. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, mengingat pasar konstruksi tahun 2008 diperkirakan sebesar Rp170.000.000.000.000 ( 170 triluyun ) memerlukan persiapan yang matang, dimana target pelaku jasa konstruksi tidak semata-mata berkiblat ke luar negeri, tetapi bagaimana agar pasar dalam negeri tergarap dengan baik. Menyikapi hal tersebut, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi ( LPJKN ) bekerjasama dengan pemerintah memiliki program untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia ( SDM ) mulai dari tenaga insinyur dan teknisi, pekerja terampil hingga buruh kasar, dengan memanfaatkan Badan - badan Latihan Kerja untuk menghasilkan tenaga ahli dan terampil yang memiliki kompetensi di bidangnya.

Peningkatan kemampuan sumber daya manusia di bidang konstruksi memerlukan upaya pembinaan yang berkelanjutan agar menghasilkan SDM yang produktif dan kompeten. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan keterampilan dan keahlian melalui pelatihan yang berbasis kompetensi. Melalui konsep pembinaan yang terarah, standar kompetensi kerja keterampilan/keahlian tenaga kerja konstruksi menurut bidangnya masing-masing dapat mulai dilakukan. Implementasi standar kompetensi yang tepat dan terukur akan memantapkan potensi tenaga kerja konstruksi yang profesional pada bidang pekerjaan terkait dan mendorong untuk meningkatkan daya saing di pasar kerja baik regional, nasional maupun internasional.

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ( SKKNI ) merupakan suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan sebagai tolak ukur untuk menentukan kompetensi tenaga kerja sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya.

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ( SKKNI ) untuk tenaga kerja jasa kontruksi disusun berdasarkan analisis kompetensi setiap jabatan kerja yang melibatkan para pelaku pelaksana langsung di lapangan dan ahlinya dari jabatan kerja yang bersangkutan.

(3)

I-3 Nur Yekti Merryardani 15003047 & Leo Willyanto 15003076

Selanjutnya finalisasi konsep konsep SKKNI tersebut dilaksanakan dalam suatu Konvensi Nasional yang melibat para Pakar dan Nara Sumber yang berkaitan dengan Jabatan Kerja tersebut.

Diharapkan dengan adanya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ( SKKNI ) tersebut dapat meningkatkan mutu tenaga kerja Indonesia dan hasil pekerjaan di lapangan. Di sisi lain standar kompetensi kerja ini tetap masih memerlukan penyempurnaan sejalan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan industri Jasa Konstruksi, sehingga setiap masukan untuk penyempurnaan sangat diperlukan.

Sesuai dengan Keputusan Dewan Pengurus Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional ( LPJKN ) No 71 /KPYTS/D/VIII/2001 : pasal 2 ayat (1), Tujuan sertifikasi adalah memberikan informasi objektif kepada para pengguna jasa bahwa kompetensi tenaga kerja yang bersangkutan memenuhi bakuan kompetensi yang ditetapkan untuk klasifikasi dan kualifikasinya,dan pasal 9 : ayat (1) : untuk setiap kualifikasi dalam suatu klasifikasi

Berdasarkan Undang – Undang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yang dilengkapi dengan aturan pelaksanaannya, yaitu PP No 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, pemerintah mengatur agar terwujud iklim usaha yang kondusif dalam rangka peningkatan mutu Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam sektor jasa konstruksi tersebut.

Undang – undang No 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya tersurat menyiratkan bahwa tenaga kerja yang melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi harus memiliki sertifikat

keahlian dan atau keterampilan.Realisasi dari perundangan tersebut adalah bahwa

mandor yang diikutsertakan dalam pekerjaan proyek-proyek di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum ke depannya harus memiliki sertifikat sebagai syaratnya, dan saat ini tengah berkembang wacana di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dan akan segera ditetapkan bahwa tenaga tukang yang ada perlu dilengkapi dengan sertifikasi keahlian di bidangnya..

