• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan suplementasi Mineral Zn Dalam Ransum Terhadap Karkas Broiler Umur 45 hari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan suplementasi Mineral Zn Dalam Ransum Terhadap Karkas Broiler Umur 45 hari"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI

(Phanerochaete chrysosporium) DAN SUPLEMENTASI MINERAL Zn DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS BROILER

UMUR 45 HARI

SKRIPSI

OLEH:

ASTINA MAYA SARI HASIBUAN 050306017

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI

(Phanerochaete chrysosporium) DAN SUPLEMENTASI MINERAL Zn DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS BROILER

UMUR 45 HARI

SKRIPSI

OLEH:

ASTINA MAYA SARI HASIBUAN 050306017

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan suplementasi Mineral Zn Dalam Ransum Terhadap Karkas Broiler Umur 45 hari.

Nama : Astina Maya Sari Hasibuan

Nim : 050306017

Program Studi : Ilmu Produksi Ternak Departemen : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Anggota

Mengetahui

(4)

ABSTRAK

Astina Maya Sari Hasibuan, 2010 “ Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn Dalam Ransum Terhadap Karkas Broiler Umur 45 Hari “ dibawah bimbingan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc selaku ketua dan Bapak Prof. Dr. Ir Zulfikar Siregar, MP selaku anggota.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Prtanian Universitas Sumatera Utara, jl. Prof. A. Sofyan no 3 Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat pembaerian bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn dalam ransum terhadap karkas ayam pedaging sampai umur 45 hari.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktoial 3 x 4 dengan 3 ulangan. Adapun faktor yang diuji adalah Faktor A yaitu bungkil inti sawit fermentasi yang terdiri dari A0 (ransum tanpa BIS fermentasi), A1 (ransum

dengan BIS fermentasi 10%), A2 (ransum dengan BIS fermentasi 20%), dan

faktor B yaitu mineral Zn alam ransum yang terdiri dari B0 (ransum tanpa mineral

Zn), B1 (ransum dengan 60 ppm mineral Zn), B2 (ransum dengan 120 ppm

mineral Zn), B3 (ransum dengan 180 ppm mineral Zn).

Rataan bobot potong tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 1281.86 g/ekor pada perlakuan A0B0 dan terendah terdapat pada perlakuan A1B1 yaitu

sebesar 1198.67 g/ekor. Rataan lemak abdominal tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 8.06 g/ekor pada perlakuan A0B2 dan terendah terdapat pada perlakuan

A2B1 yaitu sebessar 5.70 g/ekor. Rataan bobot karkas tertinggi terdapat pada

perlakuan A0B0 yaitu sebesar 1099.82 g/ekor dan terendah terdapat pada

perlakuan A1B2 yaitu sebesar 948.37 g/ekor. Rataan persentase karkas tertinggi

terdapat pada perlakuan A0B0 yaitu sebesar 74.60 % dan terendah terdapat pada

perlakuan A2B3 yaitu sebesar 72.30%.

(5)

ABSTRACT

Astina Maya Sari Hasibuan, 2010 “ The Usage of Palm Kernel Cake (PKC) Fermentation (Phanerochaete chrysosporium) and Zinc Mineral Supplementation In Feed to Carcass Broiler 45 days of ages “ under advices of Mrs Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc as chief commission and Mr Prof. Dr. Ir Zulfikar Siregar. MP as member commission.

This research conducted in Biological Veterinary Laboratory of Animal Husbandry Departement, Faculty of Agriculture North Sumatra University, at jl. Prof A. Sofyan no 3 Medan. An experiment to determine the effect of Palm Kernel Cake fermentation and zinc mineral supplementation in some levels in carcass broiler 45 days of ages.

This research was using factorial complete randomized design (CRD). The A factors for testing was palm kenel cake fermentation with administration level A0 (feed without PKC fermentation), A1 (feed with PKC fermentation 10%), A2 (feed with PKC fermentation 20%), and the B factor for testing was zinc mineral supplementation with administration level B0 (feed without zinc mineral), B1 (feed with 60 ppm zinc mineral), B2 (feed with 120 ppm zinc mineral), B3 (feed with 180 ppm zinc mineral). .

The highest average slaughter weight was 1281.86 g/chicken in A0B0 and the lowest was found in A1B1 for 1198.67 g/chicken. The highest average abdominal fat was 8.06 g/chicken in A0B2 and the lowest was found in A2B1 for 5.70 g/chicken. The highest average carcass weight was 1099.82 g/chicken in A0B0 and the lowest was found in A1B2 for 948.37 g/chicken. The highest average carcass percentage was 74.60% in A0B0 and the lowest was found in A2B3 for 72.30%.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Astina Maya Sari Hasibuan, dilahirkan di Aek Kanopan, Kecamatan

Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara, tanggal 02 Oktober 1987 merupakan anak keenam dari enam bersaudara, anak dari Bapak

H. Aswan Hasibuan dan Ibu T. Sariana sy.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis sampai saat ini adalah masuk SD Negeri 112281 Aek Kanopan lulus pada tahun 1999, masuk SLTP Negeri 1 Aek Kanopan lulus pada tahun 2002, masuk SMU Negeri 1 Aek Kanopan lulus pada tahun 2005. Tahun 2005 memasuki Perguruan Tinggi pada Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas ridha dan karunia-NYA lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn dalam Ransum Terhadap Karkas Broiler Umur 45 Hari”. yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Bungkil Inti Sawit Fermentasi dan Mineral Zn terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas, dan lemak abdominal broiler umur 45 hari.

Pada kesempatan ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Trihesti Wahyuni, MSc sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Prof. Dr, Ir. Zulfikar Siregar, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir, sehingga dapat terlaksana dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas saran yang diberikan dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2010

(8)

DAFTAR ISI

Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler ... 10

Bobot Hidup dan Bobot Potong ... 12

Karkas Ayam Broiler ... 12

Persentase Karkas ... 14

Lemak Bdominal ... 14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian

Bobot Karkas Ayam Broiler ... 19

Persentase Karkas Ayam Broiler ... 19

(9)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang dan Peralatan ... 19

Penyusunan Ransum ... 20

Pengacakan day old chick ... 20

Pemeliharaan Ayam ... 20

Pengambilan Data ... 21

Analisis Data ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Potong ... 23

Lemak Abdominal ... 25

Bobot Karkas ... 28

Persentase Karkas ... 30

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA

(10)

