• Tidak ada hasil yang ditemukan

MA AJEME PEMELIHARAA KUDA (Equus caballus) U TUK UPACARA KE EGARAA DA SARA A KESE JATAA DI DETASEME KAVALERI BERKUDA (DE KAVKUD) T I-AD PARO GPO G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MA AJEME PEMELIHARAA KUDA (Equus caballus) U TUK UPACARA KE EGARAA DA SARA A KESE JATAA DI DETASEME KAVALERI BERKUDA (DE KAVKUD) T I-AD PARO GPO G"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

MAAJEME PEMELIHARAA KUDA (Equus caballus)

UTUK UPACARA KEEGARAA DA SARAA

KESEJATAA DI DETASEME KAVALERI

BERKUDA (DEKAVKUD)

TI-AD PAROGPOG

SKRIPSI

SARI CIPTA IGTIYAS

DEPARTEME ILMU PRODUKSI DA TEKOLOGI PETERAKA FAKULTAS PETERAKA

ISTITUT PERTAIA BOGOR 2011

(2)

i RIGKASA

SARI CIPTA NINGTIYAS. D14070011. 2010. Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus caballus) untuk Upacara Kenegaraan dan Sarana Kesenjataan di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TI-AD Parongpong. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Kartiarso, MSc

Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI-AD Parongpong merupakan salah satu kesatuan militer di Indonesia yang memanfaatkan kuda dan melatihnya sebagai sarana kesenjataan dan upacara kenegaraan. Keterampilan yang dimiliki oleh kuda kavaleri (kuda militer) ini merupakan hasil pemeliharaan dan pelatihan khusus yang diberikan oleh pelatih. Aspek-aspek dalam manajemen pemeliharaan yang perlu diperhatikan dan dijalankan adalah breeding, feeding, dan manajemen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami manajemen pemeliharaan kuda meliputi manajemen pemberian pakan, reproduksi, perkandangan, dan pemeliharaan kesehatan ternak kuda di Denkavkud Parongpong, Bandung, Jawa Barat, sehingga diharapkan adanya evaluasi untuk perbaikan manajemen pemeliharaan di tempat tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati manajemen pemeliharaan kuda militer di Denkavkud. Kuda yang diamati sebanyak 108 ekor yang terdiri atas 22 ekor anak kuda (0-24 bulan), tiga ekor jantan dewasa, 26 ekor betina dewasa, dan 57 ekor kuda kavaleri (sedang dan sudah dilatih). Pengumpulan data dilakukan melalui pengambilan data primer dan sekunder di Denkavkud. Data yang dikumpulkan meliputi pengadaan kuda, manajemen pemberian pakan, sistem perkandangan, manajemen reproduksi, sanitasi, penanganan kesehatan, dan bobot badan kuda. Seluruh data akan dianalisis secara deskriptif. Kesesuaian jumlah pakan yang diberikan akan dievaluasi berdasarkan standar NRC (1989).

Manajemen pemberian pakan kuda di Denkavkud sudah cukup baik. Frekuensi pemberian pakan sebanyak empat kali, yaitu pagi, siang, sore, dan malam hari. Pakan yang diberikan adalah konsentrat dan rumput. Rumput yang diberikan adalah African star grass. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat Vital untuk kuda lokal dan konsentrat Haras untuk kuda bibit (Thoroughbred). Kebutuhan nutrisi kuda di Denkavkud sudah tercukupi dari pakan yang telah diberikan, kecuali kuda induk lokal yang sedang laktasi. Kebutuhan protein dan lisin kuda tersebut belum tercukupi dari pakan yang diberikan.

Bangunan kandang yang terdapat di Denkavkud sebanyak 16 bangunan dengan kapasitas masing-masing bangunan berbeda-beda. Fasilitas yang terdapat di dalam bangunan tersebut adalah kandang individu, gudang peralatan, dan gudang pakan hijauan. Proses pengawinan kuda di Denkavkud dilakukan secara alami. Cara ini dilakukan karena belum adanya tenaga ahli yang dapat melakukan inseminasi buatan (IB). Selain itu proses pengawinan kuda dengan cara IB memerlukan biaya yang lebih besar. Jumlah kematian semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir, atau sejak tahun 2008 hingga Juli 2010. Jumlah kuda yang mati adalah 7 ekor (2008), 13 ekor (2009), dan 11 ekor (Januari-Juli 2010).

(3)

ii Perlu adanya perbaikan manajemen pemberian pakan, dimana jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan aktivitas kuda. Kuda pejantan tidak perlu diberi pakan tambahan berupa telur karena kebutuhan nutrisinya sudah tercukupi dari konsentrat dan rumput yang diberikan, sedangkan kuda induk lokal yang sedang menyusui perlu diberi konentrat dalam jumlah yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan protein dan lisinnya. Selain itu perlu dilakukan peningkatan sanitasi baik pada ternak maupun lingkungan sekitar ternak, untuk meningkatkan kesehatan dari kuda di Denkavkud.

(4)

iii ABSTRACT

Care Management of Horses (Equus caballus) for Purpose of Formal State Ceremony and Armed Forces in Cavalry Horse Detachement

Indonesian ational Army-Cavalry Parongpong ingtiyas, S.C, P.H. Siagian, and Kartiarso

Cavalry Horse Detachement (Denkavkud) Indonesian National Army-Cavalary Parongpong is one of the Indonesian military units that utilize the horse and train it as a means of purpose of formal state ceremony and armed forces. Skills possessed by the horse cavalry was the result of care management and specialized training provided by the trainer. Aspects of care management are breeding, feeding, and management. Horses that are kept in the Denkavkud, Parongpong are stallions, mares, foals, and military horses. Total populations of horses at Denkavkud are 183 horses. Besides commited horse training (remonte), Denkavkud also did breeding program to produce horses that can be trained and used as a military horse.There are some issues contained in Denkavkud, such as some of the nutrients needed by the horses not being met from feed given. One of these is crude protein and lysine. Lactation mares was crude protein and lysine deficiency. The number of death in 2010 is higher than previous years. Based on the number of horses that died from January until June 2010 is 11 horses. The average mortality was caused by colic. Colic is caused by excessive eating, excessive drinking during hot, moldy food, and even by investment roundworms. Animal welfare in Denkavkud can be enhanced by improvement of feed given and improving the health of livestock through improved sanitation.

(5)

iv

MAAJEME PEMELIHARAA KUDA (Equus caballus)

UTUK UPACARA KEEGARAA DA SARAA

KESEJATAA DI DETASEME KAVALERI

BERKUDA (DEKAVKUD)

TI-AD PAROGPOG

LEMBAR PERNYATAAN

SARI CIPTA IGTIYAS D14070011

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEME ILMU PRODUKSI DA TEKOLOGI PETERAKA FAKULTAS PETERAKA

ISTITUT PERTAIA BOGOR 2011

(6)

v Judul : Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus caballus) untuk Upacara

Kenegaraan dan Sarana Kesenjataan di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI-AD Parongpong

Nama : Sari Cipta Ningtiyas NIM : D14070011

LEMBAR PEGESAHA

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS Dr .Ir. Kartiarso, MSc NIP. 1946082519771101001 NIP. 194604161974031001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc NIP. 19591212986031004

(7)

vi RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 November 1989 di Sumedang, Jawa Barat. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Cipto Wiyono dan Ibu Awang Waryati.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di Sekolah Dasar Negeri Kencana Indah Bandung dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Al-Ma’soem Sumedang. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Al-Ma’soem pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa Eka Tjipta Foundation sejak tahun 2007 hingga 2010.

(8)

vii KATA PEGATAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Judul skripsi ini adalah “Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus

caballus) untuk Upacara Kenegaraan dan Sarana Kesenjataan di Detasemen Kavaleri

Berkuda (Denkavkud) TNI-AD Parongpong”. Denkavkud merupakan salah satu kesatuan militer di Indonesia yang memanfaatkan kuda dan melatihnya sebagai sarana kesenjataan dan upacara kenegaraan. Namun pada kondisi Indonesia saat ini kuda tersebut hanya digunakan sebagai sarana upacara kenegaraan. Keterampilan yang dimiliki oleh kuda kavaleri ini merupakan hasil pemeliharaan dan pelatihan khusus yang diberikan oleh pelatih. Aspek-aspek dalam pemeliharaan yang perlu diperhatikan adalah breeding, feeding, dan manajemen.

Pemeliharaan dan teknik pelatihan bagi kuda yang digunakan dalam kegiatan militer tentu berbeda dengan fungsi kuda sebagai sarana angkut, olah raga, dan hiburan. Skripsi ini berisi informasi mengenai manajemen pemeliharaan kuda meliputi manajemen pemberian pakan, reproduksi, perkandangan, pemeliharaan kesehatan, dan teknik pelatihan ternak kuda di Detasemen Kavaleri Berkuda Parongpong, Bandung, Jawa Barat, sehingga diharapkan adanya evaluasi untuk perbaikan manajemen pemeliharaan di tempat tersebut dan dapat dilakukan peningkatan kesejahteraan serta kesehatan dari ternak kuda yang dipelihara.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan informasi tambahan bagi pembaca.

