• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yuma Aswin NIM STUDI PSIK FAKULT NIVERSITA YO N TERHAD KERJA PA H SAKIT PA Skripsi Memenuhi S Gelar Sarja m Studi Psi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Yuma Aswin NIM STUDI PSIK FAKULT NIVERSITA YO N TERHAD KERJA PA H SAKIT PA Skripsi Memenuhi S Gelar Sarja m Studi Psi"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

PR Diajuk Me Y ROGRAM S UN

kan untuk M emperoleh G Program Yuma Aswin NIM STUDI PSIK FAKULT NIVERSITA YO Skripsi Memenuhi S Gelar Sarja m Studi Psi

Oleh : ndra Brahm M : 0491141

KOLOGI J TAS PSIKO AS SANATA GYAKART

2010

(2)

PR Diajuk Me Y ROGRAM S UN

kan untuk M emperoleh G Program Yuma Aswin NIM STUDI PSIK FAKULT NIVERSITA YO i Skripsi Memenuhi S Gelar Sarja m Studi Psi

Oleh : ndra Brahm M : 0491141

KOLOGI J TAS PSIKO AS SANATA GYAKART

2010

(3)
(4)

HALAMAN PENGESAHAN

KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PANTI RINI

(5)

iv

-Tsukishima Hana-

don't give up your independence unless it feels so right . . . nothing good comes easily

sometimes you gotta fight !!!!

(6)

v +Jesus Christ+

My beloved brother in heaven (R.I.P)

Bapak, ibu, dan adik ku tercinta…

MÖnyet ku tersayang…

All brothers in KBT neighborhood……… Apa jadinya bila tak ada kalian sobat……

Terima kasih untuk beberapa tahun belakangan ini……

(7)

d

dalam kutipaan daftar pusstaka, sebag

vi

aimana layaaknya karya i

Yog

Yuma Aswi

ilmiah.

gyakarta, 4

indra Brahm

Juni 2010

(8)

vii

Yuma Aswindra Brahmanda Putra

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komitmen terhadap organisasi dan performansi kerja pada perawat di Rumah Sakit Panti Rini. Hipotesis yang diajukan adalah hubungan positif antara komitmen organisasi dengan performansi kerja pada perawat. Subjek penelitian adalah perawat bagian rawat inap di Rumah sakit Panti Rini yang berjumlah 52 orang dengan minimal pendidikan D3 Keperawatan atau sederajat. Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada perawat guna memperoleh skala komitmen organisasi. Sementara itu pengambilan data performansi kerja diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh supervisor atau kepala bagian rawat inap Rumah Sakit Panti Rini. Penelitian ini menggunakan teknik SPSS for Windows 15 untuk menganalisis data-data penelitian. Dari analisis data yang dilakukan, diketahui variabel komitmen organisasi memiliki nilai reliabilitas sebesar (r)= 0,929, sedangkan untuk performansi kerja memiliki nilai reliabilitas sebesar (r)= 0,962. Data yang

diperoleh kemudian diolah menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dan

menghasilkan koefisien korelasi antara komitmen organisasi dan performansi kerja pada perawat sebesar 0,291 dengan p sebesar 0,018 (p < 0,05). Hal ini berarti ada korelasi positif antara komitmen organisasi dengan performansi kerja pada perawat. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi komitmen organisasi akan semakin tinggi pula performansi kerja pada perawat.

(9)

viii ABSTRACT

This research is proposed to analyze a correlation between the nurse organizational commitments and the working performances in Panti Rini hospital. It is hypothesize a positive correlations between the nurse organizational commitments with the nurse working performance. The researching subject is fifty two nurses treating inpatients in Panti Rini and specified to whom acquired diploma on the nursing education or equal. The questioners are distributed to the nurses for obtaining the organizational commitment scale and to the nurse supervisor for the working performances data. This research analysis is use Windows SPSS 15. Based on the data analysis, the reliability value of the organizational commitment is (r)= 0.929. In spite of that the reliability value of the working performance is (r)= 0.962. Using the Pearson product Moment, the correlation coefficient between the organizational commitment and the working performance is 0.291 with p in the mount of 0.018 (p < 0.05). It can be concluded that the higher organization commitment goes means the higher the nurse’ working performance goes.

(10)

D U B k m u m p D D p Y Y Nam Nom Demi penge Universitas Hubunga Beserta pera kepada Per mengalihkan untuk kepe memberikan penulis. Demikian pe

Dibuat di Yo pada tanggal Yang menya Yuma Aswin ma mor Mahasis embangan il Sanata Dhar an Komitme P angkat yang rpustakaan n dalam ben entingan aka n royalti ke

ernyataan in

ogyakarta, l 4 Juni 2010

atakan

ndra Brahma

: Yum swa : 0491 mu pengeta rma karya ilm en Terhadap

erawat di R diperlukan ( Universitas ntuk media l

ademis tanp epada saya

i yang saya b

0 anda Putra ix ma Aswindra 114107 ahuan, saya

miah saya ya p Organisas Rumah Saki (bila ada). D Sanata D ain, mengelo pa perlu m selama tet

buat dengan

Brahmanda

memberikan ang berjudul si dan Perfo it Panti Rini Dengan demi Dharma hak

olanya di in meminta ijin

tap mencan

n sebenarnya a Putra

n kepada Pe l :

ormansi Ker i

(11)

x

ini bisa terselesaikan. Proses dalam penyelesaian penelitian ini tidaklah mudah

untuk dilewati, tetapi karena adanya bantuan dari berbagai pihak, akhirnya saya

mampu melalui tahap yang saya anggap sebagai salah satu proses dalam hidup ini

dengan lancar. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati saya

ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing dalam

penulisan skripsi, atas nasehat, saran, dan kesabaran selama proses

penulisan skripsi ini saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga

rencana bapak dalam menempuh studi S3 dapat berjalan lancar. Amin

2. Bapak V.Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si untuk masukan dan saran yang

sangat berarti dalam penelitian ini. Terima kasih banyak pak, sudah

mencairkan suasana ketika pendadaran sehingga dapat berjalan lancar.

3. Ibu Agnes Indar E., S.Psi., M.Si untuk saran-saran dan masukan yang

sangat berarti bagi penulis.

4. Mbak Etta selaku dosen pembimbing akademik untuk support dan

perhatiannya.

5. Bapak yang selama 25 tahun ini membimbingku dengan cara yang unik

(12)

xi

diatur. Terima kasih ibu, tidak ada kata-kata lain yang bisa terucap jika

menuliskan sesuatu tentangmu. Terima kasih….

7. Adik ku yang cerewet untuk semangatnya.

8. Sahabat sekaligus kakak ku tercinta Michael Cahyo Pamungkas (R.I.P),

terima kasih karena selalu ada ketika pada saat aku terjatuh dan

memberikan uluran tangan yang tak terkira nilainya di saat hidup mu dulu,

sori ya bro belum bisa menjadi adik yang baik selama ini. Kita pasti

bertemu lagi pada waktunya. Thank’s a lot bro, kau selalu hidup dalam

hati … miss you so brother… Jbu

9. MÖnica Inung Prawesti, yang memberikan berbagai warna dalam hidupku

selama 4 tahun terakhir. Maaf ya mÖ, ak belum bisa menjadi sesuatu yang

berguna,hehehe,, Tapi aku akan selalu berusaha,, Luv you☺…Jbu

10.Sobat-sobat KBT : Japhar, Wisnu, Simien, Umbu, Nipeng, Bleguk, Vebri,

Pakdhe Dul, Sronggot (terutama untuk kursus SPSS nya), Topix (duluan

ya sob,hehe), Wiwid, Cookie, Galuh, Thathat, Dito, Bli Made, Si Sri, Ajay,

Betet, Thithit, kang Jaya, Koen, Lucky Elek, Felix, kang Suko, kang Barjo,

kang Y, Aconk, kang Brotie, Diksue, Windra, Doni, Abu, kang Danang,

mas Yudha (untuk semangat dan lapen nya,hehehe), Martin, Ronald,

Paymoen, Simbah, Zozi, Nanda, mas Topik, Vani, Dora, Wilis, Atik,

(13)

teman-k b b 11.Kelu 12.Sahab Waw Yusti kasih

13.Pak G

14.Pakd

15.311,

Sleep

S.O.A

band

16.Dan s sehing Penul kesempurnaan berharap bah bagi banyak p

arga di Bali,

bat-sahabat

wuk, Tody, Ip

in, Emil, Pr

h untuk sema

Gie untuk se

dhe & budhe

Lamb of G

p, Crazy Tow

A.D, Ipank,

lain yang se

semua pihak gga saya bisa lis sangat me n dalam mera hwa penelitian

pihak.

, Keluarga d

kecil : Aris

pin, Phe, Ch

rima, Anita

angatnya sob

enyuman dan

Joko, Mas A

od, Slipknot

wn, Dead V

KoRN, Pud

elalu menem

yang tidak d a melalui taha enyadari dalam

angkai kata s n ini tidak m

xii di Wonosari..

