• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (Mursal Esten, 1978:9). Menurut Roman Ingarden (Aminuddin, 1990: 112) beranggapan bahwa karya sastra merupakan wujud penggambaran gagasan punutur sastra.

Karya sastra adalah pekerjaan yang menghasilkan kesenian dan dapat menciptakan suatu keindahan, baik dengan bahasa lisan maupun tulisan, yang juga dapat menimbulkan rasa keharuan yang menyentuh perasaan kerohanian seseorang. Menurut Supardi (1979:1) bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Sastra juga mencerminkan kenyataan dalam masyarakat dan merupakan sarana untuk memahaminya.

Karya sastra dapat dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Prosa kemudian terbagi lagi ke dalam jenis novel, cerita pendek dan roman. Menurut Nurgiyantoro dalam Friska Sihite (2008:3) novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain, yang kesemuanya

(2)

tentu saja bersifat imajinatif. Sedangkan menurut Jacob Sumardjo dalam Friska Sihite (2008:3) novel adalah genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna, novel juga mengandung unsur pemikat dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. Novel merupakan salah satu karya sastra yang dapat dijadikan suatu media untuk mengabadikan sesuatu yang menarik atau luar biasa atau untuk merekam zaman dan juga digunakan untuk menggambarkan situasi yang terjadi saat itu.

Salah satu hasil karya sastra yang berupa novel adalah novel yang berjudul Samurai ’Kastel Awan Burung Gereja’ yang ditulis oleh Takashi Matsuoka. Novel berjudul Samurai ’Kastel Awan Burung Gereja’ merupakan salah satu karya sastra yang menarik, kental akan sejarah dan kehidupan masyarakat di zamannya, dapat merekam zaman dengan menggambarkan situasi yang terjadi saat itu. Dengan membaca dan menganalisis novel ini maka dapat memahami Jepang dan masyarakatnya.

Novel yang berjudul Samurai “Kastel Awan Burung Gereja” ini tediri dari 820 halaman dalam bahasa Indonesia. Novel ini merupakan novel pertama yang ditulis oleh Takashi Matsuoka. Takashi Matsuoka besar di Hawai. Sejak kecil Takashi sudah bercita-cita menjadi seorang penulis, mengikuti jejak sang ayah, reporter surat kabar di Hawai. Takashi sempat bekerja di kuil Buddha Zen yang melatarbelakangi ia fasih menggambarkan kehidupan spiritual di kuil Zen dalam bukunya. Novel pertamanya ini Samurai “Kastel awan Burung Gereja” (qanita, 2005) banyak mendapat pujian.

Novel ini berlatar belakang waktu Keshogunan Tokugawa berada pada akhir hayatnya, yaitu sekitar tahun 1861-1867. Berkisah mengenai Genji, seorang

(3)

bangsawan Agung Akaoka yang termasuk klan Okomuchi, klan yang kalah dalam pertempuran Sekigahara pada tahun 1600. Walaupun klannya termasuk klan yang kecil dan tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menyerang keshogunan Tokugawa, tetapi reputasi mengenai kemampuan meramal dari tiap generasi pimpinan klan ini membuat klan ini disegani.

Genji mampu melihat masa depan, dan mengetahui kematiannya. Kutukan ini pula yang membuat dia tidak takut bertempur karena ia tahu persis bagaimana dia akan mati. Paman Genji, Shigeru, seorang samurai terkuat yang setara dengan Musashi kala itu, mengalami begitu banyak penglihatan ke masa depan. Shigeru bisa melihat kondisi Jepang yang menurut pemahamannya dipenuhi oleh ribuan manusia yang berkumpul seperti semut serta munculnya ular-ular bertubuh listrik yang bergerak di sepanjang wilayah Jepang. Kondisi yang ia gambarkan dalam penglihatannya persis seperti keadaan Jepang modern di masa sekarang.

Novel ini sangat menarik, penuh intrik dan kejutan karena memiliki alur cerita yang melampaui masa lalu dan masa depan yang menciptakan seni tersendiri. Terdiri dari berbagai sudut pandang karakter, membuat pembaca memahami pemikiran karakternya dari sudut pandang mereka. Takashi Matsuoka membawa pembaca kembali ke era keshogunan Tokugawa tahun 1862 dimana tradisi samurai hendak dihapuskan dan diganti dengan senjata modern dan segala atribut barat serta permulaan masuknya misionaris ke wilayah Jepang yang kala itu dianggap sebagai bangsa bar-bar. Selama pemerintahan dipegang oleh keshogunan Tokugawa yang paling menonjol dalam politiknya adalah feodalisme yang membagi masyarakat dalam empat kelas, yaitu sistem Shinokosho dan politik sakkoku (politik isolasi).