Bogor, Maret 2011

(9)

viii DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ... I ABSTRACT ... III LEMBAR PERNYATAAN ... IV LEMBAR PENGESAHAN ... V RIWAYAT HIDUP ... VI KATA PENGANTAR ... VII DAFTAR ISI ... VIII DAFTAR TABEL ... X DAFTAR GAMBAR ... XI DAFTAR LAMPIRAN ... XII

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Kuda (Equus caballus) ... 3

Pakan ... 3 Hijauan ... 4 Konsentrat ... 4 Dedak Gandum ... 5 Pakan Suplemen ... 5 Sistem Perkandangan ... 5

Manajemen Pemeliharaan Kuda Jantan ... 6

Reproduksi ... 6

Pemberian Pakan ... 7

Manajemen Pemeliharaan Kuda Betina ... 9

Reproduksi ... 9

Pengawinan ... 9

Kebuntingan ... 10

Kelahiran ... 10

Laktasi ... 11

Manajemen Pemeliharaan Anak Kuda ... 12

Perawatan Pasca Kelahiran ... 12

Penyapihan ... 12

Pemberian Pakan ... 13

Kastrasi ... 14

Kesehatan Kuda ... 15

MATERI DAN METODE ... 19

(10)

ix

Materi ... 19

Prosedur ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

Keadaan Umum ... 22

Letak Geografis ... 22

Sejarah Denkavkud ... 23

Sarana dan Prasarana ... 24

Manajemen Pemberian Pakan ... 25

Jenis Pakan ... 25

Pemberian Pakan Kuda Pejantan... 27

Pemberian Pakan Kuda Kavaleri... 29

Pemberian Pakan Kuda Induk ... 30

Pemberian Pakan Anak Kuda ... 31

Sistem Perkandangan ... 32

Lokasi Kandang... 33

Bangunan Kandang ... 33

Alas Lantai Kandang ... 36

Kesehatan ... 37 Manajemen Reproduksi ... 40 Pengawinan Kuda ... 40 Kebuntingan ... 42 Kelahiran ... 43 Kastrasi ... 44

Pemeliharaan dan Perawatan Kuda ... 45

Teknik Pelatihan Kuda Secara Umum ... 48

Pelatih Kuda ... 48

Pelatihan Kuda ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

UCAPAN TERIMA KASIH ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(11)

x DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Karakteristik Semen Segar (Kuda G4 Thoroughbred) ... 7

2. Kebutuhan Nutrisi Kuda Berdasarkan Tingkat Aktivitasnya ... 8

3. Kebutuhan Nutrisi Kuda Bunting ... 10

4. Kebutuhan Nutrisi Kuda Menyusui ... 12

5. Kebutuhan Nutrisi Anak Kuda ... 14

6. Penggunaan Kandang Berdasarkan Jenis Kuda pada Saat Penelitian ... 24

7. Kandungan Nutrien per Kilogram Konsentrat ... 27

8. Kandungan Nutrien Ransum Kuda Jantan ... 28

9. Kandungan Nutrien Ransum Kuda Kavaleri ... 29

10. Kandungan Nutrien Ransum Kuda Induk ... 30

(12)

xi DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Denah Peternakan Kuda di Denkavkud ... 22

2. Denah Pemukiman Tentara ... 23

3. African Star Grass ... 26

4. Pakan Konsentrat ... 26

5. Bangunan Kandang Kuda ... 33

6. Kandang Individu ... 34

7. Tempat Minum (a) dan Pakan (b) ... 35

8. Pemberian Pakan di Lantai (a) dan Tempat Minum (b) ... 35

9. Aktivitas Kuda di Pastura ... 37

10. Kasus Kematian Kuda Akibat Kolik (a) dan Kuda Luka (b) ... 37

11. Vulva Membengkak (a) dan Mengeluarkan Cairan (b) ... 40

12. Proses Pengawinan ... 42

13. Kastrasi Kuda ... 44

14. Membersihkan Kuda ... 46

15. Alat-alat Pemasangan Tapal Kuda ... 47

16. Pengenalan Air (Remonte Dasar) ... 49

(13)

xii DAFTAR LAMPIRA

Nomor Halaman

1. Data Bobot Badan Kuda Betina Siap Kawin ... 55

2. Data Bobot Badan Kuda Betina Induk Bunting (Umur <9 Bulan) ... 55

3. Data Bobot Badan Kuda Betina Induk Bunting (Umur ≥9 Bulan) ... 55

4. Data Bobot Badan Kuda Betina Induk Menyusui ... 56

5. Data Bobot Badan Kuda Pejantan ... 56

6. Data Bobot Badan Anak Kuda (Umur 1-6 Bulan) ... 56

7. Data Bobot Badan Anak Kuda (Umur 6-12 Bulan) ... 56

8. Data Bobot Badan Anak Kuda (Umur 12-24 Bulan) ... 57

9. Data Bobot Badan Kuda Remonte ... 57

10. Data Bobot Badan Kuda yang Telah Lulus Remonte ... 58

11. Data Bobot Badan Kuda Thoroughbred ... 59

12.Kebutuhan Nutrisi Kuda ... 59

13. Kebutuhan Nutrisi Kuda Bibit Thoroughbred ... 60

14. Perkiraan Konsumsi Rumput Kuda Induk Lokal di Pastura ... 61

15. Perkiraan Konsumsi Rumput Kuda Induk Thoroughbred di Pastura ... 62

(14)

1 PEDAHULUA

Latar Belakang

Hubungan antara kuda dan manusia telah terlihat sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Kuda dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai hal, diantaranya adalah sebagai sumber pangan, alat transportasi, olahraga, pertanian, dan militer. Kuda dimanfaatkan di bidang kemiliteran sebagai sarana kesenjataan dan upacara kenegaraan. Pasukan berkuda di bidang militer disebut dengan kavaleri. Kavaleri berasal dari bahasa latin caballus dan bahasa Perancis chevalier yang berarti kuda. Awalnya istilah kavaleri mengarah kepada pasukan berkuda, namun dalam perkembangan zaman, kavaleri disebut sebagai pasukan bertempur dengan menggunakan kendaraan lapis baja.

Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI-AD Parongpong merupakan salah satu kesatuan militer di Indonesia yang memanfaatkan kuda dan melatihnya sebagai sarana kesenjataan dan upacara kenegaraan. Namun pada kondisi Indonesia saat ini kuda tersebut hanya digunakan sebagai sarana upacara kenegaraan. Keterampilan yang dimiliki oleh kuda kavaleri ini merupakan hasil pemeliharaan dan pelatihan khusus yang diberikan oleh pelatih. Aspek-aspek dalam pemeliharaan yang menunjang keberhasilan dalam suatu peternakan adalah breeding, feeding, dan manajemen.

Breeding perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu genetik kuda. Salah

satu cara untuk menghasilkan kuda yang bermutu genetik tinggi adalah dengan melakukan persilangan antar bangsa. Contoh persilangan yang telah dilakukan adalah persilangan kuda lokal dengan pejantan Thoroughbred untuk Kuda Pacu Indonesia. Kuda dengan mutu genetik tinggi tidak akan menunjukkan performa yang baik jika tidak diimbangi dengan pemberian pakan yang baik.

Feeding memiliki peranan penting dalam kehidupan ternak diantaranya untuk

pertumbuhan ternak muda, menjaga sistem reproduksi tetap berlangsung, dan memberikan energi bagi ternak kerja. Pakan yang diberikan harus memiliki nutrien yang seimbang serta jumlahnya sesuai dengan kebutuhan ternak kuda pada tingkat fisiologis tertentu. Pakan ini dimanfaatkan oleh ternak untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi, dan produksi. Selain breeding dan feeding, faktor manajemen juga mempengaruhi performa dari ternak kuda khususnya pada

(15)

2 bidang kesehatan ternak. Manajemen pemeliharaan tersebut meliputi manajemen pemberian pakan, reproduksi, perkandangan, dan pemeliharaan kesehatan ternak kuda. Kesalahan dalam manajemen pemeliharaan atau ketidaksesuaian manajemen pemeliharaan kuda dengan tujuan panggunaan kuda dapat menyebabkan menurunnya peforma dari kuda tersebut.

Melalui beberapa aspek pemeliharaan dan persoalan yang dihadapi dalam manajemen pemeliharaan maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. \Penelitian yang dilakukan di Detasemen Kavaleri Berkuda Parongpong, Bandung, Jawa Barat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai manajemen pemeliharaan kuda tunggang yang tepat sehingga diperoleh kuda dengan performa yang baik sesuai dengan pemanfaatannya sebagai sarana kesenjataan dan upacara kenegaraan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami manajemen pemeliharaan kuda meliputi manajemen pemberian pakan, reproduksi, perkandangan, pemeliharaan kesehatan ternak, dan teknik pelatihan kuda di Detasemen Kavaleri Berkuda Parongpong, Bandung, Jawa Barat, sehingga diharapkan akan adanya evaluasi untuk perbaikan manajemen pemeliharaan di tempat tersebut dan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak Denkavkud untuk peningkatan kesejahteraan serta kesehatan dari ternak kuda yang dipelihara.

