• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Penilaian Risiko BKPSDMD Prov. Kep. Babel 2020 KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Penilaian Risiko BKPSDMD Prov. Kep. Babel 2020 KATA PENGANTAR"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Buku Penilaian Risiko ini merupakan laporan hasil pelaksanaan penilaian risiko di lingkungan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penilaian risiko merupakan salah satu tahapan strategis dalam implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), khususnya Bagian Ketiga pasal 13 ayat (1), disebutkan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 40 Tahun 2009 pasal 3 ayat (1) dan pasal 6 ayat (1), dalam rangka implementasi SPIP maka harus disusun Daftar Register Risiko pada tataran kegiatan.

Sistim Pengendalian Intern Pemerintah merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Fondasi dari pengendalian adalah orang-orang (SDM) di dalam organisasi yang membentuk unsur lingkungan pengendalian yang baik, yang didukung oleh komitmen bersama serta kepemimpinan yang kondusif untuk mencapai sasaran dan tujuan instansi pemerintah.

Besar harapan kami, selain berguna bagi pihak internal, dalam hal ini Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pelaksanaan penilaian risiko yang dilaksanakan bersama-sama oleh seluruh PD pada Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini dapat turut berperan dalam upaya

(2)

peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan yang baik di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Demikian, semoga bermanfaat dan diucapkan terima kasih.

Pangkalpinang, Desember 2019 KEPALA BADAN,

Drs. SAHIRMAN, M.Si.

Pembina Utama Madya NIP. 19610815 199103 1 006

(3)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL……… iv DAFTAR GAMBAR……….. v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Dasar Hukum ... 3 C. Tujuan ... 5 D. Ruang Lingkup ... 5 E. Metodologi ... 6 F. Sistematika Pelaporan ... 6

BAB II GAMBARAN UMUM A. Organisasi ... 8

B. Tujuan dan Sasaran ... 14

C. Program dan Kegiatan Utama ... 16

BAB III HASIL PENILAIAN RISIKO A. Kerangka Pengukuran Kemungkinan dan Dampak ... 21

B. Bidang Telaah Risiko ... 23

C. Register Risiko ... 25

D. Peta Risiko ... 29

BAB IV PENUTUP ... 30

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Kriteria Kemungkinan/Probabilitas ... 21

Tabel III.2 Kriteria Dampak ... 22

Tabel III.3 Register Risiko, Penyebab dan Dampak ... 26

Tabel III.4 Identifikasi Deskripsi Risiko ... 26

Tabel III.5 Analisis Kemungkinan Risiko ... 27

Tabel III.6 Analisis Dampak Risiko ... 28

(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

L A M P I R A N

A. Daftar Register Risiko Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2020

B. Keputusan Kepala BKPSDMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung nomor: 188.4/045/BKPSDMD/2019 tentang Pembentukan Satuan Tugas dan Unit Penyusunan Peta Risiko Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2019

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dalam rangka mendukung gerakan reformasi birokrasi, yang sejalan dengan amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2014 – 2019, maka Pemerintah Provinsi Kep. Bangka Belitung telah menyikapinya dengan berbagai kebijakan untuk mendorong terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah pertama yang telah dilakukan dalam penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 adalah menerbitkan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 28 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Resiko.

Sebagaimana diketahui, Sistim Pengendalian Intern Pemerintah adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa fondasi dari pengendalian adalah orang-orang (SDM) di dalam organisasi yang membentuk unsur lingkungan pengendalian yang baik, yang didukung oleh komitmen bersama serta kepemimpinan yang kondusif untuk mencapai sasaran dan tujuan instansi pemerintah.

Unsur berikutnya dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), yaitu penilaian risiko, dimulai dengan melihat kesesuaian antara tujuan kegiatan yang dilaksanakan instansi pemerintah dengan tujuan

(8)

sasarannya, serta kesesuaian dengan tujuan strategis yang ditetapkan pemerintah. Setelah penetapan tujuan, instansi pemerintah melakukan identifikasi atas risiko intern dan ekstern yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, menganalisisnya untuk mendapatkan risiko yang memiliki kemungkinan (probability) kejadian dan dampak yang sangat tinggi sampai dengan risiko yang sangat rendah.

Berdasarkan hasil analisis risiko, selanjutnya dilakukan respon atas risiko dengan membangun kegiatan pengendalian yang tepat. Kegiatan pengendalian dibangun dengan maksud untuk memastikan bahwa respon risiko yang dilakukan instansi pemerintah sudah efektif. Seluruh penyelenggaraan unsur SPIP tersebut haruslah dilaporkan dan dikomunikasikan serta dilakukan pemantauan secara terus-menerus guna perbaikan yang berkesinambungan.

Risiko mengacu pada ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian diartikan sebagai kurangnya pengetahuan dalam menjelaskan sesuatu atau hasilnya di masa depan, dengan banyak kemungkinan hasil, sementara risiko adalah ketidakpastian yang kemungkinan hasilnya akan berakibat tidak diinginkan atau mendatangkan kerugian yang signifikan. Meskipun berkonotasi negatif, risiko bukan merupakan sesuatu yang harus dihindari melainkan harus dikelola melalui suatu mekanisme yang dinamakan pengelolaan (manajemen) risiko.

