BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepi sensori seseorang, tetapi tidak terdapat stimulus dari luar (Varcarolis, 2006, dalam Yosep, 2011). Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) (Kusumawati & Hartono, 2011).
Halusinasi menurut Maramis (2009) adalah penerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seseorang pasien yang terjadi dalam sadar dan tidak sadar atau bangun, dasarnya bisa organik, fungsional, psikotik, ataupun histerik. Selain itu ada yang mengungkapkan bahwa halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan persepsi sensori: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu (Direja, 2011).
B. Etiologi
Halusinasi yang terjadi pada seseorang dapat disebabkan dari berbagai faktor, menurut Yosep (2011) diantaranya adalah:
1. Faktor Predisposisi a. Faktor Perkembangan
Faktor perkembangan yang menyebabkan halusinasi pada pasien, misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga yang menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak kecil, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stres.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungan sejak bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
c. Faktor Biokimia
Faktor biokimia ini mempunyai pengaruh terhadap gangguan jiwa. Adanya stres yang berlebihan yang dialami seseorang, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinorgenik neurokimia seperti buffofenon dan dimetrytranferase. Akibat stres berkepanjangan mengakibatkan
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab, mudah terjerumus pada ketidakmampuan dalam mengambil keputusan yang tepat. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia, hasil studi menunjukan bahwa keluarga mempunyai hubungan yang sangat berperan dalam penyakit ini 2. Faktor Presipitasi menurut Stuart (2006) antara lain:
a. Biologis
Stresor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif meliputi: gangguan dalam berkomunikasi dan putaran umpan balik otak, yang mengatur proses informasi, serta abnormalitas pada sistem saraf yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.
b. Lingkungan yang dapat menentukan terjadinya gangguan perilaku c. Pemicu gejala
d. Penilaian stresor
Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan gejala. Model diatesis stres menjelaskan bahwa gejala skizofrenia muncul berdasarkan hubungan antara beratnya stres yang dialami individu.
e. Sumber koping
Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku. Sumber koping ini bisa berasal dari orang tua yang secara aktif mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang ketrampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengalaman. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
f.Mekanisme koping
C. Tanda dan Gejala
Jenis dan tanda halusinasi menurut Direja (2011) adalah: 1. Halusinasi pendengaran
Data subjektif: Bicara atau ketawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mengarahkan telinga kearah tertentu, menutup telinga.
Data objektif: Mendengar suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2. Halusinasi penglihatan
Data objektif: Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
Data subjektif: Melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster.
3. Halusinasi penghidu
Data objektif: Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu, menutup hidung.
Data subjektif: Membau-bauan seperti bau darah, urin, atau feses. 4. Halusinasi pengecapan
Data subjektif: Sering meludah atau muntah.
Data objektif: Merasakan rasa seperti darah atau feses. 5. Halusinasi perabaan
Data objektif: Menyatakan ada serangga dipermukaan kulit, merasa tersengat listrik.
D. Jenis halusinasi
Jenis halusinasi menurut Stuart (2006) antara lain: 1. Halusinasi dengar
Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang berbicara mengenai pasien, untuk menyelesaikan percakapan antar dua orang atau lebih tentang pasien yang berhalusinasi. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didengar yaitu pasien dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang hal yang berbahaya.
2. Halusinasi penglihatan/visual
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometris, gambar kartun, dan gambar atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan (seperti melihat monster).
3. Halusinasi penghidu/olfaktorius
Bau busuk, amis, dan bau yang menjijihkan seperti darah, urine, atau feses. Kadang-kadang terhidu bau harum.
4. Halusinasi perabaan/gustatorus
5. Peraba/taktil
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang terlihat. Merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. 6. Senestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri. 7. Kinestetik
Sensasi gerakan ketikan berdiri tanpa gerakan.