Daftar Tabel

Tabel Halaman

1. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit ... 5

2. Kebutuhan suplementasi mineral Zn pada unggas (mg/ekor/hari) ... 8

3. Karakteristik ayam broiler Abror Acress CP 707 ... 9

4. Kebutuhan zat makanan ayam broiler periode starter sampai finisher ... 11

5. Kebutuhan asam amino untuk broiler (%) ... 11

6. Rataan bobot potong broiler umur 45 hari (g/ekor) ... 23

7. Dwi kasta bobot potong broiler umur 45 hari ... 23

8. Analisa keragaman bobot potong broiler umur 45 hari ... 24

9. Rataan lemak abdominal broiler umur 45 hari (g/ekor) ... 25

10. Dwi kasta lemak abdominal broiler umur 45 hari ... 26

11. Analisa keragaman lemak abdominal broiler umur 45 hari ... 26

12. Rataan bobot karkas broiler umur 45 hari (g/ekor)... 28

13. Dwi kasta bobot karkas broiler umur 45 hari ... 29

14. Analisa keragaman bobot karkas broiler umur 45 hari ... 29

15. Rataan persentase karkas broiler umur 45 hari (%) ... 30

16. Dwi kasta persentase karkas broiler umur 45 hari ... 31

17. Analisa keragaman persentase karkas broiler umur 45 hari ... 31

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema Pengolahan Bungkil Inti Sawit Fermentasi

(Phanerochaete chrysosporium)... 35

2. Kandungan Nutrisi dan Energi Metabolisme Bahan Pakan Penelitian ... 36

3. Susunan Ransum Broiler Fase Starter ... 37

4. Susunan Ransum Broiler Fase Finisher ... 37

5. Rataan bobot potong broiler umur 45 hari ... 38

6. Dwi kasta bobot potong broiler umur 45 hari ... 38

7. Rataan lemak abdominal broiler umur 45 hari ... 39.

8. Dwi kasta lemak abdominal broiler umur 45 hari ... 39

9. Rataan bobot karkas broiler umur 45 hari ... 40

10. Dwi kasta bobot karkas broiler umur 45 hari ... 40

11. Rataan persentase karkas broiler umur 45 hari ... 41

(12)

ABSTRAK

Astina Maya Sari Hasibuan, 2010 “ Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn Dalam Ransum Terhadap Karkas Broiler Umur 45 Hari “ dibawah bimbingan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc selaku ketua dan Bapak Prof. Dr. Ir Zulfikar Siregar, MP selaku anggota.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Prtanian Universitas Sumatera Utara, jl. Prof. A. Sofyan no 3 Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat pembaerian bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn dalam ransum terhadap karkas ayam pedaging sampai umur 45 hari.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktoial 3 x 4 dengan 3 ulangan. Adapun faktor yang diuji adalah Faktor A yaitu bungkil inti sawit fermentasi yang terdiri dari A0 (ransum tanpa BIS fermentasi), A1 (ransum

dengan BIS fermentasi 10%), A2 (ransum dengan BIS fermentasi 20%), dan

faktor B yaitu mineral Zn alam ransum yang terdiri dari B0 (ransum tanpa mineral

Zn), B1 (ransum dengan 60 ppm mineral Zn), B2 (ransum dengan 120 ppm

mineral Zn), B3 (ransum dengan 180 ppm mineral Zn).

Rataan bobot potong tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 1281.86 g/ekor pada perlakuan A0B0 dan terendah terdapat pada perlakuan A1B1 yaitu

sebesar 1198.67 g/ekor. Rataan lemak abdominal tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 8.06 g/ekor pada perlakuan A0B2 dan terendah terdapat pada perlakuan

A2B1 yaitu sebessar 5.70 g/ekor. Rataan bobot karkas tertinggi terdapat pada

perlakuan A0B0 yaitu sebesar 1099.82 g/ekor dan terendah terdapat pada

perlakuan A1B2 yaitu sebesar 948.37 g/ekor. Rataan persentase karkas tertinggi

terdapat pada perlakuan A0B0 yaitu sebesar 74.60 % dan terendah terdapat pada

perlakuan A2B3 yaitu sebesar 72.30%.

(13)

ABSTRACT

Astina Maya Sari Hasibuan, 2010 “ The Usage of Palm Kernel Cake (PKC) Fermentation (Phanerochaete chrysosporium) and Zinc Mineral Supplementation In Feed to Carcass Broiler 45 days of ages “ under advices of Mrs Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc as chief commission and Mr Prof. Dr. Ir Zulfikar Siregar. MP as member commission.

This research conducted in Biological Veterinary Laboratory of Animal Husbandry Departement, Faculty of Agriculture North Sumatra University, at jl. Prof A. Sofyan no 3 Medan. An experiment to determine the effect of Palm Kernel Cake fermentation and zinc mineral supplementation in some levels in carcass broiler 45 days of ages.

This research was using factorial complete randomized design (CRD). The A factors for testing was palm kenel cake fermentation with administration level A0 (feed without PKC fermentation), A1 (feed with PKC fermentation 10%), A2 (feed with PKC fermentation 20%), and the B factor for testing was zinc mineral supplementation with administration level B0 (feed without zinc mineral), B1 (feed with 60 ppm zinc mineral), B2 (feed with 120 ppm zinc mineral), B3 (feed with 180 ppm zinc mineral). .

The highest average slaughter weight was 1281.86 g/chicken in A0B0 and the lowest was found in A1B1 for 1198.67 g/chicken. The highest average abdominal fat was 8.06 g/chicken in A0B2 and the lowest was found in A2B1 for 5.70 g/chicken. The highest average carcass weight was 1099.82 g/chicken in A0B0 and the lowest was found in A1B2 for 948.37 g/chicken. The highest average carcass percentage was 74.60% in A0B0 and the lowest was found in A2B3 for 72.30%.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan merupakan sektor penyumbang terbesar dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya kebutuhan protein hewani. Kebutuhan protein hewani semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya zat gizi.

Usaha ternak unggas merupakan salah satu alternatif yang dipilih dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani. Broiler merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi untuk pemenuhan akan protein. Masa pertumbuhannya yang cepat yaitu umur 5 – 6 minggu telah mencapai bobot hidup sebesar 1,3 – 1,6 kg yang berarti masa panennya juga cepat (Rasyaf, 2000). Dengan masa panen yang cepat maka akan menjamin ketersediaan daging, khususnya kebutuhan masyarakat akan protein hewani.

(15)

Peternakan ayam selama ini hanya membeli ransum jadi dari pabrik yang tergolong cukup mahal. Hal ini mengakibatkan ketergantungan peternakan terhadap ransum pabrik semakin besar, ditambah kestabilan ekonomi yang masih tidak menentu menyebabkan harga ransum pabrik labil serta sulit dijamin kontinuitasnya. Hal ini mengakibatkan peternakan sulit untuk mengembangkan usahanya. Sementara itu informasi mengenai ketersediaan bahan pakan lokal dan teknologi pemanfaatannya masih minim diketahui oleh peternak, sehingga makin mempersulit pengembangan sektor peternakan di Indonesia.