Dasar pemikiran pengelolaan risiko adalah bahwa setiap entitas, baik yang berbentuk korporasi yang berorientasi laba maupun organisasi masyarakat yang berorientasi nirlaba, serta sektor publik (badan pemerintah, instansi pemerintah) yang berorientasi kepentingan publik dibentuk dan dikelola untuk memberikan atau menghasilkan nilai bagi para pemangku kepentingan (stakeholders). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), khususnya Bagian Ketiga pasal 13 ayat (1), disebutkan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, pasal 13, disebutkan bahwa penilaian risiko adalah

(9)

kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Lebih lanjut, dalam PP tersebut disebutkan bahwa penilaian risiko terdiri atas identifikasi risiko dan analisis risiko.

Ruang lingkup identifikasi risiko mencakup langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan identifikasi risiko pada sektor publik yang terdiri atas identifikasi risiko potensial, baik risiko yang berasal dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal instansi pemerintah. Namun, dalam identifikasi risiko perlu dilakukan penetapan konteks terlebih dahulu yang terkait dengan penetapan tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Hal ini sejalan dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 13 ayat (3), yang menyebutkan bahwa dalam rangka penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat 2.1 Identifikasi Risiko 5 (1), pimpinan instansi pemerintah menetapkan (a) tujuan instansi pemerintah; dan (b) tujuan pada tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

B. Dasar Hukum

Implementasi SPIP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berlandaskan kepada beberapa aturan, sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

(10)

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679) ;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890).

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tatacara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma

Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah.

7. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 Nomor 1 Seri D).

8. Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 59 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2018 Nomor 5 Seri D).

9. Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 86 Tahun 2017 tentang Rencana Strategis Perangkat Daerah Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017 – 2022 (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017 Nomor 78 Seri F).

10. Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 28 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Resiko (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2018 Nomor 23 Seri E).

(11)

C. Tujuan

Tujuan penyusunan buku penilaian risiko pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan infrastruktur penyelenggaraan SPIP khususnya unsur ke dua yaitu unsur penilaian risiko pada tingkat instansi dan kegiatan.

2. Untuk mendapatkan register dan peta risiko pada tingkat tujuan instansi dan kegiatan.

3. Sebagai bahan evaluasi pengendalian intern dalam implementasi SPIP.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan penilaian risiko pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi seluruh Bagian dan Bidang, yakni:

1. Sekretariat, terbagi atas : - Subbag Perencanaan. - Subbag Umum.

2. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah, terbagi atas : - Subbid Pengembangan Kompetensi Dasar dan Manajerial.

- Subbid Pengembangan Kompetensi Teknis dan Fungsional. - Subbid Pengelolaan Sumber Daya Manusia.

3. Bidang Penilaian Kinerja, Informasi dan Kesejahteraan ASN, terbagi atas: - Subbid Kesejahteraan ASN.

- Subbid Penilaian Kinerja dan Disiplin. - Subbid Data dan Informasi Kepegawaian.

4. Bidang Pengadaan, Mutasi, dan Kepangkatan, terbagi atas : - Subbid Mutasi dan Promosi.

- Subbid Kepangkatan dan Pensiun.

(12)

E. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam penilaian risiko pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung baik pada tahap identifikasi risiko dan analisis risiko adalah kualitatif, sedangkan teknik yang digunakan adalah brainstorming yang melibatkan seluruh bagian di lingkungan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

F. Sistematika Pelaporan

Buku penilaian risiko Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini disusun dalam struktur bab sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang, dasar hukum, tujuan, ruang lingkup, metodologi dan sistematika pelaporan dalam melaksanakan penilaian risiko di lingkungan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Bab II Gambaran Umum Entitas

Dalam bab ini diberikan gambaran singkat mengenai Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari segi organisasi (struktur organisasi dan uraian tugas), visi, misi, tujuan dan sasaran, tugas pokok dan fungsi, serta program dan kegiatan utama (core business process) Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

(13)

Bab III Hasil Penilaian Risiko Bab IV Penutup

Bab ini menguraikan secara singkat simpulan umum dari hasil penilaian risiko yang telah dilaksanakan.

