• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERSEBARAN DAN RADIUS KERUANGAN PENCAPAIAN MAKSIMAL FASILITAS SEKOLAH DASAR KECAMATAN BUKATEJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERSEBARAN DAN RADIUS KERUANGAN PENCAPAIAN MAKSIMAL FASILITAS SEKOLAH DASAR KECAMATAN BUKATEJA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

52

ANALISIS PERSEBARAN DAN

RADIUS KERUANGAN PENCAPAIAN MAKSIMAL

FASILITAS SEKOLAH DASAR KECAMATAN BUKATEJA

Sakinah Fathrunnadi Shalihati

1

, Anang Widhi Nirwansyah

2

1

Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2

Laboratorium Geologi dan Penginderaan Jauh FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Jl. Dukuh waluh PO BOX. 202 Kembaran Banyumas 53182

Telp. (0281) 636751, Email: queen.geo85@gmail.com

1

, anang.gisser@gmail.com

2

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah adanya layanan pendidikan sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga yang belum maksimal, terkait dengan kebutuhan fasilitas sekolah dasar. Namun dalam menentukan lokasi pendirian sekolah dasar, terdapat hal penting yang perlu dianalisis terlebih dahulu yaitu persebaran dan radius keruangan pencapaian maksimal.

Metode penelitian bersifat diskriptif kualitatif. Melakukan pemetaan terhadap persebaran fasilitas sekolah dasar yang diperoleh dengan observasi beserta pengambilan titik kordinat menggunakan alat bantu GPS (Global Positioning Sistem). Menggunakan analisis buffer pada software ArcGis 10.

Hasil penelitian adalah fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga sejumlah 40 sekolah dasar, dengan rincian 4 Sekolah Dasar Swasta dan 36 Sekolah Dasar Negeri. Desa yang memiliki fasilitas sekolah dasar terbanyak di Desa Bukateja sejumlah 5 dan terkecil di Desa Tidu sejumlah 1 Sekolah Dasar. Pola persebaran fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga menyebar merata disetiap desa-desa mengikuti pola jalan.

Sedangkan radius keruangan pencapaian maksimal ¼ dari radius 1 km atau 250 meter, terdapat 14 sekolah dasar yang mengalami overlay dengan sekolah dasar terdekatnya. Radius keruangan pencapaian maksimal ½ dari radius 1 km atau 500 meter, hanya 5 sekolah dasar saja yang tidak mengalami overlay dengan sekolah dasar terdekatnya, dan pada radius keruangan pencapaian maksimal 1 km, seluruh sekolah dasar mengalami overlay radius dengan sekolah dasar terdekatnya.

Kata Kunci : Persebaran, Radius Keruangan Pencapaian Maksimal, Sekolah Dasar

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam keberlanjutan generasi bangsa, penghapusan keterbelakangan suatu negara, dan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pembangunan Indonesia, salah satu keperdulian pemeratan pendidikan adalah munculnya program Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang menjamin 100% semua anak perempuan dan laki-laki menyelesaikan jenjang pendidikan dasar, yaitu sekolah dasar dan sekolah menengah (BAPPENAS, 2005). Pemerataan dan keberhasilan pendidikan tentunya didukung pula dengan keberadaan fasilitas pelayanan pendidikan berupa gedung sekolah, tidak hanya didaerah perkotaan namun diperlukan pula untuk daerah pedesaan, yang diharapkan tidak terjadi ketimpangan dalam hal mendapatkan pelayanan pendidikan, fasilitas pelayanan pendidikan merupakan bagian dari fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

(2)

53

Pembangunan fasilitas pelayanan sosial ekonomi, salah satunya dalam hal ini adalah gedung sekolah merupakan hal penting terutama bagi penduduk di daerah pedesaan, dengan adanya pembangunan fasilitas tersebut dimaksudkan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan pelayanan penduduk pedesaan untuk persatuan desa dan kota sebagai bentuk sistem pusat dengan daerah belakangnya (hinterland) secara efisien sesuai dengan fungsi serta mobilitas penduduk untuk memperoleh fasilitas jasa dan kesempatan sosial ekonomi (Tjahyati, 2005 dalam Sianturi (2012))

