• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Santi Oktaviana pada tahun 2018 dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Pada PT. BPRS Asri Madani Nusantara Jember”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sistem pengendalian intern dalam pemberian pembiayaan pada PT. BPRS Asri Madani Nusantara Jember menurut teori COSO. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern dalam pemberian pembiayaan meliputi lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Tetapi masih terdapat beberapa bagian yang memerlukan perbaikan, diantaranya yaitu adanya rangkap jabatan dan prosedur

pemberian pembiayaan yang tidak sesuai.11

Penelitian yang dilakukan oleh Saiful Muslim pada tahun 2019 dengan judul “Analisis Pengendalian Internal Pembiayaan Murabahah Di BMT Al-Hijrah KAN Jabung Syariah Jatim”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengendalian internal pembiayaan murabahah di BMT Al-Hijrah KAN Jabung Syariah Jatim Jabung Malang. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. Penulis mengumpulkan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian yang diterapkan terhadap pembiayaan di BMT Al-Hijrah berdasarkan komponen COSO yang meliputi lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan sudah cukup baik. Namun untuk analisa pencairan pembiayaan di

11 Oktaviana, S. (2018). Analisis Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Pada PT. BPRS

Asri Madani Nusantara Jember. Jurnal ASET (Akuntansi Riset). Volume 10 Nomor 2. Hlm. 143-152.

(2)

BMT Al-Hijrah masih kurang kuat karena hanya menggunakan unsur karakter

(character), kemampuan (capacity) dan jaminan (collateral).12

Penelitian yang dilakukan oleh Muh. Rivaldi Dg Lompang, Meily Y.B. Kalalo pada tahun 2018 dengan judul “Ipteks Pengendalian Intern Terhadap Lelang Barang Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Karombasan”. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui bagaimana praktek dan penerapan pengendalian internal lelang barang gadai pada PT. Pegadaian Cabang Karombasan. Penelitian ini termasuk pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penerapan ipteks dalam pengendalian internal. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan sistem informasi akuntansi (SIA) yang telah diimplementasikan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Karombasan yang mempunyai praktek dari beberapa faktor guna membawa sistem informasinya yaitu; faktor yang mempengaruhi (SDM), fail yang digunakan adalah penulisan akuntansi, prosedur lelang, laporan yang dihasilkan dan pengawasan internal yang cukup memadai dan berjalan sesuai tugas pokok dan fungsi.13

Penelitian yang dilakukan oleh Hadi Yugo Parwanto, Topowijono, Achmad Husaini pada tahun 2016 dengan judul “Analisis Sistem Dan Prosedur Pembiayaan Griya IB Hasanah Dengan Akad Murabahah Dalam Mendukung Pengendalian Intern (Studi Pada PT. Bank BNI Syariah, Tbk Kantor Cabang Malang)”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan pengendalian intern dalam sistem dan prosedur pembiayaan Griya iB Hasanah PT. Bank BNI Syariah, Tbk Kantor Cabang Malang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan memfokuskan masalah pada struktur organisasi PT. Bank BNI Syariah, Tbk Kantor Cabang Malang, sistem dan prosedur pembiayaan Griya iB Hasanah, serta aspek-aspek dalam pengendalian intern. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sistem dan prosedur pembiayaan Griya iB Hasanah dengan akad murabahah

12 Muslim, S. (2019). Analisis Pengendalian Internal Pembiayaan Murabahah Di BMT

Al-Hijrah KAN Jabung Syariah Jatim. An-Nisbah: Jurnal Perbankan Syariah. Volume 1 Nomor 1. Hlm. 41-56.

13 Lompang, M. R. D., & Kalalo, M. Y. (2018). Ipteks Pengendalian Intern terhadap Lelang

Barang Gadai pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Karombasan. Jurnal Ipteks Akuntansi Bagi

(3)

pada PT. Bank BNI Syariah, Tbk Kantor Cabang Malang telah berjalan dengan baik dari tahap permohonan hingga pemantauan pembiayaan, namun dalam

pelaksanaannya masih diperlukan adanya perbaikan.14

Penelitian yang dilakukan oleh Ummu Almaas Khoirunnisaa, Hendrik Manossoh, Dhullo Afandi pada tahun 2018 dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah KC Manado”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem pengendalian internal yang diterapkan pada BRI Syariah KC Manado apakah telah efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip COSO (Komite Organisasi Sponsoring). Metode analisis data penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang membandingkan hasil pengamatan, wawancara, analisis dokumen yang ditetapkan oleh perusahaan dengan teori yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian internal yang diterapkan untuk pembiayaan murabahah di BRI Syariah KC Manado mencakup aturan yang ditetapkan oleh manajemen, struktur organisasi, formulir dan dokumen yang digunakan dalam pembiayaan murabahah, pencatatan transaksi pembiayaan

yang sah, dan pemantauan pembiayaan dan telah berjalan cukup baik.15

Penelitian yang dilakukan oleh Silviana Putriandini dan Gugus Irianto pada tahun 2012 dengan judul “Fenomenologi Konvensional Dalam Implementasi Sistem Pengendalian Internal Pada Pembiayaan Musyarakah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem pengendalian internal pada pembiayaan musyarakah di perbankan syariah. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai konvensional masih melekat pada pembiayaan musyarakahyang berbasis syariah. Nilai-nilai konvensional tersebut yaitu nilai ketidakpercayaan (su’udzon), nilai kewaspadaan dan nilai ketidakjujuran. Masih melekatnya

14 Parwanto, H. Y., & Husaini, A. (2016). Analisis Sistem dan Prosedur Pembiayaan Griya

iB Hasanah dengan Akad Murabahah dalam Mendukung Pengendalian Intern (Studi pada PT. Bank BNI Syariah, tbk Kantor Cabang Malang). Jurnal Administrasi Bisnis. Volume 33 Nomor 2. Hlm. 25-31.

