• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI PERTUMBUHAN PADA UJI PROVENAN ULIN DI BONDOWOSO (Variation of growth in ironwood provenance test in Bondowoso) ABSTRACT ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VARIASI PERTUMBUHAN PADA UJI PROVENAN ULIN DI BONDOWOSO (Variation of growth in ironwood provenance test in Bondowoso) ABSTRACT ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Prastyono

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

email: prastprast@yahoo.com

ABSTRACT

Provenance test of ironwood (Eusideroxylon zwageri T. et B.) was established in 2006 in Bondowoso. Stem diameter and tree height was measured at 6.5 years of age. The trial was arranged in a Randomized Complete Block Design, which comprised of 4 provenances, 3 replicates with 25 tree plots and spacing 5x5 m. There was significant difference in stem diameter and tree height among provenances. Provenance of Durian Luncuk (Jambi) showed the best performance in terms of survival and tree growth. This information is very useful to determine suitable provenance to be used for plantation program of ironwood in the similar environmental conditions to KHDTK Sumberwringin, Bondowoso.

Keywords: ironwood, Eusideroxylon zwageri, provenance test, growth traits ABSTRAK

Uji provenan ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) dibangun pada tahun 2006 di Bondowoso. Diameter pangkal batang dan tinggi tanaman diukur pada umur 6,5 tahun. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berblok, yang terdiri dari 4 provenan, 3 blok dan 25 treeplot dengan jarak tanam 5 x 5 m. Hasil penelitan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata di antara provenan yang diuji untuk tinggi tanaman dan diameter pangkal batang. Provenan Durian Luncuk (Jambi) menunjukkan daya hidup dan pertumbuhan terbaik untuk sifat pertumbuhan diamater pangkal batang dan tinggi tanaman dibandingkan dengan tiga provenan lainnya. Informasi ini sangat berguna untuk menentukan provenan yang sesuai untuk program penanaman ulin pada lokasi dengan kondisi lingkungan yang mirip dengan KHDTK Sumberwringin, Bondowoso.

Kata kunci: ulin, Eusideroxylon zwageri, uji provenan, sifat pertumbuhan I. PENDAHULUAN

Degradasi hutan di Indonesia saat ini dalam tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Menurut Sumargo et al. (2011), terjadi pengurangan luas hutan Indonesia seluas 15,15 juta ha pada periode tahun 2000-2009, atau 1,51 juta ha per tahun. Berdasarkan lokasinya, laju deforestasi terbesar terjadi di Kalimantan yaitu sebesar 0,55 juta ha per tahun dan Sumatera dengan laju deforestasi sebesar 0,37 juta ha per tahun.

Degradasi hutan tersebut menjadi ancaman yang serius terhadap keberadaan sumberdaya genetik hutan. Kegiatan eksploitasi hutan alam yang bersifat ekstraktif dalam

(2)

kuantitas hutan pada level genetik, jenis, maupun ekosistem. Konsesi pengusahaan hutan alam, perkebunan, pertambangan, pemukiman dan transmigrasi, serta kelemahan birokrasi merupakan beberapa faktor yang menyebabkan angka fragmentasi dan degradasi hutan alam tropis Indonesia semakin tidak dapat dikendalikan (Curran et al., 2004). Degradasi hutan akan mengarah pada kemungkinan kepunahan suatu jenis, atau pengurangan jumlah individu penyusun vegetasi di areal yang hilang. Salah satu jenis yang saat ini terancam adalah ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.), yang merupakan salah satu jenis pohon penyusun hutan tropika basah yang tersebar di Sumatera Bagian Selatan, Kepulauan Bangka-Belitung dan hampir seluruh wilayah Kalimantan.

