• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKRETARIAT KPA NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKRETARIAT KPA NASIONAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

G

eliat peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) 2010 sudah mulai terasa sejak bulan November. Berbagai pihak menunjukkan langkah nyatanya sebagai bentuk peduli terhadap penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Bulan ini pihak pemerintah, masyarakat sipil, dan swasta mengadakan peringatan HAS 2010 sebagai upaya meningkatkan kepedulian publik terhadap HIV dan AIDS.

Dalam rangka terus menjalankan tugas pokok dan fungsi KPA Nasional sebagaimana tertuang dalam Perpres No.75 Tahun 2006 mengenai perencanaan strategis, dilakukan pertemuan Forum Perencanaan dan Penganggaran sebagai bagian dari upaya percepatan pencapaian target MDG’s. Pertemuan ini dipimpin oleh Bappenas selaku anggota KPA Nasional.

Lokakarya Nasional Penelitian HIV dan AIDS diselenggarakan dengan mengundang sejumlah peneliti pakar ilmiah penanggulangan HIV dan AIDS. Terkait Program Pencegahan Melalui Transmisi Seksual (PMTS), diselenggarakan Pelatihan Tim Fasilitator Pemberdayaan Pekerja Seks Provinsi dan Pelatihan Fasilitator Warga Peduli AIDS.

Informasi mengenai web-site KPA, ruang pustaka, berbagai kegiatan memperingati HAS 2010, serta laporan triwulan ketiga Kemenkes disajikan pada laporan bulan ini. Begitu pula pertemuan regional di Kamboja, Indonesia turut menghadiri. Rincian mengenai hasil kegiatan tersebut terdapat dalam laporan bulan ini.

Sekretariat KPA Nasional Menara Topas Lt.9

Jl. MH Thamrin Kav.9 Jakarta Pusat Telp. (021) 3901758 Fax. (021) 3902665

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

SEKRETARIAT KPA NASIONAL

NOVEMBER 2010

Ibu Nafsiah Mboi dalam Pembukaan Lokakarya Nasional Penelitian HIV dan AIDS

Peserta Pelatihan Tim Fasilitator Pemberdayaan Pekerja Seks Bersama Ibu Nafsiah Mboi

(2)

A. Pengembangan Kebijakan

B. Penetapan Langkah Strategis

Lokakarya Nasional Penelitian HIV dan AIDS

K

PA Nasional setiap tahun menyelenggarakan

Lokakarya Nasional Penelitian HIV dan AIDS sejak tahun 2007 dengan tema yang berbeda-beda. Tahun ini tema yang diangkat adalah “Penelitian HIV dan AIDS di Indonesia: Dari Riset ke Aksi”. Lokakarya diselenggarakan tanggal 29-30 November 2010 di Hotel Grand Cempaka, Jakarta.

Selain sesi pleno, dilakukan pula sesi diskusi panel. Loknas ini melibatkan 22 penelitian, 22 pembicara, dan 11 moderator. “Kita membutuhkan penelitian yang dapat memberi masukan untuk pengembangan kebijakan yang baik, tepat sasaran, dan efektif serta mendukung keberlanjutan dan meningkatkan kemitraan,” ungkap Ibu Nafsiah Mboi, Sekretaris KPA Nasional, pada sambutannya.

Hari pertama disampaikan paparan keynote speech oleh Bapak Kemal Siregar, Deputi Bidang Pengembangan Program, dengan judul Penelitian HIV dan AIDS di Indonesia: Dari Riset ke Aksi. Dilanjutkan dengan sesi diskusi panel di mana peserta dapat memilih ruangan yang ingin diikuti. Hari pertama terdapat empat tema sesi yang menyajikan potret epidemi AIDS, peran masyarakat, budaya dan relasi sosial, dan kajian layanan bagi penasun.

