• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agus Anggoro Sigit Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agus Anggoro Sigit Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GEOGRAFI

DALAM SOSIALISASI TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH

DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) KEPADA

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) GEOGRAFI

KABUPATEN PONOROGO

Agus Anggoro Sigit

Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: anggoroseegee@yahoo.com

ABSTRAK

Pemetaan digital sebagai bagian dari Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah wujud kemajuan teknologi yang besar konstribusinya dalam bidang pemetaan. Di dalam proses belajar mengajar di lingkungan pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) dan sederajat, pendidikan SIG masih sangat terbatas. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mensosialisasikan teknologi SIG kepada Guru Geografi yang tergabung dalam MGMP Geografi Kabupaten Ponorogo, serta sosialisasi keberadaan sistem pengelolaan teknologi SIG yang ada di Fakultas Geografi UMS. Metode pengabdian: berbentuk pendidikan masyarakat berupa Sosialisasi tentang pemetaan digital dengan SIG, serta demonstrasi langsung dengan membawa perangkat SIG ke lokasi yang dilaksanakan pada tanggal 13 Nopember 2015 di SMA N 1 Ponorogo. Peserta berjumlah 21 orang dari 25 orang guru yang tergabung dalam MGMP Geografi Ponorogo atau 84 % guru hadir. Hasil jangka pendek; peserta mendapat tambahan pengetahuan yang berharga tentang pemetaan digital secara praktis dan cepat, serta terbuka wawasan tentang arti penting peta digital sebagai media informasi spatial. Hasil bagi institusi pelaksana adalah diperolehnya masukan tentang altemative bentuk pengabdian yang diharapkan oleh kalangan sekolah dalam rangka mendukung PBM mereka serta tersosialisasinya keberadaan fasilitas dan system pengelolaan teknologi pemetaan digital di Fakultas Geografi khususnya dan UMS pada umumnya. Adapun hasil jangka panjang adalah teijalinnya komunikasi dan kerjasama dalam bentuk pendidikan dan pembimbingan, kunjungan laboratorium serta distribusi informasi eksistensi Fakultas Geografi UMS kepada masyarakat luas.

Kata Kunci: Teknologi SIG, Ponorogo, Pengelolaan Data Spasial Digital dan Pemetaan

Digital

PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini, berkembang pula berbagai bentuk aplikasi teknologi baik untuk kepentingan pendidikan (akademis) maupun untuk kepentingan praktis (umum). Secara subtansial, teknologi memudahkan manusia menyelesaikan berbagai pekerjaan. Arcinfo sebagai salah satu. software dalam Sistem Informasi Geografi adalah satu dari sekian banyak contoh dari hasil kemajuan teknologi perangkat lunak yang sangat bermanfaat dalam pembuatan "Peta Digital" maupun analisis tumpang susun peta.

Di dalam kehidupan sehari-hari, peta bukanlah sesuatu yang asing didengar, bahkan saat ini oleh banyak kalangan atau lembaga, peta digunakan sebagai sumber informasi mengingat kelebihan informasinya yang menyertakan unsur spatial (keruangan) di dalamnya.

(2)

Pada era komputerisasi dewasa ini, teknik penggambaran. peta secara manual dengan menggunakan alat-alat konvensional (rapido, sablon, rugos d1l) dianggap sudah agak tertinggal, walaupun masih banyak yang tetap menggunakannya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor keterbatasan, diantaranya adalah; kemampuan, kesempatan, ketersediaan fasilitas (sarana prasarana), biaya serta keterbatasan informasi.

Faktor keterbatasan informasi dapat teratasi dengan adanya penyampaian informasi kepada yang memerlukan. Selaras dengan statement tersebut, maka upaya pengenalan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG/GIS) kepada masyarakat, terutama masyarakat sekolah (khususnya Sekolah Menengah Umum dalam hal ini adalah para guru) dirasa merupakan suatu program yang tepat untuk dilakukan, baik dilihat dari kepentingan guru dan siswa (calon mahasiswa) sebagai tambahan perbendaharaan pengetahuan maupun untuk kepentingan sosialisasi lembaga dalam hal ini adalah eksistensi Fakultas Geografi UMS.