Bungkil inti sawit potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan unggas dengan kandungan protein kasar sebesar 16.5 %. Kendala yang dihadapi jika pemanfaatannya secara langsung yaitu nilai biologisnya rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan daya guna protein adalah dengan cara pendekatan biotekhnologi melalui fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium, sehingga BIS fermentasi mempunyai nilai tambah yang prospektif sebagai bahan pakan yang bernilai gizi tinggi, mengubah bahan makanan yang sulit dicerna menjadi mudah dicerna dan menghasilkan aroma yang khas (Winarno dan Fardiaz, 1980).

Kegunaan bungkil inti sawit fermentasi sebagai pakan ternak memberikan keuntungan ganda yaitu menambah keragaman dan persediaan pakan. Bungkil inti sawit mudah didapat, tersedia dalam jumlah yang besar, berkesinambungan dan sebagai pakan ayam dengan harganya yang murah (Aritonang, 1986).

Batas penggunaan BIS dalam ransum unggas berkisar antara 5% sampai

15%. Dalam ransum ayam petelur, penggunaan BIS dapat mencapai 10-15%,

karena sistem pencernaannya lebih tahan dibandingkan dengan broiler.

(16)

patogen Salmonella kedougou dan S. enteritidis. Rasio penggunaannya dalam

pakan hanya 2,5% karena oligosakarida dalam BIS mengandung manosa yang

dapat digunakan sebagai kontrol Salmonella spp. Penggunaan BIS dalam ransum

unggas lebih sedikit dibandingkan pada ternak ruminansia, karena adanya

kontaminasi batok dan kadar serat kasar, termasuk hemiselulosa (manan dan

galaktomanan) (Sinurat dkk, 1996).

Selain bahan makanan pokok, ternak terutama unggas juga membutuhkan bahan makanan tambahan atau feed supplement yang digunakan untuk membantu proses-proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Salah satu bahan makanan tambahan yang sering ditambahkan kedalam ransum adalah mineral.

Pengelompokan mineral-mineral yang dianggap essensial bagi ternak dibagi menjadi tiga, yaitu mineral makro yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak, mineral mikro yang dibagi menjadi dua yaitu essensial dan non essensial (Widodo, 2002). Unsur-unsur mineral yang sering defisien dalam ransum unggas adalah Kalsium, Fosfor, Natrium, Khlor, Mangan dan Zinkum (Anggorodi, 1985).

(17)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dan mineral Zn terhadap bobot hidup, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal broiler umur 45 hari.

Hipotesis Penelitian

Penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dan mineral Zn berpengaruh tidak nyata terhadap bobot hidup, bobot karkas, persentase karkas dan menurunkan lemak abdominal broiler umur 45 hari.

Kegunaan Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Bungkil Inti Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis, jacg) dalam susunan taksonomi tergolong kedalam phylum : Angiospermae, sub phylum : Monocotyledonae, divido : Corolliferae, Ordo : Palmales, Familia : Cocoineae, Genus : Elaeis dan spesies : Guineensis (Tillman et al. 1991 : Surbakti, 1992).

Bungkil inti sawit adalah limbah ikutan proses ekstraksi inti sawit. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya baik, tetapi karena serat kasar tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok untuk ternak monogastrik dan lebih sering diberikan kepada ruminansia (Devendra, 1997).

Menurut Siregar (1995) bahwa bungkil inti sawit yang difermentasi dapat diberikan sebesar 15% dalam pakan broiler.

Tabel 1. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit

Zat Nutrisi Kandungan Nutrisi

Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil lainnya. Namun demikian, masih banyak dijadikan sebagai sumber protein, kandungan asam amino esensialnya cukup lengkap. Keseimbangan kalsium dan fosfornya cukup baik (Lubis, 1993).

(19)

hanya permasalahannya bahan pakan lokal tersebut mengandung serat kasar yang tinggi karena terdapat sebagian pecahan cangkang (kulit yang keras) (Sinurat dkk, 1996).

Fermentasi

Fermentasi sering didefenisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat sedangkan asam amino dapat difermentasikan oleh beberapa jenis bakteri tertentu (Fariaz, 1992). Sedangkan menurut Saono (1974) fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dimana enzim dari mikroorganisme (jasad renik) melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada substrat organic dengan menghasilkan produk tertentu.

Fermentasi makanan adalah kondisi perlakuan dan penyimpanan produk dalam lingkungan dimana beberapa tipe organisme dapat berkembangbiak. Proses fermentasi mikroorganisme memperoleh sejumlah energi untuk pertumbuhannya dengan jalan merombak bahan yang memberikan zat-zat hara atau mineral bagi mikroorganisme seperti hidrat arang, protein, vitamin, dan lain-lain (Adams and Moss, 1995). Proses fermentasi makanan dapat dilakukan melalui kultur media padat atau semi padat dan media cair, sedangkan kultur terendam dilakukan dengan menggunakan media cair dalam bioreaktor atau fermentor.

(20)

metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarno, 1983 : Satiamihardja, 1989).

Phanerochaete chrysosporium

Phanerochaete chrysosporium memiliki klasifikasi : division: Mycota, sub division : Eumycota, class: Bacidiomycetes, family: Hymenomycetaceae, genus : Phanerochaete, spesies: Phanerochaete chrysosporium (Herlina, 1998).

Phanerochaete chrysosporium adalah jamur pelapuk putih yang dikenal kemampuannya mendegradasi lignin (Eaton, et al, 1980 ; Wain Wright, 1992 ; Cookson, 1995). Menurut Valli et al (1992) Phanerochaete chrysosporium adalah kapang pendegradasi lignin dari kelas basidiomycetes yang membentuk sekumpulan miselia dan berkembangbiak secara aseksual melalui spora atau seksual dengan perlakuan tertentu (Dhawale dan kathrina, 1993). Phanerochaete chrysosporium dapat mendegradasi lignin dan senyawa turunannya secara efektif dengan cara menghasilkan enzim peroksidase ekstraselular yang berupa lignin peroksidase (liP) dan mangan peroksidase (MnP).

Suplementasi Mineral Zn

Tillman dkk (1986) mengemukakan fungsi mineral secara umum adalah : sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan kuat, mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai aktivator sistem enzim tertentu,sebagai komponen dari suatu enzim.

(21)

komponen pembentuk enzim karbonik anhidrase (metaloenzim). Enzim ini berperan dalam mengkatalisa perombakan asam karbonat menjadi CO2 dan H2O.

Untuk pertumbuhan ayam dibutuhkan mineral Zn minimal 40 ppm (Scott et al 1976) ; 20 ppm (Ewing, 1963) dan maksimum 1000 ppm

(Church et al 1988).

Tabel 2. Kebutuhan suplementasi mineral Zn pada unggas

No Unggas Kebutuhan (mg/ekor/hari)

Mineral-mineral essensial ditemukan dalam sebagian besar makanan, terutama biji-bijian, buah, sayuran, produk susu, daging dan ikan. Tetapi ini biasanya hanya sedikit jumlahnya terdapat dalam makanan. Karena itu, perlu makanan cukup dari berbagai makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Mineral zinkum dibutuhkan untuk pembentukan tulang normal, pertumbuhan bulu. Zn juga memainkan peranan penting dalam metabolisme (Widodo, 2002).