Hari kedua sesi pleno diawali dengan tema tranformasi dari riset ke aksi. Tema diskusi panel pada hari ini adalah pencegahan melalui transmisi seksual, konteks ekonomi dari epidemi AIDS, perawatan, dukungan, dan pengobatan, dan pertemuan inventarisasi penelitian.

Pada sesi penutupan dibacakan kesimpulan lokakarya nasional yang disampaikan oleh Ibu Irawati Atmosukarto, selaku Koordinator Penelitian KPA Nasional, di antaranya riset bertujuan melakukan perubahan kebijakan atau advokasi melalui gerakan sosial yang memadukan relevansi secara akademik dan sosial.

Pemaparan Narasumber pada Sesi Pleno

Pertemuan Forum Perencanaan dan Penganggaran

S

trategi penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia merupakan bagian dari RPJMN 2010-2014. Meski demikian, masih ditemui adanya kesenjangan antara target dan capaian MDG’s tahun 2010 khususnya target 6: menahan dan menurunkan prevalensi HIV. Menjawab tantangan ini diperlukan

upaya serius dan kerja keras.

Mekanisme perumusan bersama dengan seluruh kementerian terkait dilakukan melalui pertemuan forum perencanaan dan penganggaran yang melibatkan seluruh anggota KPA Nasional pada tanggal 1 November di Jakarta.

Agenda pertemuan adalah sosialisasi pedoman penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD), masukan menu teknis yang terdapat dalam perencanaan dan penganggaran, dan pengembangan instrumen pengumpulan data terkait pencapaian target dan indikator MDG’s di daerah.

Hasil pertemuan adalah penyusunan rencana sosialisasi aksi percepatan pencapaian target MDG’s

goal 6 khususnya mengenai pengendalian HIV dan

AIDS di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta 22 kementerian atau lembaga.

Dokumen Ringkasan Peta Jalan Percepatan Pembangunan Milenium di Indonesia

(3)

C. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan

Pelatihan Tim Fasilitator Pemberdayaan Pekerja Seks Provinsi

(PMTS).

Pilar utama dari PMTS adalah penguatan komunitas di lokasi, terutama pekerja seks dan pemangku kepentingan selaku subjek program. Faktor ini mendasari kegiatan pemberdayaan pekerja seks yang sekaligus upaya peningkatan efektivitas program intervensi struktural di lokasi.

Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 21-26 November di Hotel Ibis Kemayoran Jakarta. Peserta berasal dari 23 provinsi yang dibagi dalam dua kelas, yakni kelas A 51 orang dan kelas B 18 orang. Peserta terdiri atas pekerja seks, aktivis LSM/perorangan, dan aktivis OPSI-GWL.

Setiap provinsi memiliki tim dengan keunikan yang saling melengkapi. Fasilitator memberikan rekomendasi peran sesuai kapasitas peserta pada saat pelatihan berlangsung yakni sebagai fasilitator komunitas, fasilitator kelas atau grup, dan fasilitator pengelola.

Tindak lanjut pelatihan adalah setiap tim provinsi akan melakukan serangkaian pelatihan pemberdayaan di komunitas (lokasi atau lokalisasi), baik secara tim atau individu. Hingga Maret 2011 diharapkan terselenggara 50 pelatihan di lokasi atau lokalisasi yang tersebar di 23 provinsi.

Pelatihan Fasilitator Warga Peduli AIDS

S

alah satu komponen dalam Program PMTS adalah

peningkatan peran serta pemangku kepentingan dan masyarakat yang dikenal dengan Warga Peduli AIDS (WPA). Dalam rangka meningkatkan kemampuan WPA untuk memfasilitasi, diperlukan pelatihan agar fasilitator ini memperkuat WPA di daerahnya dan mengembangkan WPA di lokasi lain. Pelatihan dilaksanakan tanggal 9-12 November di Hotel Grand Cemara Jakarta dengan dihadiri masing-masing empat orang peserta dari 12 provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kep.Riau, Riau, Jawa barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Papua, dan Papua Barat. Komposisi peserta terdiri atas satu orang dari KPA Kab./Kota, dua orang Pengurus Pokja Lokasi, dan satu orang Lurah/Kepala Desa/Ketua RT/RW sekitar lokasi.