15 Khoirunnisaa, U. A., Manossoh, H., & Afandi, D. (2018). Analisis Sistem Pengendalian

Internal Atas Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah KC Manado. Going Concern: Jurnal Riset

(4)

ketiga nilai tersebut disebabkan oleh keinginan bank untuk mencapai laba

maksimal (profit oriented).16

Penelitian yang dilakukan oleh Roslin Sawori, Jenny Morasa, Steven J Tangkuman pada tahun 2018 dengan judul “Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Dalam Menunjang Pengendalian Internal Pembiayaan Kredit Usaha Mikro Pada PT Bank Sulutgo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sistem informasi akuntansi dalam mendukung pengendalian internal pembiayaan kredit usaha mikro di PT SulutGo Bank untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang aplikasi ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi pembiayaan kredit usaha mikro pada PT Bank SulutGo telah dilaksanakan dengan baik serta sudah sesuai dengan ketetapan yang berlaku diperusahaan. Dengan adanya beberapa bagian yang terlibat dalam proses pembiayaan kredit usaha mikro pada PT Bank SulutGo telah menunjang pengendalian internal dari segi lingkungan pengendalian. Semua dokumen yang di persiapkan oleh calon debitur dan yang dibuat selama proses pemberian kredit telah menunjang pengendalian internal pemberian

kredit dari segi aktivitas pengendalian dan informasi.17

Penelitian yang dilakukan oleh Wartoyo dan Nova Gina Meutia pada tahun 2017 dengan judul “Analisis penerapan sistem informasi akuntansi dalam menunjang efektivitas pengendalian internal pembiayaan murabahah di bank syariah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sistem informasi akuntansi dalam menunjang efektivitas pengendalian internal pembiayaan murabahah pada PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi pembiayaan murabahah sudah diterapkan oleh PT Bank

16 Putriandini, S., & Irianto, G. (2012). Fenomenologi Konvensional Dalam Implementasi

Sistem Pengendalian Internal Pada Pembiayaan Musyarakah. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. Volume 3 Nomor 1. Hlm. 134-154.

17 Sawori, R., Morasa, J., & Tangkuman, S. J. (2018). Analisis Penerapan Sistem Informasi

Akuntansi Dalam Menunjang Pengendalian Internal Pembiayaan Kredit Usaha Mikro Pada PT Bank Sulutgo. Going Concern: Jurnal Riset Akuntansi. Volume 13 Nomor 4. Hlm. 389-398.

(5)

BNI Syariah kantor cabang Cirebon dan telah memadai serta memenuhi unsur-unsur sistem informasi akuntansi. Sedangkan pengendalian internal dapat dikatakan telah efektif. yang terdiri dari komponen pengendalian internal yaitu lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, informasi dan komunikasi,

aktivitas pengendalian dan pemantauan.18

Penelitian yang dilakukan oleh Budi Syahputra pada tahun 2018 dengan judul “Penerapan Sistem Pengendalian Internal Perbankan Dalam Menunjang Efektivitas Pemberi Pembiayaan UKM Pada Bank PT BNI Syariah Jl. H. Adam Malik Medan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui Penerapan sistem pengendalian internal perbankan dalam menunjang efektifitas pemberi pembiayaan UKM Pada PT. BNI Syariah KC Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan Metode kualitatif .Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Sistem Pengendalian Internal Perbankan dalam Menunjang Efektivitas Pemberi Pembiayaan UKM pada PT. BNI Syariah Kantor Cabang Medan tidak efektif dikarenakan beberapa hal yaitu kalah bersaing dengan Bank Konvensional, karna BNI Syariah tidak fokus di bagian UKM, dan kurangnya pemahaman terhadap UKM, dibagian bank yang lain,

contoh bank sumut yang mempunyai program tentang memajukan UKM.19

Penelitian yang dilakukan oleh Nadia Maya Sari Dewi pada tahun 2012 dengan judul “Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Intern Terhadap

Prosedur Pemberian Pembiayaan Untuk Meningkatkan Pencegahan

Pengembalian Macet Yang Diberikan Oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang”. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengevaluasi sistem pengendalian intern dan pelaksanaannya pada prosedur pemberian pembiayaan PT. BNI Syariah cabang Semarang. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif, dilakukan dengan wawancara berdasarkan pokok-pokok kebijakan pembiayaan dari Bank Indonesia dan kuesioner yang memuat

18 Wartoyo, W., & Meutia, N. G. (2017). Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi

Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Pembiayaan Murabahah Di Bank Syariah.

el-jizya: Jurnal Ekonomi Islam. Volume 4 Nomor 2. Hlm. 345-376.

