• Tidak ada hasil yang ditemukan

Observasi Lama Siklus Dan Periode Estrus pada kuda (Equus caballus) di detasemen kavaleri berkuda (Denkavkud) Parongpong Lembang-Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Observasi Lama Siklus Dan Periode Estrus pada kuda (Equus caballus) di detasemen kavaleri berkuda (Denkavkud) Parongpong Lembang-Jawa Barat"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

0

OBSERVASI LAMA SIKLUS DAN PERIODE ESTRUS PADA

KUDA (

Equus caballus

) DI DETASEMEN KAVALERI

BERKUDA (DENKAVKUD) PARONGPONG

LEMBANG-JAWA BARAT

SKRIPSI

ENENG DEPI KUSMAYANTI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

i RINGKASAN

Eneng Depi Kusmayanti. D14070084. 2011. Observasi Lama Siklus dan Periode Estrus pada Kuda (Equus Caballus ) di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Parongpong, Lembang - Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. Pembimbing Anggota : Dr. Dra. R. Iis Arifiantini, M.Si

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gejala estrus yang tampak pada kuda dan menentukan lama siklus serta periode estrus di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) dalam upaya menentukan waktu optimal kawinnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode observasi lapang, wawancara dan pengamatan secara langsung. Pengamatan meliputi manajemen reproduksi induk kuda, gejala-gejala estrus yang tampak, lama siklus estrus alamiah pada induk kuda yang pernah beranak dan lama periode estrus.

Induk kuda yang berada di Denkavkud Parongpong Lembang, Jawa Barat dipelihara secara semi intensif. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi, sore dan malam hari. Pada pagi hari induk kuda diberi ransum sebanyak 1,5 kg/e/h dan pada sore hari 2 kg/e/h. Rumput diberikan pada malam hari yaitu sekitar pukul 20.00 WIB sebanyak ± 25 kg/e/h. Pada siang hari induk kuda dibiarkan merumput hingga menjelang sore hari.

Gejala-gejala yang timbul selama kuda estrus adalah menurunnya nafsu makan, bersahutan suara dengan pejantan ataupun teaser, urinasi saat melihat pejantan dan winking (klitoris berdenyut-denyut). Gejala lain yang tampak adalah keluarnya lendir berwarna krem hingga putih yang terlihat pada bagian vulva, tidak menolak jika didekati pejantan dan berada dalam posisi siap kawin atau menghampiri pejantan dengan sendirinya serta memberikan bagian belakangnya pada teaser. Vulva kuda yang sedang estrus terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan vulva yang tidak estrus, terlihat basah dan biasanya tertinggal lendir yang sudah mengering. Ciri lain yang teramati adalah terjadinya peningkatan urinasi pada saat di kandang sehingga kandang terlihat lebih basah dibandingkan dengan kandang kuda yang tidak estrus. Kuda yang sedang estrus selalu terlihat mengangkatkan ekornya dalam waktu yang relatif lama. Lama siklus estrus alamiah untuk induk kuda yang berada di Denkavkud dengan kisaran suhu lingkungan antara 23-27oC (siang) dan 17-20oC (malam), berkisar antara 14-23 hari dengan nilai rataan 19,21±3,67 hari, sedangkan untuk lama periode estrus berlangsung antara 4-6 hari dengan nilai rataan 4,95±0,5 hari.

(3)

ii ABSTRACT

Observation of Estrous Cycle and Estrus Period in Mare (Equus caballus) at Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Parongpong

Lembang-West Java

Kusmayanti. E.D, Siagian P.H dan Arifiantini R.I

The success of reproductive activity in horses is closely related to the estrous cycle and estrus period. This study reports the estrous cycle, estrus period as well as estrus behavior in the Detasemen Kavaleri Berkuda with the environmental temperature range between 23 to 27oC (day) and 17 to 20oC (night). The length of the estrous cycle was 19.21±3.67 days, with estrus itself lasting 4.95±0.5 days. The behavior arising during estrus was decreasing appetite, squealing with stallion, occasional urinating and aversion of the vulvae labia (winking), secreting of white to cream mucus at the vulva, mare do not refusing when approached by stallion or come to the stallion and squatting, went to stud by itself and give the back part or its rump. The vulva in estrus mare appear to be larger than non estrus mare, the vulva looks wet and dried mucus left on a part of the vulva. Other characteristic were the high frequent of urination during in the stable that makes the cage looks wetter than non estrus mare and estrus mare always raising the tail in a relatively long time.

(4)

iii

OBSERVASI LAMA SIKLUS DAN PERIODE ESTRUS PADA

KUDA (

Equus caballus

) DI DETASEMEN KAVALERI

BERKUDA (DENKAVKUD) PARONGPONG

LEMBANG-JAWA BARAT

LEMBAR PERNYATAAN

Eneng Depi Kusmayanti D14070084

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

iv LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Observasi Lama Siklus dan Periode Estrus Pada Kuda (Equus Caballus ) di Detasemen Kavaleri Berkuda Parongpong, Lembang - Jawa Barat

Nama : Eneng Depi Kusmayanti NIM : D14070084

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS) (Dr. Dra. R. Iis Arifiantini, M.Si) NIP. 1946082519771101001 NIP. 196008041981032001

Mengetahui: Ketua Departemen,

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc) NIP. 195912121986031004

(6)

v RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak E. Kosasih dan Ibu Dedeh yang dilahirkan pada tanggal 8 September 1989 di Bogor, Jawa Barat.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di Sekolah Dasar Negeri Tanjung Sari 02 dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2003 di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Cariu. Penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bogor dan diselesaikan pada tahun 2007. Penulis aktif dalam kegiatan pramuka dan memiliki kesempatan untuk menjadi panitia dalam kegiatan Jambore Nasional (Jamnas) pada tahun 2005 sebagai Sekretaris 2 Kecamatan 8 Putri.

(7)

vi KATA PENGANTAR

Kegiatan budidaya pada ternak tidak terlepas dari tiga unsur pokok utama yaitu feeding, breeding dan management. Breeding dalam hal ini diantaranya meliputi suatu usaha peningkatan keberhasilan pengawinan pada ternak. Pengawinan pada ternak seperti kuda saat ini masih tergolong rendah baik secara alami maupun buatan. Keberhasilan dari pengawinan ini tidak terlepas kaitannya dengan lama siklus dan periode estrus. Hasil penelitian mengenai lama siklus dan periode estrus ini masih sedikit dilaporkan khususnya di Negara Indonesia.

Skripsi ini memberikan informasi mengenai lama siklus dan periode estrus pada kuda serta manajemen reproduksi secara umum yang berada di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Parongpong, Lembang-Jawa Barat. Proses penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yang terdiri dari tahapan persiapan dan pelaksanaan penelitian.

Penelitian dilakukan dengan observasi lapang, wawancara, pengambilan data primer maupun sekunder. Observasi dilakukan untuk mempelajari manajemen pemeliharaan induk kuda secara umum yang dilengkapi dengan informasi hasil wawancara. Pengambilan data primer meliputi lama siklus dan periode estrus sedangkan untuk data sekunder terdiri atas komposisi pakan, frekuensi beranak dan lain-lain yang mendukung hasil penelitian ini.

Skripsi ini ditulis secara sistematis yang diawali dari bab pendahuluan, isi dan diakhiri dengan penutup. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menentukan waktu optimal kawin kuda sehingga dapat meningkatkan produktivitas khususnya bagi kuda yang berada di Denkavkud.

Bogor, Februari 2011

(8)

vii

Fisiologi Reproduksi Kuda Betina ... 3

Anatomi Reproduksi ... 3

Pubertas ... 7

Siklus Estrus ... 8

Periode Estrus ... 10

Peranan Hormon Selama Siklus Estrus ... 10

Deteksi Estrus ... 13

Faktor yang Mempengaruhi Lama Siklus dan Periode Estrus ... 17

Kebutuhan Zat Makanan Untuk Kuda ... 18

Air ... 19

Observasi Manajemen Reproduksi Induk Kuda ... 24

(9)

viii

Penentuan Lama Siklus dan Periode Estrus ... 25

Analisa Data ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Struktur Populasi ... 26

Induk Kuda ... 27

Kuda Pejantan ... 28

Kuda Remonte ... 29

Manajemen Reproduksi Induk Kuda ... 29

Pemberian Pakan ... 29

Perawatan Kuda ... 30

Perawatan Kandang ... 32

Proses Persiapan dan Pengawinan ... 32

Gejala Estrus ... 34

Siklus dan Periode Estrus ... 37

Efisiensi Reproduksi ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

Kesimpulan ... 42

Saran ... 42

UCAPAN TERIMA KASIH ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(10)

ix DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Organ Reproduksi Kuda Betina ... 3

2. Uterus ... 5

3. Serviks ... 6

4. Konformasi Vulva Normal dan Abnormal ... 7

5. Vulva Kuda Normal (a) dan Vulva Kuda Abnormal (b) ... 7

6. Level Hormon dan Aktivitas Ovarium pada Siklus Estrus ... 10

7. Skema Umum Siklus Estrus ... 12

8. Pen Teasing ... 14

9. Paddock Teasing ... 14

10. Teasing Rails ... 15

11. Trying Board ... 16

12. Teasing Mill ... 16

13. Fase Siklus Estrus Kuda Betina pada Iklim Subtropis ... 17

14. Kawin Alam pada Kuda ... 33

15. Kuda Betina Urinasi Saat Melihat Pejantan ... 34

16. Kuda Betina yang Sedang Winking ... 34

17. Urin Kuda yang Sedang Estrus ... 35

18. Kuda Pejantan Mendekati Kuda yang Estrus ... 35

19. Betina Estrus Menghampiri Kuda Pejantan ... 35

20. Vulva Kuda yang Sedang Estrus ... 36

21. Ekor Kuda Betina Estrus (a) dan Ekor Kuda Betina yang Tidak Estrus (b) ... 36

(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Denah Kandang Denkavkud Secara Umum ... 48