Hari pertama Dr. Fonny J.Silfanus selaku Deputi Program KPA Nasional membuka acara dan menyampaikan pengantar pelatihan. Dalam sambutannya, beliau menjelaskan bahwa epidemi

HIV di Indonesia mengalami percepatan penularan pada transmisi seksual dan penggunaan napza suntik. Sehingga, perlu dilakukan upaya penanggulangan di kalangan yang berisiko menularkan dan tertular HIV. Hari kedua membahas tentang kebijakan KPA Nasional melalui Program PMTS serta empat komponen pendukungnya. Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai langkah-langkah meningkatkan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan. Hari ketiga membahas tentang membangun kesepakatan lokal. Hari keempat membahas tentang rencana tindak lanjut setelah pelatihan di antaranya melakukan diskusi lanjutan mengenai status lokasi dan pekerja seks, dilakukannya pelatihan WPA di tingkat provinsi paling lambat pada bulan Desember 2010, meningkatkan promosi pemakaian kondom, pemberdayaan pekerja seks terus menerus agar tidak mendapat kekerasan dan mampu lindungi diri dari IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV, serta dilaksanakannya pemeriksaan kesehatan pekerja seks secara rutin atau berkala.

Sesi Tanya Jawab Peserta Pelatihan

S

aat ini transmisi

seksual merupakan penyebab utama penularan HIV di Indonesia.

Lebih dari 18 tahun upaya pencegahan telah dilakukan, namun belum memberikan hasil yang diharapkan. Maka dikembangkan pendekatan komprehensif Program Pencegahan Melalui Transmisi Seksual

(4)

D. Penyebarluasan Informasi

karakteristik pengunjung, sebanyak 74,79% adalah pengunjung baru.

Sekretariat KPA Nasional menyediakan ruang pustaka yang terbuka bagi umum pada jam-jam kerja dari pukul 09.00-16.00 WIB. Berbagai laporan, jurnal, laporan kegiatan, media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), buku, dan publikasi lainnya tersedia di sini. Koleksi yang tersedia akan terus dilakukan pembaruan, baik dari sisi isi maupun jumlah. Melalui pengembangan web-site dan ruang perpustakaan diharapkan akan semakin mendekatkan masyarakat terhadap akses informasi HIV dan AIDS.

B

ulan November melalui web-site

www.aidsindonesia.or.id, KPA Nasional berupaya memberikan akses informasi seluas-luasnya kepada masyarakat. Sebanyak 6.937 orang mengunjungi situs ini. Dilihat dari jumlah kunjungan, terdapat

Dokumentasi Berbagai Kegiatan Memperingati Hari AIDS Sedunia 2010

8.802 kunjungan yang artinya lebih dari 2.000 orang melakukan kunjungan berulang. Dilihat dari

Informasi Seputar Web Site KPA dan Ruang Pustaka

Fun Bike Fun Walk, 28

November di Jakarta

I Wanna Life, 27 November

di Jakarta

Dance for Life, 27

(5)

E. Kerja Sama Internasional dan Regional

Pertemuan Asean Task Force on AIDS (ATFOA) ke-18 di Kamboja

I

ndonesia menghadiri pertemuan ATFOA yang

diselenggarakan tanggal 25-26 di Phnom Penh, Kamboja. Delegasi Indonesia dari Kemenkes adalah Dr.H.M.Subuh, MPMM dan Dr.Afriana Nurhalina, Elis Widen dari KPA Nasional, dan Adithya Wardhana dari UNGASS FORUM Indonesia. Hadir pula perwakilan dari negara-negara Asean seperti Brunai Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Philipina, Singapura, dan Thailand. Perwakilan dari UNAIDS, UNDP, UNICEF, dan SAARC berperan sebagai pengamat. Sekretariat ASEAN adalah fasilitator selama kegiatan berlangsung.

