• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI

PULAU BANGKA

Sunarko, Hadi Suntoko

Pusat Pengembangan Energi Nuklir- BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710 Telepon: 021 5204243, Email: sunarko@yahoo,com

ABSTRAK

IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA.

Identifikasi daerah interes untuk calon pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) telah dilakukan untuk daerah pesisir pulau Bangka. Teknik perhitungan raster menggunakan faktor bobot telah diterapkan dan diaplikasikan pada perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) untuk memilih daerah-daerah yang bebas dari karakteristik yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi operasi PLTN ditinjau dari aspek geologi, geoteknik, tata-guna lahan, jalur penerbangan, dan letak relatif terhadap daratan Sumatera. Daerah hutan lindung, yang berada di sekeliling pulau Bangka belum dipertimbangkan karena cakupannya masih dalam pembahasan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Empat lokasi utama di pesisir selatan yang diidentifikasi yaitu daerah Teluk Manggris (Kec. Muntok), Tempilang (Kecamatan Kelapa), Sebagin (Kecamatan Simpang Rimba), dan Toboali. Di pesisir utara, daerah Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat, dan Lubuk Besar. Jika faktor kedekatan dengan daratan Sumatera ikut dipertimbangkan, maka daerah pesisir selatan pulau Bangka seperti daerah Sebagin dan Teluk Manggris menjadi lebih berterima dibandingkan daerah-daerah lainnya.

Kata kunci: Tapak, PLTN, SIG, raster, daerah interes

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF INTERES AREAS FOR NPP SITE IN BANGKA ISLAND.

Identification of interest areas for Nuclear Power Plant (NPP) sites was performed for Bangka Island. Weighted raster calculation was used and applied in Geographical Information System format to identify areas based on desirable characteristics from the aspects of geology, geotechnics, land-use, flight path, and relative location to Sumatera Island. The area for protected forest has not been taken into consideration since it is still under discussions within the local government of Bangka Belitung Islands Province. Four locations on the southern coast were identified namely in Manggris Bay (Muntok District), Tempilang(Kelapa District), Sebagin (Simpang Rimba District) and Toboali. At the northern coast the identified areas were Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat and Lubuk Besar. If the relative location to Sumatera Island is taken into consideration, then the areas in the southern coast of Bangka Island such as Sebagian and Manggris Bay are deemed more suitable compared to the other potential areas.

Keywords: Site, NPP, GIS, raster, interest area

1.

PENDAHULUAN

Energi nuklir adalah salah satu sumber energi masa depan. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan energi nuklir untuk pembangkitan listrik yang terus berkembang. Didunia pada saat ini terdapat 440 buah PLTN dengan kapasitas terpasang 374,093 GW(e) dan 64 PLTN sedang dalam tahap pembangunan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa Indonesia dimasa mendatang akan memanfaatkan sumber energi ini dalam pemenuhan kebutuhan listriknya.

Pembangunan fasilitas penting seperti PLTN harus mempertimbangkan faktor-faktor teknis keselamatan, lingkungan, sosio-ekonomi, dan kesediaan infrastruktur. Faktor

(2)

keselamatan terhadap bahaya radiologi terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan sangat penting untuk diperhatikan karena kriteria dasar pembangunan PLTN adalah bahwa interaksi antara PLTN dan lingkungannya tidak akan mengakibatkan meningkatnya risiko terhadap bahaya radiasi atau bahaya lainnya dalam tingkat yang tidak berterima.

