• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STUDI LITERATUR. II.1. Penganggaran Pembangunan melalui Pagu Anggaran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II STUDI LITERATUR. II.1. Penganggaran Pembangunan melalui Pagu Anggaran."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

STUDI LITERATUR

II.1. Penganggaran Pembangunan melalui Pagu Anggaran.

Dalam GBHN disebutkan bahwa pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah. Pembangunan tersebut harus dilaksanakan secara serasi dan terpadu antar sektor maupun antara pembangunan sektoral dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air.

Berhubungan dengan hal tersebut maka Pemerintah Daerah Propinsi menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi guna merencanakan pembangunan. Penyusunan anggaran tersebut harus ditata dalam suatu sistem anggaran yang mampu meningkatkan penyelenggaraan daerah, baik tugas umum pemerintahan maupun tugas pembangunan.

Salah satu sistem anggaran yang dipakai oleh pemerintah daerah adalah pagu anggaran. Aspek pagu anggaran merupakan suatu hal yang legal bagi administrasi negara dalam hal penganggaran pembangunan. Pagu anggaran merupakan batas tertinggi yang ditetapkan pemerintah dalam pengganggaran pembangunan yang diajukan oleh satuan kerja melalui DIP/PO/DASK/RKAP/dokumen lain yang dipersamakan. Di dalam Keputusan Presiden No.80 tahun 2003 pada Lampiran I Bab I yang mengatur tentang persiapan pengadaan barang/jasa pemerintah termasuk didalamnya pembangunan bangunan gedung negara, Pasal A.3 dijelaskan bahwa dalam menyusun rencana biaya pekerjaan/kegiatan, pengguna barang/jasa dalam membuat rincian biaya pekerjaan tidak melampaui pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen anggaran.

II.2. Definisi dan Klasifikasi Bangunan Gedung

Menurut UURI No. 28/2002, bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya

(2)

berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Dalam UU tersebut, bangunan gedung diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar II.1 berikut:

Gambar II.1. Klasifikasi Bangunan Gedung Berdasarkan UURI No. 28/2002 Sedangkan, klasifikasi bangunan gedung negara diatur dalam Kepmen Kimpraswil No. 332/KPTS/M/2002. Berdasarkan Kepmen tersebut, bangunan gedung negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan atau APBD, dan atau sumber pembiayaan lainnya, antara lain seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan rumah negara. Bangunan gedung negara diklasifikasikan pada Tabel II.1 berikut:

Tabel II.1. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara (KepMen No.332/2002)

Kelas Penggunaan Bangunan

Sederhana

• Gedung kantor yang sudah ada desain prototipenya, atau bangunan gedung kantor dengan jumlah lantai sampai dengan 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2 ;

• Bangunan rumah dinas tipe C,D, dan E yang tidak bertingkat ; • Gedung pelayanan kesehatan, puskesmas ;

• Gedung pendidikan tingkat dasar dan atau lanjutan dengan jumlah lantai sampai dengan 2 lantai.

(3)

Kelas Penggunaan Bangunan

Tidak Sederhana

• Gedung kantor yang belum ada desain prototipenya atau bangunan gedung kantor dengan jumlah lantai di atas 2 lantai dengan luas di atas 500 m2 ;

• Bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C,D, dan E yang bertingkat ;

• Gedung Rumah Sakit Klas A,B,C dan D ;

• Gedung Pendidikan tinggi; universitas/akademi; atau gedung pendidikan dasar/lanjutan bertingkat di atas 2 lantai.

Khusus

• Istana negara dan rumah jabatan presiden & wakil presiden; • Wisma negara ;

• Gedung instalasi nuklir ; • Gedung laboratorium ;

• Gedung terminal udara/laut/darat, dll

II.3. Pembiayaan Pembangunan Bangunan Gedung Negara

Kepmen Kimpraswil No. 332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara mengatur khusus mengenai pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara yaitu terdapat dalam Bab IV. Anggaran biaya pembangunan bangunan gedung negara ialah anggaran yang tersedia dalam Dokumen Pembiayaan yang berupa Daftar Isian Proyek (DIP)/DIP Suplemen, atau Rencana Anggaran lainnya, yang terdiri atas :

• Komponen biaya konstruksi fisik, yaitu besarnya biaya yang dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan konstruksi fisik bangunan gedung negara yang dilaksanakan oleh pemborong secara kontraktual dari hasil pelelangan, penunjukan langsung, atau pemilihan langsung.