(4)

Menurut Genji bangsanya tidak dapat terus hidup dalam tempurung jika hendak berdiri sejajar dengan bangsa asing di dunia, sehingga ia sebagai seorang daimyo mengadopsi pemikiran barat dan berusaha memasukkan pemikiran tersebut ke semua golongan. Dalam novel ini yang memiliki latar belakang keshogunan Tokugawa, membagi masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial dapat terlihat bagaimana tingkatan-tingkatan golongan dalam masyarakat dan hubungan interaksi yang ada pada masyarakat Jepang di masa itu, hak serta kewajiban dalam setiap golongan yang mana bagi bangsa lain hak serta kewajiban tersebut sangat tidak manusiawi. Hubungan interaksi sosial antara golongan kelas atas seperti hubungan antar para daimyo dengan daimyo yang saling bersaing dalam memperebutkan kekuasaan, hubungan antara golongan kelas atas dengan golongan kelas bawah maupun golongan kelas bawah dengan golongan kelas bawah.

Dengan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti novel yang mengangkat kehidupan sosial masyarakat yang memiliki kehidupan dalam bentuk golongan atas bawah yang ada di Jepang pada masa keshogunan Tokugawa dan bagaimana hubungan interaksi sosial antar golongan masyarakat tersebut. Masyarakat golongan kelas atas adalah seperti daimyo dan golongan masyarakat kelas bawah seperti kalangan samurai, pedagang, petani, tukang, geisha dan bahkan golongan yang dianggap sebagai golongan yang sangat rendah sekalipun yaitu kaum Eta meliputi penjagal, penyamak, dan pengurus makam yang terdapat dalam novel Samurai ’Kastel Awan Burung Gereja’, maka penulis akan membahasnya melalui skripsi yang berjudul : ”Analisis Sosiologis Terhadap Novel Samurai ’Kastel Awan Burung Gereja’ Karya Takashi Matsuoka”.

(5)

1.2. Perumusan Masalah

Sosiologi sastra memandang karya sastra sebagai hasil interaksi pengarang dengan masyarakat. Studi sosiologi didasarkan atas pengertian bahwa setiap fakta kultural lahir dan berkembang dalam kondisi sosiohistoris tertentu. Sistem produksi karya seni, karya sastra khususnya, dihasilkan melalui antarhubungan bermakna, dalam hal ini subjek kreator dengan masyarakat (Nyoman, 2003:1). Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Sastrawan biasanya mengungkapkan kehidupan manusia dan masyarakat melalui emosi, secara subjektif, dan evaluatif. Sastra juga memanfaatkan pikiran, intelektualitas, tetapi tetap didominasi oleh emosionalitas. Begitu juga dengan berupa karya sastra berupa novel Samurai ’Kastel Awan Burung Gereja’ karya Takashi Matsuoka.

Di dalam novel ini banyak menunjukkan sosiologi masyarakat Jepang terutama pada akhir keshogunan Tokugawa yang berkisar tahun 1861-1867, yaitu mengenai interaksi atau hubungan antara orang perorang atau kelompok manusia dalam suatu masyarakat. Jika dihubungkan dengan kenyataan yang pernah terjadi, ada banyak perbedaan hubungan interaksi antar masyarakat tersebut. Maka masalah-masalah tersebut akan diuraikan dalam pertanyaan sebagai berikut :

a. Bagaimana kondisi umum masyarakat Jepang pada akhir keshogunan Tokugawa?

b. Bagaimana hubungan interaksi sosial antara masyarakat golongan atas dengan golongan atas seperti daimyo dengan daimyo, masyarakat golongan atas dengan masyarakat golongan bawah seperti daimyo dengan rakyat (samurai, petani, pedagang, dan kaum eta), dan masyarakat

(6)

golongan bawah dengan masyarakat golongan bawah yaitu rakyat dengan rakyat yang terdapat dalam novel Samurai “Kastel Awan Burung Gereja” tahun 1861-1867?