E. Tahap halusinasi
Tahap halusinasi berkembang melalui empat tahap menurut Kusumawati dan Hartono (2011) yaitu:
1. Tahap I: Menyenangkan
suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Tahap II
Secara umum halusinasi menjijikkan dan termasuk ansietas berat. Pada tahap ini disebut tahap comdemming. Karakteristik: pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain. Pasien mulai merasakan ada bisikan yang tidak jelas, pasien tidak ingin orang tahu dan ia tetap dapat mengontrolnya. Tahap ini termasuk nonpsikotik. Pasien menunjukan perilaku dengan meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Pasien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
3. Tahap III
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
4. Tahap IV
F. Psikophatologi
Kemampua personal dukungan sosial aset materi keyakinan positif Mekanisme koping
Konstruktif Desduktrif
Rentang respon koping
Respon adaptif Respon maladaptif
G. Rentang respon neurologis
Respon adaptif Respon maladaptif
1. Pikiran logis
2. Persepsi tepat 3. Emosi
kosisten 4. Interaksi
sosial harmonis
1. Proses pikir terganggu
2. Illusi
3. Perilaku yang tidak biasa 4. Menarik diri
1. Gangguan proses pikir 2. Halusinasi 3. Kerusakan proses pikir 4. Isolasi sosial
delusi
H. Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan akibat
Gangguan sensori persepsi: halusinasi core problem Isolasi sosial penyebab
Ganggua konsep diri: harga diri
Gambar 2. 2 Pohon masalah (Keliat, dkk, 2005)
I. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul 1. Gangguan Sensori: Persepsi Halusinasi 2. Risiko Perilaku Kekerasan
3. Isolasi Sosial
4. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
J. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa pertama: Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi Penglihatan TUK 1: pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
kriteria evaluasi:
1.1 Pasien menjawab salam 1.2 Pasien mau berjabat tangan
1.5 Pasien mau mengetahui nama perawat Intervensi:
1.1.1 Beri salam terapeutik
1.2.1 Sebut nama pasien sambil berjabat tangan 1.3.1 Tanyakan nama panjang dan nama pangggil 1.4.1 Jelaskan tujuan pertemuan
1.5.1 Jelaskan kontrak topik yang akan dibicarakan 1.6.1 Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati TUK 2: Pasien mampu mengenal halusinasi Kriteria evaluasi:
2.1Pasien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi, pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
Intervensi :
2.1.1 Bantu pasien mengenal halusinasi yaitu isi, waktu, frekuensi, situasi, pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
2.2.1 Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan keluhan TUK 3: Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
Kriteria evaluasi:
Intervensi:
3.1.1 Tanyakan cara yang biasa digunakan pasien saat terjadi halusinasi
3.2.1 Ajarkan pasien mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik
3.3.1 Jelaskan cara menghardik halusinasi 3.4.1 Contohkan cara menghardik
3.5.1 Anjurkan pasien untuk mengulang kembali 3.6.1 Masukkan dalam jadual kegiatan harian 3.7.1 Beri pujian atas keberhasilan
TUK 4: Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara yang kedua: bercakap-cakap dengan orang lain
Kriteria evaluasi:
4.1 Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi yang telah dilakukan
4.2 Pasien mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
4.3 Pasien dapat melakukan cara mengontrol halusinasi dengan berbincang-bincang dengan orang lain.
Intervensi:
4.1.1 Beri kesempatan kepada pasien untuk mengulangi cara yang telah diajarkan
4.3.1 Ajarkan pasien tentang cara mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain
4.4.1 Anjurkan pasien untuk mengulang kembali 4.5.1 Beri pujian atas keberhasilan
4.6.1 Masukan latihan kedalam jadual aktifitas Terjadual
TUK 5: Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga: melaksanakan aktivitas terjadual
Kriteria evaluasi:
5.1 Pasien dapat menyebutkan cara yang telah dilakukan sebelumnya 5.2 Pasien dapat melaksanakan aktivitas terjadual
Intervensi:
5.1.1 Minta pasien mengulang cara yang telah dilakukan 5.2.1 Beri pujian atas keberhasilan
5.3.1 Ajarkan pasien cara mengpntrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas
5.4.1 Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
5.5.1 Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien 5.6.1 Ajarkan pasien melakukan aktivitas
5.7.1 Susun jadual aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih
TUK 6: Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara keempat: menggunakan obat secara teratur
Kriteria evaluasi:
6.1. Pasien dapat menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan 6.2. Pasien dapat menyebutkan manfaat dari program pengobatan Intervensi:
6.1.1 Tanyakan program pengobatan yang diberikan kepada pasien 6.2.1 Jelaskan pentingnya pengobatan obat pada gangguan jiwa 6.3.1 Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program 6.4.1 Jelaskan akibat bila putus obat
6.5.1 Jelaskan cara menggunakan obat dengan benar 6.6.1 Masukkan dalam jadual kegiatan harian pasien 6.7.1 Beri pujian atas keberhasilan