(16)

3 TIJAUA PUSTAKA

Kuda (Equus caballus)

Kuda merupakan salah satu jenis ternak besar yang termasuk hewan herbivora non-ruminansia. Ternak ini bersifat nomadic, kuat, dan mampu berjalan sejauh 16 km dalam sehari untuk mencari makan dan air (Kilgour dan Dalton, 1984). Blakely dan Bade (1991) menyatakan bahwa klasifikasi zoologis kuda adalah:

Kingdom : Animalia (hewan) Phylum : Chordata (bertulang belakang)

Class : Mammalia (menyusui)

Ordo : Perissodactyla (berteracak tidak memamahbiak)

Family : Equidae

Genus : Equus

Spesies : Equus caballus

Kuda hidup berkelompok dan sering kali membentuk sebuah keluarga yang terdiri atas satu pejantan, satu atau beberapa betina dan keturunannya. Kelompok jantan muda biasanya membentuk kelompok yang terdiri atas satu hingga delapan jantan muda. Kuda jantan yang memimpin dan menguasai sekelompok betina, akan melindungi kuda betina dewasa yang merupakan bagian kelompoknya dari gangguan kuda jantan lain khususnya selama masa estrus. Kuda berkomunikasi dengan cara mengeluarkan suara, menggerakan tubuhnya seperti ekor, telinga, mulut, kepala, dan leher atau mengeluarkan bau yang berasal dari kotorannya untuk menandakan teritori. Kuda memiliki indera penciuman dan pendengaran yang kuat (Kilgour dan Dalton, 1984).

Pakan

Pakan yang biasanya dikonsumsi oleh kuda adalah hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan dengan kandungan serat tinggi. Hijauan dapat berupa rumput dan legum. Konsentrat adalah campuran pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18% dan tinggi protein. Komposisi hijauan dan konsentrat yang diberikan pada kuda dapat bervariasi. Kuda dapat mengkonsumsi hijauan untuk hidup pokoknya sebanyak 1,5-2% bobot badan dan konsentrat sebanyak 0,5% bobot badan (NRC, 1989).

(17)

4 Hijauan

Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda. Performa yang dihasilkan kuda akan seiring dengan kualitas hijauan. Hijauan berkualitas baik akan menghasilkan performa kuda yang baik pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya (Mansyur, 2006).

Salah satu hijauan yang dapat digunakan dalam ransum kuda adalah African

star grass (Cynodon plectostachyus). African star grass adalah jenis rumput yang

tumbuh dan dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis. African star grass dapat berkembang dengan stolon. Rumput ini baik digunakan untuk padang penggembalaan atau pastura, namun perlu dilakukan pengelolaan yang intensif dengan cara membuat paddocks dan rotasi. Paddocks digunakan sebagai pastura kurang lebih selama 3-4 hari dan diistirahatkan selama 21-28 hari (González et al., 2010).

African star grass dapat berproduksi sebanyak 47,0-55,6 ton/ha/tahun,

dengan pemberian 150 atau 300 kg nitrogen/ha/tahun dan interval pemanenan selama 21 hari (Miller et al., 2010). Rumput ini dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 500-1200 mm. Rumput ini tidak dapat tumbuh pada tanah yang tergenang dan kekurangan nitrogen (Partridge, 2010). Kandungan nutrien African

star grass adalah 32% bahan kering; 3,4% abu; 0,6% lemak kasar; 9,6% serat kasar;

15,4% BETN; dan 2,8% protein kasar (Hartadi et al., 1986). Menurut Miller et al. (2010), DE atau Digestible Energy dari rumput African star adalah 10,66 MJ per kg bahan kering, satu joule sama dengan 0,24 kal, maka 10,66 MJ sama dengan 2,56 Mkal.

Konsentrat

Pakan utama kuda adalah rumput. Pakan rumput hanya cukup untuk kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu tambahan konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan sumber energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat serealia yang terdiri atas gandum, jagung, sorgum, berbagai produk sereal dan non sereal yang terdiri atas gula bit, legum seperti kedelai dan kacang (McBane, 1994).

(18)

5 Dedak Gandum

Dedak gandum merupakan hasil sampingan dari pengolahan tepung terigu. Dedak gandum merupakan pakan yang cocok untuk ternak besar, namun tidak cocok untuk unggas karena mengandung serat kasar yang tinggi. Kandungan nutrien dari dedak gandum berdasarkan NRC (1989), yaitu 89% bahan kering; 2,94 Mkal

digestible energy; 15,4% protein kasar; 0,56% lisin; 0,13% kalsium; 1,13% fosfor;

dan 0,56% magnesium.

Pakan Suplemen

Pakan suplemen adalah pakan atau campuran pakan yang sangat tinggi kandungan salah satu zat makanannya, seperti suplemen protein, mineral, dan lain-lain. Telur merupakan salah satu pakan suplemen yang tinggi kandungan proteinnya. Komponen kimia telur menurut Panda (1996) tersusun atas air (72,8 -75,6%), protein (12,8-13,4%), dan lemak (10,5-11,8%). Menurut American Egg Board (2010) kandungan protein telur tersusun atas 18 asam amino yaitu alanin, arginin, asam aspartat, sistin, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin.

Sistem Perkandangan

Kandang harus lebih tinggi minimal satu kaki di atas daerah sekitarnya untuk memperlancar saluran pembuangan air. Kandang sering menjadi banjir jika saluran pembuangan air tidak baik, selain itu saluran pembuangan air yang tidak lancar juga menyebabkan kondisi kandang menjadi lembab. Kelembaban kandang yang tinggi dapat menyebabkan kuda mudah terserang penyakit (Brady et al., 2010).

Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi dari lantai, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Tinggi atap kandang minimal adalah 12 kaki atau sama dengan 3,66 m. Ketersediaan udara yang baik dalam kandang sangat dibutuhkan karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Tipe atap kandang dengan ventilasi yang baik adalah tipe gable, dimana atap berbentuk puncak. Jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda. Bagian kandang harus tersedia air bersih. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan

(19)

6 adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas angin, dan lain sebagainya (McBane, 1991).

Jenis alas kandang (bedding) yang digunakan tergantung pada ketersediaan, harga, dan kesesuaian material. Serutan kayu dan jerami merupakan bahan alas kandang yang sangat baik, namun dapat menjadi mahal atau sulit didapat. Bahan-bahan lain yang dapat digunakan sebagai alas kandang adalah gambut, sekam padi, sekam kacang, serbuk gergaji, dan bubur kertas (Brady et al., 2010). Alas kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas kandang berfungsi untuk melindungi kuda ketika sedang menggulingkan badannya, memberikan kehangatan dan kenyamanan, serta melindungi kaki kuda terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu. Peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam pengawasan kuda (McBane, 1991).

Kandang kuda dewasa dengan tinggi 150 cm sebaiknya berukuran minimal 5x5 m2, sedangkan untuk kuda poni berukuran minimal 3,7 x 3,0 m2. Selain itu bangunan kandang juga sebaiknya memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik. Pintu untuk kandang harus kuat dan akan lebih baik jika pintu tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah yang tertutup dan bagian atas yang berkisi, sehingga kandang tetap aman dan ventilasi baik. Kuda muda atau anak kuda lebih baik jika berada dalam kandang kelompok, karena kuda muda yang berada dalam kandang individu dan jarang beraktivitas akan mengalami kegemukan. Pembersihan kandang, tempat pakan, dan tempat minum harus rutin dilakukan (Morel, 2008).

Manajemen Pemeliharaan Kuda Jantan

Reproduksi

Kuda jantan mulai dewasa kelamin pada usia 15 bulan (Kilgour dan Dalton, 1984). Pejantan yang akan digunakan sebagai pemacek sebaiknya sudah berumur empat tahun (Jacoebs, 1994). Keberhasilan dalam pengawinan membutuhkan betina yang sedang birahi serta pejantan yang memiliki kualitas semen dan spermatozoa yang baik (McBane, 1991). Berdasarkan hasil penelitian Arifiantini (2007) kualitas semen yang berasal dari satu ekor kuda generasi empat (G4) Thoroughbred yang berbadan sehat dan berumur antara 5-8 tahun dapat dilihat pada Tabel 1.

(20)

7 Tabel 1. Karakteristik Semen Segar (Kuda G4 Thoroughbred)

Parameter Hasil

Volume (ml) 27,7 ± 10,1

Konsistensi Encer

Warna Putih keruh

pH 7,0 ± 0,1

Motilitas (%) 67,5 ± 7,2

Viabilitas (%) 78,4 ± 7,7

Konsentrasi (106/ml) 222,7 ± 18,1 Morfologi spermatozoa normal (%) 74,2 ± 3,3 Sumber: Arifiantini (2007)

Performa pejantan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu nutrisi, lingkungan, penyakit, dan hormon. Hormon yang mempengaruhi kualitas pejantan diantaranya adalah FSH atau Folicle Stimulating Hormone (mengatur produksi sperma) dan LH atau Luteinizing Hormone (mengatur pengeluaran hormon testosteron). Hormon testosteron berpengaruh terhadap karakteristik fisik pejantan, libido, dan produksi semen (McBane, 1991). Ukuran testis adalah salah satu indikator kemampuan kuda menghasilkan sperma, kuda jantan yang memiliki ukuran testis lebih besar dapat menghasilkan sperma lebih banyak. Kuda jantan yang berumur dua hingga tiga tahun menghasilkan sperma lebih sedikit dibandingkan dengan kuda yang lebih tua. Kuda jantan biasanya akan tetap subur hingga berumur 20 tahun (Freeman, 2010).

Pejantan yang akan dikawinkan mulai diberikan makanan yang bergizi dan vitamin dua hingga tiga bulan sebelum pengawinan, dengan tujuan meningkatkan kesuburan pejantan. Pejantan sebaiknya diistirahatkan dan dijauhkan dari kuda jantan lainnya agar tidak mengalami stress sebelum pengawinan (Jacoebs, 1994). Morel (2008) menyatakan hal-hal yang harus diperhatikan saat mempersiapkan jantan untuk kawin adalah kecukupan nutrisi dan latihan, karena kondisi fisik kuda saat kawin harus sehat dan tidak gemuk. Latihan dapat memperbaiki kondisi kuda jantan, mencegah kegemukan, menjaga kesehatan otot, dan meningkatkan stamina.