19 Syahputra, B. (2018). Penerapan Sistem Pengendalian Internal Perbankan Dalam

Menunjang Efektivitas Pemberi Pembiayaan UKM Pada Bank BNI Syari’ah Jl. H. Adam Malik Medan. Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

(6)

komponen-komponen pengendalian intern yang terdiri dari lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, disimpulkan bahwa pembiayaan yang mengalami pengembalian macet pada Bank BNI syariah cabang Semarang mencapai tiga persen selama periode tahun 2011 hal ini tidak disebabkan kurang efektifnya sistem pengendalian intern yang diterapkan dalam pemberian pembiayaan melainkan karena faktor-faktor lain seperti hal yang tidak dapat diduga sebelumnya baik pihak manajemen maupun nasabah

yaitu faktor lingkungan dan faktor keadaan nasabah.20

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian terdahulu diatas terdapat persamaan dan perbedaan pada penelitian ini. Salah satu persamaan yang ada pada penelitian terdahulu yaitu terkait sistem pengendalian internal atas pembiayaan. Akan tetapi, perbedaan yang ada dalam penelitian ini lebih spesifik yaitu terkait dengan penerapan struktur pengendalian internal atas pembiayaan murabahah dan juga metode serta pendekatan yang dilakukan. Sehingga peneliti mengambil judul “Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Internal Atas Pemberian Pembiayaan Murabahah Untuk Mencegah Terjadinya Pembiayaan Bermasalah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat KC Malang)” yang akan membahas tentang bagaimana Penerapan Struktur Pengendalian Internal Terhadap Pemberian Pembiayaan Murabahah Untuk Mencegah Terjadinya Pembiayaan Bermasalah di Bank Muamalat tersebut. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya di tempat yang telah ditentukan.

20 Dewi, N. M. S., & DARSONO, D. (2012). Analisis Penerapan Struktur Pengendalian

Intern terhadap Prosedur Pemberian Pembiayaan untuk Meningkatkan Pencegahan Pengembalian Macet yang diberikan oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang. Skripsi, Fakultas Ekonomika dan

(7)

B. Landasan Teori

1. Sistem Pengendalian Internal 1.1 Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari

perusahaan.21 Sedangkan menurut Mulyadi, sistem adalah suatu

jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk

melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.22

1.2 Pengertian Pengendalian Internal

Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.23

Menurut Gorge H. Bodnar pengendalian intern adalah pengendalian yang ditetapkan yang memberikan jaminan tercapainya tujuan keandalan laporan keuangan, efektifitas, efesiensi operasi,

catatan atas ketentuan dan peraturan yang berlaku.24 Pengendalian

intern (internal control) meliputi susunan organisasi dan semua cara-cara dan peraturam-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk menjaga dan mengamankan harta miliknya, memeriksa kecermatan dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi kerja dan mendorong dipatuhinya kebijakan yang telah ditetapkan oleh

manajemen.25

21 Baridwan, Zaki. (1991). Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi

Kelima. Yogyakarta: BPPE. Hlm. 3.

22 Mulyadi. (1993). Sistem Akuntansi Edisi ke-3. Yogyakarta: STIE-YKPN. Hlm. 6.

23 Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba

Empat. Hlm. 319.

24 George Bodnar. (2003). Sistem Informasi Akuntansi. PT. Indeks: Jakarta. Hlm. 35.

25 Tunggal, Amin Widjaja. (1994). Dasar-Dasar Akuntansi Bank. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(8)

Menurut Munawir pengertian struktur pengendalian intern diartikan sama dengan “internal check” yaitu suatu sistem dan prosedur yang secara otomatis dapat saling memeriksa, dalam arti bahwa data akuntansi yang dihasilkan oleh suatu bagian atau fungsi secara otomatis dapat diperiksa oleh bagian atau fungsi lain dalam suatu organisasi atau

satuan usaha.26 Sedangkan menurut SPAP dalam SA Seksi 314.4 No.

05-09 pengendalian intern atas pengelolaan komputer, yang dapat membantu pencapaian tujuan pengendalian intern secara keseluruhan, mencakup baik prosedur manual maupun prosedur yang di desai dalam

program komputer.27

1.3 Komponen Pengendalian Intern

Menurut COSO pengendalian internal terdiri dari 5 (lima) komponen yang saling berhubungan. Komponen ini didapat dari cara manajemen menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses manajemen. Walaupun komponen-komponen tersebut dapat diterapkan di semua entitas, perusahaan yang kecil dan menengah dapat

menerapkanya secara berbeda dengan perusahaan besar.28

Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait, yaitu:29

1) Lingkungan pengendalian, menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.

26 Munawir. (1995). Auditing Modern, Buku 1 Edisi Pertama. Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta. Hlm. 228.

27 Agoes, Sukrisno. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik,

Jilid 2 Edisi ketiga.. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Hlm. 259.

28 Muslim, S. (2019). Analisis Pengendalian Internal Pembiayaan Murabahah Di BMT

Al-Hijrah KAN Jabung Syariah Jatim. An-Nisbah: Jurnal Perbankan Syariah. Volume 1 Nomor 1. Hlm. 45-46.

29 Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba

(9)

Lingkungan pengendalian mencakup berikut ini :30 a) Integritas dan nilai-nilai etika.

b) Komitmen terhadap kompetensi. c) Falsafah manajemen dan gaya operasi d) Struktur organisasi

e) Dewan komisaris atau komite audit

f) Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab. g) Kebijakan dan prosedur kepegawaian.

2) Penilaian risiko, adalah kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Resiko dapat berasal dari dalam atau luar perusahaan secara keseluruhan.31

Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:32

a) Perubahan dalam lingkungan operasi b) Personel baru

c) Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki d) Teknologi baru

e) Lini produk, produk, atau aktivitas baru f) Restrukturisasi korporasi

g) Operasi luar negeri h) Standar akuntansi baru

3) Aktivitas pengendalian, adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.

30 Arens, Alvin. A dan Loebbecke, James K. (1996). Auditing Pendekatan Terpadu (Terj.

Amir Abadi Jusuf). Jakarta: Salemba Empat. Hlm. 261-262.

31 Muslim, S. (2019). Analisis Pengendalian Internal Pembiayaan Murabahah Di BMT

Al-Hijrah KAN Jabung Syariah Jatim. An-Nisbah: Jurnal Perbankan Syariah. Volume 1 Nomor 1. Hlm. 46.