• Komponen biaya manajemen/pengawasan konstruksi, yaitu besarnya biaya maksimum yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan manajemen konstruksi pembangunan bangunan gedung negara, yang dilakukan oleh konsultan manajemen konstruksi secara kontraktual dari hasil pelelangan, penunjukan langsung, atau pemilihan langsung.

• Komponen biaya perencanaan konstruksi, Yaitu besarnya biaya maksimum yang dapat digunakan untuk membiayai perencanaan bangunan gedung negara, yang dilakukan oleh konsultan perencana secara kontraktual dari hasil pelelangan, penunjukan langsung, atau pemilihan

(4)

langsung. Besarnya biaya perencanaan dihitung berdasarkan nilai total keseluruhan bangunan.

• Komponen biaya pengelolaan proyek, yaitu besarnya biaya maksimum yang dapat digunakan untuk membiayai pengawasan pembangunan bangunan gedung negara, yang dilakukan oleh konsultan pengawas secara kontraktual dari hasil pelelangan, penunjukan langsung, atau pemilihan langsung.

Pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara digolongkan pembiayaan pembangunan untuk pekerjaan standar (yang ada standar harga satuan tertingginya) dan pembiayaan pembangunan untuk pekerjaan non-standar (yang belum tersedia standar harga satuan tertingginya).

Standar Harga Satuan Tertinggi merupakan biaya per-m2 konstruksi fisik maksimum untuk pembangunan bangunan gedung negara, khususnya untuk

pekerjaan standar bangunan gedung negara, yang meliputi pekerjaan struktur, arsitektur, finishing dan utilitas bangunan gedung negara. Sedangkan bagi pekerjaan Non Standar ada perhitungan biayanya tersendiri.

Berikut komponen pekerjaan standar bangunan gedung negara untuk klasifikasi bangunan sederhana menurut KepMen Kimpraswil No.332/2002 :

Tabel II.2. Komponen Pekerjaan Standar Bangunan Gedung Negara (KepMen No.332/2002)

No. Komponen Pekerjaan % Komponen Pekerjaan BGN

1 Pondasi 5% - 10% 2 Struktur 25% - 35% 3 Lantai 5% - 10% 4 Dinding 7% - 10% 5 Plafond 6% - 8% 6 Atap 8% - 10% 7 Utilitas 5% - 8% 8 Finishing 10% - 15%

Dari Tabel II.2 di atas, hanya dijelaskan tentang komponen pekerjaan standar beserta prosentasenya saja. Untuk komponen pekerjaan pada level berikutnya tidak dijelaskan lebih lanjut. Dalam KepMen 332 ini, pekerjaan standar BGN hanya dibatasi ke dalam persyaratan bahan dan persyaratan struktur bangunan.

(5)

Berikut persyaratan bahan dan struktur bangunan yang terdapat dalam KepMen No.332/2002 tersebut :

Tabel II.3. Persyaratan Bahan Bangunan dan Struktur Bangunan Gedung Negara (KepMen No.332/2002)

No.

1 Bahan Penutup lantai Keramik, vinil, tegel PC

2 Bahan Dinding Luar Bata, batako diplester dan dicat, kaca dengan rangka kayu aluminium 3 Bahan Dinding Dalam Bata, batako diplester dan dicat, kaca, partisi kayu lapis

4 Bahan Penutup Plafond Kayu klas II, aluminium, gypsum 5 Bahan Penutup Atap Genteng, asbes, seng, sirap 6 Bahan Kusen dan Daun Pintu Kayu klas II dicat/aluminium

1 Pondasi Batu belah, kayu, beton bertulang K-200* 2 Struktur Lantai (bertingkat) Beton bertulang K-200, baja, Kayu klas kuat II** 3 Kolom Beton bertulang K-200, baja, Kayu klas kuat II** 4 Balok Beton bertulang K-200, baja, Kayu klas kuat II** 5 Rangka Atap Kayu Klas kuat II, baja

6 Kemiringan Atap Genteng min. 300, sirap min. 22.50, Seng min.150

Persyaratan Bahan Bangunan

Persyaratan Struktur Bangunan

Catatan * = disesuaikan dengan kondisi tanah/lahan, beban yang dipikulnya.

** = disesuaikan dengan kemajuan teknologi bahan bangunan, khususnya sumber daya setempat dengan tetap mempertimbangkan kekuatan dan keawetannya.