Pemberian Pakan

Pengetahuan mengenai kebutuhan zat-zat makanan untuk kuda di Indonesia belum diketahui secara luas dibanding ternak lain (sapi, domba, dan lain sebagainya).

(21)

8 Seperti halnya ternak lain, kuda memerlukan karbohidrat, protein, mineral, vitamin untuk hidup pokok (beristirahat), bekerja (misalnya berlari dan mengangkat beban), reproduksi (bunting dan laktasi), dan pertumbuhan. Beberapa faktor yang menentukan kebutuhan zat makanan, antara lain: 1) temperatur; 2) kondisi; 3) umur; 4) berat badan; 5) lama bekerja/hari; dan 6) bunting/laktasi. Tingkat aktivitas kuda dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu kerja ringan, sedang, dan berat (Parakkasi, 1986).

Kebutuhan nutrisi kuda dengan bobot badan 200, 400, dan 500 kg berdasarkan tingkat aktivitas yang sedang dijalaninya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Kuda Berdasarkan Tingkat Aktivitasnya

Aktivitas Bobot Badan

(kg) DE (Mcal) Protein Kasar (g) Lisin (g) Ca (g) P (g) Mg (g) K (g) Vit. A (103 IU) Ringan 200 9,3 370 13 11 8 4,3 14,1 9 Sedang 200 11,1 444 16 14 10 5,1 16,9 9 Berat 200 14,8 592 21 18 13 6,8 22,5 9 Ringan 400 16,8 670 23 20 15 7,7 25,5 18 Sedang 400 20,1 804 28 25 17 9,2 30,6 18 Berat 400 26,8 1079 38 33 23 12,3 40,7 18 Ringan 500 20,5 820 29 25 18 9,4 31,2 22 Sedang 500 24,6 984 34 30 21 11,3 37,4 22 Berat 500 32,8 1312 46 40 29 15,1 49,9 22 Sumber : NRC, 1989

Blakely dan Bade (1991) mengemukakan pedoman umum pemberian pakan kuda sesuai dengan kebutuhannya adalah sebagai berikut: (1) Kuda yang bekerja ringan (kurang dari tiga jam) diberi pakan 0,5% konsentrat dan hijauan 1% sampai 1,25% bobot badan, (2) Kuda yang bekerja sedang (tiga sampai lima jam) diberi 1% konsentrat dan hijauan 1% sampai 1,25% bobot badan, dan (3) Kuda yang bekerja berat (lebih dari lima jam) diberi 1,25% konsentrat dan hijauan 1% bobot badan. Jumlah dan frekuensi pemberian pakan kuda harus sesuai dengan umur dan fungsi kuda tersebut. Frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan dua sampai tiga kali sehari yaitu pada waktu pagi, siang, dan sore hari tergantung dari umur dan fungsi kuda tersebut (Jacoebs, 1994).

(22)

9 Manajemen Pemeliharaan Kuda Betina

Reproduksi

Seekor kuda betina dara akan mencapai pubertas atau masak kelamin pada umur 12 sampai 15 bulan. Namun hendaknya kuda itu tidak dikawinkan sebelum mencapai umur dua tahun dan lebih baik setelah berumur tiga tahun. Kuda betina bila dikawinkan pada umur yang lebih muda, biasanya memiliki tingkat kebuntingan yang rendah. Kuda betina yang dikawinkan pada umur tiga tahun dan dirawat dengan cermat maka selama hidupnya dapat menghasilkan 10 sampai 12 ekor anak karena kuda betina masih dapat beranak meski telah mencapai umur 20 tahun atau lebih (Blakely dan Bade, 1991).

Siklus estrus (birahi) kuda betina rata-rata adalah 21 hari dengan kisaran waktu antara 10 sampai 37 hari. Periode birahinya rata-rata adalah empat sampai enam hari. Tanda-tanda birahi kuda adalah gelisah, keinginan untuk ditemani oleh kuda lain, urinasi (kencing) yang berulangkali, serta vulva membengkak dan berwarna merah. Ovulasi terjadi pada saat-saat akhir periode birahi. Ovum yang dihasilkan dapat bertahan hidup sekitar enam jam. Oleh karena itu dianjurkan agar seekor kuda betina yang birahi dikawinkan tiap hari atau dua hari sekali mulai pada hari ketiga awal timbulnya birahi (Blakely dan Bade, 1991). Estrus kuda betina yang baru beranak dapat dihitung dengan kisaran 9 hingga 30 hari sesudah beranak (McBane, 1991).

Pengawinan

Kuda betina yang akan dikawinkan harus diberi pakan yang baik dan juga latihan yang cukup. Namun kuda betina tidak dianjurkan menjalani latihan yang terlalu berat karena akan menyebabkan siklus estrus (birahi) yang tidak normal, keterlambatan estrus, silent heat, dan menunjukkan tanda-tanda estrus namun tidak terjadi ovulasi. Kuda betina akan memiliki tingkat conception rate yang baik jika diberi pakan yang memiliki nutrien yang baik dan kandungan energi tinggi empat hingga enam minggu sebelum pengawinan (Morel, 2008). Alat kelamin jantan dan betina dicuci terlebih dahulu dengan air hangat dan sabun sebelum dilakukan proses pengawinan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi kuman yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin. Ekornya lalu dibungkus dengan kain flanel agar ekor betina tidak ikut masuk ke dalam vagina saat proses pengawinan dan

(23)

10 mengotori vagina. Kaki betina perlu diikat, tindakan ini perlu untuk mengamankan pejantan yang akan menaiki betina agar tidak ditendang sewaktu mendekati (Blakely dan Bade, 1991).

Kebuntingan

Pengujian kebuntingan dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah palpasi rektal, tes darah, tes urin, dan ultrasound (McBane, 1991). Rataan masa kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran 315 sampai 350 hari (Blakely dan Bade, 1991). Kegemukan pada betina bunting harus dihindari karena dapat menyebabkan kesulitan dalam pemeriksaan kebuntingan khususnya diakhir kebuntingan. Kuda juga harus sering latihan untuk menjaga kondisi tubuh kuda betina (Morel, 2008). Betina yang sedang bunting dan mendekati masa beranak akan terlihat lesu, namun beberapa betina akan bersikap agresif (Kilgour dan Dalton, 1984).

Induk kuda yang sedang bunting dan menyusui membutuhkan pakan yang cukup banyak baik untuk induk maupun anaknya (Jacoebs, 1994). Kuda bunting, perlu diberi konsentrat 0,75-1,5% bobot badan dengan hijauan sebanyak 0,75-1,5% bobot badan (Blakely dan Bade, 1991). Kebutuhan nutrisi kuda bunting dengan bobot badan dewasa 200, 400 dan 500 kg dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Kuda Bunting Bunting (bulan) Bobot Badan (kg) DE (Mcal) Protein Kasar (g) Lisin (g) Ca (g) P (g) Mg (g) K (g) Vit. A (103 IU) 9 200 8,2 361 13 16 12 3,9 13,1 12 10 200 8,4 368 13 16 12 4,0 13,4 12 11 200 8,9 391 14 17 13 4,3 14,2 12 9 400 14,9 654 23 28 21 7,1 23,8 24 10 400 15,1 666 23 29 21 7,3 24,2 24 11 400 16,1 708 25 31 23 7,7 25,7 24 9 500 18,2 801 28 35 26 8,7 29,1 30 10 500 18,5 815 29 35 26 8,9 29,7 30 11 500 19,7 866 30 37 28 9,4 31,5 30 Sumber : NRC, 1989 Kelahiran

Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum kelahiran adalah suatu petak kandang beralas (bedding) yang bersih, sumber penerangan (lampu), air hangat dan sabun,

(24)

11 pembungkus ekor, desinfektan, obat untuk pusar (yodium, merthiolate), suatu zat laksatif seperti susu magnesia (Blakely dan Bade, 1991). Susu magnesia adalah campuran air dengan magnesia yang dapat digunakan untuk obat anti asam dan laksatif. Magnesia yaitu magnesium oksida dapat digunakan sebagai obat anti asam dalam lambung (Petra, 2011). Enam minggu sebelum kelahiran sebaiknya kuda bunting sudah ditempatkan di kandang beranak. Hal ini diperlukan agar induk dapat beradaptasi dengan tempat tersebut dan merasa nyaman. Kandang beranak harus berukuran minimal 5 x 5 m2 dengan ventilasi yang baik. Alas kandang harus tebal, tidak kasar, hangat, dan bebas debu. Bahan alas kandang yang biasa digunakan adalah jerami. Kandang kuda harus bersih dan tidak ada serangga (Morel, 2008).

Tanda-tanda menjelang kelahiran diantaranya adalah membesarnya ambing, dan munculnya zat seperti wax (malam) yang terdapat pada ujung puting. Biasanya dalam waktu 12 sampai 24 jam saat kelahiran, wax tersebut melunak dan jatuh lalu puting mulai meneteskan air susu, kadang-kadang tetesan itu agak deras. Jika tanda-tanda tersebut sudah muncul namun cukup lama moncong ataupun kaki depan tidak juga muncul, maka proses kelahiran memerlukan bantuan peternak atau dokter hewan (Blakely dan Bade, 1991).