(22)

jumlah maksimal Zn yang dibutuhkan ternak karena hasil-hasil penelitian yang bervariasi, akan tetapi defisiensi Zn akan dapat mempengaruhi metabolisme zat makanan dalam tubuh ternak.

Broiler

Broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak (Rasyaf, 1993).

Tabel 3. Karakteristik broiler AA CP 707

Dihasilkan PT. Charon Phokphand

Broiler adalah istilah untuk menyebutkan ayam pedaging hasil rekayasa genetik dengan ciri pertumbuhan sangat cepat, karkas tinggi dan konversi ransum baik, umur potong sangat singkat sebagai penghasil daging berkualitas baik (Murtidjo, 1990).

Lestari (1992) menyatakan bahwa broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri kerangka tubuh besar, pertambahan bobot badan yang pesat, pertumbuhan bulu yang cepat dan hemat ransum.

Kebutuhan Nutrisi Broiler

(23)

Seimbang dan tepat berarti zat makanan tidak berlebihan dan tidak kurang. Ransum yang diberikan haruslah mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Adapun tujuan utama pemberian ransum kepada ayam adalah untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan dan penggemukan.

Ayam yang mengkonsumsi pakan dengan energi tinggi akan memperlihatkan lemak karkas dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan karkas yang mengandung energi rendah. Ayam cenderung meningkatkan konsumsi kalau diberi pakan rendah energi. Dalam kondisi demikian, ayam akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan energinya, karena sebelum terpenuhi, ayam akan berhenti mengkonsumsi karena sudah kenyang (Widodo, 2002).

Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa tujuan pemberin ransum pada ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi. Untuk produksi yang maksimum, pemberin ransum dilakukan dalam jumlah cukup, baik kualitas maupun kuantitas.

Suharno dan Nazaruddin (1994) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis kelamin, dan gizi yang ada dalam ransum.

Tabel 4. Kebutuhan zat makanan ayam broiler periode starter sampai finisher Umur protein (%) ME (kkal/kg) lemak (%) SK (%) Fase awal 22 - 23 2900 - 3200 5 - 8 3 – 5 Fase akhir 19 - 21 2900 - 3200 5 - 8 3 - 5 sumber : Wahyu (1998)

(24)

(bungkil kacang kedele), bungkil kelapa, minyak sawit, dedak padi, tepung ikan, dan lain sebagainya (Rasyaf, 1994).

Tabel 5. Kebutuhan asam amino untuk broiler.

Asam Amino Masa Awal (%) Masa Akhir

Methionin + Sistin 0,93-0,72 0,60

Methionin 0,50-0,38 0,32

Bobot hidup adalah bobot yang penimbangannya kapan saja bisa dilakukan terhadap ternak dengan satuan tertentu. Sedangkan bobot potong adalah bobot hidup yang ditimbang dengan penggunaan satuan tertentu. Bobot potong dan bobot hidup erat kaitannya dengan pertambahan bobot badan. (Murtidjo, 1987).

Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara menimbang bobot ayam setelah dipuasakan selama 12 jam. Bobot potong perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas dari ransum yang dikonsumsi, sehingga didapatkan pertumbuhan yang baik (Blakely and Bade, 1998).

Karkas Broiler

(25)

batas lutut, isi rongga perut sampai darah dan bulu. Rata-rata berat karkas antara 65%-75% dari berat hidup broiler waktu dipotong (Murtidjo, 1987).

Untuk mendapatkan bobot karkas yang tinggi, dapat dilakukan dengan memberikan ransum dengan imbangan yang baik antara protein, vitamin, mineral dan dengan pemberian ransum yang berenergi tinggi (Scott et al, 1982).

Pada umumnya karkas yang dijual dipasaran terbagi atas karkas utuh dan karkas yang siap saji. Karkas utuh adalah ayam yang hanya disembelih dan semua bulunya sudah dibersihkan. Karkas utuh biasanya dijual sebagai unggas segar yang baru dipotong. Karkas siap saji adalah ayam yang sudah disembelih, dibului, dikeluarkan jeroan, dibuang kepala dan kaki serta gizzard, hati, jantung dan leher biasanya dibungkus dengan kertas khusus dan disatukan dengan karkas ayam.

Karkas mungkin perlu dipotong lagi untuk langsung digoreng (Bundy and Diggins, 1960).

Karkas yang baik berbentuk padat, tidak kurus, tidak terdapat kerusakan kulit maupun daging sedangkan untuk karkas yang kurang baik mempunyai daging yang kurang padat pada bagian dada sehingga kelihatan panjang dan kurus. Pada dasarnya, mutu dan bobot karkas dipengaruhi oleh galur ayam, jenis kelamin, umur, bobot, kualitas maupun kuantitas makanan (Siregar dkk 1980).

(26)

karkas dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin atau tipe ternak yang menghasilkan karkas, umur atau kedewasaan ternak dan jumlah lemak intra muskular dalam otot. Pada umumnya hasil karkas pada broiler dipengaruhi oleh jenis kelamin, besar dan konfirmasi tubuh, semakin tinggi bobot hidup maka semakin tinggi bobot karkas. (Soeparno, 1994).

Persentase Karkas

Persentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak pedaging, karena sangat erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkas semakin meningkat (Murtidjo, 1987).

Persentase karkas, secara umum yang diperoleh Siregar dkk (1980) 60 % - 70 % dan Murtidjo (1987) 65 % - 75 %. Rumus mencari persentase karkas

pada broiler adalah sebagai berikut : Bobot karkas

Persentase karkas = x 100% Bobot hidup

Persentase karkas dipengaruhi oleh bangsa, umur, jenis kelamin, bobot hidup dan makanan. Persentase karkas umur muda lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang sudah tua, dan persentase karkas ayam jantan lebih besar dibandingkan persentase ayam betina, karena karkas ayam betina lebih banyak menghailkan kulit dan lemak abdomen daripada jantan (Morran and Orr, 1970). Lemak Abdominal

(27)

lemak bawah kulit (subkutan). Lemak rongga tubuh terdiri dari lemak dinding abdomen, lemak rongga dada dan lemak pada alat pencernaan. Penimbunan lemak merupakan hasil ikutan yang cenderung meningkat dengan bertambahnya umur dan berat badan ayam (Rasyaf, 2000).

Lemak yang tinggi akan disimpan dalam tubuh ayam sehingga broiler itu terlihat gemuk dan penimbinan lemak itu akan semakin menjadi-jadi akibat broiler jarang bergerak, justru disinilah masalahnya, konsumen di Indonesia ini tidak suka pada ayam broiler yang terlalu gemuk dan kebanyakan lemak. Penimbunan lemak ini akan semakin menjadi-jadi setelah ayam broiler masuk kemasa akhir, karena setelah puncak PBB (pertambahan bobot badan) diusia 4 minggu, terus turun dan saat inilah pertambahan lemak semakin tinggi. Pertambahan lemak justru membuat konversi ransum buruk, sementara harga jual ayam broiler yang terlalu besar justru rendah dan banyak ditolak oleh pedagang pengumpul (Rasyaf, 1994).