Pemilihan lokasi atau studi tapak PLTN memiliki beberapa tahapan penting, yaitu seleksi tapak, evaluasi tapak, dan definisi desain dasar terkait dengan faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan operasi PLTN yang diakibatkan oleh faktor lingkungan di sekitarnya. Pada awal tahapan kegiatan, biasanya dilakukan penyelidikan dalam daerah yang cukup luas (skala regional) untuk mengidentifikasi beberapa pilihan lokasi atau daerah interes yang terbebas dari bahaya eksternal dengan menggunakan parameter penapisan tertentu seperti Screening Distance Value (SDV). Beberapa daerah interes kemudian diperoleh untuk kemudian dilakukan penyelidikan atau evaluasi secara lebih rinci. Permasalahan pada tahap awal seleksi tapak dapat timbul dari luasan daerah tinjauan yang cukup besar dan adanya keterbatasan sumberdaya. Dalam tulisan ini, pemilihan beberapa daerah interes dilakukan menggunakan data-data spasial yang tersedia meskipun dalam jumlah terbatas. Teknik analisis atau perhitungan raster diterapkan untuk mengidentifikasi daerah-daerah interes tersebut. Pada tahapan selanjutnya, dapat dilakukan tinjauan lapangan yang lebih terfokus agar sumberdaya yang tersedia dapat dimanfaatkan secara lebih optimal.

Lokasi-lokasi terpilih dalam studi ini pada tahapan selanjutnya (evaluasi tapak) dapat diteliti atau dievaluasi secara lebih rinci, dengan melibatkan investigasi pada skala yang jauh lebih detil (regional, near-regional, site vicinity dan site area) untuk menghasilkan daerah-daerah tapak terpilih dan terevaluasinya tapak terpilih.

2.

NATUR PULAU BANGKA

Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta beberapa pulau kecil. Ibukota provinsi ini adalah Pangkalpinang. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104°50’ sampai 109°30’ Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang Selatan.

2.1 Kondisi Geologi

Aryanto dkk,(1985).[2] menyebutkan bahwa geologi daerah pulau Bangka, seperti telah

diteliti oleh Mangga dan Djamal (1994)[5], secara ringkas dijelaskan sebagai berikut: struktur geologi yang berkembang di daerah ini adalah sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal serta lipatan yang mempunyai variasi arah baratlaut-tenggara; dan timurlaut-baratdaya hingga utara-selatan. Struktur ini memotong semua formasi yang berada di kedua pulau tersebut seperti: Kompleks Pemali, Diabas Penyabung, Granit Klabat, Formasi Tanjunggenting dan Formasi Ranggam kecuali Endapan Aluvium (QA). Granit Klabat, yang berupa pegmatit, menerobos mulai dari Kompleks Pemali hingga Formasi Tanjunggenting (Gambar 1).

Deformasi di daerah ini terjadi dalam tiga (3) fase, diawali pada masa Paleozoikum Akhir dengan struktur berarah timurlaut-baratdaya yang dicirikan dengan intrusi diabas. Kemudian (fase ke-2) pada jaman Trias Atas- Jura struktur yang terjadi berarah baratlaut-tenggara dan kembali berarah timurlaut-baratdaya yang ditandai dengan korok-korok (dykes) granit. Pada jaman Kapur (fase terakhir atau paling muda) struktur yang terjadi berarah utara- selatan. Stratigrafi daerah penyelidikan adalah sebagai berikut: batuan tertua merupakan komplek Malihan Pemali (Permokarbon) terdiri atas sekis, filit, kuarsit, sekisfilitan, dan batugamping yang kedudukannya ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Tanjunggenting (Trias Awal) yang terdiri atas perselingan batupasir meta,

(3)

batupasir dan batulempung meta dengan lensa batugamping. Satuansatuan tersebut diterobos oleh Diabas Penyabung (Trias Akhir) dan Granit Klabat (Trias Akhir - Jura Awal). Diabas Penyabung umumnya berupa korok dengan memperlihatkan struktur intersertal, sedangkan Granit Klabat terdiri atas granit, granodiorit, diorit, diorit kuarsa dan diterobos oleh korok aplit. Formasi Ranggam (Plio-Plistosen), yang terdiri atas perselingan batulempung tufaan dan batupasir tufaan dengan sisipan tipis lanau dan gambut, menutupi secara tidak selaras satuan yang lebih tua. Sebagai satuan termuda adalah endapan alluvium yang terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lempung dan gambut. Secara fisiografi lokasi daerah selidikan termasuk dalam wilìyah Paparan Sunda yang merupakan bagian dari jalur timah Asia Tenggara, membentang mulai dari Cina ke Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia terus ke selatan hingga Kepulauan Riau (Kep. Tujuh, Singkep), Bangka dan Belitung. Menurut Batchelor, (1979) dan Mangga S.A. drr., (1994) daerah ini pernah mengalami erosi kuat pada kala Pleistosen Tengah sampai Holosen.