Menurut Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, hingga akhir 2007 tenaga tukang di Indonesia yang telah memiliki sertifikat dan telah diakui kompetensinya baru mencapai tiga persen dari sebanyak empat juta tenaga tukang di Indonesia. Keharusan memiliki “sertifikasi keahlian dan atau keterampilan “ mencerminkan adanya tuntutan kualitas tenaga kerja yang betul – betul dapat diandalkan. Kondisi tersebut memerlukan langkah nyata dalam mempersiapkan perangkat ( standar baku ) yang dibutuhkan untuk mengukur kualitas tenaga kerja jasa konstruksi. Mengingat perkembangan yang ada, kompetensi sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan bisnis yang didasari oleh kepercayaan tersebut. Salah satu wujud

(4)

I-4 Nur Yekti Merryardani 15003047 & Leo Willyanto 15003076

kompetensi tersebut adalah bukti nyata yang ditorehkan dalam bentuk sertifikat kompetensi. Namun pada dasarnya, pelatihan – pelatihan yang akan melahirkan suatu sertifikat tersebut hendaknya senantiasa dilakukan secara berkesinambungan untuk memupuk kemampuan yang ada agar lebih berkembang ke depannya.Namun nampaknya pengetahuan mengenai standar penerapan standar kompetensi kerja mandor dan tukang ini masih mendapat berbaagi hambatan antara lain dari segi ekonomi, sumber daya manusianya, maupun terbatasnya penyebarluasan informasi tentang hal ini. Ke depannya, hal ini tentu akan berpengaruh pada profesionalitasan serta kompetensi proyek konstruksi itu sendiri.

Pada umumnya, kontraktor grade A, B, dan C atau kontraktor besar baik swasta maupun milik pemerintah yang memiliki kepemilikan modal besar dan umumnya menguasai pasar, telah menerapkan sertifikasi mandor sebagai salah satu bentuk jaminan kepercayaan terhadap pemilik ( owner ) , dan bahkan hal itu akan diterapkan pula dalam pengadaan tukang yang bersertifikasi. Penelitian mengenai tanggapan langsung yang dirasakan oleh mandor dengan adanya pelaksanaan standar sertifikasi kompetensi keahlian pada mandor telah dilakukan oleh Sdr. Doyoroso H., ST dan Sdr. Bintang Bangun Basuki ST dalam Tugas Akhirnya yang berjudul “Kajian Pemberlakuan Syarat Sertifikasi Keterampilan Kerja bagi Tenaga Kerja Mandor”. Penelitian tersebut dilakukan hanya terhadap responden mandor yang bekerja pada kontraktor yang mengerjakan proyek dengan dana yang besar. Hasil dari penelitian tersebut berupa suatu tanggapan objektif atas hasil yang diperoleh setelah mandor tersebut memperoleh sertifikasi, terhadap objek responden mandor yang bersangkutan dan kontraktor selaku pihak pengguna jasa mandor sebagai pelaku, tanpa menekankan pada proses- proses yang terjadi selama sertifikasi berlangsung mapun item – item yang tercantum dalam standar sertifikasi tersebut dan membandingkan realisasi yang dihubungkan dengan rencana yang telah dibuat. Pada akhirnya, penelitian tersebut tidak dapat memberikan gambaran pasti apakah mandor yang mendapatkan sertifikasi tersebut benar – benar memahami sasaran pengetahuaan yang ditetapkan atau tidak, karena tidak menyinggung terlalu dalam terhadap item – item pengajaran yang dilakukan selama proses tersebut berlangsung. Penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan penerapan peraturan ini pada kontaktor yang mrngerjakan proyek dengan budget kecil belum banyak dilakukan. Pada kenyataannya, penerapan sertifikasi ini ternyata mulai diterapkan tidak hanya bagi mandor yang bekerja pada proyek yang dibiayai menggunakan anggaran dana pemerintah, namun pada akhirnya bagi tukang yang bekerja pada proyek tersebut juga. Sertifikasi tersebut ternyata juga masih menimbulkan polemik di tengah masyarakat, mengingat hal ini

(5)

I-5 Nur Yekti Merryardani 15003047 & Leo Willyanto 15003076

membutuhkan biaya dan waktu yang harus dikorbankan bagi tukang maupun mandor yang umumnya berasal dari golongan ekonomi bawah.

Hal ini yang mendasari penulis tertarik untuk mengkaji penerapan standar sertifikasi tidak hanya terhadap mandor, namun juga terhadap tukang dalam pelaksanaan pekerjaan proyek di Indonesia. Penelitian tersebut nantinya akan dapat digunakan sebagai pemberi informasi secara lebih umum apakah peraturan yang ada sudah relevan untuk memberikan manfaat yang sesuai tujuan awal pembuatannya, maupun berguna untuk pengembangan ke depannya.