Plasenta idealnya harus bisa keluar dalam waktu tiga jam setelah beranak dan harus diperiksa bahwa tidak ada potongan-potongan atau sisa-sisa yang tertinggal karena hal itu dapat menyebabkan timbulnya infeksi. Bila dalam waktu enam jam tidak keluar seluruhnya, perlu dimintakan bantuan dokter hewan. Latihan-latihan fisik yang ringan diperlukan guna merangsang uterus induk agar kembali normal. Perlu disediakan petak kandang sebagai tempat latihan, pasangan induk dan anak itu dapat dilepas juga ke lapangan rumput (Blakely dan Bade, 1991).

Laktasi

Berdasarkan NRC (1989) induk kuda yang sedang menyusui memerlukan pakan dengan kandungan energi, protein kasar, dan mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan untuk induk yang sedang bunting khususnya selama tiga bulan setelah beranak. Hal ini disebabkan induk kuda memerlukan nutrisi yang lebih baik untuk memproduksi air susu. Kebutuhan nutrisi kuda yang sedang menyusui dengan bobot dewasa 200, 400, dan 500 kg dapat dilihat secara jelas pada Tabel 4.

(25)

12 Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Kuda Menyusui

Laktasi (bulan) Bobot Badan (kg) DE (Mcal) Protein Kasar (g) Lisin (g) Ca (g) P (g) Mg (g) K (g) Vit. A (103 IU) lahir-3 200 13,7 688 24 27 18 4,8 21,2 12 3-sapih 200 12,2 528 18 18 11 3,7 14,8 12 lahir-3 400 22,9 1141 40 45 29 8,7 36,8 24 3-sapih 400 19,7 839 29 29 18 6,9 26,4 24 lahir-3 500 28,3 1427 50 56 36 10,9 46,0 30 3-sapih 500 24,3 1048 37 56 22 8,6 33,0 30 Sumber : NRC (1989)

Manajemen Pemeliharaan Anak Kuda

Perawatan Pasca Kelahiran

Anak kuda yang baru saja lahir, baik yang prosesnya dibantu maupun tidak, harus langsung diperiksa kemungkinan adanya kesulitan dalam pernafasan. Membran atau pun cairan yang menutupi mulut atau lubang hidung harus segera disingkirkan. Berilah waktu selama dua atau tiga jam agar anak kuda memperoleh kekuatan untuk menyusu pada induknya. Anak kuda harus cukup memperoleh kolostrum sehingga mendapatkan antibodi, vitamin, dan energi yang diperlukan untuk memulai dan mempertahankan hidupnya. Antibodi akan membangun dan memberikan perlindungan pada tubuh anak. Antibodi akan hilang dari kolostrum setelah 24 hingga 36 jam. Anak kuda hampir sepenuhnya tergantung pada kolostrum untuk mendapatkan kekebalan. Tali pusar hendaknya dibiarkan lepas dengan sendirinya, jangan diikat karena ada kemungkinan timbul penyakit pada pusar yang bersifat fatal. Yodium dan merthiolate (nama dagang dari thimerosal antiseptic) diberikan setiap hari setelah tali pusar terputus. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya organisme berbahaya kedalam aliran darah (Blakely dan Bade, 1991). Induk kuda setelah beranak harus dibiarkan menjilati anaknya agar terbentuk ikatan antara induk dan anak kuda. Induk kuda akan mengenali anaknya saat proses ini sehingga dia mau merawat dan menyusui anaknya (Morel, 2008).

Penyapihan

Penyapihan perlu dilakukan untuk mempersiapkan kelenjar susu kuda betina untuk anak kuda pada kelahiran berikutnya. Penyapihan dilakukan saat anak kuda berumur sembilan hingga sepuluh bulan. Anak kuda yang berusia diatas sembilan bulan telah mampu mengkonsumsi pakan padat yang lebih banyak dan sudah tidak

(26)

13 bergantung lagi pada air susu induk kuda. Waktu penyapihan yang terlalu awal dapat menyebabkan berbagai masalah, misalnya kuda tidak dapat berlari dengan anak kuda lain dan tidak mampu mengkonsumsi pakan padat seperti konsentrat. Penyapihan merupakan proses yang sangat berat bagi anak kuda. Penyapihan dapat menyebabkan stress secara fisik dan psikologis bagi anak kuda. Stress secara fisik dapat diatasi dengan pemberian pakan padat secara bertahap sebelum anak kuda disapih hingga anak kuda tersebut disapih dan tidak bergantung lagi pada air susu. Stress secara psikologis dapat diatasi dengan cara mempertemukan anak kuda dan induknya secara rutin dalam suatu area yang dihalangi oleh pagar atau pembatas lainnya dan secara perlahan-lahan waktu pertemuan dikurangi (Morel, 2008).

Pemberian Pakan

Air susu induk dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan yang cukup memadai bagi anak kuda sampai umur enam bulan. Setelah itu, perlu dimulai pemberian pakan khusus atau creep feeding. Anak kuda diberi pakan legum yang berkualitas bagus sekitar 0,75% bobot badan dan konsentrat sebanyak 0,75% bobot badan. Campuran konsentrat harus mengandung 12% protein kasar dan 5% serat kasar. Pakan ini diberikan hingga anak kuda berumur satu tahun dan disapih. Pakan yang sama diberikan setelah disapih dengan kenaikan jumlah sebesar 1% bobot badan untuk konsentrat dan 1,5% bobot badan untuk hijauan (Blakely dan Bade, 1991).

Creep feeding diberikan kepada anak kuda sebelum anak kuda tersebut

disapih. Pakan ini diberikan karena produksi susu induk kuda semakin lama akan semakin berkurang sehingga kebutuhan nutrien dari anak kuda tersebut tidak akan terpenuhi jika hanya mengkonsumsi air susu induk saja. Puncak produksi susu induk kuda adalah ketika anak kuda berumur tiga sampai enam bulan. Creep feeding ini juga bermanfaat untuk mengurangi stress pada anak kuda yang disapih karena anak kuda tersebut sudah memiliki pakan sendiri dan tidak memerlukan lagi air susu. Tempat pakan untuk anak kuda harus berada dekat dengan induk dan mudah dijangkau oleh anak kuda. Creep feeding harus diberikan dalam jumlah yang tidak dibatasi atau ad libitum sehingga anak kuda dapat makan kapan saja saat ia ingin makan. Bentuk pakan yang baik untuk anak kuda adalah bentuk pelet (NRC, 1989).

(27)

14 Anak kuda memerlukan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pembentukan performa yang baik namun tetap harus dihindari kegemukan pada anak kuda (Morel, 2008). Kebutuhan nutrisi anak kuda sejak disapih hingga berumur 24 bulan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan Nutrisi Anak Kuda Anak Kuda Bobot (kg) DE (Mcal) Protein Kasar (g) Lisin (g) Ca (g) P (g) Mg (g) K (g) Vit. A (103 IU) 6 bulan 86 6,2 270 11,6 15,5 8,6 1,7 5,2 4,3 216 15,5 676 29,1 38,6 21,5 4,1 13 10,8 12 bulan 128 7,5 338 14,5 15,1 8,4 2,2 7,0 6,4 321 18,8 846 36,4 37,7 20,9 5,4 17,4 16,1 18 bulan 155 7,7 320 13,7 14,8 8,2 2,5 8,1 7,7 387 19,2 799 34,4 37 20,6 6,2 20,2 19,4 24 bulan 172 7,5 308 13,2 14,7 8,1 2,7 8,8 8,6 429 18,7 770 33,1 36,7 20,4 6,7 22,0 21,5 Sumber: Morel (2008). Kastrasi

Kastrasi merupakan suatu istilah yang biasanya dipakai untuk menghilangkan testis hewan jantan, walaupun secara teknis dapat dipakai juga menghilangkan ovari hewan betina yang lazim disebut spaying. Kastrasi dimaksudkan untuk mencegah hewan dengan kualitas yang rendah untuk bereproduksi. Kastrasi pada mulanya secara efektif meningkatkan kualitas hewan yang digunakan untuk ternak potong dengan menghambat tanda-tanda kelainan sekunder yang tidak diinginkan dan membuat hewan menjadi jinak (Frandson, 1992).

Kastrasi adalah pembuangan kelenjar kelamin pada hewan jantan. Kastrasi dilakukan untuk mengatasi perilaku hewan agar menjadi jinak dan untuk mengurangi populasi. Kastrasi dapat juga berfungsi sebagai pengobatan pada testis, misalnya pengangkatan tumor (venereal sarcoma) atau orchitis. Hewan yang dikastrasi memiliki pertambahan berat badan lebih besar dan memerlukan makanan yang lebih sedikit. Metode kastrasi ada dua macam, yaitu metode berdarah dan tidak berdarah. Metode tidak berdarah dilakukan menggunakan alat yang disebut emasculator yang dijepitkan pada pangkal testis. Adapun metode berdarah terdiri dari dua macam yaitu metode berdarah terbuka dan tertutup. Metode kastrasi terbuka artinya melakukan tindak bedah (kastrasi) dengan menyayat seluruh lapisan, mulai dari kulit scrotum,

(28)

15 sampai tunika dartos dan tunika vaginalis, dan hewan berada dibawah pengaruh

anestesi (Aliambar, 2011).

