CATATANKULIAH
PENGERTIAN
J U R N A L I S T I K
1.
J
URNALISTIKPada dasarnya, lembaga penyebaran informasi yang disebut sebagai “pers” atau “media massa” lahir dari naluri alamiah manusia untuk me-ngetahui apa yang terjadi di sekitarnya.
Pers atau media massa dibentuk manakala penyebaran informasi kepada masyarakat dilakukan secara lebih sistematis, terorganisasi, dan meng-gunakan teknologi komunikasi modern. Fungsi utama dari lembaga pers adalah: mengantarkan informasi kepada khalayak.
Menurut Wright (1988), pers sebagai bagian dari media massa, memiliki 4 fungsi, yaitu: (1) fungsi pengawasan; (2) fungsi korelasi; (3) fungsi transmisi warisan sosial atau pendidikan; dan (4) fungsi hiburan.
Pengertian jurnalistik:
Dja’far H. Assegaff: “kegiatan untuk menyampaikan pesan/berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media, entah media tadi media cetak maupun elektronika"
Mursito BM: “kegiatan mencari, mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menyiarkan informasi”.
Walaupun inti kegiatan jurnalistik nampaknya sederhana, yaitu “hanya” mengumpulkan, menulis, dan menyiarkan informasi; namun sebenarnya kegiatan jurnalistik sangat kompleks dan rumit, sebab ada tarik menarik berbagai kepentingan (idealisme jurnalistik, tuntutan masyarakat, keku-atan politik dan keamanan, dan kepentingan ekonomi atau bisnis).
2.
R
EALITASM
EDIA DANO
BYEKTIVITASTulisan-tulisan di media cetak umumnya berisi 3 kategori: (1) fakta, me-liputi: berita dan feature (karangan khas); (2) opini, meme-liputi: tajuk renca-na, artikel, pojok, karikatur, dan surat pembaca; dan (3) iklan atau ad-vetorial. Kegiatan jurnalistik bertujuan menghasilan tulisan berisi fakta, bukan pendapat atau imajinasi wartawan.
Kegiatan jurnalistik ini pada dasarnya adalah kegiatan untuk “memin-dahkan realitas empirik ke dalam realitas media”. Realitas media bukan-lah realitas empirik, karenanya harus memenuhi standar obyektivitas. Ada 2 (dua) elemen obyektivitas, yaitu: faktualitas dan impartialitas
(Mur-sito, 2006:176). Faktualitas menyangkut kebenaran dan relevansi; se-dangkan impartialitas berkenaan dengan keseimbangan dan netralitas.
Kebenaran Faktualitas
Relevansi Obyektivitas
Impartialitas
Netralitas
Kebenaran dan akurasi dapat dicapai apabila wartawan di dalam meng-gali informasi berusaha untuk melakukan verifikasi (pengujian) terhadap fakta yang ditemuinya. Istilah yang seringkali digunakan adalah melaku-kan check dan recheck, artinya menggali berbagai sumber untuk memper-oleh satu informasi.
Relevansi berarti bahwa fakta-fakta yang ditampilkan harus relevan dan kontekstual dengan peristiwa yang diberitakan. Sekalipun suatu banyak fakta yang bisa ditulis, namun apabila fakta tersebut tidak berkaitan langsung dengan peristiwa; berita yang diturunkan bisa tidak lagi obyek-tif, namun bersifat spekulatif.
Dimensi pertama dari impartialitas adalah: keseimbangan, atau sering ju-ga disebut denju-gan istilah: cover both sides. Di dalam pemberitaannya, pers dituntut untuk memberikan porsi yang sama kepada semua pihak yang terlibat di dalam suatu peristiwa.
Impartialitas juga memiliki sisi yang lain, yaitu: netralitas. Di dalam pem-beritaan, pers tidak boleh berdiri di salah satu pihak atau pendapat/pan-dangan atas suatu peristiwa. Pers hanya boleh berdiri di satu pihak saja, yaitu: kebenaran.
3.
B
ERITA DANN
ILAIB
ERITA(NEWS
V
ALUE)Definisi berita secara singkat dinyatakan oleh Charnley sebagai: “laporan yang hangat, padat, dan cermat mengenai suatu kejadian, bukan keja-diannya itu sendiri” (Wonohito, 1977:12).