Standar Harga Satuan Tertinggi pembangunan bangunan gedung negara ditetapkan secara berkala untuk setiap Kabupaten/Kota oleh Bupati/Walikota setempat. Standar Harga Satuan Tertinggi ditetapkan untuk biaya pelaksanaan konstruksi fisik per m2 pembangunan bangunan gedung negara dan diberlakukan sesuai dengan klasifikasi, lokasi, dan tahun pembangunannya. Untuk mengetahui total biaya konstruksi fisik pekerjaan standar, harga satuan per m2 tersebut dikalikan dengan luas bangunan.

Standar Harga Satuan Tertinggi pembangunan bangunan gedung negara ini ditetapkan untuk biaya konstruksi fisik bangunan gedung negara, bukan harga keseluruhan bangunan gedung negara. Biaya-biaya perencanaan, pengawasan/manajemen konstruksi, dan biaya pengelolaan proyek yang bersangkutan, dihitung secara terpisah setelah didapatkan total biaya konstruksi fisik (harga satuan tertinggi per m2 dikalikan luas bangunan) dengan menggunakan prosentase atau tabel yang tercantum dalam Kepmen No.332 tahun 2002, seperti yang terlihat pada Tabel II.4, Tabel II.5, dan Tabel II.6 berikut :

(6)

Tabel II.4. Prosentase Komponen Biaya Pembangunan untuk Bangunan Sederhana

BIAYA KONSTRUKSI FISIK 100 250 500 1.000 2.000 5.000 10.000 20.000 50.000 100.000 200.000 (JUTA RUPIAH) s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d 100 250 500 1.000 2.000 5.000 10.000 20.000 50.000 100.000 200.000 500.000 KOMPONEN KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1. PERENCANAAN 8,23 6,83 5,63 4,65 3,90 3,28 2,82 2,44 2,16 1,94 1,80 KONSTRUKSI 8,23 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d (dalam %) 6,83 5,63 4,65 3,90 3,28 2,82 2,44 2,16 1,94 1,80 1,72 2. PENGAWASAN 5,35 4,62 3,90 3,27 2,73 2,27 1,92 1,65 1,43 1,26 1,18 KONSTRUKSI 5,35 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d (dalam %) 4,62 3,90 3,27 2,73 2,27 1,92 1,65 1,43 1,26 1,18 1,14 3. PENGELOLAAN 1,75 1,45 1,16 0,86 0,65 0,50 0,37 0,28 0,21 0,18 0,14 PROYEK 1,75 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d (dalam %) 1,45 1,16 0,86 0,65 0,50 0,37 0,28 0,21 0,18 0,14 1,14

Sumber : Kepmen Kimpraswil 332/KPTS/M/2002

Tabel II.5. Tabel Prosentase Komponen Biaya Pembangunan untuk Bangunan Tidak Sederhana

BIAYA KONSTRUKSI FISIK 100 250 500 1.000 2.000 5.000 10.000 20.000 50.000 100.000 200.000 (JUTA RUPIAH) s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d 100 250 500 1.000 2.000 5.000 10.000 20.000 50.000 100.000 200.000 500.000 KOMPONEN KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1. PERENCANAAN 9,00 7,55 6,35 5,37 4,55 3,92 3,42 3,02 2,72 2,50 2,32 KONSTRUKSI 9,00 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d (dalam %) 7,55 6,35 5,37 4,55 3,92 3,42 3,02 2,72 2,50 2,32 2,25 2. MANAJEMEN 7,25 6,20 5,25 4,50 3,80 3,25 2,80 2,48 2,19 2,00 1,89 KONSTRUKSI 7,25 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d (dalam %) 6,20 5,25 4,50 3,80 3,25 2,80 2,48 2,19 2,00 1,89 1,84 atau PENGAWASAN 6,00 5,20 4,45 3,80 3,20 2,70 2,30 2,00 1,78 1,60 1,50 KONSTRUKSI 6,00 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d (dalam %) 5,20 4,45 3,80 3,20 2,70 2,30 2,00 1,78 1,60 1,50 1,45 3. PENGELOLAAN 1,90 1,50 1,20 0,90 0,68 0,53 0,40 0,30 0,23 0,19 0,17 PROYEK 1,90 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d (dalam %) 1,50 1,20 0,90 0,68 0,53 0,40 0,30 0,23 0,19 0,17 0,15

