• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM INSTITUSI KELUARGA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM INSTITUSI KELUARGA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Sosial Volume 13 Nomor 1 Maret 2012 KEKERASAN TERHADAP ... 66

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM INSTITUSI KELUARGA

MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG

PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Bambang Sukarjono

1) 1)

. Dosen Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun

Abstract

Indonesia is a nation state legal (Rechtstact) actually has a pretty big concern for

addressing cases of violence against women. Violence cases are there like that

happened often in recent times the front (frame of mind) of men who thought the woman

was under them, and (men) are not humane when they were surpassed by women. Only

partially known through Law No. 26 In 2000 the Government Regulation (PP). 2 of

2000 on the protection of victims of gross human rights violations. PP states that every

victim of gross human rights violations in the right to protection from law enforcement

and security in the form of protection for personal safety of victims and witnesses from

threats of physical and mental. For that approach to a problem that is used to solve

problems in scientific work is a normative juridical approach is the approach of the

problem with basing on the provisions of the legislation in force and have the

attachment to the problems discussed in this scholarly work such as Law No. 23 of 2004

on Domestic Violence and also on other laws: the Penal Code, Law No. 1 of 1974.

Provision indicates that the protection of victims not only include protection of the law

but also include the protection of personal safety.

Key Words: Violence, Domestic

PENDAHULUAN

Keutuhan dan kerukunan rumah

tangga yang bahagia, aman, dan damai

merupakan dambaan setiap orang dalam

rumah

tangga.

Untuk

mewujudkan

keutuhan

dan

kerukunan

tersebut

sangat tergantung pada setiap orang

dalam lingkup rumah tangga, terutama

kadar kualitas perilaku dan pengendalian

diri setiap orang dalam lingkup rumah

tangga tersebut.Keutuhan dan kerukunan

keluarga dapat terganggu jika kualitas

dan pengendalian diri tidak dapat

dikontrol, yang pada akhrinya terjadi

kekerasan dalam rumah tangga sehingga

timbul ketidak amanan atau ketidak

adilan terhadap orang yang berada

dalam lingkup rumah tangga tersebut.

Untuk

menegakan

hukum

terhadap pelaku kekerasan dalam rumah

tangga, negara dan masyarakat harus

memahami dengan benar factor-faktor

yang menyebabkan terjadinya tindak

kekerasan

dalam

rumah

tangga,

sehingga

memudahkan

melakukan

pencegahan,

perlindungan

dan

penindakan

pelaku

sesuai

dengan

falsafah pancasila dan undang-undang

dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.Pada dasarnya pernikahan adalah

sama yaitu membentuk suatu keluarga

yang

bahagia

dan

kekal

serta

membangun, membina dan memelihara

hubungan kekerabatan yang rukun dan

damai di samping untuk memperoleh

keturunan. Sesuai dengan Pasal 1 ayat

(1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan, dinyatakan bahwa,

Perkawinan merupakan ikatan lahir

bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri

dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kasus-kasus kekerasan dalam

rumah tangga, khususnya terhadap isteri

yang terjadi pada saat ini mengalami

peningkatan baik dari segi kuantitasnya

maupun dari segi kualitasnya. Hal ini

tentunya mendapat perhatian dari semua

(2)

Sosial Volume 13 Nomor 1 Maret 2012 KEKERASAN TERHADAP ... 67

pihak untuk mengetahui bentuk-bentuk

kekerasan, faktor-faktor penyebabnya

dan bagaimana perlindungan hukum bagi

isteri yang menjadi korban kekerasan

suami.

Kekerasan dalam rumah tangga yang

dapat kita lihat melalui kekerasan

terhadap

isteri

bervariasi,

seperti

kekerasan fisik , phisikis, seksual dan

kekerasan berupa penelantaran, hal ini

diancam dengan ketentuan pidana yang

terdapat pada Undang-undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang penghapusan

kekerasan dalam rumah tangga.