Eksploitasi ulin yang tidak terkendali dan tidak mempertimbangkan aspek kelestarian, menyebabkan jenis ini mengalami penurunan populasi yang sangat mengkhawatirkan sehingga dimasukkan dalam kategori vulnerable (VU A1cd+2cd ver 2.3) oleh IUCN (2011). Selain itu, ulin juga telah dievaluasi untuk dimasukkan dalam Appendix II CITES. Oleh karena itu, konservasi sumberdaya genetik dan budidaya terhadap jenis ini perlu segera dilakukan.

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta telah melakukan serangkaian kegiatan penelitian ulin untuk menyelamatkan keanekaragaman genetik dan program pemuliaan ulin sejak tahun 2003. Pada tahun 2006 uji provenan ulin dibangun di Bondowoso, Jawa Timur dengan tujuan untuk mengkonservasi dan mengetahui kinerja tanaman ulin dari beberapa provenan. Tulisan ini menyajikan variasi sifat pertumbuhan tanaman ulin pada plot uji provenan pada umur 6,5 tahun.

II. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sumberwringin. KHDTK Sumberwringin secara administrasi pemerintahan berada di Desa Wringinanom, Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso, Propinsi Jawa Timur. Lokasi tersebut berada pada ketinggian 800 mdpl dengan jenis tanah andosol. Secara umum lokasi ini termasuk dalam klasifikasi tipe iklim B (Klasifikasi Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan rata-rata adalah 2.400 mm/th dan suhu udara 20°C - 28°C (BBPBPTH, 2011). Pengukuran dilakukan pada bulan Juni 2013.

B. Bahan dan alat

Bahan penelitian yang digunakan adalah uji provenan ulin di Petak 9, 102 dan 103 KHDTK Sumberwringin yang dibangun pada bulan Desember 2006. Uji provenan dibangun dengan menggunakan rancangan acak lengkap berblok (Randomized Complete Block Design), yang terdiri dari 4 provenan, 3 blok dan 25 treeplot dengan jarak tanam yang digunakan adalah

(3)

5 x 5 meter. Provenan ulin yang diuji berasal dari Sanggau (Kalimantan Barat), Belitung (Bangka Belitung), Durian Luncuk (Jambi) dan Samboja (Kalimantan Timur).

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah galah ukur, kaliper, peta tanaman dan tally sheet untuk pengukuran tanaman.

C. Pengukuran

Pengukuran sifat pertumbuhan tanaman dilakukan pada umur 6,5 tahun. Karakter/sifat yang diukur adalah persen hidup, diameter pangkal batang (10 cm dari pangkal batang) dan tinggi tanaman.

D. Analisis Data

Data hasil pengukuran diuji dengan analisis varians dan apabila hasilnya menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjutan dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test). Model analisis varians yang digunakan adalah sebagai berikut (Williams et al., 2002):

Yijk = m + Bi + Pj + eijk dimana:

Yijk : pengamatan pada blok ke-i, provenan ke-j dan ulangan ke-k m : rerata umum

Bi : pengaruh blok ke-i Pj : pengaruh provenan ke-j eijk : eror

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persen Hidup

Persen hidup merupakan indikasi kemampuan tumbuh dan adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan tempat tumbuh dan merupakan salah satu kriteria seleksi, terutama pada waktu introduksi jenis dan provenan pada lahan yang memiliki perbedaan lingkungan dengan tempat asalnya. Tanaman ulin pada plot uji provenan di Bondowoso menunjukkan persentase hidup yang cukup tinggi untuk semua provenani yang diuji. Hal ini karena kondisi lingkungan di plot uji provenan ulin memenuhi kriteria persyaratan tumbuh ulin, diantaranya adalah tanah yang berdrainase baik, kelembaban udara relatif tinggi dan curah hujan tahunan 2.500-4.000 mm (Sidiyasa, 2011).

Provenan Durian Luncuk, menunjukkan persentase hidup tertinggi, sebesar 88%, diikuti oleh provenan Samboja, Belitung dan Sanggau berturut-turut sebesar 83%, 76% dan 60%. Persentase hidup tanaman ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan persentase

(4)

hidup tanaman pada saat tanaman berumur 1 sampai 3 tahun dimana semua provenan memiliki persentase hidup di atas 80-100% (Hakim, 2007; Hakim et al., 2010).