Sedangkan Assegaff (1991:24) mendefinisikan berita sebagai:
“laporan tentang fakta atau ide termasa, yang dipilih oleh staf redak-si suatu harian untuk diredak-siarkan, yang dapat menarik perhatian pem-baca, entah karena ia luar biasa, entah karena pentingnya atau aki-batnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi human interest se-perti humor, emosi, dan ketegangan”
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa tidak semua peristiwa adalah berita. Suatu peristiwa akan menjadi berita apabila peristiwa itu dilapor-kan oleh wartawan dan dimuat di media massa. Dan suatu laporan peris-tiwa bisa dimuat di media massa apabila ia dianggap punya nilai berita (news value) atau layak untuk diberitakan.
Secara umum, suatu kejadian dipandang memiliki news value apabila mengandung satu atau beberapa unsur berikut ini:
1.Significance (penting): peristiwa itu berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau yang memiliki akibat terhadap kehidup-an pembaca.
2.Magnitude (besar): kejadian itu menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian itu bersifat kolosal.
3.Timeliness (waktu): aktual, hangat, atau termasa; menyangkut hal-hal yang baru terjadi.
4.Proximity (dekat): kejadian yang memiliki kedekatan dengan pembaca, baik secara geografis maupun emosional/psikologis.
5.Prominence (tenar): menyangkut hal atau orang yang terkenal atau sa-ngat dikenal oleh pembaca.
6.Human interest (manusiawi): menyangkut hal-hal yang bisa menyentuh perasaan pembaca.
Sekalipun suatu peristiwa memiliki nilai berita, namun tidak secara oto-matis peristiwa itu bisa disiarkan sebagai berita. Ada satu kriteria lagi yang harus dipenuhi, yaitu: layak cetak (fit to print). Tidak semua peristi-wa yang memiliki news value layak untuk dicetak, yaitu peristiperisti-wa-peris- peristiwa-peris-tiwa yang dinilai bisa mendatangkan keresahan atau persoalan dalam masyarakat.
4.
J
ENISB
ERITA DANS
UMBERB
ERITAAssegaff menyatakan bahwa jenis berita bisa dibagi berdasar 4 hal pokok: 1. Berdasar sifat kejadian:
(a) Berita yang diduga (peringatan hari-hari besar, peristiwa yang sudah dijadwalkan)
(b) Berita yang tidak diduga, di mana suatu peristiwa terjadi secara insidental, dan wartawan memperoleh petunjuk (lead atau tip off) dari berbagai sumber di masyarakat (individu maupun lembaga/ organisasi).
2. Berdasar soal atau masalah atau topik yang dicakup: politik, ekonomi, sosial, budaya, kriminal, bencana, olahraga, pendidikan, hiburan, dan sebagainya. Biasanya berita-berita ini di dalam penerbitannya dike-lompokkan ke dalam berbagai rubrik di halaman tertentu.
3. Berdasar jarak kejadian dan publikasi: berita internasional (luar nege-ri), berita nasional, berita regional (tingkat propinsi), dan berita lokal (tingkat kabupaten/kota).
4. Berdasar isi berita: straight news (berita langsung) atau hard news (berita keras), berita lunak atau ringan (soft news), feature (karangan khas), comperehensive/indepth news (berita mendalam), dan investi-gative news.
Berita bisa diperoleh dari berbagai sumber. Sumber-sumber tersebut an-tara lain:
1.Kantor berita (misalnya: Antara, Reuter): menyediakan “berita jadi”, sehingga redaktur tinggal mengutip atau menterjemahkannya. Biasa-nya digunakan untuk memperoleh berita-berita luar negeri.
2.Press release dan konferensi pers, di mana materi utama sudah disiap-kan oleh pihak lain, wartawan perlu mengolah materi tersebut menjadi berita.
3.Liputan langsung, di mana wartawan melakukan observasi langsung di tempat kejadian dan melakukan wawancara dengan narasumber.
4.Dokumentasi, wartawan mencari bahan-bahan dari dokumen, pustaka, arsip, atau kliping berita mengenai masalah tertentu.
Berita sebagai hasil liputan langsung (dan wawancara) adalah berita yang dianggap memiliki nilai paling tinggi. Sumber-sumber berita yang lain di-gunakan sebagai sumber bahan/informasi pendukung hasil liputan.
5.