2.2 Struktur geologi

Katili (1968) mengatakan bahwa pada batuan metamorf dan sedimen di Bangka Utara terdapat perlipatan silang akibat dua deformasi. Deformasi pertama mengakibatkan lipatan dengan arah barat laut-tenggara, namun umurnya sulit ditentukan dengan pasti. Struktur lipatan berarah timur laut-barat daya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura atas. Orogen yang kedua ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua.

Sukendar Asikin dan Rubini Surya Atmaja (1972), berdasarkan penelitian dan analisis kedudukan rekahan-rekahan, urat-urat, dan korok-korok di daerah sambung giri dan pemali, menyimpulkan bahwa gerak-gerak orogen sebelum Yura atas mengakibatkan terjadinya deformasi yang menyebabkan perlipatan pada batuan sedimen yang berumur karbon-trias. Deformasi ini selain membentuk lipatan NW-SE juga menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan (“Shear dan Tension fracture”).

Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi kecenderungannya mempunyai arah utara selatan (Katili, 1967). Ukoko (1983), mengatakan bahwa di Pulau Bangka terdapat beberapa sesar yang umurnya berarah timur laut-barat daya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 30° E memotong granit klabat ke selatan sepanjang 3 Km. Sesar utama ini dalam foto udara tampak sebagai kelurusan sepanjang 50 Km.

(4)

3.

METODOLOGI

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi daerah-daerah interes untuk tapak PLTN adalah analisis kecocokan atau dikenal juga dengan suitability analysis menggunakan perhitungan raster yang akan diaplikasikan dalam program ArcGis. Secara ringkas, langkah-langkah yang diperlukan adalah: (1) memilih atau menentukan layer-layer yang diperlukan dalam analisis (berbentuk shapefile) dan merubah format kedalam bentuk raster apabila diperlukan; (2) merubah layer-layer diatas dalam bentuk raster; (3) pengklasifikasian ulang (reclasify) terhadap nilai-nilai dalam file raster; (4) penentuan bobot untuk masing-masing layer; dan (5) penjumlahan layer, dimana perhitungan dilakukan sel demi sel untuk menghasilkan layer nilai akhir. Tata-kerja secara lengkap diberikan dalam Gambar 1.

Peta/layer yang digunakan adalah peta sesar atau struktur geologi (SG), jalur penerbangan di sekitar kepulauan Bangka Belitung (JP)[4]. (Departemen Perhubungan),

kondisi batuan atau geologi (G), dan tata-guna lahan (TGL). Faktor lain yang dipergunakan dalam penilaian adalah jarak relatif terhadap pantai di Pulau Sumatera (JS) terkait dengan faktor infrastruktur penyaluran daya listrik ke jaringan Sumatera/Jawa.

Pulau Bangka tidak memiliki gunung berapi. Jarak gunung berapi terdekat dari pulau Bangka yaitu Gunung Lumut Balai di Provinsi Sumatera Selatan berjarak lebih dari 300 Km sehingga bahaya akibat aliran piroklastik, lahar, lava, maupun jatuhan bom dan abu vulkanik ke Pulau Bangka diperkirakan tidak akan signifikan. Faktor bahaya tsunami juga belum dimasukkan dalam perhitungan karena berdasarkan peta bahaya tsunami yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah risiko rendah tsunami. Evaluasi terhadap bahaya gunung api maupun tsunami akan dilakukan secara lebih rinci pada tahap evaluasi tapak.