32 Agoes, Sukrisno. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik,

(10)

Aktifitas pengendalian meliputi hal-hal berikut:33 a) Penelaahan kerja

b) Pemisahan tugas c) Pengendalian aplikasi d) Pengendalian umum

4) Informasi dan komunikasi, adalah pengidentifikasian,

penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan

waktu yang memungkinkan orang melaksanakan

tanggungjawab mereka.

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan laporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas,dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang dan ekuitas yang bersangkutan. Sedangkan komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual yang berkaitan dengan

pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.34

5) Pemantauan, adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai

kombinasi dari keduanya.35 Manajemen harus mengawasi

pengendalian untuk memastikan bahwa pengendalian

organisasi berfungsi sebagaimana dimaksudkan.36

33 Rama, Dasaratha V. Dan Jones, Frederick L. (2008). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta:

Salemba Empat. Hlm. 134.

34 Agoes, Sukrisno. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik,

Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hlm. 81.

35 Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba

Empat. Hlm. 319.

36 Rama, Dasaratha V. Dan Jones, Frederick L. (2008). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta:

(11)

1.4 Prosedur Pengendalian Intern

Prosedur pengendalian intern terdiri dari beberapa hal yaitu:37

1) Pemisahan tugas yang cukup, meliputi :

a) Pemisahan pemegang (custody) aktiva dari akuntansi b) Pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva yang

bersangkutan

c) Pemisahan tanggungjawab operasional dari tanggungjawab pembukuan

d) Pemisahan tugas dalam PDE (Pemrosesan Data Elektronik). 2) Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas

Setiap transaksi harus di otorisasi dengan pantas kalau pengendalian ingin memuaskan. Otorisasi dapat berbentuk umum atau khusus. Otorisasi umum berarti bahwa manajemen menyusun kebijakan bagi organisasi untuk ditaati. Sedangkan otorisasi khusus dilakukan terhadap transaksi individual. Manajemen sering kali tidak dapat menyusun kebijakan umum otorisasi untuk beberapa transaksi. Sebagai gantinya, lebih disukai untuk membuat otorisasi berdasarkan kasus demi kasus.

3) Dokumen dan catatan yang memadai

Dokumen berfungsi sebagai penghantar informasi ke seluruh bagian organisasi klien dan antara organisasi yang berbeda. Prinsip-prinsip relevan tertentu diikuti dalam membuat rancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang pantas. Dokumen dan catatan sebaiknya:

 Berseri dan prenumbered untuk memungkinkan

pengendalian atas hilangnya dokumen, dan sebagai alat bantu dalam penempatan dokumen kalau mereka diperlukan di kemudian hari.

 Disiapkan pada saat transaksi terjadi, atau sesegera

sesudahnya.

37 Arens, Alvin A. dan Loebbecke, James K. (1996). Auditing Pendekatan Terpadu (Terj.

(12)

 Cukup sederhana untuk menjamin bahwa dokumen dan catatan dapat dimengerti dengan jelas

 Dirancang sedapat mungkin untuk multiguna, sehingga

meminimalkan bentuk dokumendan catatan yang berbeda-beda.

 Dirancang dalam bentuk yang mendorong penyajian yang

benar, dengan memberikan derajat pengecekan intern dalam formulir atau catatan.

4) Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan

Jenis ukuran perlindungan untuk mengamankan aktiva dan catatan yang paling utama adalah penggunaan tindakan pencegahan secara fisik. Ada tiga kategori pengendalian yang berkenaan dengan perlindungan peralatan, program dan berkas data PDE. Seperti untuk aktiva jenis lain:

Pengendalian fisik (physical control) digunakan untuk

melindungi fasilitas komputer.

Pengendalian akses (access control) berkaitan dengan

meyakinkan bahwa hanya orang yang diotorisasi yang dapat menggunakan peralatan dan memiliki akses terhadap piranti lunak dan berkas data.

Prosedur cadangan dan pemulihan (back up and recovery

procedure) merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan organisasi dalam kondisi kehilangan peralatan, program atau data.

5) Pengecekan independen atas pelaksanaan.

Kebutuhan pengecekan independen meningkat karena struktur pengendalian intern cenderung untuk berubah setiap saat kalau tidak terdapat mekanisme penelaahan yang sering. Karakteristik utama orang yang melakukan prosedur verifikasi intern adalah keindependenan dari orang yang bertanggung jawab menyiapkan data.

(13)

1.5 Tujuan Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi tujuan pokok sistem pengendalian intern adalah :38

a. Menjaga kekayaan organisasi.

b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. c. Mendorong efisiensi.

d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

1.6 Unsur Pokok Pengendalian Intern

Struktur pengendalian intern perusahaan terdiri dari tiga unsur atau elemen: lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan

prosedur-prosedur pengendalian.39

a. Lingkungan pengendalian suatu organisasi merupakan dampak kolektif dari berbagai faktor dalam menetapkan, meningkatkan, atau memperbaiki efektivitas kebijakan dan prosedur-prosedur tertentu. Faktor-faktor itu mencakup:

1) Folosofi dan gaya operasional manajemen 2) Struktur organisasi

3) Fungsi dewan komisaris dan anggota-anggotanya

4) Metode-metode membebankan otoritas dan tanggung jawab 5) Metode-metode pengendalian manajemen

6) Fungsi audit intern

7) Kebijakan dan praktik-praktik kepegawaian

8) Pengaruh dari luar yang berkaitan dengan perusahaan

b. Sistem akuntansi suatu organisasi terdiri dari metode dan catatan-catatan yang dibuat untuk mengidentifikasikan, mengumpulkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi-transaksi organisasi dan menyelenggarakan pertanggungjawaban bagi aktiva dan kewajiban yang berkaitan.