Penegakan

hukum

terhadap

pelaku kekerasan dalam rumah tangga

terhadap

istri

dapat

menggunakan

aturan-aturan hukum baik dalam Kitab

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP),

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan maupun

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan

Kekerasan

Terhadap

Rumah

tangga

.Dalam

Penjelasan

Umum Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974

tujuan

perkawinan

yaitu

membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal. Untuk itu suami isteri perlu saling

membantu

dan

melengkapi,

agar

masing-masing dapat mengembangkan

kepribadiannya membantu dan mencapai

kesejahteraan

sprituil

dan

material.Kemudian

dalam

pasal

33

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan dapat kita lihat

dengan adanya yang menentukan hak

dan kewajiban suami isteri, yaitu wajib

saling mencintai, hormat menghormati,

setia dan memberi bantuan lahir batin

yang satu kepada yang lain.Dari kedua

pasal di atas menggambarkan adanya

larangan kekerasan dalam rumah tangga

khususnya

kekerasan

oleh

suami

terhadap isteri. Masalah kekerasan

dalam

keluarga

merupakan

bentuk

pelanggaran

serta

perwujudan

dari

ketimpangan hubungan salah kaprah

antara kaum lelaki dan Perempuan. Yang

mengakibatkan

dominasi

dan

diskriminasi terhadap Perempuan oleh

laki-laki. Undang-undang Dasar 1945

sebagai

undang-undang

yang

revolusioner yang mengatur kehidupan

sosial, politik dan kebudayaan bangsa

Indonesia secara garis besar. Termasuk

didalamnya terdapat aturan-aturan yang

mendasar bagaimana seharusnya bentuk

hubungan

yang

seharusnya

terjadi

diantara kaum lelaki dan Perempuan.

Fenomena

laki-laki

dan

Perempuan yang tercipta semenjak

nenek moyang kita menjadi sebuah

gambaran

bagaimana

proses

diciptakannya

seorang

makhluk

Perempuan hingga lengkap seperti

sekarang ini, mempunyai arti penting.

Bila mencermati dari histori yang

lalu

dapat

kita

simpulkan

bahwa

Perempuan yang diciptakan Tuhan untuk

menemani

/

menjadi

pasangan

mengarungi hidup baik itu dalam institusi

yang

paling

dasar

seperti

keluarga/lingkungan

maupun

dalam

hubungan-hubungan yang lain yang lebih

luas.

Negara

Indonesia

yang

merupakan negara hukum (Rechtstact)

sebenarnya telah memiliki kepedulian

yang cukup besar terhadap menyikapi

kasus kekerasan terhadap Perempuan.

Kasus-kasus kekerasan yang ada seperti

belakangan yang terjadi sering kali

adanya front (kerangka berpikir) dari

kaum laki-laki yang menganggap kaum

Perempuan berada di bawah mereka

dan

(kaum

laki-laki)

sangat

tidak

manusiawi bila mereka diungguli oleh

kaum Perempuan. Wacana-wacana yang

dulu pernah terbentuk dan disalahartikan

oleh sebagian kaum laki-laki menjadi

serangkaian kegiatan yang membuat

mereka (kaum laki-laki) yang gemar

melakukan kekerasan terhadap kaum

Perempuan menjadi sadar akan posisi

kedudukan yang sebenarnya harus

dijalin antara laki-laki dan Perempuan.

Kekerasan terhadap Perempuan

tidak saja terjadi diluar lingkungan

masyarakat luas terlebih lagi kekerasan

yang disertai dengan tindak kejahatan

sering kali menimpa Perempuan seperti

perampasan,

penodongan

dan

perampokan yang terjadi akhir-akhir ini

yang membuat kalang kabut aparat

kepolisian. Sampai saat ini pelaku-pelaku

kejahatan mempunyai pemikiran bahwa

(3)

Sosial Volume 13 Nomor 1 Maret 2012 KEKERASAN TERHADAP ... 68

Perempuan merupakan sasaran empuk

untuk dijadikan korban kasus-kasus

seperti diatas sering kali terjadi dan

dengan cepat aparat penegak hukum

dapat langsung menanganinya untuk

diperiksa, disidik dan disidang selesai,

yang akhirnya si pelaku mendapat

ganjaran yang setimpal.

Kekerasan terhadap Perempuan

yang sangat sulit untuk diselesaikan

adalah Internal Based Violence atau

kekerasan dalam keluarga (Domestik

Violence) yang dapat menimpa pada

istri, anak dan pembantu rumah tangga.

Bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi

dalam Domestik Violence ini sangat

beragam bentuk dan cara, tetapi dari

semua rangkaian tindakan yang terjadi

bermacam-macam diantaranya :

a. Perbuatan yang mengakibatkan rasa

sakit, jatuh sakit atau luka berat.

b. Perbuatan

yang

mengakibatkan

ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,

hilangnya

kemampuan

untuk

bertindak, dan/atau penderitaan psikis

berat pada seseorang.

c. Pemaksaan hubungan seksual yang

dilakukan

terhadap

orang

yang

menetap dalam lingkup rumah tangga

(Pemaksaan

Hubungan

Seksual,

Pemaksaan

Hubungan

Seksual

Secara Tidak Wajar) dan pemaksaan

seksual terhadap orang lain dalam

lingkup rumah tangganya dengan

tujuan komersial.

d. Menelantarkan orang dalam lingkup

rumah tangga dengan cara tidak

memberikan kehidupan, perawatan

atau pemeliharaan, membatasi atau

melarang untuk bekerja yang layak

sehingga korban berada dibawah

kendali orang tersebut.