Perhitungan Pembobotan

Klasifikasi ulang kedalam skala yang seragam (misal: nilai 1-10)

Derivasi data untuk memperoleh informasi baru

Penentuan data input

Gambar 2a. Diagram alir penelitian Gambar 2b Contoh teknik perhitungan raster Faktor lain yang dipertimbangkan namun tidak dimasukkan dalam perhitungan raster adalah faktor batimetri karena data yang tersedia dinilai belum cukup representatif.

(5)

Paket Spatial Analyst dari perangkat lunak ArcGIS dipergunakan dalam studi pemilihan lokasi ini. Empat tahapan utama yaitu tahap persiapan data spasial yang akan dipergunakan sebagai input, data derivatif yang merupakan data input yang telah melalui pemrosesan tingkat lanjutan, klasifikasi ulang nilai raster, dan pembobotan serta perhitungan nilai.

Langkah pertama yang diperlukan adalah menyiapkan satu set data input berupa peta-peta dalam bentuk shapefile (Bakosurtanal). Pada langkah kedua, data input yang tersedia dapat dipergunakan untuk menyiapkan derivasi dari data tersebut apabila diperlukan. Langkah ketiga adalah pengklasifikasian ulang dari data menjadi satu skala umum. Dalam kajian ini, obyek akan diberikan nilai 1 hingga 10 dengan nilai yang tinggi untuk atribut yang paling sesuai dan sebaliknya. Langkah terakhir adalah pemberian bobot menurut pengaruh dari data terhadap model untuk selanjutnya dikombinasikan untuk menentukan lokasi-lokasi potensial sesuai dengan nilai agregat yang diperoleh.

Dalam tahap awal studi kelayakan, pemilihan lokasi dapat didasarkan pada suatu kriteria keberterimaan (acceptance criteria). Klasifikasi yang diberikan untuk setiap parameter dalam penilaian ialah 10 kelas. Kelas-kelas tersebut kemudian akan diberikan nilai 1 hingga 10 menurut tingkat preferensi maupun bahaya yang diberikan.

Material bawah permukaan

(6)

Gambar 3. Hasil Reklasifikasi Berbagai Layer Sebagai Input Perhitungan Raster Jarak maksimum dari pantai Pulau Sumatera yang dipertimbangkan adalah 100 kilometer dan dibagi dalam 10 kelas dengan nilai terbaik diberikan pada lokasi yang paling dekat dengan Sumatera. Letak lokasi terhadap sesar atau struktur geologi ditentukan dengan menggunakan kriteria keberterimaan (acceptance criteria) yang digunakan di Jepang yaitu bahwa suatu lokasi PLTN tidak boleh terletak dalam jarak 10 Km dari sesar aktif dan sesar tersebut tidak mengarah ke lokasi calon tapak.

Tabel 1. Distribusi Nilai

Skor SG G TGL JS (Km) JP (Km)

10 5 Km Granit klabat Tegalan/ ladang / kebun

0 100

9 2 90

8 4 Km Fm. Tanjung genting Hutan rimba 4 80

7 6 70

6 2 Km Kompleks malihan pemali

8 60

5 10 50

4 1 Km Granit Tanjung pandan Pasir/ bukit pasir 12 40

3 14 30

2 > 0,5 Km

Diabas penyabung Pemukiman/ sawah

(7)

1 Air/hutan rawa/ danau/ situ

18 10

0 0 Km 20 0

Catatan:

SG: struktur geologi; G: geologi; TGL: tata-guna lahan; JS: jarak ke Sumatera; JP: jalur penerbangan Peta struktur geologi yang digunakan dalam penelitian ini tidak menjelaskan apakah patahan yang teridentifikasi merupakan patahan aktif atau bukan. Untuk itu, penilaian akan didasarkan terhadap jarak dari patahan tersebut. Nilai 10 diberikan bila calon lokasi terletak lebih dari 10 Km. Faktor material bawah permukaan didasarkan pada jenis batuan dibagian bawah reaktor untuk kepentingan pondasi serta desain kegempaan, yaitu apakah batuan masif pada lokasi tersebut bersifat keras atau lunak. Batuan keras seperti granit (Klabat) maupun tufa (Tanjung Genting) diberikan nilai tinggi yaitu 10 dibandingkan dengan lapisan aluvial yang cenderung lebih lunak. Faktor penting lainnya adalah letak calon lokasi PLTN terhadap jalur penerbangan, baik komersial maupun militer, dan lapangan terbang sebagai konsideran terhadap kemungkinan kecelakaan pesawat komersial maupun militer yang dapat membahayakan instalasi PLTN. Semakin jauh suatu lokasi dari jalur penerbangan, maka semakin tinggi nilainya. Tata-guna lahan mempertimbangkan apakah lokasi PLTN terletak pada lahan non-konservasi, konservasi (hutan lindung atau suaka margasatwa), rawa-rawa, perkebunan/pertanian, atau permukiman. Dalam hal ini, lahan konservasi dan rawa-rawa akan diberikan nilai rendah sedangkan jenis lahan lain akan diberikan nilai lebih tinggi.

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot yang digunakan dalam perhitungan raster diberikan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Bobot Perhitungan Raster

No Layer Simbol (S) Bobot (w)

1 Geologi (batuan penyusun) G 0.3 2 Struktur geologi (patahan) SG 0.3

3 Jalur penerbangan JP 0.1

4 Tata-guna lahan TGL 0.1

5 Jarak dari P. Sumatera JS 0.2

Total 1.0

Perhitungan nilai akhir N kemudian dilakukan menggunakan formulasi sebagai berikut:

0.3

0.3

0.1

0.2

0.1

N

 

G

SG

JP

TGL

JS

Hasil pengolahan menggunakan teknik perhitungan raster secara grafis diberikan pada Gambar 2. Nilai hasil perhitungan memiliki jangkauan paling rendah 0,80 hingga paling tinggi 7,30. Daerah dengan nilai terbaik secara grafis direpresentasikan dengan warna biru tua (nilai 6,31 – 7,30). Beberapa daerah dapat diidentifikasikan memiliki resultante karakteristik yang baik. Apabila faktor kedekatan dengan sumber air pendingin (laut) lebih diutamakan maka terdapat beberapa pilihan seperti daerah Teluk Manggris, Tanjung Berani, Pantai Penganak, Pantai Pala, Lubuk Besar.

(8)

Gambar 3. Hasil Perhitungan Raster Untuk Daerah Pesisir Hingga 2 Km Ke Darat Pantai sungai Gusung, dan Batu Betumpang. Daerah-daerah dengan jangkauan nilai tertinggi (6,41 – 7,30) antara lain Tanjung Punai-Tanjung Tadah, Panangan, Tanjung Berdaun, Tanjung Panggung, Batu Betumpang, Tanjung Loabun. Daerah-daerah dengan jangkauan nilai tertinggi kedua (5,71 – 6,40) antara lain Teluk Manggris, sepanjang daerah Mudung hingga Lubuk Besar, Koba dan sekitarnya, Tanjung Layang, Tanjung Pala-Tanjung sangau, Jebulaut, dan Rambat-Teritip.

Tabel 2. Lokasi Survei atau Konfirmasi Tapak

No Lokasi Kecamatan Kabupaten

1 Tanjung Merun, Desa Penutuk Lepar Pongok Bangka Selatan 2 Sukadamai, Desa Rias Toboali Bangka Selatan 3 Sungai Gusung, Desa Rias Toboali Bangka Selatan 4 Tanjung Berani dan Tanjung

Kerasak, Desa. Sebagin Simpang Rimba Bangka Selatan 5 Tanjung Berdaun, Desa Radjik, Simpang Rimba Bangka Selatan 6 Teluk Inggris, Desa Muntok Muntok Bangka Barat 7 Pantai Penganak, Desa Puput Jebus Bangka Barat 8 Tanjung Pala, Teluk Limo, Jebus Bangka Barat

9 Tj. Penyusuk, Belinyu Bangka

10 Tj. Tuing, Desa Pugul Belinyu Bangka

5.