Kecamatan Bukateja merupakan salah satu kecamatan terluar yang berada dibagian timur Kabupaten Purbalingga berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, kecamatan ini memiliki jarak 24 kilometer dari timur pusat kota Purbalingga, sehingga untuk mendapatkan aksesibilitas pendidikan dasar menjadi tidak efektif jika melakukan perjalanan jauh ke pusat kota. Pendidikan dasar merupakan 9 tahun pertama dari seseorang mendapatkan fasilitas layanan pendidikan yaitu sekolah dasar selama 6 tahun dan sekolah menengah pertama selama 3 tahun. Dalam penelitian ini hanya mengkaji fasilitas pendidikan pada sekolah dasar, dan usulan ini merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Shalihati dan Esti (2012) terkait dengan layanan pendidikan dasar Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga, sebagian hasil penelitian sebelumnya menggambarkan sebagian besar desa belum mencapai tingkat layanan yang optimal, masih diperlukan pendirian fasilitas sekolah dasar.

Namun dalam menentukan lokasi pendirian sekolah dasar, terdapat hal penting yang perlu dianalisis terlebih dahulu yaitu persebaran dan radius keruangan pencapaian maksimal dari masing-masing fasilitas sekolah dasar secara spasial, ini berkaitan dengan analisis lokasi untuk rekomendasi pembangunan fasilitas sekolah dasar agar tidak terjadi overlap dengan radius keruangan pencapaian maksimal fasilitas sekolah dasar yang tersedia saat ini.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan mendiskripsikan persebaran secara keruangan (spasial) fasilitas sekolah dasar Kecamatan Bukateja. Serta mengidentifikasi dan mendiskripsikan radius keruangan pencapaian maksimal fasilitas sekolah dasar Kecamatan Bukateja.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan Penelitian dilakukan dalam kurun waktu enam bulan diawali dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan penelitian, mulai dari bulan Oktober 2014 sampai Maret 2015.

Penelitian ini melakukan pemetaan terhadap persebaran fasilitas sekolah dasar yang diperoleh dengan observasi beserta pengambilan titik kordinat menggunakan alat bantu GPS (Global Positioning Sistem). Informasi jumlah fasilitas sekolah dasar diperoleh dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bukateja. Selanjutnya koordinat fasilitas sekolah dasar yang diperoleh, dilakukan analisis buffer dengan software ArcGis 10 untuk memperoleh informasi radius keruangan pencapaian maksimal fasilitas sekolah dasar.

Maka metode penelitian ini dapat dikatakan bersifat diskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran situasi secara faktual mengenai faktor-faktor yang saling terkait, dengan didasarkan pada pemanfaatan data primer dan data sekunder.

(3)

54

1. Data Primer

Data primer diperoleh berdasarkan observasi persebaran 40 sekolah dasar Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga dan pengambilan titik koordinat lokasinya dengan menggunakan Global Positioning System (GPS).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen instansi terkait. Data sekunder penelitian ini adalah: Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2014, dan data statistik jumlah sekolah dasar yang dapat di peroleh dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.

B. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan. Sekaligus pengambilan titik koordinat lokasi fasilitas sekolah dasar dengan menggunakan GPS, hasil titik koordinat sekolah dasar tersebut digunakan untuk plotting pada Citra Satelit QuickBird akuisisi Google Earth Tahun 2014.

2. Pembuatan Dokumentasi

Pembuatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data visual kondisi bangunan sekolah dengan pemotretan. Data ini bersifat sebagai pelengkap atau pendukung informasi dari data primer.

C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

SIG dengan kemampuan komputasinya, memberikan ilustrasi keterhubungan antara satu data dengan data yang lain (koneksi), dan kemampuan analisis spasialnya dapat mempresentasikan persebaran sekolah dasar dengan menggunakan peta dan grafik secara terintegrasi, sehingga diharapkan informasi hasil persebaran menjadi lebih komunikatif dan mudah dipahami. Pada tahap penggambaran dan analisis peta dengan SIG, dibutuhkan peta tentatif atau peta sementara sebagai hasil dari observasi atau survey di lapangan secara langsung, kemudian di proses dengan menggunakan software ArcGis 10.

Penelitian ini dalam analisisnya menggunakan teknik analisis yang dimiliki pada software ArcGis 10 yaitu analisis buffer untuk mengetahui radius keruangan pencapaian maksimal 1000 m fasilitas sekolah dasar Kecamatan Bukateja dari hasil pemetaan persebaran sekolah dasar Kecamatan Bukateja, sedangkan radius keruangan pencapaian maksimal fasilitas sekolah dasar didasarkan dari ketentuan dari pengukuran variabel pelayanan dalam teknik perencanaan pengembangan wilayah menurut Muta’ali (2000:14) yaitu 1000 meter.

