• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Kognitif Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Lansia di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Status Kognitif Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Lansia di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016 Hubungan Status Kognitif Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living

(ADL) Pada Lansia di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

Maimunah Nur Endah1), S. Dwi Sulisetyawati2), Galih Priambodo3)

1) Mahasiswa SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Proses menua menyebabkan perubahan pada lansia, salah satunya kognitif. Penurunan kognitif pada lansia akan menyebabkan gangguan pada sistim syaraf pusat, kemudian menyebabkan atrosit berproliferasi hingga neuro transmitter akan berubah. Perubahan tersebut menyebabkan proses reaksi dari sentral melambat sehingga menyebabkan lansia kehilangan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa Hubungan Status Kognitif Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Livig (ADL) Pada Lansia Di Desa Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

Jenis penelitian ini yaitu studi korelasi dengan pendekatan waktu cross sectional. Analisa data menggunakan kendall tau. Pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling dengan jumlah responden 73 orang. Hasil penelitian didapatkan rata-rata usia

responden 67,92 tahun, berjenis kelamin perempuan (58,9 %), pendidikan SD (42,5%), dan bekerja sebagai buruh (57,5%), status kognitif normal (53,4%), kemandirian

Activity Daily Living (ADL) mandiri (80,8%), analisa kendall tau diperoleh nilai p= 0,001 p kurang dari 0,05 sehingga terdapat hubungan antar vareabel.Nilai tau diperoleh

0,382 yang berarti keeratan antar keduanya lemah.

Kesimpulan dari data diatas yaitu ada hubungan yang lemah antara Status Kognitif Dengan Tingkat KemandirianActivity Daily Living (ADL) Pada Lansia Di Desa Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

Kata Kunci : Lansia, Status kognitif, Tingkat kemandirian Activity Daily Livig (ADL) Daftar Pustaka : 34 (2006 – 2014)

(2)

2

STUDY PROGRAM OF NURSING STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

CORRELATION COGNITIVE STATUS WITH INDEPENDENCE LEVEL ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) ON ELDERY IN VILLAGE MOJO

DISTRICT ANDONG REGENCY BOYOLALI

Maimunah Nur Endah1), S. Dwi Sulisetyawati2), Galih Priambodo3)

1) Student in Nursing study STIKES Kusuma Husada Surakarta

2) Lecturer of Study Program of Nursing STIKES Kusuma Husada Surakarta

3) Lecturer of Study Program of Nursing STIKES Kusuma Husada Surakarta

Abstract

The aging process causes changes in the elderly, one of which is cognitive. Cognitive decline in the elderly will cause interference with the central nervous system, and cause atrosit proliferates, so neurotransmitters will change. Such changes cause a reaction and a central process slowed down, causing the elderly to lose the ability to perform daily activities. This Research purposes to analyze correlation Cognitive Status with Independence Level Activity Daily Living (ADL) on eldery in Village Mojo District Andong Regency Boyolali.

This type of research is a correlation study with cross sectional approach. Analysis of data using Kendall tau. Sampling using purposive sampling with 73 respondents. Research result the mean age of the respondents 67.92 years, female (58.9%), elementary education (42.5%) and laborers (57.5%). Normal cognitive status (53.4%), independence (ADL) independently (80.8%). Kendall tau analysis obtained by value p = 0.001 p <0.05 so that there is a relationship between variables. Tau value was obtained 0.382 means the closeness between the two is weak.

There is a relationship between Cognitive Status With Level of Independence

Activity Daily Living (ADL) on eldery in Village Mojo District Andong Regency

Boyolali.

Keywords: Elderly, Cognitive Status, Level of Independence Activity Daily Living (ADL).

(3)

3 PENDAHULUAN

Lanjut usia adalah individu yang berusia lebih dari 60 tahun, yang pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 13, Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada BAB 1 pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Azizah, 2011).

Perubahan kognitif pada lansia, terjadi karena proses penuaan yang di sertai dengan perubahan di semua sistem di dalam tubuh manusia tersebut salah satunya terdapat pada sistem syaraf. Perubahan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penurunan dari fungsi kerja otak. Berat otak pada lansia umumnya menurun 10-20% (Fatmah, 2010). Kuczynski (2009) menyebutkan bahwa walaupun tanpa adanya penyakit neurodegeneratif, jelas terdapat perubahan struktur otak manusia seiring bertambahnya usia.