Kesehatan Kuda

Program kesehatan pada ternak kuda meliputi pencegahan penyakit, pemberian obat cacing, dan tindakan pertolongan pertama. Unsur pertama dalam tata laksana pemeliharaan kesehatan kuda adalah kebersihan, baik kebersihan kandang maupun kuda itu sendiri. Kotak-kotak makanan, alas tidur, dan area kandang harus dikelola sebagaimana mestinya untuk mencegah timbulnya masalah. Temperatur kandang seharusnya mendekati temperatur luar untuk mengurangi kemungkinan munculnya penyakit-penyakit pernafasan. Salah satu gejala pertama dari masalah apa pun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak mau makan sama sekali. Kuda yang sehat hampir selalu lapar dan ingin makan (Blakely dan Bade, 1991).

Tanda atau ciri ternak yang sehat dapat diamati dengan dua cara yaitu secara visual dan ciri-ciri internal. Ciri ternak yang sehat secara fisik diantaranya adalah ekspresinya tidak lesu, pernafasan normal atau tidak mengeluarkan suara, hidung yang bersih, serta mata bersih dan bercahaya. Ciri internal kuda yang sehat adalah suhu tubuh kurang lebih 38oC, denyut nadi saat istirahat berkisar antara 36 sampai 40 denyutan per menit, dan pernafasan berkisar antara enam hingga delapan hembusan per menit (Hamer, 1993).

Salah satu penyakit yang sering menyerang kuda adalah kolik. Gangguan pencernaan ini disebabkan oleh makan yang berlebih, minum berlebih pada waktu panas, makanan berjamur, dan investasi cacing gelang. Usus terhalang atau terjepit, dan menimbulkan rasa sakit, sedangkan kuda sangat sensitif. Tanda-tandanya adalah bergerak terus menerus, kesakitan, berkeringat, berguling-guling, dan tentu saja adanya rasa tidak nyaman. Tanda-tanda lainnya adalah kuda menolak untuk makan. Pengobatannya adalah dengan mengajak kuda berjalan-jalan sampai dokter hewan datang. Minyak mineral seringkali diberikan melalui pipa yang dimasukkan kedalam lambung (stomach tube) untuk menghilangkan pemadatan (Blakely dan Bade, 1991). Banyak hal yang dapat menyababkan kolik sehingga sangat penting untuk mengetahui secara tepat tipe serta penyebab dari kolik tersebut untuk dapat menetukan prognosis dan melakukan terapi. Ada beberapa macam kolik diantaranya

(29)

16 adalah kolik konstipasi, spasmodic, timpani, sumbatan, lambung, dan trombo-emboli. Kolik konstipasi (impaksio kolon) terjadi karena kurang bermutunya kualitas pakan, kurangnya jumlah air yang diminum, kelelahan setelah pengangkutan, keadaan gigi yang kurang baik sehingga pakan tidak dapat dikunyah dengan sempurna, setelah operasi, setelah pengobatan cacing, dan pada anak kuda yang baru dilahirkan karena

retensi mukoneum. Pada kolik ini kebanyakan dijumpai timbunan pakan atau

benda-benda lain dalam flexura pelvina (Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007).

Kolik spasmodic disertai dengan rasa mulas yang biasanya berlangsung tidak lama, akan tetapi terjadi secara berulang kali. Rasa mulas ditimbulkan oleh kenaikan gerak peristaltik usus sehingga menyebabkan tergencetnya syaraf. Kenaikan peristaltik ini dapat menyebabkan diare. Kolik timpani (Flatulent Colic) ditandai dengan tertimbunnya gas yang berlebihan pada kolon dan sekum. Pembebasan gas yang tertimbun terhalang oleh perubahan lain dari saluran pencernaan (Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007).

Kolik sumbatan ditandai dengan adanya ingesta yang terhalang di usus oleh adanya batu usus atau bola serat kasar. Kolik ini juga ditandai dengan adanya rasa sakit yang berlangsung secara progresif, penurunan kondisi, dan gejala autointoksikasi. Pada kasus ini jika dilakukan eksplorasi di dalam rektum maka akan dijumpai rektum yang kosong sedang timbunan masa feses terdapat di fleksura (Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007). Autointoksikasi merupakan penyakit yang disebabkan keracunan dari dalam tubuh sendiri. Usus besar merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berperan sebagai tempat mengumpulkan sisa makanan, mengabsorbsi beberapa zat makanan yang masih dibutuhkan di dalam tubuh seperti mineral dan air, serta tempat pertumbuhan bakteri. Bila fungsi ini terganggu maka racun (toksin) yang berasal dari sisa-sisa makanan akan terbentuk dan oleh sistem peredaran darah akan dilepas ke seluruh tubuh mengakibatkan setiap sel di dalam tubuh kita keracunan sehingga kemampuan sel untuk meregenerasi hilang dan akibatnya menimbulkan penyakit (Nabawy, 2011).

Kolik lambung terjadi akibat meningkatnya volume lambung yang berlebihan. Kolik ditandai dengan ketidaktenangan, anoreksia total (berkurangnya nafsu makan), rasa sakit yang terjadi mendadak atau sedikit demi sedikit, dan

(30)

17 muntah. Kolik trombo-emboli terjadi akibat gangguan aliran darah kedalam suatu segmen usus, sebagai akibat terbentuknya simpul-simpul arteri oleh migrasi larva cacing Strongylus vulgaris. Terbendungnya saluran darah oleh thrombus dan

embolus mengakibatkan terjadinya kolik spasmodic yang rekuren, sedangkan atony

(berkurangnya tonus otot yang normal) segmen usus mengakibatkan terjadinya kolik konstipasi (Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007).

Penanganan kuda yang mengalami kolik menurut Sikar (2002) yaitu membiarkan kuda di dalam kandang dengan bebas dan terhindar dari benda-benda yang dapat melukai. Sikap dan tingkah laku kuda diobservasi, kemudian dilakukan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, dan eksplorasi rektal yang bertujuan untuk memperoleh diagnosa yang tepat atau diagnosa dugaan. Pengobatan dilakukan setelah yakin dengan diagnosa dan dipilih obat yang sesuai dengan gejalanya.

Stomach tube digunakan untuk memasukkan obat langsung kedalam lambung dan

mengeluarkan gas pada kasus timpani sehingga dapat mengurangi kepenuhan lambung. Sedangkan rectal tube digunakan untuk memasukkan enema kedalam usus yang bertujuan untuk melunakkan feses, merangsang peristaltik, serta menormalkan kondisi kolon yang mengalami torsio. Hal ini dilakukan setelah feses dikeluarkan melalui palpasi rektal. Pengobatan secara parenteral dilakukan menggunakan obat injeksi yang cocok dan paling mudah dilakukan dan hal yang paling utama dalam penanganan kolik adalah pemberian penenang dan analgesik. Jika terpaksa pengeluaran gas yang terjebak di sekum dapat dilakukan dengan trokarisasi. Gejala kolik dapat dicegah dengan pemberian pakan yang baik, jadwal pemberian pakan yang tepat, pemberian air ad libitum, perawatan gigi, pemberian obat cacing secara reguler, pemberian pakan yang sedikit mengandung karbohidrat, dan tidak mengubah bahan pakan secara tiba-tiba.

Tetanus dan kejang-kejang merupakan salah satu penyakit yang paling membahayakan ternak kuda. Penyakit ini dapat dicegah dengan cara melakukan vaksinasi. Vaksinasi harus dilakukan secara rutin dan teratur. Vaksinasi dilakukan berulang kali dan dengan jenis yang berbeda karena vaksinasi berlaku spesifik untuk setiap penyakit. Salah satu vaksin yang biasa diberikan pada kuda yang akan mengikuti suatu perlombaan adalah vaksinasi untuk menghindari influenza pada kuda (Drummond, 1988). Obat cacing harus diberikan kepada anak kuda sebelum

(31)

18 berumur 60 hari. Obat cacing akan lebih baik jika diberikan sejak umur 30-40 hari. Obat cacing dapat secara rutin diberikan pada anak kuda sejak anak kuda mulai mengkonsumsi konsentrat (Lane, 2010).

(32)

19 MATERI DA METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juli sampai dengan 5 Agustus 2010 di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI-AD Parongpong, Jl. Kol. Masturi Km 7 Parongpong, Lembang, Bandung, Jawa Barat.

Materi

Materi penelitian ini menggunakan ternak kuda sebanyak 108 ekor yang terdiri atas 22 ekor anak kuda (0-24 bulan), tiga ekor kuda jantan dewasa, 26 ekor kuda betina dewasa, dan 57 ekor kuda kavaleri (sedang dan sudah dilatih). Peralatan yang digunakan meliputi pita ukur, alat tulis, dan kamera.

Prosedur

Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan yaitu dengan melakukan survei ke Denkavkud TNI-AD Parongpong. Data penelitian pendahuluan digunakan sebagai informasi awal dan bahan persiapan materi penelitian. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan pencatatan data yang telah ada. Data yang dikumpulkan meliputi:

1. Pengadaan kuda, hal-hal yang dicatat meliputi sistem pengadaan dan asal-usul. Data ini akan digunakan untuk mengetahui asal-usul kuda yang sering digunakan dan cara untuk mendatangkan kuda tersebut.

2. Manajemen pemberian pakan, hal-hal yang dicatat meliputi jenis pakan yang digunakan serta kandungan nutriennya, pengadaan pakan, jumlah pakan yang diberikan, dan frekuensi pemberian pakan.

3. Sistem perkandangan, hal-hal yang dicatat adalah tipe kandang, luas kandang, tipe atap kandang, bahan alas kandang, ukuran tempat pakan, ukuran tempat minum.