Bentuk penyimpangan tingkah

laku ini cenderung semakin meningkat

sebagai

adanya

degradasi

moral

terutama yang alami oleh para pelaku.

Kekerasan terhadap Perempuan baik

dalam

bentuk

penyiksaan

atau

kekerasan fisik seperti memukul sampai

pada

penyiksaan

psikis

seperti

penghinaan atau tekanan yang bersifat

sosial dan moral merupakan bentuk

kekerasan yang tidak dapat ditolelir.

Diperlukan usaha-usaha pemberdayaan

Perempuan dalam menghadapi dampak

dari diskriminasi dan kekerasan dalam

keluarga.

Rumusan masalah

Berdasarkan uraian-uraian diatas

maka dapat ditarik kesimpulan

rumusan-rumusan masalah yang akan dibahas

dalam karya ilmiah ini adalah sebagai

berikut :

a. Bagaimanakah

bentuk

tindak

kekerasan

dan

perlindungan

hukumnya terhadap Perempuan

dalam keluarga ?

b. Bagaimanakah sanksi bagi pelaku

kekerasan

terhadap

Perempuan

dalam institusi keluarga ?

Penjelasan Judul

Judul karya ilmiah ini adalah

Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam

Institusi Keluarga Menurut UU. No 23

Tahun 2004 Tentang penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga ,

supaya tidak terjadi kesalahpahaman

akan judul karya ilmiah diatas maka disini

akan

dijelaskan

kekerasan

adalah

perbuatan yang mengakibatkan rasa

sakit, jatuh sakit/luka berat. Terhadap

Perempuan

adalah

yang

menimpa

Perempuan, baik istri, anak, orang tua,

pembantu rumah tangga. Dalam institusi

keluarga adalah lembaga yang terdiri dari

orang-orang yang masih mempunyai

hubungan sedarah. Sedangkan yang

dimaksud dengan Undang-undang No.

23 tahun 2004 adalah Peraturan yang

masih berlaku di Indonesia tentang

kekerasan dalam Rumah Tangga.

Berdasarkan penjelasan tersebut

diatas maka makna dari judul karya

ilmiah di atas adalah suatu hal yang lebih

dari biasanya yang terjadi pada waktu

tertentu tentang tindakan penganiayaan

atau

perlakuan

seseorang

untuk

menciderai orang lain terutama pada

seseorang Perempuan pada lembaga

atau tempat dimana hubungan antara

orang didalamnya masih mempunyai

hubungan darah (orang tua, anak dan

saudara) sesuai dengan hukum positif

(4)

Sosial Volume 13 Nomor 1 Maret 2012 KEKERASAN TERHADAP ... 69

yang ada di Indonesia yang mengatur

tentang kekerasan dalam rumah tangga.

Tujuan Penelitian

Penulisan

karya

ilmiah

ini

mempunyai

beberapa

tujuan

dan

manfaat diantaranya :

a. Untuk menganalisis secara Yuridis

tentang kekerasan yang dialami oleh

Perempuan dalam rumah tangga.

b. Untuk

memberikan

sumbangan

pemikiran dan menambah khasanah

bacaan

dibidang

ilmu

hukum

khususnya

serta

bermanfaat

memberikan gambaran yang jelas

kepada masyarakat tentang adanya

aturan-aturan

yang

melarang

kekerasan terhadap Perempuan baik

diluar lingkungan keluarga apalagi

terjadi di dalam keluarga.

c. Untuk mengetahui bagaimana

upaya-upaya hukum yang harus dilakukan

apabila terjadi tindakan kekerasan

terhadap

Perempuan

dalam

lingkungan keluarga , serta memberi

manfaat untuk memberikan rasa

nyaman perlindungan hukum dalam

institusi keluarga

Metodologi

a. Pendekatan Masalah

Pendekatan

masalah

yang

dipergunakan untuk memecahkan

masalah dalam karya ilmiah adalah

pendekatan yuridis Normative yaitu

pendekatan dari masalah dengan

mendasarkan pada ketentuan pada

perundang-undangan yang berlaku

dan mempunyai keterikatan dengan

permasalah yang dibahas pada

karya ilmiah ini seperti

undang-undang No 23 tahun 2004 tentang

Kekerasan dalam Rumah Tangga

dan juga pada perundangan yang

lain : KUHP , UU Nomor 1 Tahun

1974.