Perubahan fisik lansia akan mempengaruhi tingkat kemandirian. Kemandirian adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sesuorang adalah tujuan paling penting pada sebagian

besar lansia tanpa melihat status kesehatannya. Kemandirian memberikan mereka rasa kehormatan, kebanggaan dan berfungsinya diri sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain (Bastable, 2003).

Hasil studi pendahuluan pada bulan Januari 2016 di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali, hasil wawancara pada 10 lansia yang berusia di atas 60 tahun diketahui 3 lansia (30%) tidak mengalami gangguan kognitif, 7 lansia (70%) diantaranya mengalami gangguan kognitif ringan, seperti berkurangnya kemampuan mengingat hari, bulan dan tahun serta tidak bisa mengeja mundur. Dari 7 lansia yang mengalami gangguan kognitif ringan tersebut, 2 lansia diantarnya mengalami gangguan kemandirian ringan seperti kesulitan mengontrol BAB/BAK.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai “Hubungan Status Kognitif dengan Tingkat Kemandirian Activity

Daily Living (ADL) pada Lansia di

Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali”. Dampak apabila tidak dilakukan penelitian tersebut adalah tidak dapat diketahui apakah ada

(4)

4

hubungan antara status kognitif dengan tingkat kemandirian.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status kognitif dengan tingkat kemandirian

Activity Daily Living (ADL) Pada

Lansia di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik lansia yang mengalami gangguan kemandirian Activity Daily Living (ADL) di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

2. Mengetahui status kognitif pada lansia di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

3. Mengetahui kemandirian lansia di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali dalam melakukan Activity Daily Living (ADL).

4. Mendeskripsikan hubungan status kognitif dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2016 di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini adalah korelasi non eksperimental.

Korelasi adalah suatu penelitian untuk mengetahui adanya korelasi atau hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Imron, 2010).

Populasi dalam penelitian ini semua lanjut usia di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Jumlah populasi yang akan di teliti sebanyak 140 lansia. Pemilihan sampel pada penelitian ini yaitu secara purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Sampel pada penelitian ini berjumlah 73 lansia.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Variable status kognitif dengan MMSE, sedangkan variable ADL menggunakan Indeks Barthel.

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Analisis univariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui status responden di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali..

(5)

5 Analisa bivariat dilakukan pada dua

variabel untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas (Notoadmojo, 2010). Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Kendal tau. Interpretasi apabila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima artinya ada hubungan status kognitif dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) lansia dan apabila nilai p ≥ 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak artinya tidak hubungan status kognitif dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) lansia.

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Umur

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Rata-rata Umur Responden Lansia di Desa

Mojo,Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali

(n: 73)

Variabel Min Max X ± SD

Umur 60 80 67,92 ± 6,137

2. Jenis Kelamin

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Lansia di Desa

Mojo,Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali

(n: 73)

No. Kategori Frekuensi %

1 2 Laki-laki Perempuan 30 43 41,1 58,9 Jumlah 73 100 3. Pendidikan

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Lansia di Desa Mojo,

Kecamatan Andong,Kabupaten Boyolali

(n: 73)

No. Kategori Frekuensi % 1 2 3 4 5 Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 29 31 4 5 4 39,7 42,5 5,5 6,8 5,5 Jumlah 73 100 4. Pekerjaan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Lansia di Desa Mojo,

Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali

(n: 73)

No. Kategori Frekuensi % 1 2 3 4 PNS Swasta Buruh Tidak bekerja 0 9 42 22 0 12,3 57,5 30,1 Jumlah 73 100 B. Analisis Univariat 1. Status kognitif

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Status Kognitif Responden Lansia di Desa

Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali

(n: 73)

No. Kategori Frekuensi %

1 2 3 Normal Mungkin gangguan kognitif Gangguan kognitif 39 34 0 53,4 46,6 0 Jumlah 73 100

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki status kognitif normal yaitu

(6)

6

sebanyak 39 orang (53,4%) sedangkan responden yang mungkin gangguan kognitif sebanyak 34 orang (46,6%) dan responden yang mengalami gangguan kognitif, tidak ditemukan.