Komot (1989) menyatakan bahwa diantara faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan lemak tubuh, maka faktor ransum adalah yang paling berpengaruh. Ditambahkan lagi oleh Tilman et al (1986) yang menyatakan bahwa kelebihan energi pada ayam akan menghasilkan karkas ayam yang mengandung lemak lebih tinggi, dan rendahnya konsumsi mengakibatkan lemak dan karbohidarat yang disimpan dalam bentuk glikogen rendah.

(28)
(29)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian berlangsung selama 45 hari, dimulai dari bulan Desember 2009 sampai dengan Januari 2010.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan :

Adapun bahan yang digunakan adalah broiler strain Abror Acress CP-707 umur satu hari sebanyak180 ekor unsexing, air minum diberikan secara ad libitum, vaksin (vaksin ND lasota tetes mata dan ND lasota melalui suntikan intra muskuler), kapang phanerochaete chrysosporium, vitamin seperti vitachick, gula merah, desinfektan seperti rodalon, aquadest 20%, kalium permanganat dan formalin sebagai bahan fumigasi, ransum yang tersusun dari tepung jagung kuning, BIS fermentasi, mineral Zn, bungkil kedele, tepung ikan, dedak halus, pre mix, kapur, decalsium fosfat (DCP) dan minyak kelapa sawit.

Alat :

(30)

berupa lampu pijar 40 watt sebanyak 36 buah, thermometer sebagai alat pengukur suhu, alat tulis, buku data dan kalkulator.

Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor, faktor pertama adalah bungkil inti sawit yang difermentasi (A) dan factor kedua adalah suplementasi mineral Zn (B) dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan, dimana tiap ulangan terdiri dari 5 ekor.

A. Faktor pertama adalah bungkil inti sawit yang difermentasi (A), terdiri dari 3 level

Ao= 0% BIS fermentasi dalam ransum A1= 10% BIS fermentasi dalam ransum A2= 20% BIS fermentasi dalam ransum

B. Faktor kedua adalah suplementasi mineral Zn (B), terdiri dari 4 level Bo = 0 ppm mineral Zn/kg ransum

B1 = 60 ppm mineral Zn/kg ransum B2 = 120 ppm mineral Zn/kg ransum B3 = 180 ppm mineral Zn/kg ransum

Maka kombinasi perlakuan yang didapat sebanyak 3 x 4 adalah sebagai berikut: A0B0 A1B0 A2B0

A0B1 A1B1 A2B1

A0B2 A1B2 A2B2

(31)

Banyaknya ulangan disesuaikan dengan rumus : Tc (n-1) ≥ 15

3 x 4 (n - 1) ≥ 15 12 (n – 1) ≥15 12n ≥ 27

n = 2.25

n = 3 (dibulatkan)

Model linear yang digunakan untuk rancangan acak lengkap (RAL) adalah: Yijk = µ + αi + βj + (αβij) + ijk

Dimana : i = 1,2,3,… (perlakuan) j = 1,2,3,… (ulangan) k = 1,2,3,…..(interaksi)

Yijk = Nilai pengamatan yang diamati µ = Nilai tengah

αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor I βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor II

(αβij) = Pengaruh interaksi taraf ke-I dari faktor I dan taraf ke-j dari faktor II

∑ijk = Pengaruh galat dari suatu percobaan taraf ke-I dari faktor I dan taraf ke-j dari faktor II pada ulangan ke-k.

(Hanafiah, 2000)

Parameter Penelitian 1.Bobot Hidup (g)

Bobot hidup adalah bobot ternak yang ditimbang sebelum dipotong. 2.Bobot Karkas Broiler (g)

(32)

sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut, isi rongga perut, darah dan bulu.

3. Persentase Karkas (%)

Diperoleh dari bobot karkas segar dibagi dengan bobot hidup dikalikan dengan 100 %.

4. Lemak Abdominal (g)

Diperoleh dari hasil penimbangan lemak yang terdapat disekitar rongga perut dan sekitar ovarium.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang dipersiapkan seminggu sebelum day old chick masuk dalam kandang, terlebih dahulu kandang didesinfektan dengan rodalon dan difumigasi dengan formalin dan kalium permanganat (KMnO4) untuk membasmi kandang dari jamur dan bakteri. Begitu juga untuk tempat minum dan tempat pakan didesinfektan dengan rodalon. Kemudian satu hari sebelum anak ayam tiba, alat penerang sudah dihidupkan untuk menstabilkan suhu dalam kandang dan suhu tubuh ayam.

Penyusunan Ransum

Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri atas hasil dan limbah pertanian dan peternakan seperti : Tepung jagung, Dedak halus, Bungkil kedele, Tepung ikan, Bungkil inti sawit, Minyak nabati, decalsium fosfat, dan Top mix.

(33)

Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah ketengikan pada ransum, sehingga ransum terjaga mutunya.

Pengacakan day old chick

Sebelum day old chick dimasukkan kedalam kandang sesuai dengan perlakuan, dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot badan awal dari masing-masing day old chick kemudian dilakukan random (pengacakan), yang bertujuan untuk memperkecil nilai keragaman. Lalu day old chick dimasukkan kedalam kandang sebanyak 5 ekor per plot.

Pemeliharaan Ayam

1. DOC diberi air gula begitu sampai ditempat pemeliharaan atau kandang.

2. Kandang diberi alat pemanas dengan daya 40 watt sebagai induk buatan bagi day old chick dan dinyalakan selama 24 jam sampai day old chick berumur satu minggu dan setelah satu minggu pemanas diberikan pada malam hari saja, jika kondisi suhu udara lingkungan bagus.

3. Pakan dan air minum diberikan secara ad-libitum, penggantian air minum dilakukan setiap pagi dan sore hari.

4. Vaksin ND diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada umur 4 hari dan pada umur 4 minggu.

(34)

6. Obat-obatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ayam. Obat yang diberikan seperti Doxyfet, Therapy dan Vitabro setelah dilihat apa penyakit ayam tersebut.

7. Rodalon disemprotkan kekandang 2 hari sekali untuk membunuh kuman penyakit yang ada pada kandang tersebut.

Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan pada ayam broiler umur 45 hari dengan mengambil sampel sebanyak 5 ekor dari masing-masing plot.