1.3.Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan, pada hal yang berkaitan dengan masyarakat pada akhir keshogunan Tokugawa yang meliputi daimyo, samurai, masyarakat jelata, dan hubungan sosial antar masyarakat.

Analisis difokuskan kepada bentuk–bentuk interaksi sosial yaitu bentuk- bentuk yang tampak apabila orang perorangan ataupun kelompok manusia mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok sruktur sosial, yaitu hubungan interaksi para pelaku dalam masyarakat pada keshogunan Tokugawa, seperti hubungan interaksi sosial antara daimyo dengan daimyo, hubungan interaksi sosial daimyo dengan rakyat seperti samurai, petani, pedagang, geisha, kaum eta dan hubungan interaksi sosial rakyat dengan rakyat. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas, sehingga penulis dapat lebih terarah dan terfokus. Selain itu sebelum bab pembahasan (bab III) penulis manjelaskan tentang tinjauan umum terhadap novel Samurai ‘Kastel Awan Burung Gereja’, kondisi masyarakat Jepang pada akhir keshogunan Tokugawa, riwayat hidup pengarang dan sosiologi sastra.

(7)

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. 4.1. Tinjauan Pustaka

Menurut Soekanto dalam Nur Illyani (2008:6), bahwa objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut antar manusia, dan proses yang timbal balik dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Menurut Macluer dan Page dalam Soekanto (2003:24) bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata krama, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan manusia.

Lebih lanjut, menurut Selo Sumardjan dalam Soekanto (2003:24) bahwa masyarakat adalah orang–orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Dari berbagai definisi yang berlainan di atas, pada dasarnya isinya sama, yaitu masyarakat mencakup beberapa unsur, yaitu:

a. Manusia yang hidup bersama.

b. Bercampur dalam waktu yang cukup lama.

c. Mereka sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan. d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Di dalam novel Samurai ‘Kastel Awan Burung Gereja’ dapat dilihat bagaimana kehidupan masyarakat yang dipegang oleh kekuasaan Tokugawa, yang didapatnya melalui sebuah peperangan. Sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa kehidupan masyarakat pun ikut mengalami perubahan diantaranya ialah adanya pembagian golongan masyarakat berdasarkan kelas-kelas, perbedaan hak dan kewajiban dan sebagainya.

(8)

1.4.2. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Penelitian menurut Prof.Dr.Wiryono Nitisastro defenisi research itu bararti attention : “penyelidikan atau investigasi secara ilmiah dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang keadaan (1981:8). Maka dari itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok–pokok pikiran yang nenggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001:39-40).

Teori merupakan pengetahun ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara–cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris.

Penelitian yang dilakukan terhadap novel Samurai ‘Kastel Awan Burung Gereja’ ini merupakan penelitian sosiologis, yang merupakan proses pengungkapan kebenaran, yang didasarkan pada penggunaan konsep-konsep dasar yang dikenal dalam sosiologi sebagai ilmu. Konsep-konsep dasar tersebut merupakan sarana ilmiah yang dipergunakan untuk mengungkapkan kebenaran yang dipergunakan untuk mengungkapkan kebenaran yang ada dalam masyarakat (Soekanto, 2003:411).

Di dalam penelitian ini dibahas mengenai analisis sosiologis terhadap novel “Kastel Awan Burung Gereja”, oleh karena itu teori yang digunakan adalah sosiologi. Menurut Nyoman (2004:60) dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan antara karya sastra dengan masyarakat.

(9)

Pada prinsipnya, menurut Laurensen dan Swingewood dalam Suwardi (2008:79) terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: (1) penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang didalamnya merupakan refleksi pada masa karya sastra tersebut diciptakan, (2) penelitian yang mengungkapkan sastra sebagai situasi social penulisnya, dan (3) penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya. Hal ini menegaskan bahwa sering kali tampil terikat. dengan momen khusus dalam sejarah masyarakat.

Novel Samurai “Kastel Awan Burung Gereja” berlatar belakang akhir keshogunan Tokugawa yang telah terjadi pada masa lalu, sehingga dalam hal menganalisis novel ini juga menggunakan pendekatan historis. Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.