Di dalam proses belajar mengajar di lingkungan Sekolah Menengah Umum (SMU), pendidikan Sistem Informasi Geografi (SIG) baru terbatas pada pengenalan, pembacaan dan penggambaran peta dalam format manual secara sederhana, dengan kata lain; ilmu tentang peta pemetaan di lingkungan SMU masih sangat terbatas. Keterbatasan tersebut tidak terlepas kurikulum dan keterbatasan materi pengajaran, sehingga pantas untuk dimaklumi apabila luasnya pengetahuan tentang peta berikut manfaatnya belum dipahami secara memadai oleh masyarakat Sekolah Menengah Umum (para siswa), terlebih lagi tentang perpetaan dengan sentuhan teknologi (dalam hal ini adalah peta dan pemetaan digital).

B. Perumusan Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus melaju dari waktu ke waktu, tak terkecuali kemajuan dalam bidang pemetaan. Pemetaan digital dengan software Arc-Info sebagai bagian dari Sistem Informasi Geografi (SIG), merupakan salah satu conloh wujud kemajuan teknologi perangkat lunak yang sangat besar konstribusinya dalam bidang pemetaan, khususnya desain dan analisis peta secara spasial. Namun demikian, laju kemajuan (khasusnya dalam. bidang pemetaan) tersebut nampaknya belum dliringi oleh

kemampuan masyarakat untuk mengikutinya, terutama masyarakat ilmiah baik yang

berada di lingkungan pendidikan tinggi maupun pendidikan sekolah menengah umum. C. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan

a) Memberikan informasi sekaligus pengenalan tentang teknologi baru dalam bidang pemetaan digital, yaitu teknologi Sistem Informasi Geografi kepada Guru Geografi Sekolah Menengah Umum pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b) Mendemonstrasikan operasionalisasi teknologi Sistem Informasi Geografi, sehingga siswa menjadi tertarik dan berminat mendalaminya di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu di perguruan tinggi, khususnya di.Fakultas Geografi sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan dan sosialisasi teknologi SIG.

c) Sosialisasi keberadaan dan sistem pengelolaan teknologi Sistem Informasi Geografi di Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta, kepada

(3)

masyarakat terutama masyarakat Sekolah Menengah Umum, khususnya untuk pihak siswa sebagai calon mahasiswa.

2. Manfaat

a) Tersosialisasinya informasi tentang kemajuan teknologi perangkat lunak dalam bidang pemetaan digital yang dikemas dalam suatu sistim informasi, yaitu, Sistem Informasi Geografi (SIG).

b) Tersosialisasinya keberadaan Fakultas Geografi UMS sebagai suatu lembaga, yang menyediakan fasilitas pendidikan dan pelayanan dalam opersionalisasi Teknologi Sistem Informasi Geografi (GIS = Geography Information Sistem). D. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian SIG dan Peta

Batasan atau pengertian mengenai Sistem Informasi Geografi sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh beragamnya disiplin ilmu yang memanfaatkan teknologi SIG dalam penerapan ilmunya, seperti geologi, geodesi, geoinformatika, kehutanan, pertanian, perencanaan tata, ruang dan arsitektur serta geografi. Sesuai dengan namanya, sebenamya SIG adalah lahan atau bidang garap disiplin ilmu Geografi serta ilmu-ilmu berbasis kebumian seperti geologi dan geodesi, namun dalam perkembangannya, banyak disiplin lain yang mengakomodasi SIG dalam studinya, karena sifat dari aplikasi SIG adalah general (dalam pengertian luas aplikasinya).

Walaupun beragam batasan tentang SIG, namun demikian substansi dasamya adalah sama, yaitu suatu sistem pengelolaan dan penyajian data atau informasi spasial/geografikal di permukaan bumi. Sebagai gambaran tentang batasan SIG, dapat diperiksa dalam batasan-batasan berikut ini.

1) GIS is a system that contains spatially referenced data that can be analyzed and converted to information for a specific set of purposes (Phil Parent, 1988 dalam Antenucci, 1991).

2) SIG adalah sustu sistem informasi yang didesain untuk bekerja dengan data spasial di atas muka bumi atau yang merujuk pada koordinat geografis (Jacob Rais, 1993).