Sumber : Kepmen Kimpraswil 332/KPTS/M/2002

Tabel II.6. Tabel Prosentase Komponen Biaya pembangunan untuk Bangunan Khusus

BIAYA KONSTRUKSI FISIK 100 250 500 1.000 2.000 5.000 10.000 20.000 50.000 100.000 200.000 (JUTA RUPIAH) s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d 100 250 500 1.000 2.000 5.000 10.000 20.000 50.000 100.000 200.000 500.000 KOMPONEN KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1. PERENCANAAN 9,75 8,20 6,89 5,85 5,00 4,35 3,85 3,45 3,10 2,90 2,75 KONSTRUKSI 9,75 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d (dalam %) 8,20 6,89 5,85 5,00 4,35 3,85 3,45 3,10 2,90 2,75 2,70 2. PENGAWASAN 7,95 6,68 5,70 4,87 4,15 3,60 3,10 2,77 2,49 2,30 2,17 KONSTRUKSI 7,95 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d (dalam %) 6,68 5,70 4,87 4,15 3,60 3,10 2,77 2,49 2,30 2,17 2,12 3. PENGELOLAAN 1,90 1,44 1,18 0,86 0,80 0,55 0,43 0,34 0,26 0,21 0,17 PROYEK 1,90 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d (dalam %) 1,50 1,20 0,90 0,68 0,53 0,40 0,30 0,23 0,19 0,17 0,15 Sumber : Kepmen Kimpraswil 332/KPTS/M/2002

Untuk pekerjaan non standar bangunan gedung negara, besarnya biaya untuk pekerjaan tersebut dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar serta pajak-pajak yang berlaku, dengan terlebih dahulu

(7)

berkonsultasi dengan instansi teknis setempat (Dinas Bangunan). Besarnya perencanaan, manajemen konstruksi/pengawasan non standar, dihitung berdasarkan billing rate dengan ketentuan yang tercantum dalam Keputusan Bupati/Walikota setempat. Adapun besarnya biaya tertinggi pekerjaan non standar maksimum sebesar 250% dari pekerjaan standar dalam hal penyusunan anggaran.

Komponen pekerjaan yang termasuk non standar adalah pekerjaan khusus

kelengkapan bangunan seperti peralatan lift, peralatan tata udara, generator, pompa listrik, peralatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran, pencegahan dan penanggulangan bahaya serangga dan jamur, peralatan telepon/PABX, peralatan penangkal petir khusus, perabotan, fasilitas penyandang cacat, dan lain-lain.

II.4. Estimasi Penganggaran menurut Kepmen No.332/2002

Pada proses estimasi penganggaran menurut Kepmen Kimpraswil No.332/2002 setidaknya ada dua pihak yang terlibat. Pihak tersebut adalah Pemegang Mata Anggaran yang membutuhkan bangunan gedung dan Pemerintah Kabupaten/Kota tempat bangunan gedung tersebut akan dibangun.

Pemegang Mata Anggaran (PMA) adalah instansi yang menyelenggarakan pembangunan bangunan gedung negara untuk keperluan dinas, sebagai instansi yang mempunyai program dan pembiayaan pembangunan, baik berupa instansi pusat, instansi daerah, maupun badan usaha, yaitu :

1) Instansi Pusat meliputi Departemen, Kantor Menteri Negara, Lembaga Tinggi/ Tertinggi Negara, Lembaga Pemerintah Non Departemen;

2) Instansi Daerah meliputi instansi-instansi di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi, Lembaga Legislatif Daerah Provinsi, serta Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Lembaga Legislatif Daerah Kabupaten/Kota;

3) Badan Usaha meliputi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Pemegang Mata Anggaran bertanggung jawab untuk menyusun program dan kebutuhan biaya pembangunan yang diperlukan, melaksanakan pembangunan,

(8)

mengendalikan pembangunan, memanfaatkan, dan memelihara, serta merawat bangunan yang telah selesai.

Penyusunan program dan pembiayaan pembangunan adalah merupakan tahap awal proses penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung negara, yang merupakan kegiatan menentukan program kebutuhan ruang dan fasilitas bangunan yang diperlukan sesuai dengan fungsi dan tugas pekerjaan dari instansi yang bersangkutan, serta penyusunan kebutuhan biaya pembangunannya.