Pertemuan menyepakati bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah pada penyelenggaraan ATFOA ke-19. Rencana tindak lanjut pertemuan adalah: (1)Review laporan regional ASEAN untuk situasi epidemi dan penanggulangan HIV dan AIDS. Khusus mengenai data dan analisis di Indonesia akan disampaikan revisi kepada Sekretariat ASEAN sebelum tanggal 15 Desember 2010. Kegiatan melibatkan Dir.P2ML Kemenkes, Sekretariat KPA Nasional, perwakilan Populasi Kunci, dan Sekretariat ASEAN.

(2)Pelaporan hasil pertemuan ATFOA ke-18 dan

pembahasan rencana ASEAN Summit 2011 pada bulan Januari 2011. Pertemuan akan melibatkan Kemenlu Bidang Kerja sama ASEAN, Biro Kerja sama Luar Negeri Kemenkes, Dir. P2ML Kemenkes, Sekretariat KPA Nasional, perwakilan Populasi Kunci, dan Sekretariat ASEAN.

(3)Pembahasan rencana Lokakarya Advokasi Kebijakan untuk AWP IV.1. Advokasi Kebijakan dan Peran Aktif Indonesia sebagai Pemimpin ASEAN 2011. Waktu: Awal tahun 2011 di Jakarta. Pertemuan akan melibatkan Dir P2ML Kemenkes, Sekretariat KPA Nasional, perwakilan Populasi Kunci, dan Sekretariat ASEAN.

(4)Pembahasan Rencana ASEAN Forum di ICAAP ke-10, Busan, Korea Selatan. Diskusi akan melibatkan Panitia ICAAP, UNAIDS, UNDP, Sekretariat ASEAN, Sekretariat KPA Nasional, perwakilan Populasi Kunci, dan Dir P2ML Kemenkes.

(5)Pembahasan peran aktif Indonesia dalam AWP IV 2011–2015 secara umum. Diskusi akan melibatkan Sekretariat KPA Nasional, perwakilan Populasi Kunci, dan Dir P2ML Kemenkes.

Laporan Triwulan Kemenkes Hingga September 2010

H

ingga September 2010, Kemenkes melaporkan

jumlah kumulatif pasien AIDS di Indonesia adalah 22.726 orang. Data tersebut berasal dari 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Dilihat dari faktor penularan, hubungan heteroseksual menjadi penyebab utama penularan (51,3%) disusul penggunaan jarum suntik (39,6%), lelaki seks dengan lelaki (3,1%), dan penularan melalui perinatal 2,6%. Kelompok usia 20-29 tahun masih menjadi kelompok usia tertinggi dengan 47,8%, disusul kelompok umur 30-39 tahun (31%) dan 40-49 tahun (9,2%).

Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki masih mendominasi dengan 73,6% dan perempuan 26%. Daerah yang melaporkan angka AIDS tertinggi berturut-turut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Riau.

Sedangkan kasus HIV yang ditemukan sejak 1987 hingga September 2010 adalah 50.352 orang. Sementara itu laporan VCT pada bulan Juli-September 2010 menunjukkan infeksi baru pada

kelompok laki-laki dan perempuan dilaporkan 79,2% pada laki-laki dan 66,2 persen pada perempuan yang berasal dari usia 25-49 tahun dari total yang melakukan VCT.

Dari Program Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Napza Suntik (Harm Reduction) dilaporkan dalam triwulan ketiga 2010 ini, pada laporan PTRM tercatat dari 61 layanan di RS, Puskesmas dan Lapas/Rutan telah melayani 2530 yang aktif mengakses metadon.