M
ENCARIB
ERITADari mana saja seorang wartawan memperoleh berita? Ada beberapa tempat yang bisa menjadi titik awal pencarian berita:
1.News Room Briefing
Biasanya, setiap hari diadakan pertemuan di ruang berita (news room) suatu surat kabar untuk memberikan briefing kepada para wartawan dan redaktur mengenai berita apa saja yang harus diliput pada hari itu dan pembagian tugas-tugas liputan.
Dalam briefing itu juga dibuat rencana peliputan bagi peristiwa-peristi-wa yang sudah diduga atau yang sudah terjadperistiwa-peristi-wal sebelumnya, atau follow up (pengembangan) dari suatu berita yang lalu.
2.Regular contacts/informers
Setiap wartawan harus memiliki kontak/informan yang secara teratur menjadi sumber berita. Setiap hari wartawan mendatangi atau meng-hubungi kontak/informan itu untuk mengetahui apakah ada peristiwa atau hal yang penting untuk diberitakan.
Kontak-kontak itu antara lain bisa diperoleh di: kantor polisi, rumah sakit, kantor pengadilan, kantor humas lembaga tertentu, dan tempat atau individu lain yang selama ini telah menjalin hubungan sebagai sumber berita bagi wartawan.
Selain untuk memperoleh berita baru, kontak/informan ini sangat ber-peran ketika seorang wartawan ingin melakukan follow up/pengem-bangan sebuah berita yang sudah dimuat sebelumnya.
3.Tip off (lead)
Seringkali, wartawan memperoleh petunjuk (tip off/lead) mengenai sua-tu kejadian yang baru saja terjadi. Pesua-tunjuk ini bisa datang dari mana saja. Ada wartawan kriminal yang memiliki radio scanner untuk memo-nitor lalu-lintas komunikasi polisi atau UGD rumah sakit, sehingga ia bisa mengetahui dengan cepat ketika terjadi suatu peristiwa.
4.Langsung di tempat peristiwa yang tak terduga
Sekalipun sangat jarang terjadi, namun kadang-kadang wartawan se-cara kebetulan sedang berada di lokasi di mana suatu peristiwa yang tak terduga terjadi. Wartawan bisa melakukan liputan langsung (on the spot).
Oleh karena hal ini sangat jarang terjadi, maka berita yang dihasilkan secara on the spot ini bernilai sangat tinggi. Karena ini benar-benar me-nunjukkan kemampuan seorang wartawan untuk peka/sensitif terha-dap apa yang sedang teradi di sekitarnya, ketajamannya untuk “menci-um” nilai berita, dan kemampuannya untuk mengumpulkan informasi tanpa persiapan sebelumnya.
Setelah seorang wartawan mendapat petunjuk yang jelas mengenai peris-tiwa apa yang akan diliput, maka langkah selanjutnya adalah mendatangi lokasi peristiwa tersebut untuk melakukan pengumpulan informasi, baik melalui observasi maupun wawancara.
Oleh karena biasanya peristiwa yang akan diliput itu merupakan peristi-wa yang sudah terjadi, maka sumber informasi utama seorang peristi-wartaperisti-wan adalah dari hasil wawancara dengan sumber-sumber berita (informan).
6.
L
IPUTAN DANW
AWANCARALiputan dilakukan dengan cara melakukan observasi dan wawancara se-cara langsung pada peristiwa yang akan dilaporkan. Hal ini bisa dilaku-kan untuk berita-berita yang sudah diduga atau terjadwal.
Di dalam melakukan liputan, wartawan harus bisa mengumpulkan infor-masi yang lengkap, meliputi inforinfor-masi tentang apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa (5W + 1H).
Untuk berita-berita yang tak terduga, yang biasanya sudah terjadi tanpa kehadiran wartawan di tempat peristiwa, maka wartawan melakukan liputan dengan menggali informasi melalui wawancara.
Wawancara atau interview merupakan salah satu cara menggali infor-masi lewat percakapan antara wartawan dengan seseorang yang menjadi sumber berita.
Wartawan tidak bisa mewawancarai sembarang orang. Interviewee (yang diwawancarai) adalah seseorang atau sejumlah orang yang oleh karena kedudukannya, peranannya/keterlibatannya, kompetensi/keahlian, dan pengalamannya, dianggap memiliki informasi yang penting, yang dibutuh-kan wartawan sebagai bahan penulisan berita.