2. Denah Kandang Induk ... 49

3. Data Ulangan Lama Siklus dan Periode Estrus Induk Kuda ... 51

4. Rataan Bobot Badan Induk Kuda ... 51

5. Perkiraan Konsumsi Rumput African star pada saat merumput ... 51

6. Kandungan Nutrient Rumput African Star ... 52

7. Perhitungan Total Asupan Nutrisi dari Rumput African Star Berdasarkan As Fed ... 52

8. Perhitungan Total Asupan Nutrisi Konsentrat Vital Berdasarkan As Fed . 52

9. Total Asupan Nutrisi pada Induk Kuda di Denkavkud ... 52

10. Kebutuhan Maintenance Nutrisi Induk Berdasarkan NRC (1989) dengan Bobot Badan 200-600 kg ... 53

11. Rumus Perhitungan Kebutuhan Maintenance Kuda Berdasarkan NRC (1989) dengan Bobot Badan 400-600 Kg ... 53

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kuda yang dikenal sebagai hewan herbivora-non ruminansia memiliki manfaat cukup banyak bagi kehidupan manusia. Dalam sejarah tercatat bahwa kuda dapat digunakan sebagai bahan pangan melalui pemanfaatan daging dan susu. Selain itu kuda juga dapat dimanfaatkan untuk olahraga atau rekreasi, keperluan pertanian secara luas dan sebagai alat pengangkutan bahkan sebagai kuda perang seperti yang berada di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Lembang, Jawa Barat. Melalui peranannya ini maka penting untuk dilakukan pelestarian melalui budidaya yang intensif.

Selain pengawinan secara alamiah, inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu teknologi reproduksi yang digunakan untuk peningkatan produksi dan perbaikan mutu genetik ternak dan sebagai alat dalam pelaksanaan kebijakan pemuliaan secara nasional. Di Indonesia IB pada kuda telah dilaksanakan sejak tahun 2000-an, meskipun demikian sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang optimal, dibandingkan dengan IB pada ternak lainnya.

Tingkat keberhasilan pengawinan kuda yang masih rendah baik secara inseminasi maupun kawin alam di Indonesia sudah selayaknya menjadi suatu titik perhatian. Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan pengawinan ini adalah minimnya informasi mengenai lama siklus dan periode estrus pada kuda, sehingga peternak tidak mampu untuk menentukan waktu optimal kawin pada kuda. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan ternak lainnya seperti pada sapi, kambing, domba dan babi tingkat keberhasilan pengawinannya relatif lebih tinggi.

(14)

2 dasar sebagai suatu sarana untuk dilakukannya observasi mengenai lama siklus dan periode estrus pada kuda.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari lama siklus dan periode estrus serta gejala-gejala estrus kuda di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Parongpong-Lembang Jawa Barat, sehingga waktu optimal kawin dapat ditentukan dengan tepat agar dapat meningkatkan keberhasilan pengawinan kuda baik secara alami maupun buatan.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatkan produktivitas kuda yang berada di Denkavkud Parongpong-Lembang Jawa Barat, melalui upaya perbaikan manajemen reproduksi berupa penanggulangan dan penanganan yang tepat dalam proses pengawinan kuda baik secara alami maupun buatan.

(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Kuda (Equus caballus)

Kuda merupakan salah satu jenis ternak herbivora-non ruminansia yang telah terkenal luas. Kuda bersifat nomadik dan kuat serta memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan memiliki kemampuan belajar yang baik dalam mengenal suatu obyek (Kilgour dan Dalton, 1984), dengan klasifikasi zoologis menurut Blakely dan Bade (1991) adalah :

Kingdom : Animalia (hewan)

Phylum : Chordata (bertulang belakang) Class : Mammalia (menyusui)

Ordo : Perissodactyla (berteracak tidak memamahbiak) Family : Equidae

Genus : Equus

Spesies : Equus caballus

Selain kuda, keledai juga termasuk kedalam famili Equidae, yang membedakannya adalah pada spesiesnya yaitu Equus asinus. Keledai merupakan hewan jinak yang digunakan untuk alat transportasi dan binatang kesayangan. Banyak persamaan kondisi fisiologis reproduksi antara keledai dengan kuda (Blanchard dan Taylor, 2005).

Fisiologi Reproduksi Kuda Betina

Anatomi Reproduksi

Organ genitalia kuda betina terdiri atas dua buah ovarium, dua buah tuba fallopii, uterus, vagina dan vulva. Organ reproduksi kuda betina selengkapnya diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Organ Reproduksi Kuda Betina

(16)

4 Ovarium adalah suatu organ primer reproduksi pada betina. Ovarium dapat bersifat endokrin atau sitogenik karena mempunyai kemampuan menghasilkan hormon yang akan disalurkan ke dalam peredaran darah, dan juga penghasil ovum (sel telur) yang diovulasikan oleh ovarium. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi (egg release) sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (steroidogenesis) (Hafez dan Hafez, 2000a; Morel, 2008). Pada saat musim kawin ovarium memiliki ukuran panjang 6-8 cm dan lebar 3-4 cm, pada saat itu kondisi ovarium terasa lebih lembut hal ini terjadi karena adanya sekresi cairan akibat perkembangan sel folikel. Lain halnya ketika bukan musim kawin ukuran ovarium cenderung lebih kecil yaitu dengan panjang 2-4 cm dan lebar 2-3 cm, dalam kondisi seperti ini ovarium akan terasa tidak lembut hal ini disebabkan tidak adanya perkembangan folikel (Morel, 2008).

Tuba falopii atau oviduct adalah saluran yang berpasangan dan berkonvulasi yang berfungsi mengantarkan ovum yang diovulasikan dari ovarium menuju cornua uteri. Ovum yang diovulasikan oleh ovarium akan diterima oleh infundibulum menuju ampula tempat terjadinya proses pembuahan (fertilisasi). Lapisan dalam tuba falopii merupakan membran mukosa yang berlipat-lipat dilapisi oleh epitel silia kolumner sederhana. Selama masa estrus dan sebelum kelahiran epitel bersilia tersebut bersifat sekretoris aktif (Manan, 2002). Panjang rataan dari tuba falopii ini adalah 25-30 cm (Morel, 2008).

Uterus merupakan organ yang berperan pada saat kebuntingan berfungsi sebagai tempat implantasi, retensi (pemeliharaan) dan nutrisi konseptus. Uterus terdiri dari carpus uteri (badan uterus) dan cornua uteri (tanduk uterus). Corpus uteri berfungsi sebagai tempat deposisi semen pada saat IB, sedangkan cornua uteri

(17)

5 besar dibandingkan dengan cornua uteri (Gambar 2), berbeda dengan ternak lainnya dimana cornua uteri cenderung lebih besar dan mendominasi (Morel, 2008).

Gambar 2 Uterus Sumber: Mottershead (1999)

Serviks (Gambar 3) atau leher uterus adalah suatu urat daging sphincter tubular yaitu otot polos yang sangat kuat yang terletak antara uterus dan vagina. Serviks mempunyai panjang antara 5-10 cm dengan diameter antara 1,5-1,7 cm. Saluran serviks dikenal dengan nama Canalis cervicalis, mempunyai bentuk berkelok-belok karena dibentuk oleh Annulus cervicalis. Annulus cervicalis yaitu suatu cincin yang melingkar di Canalis cervicalis. Cairan mukus yang dikenal sebagai lendir serviks dapat menutupi lumen pada saat hewan dalam keadaan bunting, tetapi akan kembali mencair pada saat estrus atau saat proses kelahiran berlangsung. Adapun fungsi serviks adalah sebagai gerbang yang kuat, melindungi uterus dari infeksi lingkungan luar (Manan, 2002). Serviks dalam kondisi tidak estrus akan tertutup rapat dan kuat, berwarna pucat dan mempunyai ukuran panjang rataan 6-8 cm dengan diameter 4-5 cm, sedangkan dalam kondisi estrus otot serviks akan mengalami relaksasi yang akan memudahkan penis masuk kedalamnya, selain itu serviks berwarna merah muda dan terlihat menonjol sehingga vagina kuda yang sedang estrus akan terlihat lebih besar dan tidak terdapat lipatan (Morel, 2008). Serviks adalah barier fisik bagi pergerakan mikroorganisme kedalam saluran reproduksi. Fungsi serviks difasilitasi oleh sekresi lendir yang kental dan dapat

(18)

6 menutupi lumen serviks selama terjadi kebuntingan. Sekresi lendir pada serviks ini juga mengandung bahan yang disebut lactoferin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Lestari, 2006).

Gambar 3 Serviks Sumber: Mottershead (1999)

Vagina termasuk kedalam organ reproduksi bagian luar dan merupakan gerbang bagi mikroorganisme memasuki tubuh ternak betina. Vagina memiliki diameter 10 -15 cm dan panjang rata-rata 18 - 23 cm. Dinding vagina yang elastis ini merupakan otot yang dilapisi oleh mukosa dan dengan keelastisannya dapat membantu dalam proses kelahiran. Vagina merupakan perlindungan pertama dalam sistem dan saluran reproduksi yang memiliki pH asam sehingga dapat membunuh bakteri (Morel, 2008). Vagina mempunyai fungsi sebagai tempat terjadinya pengawinan, tempat peletakan semen pada pengawinan alam, dan juga sebagai tempat penyimpanan vaginal pessary atau spons vaginal pada saat sinkronisasi estrus. Vestibula adalah bagian tubular dari saluran reproduksi antara vagina dan labia vulva. Vestibula vagina memiliki beberapa urat daging sirkuler atau serupa sphincter yang menutup saluran kelamin dari lingkungan luar sehingga dapat memperkecil kemungkinan masuknya mikroorganisme kedalam vagina (Lestari, 2006).