(6)

G. Pengarahan kepada KPA di Daerah

F. Pengendalian, Pemantauan, dan Evaluasi

Workshop Evaluasi Kegiatan PABM (Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat)

P

rogram PABM telah dilaksanakan di beberapa pusat rehabilitasi di Indonesia. PABM menggunakan pendekatan baru yang diharapkan efektif bila dilakukan secara sistematis dan terarah dalam penanggulangan adiksi pada pengguna napza suntik. Pada prinsipnya, dalam program PABM dikembangkan partisipasi dari lembaga-lembaga yang sebelumnya telah melakukan program pemulihan adiksi di masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut antara lain, Yayasan Karisma, Yayasan Kapeta, Yayasan Adiktifitas, Yakita Bogor, Yakita Surabaya, Rumah Cemara, dan Yayasan Nurani Bali.

Workshop diselenggarakan tanggal 9-12 November

di Jakarta dengan melibatkan pemangku kepentingan seperti wakil dari Keswa Kemenkes, BNN, UNODC, NU, Bappeda Provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan), dan Sekretaris KPA Provinsi. Dalam workshop evaluasi tersebut, lembaga-lembaga yang melakukan PABM melaporkan kemajuan program dan kendala yang dihadapi. Hal menarik dalam paparan adalah tiap lembaga memiliki karakter pola pemulihan khas satu sama lain dengan menyesuaikan kondisi lingkungan dan masyarakat tempat program PABM berjalan, karena itu ukuran keberhasilan yang digunakan bervariasi.

Selain itu, dibahas indikator kemajuan program PABM yang dapat digunakan secara umum, seperti: 1)Meningkatkan pengetahuan, 2)Meningkatkan keterampilan, dan 3)Perilaku hidup aman meningkat. Selain indikator evaluasi, kebutuhan lain adalah Pedoman PABM yang diharapkan akan menjadi panduan umum dalam program dan pelaksanaan PABM. Saat ini sudah ada pedoman dan tengah menunggu masukan.

Hasil kegiatan adalah teridentifikasinya hambatan dalam pelaksanaan PABM dan rekomendasi untuk perbaikan layanan PABM. Rekomendasi yang disampaikan yaitu dilaksanakannya pertemuan koordinasi dengan pemangku kepentingan bulan November-Desember sebanyak dua kali pertemuan. Selain itu akan disusun database program PABM dan penguatan program PABM.

Workshop dan Pertemuan Pengelola Keuangan,

Monev, dan Pelaporan di Enam Regional

P

enguatan kapasitas merupakan hal yang penting

demi meningkatkan kualitas program. Hal ini yang mendasari pelaksanaan kegiatan penguatan KPA bagi 33 provinsi dan 133 Kabupaten/Kota bagi Pengelola Keuangan/Adminitrasi dan Pengelola Monev/Program. Materi yang disampaikan terdiri atas pengelolaan keuangan, monitoring, pembuatan laporan, dan evaluasi pengelolaan keuangan serta logistik.

Pertemuan diselenggarakan bulan November dengan jadwal sebagai berikut:

1. Regional I: Bengkulu, Lampung, Babel, Kalbar, Kalteng, Kalteng, Kalsel, dan Kaltim tanggal 1-4 November di Jakarta.

2. Regional II: NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, dan Kep.Riau tanggal 8-11 November di Medan.

3. Regional III: DKI Jakarta, Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, dan Banten di Yogyakarta.

4. Regional IV: Jatim, Bali, NTB, NTT, Sulut, dan Sulsel tanggal 29 November- 2 Desember di Surabaya.

5. Regional V: Sulteng, Sultra, Gorontalo, Sulbar, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat tanggal 13-16 Desember di Makassar.

Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pemberian materi oleh narasumber dan dilanjutkan dengan praktek sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah disiapkan. Selama sesi berlangsung diskusi interaktif peserta dengan narasumber terkait dengan lembar tugas yang diberikan.

Hingga Desember nanti diharapkan workshop dapat mencakup seluruh regional dan sebanyak 445 staf dapat terlatih. Tidak hanya pengetahuan yang meningkat, namun juga keterampilan dalam pengelolaan program dan administrasi dapat menjadi lebih baik lagi.