BAB II

(14)

A. Organisasi

Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BKPSDMD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan di bidang kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia daerah yang menjadi kewenangan daerah provinsi. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 59 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Namun tugas, fungsi dan struktur Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara lebih lugas ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 59 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Badan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki fungsi:

a) Penyelenggaraan penyusunan kebijakan teknis di bidang kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia daerah yang menjadi kewenangan provinsi;

b) Penyelenggaraan tugas dukungan teknis di bidang kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia daerah yang menjadi kewenangan provinsi;

(15)

a) Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia daerah;

b) Penyelenggaraan pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan pemerintahan provinsi di bidang kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia daerah;

c) Penyelenggaraan administrasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah;

d) Penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya. Struktur organisasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dipimpin seorang Kepala Badan selaku kepala Perangkat Daerah dengan dibantu unsur-unsur organisasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah, yaitu: Sekretaris, Kepala Bidang, dan Kepala Subbagian/Kepala Subbidang, dan Kelompok Jabatan Fungsional (struktur organisasi terlampir). Dengan uraian tugas telah diatur dalam Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 59 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Badan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Sekretariat mempunyai tugas memverifikasi, mengoordinir, mempromosikan, memimpin, membina, mengevaluasi, mengendalikan dan menyelenggarakan administrasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah meliputi perencanaan, umum dan kepegawaian, keuangan serta membantu kepala badan mengoordinasikan bidang-bidang. Sekretariat Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris yang membawahi 2 (dua) subbagian sebagai berikut:

a) Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di lingkungan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah.

(16)

b) Sub Bagian Umum, mempunyai tugas melaksanakan urusan

ketatausahaan, urusan kerumahtanggaan, urusan pengelolaan dan penatausahaan barang milik daerah, urusan kehumasan, urusan kepegawaian, dan keuangan di lingkungan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah.

Bidang Pengadaaan, Mutasi, dan Kepangkatan mempunyai tugas mempunyai tugas memverifikasi, mengoordinir, mempromosikan, memimpin, mengawas, membina, mengevaluasi dan mengendalikan, pengkajian, penyiapan, perumusan dan penyusunan kebijakan di Bidang Pengadaan, Mutasi, dan Kepangkatan. Bidang Pengadaaan, Mutasi, dan Kepangkatan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang membawahi 3 (tiga) Subbidang, yaitu:

a) Kepala Subbidang Perencanaan dan Pengadaan Pegawai mempunyai tugas menyusun, merencanakan, merancang, mengembangkan, membuat konsep, mengkaji ulang pelaksanaan perumusan kebijakan teknis perencanaan dan pengadaan pegawai.

b) Subbidang Mutasi dan Promosi mempunyai tugas menyusun, merencanakan, merancang, mengembangkan, membuat konsep, mengkaji ulang pelaksanaan perumusan kebijakan teknis mutasi dan promosi.

c) Subbidang Kepangkatan dan Pensiun mempunyai tugas menyusun, merencanakan, merancang, mengembangkan, membuat konsep, mengkaji ulang pelaksanaan perumusan kebijakan teknis kepangkatan dan pensiun.

Bidang Penilaian Kinerja, Informasi, dan Kesejahteraan ASN mempunyai tugas memverifikasi, mengoordinir, mempromosikan, memimpin, mengawas, membina, mengevaluasi dan mengendalikan, pengkajian, penyiapan, perumusan dan penyusunan kebijakan di bidang

(17)

Kinerja, Informasi, dan Kesejahteraan ASN dipimpin oleh seorang kepala bidang yang membawahi 3 (tiga) subbidang, yaitu:

a) Kepala Subbidang Penilaian Kinerja dan Disiplin mempunyai tugas menyusun, merencanakan, merancang, mengembangkan, membuat konsep, mengkaji ulang pelaksanaan perumusan konsep, mengkaji ulang pelaksanaan perumusan kebijakan teknis Penilaian Kinerja dan Disiplin.

b) Kepala Subbidang Data dan Informasi Kepegawaian mempunyai tugas menyusun, merencanakan, merancang, mengembangkan, membuat konsep, mengkaji ulang pelaksanaan perumusan kebijakan teknis data dan informasi kepegawaian.

c) Kepala Subbidang Kesejahteraan ASN mempunyai tugas menyusun, merencanakan, merancang, mengembangkan, membuat konsep, mengkaji ulang pelaksanaan perumusan kebijakan teknis kesejahteraan pegawai.

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas memverifikasi, mengoordinir, mempromosikan, memimpin, mengawas, membina, mengevaluasi dan mengendalikan, pengkajian, penyiapan, perumusan dan penyusunan kebijakan di Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dipimpin oleh seorang kepala bidang yang membawahi 3 (tiga) subbidang, yaitu:

a) Kepala Subbidang Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Kerjasama mempunyai tugas menyusun, merencanakan, merancang, mengembangkan, membuat konsep, mengkaji ulang pelaksanaan perumusan kebijakan teknis Pengelolaan Sumber Belajar dan Kerjasama. b) Kepala Subbidang Pengembangan Kompetensi Teknis dan Fungsional

mempunyai tugas menyusun, merencanakan, merancang, mengembangkan, membuat konsep, mengkaji ulang pelaksanaan

(18)

perumusan kebijakan teknis Pengembangan Kompetensi Teknis dan Fungsional.

c) Kepala Subbidang Pengembangan Kompetensi Dasar dan Manajerial mempunyai tugas menyusun, merencanakan, merancang, mengembangkan, membuat konsep, mengkaji ulang pelaksanaan perumusan kebijakan teknis Pengembangan Kompetensi Dasar dan Manajerial.