Penyusunan program dan pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara disusun oleh instansi yang memerlukan bangunan gedung negara, yaitu Pemegang Mata Anggaran. Penyusunan program kebutuhan dan pelaksanaan pembangunan bangunan gedung negara dilakukan dengan:

• menentukan kebutuhan luas ruang bangunan yang akan dibangun, antara lain: ruang kerja, ruang sirkulasi, ruang penyimpanan, ruang mekanikal/elektrikal, ruang pertemuan, dan ruang-ruang lainnya yang disusun sesuai kebutuhan dan fungsi bangunan gedung.

• menentukan kebutuhan prasarana dan sarana bangunan gedung, antara lain: kebutuhan parkir, sarana penyelamatan, utilitas bangunan, sarana transportasi, jalan masuk dan keluar, aksesibilitas bagi penyandang cacat, drainase dan pembuangan limbah, serta prasarana dan sarana lainnya sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan gedung.

• menentukan kebutuhan lahan bangunan. • menyusun jadwal pelaksanaan pembangunan.

Penyusunan program kebutuhan dilakukan dengan mengikuti pedoman, standar, dan petunjuk teknis pembangunan bangunan gedung negara yang berlaku. Penyusunan program kebutuhan bangunan gedung negara yang belum ada disain prototipenya dan luasnya bangunannya di atas 1.500 m2, dapat menggunakan jasa konsultan ahli, sebagai pekerjaan non-standar.

Berdasarkan program kebutuhan yang telah ditetapkan, selanjutnya disusun kebutuhan pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara yang bersangkutan, yang terdiri atas:

(9)

1) biaya pelaksanaan konstruksi fisik, 2) biaya perencanaan konstruksi,

3) biaya manajemen konstruksi atau pengawasan konstruksi, dan 4) biaya pengelolaan proyek.

Penyusunan pembiayaan bangunan gedung negara didasarkan pada standar harga per-m2 tertinggi bangunan gedung negara yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II tempat bangunan gedung akan dibangun. Untuk penyusunan program dan pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara yang belum ada standar harganya atau memerlukan penilaian khusus, harus dikonsultasikan kepada Instansi Teknis setempat. Dari keempat komponen biaya di atas, diperoleh estimasi biaya total keseluruhan konstruksi bangunan gedung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar II.2 berikut :

Gambar II.2. Proses Estimasi Biaya Penganggaran menurut Kepmen Kimpraswil No.332/2002

(10)

II.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Pembangunan

Kondisi ekonomi, geografis dan tersedianya sumber daya suatu daerah dan daerah lainnya menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan fisik dan non fisik dari suatu daerah terhadap daerah lainnya. Hal yang demikian menyebabkan juga perbedaan besarnya biaya pembangunan bangunan gedung negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya biaya pembangunan antara lain :

1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi ini merupakan faktor yang tidak pasti dalam mengestimasi suatu biaya konstruksi, karena perilaku dan kecenderungan serta pertumbuhannya tidak dapat diramalkan secara pasti. Penyebabnya terkait dengan perkembangan ekonomi global, serta kondisi kesejahteraan suatu negara. Tolak ukur dari perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah antara lain dapat dilihat dari perkembangan PDB (Produk Domestik Bruto) atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) serta laju inflasi.

2. Faktor Lokasi.

Kondisi georafis dari suatu lokasi secara langsung akan mempengaruhi desain bangunan mulai dari pondasi, dinding, lantai maupun atap, baik konstruksi maupun finishingnya. Hal tersebut menyebabkan biaya pembangunan yang dibutuhkan menjadi tinggi atau rendah.

Makin sederhana desain bangunan yang sesuai dengan kondisi lokasi, makin rendah biaya pembangunannya, sebaliknya untuk lokasi-lokasi yang memerlukan desain dengan penyelesaian khusus terhadap kondisi lokasi akan menyebabkan biaya pembangunan tinggi.

3. Faktor Sumber daya.

Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dalam pembangunan bangunan pada suatu daerah, baik sumber daya bahan bangunan maupun tenaga kerja akan menyebabkan tinggi rendahnya biaya pembangunan.

Suatu daerah yang kaya akan sumber daya bahan bangunan maupun tenaga kerja akan memberikan kemudahan dibanding dengan daerah yang kondisinya sulit atau sedikit sumber dayanya. Tingkat kemudahan tersebut akan mempengaruhi biaya tambahan untuk mendatangkan sumber daya sehingga akan mempertinggi biaya pembangunan.