Persentase hidup tanaman mengalami penurunan seiring dengan pertambahan umur tanaman. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada uji provenan ulin lainnya yang ditanam pada tahun 2004 dengan materi berasal dari provenan yang berbeda dengan provenan pada plot uji dalam penelitian ini sebagaimana dilaporkan oleh Hakim (2007). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, iklim mikro, lantai hutan, tanaman pesaing, tanah dan faktor biotis (Daniel et al., 1987). Menurut Soerianegara and Lemmens (1994), tanaman ulin pada tingkat semai dan sapling membutuhkan banyak naungan, namun pada tingkat tiang dan pohon muda membutuhkan cukup cahaya untuk pertumbuhan dan pada tingkat pohon membutuhkan cahaya penuh. Qirom (2006) melaporkan bahwa tanaman ulin umur 6 bulan memiliki persentase hidup lebih dari 90% pada tapak dengan intensitas cahaya 11,1-21,8% sedangkan pada intensitas cahaya 64,6-75,3% persentase hidup tanaman hanya 60%.

B. Variasi Sifat Pertumbuhan

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan (Zobel and Talbert, 1984). Menurut Loveless (1991), faktor genetik tanaman yang berpengaruh terhadap pertumbuhan meliputi umur tanaman, kondisi fisiologis tanaman seperti status hormon dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang meliputi cahaya matahari, suhu dan kelembaban serta ketersediaan unsur hara dan air serta kompetisi antar tanaman. Menurut Aubry et al. (1998), sifat pertumbuhan seperti tinggi dan diameter batang telah menjadi fokus dalam beberapa program pemuliaan karena mudah dalam pengukuran dan memiliki kontribusi yang penting pada sifat kayu (log). Oleh karena itu pengukuran terhadap kedua sifat pertumbuhan tersebut memiliki nilai penting dalam kegiatan pemuliaan ulin karena ulin merupakan salah satu jenis kayu pertukangan dengan nilai ekonomi yang tinggi.

Hasil pengukuran sifat pertumbuhan tanaman pada uji provenan ulin di Bondowoso pada umur 6,5 tahun menunjukkan bahwa tanaman dari provenan Durian Luncuk (Jambi), selain memiliki persentase hidup tertinggi, juga menunjukkan kinerja pertumbuhan yang paling baik untuk sifat pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter pangkal batang. Rata-rata diameter pangkal batang dan tinggi tanaman dari provenan Durian Luncuk (Jambi) berturut-turut sebesar 21,3 mm dan 131,2 cm, diikuti oleh Belitung (Bangka Belitung) sebesar 16,6 mm dan 120,1 cm, Samboja (Kalimantan Timur) sebesar 15,5 mm dan 98,1 cm serta Sanggau (Kalimantan Barat) sebesar 13,2 mm dan 75,2 cm.

Hasil analisis varians (Tabel 1) menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata di antara provenan yang diuji terhadap tinggi tanaman dan diameter pangkal batang. Untuk mengetahui provenan mana yang berbeda, dilakukan uji lanjutan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test)

(5)

Tabel 1. Analisis varians diameter pangkal batang dan tinggi tanaman ulin pada uji provenan di Bondowoso pada umur 6,5 tahun

Sumber variasi db Rerata Kuadrat

Diameter Pangkal Batang Tinggi Tanaman

Blok 2 9,38ns 1519,06ns

Provenan 3 34,62** 1848,36*

Error 6 3,42 329,79

Keterangan:

* = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = berbeda nyata pada taraf uji 1% ns = tidak beda nyata pada taraf uji 5%

Tabel 2. Hasil uji DMRT diameter pangkal batang dan tinggi tanaman ulin pada uji provenan di Bondowoso pada umur 6,5 tahun

Provenan Rata-rata Diameter Pangkal Batang (mm) Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)