2. Kemandirian Activitiy Daily

Living (ADL) pada lansia

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Activitiy Daily Living

(ADL) pada Lansia di Desa mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali

(n: 73)

No. Kategori Frekuensi % 1 2 3 4 5 Mandiri Ketergantungan ringan Ketergantungan sedang Ketergantungan berat Ketergantungan total 59 14 0 0 0 80,8 19,2 0 0 0 Jumlah 73 100

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa sebagian besar responden telah mandiri yaitu sebanyak 59 orang (80,8%), responden yang mengalami ketergantungan ringan sebanyak 14 orang (19,2%), responden yang mengalami ketergantungan sedang, ketergantungan berat dan total tidak ditemukan.

C. Analisis Bivariat

Tabel 7 Hubungan antara Status kognitif dengan Tingkat Kemandirian Activitiy Daily

Living (ADL) pada lansia di Desa Mojo, Kecamatan Andong,

Kabupaten Boyolali n: 73 Tingkat Kemandirian N o Status Kogniti f Mandiri Ketergantunga n Ringan Ketergantunga n Sedang Ketergantunga n Berat Ketergantunga n Total Total τ P valu e F % f % f % f % F % F % 1. Normal 3 7 50, 7 2 2,7 0 0 0 0 0 0 3 9 53, 4 0,38 2 0,00 1 2. Mungkin ganggua n kognitif 2 2 30, 1 12 16,4 0 0 0 0 0 0 3 4 46, 6 3. Ganggua n Kognitif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 59 80,8 14 19,1 0 0 0 0 0 0 73 100

(7)

7 PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Umur responden lansia di Desa Mojo,Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali

Berdasarkan bab IV hasil penelitian diperoleh rata-rata umur responden pada penelitian ini adalah 67,9 tahun (termasuk klasifikasi lanjut usia/elderly) dengan umur minimal responden 60 tahun dan maksimal 80 tahun. Hal ini sesuai dengan arsip data di Desa Mojo Kecamatan Andon Kabupaten Boyolali sebagian besar lansia berusia 60 sampai 80 tahun. Dengan demikian peneliti berpendapat semakin bertambahnya usia seseorang maka akan terjadi penurunan fungsional, sehingga dapat mempengaruhi tingkat aktivitas fisik lansia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wijayanti (2014) responden yang menjadi sampel penelitian adalah lansia berusia lebih dari 60 tahun dan kurang dari 80 tahun.

Menurut Nugroho (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa usia merupakan faktor yang memiliki hubungan bermakna secara statistik dengan status kognitif dengan nilai (p = 0.003, r = 0.38).Proses menua menyebabkan perubahan pada lansia, salah satunya kognitif semakin tua usia seseorang maka secara alamiah akan

terjadi apoptosis pada sel neuron yang berakibat terjadinya atropi pada otak yang dimulai dari atropi korteks, atropi sentral, hiperintensitas substantia alba dan paraventrikuler, yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif pada seseorang, kerusakan sel neuron ini diakibatkan oleh radikal bebas, penurunan distribusi energi dan nutrisi otak. (Carayannis (2001), dalam Taufik, 2014)

Pada saat seseorang bertambah tua maka akan mengalami berbagai perubahan yaitu perubahan fisik seperti jumlah sel menurun, perubahan system persyarafan, fungsi pendengaran menurun, system pengelihatan menurun, perubahan kardiovaskuler. Perubahan perubahan tersebuat akan mempengaruhi aktifitas hidup sehari hari pada lansia.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa umur pada seseorang dapat menentukan kemauan dan kemampuan untuk melakukan

Activity Daily Living (ADL), semakin

tua umur lansia maka akan semakin tergantung kepada orang di sekitarnya. Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan Activity Daily Living (ADL). Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara

(8)

8

perlahan–lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan

Activity Daily Living (ADL) (Hardywinoto dan Setiabudi, 2005). 2. Jenis kelamin

Berdasarkan bab IV mengenai jenis kelamin responden diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 43 orang (58,9%). Hal ini sejalan dengan penelitian Muzamil et.al (2014) dengan persentase tertinggi dalam penelitiannya adalah responden dengan jenis kelamin perempuan(74.5%). Wreksoatmojo (2014) menjelaskan, perempuan lebih cenderung menderita demensia Alzheimer,khususnya di usia sangat lanjut.Dari data tersebut diatas sebagian besar responden adalah perempuan hal ini dipengaruhi karena beberapa faktor antara lain karena obesitas,hipertensi dan artherosklerosis.