4. Manajemen reproduksi, hal-hal yang dicatat adalah persiapan sebelum pengawinan, proses pengawinan, metode pemeriksaan kebuntingan, dan proses kastrasi pada kuda jantan.

5. Sanitasi, hal-hal yang dicatat adalah frekuensi pembersihan kuda, kandang, tempat pakan dan minum, serta frekuensi pembersihan lingkungan sekitar kandang dalam sehari.

(33)

20 6. Penanganan kesehatan, data yang dicatat meliputi kesehatan kuda, penyakit

yang sering menjangkit dan cara pengobatannya.

7. Kesejahteraan hewan, akan menjelaskan tentang perlakuan yang diterima oleh kuda. Data yang diamati meliputi lama penggunaan hewan, periode penggunaan, lama kuda dilepaskan di pastura, kondisi fisik kuda dan lama istirahat kuda dalam sehari.

8. Bobot badan kuda. Data bobot badan kuda digunakan untuk menentukan jumlah kebutuhan nutrisi.

Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan dari pengamatan langsung, sedangkan data sekunder adalah pencatatan kembali data yang sudah ada di Denkavkud. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Data bobot badan kuda, status fisiologis, dan tingkat aktivitas kuda digunakan untuk menentukan kebutuhan nutrisi masing-masing kuda. Rumus yang digunakan untuk menentukan kebutuhan nutrisi kuda, berdasarkan NRC (1989) :

1. Estimasi kebutuhan energi tercerna (Mkal/hari) Kebutuhan pokok, DE = 1,4 + (0,03 x BB) Pejantan, DE = 1,25 x kebutuhan pokok DE

Betina bunting 9 bulan, DE = 1,11 x kebutuhan pokok DE

Betina laktasi (0-3 bulan), DE = kebutuhan pokok DE + (0.03 x BB x 0,792) Kuda kerja ringan, DE = 1,25 x kebutuhan pokok DE

Kuda kerja sedang, DE = 1,5 x kebutuhan pokok DE

Anak kuda (4-24 bulan), DE = kebutuhan pokok DE+(4,81+1,17X - 0,023X2

) (ADG) Keterangan : BB = bobot badan (kg), X = umur (bulan), ADG = average daily gain atau pertambahan bobot badan harian (kg)

2. Estimasi kebutuhan protein kasar (g/hari) Kebutuhan pokok, PK = 40 x DE

Pejantan dan kuda kerja, PK = 40 x DE Betina bunting 9 bulan, PK = 44 x DE

Betina laktasi (0-3 bulan), PK = keb. pokok PK + [(0,03 x BB x 0,021 x 1000)/0,65] 0,55

(34)

21 Anak kuda (12-23 bulan), PK = 45 x DE

Anak kuda 24 bulan, PK = 42,5 x DE 3. Estimasi kebutuhan lisin (g/hari)

Kuda dewasa, lisin = 0,035 x CP

Anak kuda (6-11 bulan), lisin = 2,1 x DE Anak kuda (12-23 bulan), lisin = 1,9 x DE Anak kuda 24 bulan, lisin = 1,7 x DE 4. Estimasi kebutuhan kalsium (g/hari)

Kebutuhan pokok, Ca = 0,04 x BB Pejantan dan kuda kerja, Ca = 1,22 x DE Betina bunting 9 bulan, Ca = 1,9 x DE

Betina laktasi (0-3 bulan), Ca = keb. pokok Ca + [(0,03 x BB x 1,2)/0,5] Anak kuda, Ca = (0,04 x BB) + (32 x ADG)

5. Estimasi kebutuhan fosfor (g/hari) Kebutuhan pokok, P = 0,028 x BB Pejantan dan kuda kerja, P = 0,87 x DE Betina bunting 9 bulan, P = 1,41 x DE

Betina laktasi (0-3 bulan), P = (0,01 x BB ) + (0,03 x BB x 0,75) 0,45

Anak kuda, P = (0,022 x BB) + (17,8 x ADG) 6. Estimasi kebutuhan magnesium (g/hari)

Kebutuhan pokok, Mg = 0,015 x BB Pejantan dan kuda kerja, Mg = 0,46 x DE Betina bunting 9 bulan, Mg = 0,48 x DE

Betina laktasi (0-3 bulan), Mg = keb. pokok Mg + [(0,03BB x 0,09)/0,4] Anak kuda, Mg = (0,015 x BB) + (1,25 x ADG)

7. Estimasi kebutuhan vitamin A (IU/hari) Kebutuhan pokok, Vitamin A = 30 x BB

Betina bunting dan menyusui, Vitamin A = 60 x BB Lainnya, Vitamin A = 45 x BB

(35)

22 HASIL DA PEMBAHASA

Keadaan Umum

Letak Geografis

Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) tempat penelitian dilakukan terletak di Jl. Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Denkavkud ini berada sekitar 15 km dari pusat kota Bandung dengan ketinggian antara 1200-1400 m di atas permukaan laut. Lokasi ini merupakan lokasi yang ideal untuk kegiatan peternakan dan pengembangbiakan kuda dalam rangka peningkatan kualitas kuda kavaleri TNI-AD. Suhu udara pada pagi hari berkisar antara 13-18 oC, siang hari berkisar antara 21-25 oC, dan sore hari berkisar antara 18-22 oC. Luas areal Denkavkud sekitar 101 ha yang terbagi atas dua wilayah, yaitu wilayah peternakan (Gambar 1) dan pemukiman tentara (Gambar 2).

Gambar 1. Denah Peternakan Kuda di Denkavkud Gudang Pakan Ruang Jaga Kantor Pos Jaga Gudang Keterangan: = Kandang Kuda = Jalan Kebun Rumput untuk Pakan Kuda Lahan Pertanian Gudang Serbuk Gergaji A M L N O D J G E B K I F H C P

(36)

23 Gambar 2. Denah Pemukiman Tentara

Luas areal peternakan yaitu 46 ha yang terdiri atas 16 kandang kuda (A sampai P pada Gambar 1), pastura yang terdapat di sekeliling kandang, gudang pakan, gudang serbuk gergaji, kantor, ruang jaga, dan kebun rumput. Luas areal kebun rumput di Denkavkud yaitu 21 ha. Rumput yang ditanami di kebun tersebut adalah rumput African star. Luas areal pemukiman tentara yaitu 55 ha. Selain perumahan tentara dan kantor, terdapat lahan pertanian di areal tersebut yang dikelola oleh keluarga anggota TNI-AD.

Sejarah Denkavkud

Detasemen Kavaleri Berkuda disingkat Denkavkud merupakan satuan operasional dibawah Pusat Kesenjataan Kavaleri Kodiklat TNI AD dengan tugas pokok melaksanakan tugas operasi khususnya patroli pengamanan, menyelenggarakan pendidikan kuda militer dan personil, menyiapkan satuan kavaleri berkuda untuk Komando Daerah Militer (Kodam), menyelenggarakan peternakan kuda dan tugas–tugas protokoler, serta pengembangan olah raga berkuda nasional.

Perumahan Perwira Kantor Pusat Komando Perumahan Tentara Perumahan Tentara Lapangan Upacara Barak Tentara Guest House Kantor dan Pos Penjaga

Masjid

Lahan Pertanian

(37)

24 Detasemen Kavaleri Berkuda Pussenkav TNI AD mulai didirikan sejak adanya kuda hasil rampasan selama perang kemerdekaan pada akhir Desember 1949 dan awal tahun 1950 di Pulau Jawa. Sebanyak 20 ekor kuda diserahkan kepada orang-orang Eks KNIL yang ahli merawat serta mendidik kuda yaitu Kavaleri AD pada saat itu. Tahun 1957, Pusat Kavaleri AD mengadakan pembelian kuda baru dari Australia yaitu kuda Thoroughbred sebanyak 178 ekor untuk menambah kuda yang telah ada. Tahun 1967 dilakukan pembelian kuda baru dari Pakistan sebanyak 80 ekor. Kuda yang saat ini ada di Denkavkud merupakan hasil pembibitan oleh petugas yang berada di bagian Kompi Peternakan. Kuda lokal disilangkan dengan kuda Thoroughbred dan kuda Pakistan yang memiliki kualitas baik. Persilangan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas kuda yang ada di Denkavkud.

Sarana dan Prasarana

Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) memiliki lahan yang digunakan sebagai kantor, pemukiman tentara, lapangan upacara, kandang kuda, padang rumput, dan lahan pertanian. Populasi kuda mencapai 183 ekor yang terdiri atas tiga ekor kuda pejantan, 26 ekor kuda induk, 22 ekor anak kuda (umur 0-24 bulan), tujuh ekor kuda yang belum menjalani pendidikan (remonte), 15 ekor kuda remonte, 86 ekor kuda yang telah lulus remonte, 22 ekor kuda afkir, dan dua ekor kuda jantan kerdil. Penggunaan kandang berdasarkan jenis kuda dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penggunaan Kandang Berdasarkan Jenis Kuda pada Saat Penelitian

Kandang Jumlah Kuda (Ekor) Keterangan

A, D, E, F, I, J 78 Kuda Lulus Remonte

B 24 Kuda Tua dan Cacat

C 11 Kuda Remaja

G - Renovasi

H 23 Kuda Remonte dan Lulus Remonte

K 8 Kuda Bibit (Thoroughbred)

L - Renovasi

M 12 Kuda Betina Siap Kawin

N 19 Kuda Bunting, Laktasi, dan Anak Kuda

O 6 Kuda Sakit (Karantina)

P 2 Kuda Pejantan

(38)

25 Kuda di Denkavkud dipelihara oleh dua Kompi yang berbeda, yaitu Kompi Peternakan (Kinak) dan Kavaleri (Kikav). Kompi Peternakan bertanggung jawab memelihara anak kuda, kuda remaja, induk, pejantan, remonte, dan afkir, sedangkan Kompi Kavaleri bertanggung jawab memelihara kuda yang telah lulus remonte.