38 Mulyadi. (1993). Sistem Akuntansi Edisi ke-3. Yogyakarta : STIE-YKPN. Hlm. 165-166.

39 Bodnar, G.H. dan Hopwood, W.S. (2000). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba

(14)

Agar menjadi efektif, suatu sistem akuntansi harus

meliputi metode-metode dan catatan-catatan yang dapat:40

1) Mengidentifikasi semua transaksi yang sah

2) Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci sehingga memungkinkan adanya klasifikasi transaksi secara tepat untuk pelaporan keuangan

3) Mengukur nilai transaksi dengan cara yang memungkinkan pencatatan nilai keuangan dalam laporan keuangan

4) Menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan transaksi pada periode akuntansi yang tepat

5) Menyajikan transaksi dan pengungkapannya dalam laporan keuangan dengan semestinya.

c. Prosedur-prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur-prosedur yang tercakup dalam lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi yang harus ditetapkan oleh manajemen untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa tujuan tertentu akan dapat di capai.

Prosedur pengendalian dapat diterapkan pada suatu golongan transaksi, seperti penjualan, atau diterapkan secara lebih luas dan diintegrasikan dengan komponen tertentu dari lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi.

1.7 Prinsip-Prinsip Pengendalian Intern

Prinsip-prinsip pengendalian intern (internal control), yaitu:41

a. Perlunya pegawai yang kapabel dan dapat dipercaya untuk melaksanakan tanggung jawab yang sesuai dengan kecakapannya, pengalamannya, dan kejujurannya.

b. Perlunya pemisahan wewenang dari berbagai fungsi operasional, fungsi penyimpanan, fungsi administrasi.

40 Munawir. (1995). Auditing Modern, Buku 1 Edisi Pertama. Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta. Hlm. 230-231.

41 Tunggal, Amin Widjaja. (1994). Dasar-Dasar Akuntansi Bank. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(15)

c. Perlunya pengawasan dan kontinu oleh atas yang bertanggung jawab atas hasil pekerjaan pegawai tersebut.

d. Perlunya penetapan tanggung jawab secara perorangan yang jelas, hal ini akan memberikan pengaruh psychologis yang positif bahwa tugas-tugas itu akan lebih di perhatikan sehingga para pegawai akan bekerja dengan lebih seksama.

e. Perlu terdapat mekanisme pemeriksaan otomatis berdasarkan prosedur-prosedur yang rutin.

f. Perlu adanya pencatatan yang seksama dan segera atas semua transaksi-transaksi ekstern maupun transaksi-transaksi intern yang mempunyai akibat ekonomis/finansiil.

g. Perlu adanya peralatan-peralatan yang berguna untuk penjagaan secara fisik misalnya ruang khasanah mesin-mesin register kas dan seterusnya.

h. Perlu adanya pemeriksaan oleh petugas-petugas yang bebas dari pekerjaan eksekutif yang rutin dan dilakukan secara objektif.

2. Pembiayaan

2.1 Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan aktivitas Bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain Bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana.42

Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk

mendukung investasi yang telah direncanakan.43

42 Ismail. Perbankan Syari’ah. (2011). Jakarta:Kencana Pernada Media Group. Hlm.

105-106

43 Muhamad. (2016). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP

(16)

Pengertian lain dari pembiayaan, berdasarkan Pasal 1 butir 12 UU No. 10 tahun 1998 jo. UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.44

2.2 Tujuan Pembiayaan

Secara umum, tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:45

1) Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses akses ekonomi. Dengan demikian, dapat meningkatkan taraf ekonominya.

2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melakukan aktifitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalirkan kepada pihak yang minus dana, sehingga dapat tergulirkan.

3) Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan

memberikan peluang bagi masyarakat usaha agar mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan dapat jalan tanpa adanya dana.

4) Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor-sektor

44 Djamil, Faturrahman. (2012). Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah.

Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 65.

45 Rivai, Veithzal dan Arifin, Arviyan. (2010). Islamic Banking. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm.

(17)

usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru.

5) Terjadi distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktifitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.

Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:

1) Upaya mengoptimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap usaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.

2) Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

3) Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber manusianya ada, dan sumber daya modal tidak ada. Maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

4) Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.

(18)

2.3 Fungsi Pembiayaan

Menurut Muhamad, fungsi pembiayaan secara umum yaitu:46

a. Meningkatkan daya guna uang

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktivitas.

Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas atau memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru. Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. b. Meningkatkan daya guna barang

 Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah

bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa

menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak

kelapa/goreng; peningkatan utility dari padi menjadi beras, benang menjadi tekstil dan sebagainya.

 Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan

barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.

c. Meningkatkan peredaran uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya, seperti cek, bilyet giro, wesel, promes, dan sebagainya. Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik kualitatif apalagi secara kuantitatif.

46 Muhammad. (2016). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Edisi Kedua. Yogyakarta:

(19)

d. Menimbulkan kegairahan berusaha

Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuannya yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan. Karena itu pula lah maka pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inilah kemudian yang digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.

e. Stabilitas ekonomi

Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain:

 Pengendalian inflasi

 Peningkatan ekspor

 Rehabilitasi prasarana

 Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat untuk

menekan arus inflasi dan terlebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank memegang peranan yang penting.

f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus menerus. Dengan earning (pendapatan) yang terus meningkat berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan

(20)

kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa negara. Di samping itu, dengan makin efektifnya kegiatan swasembada kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti akan di hemat devisa keuangan negara, akan dapat di arahkan pada usaha-usaha kesejahteraan atau pun ke sektor-sektor lain yang lebih berguna.