b. Sumber bahan hukum

Penulisan karya ilmiah tidak terlepas

dari bahan-bahan hukum dan menjadi

dasar dan sumber penulisan. Bahan

hukum yang saya dapatkan dari

berbagai macam sumber, karena itu

saya menggolongkannya menjadi dua

yaitu :

1) Sumber bahan hukum primer

Sumber

yang

diperoleh

dari

hukum positif Indonesia yang

berupa

perundang-undangan

yang mengatur tentang masalah

yang sedang dibahas seperti

undang-undang kekerasan dalam

rumah tangga, undang-undang

perlindungan anak dan

konvensi-konvensi tentang penghapusan

kekerasan Perempuan dan anak.

2) Sumber bahan hukum sekunder

Sumber bahan hukum yang

berasal dari studi perpustakaan.

Buku-buku hukum yang terkait

dengan permasalahan dibahas

dan literatur serta lewat media,

dan seminar.

c. Tehnik

Pengumpulan

dan

Pengolahan Bahan Hukum

Bahan hukum dalam penyusunan

karya ilmiah diperoleh

pertama-tama dengan melakukan studi

kepustakaan

yang

meliputi

pengumpulan buku atau literatur

yang berkaitan dengan apa yang

menjadi

permasalahan

serta

perundang-undangan

yang

berhubungan apa yang menjadi

permasalahan

yang

dibahas

dalam karya ilmiah ini serta

pengumpulan

bahan

dari

berbagai macam media, literatur,

buku-buku yang dianalisa secara

sistematis dari data tersebut

kemudian dikaji untuk mendukung

penulisan karya ilmiah ini.

d. Analisis Bahan Hukum

Sumber bahan hukum diperoleh

disusun

untuk

selanjutnya

dianalisis secara yuridis. Dalam

menganalisa

sumber

bahan

hukum

menggunakan

metode

deskriptif

analisa

yaitu

memaparkan

data

untuk

ditafsirkan, disusun, digambarkan

serta dianalisa untuk memperoleh

jawaban dan mengumpulkan atas

permasalahan

yang

ada.

Penafsiran dan analisa tersebut

didasarkan

metode

berfikir

(5)

Sosial Volume 13 Nomor 1 Maret 2012 KEKERASAN TERHADAP ... 70

induktif dan deduktif. Berfikir

secara induktif adalah bergerak

dari pengamatan dunia peristiwa

yang khusus melewati proses

abstraksi.

Hingga

mencapai

kesimpulan umum, sedangkan

berfikir secara deduktif adalah

bergerak dari kesimpulan umum

menuju pada peristiwa khusus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dasar Pengertian KDRT

Kejahatan kekerasan dalam rumah

tangga ini hanya akan diketahui oleh

aparat penegak hukum bila ada laporan

maupun informasi oleh pihak yang

bersangkutan maupun dari tetangga

keluarga tersebut. Menurut

undang-undang nomor 23 tahun 2004, Pasal 1

ayat (1) menyebutkan :

“Kekerasan dalam rumah tangga

adalah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama Perempuan yang

berakibat timbulnya kesengsaraan

atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis,

dan/atau

penelantaran

rumah tangga termasuk ancaman

untuk

melakukan

perbuatan,

pemaksaan

atau

perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum

dalam lingkup rumah tangga.”

Kekerasan dalam rumah tangga yang

telah disebutkan dalam Pasal 1.1

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

meliputi :

a. Kekerasan fisik

b. Kekerasan seksual

c. Kekerasan psikologis

d. Penelantaran rumah tangga

Ad.

a. Kekerasan fisik adalah perbuatan

yang mengakibatkan rasa sakit,

jatuh sakit, luka berat.

b. Kekerasan psikis adalah perbuatan

yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya

rasa

percaya

diri,

hilangnya

kemampuan

untuk

bertindak, dan/atau penderitaan

psikis berat pada seseorang.

c. Kekerasan

seksual

adalah

pemaksaan

hubungan

seksual

yang dilakukan terhadap orang

yang menetap dalam lingkungan

rumah tangganya (pemeriksaan

hubungan

seksual,

pemaksaan

hubungan seksual dengan cara

tidak

wajar)

dan

pemaksaan

seksual terhadap orang lain dalam

lingkungan

rumah

tangganya

dengan tujuan komersial / tujuan

tertentu.

d. Penelantaran rumah tangga adalah

menelantarkan

orang

dalam

lingkungan

rumah

tangganya

dengan cara tidak memberikan

kehidupan,

perawatan

atau

pemeliharaan atau melarang untuk

bekerja

yang

layak

sehingga

korban dibawah kendali orang

tersebut.