Secara sistematis, struktur organisasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada gambar II.1 berikut:

GAMBAR II.1 Struktur Organisasi

(19)
(20)

Isu strategis Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah yang telah dirumuskan yaitu “rendahnya profesionalitas aparatur”. Ada 2 (duaa) hal yang sangat mempengaruhi rendahnya profesionalitas aparatur yaitu: (1). Rendahnya kompetensi, (2). Rendahnya kinerja dan disiplin aparatur sipil negara (ASN). Untuk mengatasi hal tersebut Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah perlu menetapkan tujuan dan sasaran.

Salah satu tujuan Gubernur Kepulauan Bnagka Belitung yang ditetapkan dalam dokumen RPJMD Provinsi terkait dengan aparatur yaitu mewujudkan reformasi birokrasi yang berkualitas, dengan indikator tujuan pertumbuhan indeks Reformasi Birokrasi. Sejalan dengan hal tersebut tujuan yang akan dicapai oleh Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam meningkatkan pertumbuhan indeks Reformasi Birokrasi adalah meningkatkan profesionalitas aparatur.

Untuk mewujudkan reformasi birokrasi yang berkualitas maka sasaran dalam RPJMD Provinsi yaitu birokrasi yang efektif dan efisien dengan indikator kinerja sasaran indeks Profesionalitas ASN. Birokrasi yang dapat dikatakan efektif dan efisien, beberapa diantaranya adalah aparatur yang memiliki kompetensi (pendidikan, pengetahuan, keterampilan) dan aparatur yang memiliki kinerja (capaian hasil kerja dengan baik dan disiplin yang baik).

Sasaran dalam RPJMD Provinsi tersebut sejalan dengan sasaran dalam Renstra BKPSDM. Ada 2 (dua) sasaran yang akan dicapai dalam meningkatkan profesionalitas aparatur yaitu :

1. Meningkatnya kompetensi aparatur;

Salah satu kendala dalam menjadikan ASN yang profesional adalah tingginya gap kompetensi pegawai yang dilihat dari kesesuaian jabatan, kesesuaian tingkat pendidikan, kesesuaian pelatihan dengan jabatan, dan pengalaman jabatan. Dengan tingginya gap kompetensi pegawai tentu akan berdampak buruk pada pelayanan kepada

(21)

masyarakat. Banyak pekerjaan akan terbengkalai dan tidak terspesialisasi sehingga pegawai sulit mengeluarkan kemampuan sesuai dengan bidangnya. Akibatnya pegawai lebih banyak mengerjakan pekerjaan lain dibandingkan dengan tugas pokoknya. Oleh karena itu menjadi tugas penting BKPSDM dalam mengelola ASN di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung agar memiliki kesesuaian kompetensi. Semakin sesuainya pegawai dengan standar kompetensi yang dimilikinya maka dapat meningkatkan indeks profesionalitas ASN dan pada akhirnya akan meningkatkan indeks reformasi birokrasi.

2. Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur;

Isu rendahnya kinerja dan disiplin ASN sudah merupakan isu sentral ASN. Lambannya pelayanan, banyaknya kasus indispliner, KKN dan lain sebagainya. Tingginya gap capaian disiplin dan kinerja ini menjadi point BKPSDM dalam mengevaluasi kembali capaian kinerja ASN di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Apalagi penilaian kinerja saat ini sudah mulai diarahkan pada aspek dan metoda yang lebih terukur, mulai dari orientasi pelayanan, integritas, disiplin, komitmen, kerjasama, dan kepemimpinan. Dengan pertimbangan tingkat capaian kinerja ini sangat memungkinkan untuk memberlakukan reward and funishment kepada pegawai. Dengan semakin tingginya capaian kinerja pegawai maka gap kinerja dan disiplin akan semakin kecil dan akan menaikkan Indeks Profesionalitas ASN yang pada akhirnya berpengaruh baik pada Indeks Reformasi Birokrasi.

Dengan diformulasikannya tujuan strategis ini maka Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi visi dan misi Kepala Daerah untuk kurun waktu tersisa 3 (tiga) tahun ke depan dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari

(22)

itu, perumusan tujuan ini juga akan memungkinkan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk mengukur sejauh mana tujuan dan sasaran organisasi tercapai.

Adapun tujuan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah :

“Meningkatkan Profesionalitas Aparatur”.

C. Program dan Kegiatan Utama

Program dan Kegiatan utama (core business process) Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk tahun anggaran 2020 terdiri dari 1 (satu) program rutin dan 3 (tiga) program teknis, yaitu :

1. Program Peningkatan Pelayanan Pemerintah

Program Peningkatan Pelayanan Pemerintah merupakan program rutin BKPSDM dengan 4 (empat) indikator yaitu:

a. Tingkat kepuasan aparatur perangkat daerah terhadap pelayanan kesekretariatan

Outcome tersebut dapat dicapai melalui kegiatan Pelayanan Administrasi Perkantoran, Peningkatan Kapasitas sumber daya aparatur dengan output : jumlah pegawai BKPSDMD yang terlayani, jumlah aparatur yang meningkat kapasitasnya, dan jumlah pegawai BKPSDMD yang meningkat disiplinnya.

b. Persentase Sarana Prasarana yang layak fungsi;

Outcome tersebut dapat dicapai melalui kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dengan output : jumlah paket pemenuhan sarana dan prasarana kantor, jumlah sarana dan prasarana yang terpelihara, dan jumlah kendaraan yang terpelihara.