3. Murabahah

3.1 Pengertian Murabahah

Murabahah yaitu kontrak jual beli dimana barang yang diperjual-belikan tersebut diserahkan segara, sedang harga (pokok dan margin keuntungan yang disepakati bersama) atas barang tersebut dibayar di kemudian hari secara sekaligus (lump sum deferred payment).47

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang di sepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada

pembeli (PSAK 102 paragraf 5).48

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah.49

Dalam ba’i al-murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya, pedagang eceran membeli komputer dari grosir dengan harga Rp10.000.000,00, kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp750.000,00 dan ia menjual kepada si pembeli dengan harga Rp10.750.000,00. Pada umumnya, si pedagang eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli dan mereka sudah menyepakati tentang lama pembiayaan, besar

47 Arifin, Zainul. (1999). Memahami Bank Syariah-Lingkup Peluang, Tantangan, dan

Prospek. Jakarta: AlvaBet. Hlm. 32.

48 Salman, Kautsar Riza. (2012). Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah.

Padang: Akademia Permata. Hlm. 141.

49 Sudarsono, Heri. (2003). Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.

(21)

keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya

angsuran kalau memang akan di bayar secara angsuran. 50

Dalam arti lain, murabahah adalah salah satu skim pembiayaan yang paling banyak digunakan oleh bank syariah. Murabahah sesuai untuk pembiayaan sebagian dari investasi oleh nasabah yang bergerak dalam bidang industri atau perdagangan. Murabahah memungkinkan nasabah/investor untuk membeli barang

jadi, bahan baku, mesin-mesin, atau peralatan dari pasar lokal.51

3.2 Landasan Hukum

Landasan hukum dari murabahah, yaitu: a. Al-Qur’an

 QS. Al-Baqarah: 275 yang berbunyi:

ۚ اَب ِّ رلا َم َّرَح َو َعْيَبْلا ُهَّللا َّلَحَأ َو

“...Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....” (al-Baqarah: 275).

 QS. An-Nisa:29 yang berbunyi:

َنوُكَت ْنَأ َّلَِّإ ِّلِّطاَبْلاِّب ْمُكَنْيَب ْمُكَلا َوْمَأ اوُلُكْأَت َلَ اوُنَمآ َنيِّذَّلا اَهُّيَأ اَي

ُتْقَت َلَ َو ۚ ْمُكْنِّم ٍضا َرَت ْنَع ًة َراَجِّت

ْمُكِّب َناَك َهَّللا َّنِّإ ۚ ْمُكَسُفْنَأ اوُل

اًمي ِّح َر

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

50 Antonio, Muhammad Syafi’i. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani Press. Hlm. 101-102.

(22)

 QS. Al-Baqarah:280 yang berbunyi:

ۖ ْمُكَل ٌرْيَخ اوُقَّدَصَت ْنَأ َو ۚ ٍة َرَسْيَم ٰىَلِّإ ٌة َرِّظَنَف ٍة َرْسُع وُذ َناَك ْنِّإ َو

َنوُمَلْعَت ْمُتْنُك ْنِّإ

Artinya: “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”

 QS. Al-Maidah:1 yang berbunyi:

ِّب اوُف ْوَأ اوُنَمآ َنيِّذَّلا اَهُّيَأ اَي

اَم َّلَِّإ ِّماَعْنَ ْلْا ُةَميِّهَب ْمُكَل ْتَّل ِّحُأ ۚ ِّدوُقُعْلا

ُدي ِّرُي اَم ُمُكْحَي َهَّللا َّنِّإ ۗ ٌم ُرُح ْمُتْنَأ َو ِّدْيَّصلا يِّ ل ِّحُم َرْيَغ ْمُكْيَلَع ٰىَلْتُي

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu, (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”

b. Al-Hadist

 Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah)

 Dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Sesungguhnya jual beli itu harus suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan sahih menurut Ibnu Hibban).

 “Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi akan

menghapus keberkahannya.” (HR. Imam Bukhari).

 Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu

adalah suatu bentuk kedzaliman.” (Diriwayatkan oleh Ash-Shahihain).

(23)

 “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR. Imam Muslim).

 “Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia

menjual dan membeli serta di dalam menagih haknya.” (Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah RA.)

c. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/200052

Ketentuan syar’i terkait dengan transaksi murabahah, digariskan oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000. Fatwa tersebut membahas tentang ketentuan umum murabahah dalam bank syariah, ketentuan murabahah kepada nasabah, jaminan, utang dalam murabahah, penundaan pembayaran, dan kondisi bangkrut pada nasabah murabahah.

3.3 Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam

transaksi ada beberapa, yaitu:53

a. Pelaku akad, ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan membeli barang

b. Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga) c. Shigah, yaitu Ijab dan Qabul.

Adapun beberapa syarat khusus untuk jual beli al-murabahah, yaitu:54

a. Penjual hendaklah menyatakan kepada pembeli biaya atau modal yang sebenarnya bagi barang yang dijual itu.

52 Yaya, Rizal dkk. (2014). Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer

Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Hlm. 158.

53 Ascarya. (2011). Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 82. 54 Rivai, Veithzal dan Arifin, Arviyan. (2010). Islamic Banking. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm.