Berdasarkan batasan-batasan di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa sebenamya Sistem Informasi Geografi tidak selalu harus berbasis komputer, kemajuan teknologi perangkat lunak tentang pemetaan digitallah yang telah menggiring image masyarakat mengarah ke sana. Mendasarkan hal demikian, maka sesungguhnya peta. dalam format manual pun termasuk bagian dari sistem informasi tersebut walaupun dalam kapasitas yang relatif kecil. Dalam konteks ini, Sistem. Informasi Geografi yang dibahas adalah. SIG yang berbasis komputer.

Adapun batasan atau pengertian peta secara umum adalah batasan sebagaimana yang dikemukakan oleh ICA (Intemational Cartographic Association), yaitu: Peta adalah representasi gambaran unsur-unsur atau kenampakankenampakan abstrak yang dipilih di permukaan bumi atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi (benda-benda angkasq), yang umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diskalakanldiperkecil (ICA, 1973 dalam Mas Sukoco, 1985).

(4)

2. Komponen SIG

Secara umum komponen Sistem Informasi Geografi ada lima, yang bekerja dalam suatu sistem secara terpadu. Kelima komponen tersebut adalah :

1) Perangkat Keras (hardware), yaitu komputer dimana SIG beroperasi, digitizer (sarana digitasi untuk penggambaran peta dalam komputer) serta printer atau. plotter untuk pencetakan produk berupa. peta digital.

2) Perangkat Lunak (software), yaitu program yang digunakan untuk mengoperasikan perintah. Beberapa software yang mendukung teknologi SIG diantaranya adalah ILWIS, Autocad, SPAN, IDRISI, ER MAPPER dan ERDAS serta Arcinfo (Arcinfo yang paling banyak penggunanya)

3) Data, meliputi data grafis (garis, area/poligon d1l) dan data atribut berupa, angka-angka yang berhubungan dengan data grafis.

4) Pengguna/Pengelola (Manusia), yang berperan sebagai pelaku pengoperasi dalam pengelolaan sistem dan pengembangan rencana-rencana aplikasinya.

5) Metode, yang merupakan suatu rangkaian desain rencana kegiatan yang berkaitan dengan sistem operasi SIG untuk mencapai hasil yang diinginkan.

3. Perkembangan SIG di Indonesia

Dokumen tentang awal munculnya teknologi Sistem Informasi Geografi di Indonesia tidak begitu jelas. Apabila diasumsikan, bahwa SIG muncul beriringan dengan sistem pengelolaan data digital yang diperoleh dari satelit, maka tahun 1972 dianggap merupakan awal pemunculan teknologi ini, dengan diluncurkannya landsat-1.

Tahun 1991, pembuatan peta di Indonesia mulai memasuki babak baru, yaitu dengan adanya proyek pembuatan peta topografi secara digital (Peta Rupa Bumi), yang dikerjakan oleh konsorsium antara BAKOSURTANAL dan PT Blom Narcon dengan target pembuatan Peta Rupa Bumi, skala I : 25.000, untuk daerah Jawa, Nusa Tenggara dan Maluku.

Aplikasi Teknologi SIG mulai merambah ke berbagai bidang ilmu dalam waktu kurang lebih 10 tahun terakhir. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa program pemerintah yang mencoba menerapkan SIG di beberapa sektor pemerintah yang berkaitan dengan inventarisasi sumberdaya alam nasional.

Di Indonesia Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan software Arcinfo telah digunakan hampir di seluruh BAPPEDA Tingkat I dan Tingkat II. Pemanfkatan tersebut berkaitan dengan proyek LREP (Land Resource Evaluation Programs) I dan II yang melibatkan instansi-instansi pemerintah penting, seperti BAKOSURTANAL, BPN, PUSLTTANAH dan BANGDA/BAPPEDA. Beberapa, proyek besar yang menggunakan data penginderaan jauh dan aplikasi SIG diantaranya adalah pemetaan. hutan seluruh Indonesia, pemetaan vegetasi di Sumatera, Kalimantan dan Ujung Kulon.