Analisis Data

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diperoleh dari bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal broiler yang diperoleh pada hari ke-45 pemeliharaan. Bobot Potong

Rataan bobot potong broiler yang diperoleh pada umur 45 hari dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Rataan bobot potong broiler umur 45 hari (g/ekor) Ulangan

Dari Tabel 6 diperoleh bahwa rataan bobot potong tertinggi terdapat pada perlakuan A0B0 yaitu sebesar 1281.86 g/ekor sedangkan rataan bobot potong

terendah terdapat pada perlakuan A1B3 yaitu sebesar 1233.40 g/ekor dan rataan

bobot potong keseluruhan adalah sebesar 1251.84 g/ekor.

(36)

Tabel 7. Dwi Kasta bobot potong broiler umur 45 hari (g/ekor)

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn terhadap bobot potong, maka dilakukan analisa keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Analisa keragaman bobot potong broiler umur 45 hari

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Keterangan : tn = tidak nyata

KK = 0.38%

Pada Tabel 8 menunjukan bahwa penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn dalam ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot potong hal ini terlihat pada uji keragaman nilai F hitung lebih rendah dari F tabel.

Bobot potong erat kaitannya dengan pertambahan bobot badan, pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh faktor penyusun ransum, hal ini sesuai dengan pendapat Nataamidjaya, et al (1995) yang menyatakan pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh faktor penyusun ransum.

(37)

zinkum dimana zinkum mempunyai peranan penting didalam metabolism tubuh, pertumbuhan tulang dan bulu. Menurut Rasyaf (1994) Zn berperan dalam karboxilpeptidase, alkohol dan dehidrogenase. Terdapat pula dalam jumlah yang tinggi dikulit dan dibeberapa jaringan tubuh lainnya. Juga terakumulasi ditulang-belulang. Kekurangan mineral ini juga dapat menyebabkan pertumbuhan lambat, tulang-belulang lunak dan rapuh, bulu kusam, pernafasan tidak normal dan keratosis pada kulit

Lemak Abdominal

Rataan lemak abdominal broiler yang diperoleh pada umur 45 hari dapat dilihat pada Tabel 9 berikut :

Tabel 9. Rataan lemak abdominal broiler umur 45 hari (g/ekor) Ulangan

Dari Tabel 9 diperoleh bahwa rataan lemak abdominal tertinggi terdapat pada perlakuan A1B0 yaitu sebesar 8.06 g/ekor sedangkan rataan lemak abdominal

terendah terdapat pada perlakuan A2B1 yaitu sebesar 6.03 g/ekor dan rataan lemak

(38)

Rataan bobot potong broiler umur 45 hari dapat dilihat pada Tabel 10 Dwi Kasta berikut :

Tabel 10. Dwi Kasta lemak abdominal broiler umur 45 hari (g/ekor) Zinkum

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn terhadap lemak abdominal, maka dilakukan analisa keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :

Tabel 11. Analisa keragaman lemak abdominal broiler umur 45 hari

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Keterangan : tn = tidak nyata

KK = 1.13%

Pada Tabel 11 menunjukan bahwa penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn dalam ransum tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap lemak abdominal broiler.

(39)

karena kandungan lemak ransum pada setiap perlakuan walaupun menunjukan perbedaan tetapi dampaknya lemak abdominal pada ayam tidak berbeda nyata, hal ini dikarenakan energi dari pakan yang dikonsumsi oleh broiler tidak terlalu berlebihan sehingga tidak terjadi penimbunan lemak. Penimbunan lemak terjadi akibat energi dari konsumsi ransum yang berlebihan, energi yang berlebih inilah yang diubah menjadi lemak. Menurut Haris (1997) perlemakan tubuh diakibatkan dari konsumsi energi pakan yang berlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh yaitu pada bagian intramuscular, subkutan, dan abdominal berupa lemak.

Faktor lainnya kemungkinan disebabkan karena konsumsi pakan pada setiap perlakuan hampir sama pula. Tingkat konsumsi dipengaruhi oleh palatabilitas yang baik, palatabilitas dipengaruhi oleh aroma, rasa dan warna. Menurut Parakkasi (1983) palatabilitas ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor yang bersifat internal maupun faktor yang bersifat eksternal yang dimiliki oleh ternak tersebut seperti kebiasaan, umur dan seleranya, maupun secara eksternal oleh kondisi lingkungan yang dihadapi dan sifat makanan yang diberikan, derajat kesukaan yang berkaitan dengan bau, warna dan tekstur. Ayam tidak terlalu suka mengkonsumsi ransum dikarenakan nilai palatabilitas dari bungkil inti sawit yang kurang baik, mungkin dari segi warna yang berwarna kehitam-hitaman.

(40)

Bobot Karkas

Rataan bobot karkas broiler yang diperoleh pada umur 45 hari dapat dilihat pada Tabel 12 berikut :

Tabel 12. Rataan bobot karkas broiler umur 45 hari (g/ekor) Ulangan

Dari Tabel 12 diperoleh bahwa rataan bobot kakas tertinggi terdapat pada perlakuan A0B0 yaitu sebesar 1079.71 g/ekor sedangkan rataan bobot karkas

terendah terdapat pada perlakuan A1B2 yaitu sebesar 955.67 g/ekor dan rataan

bobot karkas keseluruhan adalah sebesar 1019.18 g/ekor.

(41)

Tabel 13. Dwi Kasta bobot karkas broiler umur 45 hari (g/ekor)

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn terhadap bobot karkas, maka dilakukan analisa keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 14 berikut :

Tabel 14. Analisa keragaman bobot karkas broiler umur 45 hari

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Keterangan : tn = tidak nyata

KK = 0.50%

(42)

tepung ikan, dan mineral Zn. Perbedaan susunan kandungan ransum inilah yang menyebabkan perbedaan bobot karkas.

Peningkatan bobot karkas seiring dengan peningkatan bobot hidup. Menurut Soeparno (1994) semakin tinggi bobot hidup maka semakin tinggi bobot karkas. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian diperoleh bahwa rataan bobot potong tertinggi terdapat pada perlakuan A0B0 yaitu sebesar 1281.86 g/ekor dan

rataan bobot kakas tertinggi juga terdapat pada perlakuan A0B0 yaitu sebesar

1079.71 g/ekor. Persentase Karkas

Persentase karkas diperoleh dari perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikali 100 %.

Rataan persentase karkas broiler yang diperoleh pada umur 45 hari dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :

(43)

Dari Tabel 15 diperoleh bahwa rataan persentase karkas tertinggi terdapat pada perlakuan A0B2 yaitu sebesar 74.67% sedangkan rataan perentase karkas

terendah terdapat pada perlakuan A2B0 yaitu sebesar 73.02% dan rataan

persentase karkas keseluruhan adalah sebesar 73.89%.

Rataan persentase karkas broiler umur 45 hari dapat dilihat pada Tabel 16 Dwi Kasta berikut :

Tabel 16. Dwi Kasta persentase karkas broiler umur 45 hari (%) Zinkum

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn terhadap persentase karkas, maka dilakukan analisa keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 17 berikut :

Tabel 17. Analisa keragaman persentase karkas broiler umur 45 hari

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Keterangan : tn = tidak nyata KK = 0.11%

(44)

sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn dalam ransum tidak memberikan perbedaan pada broiler.