Dengan demikian peneliti berpendapat bahwa lansia perempuan masih berusaha untuk mempertahankan kemampuan yang mereka miliki dan memimimalkan ketergantungannya pada keluarganya. Komponen aktivitas kegiatan sehari-hari pada lansia perempuan meliputi kemampuan menyiapkan makanan membersihkan rumah, mencuci menggunakan telepon berbelanja menggunakan alat transportasi, serta mengatur medikasi dan ekuangan.

3. Pendidikan pada lansia di Desa Mojo,Kecamatan

Andong,Kabupaten Boyolali

Berdasarkan tabel 4.3 hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak 31 orang (64,4%) dan tidak sekolah 29 orang (39,7%). Hal ini menunjukkan bahwa Penelitian ini sejalan dengan Ramadian (2012) bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak dalam penelitiannya adalah SD yaitu sebanyak 44 orang (72,1%).

Dari hasil penelitian diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan salah satu unsur penting untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Orang-orang yang berpendidikan rendah akan cenderung acuh tentang masalah kesehatan dan penyakit yang ia alami. Respon lansia terhadap perubahan atau penurunan kondisi yang terjadi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman hidup, bagaimana lansia memberi arti terhadap perubahan waktu dan tingkat antisipasi terhadap perubahan, sumber sosial, dan pola koping yang digunakan lansia. Umumnya makin tinggi pendidikan seseorajg makin mudah menerima informasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(9)

9 Wijayanti (2014) bahwa pendidikan

sangat berpengaruh karena tidak adanya riwayat pendidikan membuat lansia sulit menerima informasi, mengganggu dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam melakukan Activity

of Dailing Living (ADL).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun pendidikan lansia yang relatif masih rendah, masih banyaknya lansia yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat SD, cenderung mandiri melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan lansia tidak mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh faktor lain seperti dukungan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada lansia. Hal ini didukung oleh penelitian Jumita (2012) tentang kemandirian lansia di wilayah kerja Puskesmas Lampasi Kota Payakumbuh, membuktikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kemandirian lansia. Walaupun responden mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah tetapi cenderung mandiri melakukan aktifitas sehari-hari, hal ini dikarenakan lansia mendapat dukungan

dan perhatian dari keluarga untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Dengan demikian menurut peneliti, bahwa pada umumnya pendidikan tidak mempengaruhi kemandirian lansia, karena tidak adanya riwayat pendidikan membuat lansia sulit menerima informasi, mengganggu dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

4. Pekerjaan

Berdasarkan bab IV sebagian besar responden dalam penelitian ini bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 42 responden (57,5%) dan tidak bekerja 22 responden (30,1%). Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarga. Pada lansia akan terlihat penurunan kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan performance yang membutuhkan kecepatan dan waktu mengalami penurunan. Penurunan itu bersifat wajar sesuai perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis (Azizah, 2011).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang bekerja cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak bekerja, karena

(10)

10

dengan bekerja maka kemampuan seseorang menjalankan peran dirinya akan meningkat pula. Hal ini akan berdampak pada peningkatan harga diri dan kualitas hidupnya dimana dengan bekerja seseorang tetap memiliki sumber penghasilan, memiliki dukungan yang lebih baik dari lingkungan kerjanya, dan akan meminimalkan konflik peran yang terjadi akibat perubahan kondisi fisik. Pekerjaan berhubungan dengan aktualisasi diri seseorang dan berpengaruh terhadap kesejahteraan hidupnya (Nofitri, 2009).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Suardana (2014) tentang status kognitif dan kualitas hidup lansian. Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor pekerjaan mendukung kualitas hidup pada lansia dimana pada penelitian ini sebagian besar yaitu 67,2% tidak bekerja. Skor rata-rata status kognitif adalah 21,73 mengalami status kognitif ringan, hal ini disebabkan karena lansia aktif dalam kegiatan -kegiatan yang telah diadakan. B. Analisa Univariat