Kekerasan

Dalam

Rumah

Tangga

(KDRT) merupakan kejahatan yang

mempunyai karakteristik yang unik yang

membedakan dengan kejahatan pada

umumnya.

Menurut

Sugiarto

Reksopertomo,S.H, staff ahli Kejaksaan

Agung RI mengatakan karakter yang unik

dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(KDRT) itu antara lain :

a. Kejahatan itu terjadi dan berada pada

wilayah yang terbatas dan cenderung

tertutup.

b. Saksi maupun korban mempunyai

hubungan yang dekat dengan pelaku

dan pelaku umumnya mereka (saksi

dan korban) secara psikologis berada

di bawah pengaruh pelaku kejahatan.

c. Status sosial ekonomi mereka yang

tergantung pada pelaku menyebabkan

ketakutan untuk melapor kepada

pihak

yang

berwajib,

sehingga

menambah statistik “Dark Number”

Sebagaimana yang tercantum dari

penjelasan diatas, kekerasan yang terjadi

dalam

rumah

tangga

memang

menunjukkan karakteristik yang berbeda

dari kekerasan yang terjadi pada

tempat-tempat

umum.

Berbagai

kasus

kekerasan ini muncul dari akibat rasa

yang begitu dominan antara laki-laki dan

Perempuan, dapat dikatakan laki-laki

sebagai pemimpin dan pelindung. Paham

seperti ini telah lama berkembang dari

dulu sehingga apapun yang akan

dilakukan seseorang laki-laki dalam

(6)

Sosial Volume 13 Nomor 1 Maret 2012 KEKERASAN TERHADAP ... 71

institusi keluarga kepada orang, dalam

hal ini bisa istri. Orang tua, anak dan

pembantu akan menjadi hal yang wajar.

Oleh sebagian orang yang menjadi

kepala rumah tangga (laki-laki) yang

memandang hubungan antara laki-laki

dan

Perempuan

secara

emosional

berada dibawah mereka atau nomor dua.

Kecenderungan

bersikap

secara

demikian ini sangatlah bertentangan

dengan konvensi-konvensi piagam PBB

dalam hal kesetaraan gender antara

laki-laki

dan

Perempuan.

Dasar

dari

perlakuan atas persamaan hak ini

tentang dalam Hak Asasi Pokok Manusia

yang

dijabarkan

melalui

Deklarasi

Universal HAM 1948 dan UU. No.39

Th.1999 tentang HAM.

“Memajukan

dan

meningkatkan

penghormatan terhadap Hak Asasi

Manusia

dengan

tidak

mempertentangkan

masalah

ras,

gender, bahasa dan agama.”

“Setiap orang berhak untuk menikmati

HAM dan kebebasan dasar tanpa

perbedaan apapun seperti jenis kelamin

(gender)”.

“Pengakuan dunia international bahwa

segala bentuk kekerasan terhadap

Perempuan termasuk di dalam rumah

tangga merupakan pelanggaran HAM

dan

kejahatan

terhadap

martabat

kemanusiaan”

Indonesia

sendiri

telah

ikut

meratifikasi

konvensi

perlindungan

Perempuan dan anak-anak tentunya

akan memberikan perhatian tersendiri

terhadap gejala kekerasan yang

akhir-akhir ini semakin banyak menimpa kaum

Perempuan.

Pembaruan

hak

yang

berpihak pada kelompok rentan atau

tersubordinasi, khususnya Perempuan,

menjadi sangat diperlukan sehubungan

dengan banyaknya kasus kekerasan,

terutama

kekerasan

dalam

rumah

tangga. Pembaruan hukum tersebut di

perlukan karena meskipun

Undang-undang yang ada belum memadai dan

tidak sesuai lagi dengan perkembangan

hukum di masyarakat.

Telah diuraikan diatas bagaimana

kekerasan yang terjadi di masyarakat

sepertinya mendapat untuk berkembang.

Alasan yang dikemukakan masyarakat

terhadap korban kekerasan dalam rumah

tangga

terutama

sekitar

(tetangga)

merasa masalah yang mereka alami

adalah intern yang artinya bukan urusan

mereka.

Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun

2004 Pasal 15 menyebutkan :

“Setiap

orang

yang

mendengar,

melihat, atau mengetahui terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga wajib

melakukan

upaya-upaya

sesuai

dengan batas kemampuannya untuk :

a. Mencegah berlangsungnya tindak

pidana

b. Memberikan perlindungan kepada

korban

c. Memberikan pertolongan darurat,

dan

d. Membantu

proses

pengajuan

permohonan

penetapan

perlindungan.