1.2 TUJUAN PENELITIAN

a. Mengkaji dan mempelajari lebih mendalam mengenai peraturan dan proses sertifikasi kompetansi keahlian dan keterampilan bagi mandor serta tukang

b. Mengetahui penerapan nyata proses sertifikasi kompetensi keahlian bagi mandor dan tukang di lapangan

1.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian pada beberapa kota besar di Indonesia, antara lain kota Semarang, Jakarta dan Bandung. Penelitian dilakukan pada proyek konstruksi yang dibiayai oleh pemerintah maupun swasta dan dilaksanakan oleh kontraktor milik pemerintah (BUMN/BUMD) maupun swasta nasional. Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner maupun wawancara pada pihak – pihak yang terkait dengan penerapan standar kompetensi mandor dan tukang baik di lapangan maupun pada instansi terkait dalam penerbitan sertifikasi keahlian dan keterampilan.

1.4 BATASAN PENELITIAN

Pelaksanaan penerapan sertifikasi keterampilan dan keahlian bagi mandor ditetapkan utamanya pada kontraktor pelaksana yang mempekerjakan tenaga kerja pada proyek – proyek yang beranggaran dari keuangan pemerintah, dan saat ini wacana mengenai penerapan sertifikasi tersebut terhadap tukang juga tengah dikaji untuk diterapkan selanjutnya,maka perlu sekali adanya informasi yang dapat mewakili keadaan yang sebenarnya sebagai dasar kajian yang dapat membantu menguatkan wacana perlu tidaknya hal ini diterapkan pula terhadap pengadaan tukang. Penelitian mengenai hasil penerapan standar sertifikasi ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi berbagai pihak terkait

(6)

I-6 Nur Yekti Merryardani 15003047 & Leo Willyanto 15003076

dan tidak menutup kemungkinan hal ini akan diterapkan pula pada pengadaan tenaga kerja pada proyek swasta.

Penelitian yang ada lebih menekankan terhadap proses yang ada, maupun pengetahuan isi dari standar sertifikasi tersebut. Hal ini penting mengingat tujuan dari sertifikasi tersebut adalah meningkatkan kompetensi dan kemampuan dari mandor maupun tukang. Sehingga penulis merasa perlu untuk menggali lebih dalam mengenai seberapa jauh pengetahuan yang diperoleh dalam proses sertifikasi dapat benar – benar memperkaya pengetahuan tukang maupun mandor yang bersangkutan. Untuk lebih memperoleh hasil yang maksimal, maka penelitian tersebut nantinya juga diharapkan dapat memberikan suatu gambaran mengenai aplikasi rencana yang dibuat oleh Lembaga Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional ( LPJKN ) atau badan yang berwenang dalam melaksanakan proses sertifikasi tersebut, dengan aktualisasi di lapangan terhadap responden kontraktor, mandor, maupun tukang pada proyek – proyek yang berskala besar maupun kecil.

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

1. Identifikasi Masalah dan Penentuan Tujuan

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada mengenai penerapan standar kompetensi kerja mandor dan tukang. Dari permasalahan yang ada, maka penulis akan menentukan tujuan penelitian yang memfokuskan atas solusi yang ingin dicapai menghadapi permasalahan yang ada.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan pengertian dan prinsip dasar mengenai standar kompetensi kerja mandor dan tukang yang nantinya berguna untuk menganalisis dan membahas permasalahan yang ada secara lebih mendalam untuk memperoleh informasi yang diharapkan.

3. Pengumpulan Data

Tahap ini dilakukan untuk mencari data pendukung aktual berkaitan dengan penerapan standar kompetensi kerja mandor dan tukang di lapangan. Data ini diperoleh melalui kunjungan langsung maupun survey langsung ke lapangan maupun instansi terkait dengan penerapan standar kompetensi kerja mandor dan tukang di lapangan dengan membagikan kuesioner maupun wawancara untuk mendapatkan data aktual.