(23)

c. Persentase Kenaikan Nilai Indeks Profesionalitas ASN;

Outcome tersebut dapat dicapai melalui kegiatan penguatan kelembagaan/organisasi dengan output : jumlah laporan.

d. Nilai Sakip Perangkat Daerah

Outcome tersebut dapat dicapai melalui kegiatan penyusunan dokumen perencanaan perangkat daerah dan penyusunan laporan kinerja dan keuangan perangkat daerah dengan output : jumlah dokumen perencanan dan penganggaran responsif gender, jumlah dokumen dan jumlah laporan.

2. Program Pengadaan Pegawai, Mutasi, Promosi, dan Kepangkatan. Program Pengadaan Pegawai, Mutasi, Promosi, dan Kepangkatan diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja aparatur. Indikator kinerja program atau outcome yaitu persentase pemenuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan dan formasi, persentase ASN yang ditempatkan sesuai dengan kompetensi, persentase ASN naik pangkat dan pensiun tepat waktu, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Persentase pemenuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan dan formasi

Outcome tersebut dapat dicapai melalui kegiatan kegiatan Kegiatan Perencanaan dan Pengadaan ASN, dengan output kegiatan ini adalah jumlah yang lulus seleksi CASN/ASN; jumlah dokumen perencanaan kepegawaian; jumlah peserta yang yang lulus seleksi Calon Praja IPDN/Sekolah Kedinasan.

b. Persentase ASN naik pangkat dan pensiun tepat waktu

Outcome ini akan dicapai melalui Kegiatan Pelayanan Kepangkatan dan Pensiun dengan output kegiatan adalah jumlah ASN yang diusulkan naik pangkat dan pensiun.

c. Persentase Pegawai ASN yang ditempatkan sesuai dengan kompetensi

Outcome persentase pemenuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan dan formasi akan capai melalui kegiatan Promosi dan

(24)

Mutasi ASN dengan output : Jumlah ASN yang lulus seleksi mutasi dan jumlah ASN yan diusulkan promosi/mutasi.

3. Program Penilaian Kinerja, Disiplin, Informasi, dan Kesejahteraan ASN. Program Penilaian Kinerja, Disiplin, Informasi, dan Kesejahteraan ASN diarahkan untuk meningkatkan capaian kinerja ASN. Indikator kinerja program atau outcome yaitu Persentase ASN yang SKPnya dinilai tepat waktu; Persentase Kasus Pelanggaran Disiplin Minimal Sedang; Persentase Akurasi Data dan Informasi Kepegawaian; dan Persentase ASN yang menerima penghargaan; yang dirinci sebagai berikut: a. Persentase ASN yang SKPnya dinilai tepat waktu;

Outcome Persentase ASN yang SKPnya dinilai tepat waktu akan dicapai melalui Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kinerja ASN. Output dari kegiatan ini adalah jumlah pegawai ASN yang di monitoring dan evaluasi SKP nya.

b. Persentase kasus pelanggaran disiplin minimal sedang

Outcome Persentase kasus pelanggaran disiplin minimal sedang yang akan dicapai melalui Kegiatan Pembinaan dan Penyelesaian Kasus Pelanggaran Disiplin ASN. Output dari kegiatan ini adalah jumlah regulasi kepegawaian; jumlah kasus pelanggaran disiplin yang ditangani; jumlah ASN yang diperiksa untuk cuti sakit/kejiwaan; jumlah ASN yang dibina pernikahan/perceraian; jumlah ASN yang diperiksa Narkoba; jumlah ASN yang mengikuti Workshop; jumlah ASN yang diverifikasi/divalidasi; jumlah ASN yang dibina disiplinnya.

c. Persentase akurasi data dan informasi kepegawaian

Outcome persentase akurasi data dan informasi kepegawaian akan dicapai melalui Kegiatan Penguatan Sistem Informasi dan Pengelolaan Database/Arsip Kepegawaian, dengan output Jumlah buku profil kepegawaian dan DUK; jumlah aplikasi kepegawaian yang dirilis; jumlah data kepegawaian yang diupdate; jumlah artikel,konten, terjemahan; jumlah arsip kepegawaian; jumlah

(25)

ASN yang diperbaiki NIP, Nama, Tanggal, Bulan, dan Tahun Lahir. d. Persentase ASN yang menerima penghargaan

Outcome di atas akan dicapai melalui Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan, Pemberian Penghargaan dan Pengembangan Organisasi Profesi ASN. Output dari kegiatan ini adalah jumlah ASN berprestasi; jumlah ASN yang menerima Karis/Karsu/Karpeg/ KGB, jumlah ASN Penerima Satyalencana; jumlah ASN Purnabhakti; Jumlah Dokumen Kepengurusan KORPRI dan Koperasi; jumlah ASN yang mengikuti Tilawatil Quran; Jumlah atlet ASN yang mengikuti kejuaraan KORPI antar instansi Pemprov/PRONAS; jumlah kegiatan bhakti sosial KORPRI; Jumlah ASN yang dibina rohaninya;.

4. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Sipil Negara. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Sipil Negara diarahkan untuk meningkatkan kompetensi ASN. Indikator kinerja program atau outcome yaitu persentase kontribusi retribusi pelayanan diklat dan pemanfaatan kekayaan daerah terhadap retribusi daerah, persentase pegawai ASN yang memenuhi kompetensi dasar dan manajerial, persentase pegawai ASN yang meningkat kompetensi teknis dan fungsional, Persentase pegawai ASN yang meningkat pendidikan formalnya, Nilai Akreditasi Diklat, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Persentase Pegawai ASN memenuhi kompetensi dasar dan manajerial

Indikator kinerja program atau outcome di atas akan dicapai melalui Kegiatan Pengembangan Kompetensi Dasar dan Manajerial, dengan output jumlah ASN yang lulus diklat dasar dan jumlah ASN yang lulus diklat kepemimpinan.

b P ersentase Pegawai ASN yang meningkat kompetensi Teknis dan Fungsional

(26)

Pengembangan Kompetensi Teknis dan Fungsional dengan output berupa jumlah ASN yang mengikuti diklat teknis dan fungsional. b. Persentase ASN yang meningkat pendidikan formalnya

Outcome persentase pegawai ASN yang meningkat pendidikan formalnya akan dicapai melalui Kegiatan Peningkatan Pendidikan Formal, dengan output kegiatan ini adalah jumlah ASN yang menerima beasiswa dan cost sharing.

c. Nilai Akreditasi Diklat

Indikator kinerja program di atas akan dicapai melalui Kegiatan Peningkatan Mutu Kediklatan, dengan output kegiatan ini adalah jumlah dokumen/laporan.

BAB III

(27)

A.

Kerangka

Pengukuran

Kemungkinan

Dan Dampak

Dalam penilaian risiko perlu ditetapkan terlebih dahulu kriteria kemungkinan dan dampak, adalah sebagai berikut :

Tabel III.1

Kriteria Kemungkinan/Probabilitas

Probabilitas

Kriteria Rating %

1 0-10 Sangat tidak mungkin/hampir mustahil 2 10-30 Kecil kemungkinan, tapi tdk mustahil 3 30-50 Kemungkinan terjadi 4 50-90 Sering terjadi

5 > 90 Hampir pasti terjadi

Tabel III.2 Kriteria Dampak

(28)

Level Deskriptor Deskripsi

5 Sangat tinggi/ katastropik

Mengancam program dan organisasi serta stakeholders. Kerugian sangat besar bagi organisasi dari segi keuangan maupun politis

4 Besar

Mengancam fungsi program yang efektif dan organisasi. Kerugian cukup besar bagi organisasi dari segi keuangan maupun politis

3 Menengah/ medium Mengganggu administrasi program. Kerugian keuangan dan politis cukup besar

2 Kecil

Mengancam efisiensi dan efektivitas

beberapa aspek program. Kerugian kurang material dan sedikit mempengaruhi

stakeholders

1 Sangat rendah/ tidak signifikan Dampaknya dapat ditangani pada tahap kegiatan rutin. Kerugian kurang material dan tidak mempengaruhi stakeholders

Kriteria pengukuran merupakan ukuran keberhasilan dan biasanya disebut indikator kinerja kunci. Kriteria keberhasilan merupakan suatu ikhtisar tujuan jangka panjang instansi yang digunakan sebagai dasar mengukur pencapaian tujuan instansi dan dampaknya. Dengan menggabungkan kriteria keberhasilan dan skala konsekwensi maka akan diketahui tingkat konsekwensi risiko yang mungkin terjadi.

Kriteria keberhasilan atau indikator kinerja kunci dapat dinyatakan dengan sejumlah kriteria yang lebih kecil yang meliputi semua aspek keberhasilan sehingga tidak ada dampak yang tidak signifikan akan terlewatkan. Kriteria keberhasilan dapat berupa masalah keuangan atau ekonomi, keluaran (barang dan jasa), ketaatan pada etika atau peraturan, citra dan hubungan kepada masyarakat.

(29)

B. Bidang Telaah Risiko

Penyusunan peta risiko dilakukan terhadap aktifitas dan kegiatan pokok di lingkungan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dalam hal ini aktifitas dan kegiatan yang disusun peta risikonya berjumlah 8 (Delapan) risiko yang meliputi, antara lain:

1. Sekretariat, antara lain:

a. Pemeliharaan dan Pelayanan Sarana dan Prasarana Aparatur belum maksimal.

Penyebab:

- Kurangnya kesadaran dan tidak adanya ketrampilan khusus dari Pegawai Honorer dalam menerapkan pelayanan prima bagi pengguna sarana prasarana pada BKPSDMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

- Membutuhkan biaya yang besar untuk melaksanakan pemeliharaan bangunan dan peralatan yang terstandar dalam pemenuhan sarana prasarana.

b. LAKIP disusun belum memenuhi standar peraturan yang berlaku. Penyebab:

- Pemahaman ASN di bidang teknis masih minim. c. Data laporan keuangan semesteran tidak balance.