(ayo gek nd

hichink, Gab

(untuk baha

bat…

n keramahan

Ane untuk pe

t, Deftones,

Vomit, Burge

ddle of Mud,

mani setiap sa

dapat saya se ap ini, saya m m penelitian erta menyusu menjadi sia-si

Y

. Terima kas

ang nyusul l

by, Tenggok

an-bahan ten

n nya, mas G

etuah bijak d

L.B, Hooba

erkill, Soilwo

, Disturbed,

aat dalam me

butkan satu-p engucapkan t

ini banyak k un kalimat. A a belaka teta

Yuma Aswin

sih doa’nya

le), Seno, Ba

k, Dito, Dana

ntang peraw

Gandung, mb

dan semanga

astank, Incu

ork, BDM,

Red Pavlov

enjalani hari

persatu atas b terima kasih. kekurangan da Akan tetapi pe

api juga berm

Penulis, ndra Brahman abel, Wete, ang, Catur, wat) Terima bak Nanik. atnya. ubus, Team Mastodon,

v dan

band-i…

bantuan nya

an jauh dari nulis sangat manfaat bagi

(14)

xiii

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Motto... iv

Halaman Persembahan ... v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi... xiii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Performansi Kerja ... 8

(15)

xiv

5. Penilaian Performansi Kerja ... 15

6. Manfaat Penilaian Performansi Kerja ... 19

B. Komitmen Organisasi... 21

a. Pengertian Komitmen Organisasi ... 21

b. Macam-macam Komitmen Organisasi... 22

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komitmen Organisasi ... 25

d. Manfaat Komitmen Organisasi ... 29

C. Hubungan Komitmen Organisasi dan Performansi Kerja

Perawat ... 30

D. Hipotesis... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 34

A. Jenis Penelitian... 34

B. Identifikasi Variabel Penelitian... 34

C. Definisi Operasional... 34

D. Subjek Penelitian... 36

E. Metode Pengumpulan Data ... 37

F. Pengujian Instrumen Penelitian... 42

a. Validitas ... 42

b. Seleksi Item ... 43

(16)

xv

B. Pelaksanaan Penelitian ... 51

1. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 51

C. Deskripsi Subjek Penelitian dan Data Penelitian ... 53

1. Subjek Penelitian... 53

2. Data Penelitian ... 55

D. Hasil Penelitian ... 56

1. Uji Asumsi ... 56

a. Uji Normalitas... 56

b. Uji Linieritas ... 57

2. Uji Hipotesis ... 58

E. Pembahasan... 60

BAB V KESIMPULAN... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Keterbatasan Penelitian... 65

C. Saran... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(17)

xvi

Tabel 3 Hasil Uji Korelasi Aitem-Total Variabel Komitmen

Organisasi………..44

Tabel 4 Hasil Uji Korelasi Aitem-Total Variabel Performansi Kerja………..45

Tabel 5 Distribusi Aitem Skala Komitmen Organisasi Setelah Try Out………...46

Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Performansi Kerja Setelah Try Out………..47

Tabel 7 Kategorisasi Komitmen Organisasi dan Performansi Kerja Subjek Penelitian………..54

Tabel 8 Deskripsi Data Penelitian……….55

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov……….57

Tabel 10 Hasil Uji Linieritas………....58

(18)
(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kinerja karyawan merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang

dapat menentukan keberhasilan atau kesuksesan dalam sebuah instansi atau

perusahaan. Sebuah instansi atau perusahaan dapat berhasil ataupun sukses

apabila tujuan yang telah direncanakan oleh instansi atau organisasi tersebut dapat

terpenuhi atau tercapai. Tercapainya sebuah tujuan terkait oleh peran serta dari

para pekerja atau karyawan yang ada di dalam instansi atau organisasi tersebut.

Peran serta para karyawan tersebut dapat diwujudkan melalui kualitas kerja yang

tinggi, produktivitas yang baik dan kinerja yang maksimal serta kemampuan

menjalankan fungsi dan tanggung jawab yang diberikan. Hal ini berhubungan

langsung dengan performansi kerja mereka di tempat kerja. Sebuah instansi atau

perusahaan yang memiliki karyawan dengan performansi kerja atau kinerja yang

tinggi akan lebih maksimal dalam mencapai tujuannya dibandingkan dengan

instansi yang para karyawannya memiliki performansi kerja atau kinerja yang

rendah.

Cascio (dalam Suhartanto, 2003) menyatakan bahwa performansi kerja

atau kinerja adalah jumlah produk, baik itu berbentuk barang atau jasa yang telah

dihasilkan oleh karyawan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini mengartikan

bahwa performansi kerja atau kinerja merupakan produktivitas karyawan sehingga

dapat diinterpretasikan juga bahwa karyawan dengan performansi kerja yang baik

(20)

adalah karyawan yang produktif yang mampu menghasilkan barang atau jasa yang

dipenuhi oleh karyawan tersebut.

Dalam suatu rumah sakit, perawat merupakan salah satu sumber daya yang

menentukan penilaian masyarakat terhadap mutu pelayanan serta citra dari rumah

sakit itu sendiri. Sebuah rumah sakit dengan perawat yang memiliki

profesionalisme kerja yang baik, dan pelayanan yang memuaskan kepada pasien,

tentunya akan memiliki citra yang lebih positif di mata masyarakat dibandingkan

dengan rumah sakit yang perawatnya bekerja seenaknya sendiri, kurang bisa

diajak kerjasama dan kurang memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap

pasien. Oleh karena itu, sebagai seorang perawat perlu menjaga performansi

kerjanya agar tetap stabil atau meningkatkannya supaya lebih maksimal.

Performansi kerja erat kaitannya dengan pencapaian produktivitas kerja

suatu organisasi atau perusahaan. Dalam hal ini performansi kerja perawatlah

yang mempengaruhi produktivitas atau pelayanan kesehatan yang dihasilkan oleh

rumah sakit. Performansi kerja perawat yang asal-asalan dan semaunya sendiri

akan menimbulkan efek yang kurang baik terhadap pelayanan (produktivitas)

yang dihasilkan, demikian pula sebaliknya. Untuk dapat meningkatkan

produktivitas kerja yang dapat dicapai dengan adanya performansi kerja yang

baik, maka pemenuhan kebutuhan karyawan baik fisik maupun psikologis harus

diperhatikan, sehingga karyawan akan merasa diperhatikan dan diakui

keberadaannya.

Fenomena tentang kinerja pada perawat pernah terjadi pada salah satu

(21)

adalah pelayanan yang kurang memuaskan yang diberikan pihak rumah sakit

kepada pasien. Hal ini membuat anggota komisi DPRD Pontianak angkat bicara

mengenai masalah tersebut. Pada akhirnya beliau menyarankan agar pelayanan di

rumah sakit tersebut agar ditingkatkan demi kesejahteraan masyarakat (Pontianak

Post, 2010). Selain itu, penulis juga pernah mengalami kejadian seperti diatas. Hal

ini terjadi ketika saudara penulis opname di salah satu rumah sakit di daerah

Yogyakarta. Rumah sakit tersebut dikenal memiliki peralatan yang paling

memadai diantara rumah sakit lainnya. Akan tetapi walaupun fasilitas yang

dimiliki rumah sakit tersebut memadai, namun kinerja yang ditunjukkan oleh

perawat dari rumah sakit tersebut kurang memuaskan. Kinerja perawat di rumah

sakit tersebut dirasa cuek dan kurang perhatian terhadap pasien. Hal ini didukung

oleh pernyataan keluarga pasien lainnya yang kebetulan satu kamar dengan

saudara penulis. Hal ini diketahui oleh penulis setelah berbincang-bincang selama

beberapa hari pada saat menunggu pasien. Berangkat dari pengalaman ini, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan performansi

seorang perawat.

Adapun faktor yang dianggap mampu mempengaruhi performansi kerja

pada penelitian ini adalah komitmen terhadap organisasi. Walaupun secara tidak

langsung, komitmen terhadap organisasi merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi performansi kerja seorang karyawan. Menurut pernyataan Riggio

(dalam Saraswaty, 2001) menjelaskan bahwa komitmen terhadap organisasi

adalah sikap dan perasaan tentang organisasi kerja. Komitmen terhadap organisasi

(22)

penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi serta keinginan kuat untuk

tetap menjadi anggota organisasi. Dengan adanya komitmen terhadap organisasi

yang kuat pada karyawan, maka diharapkan mampu memunculkan usaha yang

maksimal dari karyawan dalam hal ini berkaitan dengan kinerja atau performansi

kerjanya demi tercapainya produktivitas kerja yang baik.

Pernyataan lain mengatakan komitmen terhadap organisasi yang tinggi

akan berdampak positif bagi perusahaan karena karyawan akan menjadi lebih

kerasan dalam bekerja, setia dan ikut berpartisipasi penuh dalam mencapai tujuan

organisasi. Sebaliknya komitmen yang rendah akan berdampak negatif dimana

selain menurunkan prestasi kerja karena karyawan tidak bekerja

sungguh-sungguh, juga dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi yaitu absensi,

pemogokan karyawan hingga terjadinya turn over (Mobbley,1986). Hal ini tentu

saja menghambat tercapainya produktivitas kerja.