Sebagaimana. telah disinggung di muka, bahwa aplikasi Teknologi Sistem Informasi Geografi telah meluas ke berbagai bidang baik untuk kepentingan praktis maupun akademis. Di waktu-waktu mendatang penggunaan teknologi tersebut diperkirakan akan semakin meningkat. Hal ini tidak lepas dari semakin besamya. pengakuan. masyarakat tentang kelebihan informasi geografis yang tidak hanya

(5)

informasinya, sehingga pembaca atau pengguna informasi dapat memperoleh data tentang “apa, dimana dan mengapa di sana?”.

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN A. Kerangka Pemecahan Masalah

Kemampuan masyarakat untuk dapat mengikuti laju kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan permasalahan dalam sosialisasi teknologi. Kurangnya kemampuan tersebut tentu. disebabkan oleh adanya banyak faktor keterbatasan, diantaranya adalah keterbatasan memperoleh informasi, keterbatasan sarana penunjang dan keterbatasan pengetahuan pengoperasian. Oleh karena itu, pemecahan masalahnya tidak lepas dari suatu acuan yang berpijak pada beberapa keterbatasan tersebut, yaitu; penyampaian informasi, penyediaan fasilitas/sarana penujang dan pelatihan pengoperasian perangkat (dalam hal ini adalah perangkat SIG).

B. Realisasi Pemecahan Masalah

1. Informasi : keterbatasan informasi tentang kemajuan teknologi dalam bidang pemetaan diatasi dengan penyampaian informasi tentang paradigma baru pemetaan digital serta pemberian ceramah dan makalah tentang peta dan pemetaan digital, sehingga peserta dapat mengetahui dengan benar, apa sebetulnya Sistem Informasi Geografi (SIG) itu, sebab istilah SIG telah disampaikan pada para siswa dalam materi pendidikan geografi, namun siswa tidak dapat membayangkan bagaimana wujud SIG tersebut.

2. Fasilitas/sarana : keterbatasan sarana penunjang Sistem Informasi Geografi telah disediakan/tersedia di Fakultas Geografi UMS berikut sistem pengelolaannya (sebanyak 5 unit), sehingga bagi masyarakat (khususnya masyarakat sekolah) yang berkeinginan untuk mengetahui lebih dalam, dapat berkunjung untuk sekedar tahu atau mengikuti kegiatan pengabdian/pelatihan.

3. Operasionalisasi : keterbatasan pengetahuan tentang cara pengoperasian sarana/fasilitas/perangkat (dalam hal ini SIG) diatasi dengan jalan Mendatangkan satu set perangkat SIG serta mendemonstrasikannya, sehingga para guru dapat melihat secara langsung wujud dari SIG/GIS.

C. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran kegiatan atau peserta pengabdian ini adalah : bapak ibu guru mata pelajaran geografi yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran Geografi Kabupaten Ponorogo, Jawa Timu.

D. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Untuk mencapai tujuan, kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuliah/ceramah, diskusi dan demonstrasi/praktek. Adapun teknis pelaksanaannya telah disinggung dalam realisasi pemecahan masalah.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil kegiatan ini dibedakan menjadi dua, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Hasil jangka pendek: peserta mendapat tambahan pengetahuan khususnya tentang pemetaan digital dengan software ArcView serta terbuka wawasannya tentang arti penting peta sebagai media informasi spasial. Disamping itu, tanpa mengurangi dominasi peran instruktur dalam operasionalisasi perangkat SIG, para. peserta dapat menggambar dan menghasilkan print outnya.

Hasil bagi institusi pelaksana adalah diperolehnya masukan tentang altematifaltematif bentuk pengabdian yang diharapkan dan dirasa perlu untuk mendukung PBM di lingkungan SMU di Kabupaten Ponorogo, serta tersosialisasinya keberadaan fasilitas dan sistem pengelolaan teknologi pemetaan digital di Fakultas Geografi khususnya dan UMS pada umumnya. Beberapa Altematif bentuk kegiatan pengabdian sebagaimana tersebut di atas, diantaranya adalah pengadaan alat ukur sederhana untuk keperluan pengukuran dan pembuatan peta secara terestris di lapangan dengan harga murah/terjangkau bagi Sekolah Menengah Umum, serta maket atau miniatur suatu daerah. Masukan ini dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan pengabdian lain, misalnya Program Vucer.