(24)

b. Kedua belah pihak antara penjual dan pembeli sepakat atas jumlah untung yang ditetapkan sebagai tambahan kepada biaya atau modal, yang mana keduanya yaitu modal campur untung adalah merupakan harga kepada barang yang di jual dalam jual beli secara al-murabahah.

c. Sekiranya terjadi penipuan dalam menjelaskan jumlah modal atas biaya barang yang dijual secara al-murabahah itu maka pembeli boleh membatalkan perjanjian yang telah dijalankan. Dengan demikian, batallah jual beli secara al-murabahah itu.

d. Barang yang dijual secara al-murabahah dan harga barang itu bukan dari pada jenis yang sama dari bahan ribawi yang di cegah jual membelinya, kecuali dengan timbangan, ukuran, dan bilangan unit yang sama. Karena itu, tidak sah jual beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, beras dengan beras, dan bahan makanan yang lain dengan sesama jenis secara al-murabahah.

e. Sekiranya barang yang di jual secara al-murabahah itu telah di beli dari pihak lain, maka jual beli yang pertama itu hendaklah sah di sisi islam.

3.4 Jenis-jenis Murabahah

Ada dua jenis murabahah, yaitu:55

1) Murabahah berdasarkan pesanan

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dalam pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Murabahah yang bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Adapun murabahah yang bersifat tidak mengikat bahwa walaupun telah memesan barang

55 Salman, Kautsar Riza. (2012). Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah.

(25)

tetapi pembeli tersebut tidak terikat maka pembeli dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.

Menurut AAOIFI dalam bukunya (Karim, Adiwarman: 2004), murabahah melalui pesanan ini si penjual boleh meminta pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi ketika ijab kabul. Hal ini sekedar untuk menunjukkan bukti keseriusan si pembeli. Bila kemudian si penjual telah membeli dan memasang berbagai perlengkapan di mobil pesanannya, sedangkan si pembeli membatalkannya, hamish ghadiyah ini dapat di gunakan untuk menutup kerugian si dealer mobil. Bila jumlah uang hamish ghadiyah-nya lebih kecil di bandingkan jumlah kerusakan yang harus ditanggung oleh si penjual, penjual dapat meminta kekurangannya. Sebaliknya, bila berlebih, si pembeli berhak atas kelebihan itu.56

2) Murabahah tanpa pesanan

Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat. Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual.

3.5 Praktek Murabahah dalam Perbankan Syariah

Bank-bank syariah umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin si nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Murabahah, sebagaimana yang digunakan dalam perbankan syariah, prinsipnya digunakan pada dua elemen pokok: harga beli serta biaya yang terkait, dan kesepakatan atas mark-up (laba). Ciri dasar kontrak murabahah (sebagai jual beli dengan pembayaran tunda) adalah sebagai berikut: (i) si pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan tentang harga asli barang,

56 Karim, Adiwarman. (2004). Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT

(26)

dan batas laba (mark-up) harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total harga plus biaya-biayanya; (ii) apa yang dijual adalah barang atau komoditas yang di bayar dengan uang; (iii) apa yang diperjual-belikan harus ada dan dimiliki oleh si penjual dan si penjual harus mampu menyerahkan barang itu kepada si pembeli; dan (iv) pembayarannya

ditangguhkan.57

Gambaran transaksi murabahah dapat dilihat pada gambar di

bawah ini dengan alur sebagai berikut:58

Gambar 2.1

Alur Transaksi Murabahah (dengan pesanan)

Pertama, di mulai dari pengajuan pembelian barang oleh nasabah. Pada saat itu, nasabah menegosiasi harga barang, margin, jangka waktu pembayaran, dan besar angsuran perbulan.

57 Muhamad. (2016). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP

STIM YKPN. Hlm. 256

58 Yaya, Rizal dkk. (2014). Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer

Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Hlm. 162-163.

Bank Syariah (Penjual) 2. Akad Murabahah Pemasok 1. Negosiasi 6. Bayar 4. Kirim Barang 3. Beli Barang 5. Kirim Dokumen Nasabah (Pembeli)

(27)

Kedua, bank sebagai penjual selanjutnya mempelajari kemampuan nasabah dalam membayar piutan murabahah. Apabila pembelian barang tersebut di sepakati oleh kedua belah pihak, maka dibuatlah akad murabahah. Isi akad murabahah setidaknya mencakup berbagai hal agar rukun murabahah dipenuhi dalam transaksi jual beli yang dilakukan. Ketiga, setelah akad disepakati pada murabahah dengan pesanan, bank selanjutnya melakukan pembelian barang kepada pemasok. Akan tetapi, pada murabahah tanpa pesanan, bank dapat langsung menyerahkan barang kepada nasabah karena telah memilikinya terlebih dahulu. Pembelian barang kepada pemasok dalam murabahah dengan pesanan dapat diwakilkan kepada nasabah atas nama bank. Dokumen pembelian barang tersebut diserahkan oleh pemasok kepada bank. Keempat, barang yang diinginkan oleh pembeli selanjutnya diantar oleh pemasok kepada bank.

Kelima, setelah menerima barang, nasabah pembeli selanjutnya membayar kepada bank. Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil sejumlah uang tertentu selama jangka waktu yang disepakati.

(28)

Dibawah ini merupakan contoh gambar transaksi pembiayaan

murabahah:59

Gambar 2.2 Alur Akad Murabahah

3.6 Sebab-Sebab Pembiayaan Bermasalah

Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh

faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstern:60

a. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam perusahaan sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebebkan oleh faktor manajerial dapat di lihat dari beberapa hal,

59 Huda, Nurul dan Heykal, Mohamad. (2010). Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis

dan Praktis. Jakarta: Kencana. Hlm. 44

60 Djamil, Faturrahman. (2012). Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah.

Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 73.

Bank membeli mobil ke show room/dealer

Bank menjual mobil tersebut kepada nasabah

Nasabah ingin mobil Negosiasi dengan bank

Nasabah membayar secara cicilan 3 1 2 4 Harga mobil: Harga beli bank+labanya

(29)

seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada aktifa tetap, dan permodalan yang tidak cukup.

b. Faktor Ekstern faktor-faktor yang berada diluar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan-perubahan teknologi, dan lain-lain.