Berdasar sasaran yang hendak dicapai dan cara yang digunakan, ada be-berapa jenis wawancara, sebagai berikut:
1.Factual news interview
Wawancara dengan sumber berita yang memiliki otoritas atau mengeta-hui dengan persis suatu peristiwa atau permasalahan yang hendak di-beritakan.
2.Casual interview
Wawancara yang tidak diatur atau direncanakan lebih dahulu. Dilaku-kan secara mendadak pada saat wartawan bertemu dengan sumber be-rita.
3.Group interview
Wawancara yang dilakukan oleh sejumlah wartawan dari berbagai me-dia massa dengan seorang atau lebih sumber berita. Hal ini terjadi ter-utama pada acara konferensi pers atau jumpa pers.
4.Personality interview
Wawancara yang memiliki tujuan khusus, yaitu uintuk menggali penje-lasan lebih jauh mengenai pribadi seseorang. Biasanya berkaitan de-ngan penulisan profil seseorang.
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan wawancara meliputi:
1.Menyusun pertanyaan mengenai permasalahan yang akan ditanyakan secara runtut.
2.Memastikan bahwa sumber berita benar-benar menguasai permasalah-an ypermasalah-ang akpermasalah-an ditpermasalah-anyakpermasalah-an.
3.Melakukan kontak/perjanjian dengan sumber berita untuk memasti-kan waktu dan permasalahannya.
4.Apabila diminta, wartawan bisa memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu, agar sumber berita siap dengan bahan yang diperlukan.
5.Persiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mencatat atau mere-kam hasil wawancara, misalnya: notes, pena, dan alat peremere-kam.
Pelaksanaan wawancara:
1. Cek lebih dahulu perjanjian yang sudah dibuat dengan sumber berita. 2. Bersikap sopan dan memperkenalkan diri lebih dahulu dengan
menyebutkan identitas (nama dan asal media massa). 3. Ajukan pertanyaan secara ringkas, jelas, dan to the point.
4. Apabila sumber berita terkesan berusaha menutupi informasi, ajukan pertanyaan yang tidak langsung.
5. Jangan memberondong sumber berita dengan pertanyaan. Dengarkan apa jawaban sumber berita atas pertanyaan sebelumnya.
6. Membuat suasana santai. Jangan mengeluarkan notes, alat perekam, atau mengambil foto tanpa lebih dahulu meminta ijin.
7. Cara terbaik adalah: tidak mencatat selama melakukan wawancara. Namun, berusaha mengingat isi pembicaraan; dan setelah selesai wa-wancara, baru menuliskan catatannya.
8. Berusaha untuk menjaga agar masalah tidak keluar dari kerangkanya atau melebar ke pembicaraan yang tidak relevan.
9. Tidak mengajukan pertanyaan yang “bodoh”. Misalnya pertanyaan yang klise, atau pertanyaan retoris, atau pertanyaan yang tidak peka kepada perasaan sumber berita.
10.Apabila akan mengalihkan percakapan ke permasalah yang berbeda, mintalah ijin terlebih dahulu kepada sumber berita.
11.Menjaga/melindungi kerahasiaan identitas sumber berita Yang ideal adalah apabila sumber berita mau disebutkan identitasnya dengan jelas. Namun apabila ia berkeberatan, maka wartawan harus menjaga kerahasiaan identitasnya.
12.Wartawan juga harus menghormati permintaan untuk off the record, di mana informasi yang diberikan oleh sumber berita hanya boleh diketahui oleh wartawan dan redaktur, namun tidak boleh dimuat di dalam berita di media massa.
13.Apabila mengakhiri wawancara, ucapkan terima kasih, dan mintalah kesediaan sumber berita untuk dihubungi lagi pada kesempatan yang lain.
7.
U
NSUR-
UNSURB
ERITAPembuatan berita adalah suatu proses; dimulai sejak suatu peristiwa itu terjadi, sampai dengan informasi tentang peristiwa itu dibaca oleh khala-yak.
Oleh karena berita harus segera dimuat dan aktual, maka berita haruslah padat, langsung, singkat, dan dengan bahasa yang lugas (tidak berbunga-bunga). Penulisan berita harus disesuaikan dengan kebutuhan pembaca, yang karena kesibukannya tidak memiliki banyak waktu untuk membaca berita berlama-lama.