Mowday (dalam Meiyanto dan Santhoso, 1999), mengatakan bahwa

terabaikannya kebutuhan karyawan di dalam perusahaan dapat menimbulkan

kurangnya perasaan keterikatan karyawan dengan perusahaan tempat karyawan

bekerja. Terabaikannya kebutuhan karyawan akan menimbulkan berbagai macam

akibat yang akan merugikan bagi perusahaan. Beberapa akibat yang ditimbulkan

jika perusahaan mengabaikan kepentingan dan kebutuhan karyawannya antara

lain, penurunan performansi kerja, kinerja dan produktivitas, tingginya tingkat

absensi dalam perusahaan, ketidakdisiplinan kerja yang akan menimbulkan

kecenderungan untuk mengalami kecelakaan kerja, seringnya terjadi turnover

(23)

Williams dan Hazer (Statt, 1994) mengemukakan hasil penelitian mereka

dan mendapat kesimpulan bahwa karyawan dengan komitmen yang rendah

terhadap perusahaan akan lebih memilih untuk keluar atau berhenti dari

pekerjaannya dibandingkan karyawan dengan komitmen yang tinggi.

Dari uraian diatas, penulis melihat bahwa komitmen terhadap organisasi

secara tidak langsung merupakan faktor yang mampu menjadi penyebab tinggi

rendahnya kinerja seorang perawat. Luthans (1995) berpendapat bahwa komitmen

organisasi adalah sebuah sikap mengenai loyalitas seorang karyawan terhadap

organisasi dan hal tersebut merupakan proses yang berlangsung terus-menerus

dimana anggota organisasi menunjukkan kepedulian terhadap organisasi, dan ini

akan membawa pada keberhasilan dan keadaan yang baik. Oleh karena itu,

dengan adanya komitmen organisasi yang baik pada karyawan maka diasumsikan

kinerja yang tercipta oleh karyawan juga akan menjadi baik pula, hal ini

dikarenakan di dalam sebuah komitmen organisasi yang baik terdapat sikap

loyalitas dan kepedulian kepada perusahaan dimana hal tersebut dapat memberi

dampak pada kinerja karyawannya. Dari asumsi tersebut, penulis tertarik

melakukan penelitian mengenai hubungan komitmen organisasi dengan kinerja

pada perawat. Selain itu penting juga diteliti sebagai referensi pihak-pihak terkait

untuk melihat seberapa tinggi tingkat pelayanan perawat terhadap pasien dilihat

dari komitmen organisasi dan kinerjanya. Selain itu komitmen organisasi dan

kinerja juga cukup representatif untuk melihat baik tidaknya pelayanan yang

(24)

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja pada

perawat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara komitmen organisasi dengan kinerja pada perawat.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumbangan dalam ilmu psikologi, khususnya psikologi industri

organisasi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan

informasi bagi penelitian selanjutnya serta ditemukannya kajian yang baru

dan relevan dengan penelitian.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak rumah sakit sebagai wacana untuk membuat suatu kebijaksanaan

dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.

b. Untuk menambah wawasan dan wacana pembaca yang berkaitan dengan

(25)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Performansi Kerja

1. Pengertian Performansi Kerja

Vroom (dalam As’ad, 2003) menjelaskan performansi sebagai fungsi relasi

antara motivasi dan kemampuan. Robbins (2003) mengemukakan bahwa

performansi kerja karyawan pada tingkat individual berperan sangat signifikan

dalam menentukan produktivitas perusahaan. Russell (1998) menilai performansi

kerja sebagai hasil yang diproduksi pada suatu fungsi pekerjaan yang spesifik atau

aktivitas selama periode waktu tertentu.

Performansi kerja banyak diartikan pula sebagai kesuksesan yang dicapai

seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan (Filippo, 1991). Kesuksesan

yang dimaksudkan disebut ukurannya tidak dapat disamakan pada semua orang

namun lebih merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang

berlaku sesuai dengan pekerjaan yang ditekuninya. Performansi kerja dalam hal

ini mengarah pada pengertian prestasi kerja yang dicapai oleh individu dalam

proses kerja. Menurut Davis (1985), performansi kerja berkaitan erat dengan

tujuan, dalam arti sebagai suatu hasil perilaku kerja seseorang. Sedangkan Filippo

(1991) memberi batasan pada performansi kerja sebagai hasil pola tindakan yang

dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai dengan standar prestasi baik kualitatif

ataupun kuantitaif, yang telah ditetapkan oleh individu secara pribadi maupun

secara organisasi.

(26)

Cascio (1998) menjelaskan performansi kerja sebagai jumlah produk, baik itu

berbentuk barang atau jasa yang telah dihasilkan karyawan dalam jangka waktu tertentu.

Hal ini mengartikan bahwa performansi kerja merupakan produktivitas karyawan

sehingga dapat diinterpretasikan pula bahwa karyawan dengan performansi kerja yang

baik adalah karyawan yang produktif atau yang dapat menghasilkan barang atau jasa

yang sesuai atau melebihi jumlah minimal barang atau jasa yang harus dipenuhi

karyawan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa performansi kerja

merupakan hasil kerja atau produktivitas kerja baik berupa barang atau jasa yang

dapat dicapai oleh seorang karyawan menurut kriteria yang berlaku terhadap

pekerjaannya dalam suatu periode waktu tertentu.

Sedangkan kinerja perawat itu sendiri adalah aktivitas perawat dalam

mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas, dan tanggung

jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya

tujuan dan sasaran unit organisasi (Slamet Haryono dalam Achmad Faizin dan

Winarsih, 2008). Kinerja perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja

karyawan di perusahaan. Perawat ingin diukur kinerjanya berdasarkan standar

objektif yang terbuka dan dapat dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan

dihargai sampai penghargaan superior, mereka akan lebih terpacu untuk mencapai

prestasi pada tingkat yang lebih tinggi (Neal dalam Achmad Faizin dan Winarsih,

(27)

2. Pengertian Perawat Definisi perawat

Sebagai sebuah profesi, keperawatan sama luasnya dengan profesi

kedokteran. Keperawatan memiliki banyak keterlibatan dengan segmen manusia

dan kemanusiaan, oleh karena berbagai masalah kesehatan yang aktual dan

potensial. Keperawatan memandang manusia secara utuh dan unik sehingga

praktek keperawatan membutuhkan penerapan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang kompleks sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan objektif

pasien/klien.

Dewan Internasional Perawat (International Council of Nursing / ICN,

1965) mendefinisikan perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan

program pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di

negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang

bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, dan

pelayanan penderita sakit.

Selanjutnya WHO Expert Comitte on Nursing berpendapat bahwa

perawat didefinisikan sebagai pengadaan asuhan bagi individu, keluarga atau

komunitas yang berhubungan dengan pemeliharaan atau pemulihan terhadap

kesehatan. Perawat merupakan bagian dari sistem organisasi kesehatan.

Dorothea Orem (dalam Sutejo, 2004), mendefinisikan keperawatan

adalah pelayanan manusiawi yang berpusat kepada kebutuhan manusia untuk

mengurus diri dan bagaimana mengaturnya secara terus menerus, untuk dapat

(28)

menanggulangi akibatnya.

Kemudian International Council of Nursing / ICN menyatakan bahwa

keperawatan merupakan sebuah fungsi yang unik dalam membantu indivudu

sakit/sehat, dengan penampilan kegiatan yang berhubungan dengan keadaan

sakit dan penyembuhan, sehingga individu dapat merawat kesehatannya sendiri

apabila memiliki kemampuan, kekuatan , dan pengetahuan.

Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil sedikit pengertian bahwa

pada hakekatnya keperawatan adalah suatu profesi yang mendahulukan

kepentingan kesehatan masyarakat diatas kepentingan sendiri. Pelayanan

keperawatan merupakan bentuk pelayanan yang bersifat humanistik berdasarkan

ilmu dan kiat keperawatan yang mengacu pada standar pelayanan keperawatan

serta menggunakan kode etik keperawatan sebagai tuntunan utama dalam

melaksanakan pelayanan/asuhan perawat.

3. Performansi Kerja Perawat

Berikut ini adalah uraian tugas perawat di rumah sakit Panti Rini, yaitu :

1. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standard

2. Mengadakan serah terima dengan grup/tim lain (grup petugas pengganti)

mengenai:

a. Kondisi pasien

b. Logistik keperawatan

c. Administrasi rumah sakit

(29)

e. Kolaborasi program pengobatan

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh grup

sebelumnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya.

5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan kunjungan dokter.

6. Mendampingi kunjungan dokter, mencatat dan melaksanakan program

pengobatan dokter.