Penyebab:

- Adanya selisih realisasi anggaran dan pelaporan.

d. Dokumen RKA dan DPA tidak direncanakan dengan efektif. Penyebab:

- Terlalu sering melakukan pergeseran/perubahan.

2. Bidang Pengadaan Pegawai, Mutasi, Promosi, dan Kepangkatan antara lain:

(30)

atau tidak memenuhi syarat. Penyebab:

- Kelalaian tenaga pemeriksa berkas pangkat dan pensiun (BKPSDM).

- Keterlambatan pengembalian berkas pangkat dan pensiun. - Berkas yang disampaikan PNS tidak lengkap.

b. Belum optimalnya penempatan PNS pada jabatan struktural. Penyebab:

- Penempatan PNS atas rekomendasi tim penilai kinerja.

c. Banyaknya surat usulan untuk diangkat ke dalam jabatan struktural.

Penyebab:

- Jumlah Jabatan struktural yang tersedia hanya sedikit.

d. Banyaknya teguran dan pengaduan tentang promosi dan mutasi ASN.

Penyebab:

- Penempatan pada jabatan struktural yang tidak sesuai dengan keahlian dan pendidikan.

3. Bidang Pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara antara lain;

a. Penetapan Calon Peserta Diklat PIM belum sesuai dengan Persyaratan Perka LAN.

Penyebab:

Penerapan aturan tentang hubungan antara jabatan yang diampu dengan diklat yang harus dilalui belum jelas.

b. Penerbitan STTP Peserta PIM IV, PIM III, Latsar Gol. II dan Latsar Gol. III tidak tepat waktu.

Penyebab:

Data peserta yang diupload ke SIPKA belum tepat waktu. c. Penggunaan anggaran diklat PIM tidak efektif.

(31)

Penyebab:

Belum adanya sanksi yang tegas untuk peserta PIM yang melanggar peraturan dan/atau tidak serius dalam mengikuti diklat PIM.

C. Register Risiko

Penyusunan register risiko yang disusun terkait unsur Penilaian Risiko pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu:

- Pernyataan Risiko = 11 - Penyebab C = 11 UC = 0 - Dampak = 12

- Pihak yang terlibat : Sekretariat, Bidang Pengadaan Pegawai, Mutasi, Promosi, dan Kepangkatan serta Bidang Pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara.

Dari hasil identifikasi risiko yang dilakukan pada bagian Sekretariat dan Bidang di lingkungan BKPSDMD, dapat diketahui bahwa BKPSDMD memiliki 11 Risiko, 11 Penyebab Risiko dan 12 Dampak Risiko. Risiko-risiko tersebut tersebar di bagian Sekretariat dan Bidang di lingkungan BKPSDMD, dengan rincian sebagai berikut ini:

Tabel III.3

(32)

No Sekretariat/

Bidang Risiko Penyebab Dampak

1. Sekretariat 4 5 5 2. Bidang Pengadaan Pegawai, Mutasi, Promosi, dan Kepangkatan 4 6 6 3. Bidang Pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara

3 3 3

Jumlah 11 14 14

Analisis terhadap risiko-risiko yang teridentifikasi telah dilakukan oleh BKPSDMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel III.4

Identifikasi Deskripsi Risiko

Level Range Deskripsi Jumlah Risiko

5 15 - 25 Ekstrim 0 Risiko 4 10 - 14 Tinggi 1 Risiko 3 5 – 9 Moderat 4 Risiko 2 3 – 4 Rendah 3 Risiko 1 1 – 2 Tidak Signifikan 0 Risiko

Selanjutnya berdasarkan penilaian risiko dan jumlah risiko, penyebab dan dampak risiko diatas dapat dianalisis terhadap kemungkinan terjadi dan

(33)

dampaknya berdasarkan kriteria pengukuran analisis risiko. Pengukuran analisis risiko tersebut dikelompokkan berdasarkan masing-masing Sekretariat dan Bidang pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel III.5

Analisis Kemungkinan Risiko

No. Sekretariat/ Bidang Kemungkinan Total Sangat tidak mungkin (1) Kecil Kemung-kinan (2) Kemung-kinan Terjadi (3) Sering Terjadi (4) Hampir Pasti Terjadi (5) 1. Sekretariat 0 0 0 4 0 4

2. Bidang Pengadaan Pegawai, Mutasi, Promosi, dan Kepangkatan

0 0 0 4 0 4

3. Bidang Pengembangan SDM

Aparatur Sipil Negara 0 0 0 3 0 3

Jumlah 0 0 0 11 0 11

Dari analisis terhadap penilaian risiko dapat diketahui tingkatan dampak dari risiko mulai dari tingkatan sedang, besar dan sangat besar/luar biasa seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel III.6 Analisis Dampak Risiko

(34)