Unsur-unsur berita yang harus dicakup meliputi jawaban atas 6 (enam) pertanyaan yang lazim disebut 5W + 1H (what, who, where, when, why, dan how): Apa yang terjadi? Siapa(-siapa) yang terlibat dalam kejadian itu? Di mana kejadiannya? Bilamana (kapan) peristiwa itu tejadi? Meng-apa (Meng-apa yang menyebabkan) kejadian itu timbul? Bagaimana kejadian-nya (proses dan/atau duduk perkarakejadian-nya)?
1. Apa
Berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan oleh pelaku maupun korban (kalau ada) dalam suatu kejadian.
2. Siapa
Mengandung fakta yang berkaitan dengan setiap orang yang terliba da-lam suatu kejadian. Orang yang terlibat itu harus dapat diidentifikasi selengkap-lengkapnya: nama, usia, alamat, pekerjaan, jabatan, dan atribut-atribut lain yang melekat pada diri orang tersebut.
3. Di mana
Menyangkut tempat kejadian. Nama tempat harus bisa diidentifikasi dengan jelas. Akan lebih baik apabila karakteristik tempat kejadian ter-sebut juga diberitakan.
4. Bilamana
Berkaitan dengan waktu kejadian atau kemungkinan (perkiraan waktu) yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
5. Mengapa
Berisi fakta yang mengandung latar belakang atau penyebab terjadinya suatu peristiwa.
6. Bagaimana
Memberikan fakta yang berkaitan dengan proses kejadian yang diberi-takan: bagaimana terjadinya, bagaimana pelaku melakukan perbuatan-nya, atau bagaimana kroabn mengalami nasibnya.
8.
F
ORMATB
ERITAL
ANGSUNG(STRAIGHT
N
EWS)Ciri berita langsung (straight news) yang paling mudah dikenali adalah pada permulaan berita: setelah judul, diikuti dengan keterangan tempat dan disusul dengan nama penerbit pers yang bersangkutan, misal: “Jakarta, Kompas”. Keterangan ini lazim disebut sebagai timeline.
Dari susunan uraiannya, berita langsung bisa dikenali dari strukturnya yang dikenal dengan istilah piramida terbalik; di mana bagian yang pa-paling penting ditempatkan di bagian pa-paling awal (atas), disusul dengan bagian yang kurang penting. Penggunaan struktur semacam ini berkaitan dengan keterbatasan waktu pembaca dan keterbatasan ruang (space) di halaman surat kabar.
Setiap tulisan yang berbentuk berita langsung, sekurang-kurangnya me-muat 3 bagian, yakni: pembukaan (lead), tubuh (body), dan penutup.
JUDUL LEAD BODY PENUTUP
Menulis lead merupakan pekerjaan tersulit. Lead merupakan bagian terpenting, paling kuat/menonjol; merupakan rangkuman inti sari dari sebuah berita. Kadang lead memuat keseluruhan unsur 5W + 1H. Dalam kasus di mana lead tidak memuat seluruh unsur 5W + 1H, maka bebera-pa unsur yang bebera-paling menonjol dalam peristiwa itu yang dimuat di sana. Bagian tubuh (body) menguraikan lebih lanjut unsur-unsur fakta yang
terdapat di dalam lead. Unsur mengapa dan bagaimana biasanya yang paling banyak diuraikan. Di bagian ini terdapat bagian yang disebut de-ngan “perluasan bagian utama/lead”, biasanya memuat unsur-unsur be-rita yang belum termuat di dalam lead.
Assegaff (1982:54) menyarankan 5 pedoman pokok dalam penulisan beri-ta: (1) laporan berita haruslah bersifat menyeluruh; (2) ketertiban dan ke-teraturan mengikuti gaya menulis berita; (3) tepat dalam penggunaan ba-hasa dan tata baba-hasa; (4) ekonomi kata harus diperhatikan; (5) gaya pe-nulisan haruslah hidup, punya makna, warna dan imaginasi,
Penutup merupakan akhir dari uraian berita, namun bukan berupa
ke-simpulan. Dalam struktur piramida terbalik, bagian ini tidak terlalu pen-ting. Ketika suatu berita ternyata memakan tempat melebihi space yang tersedia di halaman surat kabar, maka bagian inilah yang akan dipotong (dihilangkan) paling dahulu.
Contoh-contoh teknik penulisan judul, lead, body, dan penutup bisa dili-hat dalam Mursito (1999:63-75) dan Assegaff (1982:51-54).