Adapun hasil jangka panjangnya adalah terjalinnya komunikasi dan kerjasama dalam bentuk pendidikan dan pembimbingan, kunjungan laboratorium serta distribusi eksistensi Fakultas Geografi UMS ke masyarakat luas.

(7)

Gambar 2. Saat Penyampaian Materi

Gambar 3. Tampilan Materi

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil kegiatan Sosialisasi dan demonstrasi SIG ini, diantara adalah :

1. Di Kabupaten Ponorogo, teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) masih merupakan sebuah produk teknologi yang belum banyak diketahui dan disentuh untuk menunjang pembelajaran. Cermah tentang SIG merupakan sebuah pencerahan dan pengkayaan materi yang sangat bermanfaat, baik bagi siswa maupun guru geografi karena konsep-konsep SIG dijelaskan dengan gamblang melalui display teknis secara langsung.

2. Pengetahuan guru geografi tentang pembuatan atau penggambaran peta digital bukan lagi sebatas angan-angan, karena demonstrasi SIG telah cukup menjabarkan, bagaimana suatu peta digital dibuat.

3. Kegiatan Sosialisasi dan demonstarsi ini tidak mungkin membuat para guru geografi mampu mengoperasikan teknologi SIG. Bagi siswa sampai tahap mengetahui saja sudah cukup; namun bagi para guru pengetahuan teknis berupa ketrampilan pengoperasian SIG untuk masa yang akan datang menjadi sebuah tuntutan, walaupun tidak harus sampai pada tingkat mahir. Cukup bagi para guru geografi terampil mengoperasikan SIG, terutama untuk menunjang pembelajaran materi SIG dalam mata pelajaran geografi.

4. Apabila materi SIG di SMU dapat disampaikan oleh para guru geografi melalui media visualisasi secara langsung, maka besar kemungkinan teknologi SIG mampu menjadi kunci untuk menarik minat siswa belajar geografi.

B. Saran

Dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran SIG di SMU, maka dipandang perlu ada kegiatan peningkatan ketrampilan teknis pengoperasian perangkat lunak SIG.

DAFTAR PUSTAKA

Antenucci, et al., (1991). Geographic Information Sistems. A Guide to The Technology. Van Nostrand Reinhold: New York.

Hartono., (1996). Pengindergan Jauh Dan Sistem Informasi Geografi Serta Aplikasinya. Yogyakarta: FG UGM

Jacob Rais., (1993). Pokok-Pokok Perkembangan Dalam Penataan Sistem Informasi Geografi Nasional. Bahan Ceramah di UI Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Saat Penyampaian Materi
Gambar 3. Tampilan Materi

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Treasury, International & Transactional Banking merupakan kegiatan utama bank dalam mengelola likuiditas bank dan meningkatkan feebased income yang berasal

Hasil dari simulasi HEC-RAS dengan debit rencana Q25 dan kondisi pasang/ HHWL untuk penampang eksisting sungai menunjukkan bahwa secara hidrolis pemodelan terpisah

Hubungan antara Electronic word of mouth (E-wom) dengan minat berkunjung dibuktikan oleh penelitian yang salah satunya dilakukan oleh Erkan (2016) yang menyatakan

Diantaranya objek yang diteliti adalah tradisi pernikahan di Desa Kebonangung, pertemuan antara Islam dan tradisi lokal dalam tradisi pernikahan serta respon dari

Dalam penelitian ini jelas terlihat bahwa penambahan nukleotida pada dosis 400 mg.kg -1 pakan dengan protokol pemberian 7 hari pakan yang ditambahkan nukleotida dan 7 hari

Kelompok MPA Sungai Selari, relasi bonding tidak berdampak pada adanya kohesi sosial yang cukup kuat antar anggota, namun setidaknya relasi bonding pada kelompok

Untuk membuktikan bahwa segmen- segmen /a/ dan /i/ mengalami peleburan yang bersifat fonologis dapat ditunjukkan secara akustik masing-masing kata dengan menggunakan alat

Perlunya pemberian informasi yang intensive pada pekerja karaoke tentang bahaya penyakit PMS, HIV/AIDS, perlunya ketersediaan informasi tentang pemakaian kondom oleh klien