(7)

I-7 Nur Yekti Merryardani 15003047 & Leo Willyanto 15003076 4. Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari proyek konstruksi tersebut akan diolah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan aktual di lapangan mengenai penerapan standar kompetensi kerja mandor dan tukang di lapangan. Pengolahan data yang diperoleh selanjutnya akan diolah secara statistik untuk memperoleh rasio perbandingan penerapan standar kompetensi di tiap proyek konstruksi yang selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan teori dasar yang ada melalui kajian studi pustaka sesuai dengan ruang lingkup pembahasan.

5. Kesimpulan dan Saran

Merupakan kesimpulan dari hasil pengolahan dan analisis data yang ada sebagai hasil informasi untuk menjawab atas permasalahn yang ada, serta berisi saran yang dapat diberikan untuk hasil yang lebih baik kedepannya.

(8)

I-8 Nur Yekti Merryardani 15003047 & Leo Willyanto 15003076

Gambar 1.1 Diagram Alir Metode Penelitian

M U LA I

Identifikasi P erm asalahan dan P enentuan T ujuan

K ajian P ustaka

S urvey Lapangan ,

P enyebaran K uisioner W aw ancara dengan P ihak T erkait

P engolahan D ata

A nalisis

K esim pulan dan S aran

S E LE S A I

P enerapan standar kom petensi m andor dan tukang pada P royek

K onstruksi

P engum pulan D ata Inform asi dari instansi penyedia sertifiikasi,internet,

D P U dan LP JK N Inform asi dati

M andor dan T ukang

(9)

I-9 Nur Yekti Merryardani 15003047 & Leo Willyanto 15003076

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan terdapat latar belakang masalah, tujuan penulisan, rumusan masalah, ruang lingkup pembahasan, batasan masalah, serta sistematika penulisan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Menampilkan data sekunder berupa prinsip dasar, gambaran, dan pengertian mengenai standar – standar kompetensi kerja mandor dan tukang yang berguna dalam menganalisis dan membahas permasalahan dengan lebih mendalam. Data ini diperoleh dari sumber data sekunder berupa standar kompetensi kerja mandor dan tukang yang diperoleh melalui studi literatur dan referensi yang terkait dengan pembahasan yang dilakukan.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN DAN PENYAJIAN DATA

Menampilkan metodologi penelitian data dan penyajian data yang diperoleh dari lapangan baik melalui pengamatan langsung, wawancara, maupun penyebaran kuesioner. Data ini digunakan sebagai acuan melakukan analisis mengenai aktualisasi penerapan standar sertifikasi keahlian dan keterampilan bagi mandor maupun tukang secara umum.

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN AKTUALISASI PENERAPAN STANDAR SERTIFIKASI KETRAMPILAN MANDOR & TUKANG PADA PROYEK KONSTRUKSI

Proses analisis berdasarkan data yang diperoleh untuk selanjutnya dibandingkan dengan teori yang ada untuk memperoleh hasil perbandingan yang akurat.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penarikan kesimpulan dan saran atas hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh untuk mendapatkan informasi untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada serta memberikan masukkan dan manfaat bagi pengembangan penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian yang dapat dilihat dari Tabel 4.11 diatas tahap pengujian yang menunjukkan rata-rata nilai error terkecil adalah pada percobaan jumlah

Selama malam hari, ada pengubahan yang lambat menjadi bentuk yang tidak aktif; periode gelap yang lebih panjang, bagian fitokhrom yang dalam bentuk tidak aktif menjadi

PSEKP selain merupakan institusi penelitian dan kebijakan di Indonesia yang sangat responsif dalam melakukan kajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian dan telah banyak

Dalam teks, muncul kata-kata tertentu yang dominan dan dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata tersebut selalu diulang-ulang dalam berbagai peristiwa tutur. Kata-kata

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR

Jika AC bekerja pada kondisi kelembaban nisbi udara yang tinggi, uap putih dapat muncul sebagai akibat dari kelembaban yang tinggi dan perbedaan suhu antara saluran masuk dan

Dari area bisnis yang ada, ditemukan beberapa hal menyangkut permasalahan yang ada, yaitu: (1) Pihak manajemen dalam melakukan perencanaan penjualan dan produksi memperoleh data dari

tidak dapat mengukur non-perform dari suatu kredit padahal terdapat variabel total loans dalam perhitungan efisiensi; investor di Indonesia masih berorientasi short term