Sanggau-Kalimantan Barat 13.213 b 75.30 b

Belitung-Bangka Belitung 16.580 b 122.04 a

Durian Luncuk-Jambi 21.307 a 131.17 a

Samboja-Kalimantan Timur 15.590 b 101.18 ab

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

Hasil uji lanjutan DMRT menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok provenan dengan diameter pangkal batang yang berbeda nyata, kelompok pertama adalah provenan Durian Luncuk (Jambi) adapun tiga provenan lainnya berada pada satu kelompok lainnya. Untuk tinggi tanaman terdapat 3 kelompok provenan dimana provenan Durian Luncuk (Jambi) dan Belitung (Bangka Belitung) berada pada kelompok yang sama sedangkan Sanggau (Kalimantan Barat) berada pada kelompok sendiri. Provenan Samboja (Kalimantan Timur) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan dua kelompok provenan yang lainnya.

Variasi sifat pertumbuhan antar provenan ulin merupakan konsekuensi logis dari adanya variasi genetik antar provenan yang diuji. Letak geografi dari masing-masing provenan ulin yang berjauhan menyebabkan adanya variasi genetik antar provenan (Zobel and Talbert, 1984). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sulistyawati et al. (2005), Rimbawanto et al. (2006) dan Widyatmoko et al. (2011) yang melaporkan bahwa terdapat keragaman genetik antar provenan ulin. Variasi genetik yang tinggi dari masing-masing provenan ini menyebabkan terjadinya variasi pada sifat pertumbuhan tanaman. Wahjono dan Imanuddin (2011) melaporkan bahwa dari keempat propinsi penyebaran ulin di Kalimantan, riap rata-rata ulin berdiameter >10 cm di hutan alam di Kalimantan Tengah adalah paling tinggi yaitu sebesar 0,27 cm/th, diikuti oleh Kalimantan Barat sebesar 0,24 cm/th, Kalimantan

(6)

menurut Soerianegara (1970), pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman sebenarnya lebih kuat dipengaruhi oleh faktor lingkungan daripada faktor genetik karena pertumbuhan diameter tanaman merupakan fungsi dari ruang tumbuh. Tanaman yang ditanam dengan jarak tanam yang lebar akan mendapatkan cahaya yang lebih banyak dan pertumbuhan tanaman cenderung ke samping atau pertumbuhan diameter (Marjenah, 2000). Sedangkan menurut Lakitan (1996) faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman adalah suhu dan intensitas cahaya. Laju pertumbuhan tinggi tanaman lebih cepat jika tanaman tumbuh pada tapak dengan intensitas cahaya rendah untuk memperoleh cahaya yang cukup untuk aktivitas fisiologisnya (Marjenah, 1998). Oleh karena tanaman ulin ditanam pada tapak dan jarak tanam yang relatif seragam, maka variasi sifat pertumbuhan yang muncul merupakan ekspresi dari variasi genetik masing-masing provenan.