7. Membantu melaksanakan rujukan.

8. Melaksanakan orientasi terhadap pasien/keluarga baru, mengenai :

a. Tata tertib ruangan

b. Perawat yang bertugas.

9. Menyiapkan pasien pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan.

10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan :

a. Mengatur cleaning service

b. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas

maupun pengunjung ruangan.

11.Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungan.

12.Memberikan penyuluhan singkat tentang kesehatan kepada pasien dan

keluarga.

(30)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi performansi kerja pada perawat

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi performansi kerja pada

perawat yang bekerja di rumah sakit, berdasarkan konsep yang disampaikan oleh

Borman dan Motowildo (dalam Pujiwidiana, 2005) dapat digolongkan sebagai

seorang pekerja dengan performansi yang multi-dimensional (task performance

dan contextual performance). Kemampuan (abilities) dan keahlian (skill) yang

dimiliki dan digunakan oleh seorang perawat dalam melakukan tugas-tugasnya

mencerminkan bentuk dari task performance, sedangkan kepribadian (personality)

dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu juga perlu dimiliki oleh perawat

agar dapat melayani pasien secara profesional (baik secara fisik, psikologis

maupun spiritual). Faktor-faktor tersebut merupakan cerminan dan contextual

performance. Untuk meningkatkan performansi kerja/kinerja pada diri seorang

perawat dapat dilakukan dengan pemberian motivasi yang cukup terhadap diri

para perawat tersebut, antara lain dengan mengadakan training, seminar dan

menyediakan fasilitas-fasilitas yang memudahkan kinerja para perawat tersebut.

Proses pembentukan performansi kerja dapat dijelaskan melalui dua

formula yang pada dasarnya memiliki inti konsep performansi yang sama, yaitu :

a. Formula pertama yang menjelaskan tentang performansi kerja dikemukakan

oleh Davis (1985),menyatakan bahwa :

ExA =P

Dengan penjelasan sebagai berikut :

P menunjukkan performansi kerja individu, E merupakan effort yang

(31)

individu dalam menyelesaikan pekerjaaanya. Formula tersebut menjelaskan

bahwa performansi kerja dipengaruhi usaha yang dilakukan oleh individu dan

penggunaan kemampuan untuk terlibat dalam proses kerja secara bersama-sama.

Aspek kemampuan yang dimiliki oleh individu pada dasarnya selalu

berperan membantu mencapai performansi kerja. Individu yang mempunyai

kemampuan tinggi akan cenderung memiliki performansi kerja yang tinggi pula,

sebaliknya individu yang mempunyai kemampuan rendah dapat diramalkan akan

menghasilkan performansi yang rendah pula. Akan tetapi, dalam kenyataannya

potensi A yang dimiliki individu tidak akan mungkin berkembang dan tidak akan

membantu dalam usaha mencapai performansi kerja apabila kemampuan tersebut

tidak didukung oleh usaha individu yang baik.

b. Formula kedua yang dikemukakan oleh Heider (dalam Vembriarto, 2008)

menyatakan bahwa :

P = MxA

P merupakan identifikasi performansi kerja yang dicapai, M

menggambarkan motivasi individu dalam melaksanakan proses kerja, sedangkan

A adalah kemampuan yang dimiliki individu yang digunakan untuk

menyelesaikan pekerjaannya.

Formula ini, seperti yang dikemukakan diatas memiliki konsep berpikir

yang sama yaitu faktor motivasi yang ada didalamnya dapat diartikan pula sebagai

effort yang akan mengaktifkan, mengatur dan mendorong perilaku individu dalam

(32)

Menurut konsep formula tersebut, performansi yang mampu dicapai

merupakan hasil interaksi antara motivasi dengan kemampuan. Oleh karena itu

dapat dikatakan bahwa faktor motivasi dan kemampuan individu dalam

menyelesaikan suatu tugas mempengaruhi pembentukan performansi kerja.

Individu yang memiliki motivasi kerja tinggi tetapi memiliki kemampuan yang

rendah akan cenderung menghasilkan performansi yang rendah. Begitu pula

dengan individu yang memiliki kemampuan bagus tetapi tidak mendapat

dukungan motivasi kerja yang tinggi dapat diramalkan tidak akan mampu meraih

performansi kerja yang diharapkan.

Lebih lanjut, Vroom (dalam As’ad, 2003) mengemukakan pula bahwa

performansi kerja karyawan dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi untuk

bertingkah laku, khususnya motivasi kerja. Motivasi kerja merupakan kemauan

individu untuk menggunakan usaha yang tinggi dalam upaya mencapai

tujuan-tujuan organisasi dan memenuhi kebutuhannya. Apabila tuntutan kerja yang

dibebankan pada individu tidak sesuai dengan kemampuannya maka performansi

kerja yang diharapkan akan sulit tercapai. Tuntutan tugas yang terlalu rendah

tidak akan memotivasi individu untuk mengarahkan segala kamampuannya dalam

mencapai tujuan. Sebaliknya apabila tuntutan kerja terlalu tinggi dibandingkan

kemampuan individu, performansi kerja yang optimal tidak akan tercapai.

Ketidakmampuan untuk mencapai performansi kerja yang diharapkan akan

membuat individu merasa tertekan dalam bekerja. Oleh karena itu penting sekali

menempatkan karyawan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya yang tidak

(33)

potensinya dalam pekerjaan tersebut (Kustiyah, 1994).

Luthans (1995) mengemukakan bahwa dalam perbedaan individu khususnya

perkembangan fase dewasa, usia mempunyai variabilitas yang rendah. Oleh karena itu ada

kemungkinan bahwa usia juga turut mempengaruhi performansi kerja. Sementara

seseorang yang sudah cukup lama dalam perusahaan pada umumnya akan merasa

terikat pada oraganisasi. Keterikatan ini sendiri akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap performansi kerja seseorang dalam organisasi. Masih dalam Luthans (1995),

memandang bahwa performansi kerja tidak hanya tegantung pada sejumlah usaha yang

digunakan akan tetapi kemampuan seseorang juga diperlukan (seperti pengetahuan

pekerjaan dan keahlian) serta bagaimana seseorang rnerasakan peran yang dibawakan.

Beberapa faktor yang dikemukakan di atas merupakan faktor yang yang

mempengaruhi performansi kerja pada perawat. Faktor tersebut antara lain task

performance yang termasuk di dalamnya kemampuan (abilities) dan keahlian

(skill) yang dimiliki dan digunakan oleh seorang perawat dalam melakukan

tugas-tugasnya. Faktor yang lain adalah contextual performance yang termasuk di

dalamnya kepribadian (personality) yang perlu dimiliki oleh perawat agar dapat

melayani pasien secara profesional (baik secara fisik, psikologis maupun

spiritual).

5. Penilaian Performansi Kerja

Penilaian performansi kerja secara efektif bukan sekedar masalah pelaksanaan

hal-hal yang sudah rutin dengan menyelenggarakan wawancara 'ritual' dan mengisi

(34)

merupakan alat bagi atasan untuk membantu mereka mengelola secara efektif dan

dipergunakan untuk sistem dan kepentingan organisasi secara keseluruhan.

Berkaitan dengan kriteria penilaian performansi kerja, Cascio (1998) menyebutkan

tentang kriteria penilaian performansi kerja yang lebih jelas dan akurat untuk dilakukan

mencakup:

a. aspek kuantitatif meliputi jumlah hasil, waktu, kesalahan;

b. aspek kualitatif meliputi kualitas kerja, koordinasi.

Sementara Russel (1998) memberikan beberapa kriteria, yaitu:

a. Kualitas yaitu tingkat dimana proses atau hasil dari aktivitas yang mendekati

sempurna, bentuk ideal dalam melakukan aktivitas atau memenuhi tujuan

aktivitas;

b. Kuantitas yaitu jumlah produksi yang diekspresikan dalam nilai uang,

jumlah unit atau penyelesaian aktivitas;

c. Batas waktu yaitu diselesaikan pada waktu yang tepat;

d.. Efektivitas pengeluaran yaitu tingkat penggunaan sumber daya

organisasi adalah maksimal dan memiliki keuntungan tinggi;

e. Kebutuhan pengawasan yaitu dapat melakukan fungsi tanpa meminta bantuan.

Seperti pada cakupan diatas, pada banyak penilaian performansi kerja

yang dilakukan perusahaan pada karyawannya banyak memunculkan variasi

prediktor yang biasa digunakan dalam penilaian tersebut. Sebaliknya,

bagaimanapun juga, secara umum pengukuran performansi kerja hanya

(35)

pengukuran performansi kerja dapat dilakukan dengan hanya menggunakan satu

kriteria yaitu kriteria global. Masih dalam Cascio (1998) menjelaskan bahwa

performansi kerja sebagai jumlah produk, baik itu berbentuk barang atau jasa yang telah

dihasilkan karyawan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini mengartikan bahwa

performansi kerja merupakan produktivitas karyawan sehingga dapat diinterpretasikan

pula bahwa karyawan dengan performansi kerja yang baik adalah karyawan yang

produktif atau yang dapat menghasilkan barang atau jasa yang sesuai atau melebihi

jumlah minimal barang atau jasa yang harus dipenuhi karyawan. Hal ini menunjukkan

bahwa kemampuan seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya merupakan

hal yang sangat penting dalam tercapainya performansi kerja yang tinggi yang

diharapkan oleh perusahaan.