2. Diagnosa keperawatan 2: Risiko Perilaku Kekerasan TUM: Pasien tidak melakukan perilaku kekerasan TUK 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria evaluasi:
1.1 Pasien mau menjawab salam 1.2 Pasien mau berjabat tangan 1.3 Pasien mau menyebut nama 1.4 Pasien mau tersenyum 1.5 Pasien mau kontak mata
Intervensi:
1.1.1Beri salam terapeutik
1.2.1Sebut nama perawat sambil berjabat tangan
1.3.1Tanyakan nama pasien dan nama panggilan kesukaan pasien 1.4.1Jelaskan tujuan interaksi
1.5.1Jelaskan kontrak yang akan dibuat 1.6.1Beri rasa aman dan sikap empati 1.7.1Lakukan kontak singkat tapi sering
TUK 2: Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan Kriteria evaluasi:
2.1Pasien mengungkapkan perasaanya
2.2Pasien mampu mengungkapkan penyebab perasaan kesal Intervensi:
2.1.1Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya 2.2.1Bantu pasien untuk menceritakan penyabab rasa kesal dan
jengkelnya
TUK 3: Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi:
3.1Pasien dapat mengungkapkan perasaan kesal/jengkel
Intervensi:
3.1.1 Anjurkan pasien mengungkapkan apa yang dialami dan yang dirasakan saat marah
3.2.1 Observasi tanda-tanda dan gejala perilaku kekerasan pada pasien 3.3.1 Simpulkan bersama pasien tanda-tanda dan gejala kesal/jengkel TUK 4 : Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan Kriteria evaluasi:
4.1 Pasien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.2 Pasien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.3 Pasien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian dari cara yang dilakukan
Intervensi:
4.1.1 Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pasien
4.2.1 Bantu pasien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.3.1 Diskusikan keuntungan dan kerugian dari cara yang biasa dilakukan pasien
Kriteria evaluasi:
5.1 Pasien dapat menjelaskan cara yang digunakan pasien Intervensi:
5.1.1 Diskusikan akibat dari cara yang dilakukan
5.1.2 Simpulkan bersama pasien akibat dari cara yang dilakukan 5.1.3 Tanyakan pada pasien untuk latihan cara baru yang efektif TUK 6: Pasien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan Kriteria evaluasi:
6.1Pasien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara fisik dengan tarik nafas dalam, atau pukul bantal/kasur 6.2Pasien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan
6.3Pasien mempunyai jadual untuk latihan cara fisik yang telah dipelajari
6.4Pasien mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan cara fisik sesuai jadual yang disusun
Intervensi:
6.1.1 Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan pasien 6.2.1 Beri pujian terhadap kegiatan fisik yang biasa dilakukan
6.3.1 Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan pasien yaitu tarik nafas dalam dan pukul bantal
6.2.2 Beri contoh tentang cara tarik nafas dalam
6.2.3 Minta pasien untuk mengulangi cara yang telah dilatih 6.2.4 Beri pujian atas kemampuan pasien
6.2.5 Tanyakan perasaan pasien setelah latihan tarik nafas dalam 6.2.6 Anjurkan pasien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari
saat kesal/jengkel
6.3.1 Diskusikan dengan pasien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan
6.3.2 Susun jadual kegiatan untuk latihan kegiatan yang telah dipelajari
6.4.1 Pasien mengevaluasi pelaksanaan latihan secara fisik tarik nafas dalam
6.4.2 Berikan pujian atas keberhasilan pasien
TUK 7: Pasien dapat mendemonstrasikan cara sosial/verbal untuk mengendalikan perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi:
7.1Pasien dapat menyebutkan cara bicara yang baik dalam mencegah perilaku kekerasan dengan meminta dengan baik, menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
7.2Pasien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik 7.3Pasien mempunyai jadual untuk melatih cara bicara yang baik 7.4Pasien melakukan evaluasi kemampuan cara bicara yang
Intervensi:
7.1.1 Diskusikan cara bicara yang baik dengan pasien
7.1.2 Beri contoh cara bicara yang baik dengan meminta dengan baik, menolak dengan baik, mengungkapkan perasaanya dengan baik 7.2.1 Minta pasien mengikuti contoh bicara yang baik
7.2.2 Minta pasien untuk mengulangi cara bicara yang baik
7.3.1 Diskusikan dengan pasien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih di ruangan
7.3.2 Susun jadual untuk melatih cara yang telah dipelajari
7.4.1 Pasien mngevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan mengisi jadual kegiatan
7.4.2 Berikan pujian atas keberhasilan pasien
7.4.3 Tanyakan perasaan pasien setelah latihan cara bicara yang baik TUK 8: Pasien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk
mencegah perilaku kekerasan Kriteria evaluasi:
8.1.Pasien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan 8.2.Pasien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih Intervensi:
8.1.1 Diskusikan dengan pasien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan pasien
8.2.2 Bantu pasien memilih kegiatan ibadah yang bisa dilakukan 8.2.3 Minta pasien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih 8.2.4 Beri pujian atas keberhasilan
8.3.1 Diskusikan dengan pasien tentang waktu pelaksanaan kegiatan ibadah
8.3.2 Susun jadual untuk melatih kegiatan ibadah