(4)

55

Diagram. Alur Pelaksanaan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persebaran Fasilitas Sekolah Dasar

Fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga tersedia sejumlah 40 sekolah dasar, dengan rincian 4 Sekolah Dasar Swasta dan 36 Sekolah Dasar Negeri. Desa yang memiliki fasilitas sekolah dasar terbanyak di Desa Bukateja sejumlah 5 dan terkecil di Desa Tidu sejumlah 1 Sekolah Dasar, persebaran secara spasial dapat dilihat pada Gambar 1. persebaran fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga menyebar merata disetiap desa-desa mengikuti pola jalan. Namun tampak persebaran fasilitas sekolah dasar terlihat memusat berada di Desa Bukateja, Desa Majasari dan Desa Kebutuh.

Kebutuhan informasi spasial/ruang akan lokasi strategis

untuk fasilitas sekolah dasar baru di Kecamatan Bukateja

Persebaran Fasilitas Sekolah Dasar di Kecamatan Bukateja

Radius Keruangan Pencapaian Maksimal 1000 m Fasilitas Sekolah Dasar di

Kecamatan Bukateja

Analisis Buffer dengan menggunakan ArcGis 10

Terdapat Ruang Pencapaian Maksimal 1000 m Overlay

Terdapat Ruang Pencapaian Maksimal 1000 m Tidak Overlay

Dapat direkomendasi sebagai lokasi pendirian sekolah dasar baru

di Kecamatan Bukateja Pemetaan dengan bantuan

GPS dan Citra Satelit

QuickBird akuisisi

(5)

56

Gambar 1. Peta Persebaran Fasilitas Sekolah Dasar Kecamatan Bukateja B. Radius Keruangan Pencapaian Maksimal Fasilitas Sekolah Dasar

Setelah diketahui persebaran fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja secara keruangan, dapat digunakan untuk mengetahui radius keruangan pencapaian maksimal fasilitas sekolah dasar. Radius keruangan pencapaian maksimal yang digunakan adalah 1000 meter atau 1 kilometer (km) menurut Muta’ali (2000: 14), namun dimodelkan pula untuk radius ¼ dari 1 km (250 meter) dan ½ dari 1 km (500 meter).

Hasil radius keruangan pencapaian maksimal ¼ dari radius 1 km atau 250 meter, terdapat 14 sekolah dasar yang mengalami overlay dengan sekolah dasar terdekatnya, meliputi a) SDN 5 Bukateja dengan SDN 1 Bukateja dengan SDN 3 Bukateja, b) SDN 2 Bukateja dengan MI Muhammadiyah Bukateja dengan SDN 3 Majasari, c) MI Ma’arif NU Darrul Abror Kedungjati dengan SDN 1 Kedungjati dengan SDN 2 Kedungjati, d) SDN 1 Kembangan dengan SDN 2 Kembangan, dan e) SDN 2 Kebutuh dengan MI Muhammadiyah Kebutuh dengan SDN 1 Kebutuh. Sedangkan 26 sekolah dasar lainnya tidak mengalami overlay radius keruangan pencapaian maksimal 250 meter dengan sekolah dasar terdekatnya.

Radius keruangan pencapaian maksimal ½ dari radius 1 km atau 500 meter, hanya 5 sekolah dasar saja yang tidak mengalami overlay dengan sekolah dasar terdekatnya, meliputi SDN 1 Tidu, SDN 1 Wirasaba, SDN 2 Wirasaba, SDN 1 Panaruban dan SDN 3 Kutawis. Sedangkan 35 sekolah dasar lainnya mengalami overlay radius keruangan pencapaian maksimal 500 meter dengan sekolah dasar terdekatnya.

Sedangkan pada radius keruangan pencapaian maksimal 1 km, seluruh sekolah dasar mengalami overlay radius dengan sekolah dasar terdekatnya, hanya terdapat 2 sekolah dasar yang tampak radius keruangan pencapaian maksimal 1 km tidak teroverlay secara utuh yaitu SDN 1 Tidu dan SDN 2 Wirasaba. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2. Dengan demikian keberadaan fasilitas sekolah dasar secara keruangan yang ada di Kecamatan Bukateja tersebar merata dengan ditunjukkannya radius keruangan pencapaian maksimal 1 km telah memenuhi seluruh luasan wilayah Kecamatan Bukateja.