Vulva berada kurang lebih tujuh cm dibawah anus termasuk ke dalam organ reproduksi bagian luar, yang akan dilalui pada saat kopulasi sebelum vagina. Otot sphincter vulva memperkecil kemungkinan masuknya mikroorganisme ke dalam

(19)

7 berasal dari kotoran. Vulva kuda yang normal tidak boleh memiliki kemiringan lebih dari 10o dari kondisi vertikal yang sewajarnya (Gambar 4 dan 5), kondisi bibir vulva harus rapat dan normal (England, 2004).

Gambar 4 Konformasi Vulva Normal dan Abnormal

Sumber : England (2004)

(a) (b)

Gambar 5 Vulva Kuda Normal (a) dan Vulva Kuda Abnormal (b)

Sumber : Morel, 2008

Pada bagian dalam vulva terdapat klitoris dan tiga sinus yang menghasilkan lingkungan yang tidak diinginkan oleh pertumbuhan bakteri yang menyebabkan penyakit (Morel, 2008). Vulva terdiri dari dua labia (commissural dorsalis dan ventralis). Klitoris terdiri dari dua krura atau akar, badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri dari jaringan erektil yang tertutup oleh ephitel dan dengan sempurna memperoleh inervansi dari ujung-ujung saraf sensori (Manan, 2002).

Pubertas

Pubertas atau dewasa kelamin didefinisikan sebagai kondisi dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi. Menurut

(20)

8 England (2004) dan Morel (2002)pubertas pada kuda terjadi pada umur kurang lebih 18-24 bulan, sedangkan menurut Hafez dan Hafez (2000c) umur pubertas pada kuda dapat dicapai antara 15 hingga 18 bulan. Pada hewan jantan, pubertas ditandai dengan kesanggupannya berkopulasi dan menghasilkan spermatozoa yang motil diikuti dengan perubahan-perubahan kelamin sekunder lainnya. Pubertas pada kuda betina ditandai oleh terjadinya estrus (England, 2004)

Kuda yang memiliki kerja berat, dewasa kelaminnya akan tertunda hingga umur 3 – 4 tahun (Laing, 1979). Kuda betina yang sudah mengalami pubertas sebaiknya tidak dikawinkan sebelum mencapai umur dua tahun dan bahkan sebaiknya setelah berumur tiga tahun. Kuda betina yang dikawinkan pada umur yang lebih muda, biasanya tingkat kebuntingannya rendah (Blackely dan Bade, 1991). Siklus Estrus

Siklus estrus merupakan satu periode dari satu estrus ke estrus berikutnya at a u interval antara timbulnya satu periode estrus ke permulaan periode estrus berikutnya (Slusher et al., 2004). Kuda betina digolongkan kedalam "seasonally polyestrus" yang berarti kuda betina mengalami siklus estrus dalam waktu yang

tertentu setiap tahunnya (pada musim semi dan panas). Hal ini bertujuan untuk menghindari kelahiran anak kuda dalam kondisi cuaca yang tidak baik atau ekstrim (Mottershead, 2001). Lama siklus estrus kuda bervariasi yaitu antara 21 hingga 23 hari (Slusher et al, 2004; England, 2004). Beberapa kuda memperlihatkan keinginan kawin yang besar pada awal musim kawin selama periode estrus yang panjang tetapi tidak terjadi ovulasi. Kuda ini mungkin tidak akan subur sampai periode estrusnya menjadi lebih pendek dan lebih teratur. Kuda lain mungkin hanya mengalami estrus tenang atau silent heat dimana terjadi ovulasi tetapi tidak memperlihatkan keinginan untuk kawin. Banyak kuda semacam ini akan dapat bunting apabila saat estrus dapat diidentifikasi melalui palpasi rektal serta diamati perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada vulva, vagina dan serviksnya (Frandson, 1992).

(21)

9 pertumbuhan sel gamet dalam persiapan untuk estrus dan kebuntingan yang terjadi (Frandson, 1992).

Siklus estrus pada kuda terdiri dari estrus dan diestrus. Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus estrus, yaitu suatu kondisi dimana sel-sel granulosa dari folikel yang berovulasi pada akhir estrus berubah menjadi sel lutein dan membentuk corpus luteum (CL). Selanjutnya CL menjadi matang dan konsentrasi progesteron semakin meningkat. Progesteron ini menghambat sekeresi Follicle stimulating hormone (FSH) oleh hipofisa anterior sehingga menghambat

pertumbuhan folikel ovarium dan mencegah terjadinya estrus. Jika kuda itu tidak bunting, CL akan teregresi dan terjadi perkembangan folikel yang baru. Diestrus biasanya berlangsung selama 15 sampai dengan 19 hari (Slusher et al., 2004). Menurut Hafez dan Hafez (2000b) dan (England, 2004) diestrus pada kuda terjadi masing-masing selama 14 hari dan 14-16 hari. Lama diestrus yang bervariasi ini, dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu, terjadinya ovulasi akan tetapi tidak terlihat gejala estrus atau yang dinamakan dengan silent ovulasi, adanya keberadaan CL yang persisten yang tidak dapat dilisis oleh PGF2α atau PGF2α yang dihasilkan tidak cukup untuk melisis CL dan yang terakhir adalah adanya ovarium yang tidak aktif baik pada masa transisi maupun bukan musim kawin. Beberapa hal tersebut dapat menyebabkan perhitungan lama diestrus yang bervariasi (Morel, 2002).

(22)

10 Periode Estrus

Periode estrus pada kuda rata-rata adalah tujuh hari dengan kisaran 4-8 hari. Ovulasi biasanya terjadi secara spontan menjelang akhir estrus. Ovulasi akan terjadi pada 24 hingga 48 jam menjelang akhir estrus dan sebaiknya kuda dikawinkan dua hari menjelang akhir estrus dan diteruskan pada hari terakhir sebelum masa estrus berakhir (Hafez dan Hafez, 2000c). Lamanya periode estrus bervariasi antara 4-7 hari (England, 2004) dan 5-6 hari (Malinowski, 2008) bahkan dapat mencapai 2-10 hari (Morel, 2002).

Hafez dan Hafez (2000c), menyatakan lama dan siklus estrus dapat berbeda antar individu kuda betina. Selama estrus vulva kuda betina terlihat lebih besar dan lipatan pada vulva melonggar dan akan mudah jika ingin dilakukan pemeriksaan. Selaput mukosa vulva membengkak, memerah, basah dan mengkilap karena dilapisi oleh lendir yang transparan. Selain itu kuda yang sedang estrus selalu berdiri dalam keadaan seperti akan urinasi, mengangkatkan ekornya dan terjadi kontraksi pada klitoris. Kuda betina estrus pada saat didekati kuda jantan akan urinasi, terdiam, ekor diangkat dan mengambil posisi siap untuk kawin dengan kondisi vulva yang menutup dan membuka (Morel, 2008).

Peranan Hormon Selama Siklus Estrus

Hormon yang berperan dalam siklus estrus meliputi: gonadotropin releasing hormone (GnRH), follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH),

estrogen, progesteron, prostaglandin F2α, serta inhibin dan activin (Mottershead, 2001). Level hormon dan aktivitas ovarium dalam siklus estrus dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 6.

Aktivitas

Pematangan CL CL Beregresi Hari

Ovulasi folikel

Ovulasi Ovulasi

(23)

11 Gambar 6 memperlihatkan ovulasi terjadi pada hari ke-0 menunjukkan adanya peningkatan LH. Apabila tidak terjadi kebuntingan maka CL akan mulai teregresi. Corpus luteum teregresi sempurna pada hari ke-18. Level progesteron akan menurun seiring dengan teregresinya CL (hari ke-13). Level FSH akan meningkat yang akan berperan penting dalam pertumbuhan folikel untuk mempersiapkan terjadinya ovulasi kembali (hari ke 19-22 terhitung dari estrus sebelumnya) (Slusher et al., 2004). Hormon FSH ini akan menurun setelah sel folikel matang, hal ini terjadi karena adanya inhibin yang dihasilkan oleh sel folikel tersebut sebagai negatif feedback (umpan balik negatif) terhadap produksi FSH melalui respon yang disampaikan pada hipofisa anterior. Selain itu terdapat activin yang dihasilkan oleh cairan folikel sebagai positif feedback (umpan balik positif) untuk dihasilkannya FSH setelah terjadi ovulasi, untuk mempersiapkan perkembangan folikel berikutnya (Morel, 2002).

Gonadotropin releasing hormone (GnRH), disekresikan oleh hipotalamus

dan mempengaruhi kegiatan hormon reproduksi. Sekresi dari GnRH akan merangsang produksi hormon lain (FSH, LH). Pada kuda yang sedang estrus GnRH disekresikan secara terus-menerus setiap dua jam pada diestrus dan dua kali per jam selama estrus (Mottershead, 2001). Gonadotropin releasing hormone (GnRH) ini 20% nya berperan dalam mengatur tingkah laku kuda yang sedang estrus dan 80% lainnya berperan dalam menstimulasi pelepesan FSH dan LH pada hipofisa anterior (Morel, 2002).

Hormon estrogen dihasilkan dari folikel yang berfungsi mengatur tingkah laku yang ditimbulkan selama siklus estrus berlangsung. Hormon estrogen ini akan meningkat menjelang estrus. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku kuda betina yang dapat menerima pejantan (Slusher et al, 2004).

(24)

12 naik hanya beberapa hari sebelum estrus atau segera setelah ovulasi, untuk kemudian kembali turun ketingkat sebelumnya selama beberapa hari berikutnya.

Hormon progesteron yang dihasilkan oleh CL adalah hormon utama yang bertanggungjawab terhadap kebuntingan (Mottershead, 2001). Progesteron berperan dalam mempertahankan kebuntingan hingga menjelang 150 hari kebuntingan. Sejak 150 hari hingga masa akhir kebuntingan yang mempertahankan kebuntingan adalah plasenta (Slusher et al.,2004). Level progesteron meningkat 24-48 jam setelah ovulasi. Progesteron dapat menghambat pelepasan LH (Morel, 2002).