Persentase karkas yang tinggi sangat dipengaruhi oleh bobot hidup, jenis kelamin, umur dan makanan. Apabila bobot hidupnya tinggi maka kemungkinan bobot karkas yang dihasilkan juga tinggi dan persentase karkas juga mengalami

kenaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Morran dan Orr (1969) yang menyatakan bahwa persentase karkas dipengaruhi

oleh bangsa, umur, jenis kelamin, bobot hidup dan makanan. Lebih lanjut Soeparno (1994) menyatakan bahwa persentase karkas ayam dipengaruhi oleh bertambahnya umur, bobot hidup dan akan diikuti dengan peningkatan bobot karkas yang dihasilkan.

(45)
(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dalam ransum tidak berpengaruh terhadap bobot potong, lemak abdominal, bobot karkas, dan persentase karkas.

2. Penambahan mineral essensial Zinkum dalam ransum tidak berpengaruh terhadap bobot potong, lemak abdominal, bobot karkas, dan persentase karkas.

3. Interaksi antara kedua perlakuan di dalam ransum tidak juga memberikan pengaruh terhadap bobot potong, lemak abdominal, bobot karkas, dan persentase karkas.

Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, MR, and Moss, M.O., 1995. Food Microbiology. The Royal Society of Chemistry, New York.

Anggorodi. H.R., 1985. Ilmu Pakan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta.

Aritonang , D., 1986. Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit dalam Ransum Babi Sedang Tumbuh. Thesis Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Blakely and Bade., 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University press, Yogyakarta.

Bundy, C. E. and R. V. Diggins., 1960. Poultry Production 11th Ed. Lea Febringer, Philadelpia

Church, D.C., and E.G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feetling. John Wiley & Son. New York Davendra,C, 1977. Utilization Feeding Stuff from The Oil Palm, Malaysian Agricultural Research and Development Institute, Serdang Malaysia.

Cookson, J.T., 1995. Biomediation Engineering: Design and Aplication Mc. Graw Hill. Inc.

Davendra, C., 1997. Utilation Feeding Stuff From The Oil Palm, Malaysia Society of Animal Production Serdang, Malaysia.

Dhawale, S.S. dan K. Katrina., 1993. Alternatif Methods for Production of Straining of Phanerochaete chrysosporium Bacyodospores. J. Applied and Envronmental Microbiology, May 1993: 1675-1677.

Eaton, D. Chang, H. M dan T.K. Kirk., 1980. Fungal Decoloritation of Kraft Bleach Plants Effluents. TAPPI Journal Vol 63, No.10.

Ewing, W.R. 1963. Poultry. Nutrition. Fifth Edition. The Ray Ewing Co. Pasadena, California.

Fariaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Haris, A., 1997. Pengaruh Imbangan Protein-Energi Dalam Ransum dan Strain yang Berbeda Terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal pada Ayam Pedaging. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian USU, Medan.

Hanafiah, K. A., 2000. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Raja Gravindo Persada, Jakarta.

Herlina, C., 1998. Isolasi, Seleksi dan Uji Hayati Mikroorganisme Pengurai Senyawa Lignin dari Limbah Cair Industy Pulp. Tesis Magister Biologi, Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung.

Kartadisastra. H. R., 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius, Yogyakarta. Komot, H., 1989. Tinjauan Mengenai Perlemakan Beberapa Faktor yang Dapat

Mempengaruhi Penimbunan pada Ayam Broiler. Thesis Fakultas Peternakan UNPAD. Bandung.

(48)

Lestari., 1992. Menentukan Bibit Broiler. Peternakan Indonesia.

Lubis, D.A., 1993. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan II, PT. Pembangunan, Jakarta. Morran, E. T. and H, L. Orr., 1970. Influens of Strain on The Carcass. Poult. Sci. Murtidjo, B.A., 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta. Murtidjo, B.A., 1990. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta. Nataamidjaya A.G., K. Dwiyanto dan M. Astawan., 1995. Pendugaan Kebutuhan

Pokok Nutrisi Unggas Koleksi Plasma Nutfah Sistem Free Chice Feeding. Preceding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ciawi, Bogor.

National Research Council, 1997. Nutrien Reguirment Of Poultry. 8 Ed National Academy Of science.

Parakkasi. A., 1995. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-Press, Jakarta. Parakkasi. A., 1986. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-Press, Jakarta. Rasyaf. M., 1993. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Kanisius,

Yogyakarta.

Rasyaf, M., 1994. Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M., 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Saono, S., 1974. Pemanfaatan Jasad Renik dalam Pengolahan Hasil Sampingan/Sisa-sisa Produksi Pertanian. Berita LIPI

Satiamihardja. B., 1989. Fermentasi Media Padat dan Manfaatnya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta.

Scott, M.L., Malden C.N and R.J. Young., 1976. Nutrition of Chicken. M.L Scott and Associate. Ithaca, New York.

Scott, M.L., Malden C.N and R.J Young., 1982. Nutrition of Chicken. M.L. Scott and Associates. Ithaca, New York.

Siagian, P.H., D.T.H. Sihombing, S. Simamora dan D. Creswell. 1997. Pengaruh Penampilan Mineral Zinc Pada Jagung dan Kombinasi Jagung-Dedak dalam Ransum Anak Babi Lepas Sapih. Proceeding. Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan.

Siregar, Z., 1995. Pengaruh Suplementasi Enzim Selulosa Pada Pakan yang Mengandung Bungkil Inti Sawit Terhadap Penampilan Ayam Broiler Strain Bromo, Tesis Program Pasca Sarjana Unibraw, Malang.

Siregar, A, P, N. Sabarani, dan P. Sumoprawiro,. 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging Indonesia Cetakan Ke-1. Mergie group, Jakarta.

Sinurat. A.P, P. Setiadi, T. Purwadaria, A.R. Setioko dan J. Dharma., 1996. Nilai Gizi Bungkil Inti Sawit Terhadap Penampilan Ayam Pedaging Strain Bromo. Tesis Program Pasca sarjana Unibraw, Malang.

Soeparno., 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suharno, B., dan Nazaruddin., 1994. Ternak Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta. Surbakti, P.,1992. Pembibitan Kelapa Sawit (Elaesis gueneensis, Jacg) di Kebun

(49)

Small Holders) IV. Laporan Praktek Kerja Lapangan. Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Tillman. A.D., Hartadi. H., Reksohadiprodjo. S., Prawirokusuma. S dan Lebdosoekojo.S., 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tillman. A.D., Hartadi. H., Reksohadiprodjo. S., Prawirokusuma. S dan Lebdosoekojo.S., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Valli, K. Barry., J. Brock Dines., Joshi dan H. Mitchel., 1992. Degradation of 2,4 Dinitrotolune by the Lignin-Degrading. Fungus Phanerochaete chrysosporium, Journal. Applied and Environmental Mikrobiology, Januari: 221-228.