3.7 Upaya-Upaya untuk Mengantisipasi Risiko Pembiayaan Bermasalah atau Macet

Secara garis besar, penanggulangan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif dan

upaya-upaya yang bersifat represif/kuratif:61

a. Upaya-upaya yang bersifat preventif (pencegahan) dilakukan oleh

bank sejak permohonan pembiayaan diajukan nasabah,

pelaksanaan analisa yang akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan perjanjian pembiayaan yang benar, pengikatan agunan yang menjamin kepentingan bank, sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap pembiayaan yang diberikan.

b. Upaya-upaya yang bersifat represif/kuratif adalah upaya-upaya penanggulangan yang bersifat penyelamatan atau penyelesaian

terhadap pembiayaan bermasalah (non performing

financing/NPFs).

3.8 Analisis dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasalah di bank

syariah dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:62

1) Analisa sebab kemacetan. Analisa sebab kemacetan pembiayaan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

61 Ibid. Hlm. 82.

62 Muhamad. (2016). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP

(30)

a) Aspek internal

 Peminjaman kurang cakap dalam usaha tersebut

 Manajemen tidak baik atau kurang rapi

 Laporan keuangan tidak lengkap

 Penggunaan dan yang tidak sesuai dengan perencanaan

 Perencanaan yang kurang matang

 Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan

usaha tersebut b) Aspek eksternal

 Aspek pasar kurang mendukung

 Kemampuan daya beli masyarakat kurang

 Kebijakan pemerintah

 Pengaruh lain diluar usaha

 Kenakalan peminjam

2) Menggali potensi peminjam

Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus di motivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau angsuran. Untuk itu perlu di gali ptensi yang ada pada peminjam agar dana yang telah digunakan lebih efektif digunakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a) Adakah peminjam memiliki kecakapan lain ? b) Adakah peminjam memiliki usaha lainnya ? c) Adakah penghasilan lain peminjam ? 3) Melakukan perbaikan akad (remidial)

4) Memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk: pembiayaan al-Qardul Hasan, murabahah, atau mudharabah. 5) Penundaan pembayaran

6) Rescheduling (memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan margin baru)

(31)

3.8 Restrukturisasi Pembiayaan Terhadap Piutang Murabahah

Pembiayaan dalam bentuk piutang murabahah dapat

dilakukan restrukturisasi dengan cara:63

a. Penjadwalan kembali (rescheduling)

Restrukturisasi dengan memperpanjang jangka waktu jatuh tempo pembiayaan tanpa mengubah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada BUS atau UUS.

b. Persyaratan kembali (reconditioning)

Restukturisasi dilakukan dengan menetapkan kembali syarat-syarat pembiayaan antara lain perubahan jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada BUS atau UUS.

c. Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi piutang murabahah sebesar sisa kewajiban nasabah menjadi ijarah muntahiya bittamlik atau mudharabah atau musyarakah.

d. Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah. e. Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi

menjadi Penyertaan Modal Sementara.

63 Djamil, Faturrahman. (2012). Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah.

(32)

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan peneliti terdahulu yang telah dikemukakan diatas maka dapat dinyatakan dalam sebuah kerangka pemikiran teoritis. Kerangka pemikiran teoritis dapat di tunjukkan oleh model gambar sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Proses Berfikir

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa:

1. Peneliti akan mempelajari struktur pengendalian internal yang diterapkan oleh Bank Muamalat dalam rangka memberikan pembiayaan kepada nasabah.

2. Setelah struktur pengendalian internal sudah dipahami, peneliti akan melakukan analisa terhadap prosedur pemberian pembiayaan dengan skema murabahah pada Bank Muamalat khususnya pembiayaan murabahah. 3. Selanjutnya peneliti juga akan menganalisis prosedur mitigasi risiko gagal

bayar dari pembiayaan murabahah, ketika nasabah mengalami kendala dalam pembayaran angsurannya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti mengambil judul “Analisa Penerapan Struktur Pengendalian Internal Atas Pemberian

Pembiayaan Murabahah Untuk Mencegah Terjadinya Pembiayaan

Bermasalah”. Apabila struktur pengendalian internal sudah tersusun rapi, maka proses pemberian pembiayaan akan berjalan dengan baik.

Analisis Struktur Pengendalian Internal Analisis Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah Analisis Prosedur Mitigasi Risiko Gagal Bayar Pembiayaan Murabahah

Gambar

Gambar 2.2   Alur Akad Murabahah
Gambar 2.3   Kerangka Proses Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Evaluasi Laporan

Perhatikan kata-kata Ki Hajar Dewantara berikut “membangun budaya agar siswa selalu siap dengan perubahan yang semakin kompetitif” artinya diperlukan sikap yang

Drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti dialog dalam bentuk prosa atau puisi.. dengan keterangan

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengalami permasalahan pada lemari es yaitu kita telah membuka pintu lemari es terlalu lama sehingga lupa untuk ditutup kembali, untuk

Tiap-tiap file video memiliki ukuran frame yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tujuan playback-nya Video Scripting dapat didefinisikan sebagai salah satu jenis dari kode

(2) Dosen pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat yang diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri memperoleh kompensasi

Hasil penulisan diperoleh kesimpulan bahwa dalam konsep KUHPerdata, anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung dengan menggunakan sperma donor berkedudukan sebagai

Pengaruh riwayat waktu yang diskalakan di periode spektral terhadap respons spektra di permukaan Untuk mengetahui pengaruh penskalaan riwayat waktu percepatan di berbagai periode