Prostaglandin F2α bertanggungjawab terhadap proses luteolisis dari CL sehingga level progesteron akan turun hal ini dilakukan untuk melanjutkan proses siklus estrus dan ovulasi. Hormon PGF2α ini dihasilkan pada sel-sel epithel uterus, berperan dalam kontraksi otot uterus. Hormon PGF2α pada umumnya dihasilkan pada hari ke-14 atau 17 setelah ovulasi, yaitu sesaat sebelum level progesteron turun (Mottershead, 2001; Morel, 2002).

Hormon lain yang terlibat dalam siklus estrus adalah Oxytocin, ketika diketahui bahwa kuda betina tersebut tidak mengalami kebuntingan maka hormon oxytocin ini akan dihasilkan dan diangkut melalui sistem sirkulasi menuju uterus

yang dapat menstimulasi peningkatan pelepasan PGF2α (Morel, 2002). Secara umum skema dari siklus estrus dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Skema Umum Siklus Estrus Sumber : Mottershead (2001)

Folikel matang

(25)

13 Kontrol endokrin dalam siklus estrus sangat dipengaruhi oleh photoperiod (lamanya pencahayaan). Menurunnya lama pencahayaan akan menyebabkan tidak terjadinya estrus. Adanya cahaya akan dirasakan oleh gland pineal pada pusat otak yang berperan dalam pembentukan hormon melatonin. Melatonin ini banyak diproduksi saat kondisi gelap oleh gland pineal, dalam kondisi pencahayaan yang cukup konsentrasi melatonin ini sangat rendah. Adanya melatonin akan menghambat pelepasan hormon GnRH sehingga tidak dihasilkannya hormon FSH dan LH. Melatonin dibentuk dalam dua fase yaitu photophase (siang hari) dan scotophase (malam hari), konsentrasi tertinggi berada pada malam hari (Morel, 2002).

Deteksi Estrus

Deteksi estrus perlu dilakukan, karena dalam kondisi estrus kuda dipersiapkan untuk bunting dan memperoleh anak. Pendeteksian estrus pada dasarnya dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu melaui teasing system, ultrasonography (USG) dan menggunakan metode palpasi rektal. Teasing system

adalah metode deteksi estrus menggunakan kuda teaser dengan melihat respon dari kuda betina terhadap kuda pejantan. Metode USG adalah deteksi estrus dengan melihat ukuran folikel dan metode palpasi rektal adalah deteksi estrus melalui pemeriksaan dan perabaan pada bagian foosa ovulatori yang akan menonjol sesaat sebelum ovulasi (Slusher et al., 2004).

Meadows et al. (2003) menyatakan bahwa pendeteksian estrus menggunakan kuda teaser (kuda pejantan penggoda) yang dilewatkan pada kumpulan kuda betina akan dapat mengetahui kuda betina yang sedang estrus, karena kuda betina yang sedang estrus akan menghampiri kuda teaser tersebut. Metode teasing system ini terdiri dari pen teasing, paddock teasing, pasture teasing, teasing chute, stall door teasing, teasing rail, dan teasing mill.

(26)

14 Gambar 8 Pen Teasing

Paddock teasing dilakukan menggunakan kuda teaser yang diletakkan di

tengah dan dikelilingi oleh kuda betina yang berada didalam kandang. Metode ini efektif untuk mengetahui kuda mana yang sedang estrus (Gambar 9).

Gambar 9 Paddock Teasing

Metode Pasture teasing sudah banyak digunakan dalam melakukan pendeteksian estrus akhir-akhir ini. Melalui metode ini peternak hanya membawa kuda baik jantan maupun betina ke padang pastura atau padang rumput, dalam kondisi seperti ini akan terlihat tingkah laku kuda betina yang sedang estrus, kuda betina yang sedang estrus tidak akan menolak jika dinaiki oleh pejantan ataupun teaser. Biaya yang dikeluarkan melalui metode ini pun cukup murah, walaupun

(27)

15 ataupun kudanya. Kelemahan dari metode ini adalah pada kuda betina yang pemalu dia akan cenderung tidak memperlihatkan keinginan untuk kawin, bahkan dapat menghindar dari kuda pejantan maupun peternaknya (Meadows et al., 2003).

Teasing chute merupakan metode pendeteksian estrus yang menggunakan

kandang dengan ukuran panjang 2,44 m, lebar 0,76 m dan tinggi 1,22 m. Ukuran ini hanya untuk satu ekor kuda betina. Kuda betina yang akan dideteksi dibawa masuk kedalam kandang tersebut beserta kuda teaser dan kemudian akan dikeluarkan kembali jika telah diketahui apakah kuda betina tersebut sedang estrus atau tidak (Meadows et al., 2003).

Stall door teasing merupakan suatu metode dimana kuda betina yang

dikandangkan secara individu didatangi satu persatu oleh kuda teaser, sehingga akan diketahui kuda betina mana yang sedang estrus. Hal ini hampir sama dengan teasing rail yang digunakan untuk mendeteksi kuda betina secara individu dengan adanya

pembatas yang memisahkan antara kuda pejantan dan betina, dalam hal ini baik kuda betina maupun pejantan masing-masing dibawa oleh peternak untuk didekatkan atau dipertemukan. Pembatas yang digunakan harus terbuat dari bahan yang aman dengan ketinggian sekitar 1,22 meter dan panjang 2,44 meter (Gambar 10) (Meadows et al., 2003). Menurut Morel (2002) hal yang demikian dinamakan dengan Trying board (Gambar 11).

(28)

16 Gambar 11. Trying Board

Sumber : Morel (2002)

Teasing mill merupakan suatu variasi yang menarik dalam pendeteksian

estrus. Digunakan kandang yang berbentuk melingkar, pada pusat kandang merupakan tempat kuda pejantan yang berfungsi sebagai teaser, kuda teaser terlebih dahulu dimasukkan kedalam kandang kemudian diikuti oleh kuda betina yang dikandangkan secara individu dengan kondisi melingkar mengelilingi kuda pejantan (Gambar 12). Kuda teaser akan menghampiri kuda betina satu per satu untuk diketahui estrus atau tidaknya. Apabila pendeteksian ini sudah selesai, maka kuda betina lainnya dapat dimasukkan segera menggantikan kuda betina sebelumnya. (Meadows et al., 2003).

(29)

17 Faktor yang Mempengaruhi Lama Siklus dan Periode Estrus

Faktor-faktor yang mempengaruhi lama siklus dan periode estrus ini adalah faktor iklim, pencahayaan (fotoperioditas), pakan dan umur. Kuda yang berada di negara empat musim bersifat seasonally polyestrus (estrus yang berulang pada musim kawinnya) yang terjadi pada akhir musim semi, panas hingga awal musim gugur sekitar bulan Mei hingga Oktober (England, 2004). Terjadinya musim kawin pada kuda di daerah subtropis terkait dengan pembentukan hormon melatonin yang dibentuk pada saat gelap, dikarenakan pada musim gugur dan musim dingin kondisi gelap jauh lebih panjang dibandingkan dengan terang, hal ini mengakibatkan konsentrasi melatonin yang terbentuk tinggi, sehingga menekan pelepasan GnRH dari hipothalamus. Dengan tidak disekresikannya GnRH, maka FSH dan LH tidak dihasilkan oleh hipofisa, padahal FSH dan LH adalah hormon yang berperan dalam perkembangan folikel dan ovulasi. Kondisi ini disebut dengan anestrus dimana kuda tidak mengalami estrus (England, 2004).

Kuda di negara empat musim akan mengalami beberapa fase menuju siklus estrus yang normal yaitu terdiri dari kondisi anestrus, masa transisi, dan fase ovulatori (masa estrus) (Gambar 13). Pada musim dingin pertengahan November hingga pertengahan Februari kuda pada umumnya berada dalam kondisi anestrus. Masa transisi dimulai pada saat menjelang musim semi pertengahan Februari hingga Mei, folikel pada kondisi ini berukuran kecil dan tidak memiliki kemampuan untuk berovulasi, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama sampai folikel tersebut matang dan mampu berovulasi yang ditandai sebagai awal dimulainya siklus estrus secara normal.

(30)

18 Lamanya estrus pada kuda betina dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) ovarium kebanyakan dikelilingi oleh sebuah lapisan serosa dan beberapa folikel bermigrasi untuk mencapai foosa ovulatoris sehingga terjadi ovulasi; (2) ovarium kurang sensitif terhadap hormon FSH daripada spesies lain (unggas dan domba), sehingga proses sebelum ovulasi (pre ovulatory) dalam perkembangan folikelnya memerlukan waktu yang lama untuk mencapai ukuran yang maksimal; dan (3) kadar LH yang rendah dibandingkan dengan kadar FSH dan hal tersebut menyebabkan tertundanya ovulasi (Hafez dan Hafez, 2000c).

Kuda atau pun ternak lain dapat mengalami keterlambatan ovulasi. Ovulasi yang tidak sempurna atau ovulasi yang tertunda dapat terjadi akibat adanya kekurangan nutrisi yang dibutuhkan. Kekurangan nutrisi pada ternak dapat menyebabkan penurunan perkembangan folikel ovarium (Gil, 2003; Robinson, 1996). Schillo et al. (1992) menyatakan bahwa energi tubuh yang cukup diperlukan untuk memproduksi LH. Selain itu dinyatakan pula bahwa pengaruh nutrisi dan musim lebih menentukan mekanisme fisologis reproduksi pada ternak dibandingkan dengan manajemen, terutama dalam pencapaian umur pubertas.

Menurut Carnevale (2008) umur akan mempengaruhi fungsi dari ovarium dinyatakan pula bahwa kuda betina yang berumur 17-19 tahun akan menunjukkan siklus estrus yang lebih panjang jika dibandingkan dengan kuda umur 5-7 tahun. Pada kuda betina umur 17-19 tahun fase folikuler semakin pendek dengan laju pertumbuhan folikel yang lambat. Hal ini disebabkan konsentrasi FSH yang tinggi pada saat fase luteal sehingga terdapat folikel dominan pada akhir fase luteal, tanpa diiringi aleh peningkatan LH, dan pada saat fase folikuler konsentrasi hormon estrogen yang dihasilkan rendah. Lama fase luteal (diestrus) tidak terjadi perbedaan diantara kuda yang berumur 17-19 tahun dengan kuda yang berumur 5-7 tahun. Selain itu ukuran folikel yang diovulasikan oleh kuda betina yang tua cenderung memiliki ukuran yang lebih kecil.