Kekerasan dalam rumah tangga yang

merupakan kejahatan yang mempunyai

karakter yang unik serta membedakan

dari

kejahatan-kejahatan

lainnya.

Karakter yang unik dari KDRT itu antara

lain :

a. Kesejahteraan itu terjadi mempunyai

hubungan yang dekat dengan pelaku

yang secara psikologis berada di

bawah pengaruh pelaku kejahatan.

b. Status sosial ekonomi mereka yang

tergantung pada pelaku

c. Kultur bangsa kita pada umumnya

yang

cenderung

menempatkan

Perempuan

sebagai

pelengkap

(obyek) bukan (subyek).

d. Kebanyakan Perempuan seringkali

menghendaki kekerasan dalam rumah

tangga. Bisa hilang namun rumah

tangga selamat.

Sebagaimana

yang

telah

disebutkan sebelumnya untuk masalah

kekerasan dalam rumah tangga ini perlu

adanya perlindungan dan pemulihan

terhadap korban kekerasan. Dalam

Undang-Undang No. 23 Tahun 2004

disebutkan adanya hak-hak korban yang

tercantum dalam bab IV, Pasal 10 :

“Korban berhak mendapatkan :

a. Perlindungan dari pihak keluarga,

(7)

Sosial Volume 13 Nomor 1 Maret 2012 KEKERASAN TERHADAP ... 72

advokat, lembaga sosial atau pihak

lainnya

baik

sementara

maupun

berdasarkan

penetapan

perintah

perlindungan dari pengadilan.

b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan

kebutuhan medis.

c. Penanganan secara khusus berkaitan

dengan kerahasiaan korban.

d. Pendamping oleh pekerja sosial dan

bantuan hukum pada setiap tingkat

proses pemeriksaan sesuai dengan

ketentuan

peraturan

peundang-undangan dan

e. Pelayanan bimbingan rohani.

Perlindungan terhadap korban ini

bukan

hanya

saat

Perempuan

mengalami perlakuan kekerasan akan

tetapi sampai pada tingkat pemulihan

terhadap korban Pasal 13

Undang-Undang

Penghapusan

KDRT

mencantumkan :

“Untuk

penyelenggaraan

terhadap

korban, pemerintah dan pemerintah

daerah sesuai dengan fungsi dan tugas

masing-masing dapat melakukan upaya

a. Penyediaan ruang pelayanan khusus

di kantor kepolisian

b. Penyediaan

aparat,

tenaga

kesehatan,

pekerja

sosial,

dan

pembimbing rohani.

c. Pembuatan

dan

pengembangan

sistem dan mekanisme kerja yang

program pelayanan yang melibatkan

pihak yang mudah dan di akses oleh

korban.

d. Memberikan

perlindungan

bagi

pendamping, saksi keluarga dan

teman korban.

Bentuk Perlindungan terhadap Korban

Kekerasan dalam Rumah Tangga

Pelayanan terhadap korban kekerasan,

maka

seterusnya

dilakukan

upaya

perlindungan.

Perlindungan

yang

dimaksud disini adalah perlindungan

yang telah t dalam Pasal 4 UU KDRT :

“Perlindungan adalah segala upaya

yang ditujukan untuk memberikan rasa

aman kepada korban yang dilakukan

oleh pihak keluarga, advokat, lembaga

sosial,

kepolisian,

kejaksaan,

pengadilan atau pihak lainnya baik

sementara

maupun

berdasarkan

penetapan pengadilan.

Dua

macam

macam

perlindungan

terhadap korban KDRT,yakni:

a. Perlindungan sementara : hal ini

tercantum dalam Pasal 5 ayat (1)

yang

berbunyi

:

“Perlindungan

sementara adalah perlindungan yang

langsung di berikan oleh kepolisian

dan / atau lembaga sosial atau pihak

lain,

sebelum

dikeluarkannya

penetapan perintah perlindungan demi

pengadilan.

b. Perlindungan

yang

berasal

dari

penetapan pengadilan : hal ini

tercantum dalam Pasal 1 ayat (6)

yang

berbunyi

:

“Perintah

perlindungan adalah penetapan yang

dikeluarkan oleh pengadilan untuk

memberikan

perlindungan

kepada

korban.