No. Sekretariat/ Bidang Dampak Total Tidak Berarti (1) Kecil (2) Sedang (3) Besar (4) Luar Biasa (5) 1. Sekretariat - - - 4 - 4 2. Bidang Pengadaan

Pegawai, Mutasi, Promosi, dan Kepangkatan

- - - 4 - 4

3. Bidang Pengembangan

SDM Aparatur Sipil Negara - - - 3 - 3

Jumlah 0 0 0 11 0 11

Berdasarkan analisis dan pemetaan risiko terlihat bahwa pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditemui kegiatan-kegiatan yang memiliki risiko dengan probabilitas/kemungkinan kejadian mulai dari range/tingkatan kecil kemungkinan, kemungkinan terjadi, sering terjadi dan hampir pasti terjadi pada kegiatan tertentu lingkup Sekretariat dan Bidang di lingkungan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Selanjutnya juga diketahui dari analisis penilaian risiko bahwa dampak risiko itu tingkatannya mulai dari kecil, sedang, besar dan sangat besar terhadap pencapaian tujuan organisasi sehingga harus segera dikendalikan secara terarah dan terkoordinasi diantara sekretariat dan bidang serta instansi terkait lainnya.

(35)

Dari hasil penilaian risiko yang telah dilakukan dapat digambarkan dalam peta risiko sebagai berikut:

Tabel III.7

Peta Risiko BKPSDMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2019

K E M UNG K INA N 5 Hampir Pasti 0 4 Sering Terjadi 11 3 Mungkin Terjadi 0 2 Jarang Terjadi 0 1 Hampir Tdk Terjadi 0 1 Tidak Berarti 2

Kecil Sedang 3 Besar 4 Luar Biasa 5 DAMPAK

Pada tabel pemetaan risiko diatas terlihat bahwa terdapat 11 risiko berada pada tingkat kemungkinan sering terjadi dengan dampak

besar.

(36)

PENUTUP

Dengan telah disusunnya Buku Penilaian Risiko ini, maka dapat dilihat gambaran risiko/ketidakpastian yang dihadapi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam mencapai tujuan/sasaran kegiatan yang telah ditetapkan, sehingga dapat diambil langkah-langkah pencegahan ataupun pengelolaannya melalui mekanisme manajemen risiko.

Pihak-pihak yang melakukan penilaian risiko pada tataran kegiatannya telah menetapkan register risiko yang terdiri dari pernyataan risiko sebanyak 8 item, penyebab risiko sebanyak 11 item dan dampak resiko sebanyak 10 item. Selanjutnya terhadap risiko tersebut disusun dalam bentuk analisis

tentang kemungkinan pengaruh dan dampak atas risiko yang akan terjadi di tataran kegiatan. Dan juga deskripsi risiko diklasifikasi dengan tingkatan

tinggi sebanyak 1 risiko, moderat sebanyak 4 risiko, dan rendah sebanyak 3 risiko.

Buku Penilaian Risiko ini merupakan laporan hasil pelaksanaan penilaian risiko di lingkungan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), khususnya Bagian Ketiga pasal 13 ayat (1), disebutkan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko merupakan kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Lebih lanjut, bahwa penilaian risiko terdiri atas identifikasi risiko dan analisis risiko.

Kami menyadari pentingnya pengendalian program dan kegiatan serta menindaklanjuti hasil pemantauan kegiatan dengan menitikberatkan pada identifikasi dan analisa risiko. Dengan disusunnya buku penilaian risiko

(37)

Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung umumnya, dan di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitungsecara khusus.

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

Gambar

Tabel III.1
Tabel III.4
Tabel III.5
Tabel III.7

Referensi

Dokumen terkait

terdapat dalam ekstrak gambir, semakin tinggi konsentrasi senyawa katekin dalam matrik edible film maka semakin tinggi sifat antibakterinya dan keberadaan senyawa katekin ini

Karakteristik teknis perancangan produk meja penjaja ikan dan daging yang memiliki nilai contribution tertinggi berdasarkan hubungan antara karakteritik teknis dengan

Dengan demikian jelaslah bahwa dengan diratifikasinya persetujuan GATT Putaran Uruguay disatu sisi dapat memberikan keuntungan yang besar, kemudahan bagi produksi

Pengujian ketahanan watermark dimaksudkan untuk menguji seberapa tahankah watermark berada pada musik digital sehingga pada saat mengalami ekstraksi, isi dari watermark tersebut

perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang. Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian sebagaimana telah

Infeksi bakteri pada saluran kemih menyebabkan pelepasan sitokin proinflamasi seperti Interleukin-6 dan Interleukin-8 ke aliran darah sehingga menyebabkan respon pejamu pada

Pemberian kompensasi finansial dan Non finansial di dalam suatu perusahaan memegang peranan penting karena diyakini akan dapat mengatasi berbagai permasalahan ditempat kerja

Edisi Jantra kali ini memuat 9 (sembilan) artikel di bawah tema “Wayang: Media Pembangunan Karakter Bangsa” ini dipandang penting karena Indonesia memiliki aneka budaya yang