1. Status Kognitif pada Lansia di Desa Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali

Berdasarkan bab IV penelitian ini memperoleh hasil bahwa sebagian

besar responden memiliki status kognitif normal yaitu sebanyak 39 orang (53,4%) sedangkan responden yang mungkin gangguan kognitif sebanyak 34 orang (46,6%). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Muzamil (2014) bahwa dalam penelitiannya dari total 51 orang responden terdapat (82.4%) responden memiliki fungsi kognitif yang normal. Kozier et al(2010), menyebutkan bahwa perubahan pada kognitif berlangsung seiring bertambahnya usia. Bertambahnya usia, diyakini terjadi penurunan jumlah neuron yang progresif, selain itu aliran darah ke otak menurun, meningen tampak menebal dan metabolisme otak melambat. Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia lebih kepada perbedaan kecepatan, bukan kemampuan.

Selain usia, status kognitif pada lansia dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti stress, genetik, kesehatan fisiologis, gaya hidup dan trauma. Depresi, stress dan ansietas akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah dan stress memicu pelepasan hormon glukokortikoid yang dapat menurunkan fungsi kognitif (Parkin (1999) dalam Taufik, 2014). Penyakit sistemik seperti artherosklerosis, hipertensi,

(11)

11 dislipidemia, obesitas akan menghambat

aliran darah otak sehingga terjadi gangguan suplai nutrisi bagi otak yang berakibat pada penurunan fungsi kognitif (Stinga (2000), dalam Taufik, 2014).

Gaya hidup sehat seperti aktifitas fisik misalnya olahraga, dapat mempertahankan aliran darah yang optimal dan juga meningkatkan penghantaran nutrisi ke otak sehingga berpengaruh terhadap perubahan kognitif. Selain itu, trauma kepala secara langsung mencederai struktur dan fungsi otak sehingga mempengaruhi perubahan kognitif pada seseorang (Wreksoatmojo, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lansia di Desa Mojo, Andong, Boyolali diketahui bahwa lansia lebih banyak terganggu pada pertanyaan soal nomor 3 yang berisi soal orientasi menggingat tanggal. Soal tersebut termasuk dalam soal Domain orientasi yang dimaksudkan untuk menilai kesadaran dan juga daya ingat. Kemudian soal pertanyaan nomor 21 yang berisi soal mengingat kembali. Soal nomor 21 tersebut termasuk dalam domain mengingat kembali (recall) yang bertujuan untuk menilai memori mengenal kembali. Hasil ini sejalan dengan teori Azizah (2011) bahwa pada

lansia daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi kognitif yang sering paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (long term

memory) kurang mengalami perubahan,

sedangkan ingatan jangka pendek (short

them memory) atau sekitar 0-10 menit

memburuk.

Lansia akan sulit

mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi baru. Oleh karena itu, dalam proses pelayanan terhadap lanjut usia perlu dibuatkan tanda-tanda atau rambu-rambu berupa tulisan atau gambar untuk membantu daya ingat mereka, misalnya dengan tulisan JUM’AT, TANGGAL 26 APRIL 2009 dan sebagainya, ditempatkan pada tempat yang strategis dan mudah dibaca/dilihat (Azizah, 2011).

2. Tingkat Kemandirian Activitiy Daily

Living (ADL) pada lansia di Desa

Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat kemandirian Activitiy Daily Living (ADL) pada lansia adalah mandiri yaitu sebanyak 59 orang (80,8%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden masih dapat mengatasi

(12)

12

kepentingannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Responden sebagian besar masih bisa mandi, berpakaian, makan, penggunaan jamban, penggendalian BAB/BAK dan berpindah tempat dari atau ke tempat tidur atau kursi secara mandiri. Hasil ini didukung oleh penelitian Rinajumita (2011) bahwa dari 90 responden dalam penelitiannya menunjukkan sebagian besar responden dapat melakukan aktifitasnya sendiri /mandiri yaitu (87,78%).

