• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri

oleh : Kasriyati, S.Pd.

Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. KB (Keluarga Berencana) merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka mengentaskan kemiskinan, yaitu dengan cara mengatur perkawinan, mengatur reproduksi, mengatur jarak kelahiran, dan mengatur jumlah anak yang ideal dalam suatu keluarga. Program KB diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga bisa memutus mata rantai kemiskinan. Logika sederhananya, lebih mudah mendidik dan mengasuh 1 atau 2 orang anak daripada 5 sampai 7 anak dengan kondisi ekonomi pas-pasan.

Studi kasus di negara-negara maju, kesadaran akan pentingnya keluarga kecil bahagia, sehat, dan sejahtera sudah menjadi hal yang sangat mendasar. Di Cina misalnya, ada Undang-Undang yang mengatur bahwa setiap keluarga hanya boleh memiliki satu orang anak, dan apabila lebih akan mendapat sangsi yang berat. Di Amerika, pasangan menikah banyak yang tidak berani memiliki anak karena belum memiliki pekerjaan tetap yang bisa menjamin ekonomi rumah tangga. Namun berbeda halnya dengan masyarakat Indonesia. Kita sering mendapatkan pasangan yang sudah memiliki 1-3 anak namun belum memiliki pekerjaan tetap. Oleh karena itu, untuk membangun kesadaran tentang pentingnya KB maka perlu dilakukan sosialisasi terus menerus dengan berbagai pendekatan sosial.

Keberhasilan program KB akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, kegagalan KB akan berakibat pada ledakan jumlah penduduk dan menimbulkan

(2)

2

masalah sosial karena keterbatasan lapangan pekerjaan, keterbatasan pangan, dan sebagainya. Sehingga, jumlah pengangguran akan meningkat, jumlah kemiskinan bertambah, dan seterusnya. Pada prinsipnya, program KB tidak hanya dikhusukan kepada masyarakat miskin, tetapi kepada seluruh lapisan masyarakat dalam satu kesatuan pembangunan perempuan. Di samping manfaat KB juga berkaitan dengan masalah kesehatan keluarga terutama para Ibu. BKKBN pada 2010 menargetkan peserta KB baru sekitar 7;1 juta. Dari jumlah itu, 3,7 juta di antaranya adalah keluarga prasejahtera, sejahtera I, dan keluarga miskin.

Program KB sangat terkait dengan kebijakan pemberdayaan perempuan dalam mendukung terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender. Kebijakan itu diterjemahkan dalam beberapa program aksi. Pertama, peningkatan kesempatan bagi kaum perempuan untuk menikmati pendidikan di semua jejaring, sehingga mereka memiliki posisi tawar yang tinggi menuju terciptanya keadilan dan kesetaraan gender. Kedua, peningkatan partisipasi masyarakat untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak serta menjaga kesehatan reproduksi, termasuk dalam keluarga berencana. Ketiga, peningkatan akses kaum perempuan untuk berusaha di bidang ekonomi produktif, termasuk mendapatkan modal pelatihan usaha, program perluasan kesempatan kerja dan informasi pasar, sehingga dapat mendorong lahirnya kemandirian kaum perempuan dalam berwirausaha. Keempat, peningkatan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan, sehingga tercipta kesinambungan perempuan di berbagai sector. Kelima, peningkatan perlindungan terhadap perempuan dan anak guna mencegah terjadinya diskriminasi, eksploitasi, kekerasan dan bahkan tindak perdagangan perempuan dan anak (Traffiking) yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip keterpaduan dan keseimbangan.

(3)

3 A. Konsep Keluarga Sejahtera

Pembangunan masyarakat sangat tergantung kepada kehidupan keluarga yang menjadi bagian inti dari masyarakat itu, sehingga keluarga memiliki nilai strategis dalam pembangunan nasional serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya. Masalah yang kita hadapi saat ini masih banyaknya keluarga di Indonesia ini yang berada dalam kondisi prasejahtera, adalah kewajiban kita semua untuk meningkatkan mereka sehingga mencapai keluarga sejahtera. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya pembinaan keluarga dari berbagai aspek kehidupan termasuk segi kesehatannya. Perawat dengan perannya sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai andil yang cukup besar dan sangat diharapkan dalam mewujudkan upaya pembinaan keluarga tersebut sehingga terciptalah suatu keluarga sejahtera yang pada akhirnya akan membentuk masyarakat dan Negara yang sejahtera pula.

B. Pengertian Sejahtera

Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :”

“Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas, 2001:1011)

“Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)

Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga 1. Faktor intern keluarga

(4)

4 a. Jumlah anggota keluarga

Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.

b. Tempat tinggal

Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.

c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.

Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai.

d. Keadaan ekonomi keluarga.

Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang

(5)

5

diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb. 2. Faktor ekstern

Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.

Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:

• Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma. • Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.

• Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)

D. Tahapan-Tahapan Kesejahteraan 1. Keluarga pra sejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.

• Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga • Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari. • Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah

atau berpergian.

• Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.

• Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan.

(6)

6

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:

• Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

• Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur. • Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun • Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah • Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat

• Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.

• Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin. • Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini

• Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

3. Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:

• Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.

• Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.

• Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

(7)

7

• Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.

• Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan. • Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.

• Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi daerah. 4. Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:

• Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.

• Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan atau instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).

• Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan, sandang, dan papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan yang dimiliki barulah dikatakan makmur dan sejahtera

E. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

1. Keluarga kecil bahagia sejahtera.

Berdasarkan undang-undang no. 10 tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suatu suami, istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya atau ibu dengan anaknya.

(8)

8

Keluarga sejahtera merupakan keluarga yang sah menurut agama dan undang-undang serta memiliki ketahanan, baik secara fisik maupun non-fisik, mampu memperbaiki dan meningkatkan kondisi mental, fisik dan sosial keluarga serta mampu menanamkan nilai-nlai luhur budaya bangsa dan agama.

Untuk menciptakan keluarga sejahtera hendaknya ditumbuh kembangkan kedsadaran di tengah masyarakat pentingnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera, yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab, nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa.

2. Peranan alat kontrasepsi dalam keluarga berencana.

Program Keluarga Berencana dilakukan dengan cara menjarangkan atau mengatur atau mengendaikan kelahiran.

Beberapa cara mengontrol proses kelahiran antara lain: a. Pengangkatan gonad atau uterus.

1) Pengangkatan testes dinamakan hastrasi.

2) Pengangkatan ovarium dinamakan oophorektomi. 3) Pengangkatan uterus dinamakan histeroktomi. b. Sterilisasi.

Pada laki-laki dilakuksan dengan cara memotong saluran sperma. Sedangkan pada perempuan dengan cara memotong atau mengikat tubavalopi.

c. Kontrasepsi.

Merupakan usaha pencegahan pembuahan tanpa merusak kesuburan dengan cara: 1) Cara alami, yaitu mencegah kehamilan dilakukan dengan cara melakukan

kopulasi di luar vagina.

(9)

9

3) Cara mekanis, meliputi pemakaian kondom ataupun dengan menggunakan IUD (Infra Ufrime Devide)

3. Proses sosialisasi Keluarga bahagia dan sejahtera.

Fungsi keluarga dalam masyarakat salah satunya fungsi sosialisasi bagi anak-anak. Menurut Yaumil Agoes A. (1995:6) proses sosialisasi adalah proses menjadikan seseorang dalam hal ini anak, tumbuh kembang sebagai warga masyarakat yang memahami, menghayati dengan tingkahlaku yang sesuai dengan kebiasaan dan adat istiadat pada masyarakat setempat, yang melipiti niali-nilai dan norma-norma. Nilai-nilai yang diinginkan antara lain:

a. Nilai tatakrama. b. Nilai sopan-santun.

c. Nilai kebersamaan dan gotong royong. d. Nilai teloransi.

e. Nilai ketelitian, kerapian, kedisiplinan dan kesempurnaan. f. Nilai kesabaran dan keuletan.

Kasriyati, S.Pd. Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo

(10)

10 Sumber : www.antaranews.com http://gloriabetsy.blogspot.com/2012/12/konsep-keluarga-sejahterah.html http://jumridahusni.blogspot.com/2011/02/norma-keluarga-kecil-bahagia-sejahtera.html

Referensi

Dokumen terkait

sebagai berikut : 1) Proses pembelajaran masih bersifat konvensional dimana siswa.. mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi pelajaran, dan mengerjakan latihan

Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa secara umum peningkatan konsentrasi tetes tebu dari 1% menjadi 15% pada semua konsentrasi urea yang dicobakan dapat meningkatkan

Jumlah N yang berpotensi termineralisasi pada petak perlakuan kotoran sapi 20 ton ha-1 di Ultisol Gunung Sindur lebih besar dan mempunyai konstanta kecepatan yang juga lebih

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan

Tabel 27 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Barat 38 Tabel 28 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara

Menurut Lillesand dan Kiefer (1997), istilah penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi, seperti bangunan perkotaan, danau dan vegetasi,

Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan dari sumber daya manusia pada suatu perusahaan, akan memiliki dampak kurang optimalnya kinerja perusahaan dalam mencapai

Ovaj proces prati i snažna decentralizacija države i ulazak radnika u državne organe nadležne za privredu (veća proizvođača u predstavničkim organima). Ustavni zakon o