Pada penelitian yang dilakukan Bass & Barrett (dalam Cascio, 1998)

membuktikan bahwa kesuksesan pada profesi akuntan lebih banyak dipengaruhi

oleh kemampuannya dalam berinteraksi dengan rekan kerja ataupun kliennya

dibandingkan dengan keahliannya di bidang akuntansi itu sendiri. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak selalu semua kriteria yang digunakan dalam melihat

performansi kerja dapat menunjukkan performansi kerja yang diharapkan. Seperti

kasus diatas misalnya, dimana kemampuan berinteraksi seorang akuntan ternyata

lebih dapat meningkatkan performansi kerjanya dibandingkan dengan keahlian

atau ilmu akuntansi yang dimilikinya. Pendek kata, pengukuran-pengukuran

kriteria tidak ditentukan oleh waktu, yang berarti kriteria tersebut bersifat

(36)

Berdasarkan beberapa pemahaman tentang aspek-aspek yang diukur dalam

performansi kerja di atas, dapat ditarik sebuah aspek yaitu aspek kemampuan, dalam hal

ini adalah kemampuan perawat. Aspek kemampuan berkaitan dengan penguasaan

tugas, kecepatan, dan kualitasnya (Cascio, 1998).

Penilaian performansi kerja sendiri diartikan sebagai proses formal mengenai

evaluasi kinerja dan pemberian umpan balik di mana penyesuaian kinerja dapat dilakukan.

Ada berbagai cara untuk membuat penilaian performansi kerja karyawan seperti metode

rating scale, checklist, metode peristiwa kritis, metode laporan lapangan dan metode

evaluasi kelompok (Schermerhorn, Hunt, Osborn, 1985).

Secara lebih jelas ada beberapa metode yang digunakan dalam membuat penilaian

performansi kerja (Smither, 1994) :

a. Metode ranking : Penilai membandingkan karyawan yang satu dengan karyawan

lain untuk menentukan siapa yang lebih baik dan kemudian menempatkan setiap

karyawan dalam urutan dari yang terbaik sampai terjelek.

b. Metode grading atau forced distribution : Penilai memisah-misahkan

karyawan ke dalam berbagai klasifikasi yang berbeda. Biasanya para penilai

menggunakan proporsi tertentu untuk setiap kategori.

c. Skala grafik : Penilai menentukan skala untuk sejumlah keterkaitan dari faktor

yang khusus.

d. Daftar : Penilai tidak mengevaluasi performansi kerja tetapi hanya

membuat laporan, sementara evaluasi dilakukan oleh penilai lain.

e. Deskripsi pilihan tertutup : Penilaian ini tidak mengurangi bias penilai

(37)

persyaratan yang paling mendekati karakteristik karyawan.

f. Esai : Penilai menulis hal-hal tentang karyawan yang menjelaskan prestasi

karyawan.

g. Skala rating : Metode evaluasi subjektif dilakukan oleh penilai terhadap

prestasi kerja karyawan dengan skala tertentu dari rendah sampai tinggi.

Faktor ini membandingkan hasil pekerjaan dengan kriteria yang dianggap

penting bagi pelaksanaan kerja tersebut.

Penilaian performansi dalam penelitian ini menggunakan skala rating yang

dilakukan oleh seorang penilai. Metode ini digunakan karena hasil kerja dalam

organisasi ini didasarkan pada aspek kemampuan yang mendukung terlaksananya

tugas dalam perusahaan dalam hal ini rumah sakit. Aspek kemampuan meliputi

penguasaan tugas, kecepatan, dan kualitas kerja.

6. Manfaat Penilaian performansi kerja

Hampir sebagian besar organisasi menggunakan penilaian performansi kerja

dengan segala macam bentuknya. Dalam penilaian meskipun terdapat masalah dan tentu

tidak semua penilaian membawa hasil atau sesuai di semua situasi, namun makin

banyaknya organisasi yang menggunakan penilaian nampaknya membuktikan bahwa

mereka mendapatkan manfaat dari proses tersebut. Keuntungan atau manfaat yang spesifik

dari sistem penilaian apa pun tentu akan tergantung pada sasaran yang hendak dicapai dan

sampai di mana sistem tersebut dirancang dan dioperasikan secara efektif untuk memenuhi

sasaran tersebut. Moon (1993) menggolongkan keuntungan tersebut dalam tiga hal

(38)

pemahaman tentang menerima umpan balik, kesempatan menyampaikan umpan balik

kepada atasan, mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan kesempatan membicarakan

prospek dan promosi karir; kedua, keuntungan bagi yang menilai: keuntungan ini

mencakup tentang umpan balik bagi ternilai, menyusun dan memperjelas sasaran,

identifikasi kebutuhan pelatihan, menggali dan mengatasi masalah; ketiga, keuntungan

bagi organisasi: keuntungan ini mencakup penyempurnaan perfomansi kerja melalui

standar minimum manajemen yang baik, perencanaan tenaga kerja.

Handoko (1998) menyebut penilaian kerja sebagai prestasi kerja yaitu proses

melalui evaluasi organisasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat

memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para

karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.

Manfaat yang diperoleh dari adanya penilaian kerja:

a. Perbaikan prestasi kerja: umpan balik penilaian kerja memungkinkan

karyawan dapat memperbaiki kegiatan dan memperbaiki prestasi

b. Penyesuaian kompensasi: penilaian kinerja dapat membantu para

pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah dan bentuk

kompensasi lainnya

c. Keputusan penempatan: penilaian performansi kerja dapat mempermudah

evaluasi individu yang mana akan mendapatkan promosi

d. Kebutuhan latihan dan pengembangan : prestasi kerja yang tidak baik

menunjukkan kebutuhan akan adanya pelatihan, demikian juga prestasi yang

(39)

e. Tantangan eksternal: kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor

di luar lingkungan kerja seperti keluarga, kondisi finansial dan masalah pribadi

dengan orang lain, sehingga organisasi dapat menawarkan bantuan.

B. Komitmen Terhadap Organisasi

a. Pengertian Komitmen Terhadap Organisasi.

Menurut Riggio 1993 (dalam Saraswaty 2001) komitmen terhadap

organisasi adalah perasaan dan sikap tentang organisasi kerja. Luthans (1995)

juga menjelaskan bahwa komitmen terhadap organisasi adalah suatu sikap yang

menggambarkan loyalitas karyawan terhadap organisasi dan merupakan suatu

proses yang berlangsung pada diri karyawan atau partisipan organisasi di dalam

mengekspresikan kepeduliannya terhadap organisasi tersebut, termasuk

keberhasilan dan keadaannya. Robbins (2003) mendefinisikan komitmen

organisasi sebagai sebagai suatu orientasi individu terhadap organisasi yang

mencakup loyalitas, identifikasi dan keterlibatan. Selain itu ia juga menyatakan

bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan salah satu sikap kerja. Karena

komitmen organisasi merefleksikan perasaan seseorang (suka atau tidak suka)

terhadap organisasi di tempat ia bekerja. Jika ia menyukai organisasi tersebut

maka ia akan berupaya untuk tetap bekerja disana.

Gibson (1987) mengemukakan bahwa komitmen terhadap organisasi

seorang karyawan menunjukkan adanya pengidentifikasian dengan tujuan

organisasi, perasaan keterlibatan dalam perusahaan dan rasa kesetiaan. Hal serupa

(40)

orientasi terhadap organisasi yang menghubungkan atau mengikat identifikasi diri

seorang karyawan, serta keinginan untuk berprestasi lebih baik dalam organisasi

kerja. Komitmen merupakan keadaan seorang individu menjadi lebih terikat,

terlibat aktif di suatu organisasi kerja tertentu.

Manusia atau karyawan memiliki sistem nilai sendiri, demikian pula

organisasi. Nilai-nilai, peraturan, kebijakan organisasi berbeda-beda dan ini

berpengaruh terhadap anggotanya. Harapan organisasi adalah dukungan anggota

sehingga mau dan mampu bekerja sebaik mungkin untuk tujuan dan kepentingan

organisasi. Salah satu bentuk dukungan adalah komitmen yang tinggi terhadap

organisasi. Karyawan juga punya harapan pada perusahaan antara lain jenis

pekerjaan yang diinginkan, gaji, status lingkungan kerja dan pengembangan diri

(Steers & Porter, 1983). Bila harapan, keyakinan dan nilai-nilai individu karyawan

tersebut terpuaskan maka komitmen terhadap organisasi akan meningkat,

sebaliknya jika tidak terpenuhi maka komitmen terhadap organisasi rendah dan

mereka akan meninggalkan organisasi.