Kebutuhan Zat Makanan Untuk Kuda

(31)

19 hidup pokok (beristirahat), bekerja (misalnya untuk berlari), reproduksi (bunting dan berlaktasi) dan pertumbuhan. Beberapa faktor yang menentukan kebutuhan zat makanan antara lain temperatur, umur, berat badan, lama bekerja/hari dan kondisi fisiologis ternak (Parakkasi, 1986).

Air

Air merupakan salah satu komponen nutrient yang sangat penting pada kuda, kurang dari 20% air yang terkandung dalam tubuh dapat menyebabkan kematian. Air dibutuhkan untuk memenuhi kehidupan pokok dan membentuk sel, tulang, dan merupakan sumber utama dalam membentuk cairan dalam tubuh seperti darah dan limpa (kelenjar getah bening). Air juga dapat membawa zat-zat makanan kedalam tubuh dan keluar tubuh seperti saliva, urin, dan keringat. Air merupakan sesuatu yang vital dan memiliki fungsi metabolisme dalam sistem pencernaan (McBane, 1995). Energi

Energi sangat penting untuk hidup pokok, berproduksi dan bereproduksi (bunting dan laktasi). Setelah kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi, maka kelebihan energi dapat digunakan untuk bekerja atau disimpan dalam bentuk lemak (energi cadangan). Kebutuhan energi untuk bekerja terutama ditentukan oleh individu yang bersangkutan (besar, macam dan berat kerja yang dilakukan). Terkait dengan hal itu, lambung kuda relatif kurang mempunyai kapasitas dalam menampung bahan makanan tersebut, maka kebutuhan energi yang meningkat dapat diatasi dengan meningkatkan kadar makanan penguat yang kaya akan energi (biji-bijian) dan menurunkan hijauan (Parakkasi, 1986).

Energi merupakan suatu unsur yang sangat dipertimbangkan dalam menyusun ransum kuda yang sedang tumbuh, sedang laktasi maupun kuda yang sedang dipekerjakan. Salah satu sumber energi diantaranya adalah serat atau hijauan yang terdiri dari karbohidrat kompleks yang dapat ditemukan pada sel tanaman seperti dinding sel, lignin, selullosa dan hemisellulosa yang terdiri dari beberapa senyawa penyusunnya (McBane, 1995).

(32)

20 Mkal, sedangkan pada kuda betina bunting sembilan bulan dibutuhkan 14,9 Mkal, kebutuhan ini cenderung akan meningkat seiring dengan peningkatan umur kebuntingan, yaitu pada kuda yang sedang bunting 10 dan 11 bulan masing-masing adalah 15,1 dan 16,1 Mkal. Induk laktasi memiliki kebutuhan DE yang lebih besar yaitu pada kuda sesaat setelah beranak hingga tiga bulan membutuhkan DE sebanyak 22,9 Mkal dan induk kuda laktasi setelah tiga bulan hingga penyapihan membutuhkan DE sebanyak 19,7 Mkal (NRC, 1989).

Protein

Kebutuhan lainnya adalah protein yang merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung semua aktivitas tubuh dan perombakan sel-sel dalam tubuh. Protein terdiri dari asam amino dan ada 25 asam amino yang diketahui di alam, 22 diantaranya terdapat pada kuda yang dibagi menjadi dua bagian yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial (McBane, 1995; Gaman dan Sherringthon, 1994). Jumlah sel dalam tubuh meningkat selama periode pertumbuhan, sehingga dalam kondisi seperti ini dibutuhkan protein yang cukup tinggi. Selain itu, protein penting dalam pembentukan enzim, antibodi dan beberapa hormon termasuk hormon reproduksi (Gaman dan Sherringthon, 1994).

Crude Protein (CP) yang harus dipenuhi untuk kebutuhan maintenance (hidup pokok) induk kuda yang memiliki bobot badan 400 kg adalah 536 g, sedangkan pada kuda betina bunting 9, 10 dan 11 bulan dibutuhkan CP masing -masing 654, 666 dan 708 g. Induk laktasi memiliki kebutuhan CP yang lebih besar yaitu pada kuda sesaat setelah beranak hingga tiga bulan membutuhkan CP sebanyak 1.141 g dan induk kuda laktasi setelah tiga bulan hingga penyapihan membutuhkan CP sebanyak 839 g (NRC, 1989).

Vitamin

(33)

21 banyak mengkonsumsi hijauan kualitas buruk atau pakan tanpa suplemen vitamin. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air dapat disintesis dari mikroorganisme dalam usus kuda, namun tidak untuk disimpan. Beberapa diantaranya terlibat dalam metabolisme atau penggunaan lemak, protein dan karbohidrat pakan, sehingga berarti pakan yang mengandung banyak energi harus diiringi dengan banyak vitamin (Abun, 2006).

Vitamin digolongkan kedalam dua macam yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K, dapat disediakan oleh deposit lemak dalam tubuh atau melalui pakan seperti hijauan yang berada di padang rumput (McBane, 1995). Vitamin A berfungsi dalam pemeliharaan kesehatan jaringan-jaringan permukaan, terutama membran selaput lendir seperti kornea dan saluran pernafasan. Vitamin D diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi. Vitamin D dibutuhkan untuk absorpsi kalsium dari usus dan untuk pengambilan kalsium serta fosfor oleh tulang dan gigi (Gaman dan Sherringthon, 1994). Kuda memperoleh vitamin D dari cahaya matahari, rumput kering (hay), atau dari penambahan vitamin pada ransum. Vitamin E merupakan antioksidan alam. Selain itu, vitamin E dibutuhkan dalam nutrisi baik selama metabolisme maupun sebagai antioksidan, sehingga keduanya sangat penting dalam ransum hewan. Secara normal kuda dapat mensintesis vitamin K dalam usus. Hijauan sebagai salah satu sumber dari vitamin K. Vitamin K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin (sebagai penggumpal darah) yang terjadi dalam hati. Penggumpalan darah sangat diperlukan jika kuda terluka atau keperluan operasi (Abun, 2006).

Vitamin yang larut dalam air terdiri dari vitamin C dan kelompok vitamin B. Vitamin C disebut juga asam askorbat, diperlukan untuk pembentukan jaringan ikat dan membantu absorpsi zat besi dalam usus halus. Dalam kelompok vitamin B terdapat tiga vitamin yang sangat penting yaitu tiamin (vitamin B1), riboflavin

(vitamin B2) dan asam askorbat. Tiamin berperan dalam oksidasi nutrient dan

(34)

22 darah, vitamin B12 berperan dalam pertumbuhan serta pembentukan sel darah merah,

vitamin B6 yang merupakan bagian dari sistem enzim yang berperan dalam sintesis

protein, biotin, asam pentotenat dan kolin (Gaman dan Sherringthon, 1994).

Kebutuhan vitamin A, D, E dan K untuk maintenance (hidup pokok) secara berturut-turut adalah 2.000, 300, 50 dan 3 (IU/Kg), dengan kebutuhan tiamin dan riboflavin masing-masing adalah 3 dan 2 (mg/kg). Lain halnya dengan induk kuda yang sedang bunting dan laktasi, kebutuhan vitamin A, D dan E secara berturut-turut adalah 3.000, 600 dan 80 (IU/Kg), namun untuk kebutuhan vitamin K belum diketahui secara pasti, akan tetapi untuk kebutuhan tiamin dan riboflavin sama halnya dengan kebutuhan maintenance (NRC, 1989).

Mineral

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemenuhan kebutuhan mineral. Mineral biasanya dibutuhkan untuk pertumbuhan gigi dan tulang pada kuda dan juga dimanfaatkan dalam jaringan tubuh dan darah yang berperan dalam reaksi biokimia dalam tubuh kuda. Mineral dibagi menjadi dua bagian yaitu makro-mineral dan mikro-mineral. Makro-mineral dibutuhkan relatif banyak dalam tubuh jika dibandingkan dengan mikro-mineral. Makro-mineral terdiri dari Ca (kalsium), P (Fosfor) , Na (sodium), K (potassium), Cl (klorin), Mg (magnesium) dan S (sulfur). Sedangkan untuk mikro-mineral yaitu cobalt (Co), copper (Cu), flourine, iodin (I), zat besi (Fe), Mn (mangan), Se (selenium), dan zink (Zn) (McBane, 1995; NRC 1989).

(35)

23 Tabel 1. Kebutuhan Mineral untuk Kuda

Kondisi Fisiologis Ca (g)

(36)

24 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud), Jl. Kolonel Matsuri, Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Juli hingga 5 September 2010.

Materi

Kuda yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor kuda betina induk yang tidak mengalami gangguan reproduksi dan tidak sedang bunting dengan kondisi suhu lingkungan antara 23-27oC (siang) dan 17-20oC (malam). Selain itu digunakan pula alat tulis dan dokumentasi sebagai alat pendukung dalam pengumpulan data.

Prosedur

Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dan ditampilkan secara deskriptif. Beberapa hal yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

1. Manajemen reproduksi pada induk kuda 2. Mendeteksi gejala-gejala estrus yang tampak

3. Mendeteksi lama siklus estrus alamiah pada kuda yang pernah beranak 4. Menghitung periode estrus

Observasi Manajemen Reproduksi Induk Kuda

Observasi yang diamati meliputi manajemen pemberian pakan, pemeliharaan, perkandangan, dan proses persiapan dan pengawinan kuda yang berada di Denkavkud. Pengamatan dilakukan dengan observasi lapang secara langsung dan dengan cara praktik, wawancara serta dokumentasi. Hasil pengamatan dicatat kemudian ditabulasikan.