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kemandirian dengan alat ukur ADL menurut "Barthel Index" diperoleh data bahwa tanda-tanda yang paling banyak terjadi pada lansia yang mengalami ketergantungan adalah status BAB dan BAK tidak terkontrol, sering jatuh di toilet, membutuhkan bantuan dalamhal perawatan diri, ke, di, atau dari toilet, mobilisasi, naik turun tangga, mandi makan dan aktivitas lain. Seorang lansia dikatakan mandiri jika kemampuan atau keadaan dimana individu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain (Maryam, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yaitu 14 responden (19,2%) yang diteliti

mengalami ketergantungan ringan, hal ini karena secara fisik kondisi lansia sudah menurun, kaki gemetaran saat lansia berjalan, tetapi masih mampu melakukannya meskipun lambat dan terkadang membutuhkan bantuan dari keluarga. Hasil ini didukung oleh penelitian Lestari (2013) ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan tingkat kemandirian pada lansia. Sebagian besar lansia yang tinggal di panti werdha mengalami ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, lansia yang mengalami ketrgantungan ringan karena secara fisik kondisi sudah menurun.

C. Analisa Bivariat

Hubungan antara Status kognitif dengan Tingkat Kemandirian Activitiy Daily Living (ADL) pada lansia di Desa Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara status kognitif dengan tingkat kemandirian pada lansia di Desa Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yaitu responden yang memiliki status kognitif normal 39 orang cenderung lebih mandiri sebanyak 37 responden (49,3%),

(13)

13 sedangkan responden yang mungkin

gangguan kognitif dari 34 orang sebanyak 22 responden (30,1%) cenderung ketergantungan ringan. Nilai

Tau diperoleh sebesar 0,382 yang

berarti bahwa terdapat keeratan hubungan yang lemah antara status kognitif dengan tingkat kemandirianActivitiy Daily Living

(ADL) pada lansia (Sugiyono, 2012). Hal ini didukung oleh penelitian Balqis (2014) bahwa penurunan fungsi kognitif pada lansia akan selalu diikuti oleh penurunan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari setelah dilakukan kontrol pada variabel confounder yaitu umur, jenis kelamin dan riwayat pendidikan.

Hasil ini berarti bahwa selain status kognitif, tingkat kemandirian pada lansia dapat dipengaruhi oleh faktor lain. Hardywinoto dan setiabudi (2005) menjelaskan, tingkat kemandirian Activitiy Daily Living (ADL) pada lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah umur, kesehatan, status mental dan pendidikan.

Proses tersebut membawa dampak pada melambatnya proses sentral dan waktu reaksi pada lansia sehingga fungsi sosial dan okupasional akan mengalami penurunan yang

signifikan pada kemampuan sebelumnya (McGilton, 2007). Melambatnya proses sentral dan reaksi akan menyebabkan lansia terganggu pada aktivitas hidup sehari-hari mereka. Lansia menjadi memerlukan beberapa bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari Activitiy Daily Lliving

(ADL) antara lain mandi, berpakaian, makan, penggunaan jamban, pengendalian BAB/BAK dan berpindah tempat dari atau ke tempat tidur atau kursi.

Responden dengan tingkat ketergantungan ringan yaitu responden mampu melakukan kegiatan sehari-hari namun masih membutuhkan bantuan orang lain atau keluarga sebagai pendamping dalam mengurus dirinya sendiri. Aktivitas di lakukan lansia adalah mengikuti posyandu lansia, membersihkan rumah dan banyak pula para lansia yang hanya melakukan satu aktivitas saja atau mengurus dirinya sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada lansia dapat disimpulkan bahwa lansia dengan fungsi kognitif normal cenderung mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Semakin baik fungsi kognitif lansia maka lansia akan semakin mampu melakukan kegiatan

(14)

14

sehari-hari secara mandiri. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nurmah (2011) bahwa lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma Bekasi banyak yang mengalami fungsi kognitif baik dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan cara di bantu sebagian. Tingkat kemandirian lansia juga di pengaruhi oleh aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh lansia, semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka semakin kecil kemungkinan lansia akan mengalami penuruan fungsi kognitif.