(6)

57

Maka dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini bahwa penambahan fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja tidak perlu dilakukan, namun lebih perlu melakukan optimalisasi sarana dan prasarana sekolah dasar yang telah ada, seperti penambahan ruang kelas dan guru sebagai fasilitator peserta didik.

Gambar 2. Peta Radius Keruangan Pencapaian Maksimal Fasilitas Sekolah Dasar Kecamatan Bukateja

SDN 1 Bukateja SDN 3 Bukateja

SDN 2 Kebutuh MI Muhammadiyah Kebutuh

Gambar 3. Foto Kondisi Beberapa Fasilitas Sekolah Dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga (Sumber: Survey Lapangan Bulan Februari Tahun 2015)

(7)

58

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Persebaran fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga menyebar merata disetiap desa-desa mengikuti pola jalan.

2. Sedangkan pada radius keruangan pencapaian maksimal 1 km, seluruh sekolah dasar mengalami overlay radius dengan sekolah dasar terdekatnya.

B. Saran

Keberadaan fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja secara keruangan telah terpenuhi secara merata, pembangunan fisik fasilitas sekolah dasar dianggap bukan pilihan urgent dalam mengatasi optimalisasi layanan spasial yang ada saat ini, namun hal yang diperlukan adalah monitoring sarana dan prasarana sekolah dasar yang telah ada secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS - ADB TA 4762-Ino: Pro-Poor Planning & Budgeting. 2005. Kartu Penilaian Pengentasan Kemiskinan Kabupaten Purbalingga.

Ilyani, Mariana. 2012. Reduksi Panjang Perjalanan Sebagai Implikasi Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar Terdekat dari Tempat Tinggal. Vol. 23 No. 3, Desember 2012, hlm. 209 – 224. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.

Muta’ali, Lutfi. 2000. Teknik Analisis Regional, Handout untuk mata kuliah teknik perencanaan pengembangan wilayah. Jogyakarta: Fakultas Geografi.

Pabundu Tika, Moh. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis: Tutorial Arcview. Bandung: Informatika. Sinaga, Maruli S. 1995. Pengetahuan Peta. Jogjakarta: Fakultas Geografi Universitas

Gadjah Mada.

Sinaga, Maruli. 1999. Pengetahuan Peta. Jogjakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Shalihati, Sakinah Fathrunnadi. 2007. Analisis Kerusakan dan Penentuan Lokasi Rekonstruksi Bangunan Sekolah Dasar untuk Layanan Pendidikan Dasar Pasca Gempa 27 Mei 2006 Di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Shalihati, Sakinah Fathrunnadi dan Esti Sarjanti. 2012. Analisis Layanan Pendidikan Sekolah Dasar Di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. Purwokerto: LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Gambar

Gambar 1. Peta Persebaran Fasilitas Sekolah Dasar Kecamatan Bukateja   B.  Radius Keruangan Pencapaian Maksimal Fasilitas Sekolah Dasar
Gambar 2. Peta Radius Keruangan Pencapaian Maksimal Fasilitas Sekolah Dasar   Kecamatan Bukateja

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare pada anak usia 1-4 tahun di

Disadari atau tidak, kurikulum pendidikan di Indonesia menuntut beban yang terlalu banyak bagi siswa, seperti yang pernah diungkapkan oleh Drost, bahwa kurikulum yang

Rata-rata jumlah bunga tiap tanaman menunjukan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.. commit

Udara, air dan hutan merupakan sumber daya alam yang mempunyai peran penting dalam.. kehidupan manusia dan semua

Abstrak—Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) pengaruh model pembelajaran Explicit Instruction terhadap hasil belajar TIK siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja

Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan energi panas bumi, pemanfaatan langsung ( direct use ) dapat dikembangkan bersamaan dengan pengembangan panas bumi untuk tenaga

When food security and waste management were identified as two main problems, case studies were implemented to involve women from poor communities in composting organ- ic waste

Kelarutan dan karakteristik hidrogen dengan berbagai macam logam merupakan subyek yang sangat penting dalam bidang metalurgi (karena perapuhan hidrogen dapat terjadi pada