Pendeteksian Gejala Estrus

(37)

25 Penentuan Lama Siklus dan Periode Estrus

Siklus estrus dan periode estrus ditentukan melalui pengamatan yang dilakukan pada masa satu periode estrus ke estrus berikutnya hingga mencapai tiga kali siklus estrus. Data yang diperoleh dicatat kemudian ditabulasikan.

Analisa Data

Cara analisa data kuantitatif digunakan rumus dari Sudjana (1996) sebagai berikut :

Keterangan :

X : Nilai rataan yang diamati

∑ Xi : Jumlah nilai yang diamati n : Banyaknya data yang diamati

Keterangan :

s : Simpangan Baku

X : Nilai rataan yang diamati Xi : Nilai yang diamati

(38)

26 HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Populasi

Populasi kuda di Detasemen Kavaleri Berkuda Parongpong dibagi kedalam dua bagian yaitu Kompi Kavaleri atau biasa disebut dengan “kikav” dan Kompi Peternakan Kuda yang biasa disebut dengan “kinakud”. Populasi kuda yang terdaftar pada Kompi Peternakan Kuda adalah sebanyak 98 ekor (Tabel 2).

Tabel 2. Struktur Populasi Kuda dan Kandang Untuk Kinakud

Kandang Struktur Populasi Keterangan

B

14 ekor kuda induk 8 ekor kuda kebiri 2 ekor kuda kerdil

Kuda tua, cacat, dan kerdil

C 7 ekor kuda kebiri

3 ekor kuda remaja jantan

Kuda yang belum dan sudah dikebiri

H

14 ekor kuda remonte betina 1 ekor kuda remonte kebiri 1 ekor kress program kebiri 1 ekor kuda induk

Kuda remaja yang sudah disapih (siap untuk dilatih) dan sebagian terdapat kuda yang sudah dididik

K

1 ekor kuda pejantan 2 ekor kuda induk 2 ekor anak kuda jantan 2 ekor kuda remaja jantan 1 ekor kuda dewasa kebiri

Kuda pejantan, induk dan anak khusus keturunan thorougbred untuk menghasilkan galur murni sebagai bibit

M 12 ekor kuda induk Khusus kuda yang siap kawin

N

11 ekor kuda induk 3 ekor anak kuda jantan 5 ekor anak kuda betina

Khusus kuda yang baru beranak dan induk kuda menyusui

O

1 ekor kuda induk

3 ekor kuda remaja betina 1 ekor kuda kebiri

1 ekor anak kuda betina

Kandang karantina untuk kuda yang sakit

(39)

27 Kuda jantan yang dilatih secara militer harus berada dalam kondisi sudah dikebiri. Program kebiri yang dilakukan di Denkavud memiliki tujuan untuk menghindari terjadinya kawin secara liar, karena pada dasarnya pengawinan kuda sudah diatur berdasarkan pejantan dan induk yang dimiliki oleh pihak Kinak.

Induk Kuda

Jumlah total populasi induk kuda adalah sebanyak 41 ekor akan tetapi jumlah yang masih produktif dan digunakan sebagai induk hanya 26 ekor, sedangkan sisanya 15 ekor merupakan kuda yang sudah tua dan diafkir. Pada saat penelitian dilakukan, terdapat kuda bunting sebanyak 11 ekor. Kuda yang dijadikan sebagai induk dapat mencapai umur 24 tahun untuk umur teknis karena dalam hal ini biasanya kuda betina tersebut setelah beranak akan mati, sedangkan rataan umur ekonomis kuda betina Denkavkud ini adalah lima tahun dan masih produktif hingga mencapai umur 15 tahun. Umur ekonomis ditentukan dari umur pertema kali ternak tersebut beranak. Berdasarkan hasil penelitian Arifiantini et al. (2010) dinyatakan bahwa hasil IB nilai Conseption Rate (CR) kuda yang berumur 3 sampai dengan 16 tahun dapat mencapai nilai 53,7-57,9%, sedangkan setelah 16 tahun CR menurun menjadi hanya 48,4%.

Arifiantini et al. (2010) juga menyatakan bahwa umur kuda betina yang layak untuk pengujian fertilitas sebaiknya adalah antara 5 hingga 12 tahun. Kondisi objek yang diteliti pada saat itu sangat terbatas, sehingga jumlah induk kuda yang diamati adalah 10 ekor yang merupakan seluruh jumlah induk kuda yang tidak bunting dan tidak mengalami gangguan reproduksi, dengan kisaran umur 13-21 tahun.

(40)

28 Kriteria yang dijadikan sebagai kuda induk di Denkavkud adalah tinggi badan sama dengan atau diatas 140 cm, tidak memiliki cacat fisik, penyakit yang menurun dan warna yang belang, memiliki umur yang cukup yaitu sekitar tiga hingga empat tahun keatas, dan memiliki silsilah yang jelas untuk menghindari terjadinya inbreeding, walalupun pada dasarnya inbreeding tidak selamanya berdampak negatif. Inbreeding akan memiliki dampak yang positif apabila disertai dengan adanya seleksi. Warna yang belang tidak diharapkan

Kuda Pejantan

Kuda yang dijadikan pejantan di Denkavkud adalah kuda yang berumur diatas empat tahun berjumlah tiga ekor (Tabel 3) yaitu G. Fujiyama asal Kazakstan (17 tahun), G. Bolio Hutu yang merupakan G1 dari kuda Australia Thoroughbred (17 tahun) dan Sir Tristan yang merupakan galur murni Australia Thoroughbred (8 tahun).

Table 3. Struktur Populasi Kuda Pejantan

* : Warna coklat gelap pada bagian badan dengan warna hitam pada bagian suri, kaki dan ekor Pejantan merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan keberhasilan pengawinan kuda. Pejantan yang digunakan untuk mengawini kuda betina sebaiknya memiliki kualitas semen dan kemampuan libido yang baik. Menurut Toelihere (1993) kualitas dan kuantitas semen dapat dipengaruhi oleh makanan, konstituen makanan, suhu dan musim, frekuensi ejakulasi, libido dan faktor-faktor psikis seperti kondisi stress atau tidaknya ternak tersebut. Kelaparan atau kekurangan makanan menghambat kelancaran fungsi reproduksi melalui pengaruhnya terhadap sekresi hormon-hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisa, terjadi penghambatan pertumbuhan pejantan muda atau penurunan berat badan hewan dewasa, atrofi testis, penurunan jumlah spermatozoa per ejakulat dan kehilangan libido. Apabila pakan diberikan terlalu berlebih dapat menyebabkan infertilitas, terutama pada hewan yang mengalami kegemukan. Hal ini berkaitan dengan gangguan endokrin seperti hypothyroidismus yang menunjang ketidaksuburannya. Berat badan yang terlalu tinggi menyebabkan pejantan menjadi

(41)

29 lamban, sulit atau tidak dapat berkopulasi karena malas dan lemahnya kaki belakang sehingga dapat menurunkan libido.

Kuda Remonte

Program pendidikan dan latihan kuda atau yang dikenal dengan remonte merupakan salah satu program dari Denkavkud Pussenkav TNI-AD yang menitik beratkan pada pendayagunaan kuda agar dapat ditunggang dan memiliki kemampuan militer dengan baik. Jenis pendidikan dan latihan kuda remonte terdiri dari dua tahap, yaitu Remonte Dasar (memiliki kemampuan tunggang) dan Remonte Lanjutan (memiliki kemampuan militer). Lamanya program remonte kurang lebih selama satu tahun, dengan masing-masing tahapan selama kurang lebih enam bulan. Persyaratan kuda remonte ini meliputi : (1) umur 3-4 tahun; (2) warna tidak belang (seragam); (3) tinggi minimal 140 cm; (4) konformasi atau keadaan bentuk tubuh proporsional dan (5) sehat. Bedasarkan struktur populasi pada Tabel 1 terdapat 15 ekor kuda remonte.

Manajemen Reproduksi Induk Kuda

Pemberian Pakan

Pakan diberikan pada kuda induk sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi, sore dan malam hari. Pakan yang diberikan pada pagi dan sore hari berupa konsentrat dalam bentuk pellet, dengan merk dagang Vital. Berikut (Tabel 4) adalah komposisi nutrien dan vitamin dalam pakan yang didasarkan pada nilai as fed.

Tabel 4. Komposisi Nutrien Konsentrat Kuda Induk di Denkavkud Per Gross Kg

Zat Makanan Jumlah

Digestible Energy 2240 kkal

Protein 11,5%

Sumber : Label Kemasan Konsentrat Vital

(42)

30 pada pagi hari yaitu pukul 07.00 WIB setelah pemberian konsentrat hingga menjelang sore hari sekitar pukul 16.30 WIB,dengan perkiraan konsumsi ± 2,59 kg (Lampiran 5).

Konsumsi total konsentrat adalah 3,5 kg, dengan total konsumsi rumput African star 27,59 kg. Total asupan nutrisi per hari untuk induk kuda adalah digestible energy/DE (30,71 Mkal), protein kasar (1175,02 g), Mg (22,54 g), Lisin (42,31 g), Ca

(72,89 g), Fosfor (36,07 g), dan Vitamin A (31500 IU). Semua kebutuhan maintenance (hidup pokok) kuda induk berdasarkan rekomendasi NRC (1989) terpenuhi (Lampiran 9 dan 10). Kebutuhan hidup pokok adalah kebutuhan kuda dewasa (tanpa aktivitas yang lain) untuk memelihara bobot dan kondisinya pada keadaan iklim dan lingkungan yang normal.