KESIMPULAN

1. Karakteristik responden pada penelitian ini memiliki rata-rata umur 67,92 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan (58,9%), berpendidikan SD (42,5%) dan bekerja sebagai buruh (57,5%).

2. Status kognitif pada lansia di Desa Mojo, Andong, Boyolali sebagian besar adalah normal (53,4%). 3. Kemandirian pada lansia di Desa

Mojo, Andong, Boyolali dalam melakukan Activity Daily Living(ADL) adalah mandiri (80,8%).

4. Ada hubungan antara status kognitif dengan tingkat

kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali 0,001 (p < 0,05).

Saran

1. Bagi keluarga dan masyarakat Diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan lansia dengan cara memberikan dukungan kepada lansia seperti menjaga keharmonisan dengan orang tua, terus memberikan perhatian, motivasi dan dorongan kepada orang tua untuk dapat melakukan aktifitas di luar rumah, menyalurkan minat dan kemampuan mereka sehingga mereka merasa dihargai dan dapat meningkatkan rasa percaya diri.

2. Bagi peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan penelitian sejenis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian dengan menggunakan analisis multivariat. 3. Bagi Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pelaksanaan program lanjut usia di posyandu lansia dan penyuluhan kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan kognitif dan kemandirian Activity

(15)

15 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Revisi VI. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azizah, Lilik. 2011.Keperawatan

Lanjut Usia. Edisi 1.

Yogyakarta: Graham Ilmu Dharma, K.K. 2011. Metodologi

Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian).

Jakarta: CV. Trans Info Media Fatmah . 2010. Gizi Usia Lanjut.

Jakarta: Erlangga.

Fitrah. 2010. Memahami Kesehatan

Pada Lansia. Jakarta: Trans

Info Media

Handoko, Riwidikdo. 2012. Statistik

Untuk Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta: Citra Cendikia Hidayat, A.A. 2009. Metode Penelitian

Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba

Medika.

Jumita, R. 2012. Kemandirian Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kota Payakumbuh.

Artikel Penelitian Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012 - September 2012, Vol. 6, No. 2

Kozier, Barbara et al. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses Dan Praktik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Kuczynski, B., Jagust, W., Chui, HC. &

Reed, B 2009, “An Inverse Association of Cardiovascular Risk and Frontal Lobe Glucose Metabolism”, Neurology, vol. 72.

Kusharyadi. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba

Medika

Lestari, R. 2013. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Kemandirian Activities of Daily Living (ADL) Pada Lanjut Usia di Panti Werdha. Jurnal ILmu Keperawatan Vol.1 Nop. 2 Nopember 2013. Korespondensi Jurusan Keperawatan FKUB.

Gambar

Tabel  7 Hubungan antara Status kognitif dengan Tingkat Kemandirian Activitiy Daily  Living (ADL) pada lansia di Desa Mojo, Kecamatan Andong,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara pada tahap pertama, tergambar bahwa pembinaan terh- adap anak dalam keluarga hanya terpusat pada orang tua, sehingga pengetahuan anak tentang

butir instrumen tersebut telah mengukur dimensi dari variabel kepuasan kerja. sebagaimana telah tercantum pada

Switching Cost, dan Trust In Brand terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus: Produk Kartu Seluler GSM Prabayar simPATI di Wilayah Jakarta).. Studi Kepuasan Pelanggan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan, kinerja keuangan yang positif, dan kinerja keuangan dapat

Iklan Baris Iklan Baris JAKARTA UTARA Serba Serbi JAKARTA BARAT RUPA-RUPA Rumah Dijual Rumah Dikontrakan JAKARTA PUSAT JAKARTA SELATAN JAKARTA SELATAN JAKARTA TIMUR JAKARTA

Yang dimaksud dengan klausa relatif dalam penelitian ini adalah klausa subordinatif yang disematkan dalam klausa utama untuk menjelaskan atau membatasi atau

Oleh karena itu diperlukan upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk merubah citra DKI Jakarta dengan melakukan berbagai macam strategi sehingga dapat

Keadaan di dalam kolom menjadi semakin buruk bagi reaksi karena dengan adanya campuran air pada aliran asam asetat membuat jumlah mol produk lebih banyak dari