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

komitmen terhadap organisasi adalah ikatan psikologis seorang karyawan

terhadap organisasi tempat ia bekerja sehingga menimbulkan keinginan untuk

bekerja lebih keras dan tetap bekerja disana karena ada kesamaan tujuan.

b. Macam-macam Komitmen Terhadap Organisasi.

Bentuk-bentuk komitmen oleh Meyer & Allen 1990 (dalam Saraswaty

(41)

organisasi sehingga karyawan yang berkomitmen tinggi mengidentifikasikan diri,

terlibat dan menikmati keanggotaannya dalam organisasi tersebut atau dengan

kata lain seorang karyawan tetap tinggal dalam suatu organisasi karena ia ingin

tinggal, (2) Komitmen yang bersifat Continuance, merujuk pada kecenderungan

untuk terlibat dalam jalur-jalur aktivitas yang konsisten yang didasarkan pada

kesadaran individual terhadap kerugian yang diakibatkan keluarnya karyawan

dari organisasi. Merupakan ikatan psikologis kepada organisasi yang dikaitkan

dengan nilai investasi seorang karyawan di dalam suatu organisasi dan

pengaruhnya terhadap kesempatan untuk keluar atau seseorang tetap tinggal

dalam suatu organisasi karena ia memerlukan hal itu, dan (3) Komitmen yang

bersifat Normative, didasarkan pada keyakinan moral atau obligasi yang

mengatakan bahwa hal tersebut merupakan hal yang besar dan bersifat moral

untuk tetap tinggal di dalam organisasi dengan kata lain seseorang tetap tinggal

dalam suatu organisasi karena ia merasa harus tinggal. Oleh Steers & Porter

(1983), bentuk komitmen terhadap organisasi tersebut dilihat dari dua pendekatan

yaitu komitmen sebagai suatu perilaku (behavioral commitment) dan komitmen

sebagai suatu sikap (attitudinal commitment).

Komitmen sebagai suatu perilaku meninjau komitmen organisasi sebagai

suatu proses para karyawan dalam mengambil keputusan-keputusan yang

membuat mereka tidak dapat berpaling dari organisasi tanpa mengalami kerugian

yang berarti. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap organisasi berarti

tergantung pada aktivitasnya di masa lalu, yaitu investasi (seperti senioritas,

(42)

hal-hal masa lalu yang membuat terikat pada perusahaan (ada unsur kebutuhan untuk

tetap tinggal).

Komitmen sebagai suatu sikap meninjau komitmen dari seberapa jauh

karyawan mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan berharap bisa tetap

bekerja di dalamnya. Identifikasi dan harapan tersebut tercermin dari sikap positif

pada organisasi dan diikuti untuk bekerja giat demi perusahaan. Keterikatan afeksi

atau emosi terhadap organisasi dimana individu yang mempunyai komitmen

tinggi akan mengidentifikasikan dirinya, terlibat dan menikmati keanggotaannya.

Dari dua pendekatan tersebut dapat dilihat karakteristik komitmen

terhadap organisasi menurut Steers & Porter (1983) dimana karyawan dengan

komitmen tinggi akan memperlihatkan adanya :

1. Kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan

tujuan organisasi. Termasuk di dalamnya merasakan ada kesamaan antara

nilai-nilai pribadi dengan nilai-nilai perusahaan dan menyetujui sebagian

besar kebijakan perusahaan sehingga merasa bahwa bekerja di perusahaan

tersebut adalah yang terbaik.

2. Keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi.

Termasuk di dalamnya memanfaatkan peluang yang ada di perusahaan,

bersikap peduli akan kemajuan dan masa depan perusahaan serta bersedia

untuk mengutamakan kepentingan perusahaan.

3. Keinginan yang kuat untuk tetap terlibat menjadi anggota organisasi.

Termasuk di dalamnya setia pada perusahaan, merasa bangga menjadi

(43)

perusahaan dan bersedia bekerja atau ditempatkan di bagian apa saja

dalam perusahaan.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Terhadap Organisasi. Porter dan Steers (1983) menekankan pentingnya kongruensi antara nilai

dan tujuan pribadi karyawan dengan nilai dan tujuan organisasi. Oleh karena itu,

semakin organisasi mampu menimbulkan keyakinan dalam diri karyawan, bahwa

apa yang menjadi nilai dan tujuan pribadi karyawan memiliki kesamaan dengan

nilai dan tujuan organisasi, akan semakin tinggi pula komitmen karyawan pada

organisasi tempat ia bekerja.

Siagian (1993) menyatakan bahwa sebagai sumber daya yang

menggerakkan dan mengarahkan organisasi, sumber daya manusia harus selalu

diperhatikan, dijaga, dipertahankan serta dikembangkan oleh organisasi.

Sementara itu Santamaria 1991 (dalam Seniati, 2001) meninjau dari segi

karyawan menyatakan bahwa saat ini karyawan tidak hanya mengharapkan atas

jasa yang diberikannya kepada organisasi tetapi juga mengharapkan kualitas

tertentu dari perlakuan dalam tempat kerjanya, seperti martabat, penghargaan,

kebijakan yang mempengaruhi kerja dan karir mereka, rekan kerja yang

kooperatif seta kompensasi yang adil. Tuntutan karyawan yang semakin tinggi

terhadap organisasi serta apa yang dilakukan oleh organisasi akan menentukan

bagaimana komitmen karyawan terhadap organisasi, yang pada akhirnya

mempengaruhi keputusannya untuk tetap bergabung dan memajukan

(44)

ahli mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap

organisasi. Antara lain penelitian Baron & Greenberg 1995 (dalam Saraswaty,

2001) yang menemukan bahwa komitmen terhadap organisasi yang lebih tinggi

terdapat pada karyawan yang memiliki pekerjaan yang menuntut tanggung jawab

tinggi, sudah diperkaya, memiliki otonomi, variasi dan sebagainya dimana hal

tersebut menunjukkan karakteristik dari pekerjaannya.

Selain itu komitmen juga dipengaruhi oleh penggunaan rencana

pembagian keuntungan. Suatu rencana dimana karyawan akan menerima bonus

sesuai dengan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan (Baron & Greenberg

1995 dalam Saraswaty, 2001). Menurut mereka, organisasi telah membentuk

komitmen terhadap organisasi jangka panjang dengan memberikan perlakuan

yang adil sehingga komitmen terhadap organisasi dapat meningkat.

Di samping itu perlakuan-perlakuan seperti membantu karyawan baru

yaitu menjadi karyawan yang produktif ternyata meningkatkan komitmen

terhadap organisasi karyawan (Baron & Greenberg 1995 dalam Saraswaty,

2001). Oleh Moris dan Koch 1979 (dalam Temaluru, 2001) faktor peran dalam

perusahaan memiliki hubungan dengan komitmen terhadap organisasi. Peran

yang tidak jelas seperti ketidakjelasan evaluasi terhadap unjuk kerja, batas

wewenang dan tanggung jawab individu akan menyebabkan komitmen yang

rendah. Oleh Gibson (1987) juga dikemukakan bahwa imbalan instrinsik dalam

hal ini pemenuhan kebutuhan karyawan dengan menyediakan kesempatan

berprestasi bagi karyawan dan menghargai prestasi yang dicapai, mempunyai

(45)

Penelitian lain Baron & Greenberg 1995 (dalam Saraswaty, 2001)

menemukan perempuan memiliki komitmen terhadap organisasi yang lebih

rendah daripada laki-laki disebabkan oleh pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan

oleh perempuan biasanya berada pada level yang lebih rendah dan tidak terlalu

menyebabkan mereka terlibat sehingga mereka tidak merasa tertarik untuk

melakukan pekerjaan itu. Orang yang lebih tua dan senior serta merasa puas

terhadap pekerjaannya juga memiliki komitmen terhadap organisasi yang lebih

tinggi.

Sebaliknya, Mowday 1982 (dalam Temaluru, 2001) menemukan bahwa

wanita sebagai kelompok cenderung memiliki komitmen terhadap organisasi

yang lebih tinggi daripada pria. Wanita pada umumnya harus mengatasi lebih

banyak rintangan dalam mencapai posisi mereka dalam organisasi sehingga

keanggotaan dalam organisasi menjadi lebih penting bagi mereka. Selain itu

menurut Mowday, Steers dan Porter 1983 (dalam Temaluru, 2001) mengatakan

bahwa tingkat pendidikan karyawan sering berhubungan negatif dengan

komitmen terhadap organisasi, meskipun hasil penelitian itu tidak seluruhnya

konsisten.