Upaya-upaya perlindungan tersebut

dilakukan untuk memberikan rasa aman

terhadap korban tidak telah mengalami

kekerasan baik fisik maupun psikis di

dalam Bab VI, Pasal 16 tercantum lebih

mendetail

dari

pada

pasal-pasal

sebelumnya.

Bentuk perlindungan yang tercantum

dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal

25,

telah

begitu

jelas

diungkap

bagaimana bentuk perlindungan serta

siapa yang berlaku untuk memberikan

perlindungan tersebut. Sebelum terbitnya

Undang-Undang No. 23 Tahun 2004

tentang penghapusan kekerasan dalam

rumah tangga Indonesia belum memiliki

aturan khusus yang mengatur tentang

perlindungan korban secara umum.

Secara parsial hanya di kenal melalui

Undang-Undang No. 26 Tahun 2000

dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 2

tahun 2000 tentang cara perlindungan

terhadap korban dalam pelanggaran

berat HAM. PP tersebut menyebutkan

bahwa setiap korban dalam pelanggaran

berat

HAM

berhak

mendapatkan

perlindungan dari aparat penegak hukum

dan

keamanan

dalam

bentuk

perlindungan atas keamanan pribadi

korban dan saksi dari ancaman fisik dan

mental.

(8)

Sosial Volume 13 Nomor 1 Maret 2012 KEKERASAN TERHADAP ... 73

Ketentuan tersebut menunjukkan

bahwa perlindungan atas korban tidak

saja meliputi perlindungan hukum tetapi

meliputi pula perlindungan terhadap

keselamatan diri. Dimana korban sebagai

manusia memerlukan rasa aman baik

fisik, psikologis, maupun finansial agar

korban dapat hidup secara bebas baik

fisik maupun spikis. Perlindungan korban

dapat

diartikan

secara

luas

yakni

melindungi kepentingan korban supaya

lebih mudah memperoleh hak –hak

korban dalam sistem peradilan. PBB

sendiri telah menetapkan hak-hak korban

dalam deklarasi korban No. 40/A/Res/34

tahun 1985 yang meliputi penghiburan,

penghargaan,

dan

pengakuan

diri,

menerima informasi dan penjelasan

tentang kasusnya bantuan yang layak,

perlindungan terhadap keamanan fisik

dan mental, restitusi dan akses ke dalam

mekanisme sistem perlindungan. Bentuk

pelayanan sebagai hak-hak korban

kekerasan dalam rumah tangga meliputi

perlindungan yang terbentuk dalam :

1. Pelayanan kesehatan

2. Mencegah

berlangsungnya

tindak

pidana, memberi perlindungan kepada

korban,

memberikan

pertolongan

darurat

dan

membantu

proses

pengajuan permohonan penempatan

perlindungan.

3. Adanya perlindungan sementara pada

korban dari pihak kepolisian yang

dilanjutkan

dengan

penetapan

perlindungan

dari

pengadilan

bersama-sama

dengan

proses

pengajuan perkara kekerasan dalam

rumah tangga.

KESIMPULAN

a. Penegakan

hukumnya

selain

menggunakan UU No. 23 tahun

2004 tentang Penghapusan KDRT

juga menggunakan KUHP dan UU

No.

23

tahun

2002

tentang

Perlindungan

Anak.

Tercatat

sejumlah sanksi pidana penjara

antara 6 bulan hingga 2 tahun 6

bulan. yang telah diputuskan oleh

Pengadilan

Negeri

dengan

menggunakan pasal-pasal UU No.

23 tahun 2004 diantaranya pasal

49 jo pasal 9 dan pasal 279 KUHP

untuk tindak penelantaran dan

suami menikah lagi tanpa ijin istri;

pasal 44 untuk tindak kekerasan

fisik;

pasal

45

untuk

tindak

kekerasan

psikis

berupa

pengancaman. Sedangkan putusan

Pengadilan dengan sanksi pidana

penjara yang lebih tinggi hingga 6

tahun

diputuskan

terhadap

sejumlah kasus dalam relasi KDRT,

yang didakwa dan dituntut dengan

menggunakan pasal-pasal KUHP

(pasal 351, 352, 285, 286 jo 287,

289

&

335

untuk

kasus

penganiayaan anak dan perkosaan

anak); pasal 81 & 82 UU No. 23

tahun 2002 dan pasal 287 & 288

KUHP untuk kasus perkosaan

anak. Belum ditemukan tuntutan

yang

menggunakan

ancaman

pidana

penjara

atau

denda

maksimal sebagaimana yang diatur

dalam UU Penghapusan KDRT ini

b.