Informasi ini penting untuk menentukan provenan yang cocok untuk pengembangan penanaman ulin pada lokasi dengan kondisi lingkungan seperti pada KHDTK Sumberwringin, Bondowoso. Berdasarkan hasil penelitian ini, provenan Durian Luncuk (Jambi) menunjukkan persentase hidup dan kinerja pertumbuhan yang terbaik. Namun demikian, karena ulin memiliki daur hidup yang panjang (Soerianegara and Lemmens, 1994) dan pertumbuhan yang lambat (Peluso, 1992; Soerianegara and Lemmens, 1994; Efendi, 2006; Junaidah et al., 2006; Wahjono dan Imanuddin (2011), menyebabkan sifat kuantitaif pertumbuhan pada umur 6,5 tahun kemungkinan besar masih bisa berubah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran lebih lanjut untuk melihat konsistesi sifat kuantitaif pertumbuhan tanaman ulin sampai umur tanaman mencapai sepertiga daur.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Terdapat variasi kinerja pertumbuhan antar provenan ulin di Bondowoso. Provenan Durian Luncuk (Jambi) menunjukkan persentase hidup dan kinerja pertumbuhan yang paling baik pada umur 6,5 tahun diikuti oleh provenan Belitung (Bangka Belitung) dan Samboja (Kalimantan Timur). Provenan Sanggau (Kalimantan Barat) menunjukkan persentase hidup dan pertumbuhan yang kurang menjanjikan dibandingkan dengan tiga provenan lainnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Mudji Susanto, Lukman Hakim dan Anis Fauzi yang telah melakukan eksplorasi materi genetik dan membangun plot uji provenan ini; Burhan Ismail, Yuliah, Rusdi Elvia, Peri Mandala Putra dan Budiono yang telah membantu melakukan pengumpulan data di lapangan.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Aubry, C.A., W.T. Adams, W.T. and T.Y. Fahey. 1998. Determination of relative economic weights for multitrait selection in coastal Douglas-fir. Can. J. For. Res. 28: 1164–1170. BBPBPTH. 2011. Sekilas Tentang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Sumberwringin.

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Curran, L.M., S.N. Trigg, A.K. McDonald, D. Astiano, Y.M. Hardiono, P. Siregar, I. Caniago

and Kasischke. 2004. Lowland forest loss in protected areals of Indonesia Borneo. Science 303(5660):1000-1003.

Daniel, T.W., J.A. Helms and F.S. Baker. 1987. Principle of Silviculture. Terjemahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Efendi, R. 2006. Teknik Silvikultur Ulin. Prosiding Workshop Sehari: Peran Litbang Dalam Pelestarian Ulin. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman dan Tropenbos Internasional Indonesia. Samarinda, 20 Desember 2006.

Hakim, L. 2007. Evaluasi awal variasi pertumbuhan empat provenan ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) Kalimantan di Bondowoso. Thesis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Hakim, L., A. Fiani, Prastyono, B. Ismail, D.E. Pramono dan A. Setiawan. 2010. Konservasi sumber daya genetik jenis Eboni (Diospyros celebica) dan ulin (Eusideroxylon zwagery). Laporan Hasil Penelitian. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

IUCN 2011. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.2. diakses pada tanggal 16 December 2011.

Junaidah, A. W. Nugroho, H. Siahaan dan A. Sofyan. 2006. Status Penelitian dan Pengembangan Ulin (Eusideroxylon zwageri T et. B) di Sumatera Bagian Selatan. Prosiding Workshop Sehari: Peran Litbang Dalam Pelestarian Ulin. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman dan Tropenbos Internasional Indonesia. Samarinda.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Gramedia. Jakarta.

Marjenah. 1998. Pertumbuhan dan Respon Morfologi Shorea pauciflora dan Shorea selanica Terhadap Perbedaan Intensitas Cahaya. Laporan Penelitian . Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman. Samarinda.

Marjenah. 2000. Pengaruh Perbedaan Intensitas Cahaya Terhadap Aktivitas Fisiologis Semai Shorea pauciflora dan Shorea selanica. Laporan Penelitian . Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman. Samarinda.

(8)

Extractive Rain Forest Product. Conservation Biology 6(2):210-219.

Qirom, M.A. 2006. Peranan Litbang dalam mendukung kegiatan pelestarian jenis ulin di Kalimantan Selatan. Prosiding workshop sehari: Peran Litbang danalam pelestarian ulin. Kerjasama Pusat Litbang Pengembangan Hutan Tanaman dan Tropenbos International Indonesia. Samarinda, 20 Desmber 2006.

Rimbawanto, A., A. Y. P. B. C. Widyatmoko dan Harkingto. 2006. Keragaman Populasi E. zwageri Kalimantan Timur berdasarkan Penanda RAPD. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 3(3):193-200.