Penelitian Mowday, Steers dan Porter yang lain menunjukkan bahwa usia

dan masa kerja berhubungan positif dengan komitmen terhadap organisasi. March

dan Simon 1988 (dalam Temaluru, 2001) mengemukakan bahwa kesempatan

individu untuk mendapatkan pekerjaan lain menjadi lebih terbatas dengan

(46)

Oleh Baron & Greenberg 1990 (dalam Saraswaty, 2001) mengungkapkan

hal ini sebagai adanya kesempatan alternatif bagi karyawan yaitu dengan adanya

kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lain di luar perusahaan, karyawan

tidak akan memiliki komitmen terhadap organisasi yang tinggi sehingga ia akan

mudah meninggalkan perusahaan. Steers & Porter (1983) juga menemukan

bahwa kesetiaan organisasional yang rendah umumnya ditemukan pada diri para

karyawan yang memiliki pengharapan tinggi sehingga sering kecewa dengan

perusahaan pertama mereka. Penelitian lainnya oleh Dunham, Grube dan

Castaneda serta Ina Jusuf 1994 (dalam Seniati, 2001) membuktikan bahwa

pengalaman kerja sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap komitmen

karyawan pada organisasi.

Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasi adalah :

1. Karakteristik pekerjaan.

2. Arti imbalan yang diterima karyawan.

3. Perlakuan organisasi terhadap karyawan.

4. Karakteristik personal.

(47)

d. Manfaat Komitmen Terhadap Organisasi.

Mowday, Steers dan Porter 1983 (dalam Seniati, 2001) menyatakan

bahwa ada beberapa alasan mengapa organisasi harus melakukan berbagai usaha

untuk meningkatkan derajat komitmen terhadap organisasi dalam diri karyawan.

Semakin tinggi komitmen karyawan semakin tinggi pula usaha yang dikeluarkan

karyawan dalam melakukan pekerjaannya.

Demikian pula dikatakan bahwa komitmen karyawan yang semakin tinggi

membuat karyawan semakin lama tetap berada dalam organisasi dan semakin

tinggi pula produktivitasnya kepada organisasi (Angle & Perry 1981 dalam

Seniati 2001). Dengan kata lain jika organisasi memiliki karyawan yang

mempunyai komitmen organisasi yang tinggi maka tingkat keluar masuknya

karyawan akan semakin rendah (Salancik 1977 dalam Seniati, 2001).

Hal serupa juga dikemukakan oleh Robbin, Miner, Steers dan Porter

(dalam Mintara 1996), bahwa manfaat yang paling besar dari komitmen terhadap

organisasi adalah dengan mengurangi tingkat absensi dan turn-over. Hubungan

negatif dan signifikan antara komitmen terhadap perusahaan dengan absensi dan

intensi turn over juga ditemukan oleh Handoyo 1986 (dalam Mintara 1996).

Luthans (1995) menyatakan ada hubungan yang positif antara komitmen terhadap

organisasi dan hasil yang diharapkan seperti prestasi, berkurangnya absensi dan

turn over. Ketiaadaan komitmen akan mengurangi keefektifan organisasi

(Gibson, 1987). Orang yang kurang komitmennya akan kemungkinan keluar dan

(48)

Penelitian lain dari Steers dan Porter (1983) menyatakan adanya hubungan

antara komitmen terhadap organisasi dengan motivasi. Hal ini senada dengan

pernyataan dari Farrel & Rusbult (dalam Mintara, 1996) yang menunjukkan

bahwa komitmen yang tinggi juga akan menumbuhkan motivasi dan keterlibatan

kerja yang tinggi, sedangkan penelitian dan studi dalam psikologi dan perilaku

organisasional oleh Randall 1987 (dalam Meiyanto dan Santhoso, 1999)

menunjukkan bahwa komitmen organisasi berhubungan dengan peningkatan hasil

seperti peningkatan kinerja. Bagi karyawan dengan komitmen organisasi tinggi,

pencapaian tujuan organisasi menjadi hal yang penting. Sebaliknya, karyawan

dengan komitmen organisasi rendah memberikan perhatian yang rendah pada

tujuan organisasi. Mereka cenderung berusaha untuk memenuhi kepentingan

pribadi mereka.

Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya komitmen yang tinggi dari

karyawan, dimana ikatan psikologis karyawan dengan organisasi terbentuk maka

keinginan untuk berpartisipasi penuh demi pencapaian tujuan organisasi, dapat

pula terbentuk. Dan ini akan berdampak positif bagi karyawan maupun

perusahaan.

C. Hubungan Komitmen Terhadap Organisasi dan Performansi Kerja Perawat

Pendapat Steers & Porter (1983) mengenai komitmen terhadap

organisasi yaitu proses dimana tujuan organisasi dan individu menjadi

(49)

bahwa harapan dan nilai mereka dihargai dan dipenuhi oleh perusahaan maka ia

pun dapat menerima harapan dan nilai perusahaan dengan sukarela. Penerimaan

itu ditunjukkan dengan dukungan terhadap perusahaan berupa sikap kerja yang

efisien. Sikap kerja yang efisien dapat terwujud bila karyawan mampu

memahami dan mengikuti standar perusahaan yang berupa peraturan, kebijakan

dan sebagainya (Davis & Newstrom 1992 dalam Hapsari, 2001).

Gibson (1987) mengemukakan adanya hubungan positif antara

komitmen dengan keefektifan organisasi. Sebaliknya berhubungan negatif

dengan pindah kerja. Penelitian lain juga menemukan adanya hubungan positif

antara komitmen terhadap organisasi dengan prestasi kerja (Caldwell, Chatman

& O'Reilly, 1990). Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Meyer dkk (1989), yang menemukan bahwa komitmen mempunyai korelasi

yang positif dan signifikan dengan prestasi kerja, dalam hal ini salah satu bentuk

prestasi kerja adalah performansi kerja yang tinggi.

Performansi kerja pegawai akan terbentuk dengan adanya suatu perilaku

pegawai tersebut ditempat kerja (Szilagy dan Wallace, dalam Cascio 2003).

Penilaian terhadap baik buruknya performansi kerja yang ditunjukkan oleh

seorang pegawai tergantung pada kualitas hasil pekerjaan yang telah dilakukan

dan kebutuhan dasar yang telah terpenuhi. Dimana apabila kualitas ataupun

kuantitas hasil pekerjaan dalam hal ini adalah produktivitas kerja yang telah

dilakukan dan kebutuhan dasarnya telah dipenuhi maka pegawai akan memiliki

(50)

Dari beberapa teori dan pendapat yang dikemukakan diatas maka peneliti

mengambil kesimpulan awal sebagai hipotesis bahwa ada hubungan positif

antara komitmen terhadap organisasi dengan performansi kerja perawat. Dengan

asumsi bahwa bila komitmen terhadap organisasi yang berupa ikatan psikologis

yang dirasakan oleh karyawan terhadap perusahaannya kuat sehingga muncul

rasa loyalitas dan kecintaan terhadap perusahaan untuk bekerja secara efisien

untuk kemajuan perusahaan, maka kinerja atau performansi kerja yang tinggi

yang diharapkan oleh perusahaan atau rumah sakit pun dapat tercapai. Dan

perusahaan maupun karyawan akan merasakan dampak positifnya.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : bahwa

(51)

Kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan rumah sakit

Keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan rumah sakit

Keinginan yang kuat untuk tetap terlibat menjadi anggota rumah sakit

M EN DORON G T ERJ ADI N Y A PERFORM AN SI K ERJ A

PERFORMANSI KERJA YANG TINGGI

PADA PERAWAT Gambar 1

Model Hubungan antara Komitmen Terhadap Organisasi dan Performansi Kerja Pada Perawat

KOMITMEN

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa erat

hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Arikunto, 1996). Namun

karena dalam penelitian ini hipotesis yang dibentuk berarah tunggal maka

penelitian dimaksudkan untuk melihat apakah terjadi hubungan yang positif

antara dua variabel.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas : Komitmen organisasi

2. Variabel tergantung : Performansi kerja

C. Definisi Operasional 1. Komitmen Organisasi

Komitmen terhadap organisasi adalah ikatan psikologis yang dirasakan

seorang karyawan terhadap organisasi tempat ia bekerja, sehingga

menimbulkan keinginan untuk bekerja lebih keras dan tetap bekerja disana

karena ada kesamaan tujuan.

(53)

Tinggi rendahnya tingkat komitmen terhadap organisasi diukur dengan

menggunakan skala komitmen terhadap organisasi yang didasari oleh teori

Mowday, Steers & Porter (dalam Luthans, 1995) mengenai tiga karakteristik

yang dapat mengungkap tinggi rendahnya komitmen terhadap organisasi,

yaitu :

a. Kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai

dan tujuan organisasi memiliki indikator variabel :

- Ada kesamaan antara nilai-nilai pribadi dengan nilai-nilai perusahaan

- Menyetujui sebagian besar kebijakan perusahaan

- Merasa bahwa bekerja di perusahaan tersebut adalah yang terbaik

b. Keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan

organisasi memiliki indikator variabel :

- Memanfaatkan peluang yang ada di perusahaan.

- Peduli akan kemajuan dan masa depan perusahaan.

- Bersedia mendahulukan kepentingan perusahaan.

c. Keinginan yang kuat untuk tetap terlibat menjadi anggota organisasi

memiliki indikator variabel :

- Merasa bangga menjadi anggota perusahaan.