8.4.1 Pasien mampu mengevaluasikan kegiatan ibadah yang dilakukan
8.4.2 Berikan pujian atas keberhasilan pasien
8.4.3 Tanyakan perasaan pasien setelah latihan kegiatan ibadah
TUK 9: Pasien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi:
9.1Pasien dapat menyebutkan jenis obat, dosis, waktu minum obat serta manfaat obat
9.2Pasien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadual yang ditentukan
9.3Pasien mengevaluasikan kepatuhan minum obat Intervensi:
9.1.1 Diskusikan dengan pasien tentang jenis obat yang diminum
9.1.2 Diskusikan dengan pasien tentang manfaat minum obat secara teratur
9.2.2 Susun jadual minum obat bersama pasien
9.3.1 Pasien mengevaluasikan minum obat dengan mengisi jadual kegiatan harian
9.3.2 Beri pujian atas keberhasilan
9.3.3 Tanyakan perasaan pasien setelah latihan kepatuhan minum obat 3. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial
TUM: pasien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
TUK: Pasien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria hasil:
1.1Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi:
1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
1.2.1 Beri salam
1.3.1 Perkenalkan diri dengan sopan
1.4.1 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien 1.5.1 Jelaskan tujuan pertemuan
1.6.1 Tunjukan sikap empati
2.2 Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri sendiri, orang lain atau lingkungan
Intervensi:
2.1.1 Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan tandanya
2.2.1 Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan pasien tidak mau bergaul
2.3.1 Berikan pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaanya
TUK 3: Pasien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.
Kriteria evaluasi:
3.1Pasien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3.2Pasien dapat menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain
Intervensi:
3.1.1 Kaji pengetahuan pasien tentang keuntungan memiliki teman 3.1.2 Beri kesempatan kepada pasien untuk berinteraksi dengan orang
lain
3.1.4 Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3.2.1 Kaji pengetahuan pasien tentang kerugian bila tidak berinteraksi
dengan orang lain
3.2.2 Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
3.2.3 Diskusikan dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
3.2.4 Beri pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
TUK 4: Pasien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap Kriteria evaluasi:
4.1 Pasien dapat mendemonstrasikan interaksi sosial secara bertahap antara: Pasien-perawat, Pasien-perawat-perawat, Pasien-keluarga/masyarakat
Intervensi:
4.1.1 Kaji kemampuan pasien membina hubungan saling percaya dengan orang lain
4.1.2 Bermain peran tetang cara berhubungan/berinteraksi dengan orang lain
4.1.4 Beri pujian terhadap keberhasilan yang telah tercapai
4.1.5 Bantu pasien untuk mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial
4.1.6 Diskusikan jadual harian yang dapat dilakukan besama pasien dalam mengisi waktu yaitu berinteraksi dengan orang lain
4.1.7 Motivasi pasien untuk mengikuti kegiatan ruangan 4.1.8 Beri pujian atas kegiatan pasien dalam kegiatan ruangan
TUK 5: Pasien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lain
Kriteria evaluasi:
5.2Pasien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lain
Intervensi:
5.1.1 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain
5.1.2 Diskusikan dengan pasien tentang perasaan setelah mengetahui keuntungan beinteraksi dengan orang lain
5.1.3 Beri pujian atas kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan beriteraksi dengan orang lain 4. Diagnosa keperawatan 3 : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
Intervensi :
1.1 Beri salam terapeutik
1.2 Perkenalkan diri dengan sopan
1.3 Tanyakan nama lengkap dan panggilan kesukaan 1.4 Jelaskan tujuan pertemuan
1.5 Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya TUK 2 : Pasien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki Kriteria evaluasi:
1.1Mengidentifikasikan kemampuan aspek positif yang dimiliki 1.2Memiliki kemampuan yang masih dapat digunakan
1.3Memilih kegiatan sesuai kemampuan 1.4Melakukan kegiatan yang sudah dipilih 1.5Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih Intervensi:
1.1.1Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
1.2.1Berikan kesempatan pasien untuk menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1.3.1Berikan pujian yang realistis kepada pasien
1.2.2 Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguat terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien
1.2.3 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar aktif
1.3.1 Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
1.4.1 Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan sendiri
1.4.2 Berikan contoh aktivitas yang bisa dilakukan pasien sendiri 1.4.3 Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari
pasien
1.5.1 Bantu pasien untuk menilai kemampuan yang sudah dipilih 1.5.2 Peragakan bentuk kegiatan yang akan dilatih bersama pasien 1.5.3 Berikan pujian atas keberhasilan pasien
1.5.4 Masukan dalam jadual kegiatan pasien