Sidiyasa, K. 2011. Sebaran, potensi dan pengelolaan ulin di Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional Status Konservasi dan Formulasi Strategi Konservasi Jenis-jenis Pohon yang Terancam Puna (Ulin, eboni dan Michelia). Bogor, 18-19 Januari 2011.

Soerianegara, I. and R. H. M. Lemmens. 1994. Timber Trees : Major Commercial Timbers. PROSEA. Bogor.

Soerianegara, I. 1970. Pemuliaan Hutan. Laporan No 104. Lembaga Penelitian Hutan Bogor. Sulistyawati, P., A.Y.P.B.C. Widyatmoko dan A. Rimbawanto. 2005. Studi keragaman genetik

empat populasi Eusideroxylon zwageri menggunakan penanda RAPD. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Produktivitas Hutan: Peran Konservasi Sumber Daya Genetik, Pemuliaan dan Silvikultur dalam Mendukung Rehabilitasi Hutan. Fakultas Kehutanan UGM dan ITTO. Yogyakarta.

Sumargo, W., S.G. Nanggara, F.A. Nainggolan dan I. Apriani. 2001. Potret keadaan hutan Indonesia periode tahun 2000-2009. Forest Watch Indonesia.

Wahjono, D. dan R. Imanuddin. 2011. Sebaran, Potensi dan Pertumbuhan/Riap Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn) di Hutan Alam Bekas tebangan di Kalimantan. Prosiding Lokakarya Nasional Status Konservasi dan Formulasi Strategi Konservasi Jenis-jenis Pohon yang Terancam Puna (Ulin, eboni dan Michelia). Bogor, 18-19 Januari 2011.

Widyatmoko, A.Y.P.B.C., I.L.G. Nurtjahjaningsih dan Prastyono. 2011. Studi Keragaman Genetik pada Beberapa Jenis Terancam Punah (Endangered Species) Menggunakan Penanda RAPD. Prosiding Lokakarya Nasional Status Konservasi dan Formulasi Strategi Konservasi Jenis-jenis Pohon yang Terancam Puna (Ulin, eboni dan Michelia). Bogor, 18-19 Januari 2011.

Williams, E. R., A. C. Matheson and C. E. Harwood. 2002. Experimental Design and Analysis For Tree Improvement. Second edition. CSIRO Publishing. Victoria.

Gambar

Tabel 2.   Hasil uji DMRT diameter pangkal batang dan tinggi tanaman ulin pada uji provenan  di Bondowoso pada umur 6,5 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pemberian kulit umbi kayu (Manihot utilissima pohl) yang difermentasi dengan kapang Penicillium sp dalam ransum terhadap performa broiler..

Sehingga pelaksanaan sistem presidensial dapat diterapkan secara murni, tentu akan dapat menciptakan pemerintahan yang kuat didalam menjalankan pemerintahan serta

Diisi dengan nama paket pekerjaan, lokasi tempat pelaksanaan pekerjaan, nama dan alamat/telepon dari Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen, nomor/tanggal dan

Böylelikle bu çocuk, sadece saldırgan babayla özdeşleşme ve bunun sonucu olarak onun suçunu ve sorumluluğunu üstlenme nedeniyle değil, yanı sıra kurban durumunda olan

value dilihat dari nilai fisher yang di dapatkan ρ value 0,487 yang berarti ρ value lebih dari 0,05 (0,487 > 0,05 ), sehingga Ho : p = 0 yaitu tidak ada hubungan antara

SPSS adalah salah satu program yang paling banyak digunakan untuk analisis statistika ilmu sosial. SPSS digunakan oleh peneliti pasar, peneliti kesehatan, perusahaan survei,

Dalam suku > k ijārah al -muntahiya bittamli < k atau ijārah sale and lease back , penjualan aset tidak disertai penyertaan fisik aset tetapi yang dialihkan

Dengan metodologi perancangan, melakukan surve lapangan pada PTPN II Kwala Madu untuk memperoleh data-data yang diperlukan, dan mengolah data-data yang didapat