Adapun beberapa kemungkinan apabila kuda induk mengalami defisiensi lisin maka dapat menghambat proses pertumbuhan dan dimungkinkan dapat berimplikasi kepada keterlambatan dewasa kelamin. Lisin merupakan salah satu jenis asam amino esensial yang dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga asam amino lisin ini biasanya ditambahkan dari luar dalam bentuk feed supplement. Asam amino berfungsi sebagai signal nutrisi yang mempengaruhi pusat saraf mengontrol pelepasan GnRH. Jika ternak kekurangan lisin maka efisiensi protein akan memburuk dan pertumbuhan akan menurun. Pada dasarnya lisin ini merupakan penyusun jaringan tubuh yang terbesar jumlahnya (Maryuni, 2003). Kebutuhan mineral seperti Ca, P dan Mg berpengaruh dalam kegiatan reproduksi. Imbangan P yang lebih tinggi dibandingkan Ca akan menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi seperti metritis atau retensi plasenta, selain itu P disini akan menjadi toksik karena akan menyebabkan defisiensi Ca. Berdasarkan rekomendasi NRC (1989) kebutuhan vitamin A untuk maintenance (hidup pokok) kuda induk di Denkavkud adalah 11632,5 IU dan hal ini sudah terpenuhi. Apabila terjadi defisiensi vitamin A menyebabkan anoreksia (sehingga mempengaruhi nafsu makan), pertumbuhan terhambat, buta senja, lakrimasi (mata berair), keratinisasi kornea (radang kornea), gangguan kulit dan pernafasan, pembesaran kelenjar sublingual (kelenjar saliva), masalah reproduksi, dan cepat lelah (Abun, 2006). Perawatan Kuda

(43)

31 keindahan dan kondisi tubuh kuda. Peralatan yang digunakan dalam merawat kuda adalah : (1) Cungkil kuku digunakan untuk membersihkan celah kuku dari kotoran; (2) Kerok, digunakan untuk membersihkan tubuh dari kotoran; (3) Sikat tubuh, digunakan untuk membersihkan tubuh, suri dan ekor; (4) Sisir, digunakan untuk membersihkan atau merapikan suri dan ekor; (5) Lap, untuk membersihkan mata dan pangkal ekor (agar tidak keliru warna lap dibedakan untuk masing-masing kegunaannya); dan (6) Stalhaster dan tali pengikat (dibuat dari rami) untuk mengikat kuda di kandang.

Pemeliharaan harian meliputi pemeriksaan dan pembersihan seluruh tubuh kuda, pembersihan bagian kepala, kaki, merapikan suri dan ekor dengan cara disisir, membersihkan mata, lubang hidung, mulut dengan lap basah, dan membersihkan pangkal ekor dan sekitar lubang anus dengan lap basah. Pemeliharaan mingguan meliputi pemandian kuda, pemangkasan, perawatan suri dan ekor serta pemeriksaan kondisi kesehatan kuda. Pemandian kuda yaitu membersihkan suri kemudian ekornya dengan menggunakan sabun, pembersihan badan, kaki dicungkil, muka dilap begitu juga dengan bagian bokong, kuku dirawat dengan cara melapisi menggunakan vaselin. Pemangkasan dilakukan pada bagian bulu kaki bawah. Perawatan suri dan ekor meliputi pencucian, pemangkasan dan penyisiran. Pemeriksaan kondisi kesehatan kuda dilakukan oleh penjaga kandang atau petugas patrol kandang, jika ditemukan indikasi sakit maka dilaporkan dan kemudian ditangani oleh dokter hewan. Pemeliharaan bulanan meliputi pemeriksaan dan perawatan kuku. Pemeriksaan kuku dilihat dari sikap kuda, kuda yang sedang berdiri pada tempat datar dan rata, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah besarnya kuku kuda dibandingkan dengan besarnya tubuh dan ini harus seimbang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, permukaan kuku dilihat apakah pecah-pecah atau rusak, kemudian diperhatikan pada kaki pangkal kuku apakah terdapat bekas-bekas luka.

(44)

32 Perawatan Kandang

Perawatan kandang harian meliputi kebersihan tempat kuda tidur, voorbak (tempat makan dan minum kuda), hindari genangan air atau limbah di sekitar kandang, selokan dan saluran air tetap bersih dan mengalir tanpa tersumbat, dan jerami alas lantai kandang untuk tidur dalam kondisi kering, begitu juga dengan lantai kandang yang harus selalu kering dan bersih. Perawatan kandang mingguan meliputi pemeliharaan kebersihan dalam dan luar kandang. Kandang disucihamakan dengan menggunakan lisol atau karbol, tempat makan dan minum dicuci dan dikeringkan.

Proses Persiapan dan Pengawinan

Persiapan dalam pengawinan kuda diawali dengan membersihkan tubuh kuda menggunakan sikat. Tidak ada perlakuan yang khusus seperti mengikat ekor atau memberikan pakan yang berbeda sebelum dilakukannya pengawinan. Manajemen pengawinan kuda di Denkavkud didasarkan pada pemilihan warna. Pejantan disesuaikan dengan warna kuda induk agar dihasilkan kuda yang sesuai dengan warna yang seragam.

Pada dasarnya menurut Morel (2002), sebaiknya kuda jantan maupun betina yang akan dibudidayakan harus dilakukan seleksi terlebih dahulu. Seleksi untuk kuda jantan meliputi sejarah mengenai asal-usul kuda tersebut, sejarah mengenai reproduksinya, tempramen dan sifat libido, umur, konformasi dan kondisi umum tubuh kuda, evaluasi eksternal dan internal terhadap organ reproduksi, evaluasi semen, pemeriksaan penyakit dan darah. Penyeleksian untuk kuda betina induk meliputi sejarah mengenai asal-usul kuda tersebut, sejarah mengenai reproduksinya, umur, konformasi dan kondisi umum tubuh kuda, evaluasi eksternal dan internal terhadap organ reproduksi, pemeriksaan penyakit dan darah.

(45)

33 yang memiliki hubungan keluarga yang lebih dekat jika dibanding dengan rataan hubungan kekerabatan kelompok tempat ternak tersebut berada (Noor, 2008). Terbatasnya jumlah pejantan dan recording yang kurang baik merupakan salah satu faktor terjadinya inbreeding.Inbreeding akan memiliki dampak baik apabila disertai dengan adanya seleksi.

Tempramen yang baik dan sifat libido yang tinggi sangat diperlukan untuk kuda yang akan dijadikan sebagai pejantan. Sifat libido merupakan sifat keinginan atau adanya hasrat untuk mengawini. Umur kuda betina yang dikawinkan di Denkavkud paling tidak harus mencapai 3-4 tahun, sedangkan untuk kuda pejantan adalah empat tahun keatas. Konformasi tubuh kuda dapat dilihat secara kasat mata. Konformasi dalam hal ini merupakan suatu keadaan dari bagian tubuh kuda yang mendukung dalam aktiviatas reproduksi, misalnya memiliki tulang punggung dan kaki yang kuat, dengan konformasi tulang pelvis yang baik, semua ini berperan dalam menunjang dan memudahkan proses kebuntingan. Konformasi yang baik adalah konformasi yang seimbang pada setiap bagian tubuh kuda. Kondisi umum tubuh kuda dilakukan melalui kontrol kesehatan, sehingga kuda pejantan maupun betina hanya boleh dikawinkan jika berada dalam kondisi sehat. Kuda di Denkavkud dikawinkan secara alami (Gambar 14). Kuda yang siap kawin berada di kandang M. Kuda betina dikawinkan sebanyak 2-3 kali setelah diketahui estrus secara berturut-turut dari hari pertama estrus. Menurut Morel (2002) kawin alam pada kuda merupakan suatu kondisi dimana ternak kuda jantan akan menghampiri kuda betina yang sedang estrus dengan sendirinya untuk dikawini. Pengawinan pada kuda di Denkavkud hanya dilakukan pada pagi hari.

(46)

34 Gejala Estrus

Gejala yang timbul saat kuda estrus adalah menurunnya nafsu makan, terdengarnya suara bersahutan antara betina estrus dengan teaser. Urinasi saat melihat pejantan (Gambar 15) dan winking (mendenyut-denyutkan klitoris) (Gambar 16), termasuk juga dalam suatu kondisi yang menyatakan bahwa kuda betina tersebut sedang mengalami estrus.

Gambar 15. Kuda Betina Urinasi Saat Melihat Pejantan

Gambar 16. Kuda Betina yang Sedang Winking

(47)

35 Gambar 17. Urin Kuda yang Sedang Estrus

Ciri lainnya yang teramati secara visual saat kuda estrus adalah tidak menolak jika didekati kuda pejantan dan berada dalam posisi siap kawin (Gambar 18) atau menghampiri pejantan dengan sendirinya dan memberikan bagian vulvanya (Gambar 19), vulva kuda yang sedang estrus terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan vulva kuda betina yang tidak estrus. Selain itu, vulva akan terlihat basah dan biasanya tertinggal lendir yang sudah mengering pada bagaian vulva (Gambar 20).

Gambar 18. Kuda Pejantan Mendekati Kuda yang Estrus

(48)

36 Gambar 20.Vulva Kuda yang Sedang Estrus

Kuda betina yang sedang estrus mengalami peningkatan frekuensi urinasi sehingga kandang terlihat lebih basah jika dibandingkan dengan kuda yang tidak estrus dan kuda yang sedang estrus selalu terlihat mengangkatkan ekornya dalam waktu yang relatif lama, lain halnya dengan kuda yang tidak estrus ekor terlihat biasa saja (Gambar 21).

(a) (b)

(49)

37 klitoris. Begitu pula dengan pendapat Morel (2008), bahwa kuda betina estrus pada saat didekati kuda jantan akan urinasi, terdiam, ekor diangkat dan mengambil posisi siap untuk kawin dengan keadaan vulva yang menutup dan membuka (winking).

Siklus dan Periode Estrus

Pengamatan deteksi estrus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuda teaser (Gambar 22) dan selain itu juga dilakukan pengamatan secara visual. Pengamatan kuda estrus dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu hari yaitu pada pagi, siang dan sore hari.