Pendekatan historis pada umumnya lebih relevan dalam kerangka sejarah sastra tradisional, sejarah sastra dengan implikasi para pengarang karya sastra, dan periode-periode tertentu dengan objek karya-karya individual. Hakikat karya sastra adalah imajinasi tetapi imajinasi yang memiliki konteks sosial dan sejarah. Dengan hakikat imajinasi karya sastra adalah wakil zamannya (Nyoman, 2004: 66). Melalui pendekatan diatas, novel Samurai ‘Kastel Awan Burung Gereja’ dapat dilihat kehidupan sosial masyarakat Jepang pada saat itu.

(10)

Dengan pandangan kerangka teori di atas, maka di dalam penelitian ini akan ditunjukkan mengenai interaksi antar golongan dalam masyarakat pada akhir keshogunan Tokugawa yang dapat dilihat pada novel Samurai “Kastel Awan Burung Gereja” karya Takashi Matsuoka.

1.5. Tinjauan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kondisi umum masyarakat Jepang pada akhir keshogunan Tokugawa.

b. Untuk mengetahui hubungan interaksi sosial masyarakat golongan atas dengan masyarakat golongan atas seperti antara daimyo dengan daimyo, masyarakat golongan atas dengan masyarakat golongan bawah seperti daimyo dengan rakyat (samurai, petani, pedagang, geisha, kaum eta) dan hubungan interaksi sosial rakyat dengan rakyat pada masyarakat Jepang yang terdapat dalam novel Samurai ’Kastel Awan Burung Gereja’ tahun 1861-1867.

(11)

1.5.2. Manfaat Penelitian

a. Dapat menambah pengetahuan tentang sejarah Jepang pada akhir keshogunan Tokugawa melalui novel Samurai ‘Kastel Awan Burung Gereja’.

b. Dapat menambah pengetahuan mengenai sosiologi atau kehidupan masyarakat Jepang dan interaksi masyarakat Jepang pada akhir keshogunan Tokugawa melalui novel Samurai ‘Kastel Awan Burung Gereja’.

1.6. Metode Penelitian

Sesuai dengan tema dan permasalahan yang akan dianalisis dalam novel Samurai ‘Kastel Awan Burung Gereja’, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam cakupan kualitatif dan pendakatan historisme. Menurut Koentjaraningrat (1976:30) bahwa penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Menurut Whitney (1960) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, dan pandangan-pandangan dalam masyarakat.

Metode deskriptif juga merupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta–fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun,

(12)

mengklasifikasikan, mengkaji, dan menginterpretasikan data. Adapun penelitian sejarah (Historical Research) yaitu penelititan yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mensintesis, memverifikasi bukti-bukti untuk menegakkan faka-fakta, dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka (library research), yaitu dengan menelusuri sumber–sumber kepustakaan dengan buku–buku dan referensi yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Data diperoleh dari berbagai jurnal, artikel, buku, dan berbagai situs internet.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa dalam satu golongan dari atas ke bawah logam alkali tanah semakin mudah larut dalam senyawa

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2016 tentang tentang Pembentukan Organisasi, Wilayah Kerja, Tugas dan Fungsi Perwakilan Kantor Pertanahan

10 Dalam kehidupan Kraton, nilai-nilai feodal- isme masih dijaga dan dijalankan. Salah satu praktik feodalisme yang ada adalah stratifikasi sosial masyarakat, yang

Dari Gambar 1, dapat diketahui bahwa dengan adanya kitosan dapat meningkatkan kemapuan adsorpsi silika dari 11% menjadi 64%, dan terus meningkat menjadi 96%,

Pengaturan departemen-departemen dalam sebuah pabrik dimana fasilitas- fasilitas produksi akan diletakkan dalam masing-masing departemen sesuai dengan pengelompokannya

Membantu Penasihat Undang-Undang, Pengurus Kanan dan Pengurus dalam memberi khidmat nasihat di dalam semua aspek perundangan dengan pengkhususan kepada urusan korporat

Pada penelitian ini tidak ditemukan penurunan kadar hemoglobin pada penderita filariasis dan belum bisa diketahui pasti bahwa mikrofilaria yang berada di dalam

Menurut Broughton (dalam Tarigan, 1987:11-12) tingkat kemampuan membaca pemahaman terdiri atas dua jenis, yaitu kemampuan yang bersifat mekanik dan kemampuan membaca yang