Wahyu. J. 1997. IImu Nutrisi Ternak Unggas. UGM-Press, Yogyakarta.

Wahyu. J. 1998. IImu Nutrisi Ternak Unggas. UGM-Press, Yogyakarta.

Wain Wright. M., 1992. An Introduction to Fungal Biotechnology, John Willy and Son. Ltd.

Widodo,W., 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Winarno, F.S., 1983. Enzim Pangan. PT. Gramedia, Jakarta.

(50)

Lampiran 1. Skema pengolahan bungkil inti sawit fermentasi Phanerochaete chrysosporium.

BIS diayak sebanyak 100 gr

Dimasukkan ke dalam plastik

Ditambahkan Aquades sebanyak 20 ml

Ditambahkan HCL 0,1 N sebanyak 2 tetes

Disterilkan pada suhu 120 0C selama 2 menit

Didinginkan sampai suhu 45 0C

Diaduk dengan 10 ml suspensi spora kapang Phanerochaete chrysosporium sampai merata

Diinkubasi pada suhu 28 0C selama 96 jam

Dikeringkan secara bertahap dengan suhu 37 0C selama 48 jam

(51)

Lampiran 2. Kandungan nutrisi dan energi metabolisme bahan pakan

). Bahan dianalisis di Laboratorium Pakan Ternak Fakultas Peternakan IPB 2004.

b

(52)

Lampiran 3. Formulasi Ransum Broiler Fase Starter

Bahan Pakan Pakan perlakuan (%)

R0 R1 R2

Bis Fermentasi 0 10 20

Tepung Jagung 60 53.35 46.7

Bungkil Kedelai 20.55 18.5 16.4

Tepung Ikan 10 10 10

DCP 1.47 1.47 1.47

Topmix 1 1 1

Minyak Goreng 3.18 3.18 3.18

Dedak Halus 3.8 2.5 2.5

Total 100 100 100

Protein Kasar (%) 21.018 21.0551 21.0747

E. Metabolisme (Kkal/kg) 3100.755 3100.835 3100.715

Lemak Kasar (%) 6.209605 6.331

6.45244

Serat Kasar (%) 1.819255 2.52985

3.24674

Kalsium 1.319015 1.32972

1.34028

Posfor 0.611085 0.6109

(53)

Lampiran 4. Susunan Ransum Broiler Fase Finisher

Bahan Pakan Pakan perlakuan (%)

R0 R1 R2

Bis Fermentasi 0 10 20

Tepung Jagung 54.55 47.95 41.3

Bungkil Kedelai 20.8 18.75 16.5

Tepung Ikan 7 7 7

DCP 1.47 1.47 1.47

Topmix 1 1 1

Minyak Goreng 3.18 3.18 3.18

Dedak Halus 12 10.83 9.55

Total 100 100 100

Protein Kasar (%) 20.0853 20.0572 20.0873

E.Metabolisme (Kkal/kg) 3000.845 3000.945 3000.945

Lemak Kasar (%) 5.87893 6.002137

6.12355

Serat Kasar (%) 2.76498 3.492737

4.20585

Kalsium 1.12209 1.132223

1.14287

(54)

Lampiran 5. Rataan bobot potong broiler umur 45 hari (g/ekor) Ulangan

Kombinasi Total Rataan

1 2 3

A0B0 1277.80 1264.20 1303.60 3845.60 1281.86

A0B1 1314.20 1261.00 1270.00 3845.20 1281.73

A0B2 1315.20 1257.00 1247.40 3819.60 1281.20

A0B3 1258.40 1338.00 1247.20 3843.60 1218.06

A1B0 1109.40 1306.80 1238.00 3654.20 1198.67

A1B1 1102.60 1235.43 1258.00 3596.03 1224.76

A1B2 1248.00 1125.20 1301.09 3674.29 1233.40

A1B3 1172.40 1342.02 1185.80 3700.22 1273.20

A2B0 1177.40 1204.36 1301.45 3683.21 1227.73

A2B1 1203.04 1243.87 1204.30 3651.21 1217.07

A2B2 1245.09 1204.45 1241.03 3690.57 1230.19

A2B3 1210.03 1240.89 1245.45 3696.37 1232.12

Total 14633.56 15023.22 15043.32 44700.10 14900.03

Rataan 1241.66

Lampiran 6. Dwi Kasta bobot potong broiler umur 45 hari (g/ekor) Zinkum

BIS fermentasi Total Rataan

0 1 2 3

0 3845.60 3845.20 3819.60 3843.60 15354.00 3838.50 1 3654.20 3596.03 3674.29 3700.22 14666.74 3666.63 2 3683.21 3651.21 3690.57 3696.37 14679.36 3669.90 Total 11225.01 11092.44 11184.36 11197.19 44699.10 11174.23

(55)

Lampiran 7. Rataan lemak abdominal broiler umur 45 hari (g/ekor)

(56)

Lampiran 9. Rataan bobot karkas broiler umur 45 hari (g/ekor)

(57)

Lampiran 11. Rataan persentase karkas broiler umur 45 hari (%)

Gambar

Tabel 1. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit
Tabel 2. Kebutuhan suplementasi mineral Zn pada unggas
Tabel 3.  Karakteristik broiler AA CP 707
Tabel 4. Kebutuhan zat makanan ayam broiler periode starter sampai finisher
+7

Referensi

Dokumen terkait

o Fungsi : mengangkat mandibula untuk merapatkan gigi sewaktu mengunyah... o Ini adalah otot kuadrangularis yang mencakup aspek lateral ramus dan proses koronoideus mandibula. o

Sebagai analisis tari digunakan notasi laban, analisis perubahan menggunakan pendekatan sinkronis serta pendekatan antropologi budaya untuk mengkaji budaya dan tingkah

Tidak terdapat perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi dan koneksi matematis antara mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan scientific debate dengan

Peperiksaan Percubaan SPM 2017 Sejarah Kertas

8.1.1. Siswa dapat menyusun teks berupa dialog terkait dengan ungkapan menyatakan sapaan beserta responnya dalam bahasa.. digunakan untuk pengajaran dikelas nantinya. RPP akan

Penilaian hasil DSM dengan menggunakan algoritma phase unwrapping yang berbeda, dimana semua proses untuk menghasilkan DSM dan sampel yang digunakan sama, dapat disimpulkan

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa waktu pengaruh kombinasi pemberian pupuk nitrogen dan bobot mulsa jerami tidak berpengaruh nyata terhadap panjang

Ternak yang digunakan adalah ternak kambing Kacang jantan sebanyak 4 ekor dengan umur berkisar antara 6-8 bulan dengan bobot badan awal 10 kg. Penempatan ternak ke dalam