KESIMPULAN

Sebagian daerah pesisir di Pulau Bangka memiliki potensi yang baik sebagai calon tapak PLTN ditinjau dari aspek geologi, tata-guna lahan, akibat kegiatan manusia terutama terkait dengan kegiatan penerbangan sipil, kedekatan dengan pulau Sumatera dan lokasi

(9)

pada daerah pesisir. Empat lokasi potensial utama di pesisir selatan dapat diidentifikasi yaitu daerah Teluk Manggris Kec. Mentok, Tempilang, Sebagin, dan Toboali. Di pesisir utara, daerah Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat, dan Lubuk Besar. Jika faktor jarak dengan daratan Sumatera menjadi salah satu pertimbangan utama, maka daerah pesisir selatan pulau Bangka yaitu Tanjung Berani-Tanjung Kerasak dan Teluk Manggris, masing-masing berjarak sekitar 13 dan 25 Km dari daratan pulau Sumatera menjadi lebih berterima dibandingkan daerah-daerah interes lain.

Pada tahapan ini data yang tersedia memang masih relatif terbatas. Meskipun demikian, pada dasarnya teknik analisis kesesuaian melalui perhitungan raster dapat digunakan dalam proses identifikasi daerah-daerah interes tapak PLTN, maupun lokasi-lokasi instalasi penting lainnya. Faktor ketersediaan dan kelengkapan data menjadi aspek yang sangat penting untuk diperhatikan, karena faktor ini sangat membantu proses pengambilan keputusan secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Using ArcGIS Spatial Analysis, ESRI, 2001-2002

[2]

N. C.D ARYANTO, J. WIDODO DAN P. RAHARJO, Keterkaitan Unsur Tanah Jarang Thd Mineral Berat Ilmenit dan Rutil Perairan Pantai Gundi, Bangka, Puslitbang Geologi Kelautan, 1985

[3] http://www.bnpb.org

diakses Mei 2011

[4] http://gis.dephub.go.id/mapping/Map_Udara.aspx

diakses Mei 2011

[5] Peta Geologi Lembar Bangka Utara, Sumatera, Skala 1: 250.000, s. Andi Mangga dan B. Djamal,1994

Gambar

Gambar 1  Peta Geologi Daerah Bangka Belitung  [5]
Gambar 2a. Diagram alir penelitian            Gambar 2b  Contoh teknik perhitungan raster
Gambar 3. Hasil Reklasifikasi Berbagai Layer Sebagai Input Perhitungan Raster  Jarak  maksimum  dari  pantai  Pulau  Sumatera  yang  dipertimbangkan  adalah  100  kilometer dan dibagi dalam 10 kelas dengan nilai terbaik diberikan pada lokasi yang paling  d
Tabel 2. Bobot Perhitungan Raster
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian didapat nilai presentase kesalahan minimum sebesar 0,126% pada variasi bentuk pulau, nilai presentase kesalahan maksimum sebesar 16,588% pada

Untuk wilayah Pulau Singkep, sebaran batuan metamorfik dari Kompleks Malihan Persing dan granit Tanjungbuku merupakan kelompok batuan keras yang sangat potensial untuk

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada permukiman transmigrasi Desa Malakoni di Pulau Enggano didominasi oleh jarak dari pantai > 200 m, dengan ketinggian

Kajian awal rona lingkungan Daerah Interes-1 di Teluk Mangris, Tanah Merah di Kabupaten Bangka Barat, dan Daerah Interes-2 di Tanjung Berani-Tanjung Krasak di