- Merasakan keuntungan selama bergabung dengan perusahaan

- Bersedia bekerja atau ditempatkan di bagian apa saja di dalam

perusahaan

(54)

2. Performansi Kerja

Performansi kerja adalah kunci andalan atau prediktor pengukuran dan

catatan terhadap kerangka kerja ataupun keseluruhan fungsi kerja yang spesifik

dari seorang pekerja/karyawan dalam kurun waktu tertentu. Performansi kerja

disajikan sebagai alat untuk menilai keefektifan dan jumlah produk, baik dalam

bentuk barang atau jasa, yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini

produktivitas kerja karyawan.

Alat ukur yang akan digunakan adalah blangko penilaian dengan

rentang nilai 1 sampai 5. Alat ukur blangko penilaian akan diisi oleh supervisor

(kepala perawat). Tinggi-rendah tingkat performansi kerja/kinerja subjek

ditentukan oleh total nilai yang diperoleh. Semakin tinggi nilai yang diperoleh

maka semakin tinggi tingkat performansi kerja/kinerja dalam diri subjek.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih dengan menggunakan metode purposive

sampling atau sampel bertujuan yaitu pengambilan sampel didasarkan atas

ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang telah diketahui sebelumnya

(Arikunto, 1996).

Adapun subjek yang ditunjuk sebagai sampel dalam penelitian ini adalah

perawat yang bekerja di rumah sakit Panti Rini. Alasan pemilihan rumah sakit

Panti Rini sebagai tempat dilaksanakannya penelitian antara lain anggapan

masyarakat yang memandang rumah sakit Panti Rini sebagai rumah sakit yang

(55)

relatif kecil di daerah Kalasan. Perawat yang digunakan sebagai subjek

penelitian pada penelitian ini adalah perawat yang bekerja pada bagian rawat

inap dan tingkat pendidikan D3 Perawat dan yang sederajat, dengan asumsi

bahwa perawat memiliki dasar pengetahuan yang sama.

E. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk data yang akan diambil dalam penelitian ini maka

teknik pengumpulan data yang dipakai lebih dari satu. Adapun metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam yaitu :

1. Skala Komitmen terhadap Organisasi.

Skala komitmen terhadap organisasi digunakan untuk mengetahui

tinggi rendahnya komitmen karyawan terhadap organisasinya. Skala komitmen

dalam penelitian ini dikembangkan dari Organizational Commitment

Questionnaire oleh Mowday, Steers dan Porter (dalam Luthans, 1995)

kemudian dilakukan penambahan item-item baru dengan mengadakan

perbaikan dan penyesuaian kata serta kalimat.

Mowday, Steers & Porter mengatakan ada 3 karakteristik yang dapat

mengungkap tinggi rendahnya komitmen karyawan terhadap organisasinya,

yaitu : (1) kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai

dan tujuan organisasi, (2) keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi

kepentingan organisasi, dan (3) keinginan yang kuat untuk tetap terlibat

menjadi anggota organisasi. Oleh karena itu skala ini akan mencakup ketiga

(56)

seorang karyawan.

Skala komitmen terhadap organisasi menggunakan model Likert

dengan modifikasi. Modifikasi dilakukan dengan hanya menyediakan empat

alternatif jawaban yang dimaksudkan untuk menghindari bias yang terjadi

apabila peneliti memberikan lima alternatif jawaban dengan adanya pilihan

tengah. Ini didasarkan pada pendapat Hadi (1991) yang mengatakan walaupun

pilihan tengah dapat diartikan netral, kadang-kadang, jarang atau ragu-ragu

namun ditemukan bahwa subjek memiliki kecenderungan untuk memilih

jawaban yang ada di tengah (Central Tendency Effect). Dalam penskalaan ini,

peneliti tidak memberikan nilai tengah atau jawaban ditengah karena (Hadi,

1991) :

1. Kategori "undecided" tersebut mempunyai nilai ganda. Jawaban

tersebut dapat diartikan belum memutuskan atau memberi jawaban

(menurut konsep aslinya, bisa diartikan netral atau setuju tidak, tidak

setujupun tidak) atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban ganda-arti

{multiple-interpretable) ini tentu saja tidak diharapkan dalam sebuah

instrumen.

2. Tersedianya jawaban yang ditengah itu, menimbulkan kecenderungan

untuk menjawab ke tengah {central tendency effect), terutama bagi

mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, kearah

setuju atau kearah tidak setuju.

3. Maksud kategorisasi jawaban SS-S-KS-TS adalah untuk melihat

(57)

setuju. Jika disediakan kategorisasi jawaban tengah akan banyak

menghilangkan data penelitian sehingga mengurangi banyaknya

informasi yang dapat dijaring dari responden.

Skala ini terdiri dari 42 item berdasarkan ketiga aspek komitmen

terhadap organisasi. Setiap aspek yang diteliti dijabarkan menjadi pernyataan

favorabel yaitu pernyataan yang mendukung aspek yang diukur dan pernyataan

unfavorabel yaitu pernyataan yang tidak mendukung aspek yang diukur

(Azwar, 1999) dengan jumlah yang seimbang. Alternatif jawaban yang ada

pada setiap item pernyataan dalam skala ini adalah Sangat Tidak Setuju (STS),

Tidak Setuju (TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS). Nilai bergerak dari 1

(58)

Distribusi atau penyebaran item pada skala tersebut dapat dilihat pada

tabel 1 berikut ini:

Tabel 1.

Blue Print Skala Komitmen Organisasi

Aspek Komitmen Terhadap Organisasi

Nomor Item Favorabel

Nomor Item Unfavorabel

Tot

1. Kepercayaan yang pasti dan penerimaan

yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan

organisasi

1,2,10,22,25,26,27 3,11,31,32,33,37,39 14

2. Kesediaan

untuk berusaha

sekuat tenaga demi

kepentingan organisasi

4,5,6,16,24,30,40 14,15,17,23,28,29,34 14

3. Keinginan yang kuat untuk tetap

terlibat menjadi anggota

organisasi

8,12,18,19,21,36,42 7,9,13,20,35,38,41 14

(59)

2. Blanko Penilaian Performansi Kerja Perawat

Metode ini digunakan sebagai sarana untuk menilai performansi kerja

subjek yaitu perawat pada saat bekerja. Blangko penilaian disusun dan

dikembangkan berdasarkan daftar penilaian kerja dan modul kerja standar

asuhan keperawatan (Depkes RI, 1997) perawat rumah sakit Panti Rini.

Blanko performansi kerja ini terdiri dari 30 aitem kemampuan.

Aspek-aspek yang terdapat dalam blanko tersebut adalah kemampuan yang memiliki

indikator antara lain :

a. Penguasaan tugas

Mampu dan cakap untuk menguasai segala segi pekerjaan yang

ditentukan seuai dengan job description yang telah ditentukan.

b. Kualitas kerja

Mencapai hasil kerja yang ditentukan dalam melaksanakan tugas

tapekerjaannya.

c. Kecepatan kerja

Menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Tidak menunda

pekerjaan yang bisa segera diselesaikan, sehingga tidak banyak waktu

terbuang.

Penskoran dalam blanko ini menggunakan sistem rating. Jenjang yang

digunakan berkisar antara 1 sampai 5 dengan alternatif jawaban, yaitu buruk

sekali, buruk, cukup, baik, dan baik sekali. Dengan asumsi penilaian, semakin

tinggi nilai yang diperoleh subjek maka semakin tinggi performansi kerjanya

Gambar

Gambar 1 Model Hubungan antara Komitmen Terhadap Organisasi dan Performansi
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merujuk pada definisi politik sendiri yaitu tentang seni untuk mencapai tujuan, maka dalam tahap ini siswa SMA akan mempelajari sesuatu yang praktis, seperti bernegosiasi, debat

7.1 Pasien dapat menyebutkan cara bicara yang baik dalam mencegah perilaku kekerasan dengan meminta dengan baik, menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik. 7.2

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sahyang berasal dari setoran- setoran kelebihan atas pembayaran kepada pihak ketiga oleh Daerah pada tahun anggaran yang lalu berdasarkan

AI ini mempunyai beberapa Rules yang berfungsi untuk membuat rule atau peraturan aksi, Fact yang berfungsi untuk mengecek jika suatu kejadian yang dinginkan terpenuhi maka

Sehubungan dengan pelaksanaan e-Lelang pemilihan langsung pekerjaan konstruksi yang dikelola Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Simalungun TA. Pokja Pekerjaan

Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kadar garam maka warna merah dari ubi jalar ungu semakin kurang stabil, yang ditunjukkan dengan. semakin

Oleh karena itu peranan pemerintah sangat diperlukan untuk pertumbuhan industri telematika di Indonesia khususnya bagi para pengembang piranti lunak lokal sehingga

Pengolahan Minuman Es Teh Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa semua pedagang tidak menggunakan APD (celemek, tutup kepala, sarung tangan dan penutup mulut) pada saat