(7)

NAMA KEGIATAN GAMBARAN KEGIATAN RENCANA OUT PUT 1. Workshop Pertemuan Penguatan Pengelola Keuangan, Monev, dan Pelaporan di Enam Regional

Kegiatan ini merupakan tindak lanjur dari Pertemuan Regional sebelumnya dan merupakan upaya meningkatkan kemampuan Pengelola Keuangan/ Administrasi dan Pengelola Monev/ Program dalam bidang pengelolaan keuangan, monitoring, pembuatan laporan, dan evaluasi pengelolaan keuangan serta logistik.

Adanya peningkatan kemampuan para Pengelola Keuangan/

Administrasi dan Pengelola Monev/ Program sehingga dapat melakukan pengelolaan keuangan, monitoring dan evaluasi, pembuatan laporan, dan logistik lebih baik lagi.

2. Pertemuan Sosialisasi Program Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual (PMTS) di 11 Provinsi

Sebanyak 11 provinsi penerima dukungan SSF grup B akan dilibatkan dalam sosialisasi program PMTS kepada para pemangku kepentingan di tingkat wilayah (provinsi).

Meningkatnya kemampuan pemangku kepentingan di lokasi dalam melaksanakan program PMTS di wilayah kerjanya. Selain itu terbentuknya kerja sama tim yang baik antar semua pemangku kepentingan di lokasi. 3. Pertemuan Pembahasan Percepatan Pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium (MDG’s) No.6: Bidang HIV dan AIDS

Kegiatan dilakukan di Jakarta dengan mengundang seluruh Bappeda dan KPA dari 33 provinsi. Bentuk kegiatan adalah sosialisasi dan pengisian rancangan aksi penanggulangan HIV dan AIDS di daerah.

Tersosialisasikannya pedoman matriks rencana aksi percepatan target MDG’s khususnya goal 6 bidang HIV dan AIDS.

4. Pertemuan Penyusunan Buku Saku AIDS Polri

KPA telah melakukan pertemuan dengan pihak Polri dalam rangka penyusunan buku AIDS bagi Polri.

Draft buku telah disusun dan

pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan terdahulu.

Adanya masukan dan penyempurnaan dari peserta terhadap buku saku yang sedang disusun.

5. Pertemuan Pokja

Migran Mengingat kompleksnya masalah yang dihadapi buruh migran, maka dilakukan pertemuan untuk menyusun rencana strategis dan prioritas rencana program dan kegiatan tahun 2011.

Terjadinya berbagi informasi mengenai prioritas program aksi tahun 2011 dari sisi kebijakan dan program. Selain itu, terbentuknya Tim Review kebijakan terkait migran aman dan kerentanan terhadap HIV dan AIDS serta kekerasan berbasis gender.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan waktu pemantulannya, dapat ditentukan kedalaman dasar laut dan berdasarkan bentuk sinyal - sinyal pantul yang terekam pada recorder di Side scan

Uraian di atas memperlihatkan bahwa basis hukum berada dalam masyarakat itu sendiri, sehingga untuk memaharni hukum dalam masyarakat secara utuh maka hukum harus

Suatu sistem adalah seperangkat komponen, elemen, unsure atau sub sistem dengan segala atributnya yang satu sama lain saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi dan saling

Undang-undang berlaku bagi orang yang ada, baik di dalam suatu wilayah negara maupun di luar negaranya (asas personalitas, misalnya dalam Pasal 5 KUHP apabila di negara

Jika hukum diartikan sebagai instrumen kebudayaan yang berfungsi untuk menjaga keteraturan sosial (social order), atau sebagai sarana pengendalian sosial (social control),

Paket rekomendasi kebijakan bidang moneter dan sektor eksternal meliputi dokumen- dokumen yang disampaikan dalam bentuk nota dinas, surat, laporan, serta analisis kebijakan