Manajemen Pemberian Pakan

Jenis Pakan

Pakan yang diberikan pada kuda di Denkavkud adalah hijauan dan konsentrat. Jenis hijauannya adalah African star grass (Cynodon plectostachyus) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3, masyarakat menyebutnya rumput “kekawatan”. Rumput dipanen pukul 09.00 WIB dan diangkut dengan menggunakan mobil bak terbuka. Rumput yang telah dipanen tidak langsung diberikan pada kuda namun disimpan terlebih dahulu di gudang rumput yang ada di masing-masing bangunan kandang dan baru akan diberikan pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB. Penyimpanan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat di dalam rumput (pelayuan). Kuda mampu mengkonsumsi lebih banyak bahan kering dari rumput yang telah dilayukan, sehingga kebutuhan serat dari hijauan untuk mekanisme fisiologis pencernaannya dapat tercukupi. Proses pelayuan rumput ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kadar air rumput, suhu, dan kelembaban udara. Proses pelayuan akan lebih cepat jika kadar air rumput rendah, suhu lingkungan tinggi, dan kelembaban udara rendah.

Jumlah rumput dipanen sekitar dua ton per hari. Sistem pemanenan dilakukan secara rotasi dengan masa rotasi kurang lebih dua bulan setiap paddock. Menurut Miller et al. (2010), African star grass dapat berproduksi sebanyak 47,0 - 55,6 ton/ha/tahun, dengan interval pemanenan selama 21 hari. Rumput tersebut adalah jenis rumput yang tumbuh dan dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis.

African star grass berkembang dengan stolon. Rumput ini baik juga digunakan untuk

padang penggembalaan atau pastura (González et al., 2010). Kandungan nutrien rumput African star adalah 32% bahan kering; 3,4% abu; 0,6% lemak kasar; 9,6% serat kasar; 15,4% BETN; dan 2,8% protein kasar (Hartadi et al., 1986).

(39)

26 Gambar 3. African Star Grass

Terdapat dua jenis konsetrat yang digunakan di Denkavkud, yaitu konsetrat dengan merk dagang Vital dan Haras (Gambar 4) yang diproduksi oleh Royal

Horses. Konsentrat Haras digunakan untuk pakan kuda Australia (Thoroughbred),

sedangkan konsentrat Vital digunakan untuk kuda lainnya (selain kuda Australia). Selain itu pakan kuda Australia diberi tambahan yaitu dedak gandum. Pakan kuda Australia memiliki kualitas yang lebih baik karena kuda tersebut merupakan kuda bibit yang diharapkan memiliki performa yang baik dan dapat menghasilkan keturunan yang baik pula. Berdasarkan keterangan yang tertera dalam label, konsentrat Vital digunakan untuk pakan kuda kerja dengan tingkat aktivitas rendah dan sedang, sedangkan konsentrat Haras digunakan untuk kuda bibit yang terdiri atas betina, jantan, dan anak kuda.

Gambar 4. Pakan Konsentrat

Komposisi pakan konsentrat Vital berdasarkan label pada kemasan terdiri atas dedak gandum, alfalfa kering, dedak padi, bungkil kedelai, molasses, minyak kelapa sawit, garam mineral, trace elements, vitamin, dan mannan-oligosaccharides (tanpa mencantumkan persentasenya). Komposisi pakan konsentrat Haras berdasarkan label pada kemasan adalah serealia (jagung, barley), dedak gandum,

(40)

27

alfalfa kering, oat husk, dedak padi, bungkil kedelai, corn gluten meal, molasses,

lemak sayuran, garam mineral, trace elements, vitamin, dan

mannan-oligosaccharides (tanpa mencantumkan persentasenya). Bentuk pakan konsentrat

Vital dan Haras adalah pellet. Kandungan nutrien dari masing-masing konsentrat Vital, Haras, dan dedak gandum dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan Nutrien per Kilogram Konsentrat

Nutrien Vital1 Haras1 Dedak Gandum2

Digestible Energy (Kkal) 2240 2720 2940

Protein (%) 11,50 16 15,4 Mg 2,5 g 3 g 0,56% Lisin 3,7 g 6 g 0,56% Ca 9 g 14 g 0,13% Phosphorus 4 g 7 g 1,13% Vitamin A 9000 IU 11000 IU -

Keterangan: 1Berdasarkan label yang terdapat dalam kemasan, dan 2berdasarkan NRC (1989) Pemberian Pakan Kuda Pejantan

Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) memiliki tiga ekor pejantan dengan bangsa yang berbeda, yaitu kuda Thoroughbred, G1 hasil persilangan kuda

Thoroughbred dan lokal, dan kuda Arab. Ransum yang diberikan pada kuda Thoroughbred berbeda dengan dua kuda jantan lainnya. Kuda jantan Thoroughbred

diberi 4 kg pakan konsentrat Haras, 25 kg rumput, dan 1,7 kg dedak gandum, sedangkan kuda jantan lainnya diberi pakan 4 kg konsentrat Vital dan 25 kg rumput. Frekuensi pemberian pakan sebanyak empat kali dalam sehari yaitu pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Setiap hari Senin dan Kamis ketiga kuda pejantan diberikan tambahan pakan berupa telur ayam mentah sebanyak 500 gram. Pada masa pengawinan telur ayam tersebut diberikan setiap hari dengan jumlah yang sama dan dilakukan setelah kuda pejantan kawin. Telur diberikan karena mengandung asam amino yang seimbang sehingga dapat membantu produksi hormon reproduksi dan diharapkan kuda tersebut dapat menghasilkan semen dengan kualitas yang baik.

Kuda jantan memerlukan nutrisi untuk hidup pokoknya, kebutuhan nutrisinya akan semakin meningkat pada masa pengawinan. Kuda jantan pada masa pengawinan memerlukan ransum dengan kandungan energi yang tinggi, selain itu kuda jantan memerlukan ransum dengan kandungan protein dan vitamin A yang

(41)

28 tinggi untuk memproduksi sperma yang baik. Menurut Jacoebs (1994) pejantan yang akan dikawinkan mulai diberi pakan yang berkualitas dan vitamin dua hingga tiga bulan sebelum pengawinan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesuburan pejantan. Kandungan nutrien ransum yang diberikan pada kuda jantan di Denkavkud dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan Nutrien Ransum Kuda Jantan

Ransum Komponen DE (MKal) PK (g) Lisin (g) Ca (g) P (g) Mg (g) Vitamin A (IU) A 4 kg K. Haras 1 10,88 640 24 56 28 12 44000 25 kg Rumput 2 20,48 700 26,6* 37,5* 20* 12,5* - 1,7 kg Bran 3 5,00 261,8 9,52 2,21 19,2 9,52 - 500 g Telur 4 - 60,9 5,97 0,251 0,94 0,219 - Total 36,36 1662,7 66,09 96 68,1 34,24 44000 B 4 kg K. Vital 1 8,96 460 14.8 36 16 10 36000 25 kg Rumput 2 20,48 700 26,6* 37,5* 20* 12,5* - 500 g Telur 4 - 60,9 5,97 0,251 0,94 0,219 - Total 29,44 1220,9 47,37 73,8 36,9 22,72 36000

Keterangan: Ransum A untuk kuda Thoroughbred, ransum B untuk dua kuda pejantan lainnya. 1

berdasarkan label pada kemasan, 2Hartadi, et al. (1986), 3NRC (1989), 4Romanoff & Romanoff (1963), *dihitung berdasarkan persentase lisin, Ca, P, dan Mg pada rumput Cynodon

dactylon (NRC, 1989). DE (digestible energi), PK (protein kasar), Ca (kalsium), P (fosfor), dan Mg (magnesium).

Kebutuhan nutrisi kuda pejantan (Lampiran 12 dan 13) pada masa pengawinan seperti energi, protein kasar, lisin, dan beberapa mineral sudah tercukupi dari pakan yang diberikan. Energi dibutuhkan untuk hidup pokok dan produksi. Energi untuk hidup pokok adalah energi yang dibutuhkan untuk memelihara bobot badan dan temperatur tubuh saat kuda sedang istirahat. Suplai energi diatas kebutuhan hidup pokok adalah untuk produksi seperti pertumbuhan, kerja, dan reproduksi. Kuda menyimpan kelebihan energi menjadi lemak tubuh. Protein diperlukan oleh tubuh untuk membangun jaringan baru untuk pertumbuhan, reproduksi, atau mengganti jaringan tubuh yang telah rusak. Pemberian suplemen protein berupa telur kepada kuda pejantan di Denkavkud tidak diperlukan karena seluruh kebutuhan nutrisi kuda tersebut sudah tercukupi dari rumput dan konsentrat yang diberikan.

Gambar

Tabel 2.  Kebutuhan Nutrisi Kuda Berdasarkan Tingkat Aktivitasnya
Tabel 3.  Kebutuhan Nutrisi Kuda Bunting
Tabel 5.  Kebutuhan Nutrisi Anak Kuda
Gambar 1. Denah Peternakan Kuda di Denkavkud
+7

Referensi

Dokumen terkait