Gambar 22. Pendeteksian Estrus Menggunakan Kuda Teaser

Pendeteksian estrus dilakukan pada 10 ekor induk kuda yang sudah pernah beranak masing-masing satu kali (1 ekor), dua kali (3 ekor), tiga kali (2 ekor), empat kali (2 ekor) dan lima kali (2 ekor), dengan rataan umur 16,1 tahun (Tabel 5). Pendeteksian estrus dilakukan dengan menggunakan kuda jantan sebagai teaser yang dilewatkan pada kuda betina yang berada di kandang. Pendeteksian ini tergolong kedalam tipe Pen teasing. Pen teasing merupakan salah satu metode pendeteksian estrus dimana kuda pejantan (teaser) dilewatkan diantara kuda betina. Kuda jantan dapat dilepas dikandang untuk menghampiri kuda betina dengan sendirinya atau kuda pejantan dapat dikendalikan oleh peternak (Meadows et al., 2003).

(50)

38 estrus kuda sangat bervariasi antara individu, yaitu berkisar 14-23 hari dengan nilai rataannya adalah 19,21±3,67 hari (hanya dari tujuh ekor kuda yang diamati), sedangkan untuk lama periode estrus berkisar antara 4-6 hari dengan nilai rataan 4,95±0,5 hari. Lama siklus estrus yang bervariasi ini menunjukkan adanya perbedaan tingkat individu yang sangat tinggi pada kuda, hal ini didukung oleh pernyataan Hafez dan Hafez (2000c), bahwa siklus estrus dapat berbeda diantara kuda betina lainnya.

Tabel 5 Lama Siklus dan Periode Estrus pada Kuda Induk di Denkavkud

Keterangan

NRK : Nomor Registrasi Kuda

- : Tidak terjadi siklus estrus dikarenakan kuda mengalami kebuntingan

Siklus estrus pada kuda di Denkavkud terjadi setiap bulannya apabila kuda tidak mengalami kebuntingan. Lain halnya dengan iklim subtropis dimana kuda hidup dengan empat musim, kuda bersifat seasonally polyestrus (estrus yang berulang pada musim kawinnya) yang terjadi pada musim semi dan panas sekitar bulan Mei hingga Oktober (England, 2004).

(51)

39 ketepatan proses pengawinan yang didasarkan pada lamanya periode estrus dan faktor lingkungan.

England (2004) menyatakan bahwa lama siklus estrus kuda adalah 21 ± 2 hari, dengan periode estrus 4-7 hari dan lama diestrus 14-16 hari. Menurut Morel (2002) siklus estrus dari kuda adalah 21 hari dan lama periode estrus dapat mencapai 2-10 hari dengan rataan lima hari. Hal ini sedikit berbeda jika dibandingkan dengan keledai, menurut Blanchard et al. (1999) lama siklus estrus keledai adalah 23,3 ± 2,6 hari dengan lama estrus 5,9 ± 2,1 hari dan ini hampir sama dengan pernyataan Taberner et al. (2008) yang menyatakan bahwa keledai mempunyai lama siklus estrus 24,90 ± 0,26 hari dengan lama periode estrus 5,64 ± 0,20 hari dan lama diestrus 19,83 ± 0,36 hari. Berdasarkan hasil observasi, kuda yang berada di Denkavkud memiliki lama diestrus 14,86 ± 3,58 hari.

Menurut Samper (2008) untuk meningkatkan laju kebuntingan pada kuda, sebaiknya dikawinkan 48 jam sebelum ovulasi dengan kawin alam, 12-24 jam sebelum ovulasi jika dilakukan dengan inseminasi menggunakan semen cair atau <12 jam sebelum ovulasi sampai <6 jam dengan inseminasi menggunakan semen beku, akan tetapi untuk inseminasi dengan semen beku, deteksi estrus sebaiknya dilakukan dengan menggunakan metode USG, karena dalam hal ini semen beku memiliki angka konsepsi yang sangat rendah.

Berdasarkan data hasil lama estrus pada kuda di Denkavkud maka pengawinan secara alami sebaiknya dilakukan pada hari ke-dua untuk kuda dengan lama estrus empat hari, atau pada hari ke- 3-4 untuk kuda yang mempunyai lama estrus lima hari. Inseminasi menggunakan semen cair dapat dilakukan pada hari ke-tiga untuk kuda dengan lama estrus empat hari dan hari ke-empat untuk kuda dengan lama estrus lima hari. Apabila inseminasi dengan menggunakan semen beku sebaiknya dilakukan pada hari ke-empat untuk kuda dengan lama estrus empat hari dan hari ke-lima untuk kuda dengan lama estrus lima hari, dengan catatan deteksi estrus harus dilakukan melalui USG.

(52)

40 bertahan 8-12 jam (Morel, 2002). Pengawinan kuda induk di Denkavkud dilakukan secara berturut-turut dari hari pertama estrus hingga hari ke-tiga. Hal ini dapat dikatakan kurang efektif, karena hasil rataan lama periode estrus yang telah diketahui adalah 4,95±0,5 hari. Dengan demikian alangkah baiknya apabila kuda tersebut dikawinkan pada 48 jam menjelang akhir estrus.

Berdasarkan hasil observasi kuda yang tergolong kedalam umur yang lebih tua cenderung memiliki lama siklus estrus yang lebih panjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Carnevale (2008), bahwa kuda betina yang berumur lebih tua akan menunjukkan siklus estrus yang lebih panjang jika dibandingkan dengan kuda yang berumur muda, sedangkan untuk lama periode estrus tidak begitu berbeda diantara kuda yang tergolong umur muda (13-17 tahun) dengan kuda yang tergolong kedalam umur tua (20-21 tahun).

Efisiensi Reproduksi

Aktivitas reproduksi di Denkavkud tidak tercatat dengan lengkap, sehingga data efisiensi reproduksi tidak dapat dilaporkan secara lengkap. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh diketahui untuk angka kebuntingan induk kuda yang dikawinkan secara alamiah dari tiga tahun terakhir (2008-2010) adalah sebesar 42,7% (41 ekor bunting dari 96 kali pengawinan). Angka kelahiran tidak selalu sama dengan angka kebuntingan. Jumlah kelahiran sejak tahun 2008-2010 diperoleh nilai sebesar 87,8% (36 ekor lahir dari 41 kebuntingan) dengan tingkat keguguran sebesar 12,2%. Penyebab keguguran yang terjadi di Denkavkud selama ini belum diketahui dengan pasti. Rendahnya angka kebuntingan hasil pengawinan alamiah di Denkavkud diduga oleh waktu pengawinan yang kurang tepat karena tidak didasarkan pada lamanya periode estrus dan waktu ovulasi.

Pengawinan menggunakan teknik inseminasi buatan dengan sinkronisasi estrus menggunakan preparat hormon PGF2α dan induksi ovulasi menggunakan hCG

(53)
(54)

42 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Lama siklus estrus kuda di Denkavkud adalah 19,21 ± 3,67 hari dengan lama periode estrus 4,95 ± 0,5 hari. Berdasarkan rataan periode estrus tersebut, sebaiknya kuda dikawinkan pada hari ke-dua untuk kuda dengan periode estrus empat hari, atau pada hari ke- 3-4 untuk kuda yang mempunyai periode estrus lima hari. Inseminasi dengan semen cair dapat dilakukan pada hari ke-tiga untuk kuda dengan periode estrus empat hari dan hari ke-empat untuk kuda dengan periode estrus lima hari. Apabila inseminasi dengan semen beku sebaiknya dilakukan pada akhir estrus dengan bantuan USG. Gejala kuda estrus meliputi nafsu makan menurun, bersautan suara dengan pejantan, urinasi saat melihat pejantan, winking, mengeluarkan lendir, tidak menolak jika didekati pejantan dan berada dalam posisi siap kawin atau menghampiri pejantan, vulva kuda yang sedang estrus terlihat besar dan frekuensi urinasi yang cenderung meningkat dan mengangkatkan ekornya dalam waktu yang relatif lama.

Saran

Perbaikan manajemen pengawinan kuda perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan keberhasilan pengawinan kuda. Beberapa hal yang dapat dilakukan meliputi: (1) Mengikat ekor kebelakang saat mengawinkan agar tidak menghalangi pejantan saat melakukan kopulasi; (2) Menjaga kebersihan induk yang akan dikawinkan; (3) Pendeteksian estrus yang dilakukan setiap hari secara teratur dan konsisten minimal dua kali yaitu pada pagi dan sore hari, sehingga adanya gejala estrus dapat teramati dan tidak terlewatkan.

Gambar

Tabel 2. Struktur Populasi Kuda dan Kandang Untuk Kinakud
Gambar 14. Kawin Alam pada Kuda
Gambar 16. Kuda Betina yang Sedang Winking
Gambar 21. Ekor Kuda Betina Estrus (a) dan Ekor Kuda Betina yang Tidak Estrus(b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

The reason being that the partner has become too close to the directors and staff in the firm and this may impair his judgement on the financial statements.. However, NorthCee is

Tulisan ini membahas tentang modifikasi Caesar cipher dengan menggunakan fungsi rasional, logaritma kuadrat, dan polinomial orde 5 sebagai kunci. Proses kriptografi

peDrasagd shunl reactor l0 tuvar dai PLTD Bagan Scsar Le lokasi Cadu. lnduk l\,juaro BunEo tuxda PL PLN (Pe$ero) KitlDr S!.rlrrgxBl

Materi yang telah dipelajari diolah atau dikembangkan oleh siswa, maka guru harus mampu memilih metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan agar hasil

Analisis data yang digunakan peneliti dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak dengan surat teguran dan

Aspek visual dalam karya seni sangat membantu dalam penyampaian sebuah gagasan, dan lukisan merupakan salah satu media untuk menyampaikan ide atau

Kelompok susu cokelat memiliki nilai indeks kelelahan lebih kecil dibanding dengan kelompok minuman olahraga sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian susu cokelat

Peubah yang diamati terdiri dari sifat fungsional pati sagu Bangka meliputi total pati (Sudarmadji et al., 1997), kadar amilosa (Sudarmadji et al., 1997), kadar