Kepustakaan:
Assegaff, D.H. (1982). Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 9-55.
Mursito, B.M. (1999). Penulisan Jurnalistik: Konsep dan Teknik Penulisan Be-rita. Surakarta: Spikom. Hal. 25-75.
C
ONTOHP
ENULISANS
TRAIGHTN
EWS FaktaApa : Pembongkaran kios-kios pedagang kaki lima Di mana : Sepanjang Jl. Mayor Kusmanto.
Siapa : Pembongkaran dilakukan oleh pemilik kios.
Kapan : Mulai dibongkar tanggal 16 Agustus 2007 pagi. Batas waktu pembongkaran 28 Agustus 2007.
Mengapa : Pemkot Solo membongkar dinding yang mengelilingi Benteng Vastenburg yang menjadi tempat menempelnya kios-kios tersebut.
Bagaimana : Tanggal 14 Agustus 2007, Widodo (Kasubdin Kebersihan DKP Pemkot Solo) dan petugas Satpol PP memberikan pengarahan kepada para pemilik kios, bahwa dinding yang mengelilingi Benteng Vastenburg akan dibongkar. Para pemilik kios setuju, karena akan mendapat jatah selter sebagai pengganti kios. Tanggal 15 Agustus 2007, pembongkaran dinding oleh petugas
dari DKP.
Tanggal 16 Agustus 2007 pemilik kios mulai melakukan pembongkaran, mendapat bantuan truk DKP untuk mengangkut barang dagangan.
Straight News
KIOS PKL DI JL. MAYOR KUSMANTO DIBONGKAR Solo (Suara Solo)
Mulai Kamis (16/8) pagi, sejumlah kios pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang Jl Mayor Kusmanto dibongkar sendiri oleh para PKL menyusul dibongkarnya dinding yang mengelilingi Benteng Vastenburg yang selama ini menjadi tempat menempelnya kios-kios tersebut.
Pembongkaran dinding yang ada di seputar Benteng Vastenburg sendiri telah mulai dilakukan oleh petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Pemkot Solo sejak tanggal Rabu (15/8) lalu.
Kasubdin Kebersihan DKP Pemkot Solo, Widodo menyatakan, Selasa (14/8), dirinya bersama para petugas Satpol PP telah memberikan
pengarahan kepada para pemilik kios, bahwa dinding yang selama ini menjadi penyangga kios mereka akan dibongkar. Dalam pengarahan tersebut, para pedagang yang memiliki kios telah menyatakan persetujuan untuk melakukan pembongkaran, oleh karena mereka dijanjikan akan memperoleh atah selter sebagai pengganti kios yang dibongkar.
Pemkot Solo sendiri menetapkan batas waktu pembongkaran sampai dengan tanggal 28 Agustus. Untuk membantu proses pembongkaran kios-kios tersebut, para pedagang memperoleh fasilitas truk DKP untuk
KIOS DI JL. MAYOR KUSMANTO
DIBONGKAR
Solo (Suara Solo)
Mulai Kamis (16/8) pagi, sejumlah kios pedagang kaki lima (PKL) di se-panjang Jl Mayor Kusmanto dibongkar sendiri oleh para PKL menyusul di-bongkarnya dinding yang mengelilingi Benteng Vastenburg yang selama ini menjadi tempat menempelnya kios-kios tersebut.
Pembongkaran dinding yang ada di seputar Benteng Vastenburg sendiri te-lah mulai dilakukan oleh petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Pemkot Solo sejak tanggal Ra-bu (15/8) lalu.
Kasubdin Kebersihan DKP Pem-kot Solo, Widodo menyatakan, Selasa (14/8), dirinya bersama para petugas Satpol PP telah memberikan pengarah
kepada para pemilik kios, bahwa din-ding yang selama ini menjadi pe-nyangga kios mereka akan dibongkar. Dalam pengarahan tersebut, para peda-gang yang memiliki kios telah menya-takan persetujuan untuk melakukan pembongkaran, oleh karena mereka di-janjikan akan memperoleh atah selter sebagai pengganti kios yang dibong-kar.
Pemkot Solo sendiri menetapkan batas waktu pembongkaran sampai de-ngan tanggal 28 Agustus. Untuk mem-bantu proses pembongkaran kios-kios tersebut, para pedagang memperoleh fasilitas truk DKP untuk mengangkut dan memindahkan barang dagangan mereka.