Upaya penegakan hukum dalam

kasus kekerasan

yang terjadi

dalam

lingkup

rumah

tangga

memerlukan adanya itikad baik dari

setiap aparat penegak hukum,

mulai dari kepolisian hingga hakim

yang nantinya memutus perkara

tersebut,

sebelum

adanya

pengajuan

tuntutan

terhadap

pelaku kekerasan, korban terlebih

dahulu diberikan perlindungan yang

sesuai dengan standart yang telah

ditentukan dalam perundangan.

Dalam

rangka

melaksanakan

perlindungan

terhadap

korban

kekerasan,

aparat-aparat

yang

terkait yang telah tahu akan fungsi

dan

tugas

masing-masing

seyogyanya

menempatkan

langkah-langkah pemulihan korban

disamping upaya pemutusan yang

tetap berjalan.

SARAN

a. Kekerasan

yang

timbul

dan

berkembang

di

masyarakat

merupakan cermin dari adanya

sikap

serta

perilaku

yang

temporament dan luapan emosi

(9)

Sosial Volume 13 Nomor 1 Maret 2012 KEKERASAN TERHADAP ... 74

sesaat

yang

sulit

untuk

dikendalikan.

Menghindari

dari

sikap

dan

perilaku

tersebut

diperlukan adanya wacana yang

kemudian menjadi pola pikir oleh

masyarakat agar tidak memilih atau

menempuh jalan-jalan kekerasan

yang akhirnya mengakibatkan para

pelaku berurusan dengan hokum

. b. Aparat penegak hukum seharusnya

diharapkan

mampu

bertindak

preventif pada kasus kekerasan ini

dengan jalan sosialisasi secara

terus menerus pada

masyarakat-masyarakat yang lingkungannya

sangat

memungkinkan

terjadi

peluang

kekerasan

terhadap

keluarga. Sosialisasi disini dapat

ditempuh melalui ikhlas pertemuan

di rukun tetangga, seminar-seminar

sehingga masyarakat lebih paham

dan mawas diri untuk bertindak

dengan cara kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Nunuk P. Murnianti,2004, Getar

Gender. Buku Kedua, Indonesia

Tera, Magelang.

Dwi

Kornansiswati,

2005,

Makalah

Seminar

Penegakan

Hukum

Terhadap

Kekuasaan

dalam

rumah tangga, Surabaya,

Ida Sampit Karo-Karo, 2005, Makalah

Seminar

Penegakkan

Hukum

terhadap

Kekerasan

dalam

Rumah Tangga, Surabaya

Mulyana W. Kusumah, 1982, Analisa

Kriminologi tentang

Kejahatan-Kejahatan Kekerasan, Ghalia,

Jakarta

Nani

Soewondo,

1984,

Kedudukan

Perempuan

Indonesia

dalam

Hukum dan Masyarakat, Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Sari Mardiana, 2005, Makalah Seminar

Penegakkan

Hukum

terhadap

Kekerasan

dalam

Rumah

Tangga, Surabaya.

Subekti & Tjitrosobagyo, 1989, Kamus

Hukum, Pradnya Pramita, Jakarta

Sugiarto, Reskopartomo,2005, Makalah

Seminar

Kekerasan

Dalam

Rumah Tangga Ditinjau Dari

Perspektif Hukum Pidana Dan

Hak Asasi Manusia, Surabaya

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004

Referensi

Dokumen terkait

 enaga enaga kerja kerja adalah adalah seluruh seluruh jumlah jumlah penduduk penduduk "ang "ang dianggap dianggap dapat dapat $ekerja dan sanggup $ekerja

Aplikasi bakteri endofitik baik indigen maupun eksogen menghasilkan rerata kadar N total tanah lebih tinggi dengan kisaran 10–13% dibanding dengan kontrol (pupuk

apalagi itu orang hutan, kita sudah tau orang hutan tidak boleh dibunuh, dan kamipun sudah tau akan aturan jika membunuh satwa langka seperti orang hutan terse- but

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rambut jagung ( Zea mays L.) memiliki efek untuk menurunkan kadar gula darah

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa aktivitas antioksidan pada sampel daun sirsak (Annona muricata L.) yang berasal dari daerah Makassar

E-commerce merupakan bentuk transaksi bisnis yang lebih praktis tanpa perlu kertas (paperless) serta dapat dilakukan melintasi batas negara, tidak bertemunya secara

0,661, hal ini menunjukkan bahwa jika anggota Gapoktan Subur Mukti menggunakan berbagai media baik media cetak maupun media elektronik, mendapatkan informasi atau pengetahuan dan

The first questionnaire contained some topics based on topic books and some techniques used by the teachers to teach those topics to the young learners.. The