(11)

4. Faktor Transportasi dan lain-lain.

Faktor transportasi dipengaruhi langsung oleh sarana dan prasarana transportasi yang ada baik transportasi darat, laut, sungai maupun udara. Makin sulit suatu daerah dijangkau maka biaya pembangunan akan semakin tinggi.

Sebagai ilustrasi, daerah kepulauan yang mendatangkan bahan bangunan dan tenaga kerja dari daerah lain akan memerlukan biaya pembangunan yang lebih tinggi, demikian pula daerah perbukitan, pegunungan yang belum ada sarana transportasinya diperlukan angkutan pesawat udara atau kuda.

II.6. Proses Penyusunan Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung

Ada beberapa tahapan dalam penyusunan harga satuan tertinggi bangunan gedung negara (Dep.PU Cipta Karya, 1998), antara lain :

1. Tahap Penyusunan Model Desain Teknis (Technical Design Model);

Model desain teknis merupakan gabungan model bangunan dari berbagai desain yang mewakili berbagai kondisi bangunan di lapangan. Penyusunan model teknis bangunan gedung dilakukan hanya sekali untuk seluruh proses perhitungan harga satuan baik untuk tahun yang bersangkutan dan seterusnya. Untuk dapat menyusun model teknis bangunan gedung yang akan dibangun di daerah yang bersangkutan, dilakukan pendataan teknis bangunan gedung di daerah tersebut. Data teknis bangunan gedung meliputi data penggunaan bahan/komponen bangunan, jenis konstruksi, produktivitas penyelenggara pembangunan dan lain-lain.

Berbagai alternatif data teknis tersebut diambil rata-rata volume bahan bangunan dan upah kerja per-m2 bangunan dan kemudian disusun model teknis bangunan gedung yang secara umum dapat mewakili seluruh bangunan gedung di Indonesia dengan beberapa alternatif baik dari segi bentuk arsitektur maupun segi desain (akibat bentuk site). Volume bahan dan upah kerja per m2 bangunan inilah yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung harga satuan per m2 bangunan gedung.

Untuk bangunan Gedung Kantor, dengan cara mengambil beberapa desain gedung kantor pemerintah yang pernah dilaksanakan dari berbagai jumlah lantai, mulai dari gedung berlantai 1 sampai dengan gedung multi lantai.

(12)

2. Tahap Pengumpulan Data Harga Bahan Bangunan dan Upah Kerja;

Harga atau biaya pembangunan suatu bangunan terdiri atas dua biaya pokok yaitu : biaya bahan bangunan dan biaya untuk upah kerja. Untuk itu perlu diadakan pendataan/survei harga bahan bangunan dan upah kerja di daerah yang bersangkutan. Pendataan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja dilakukan secara periodik setiap triwulan untuk mengetahui trend kenaikan/fluktuasi perubahan harga bahan bangunan dan upah kerja.

Kebijakan (policy) untuk menyempurnakan harga satuan dipandang perlu jika harga satuan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan harga bahan dan upah kerja di lapangan. Oleh sebab itu harga satuan bangunan gedung negara perlu ditinjau/ditetapkan secara berkala pada masing-masing lokasi.

3. Proses Perhitungan Harga Satuan dan cara penetapan Harga Satuan;

Dari model teknis gedung kantor pemerintah didapat volume bahan dan upah kerja (bill of quantity) dari tiap m2 bangunan.

Dengan memasukkan data harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja dari hasil pendataan pada waktu tertentu (data entry), data tersebut dapat diproses dengan menggunakan program komputer. Setiap data harga bahan bangunan dan upah kerja yang masuk tiap triwulan langsung diproses perhitungannya dengan komputer untuk mengetahui harga per m2 bangunan gedung pemerintah pada waktu yang bersangkutan. Dari hasil perhitungan ini bisa dibandingkan dengan hasil perhitungan pendataan triwulan sebelumnya untuk mengetahui prosentase kenaikan biaya pembangunan dalam waktu satu tahun. Hasil perhitungan harga per m2 bangunan gedung pemerintah ini dipakai sebagai

usulan untuk penetapan harga satuan per m2 bangunan gedung kantor pemerintah untuk tahun berikutnya.

Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, serta berdasar Surat Edaran Bersama Departemen Keuangan dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor : S – 1047/ A / 2000, 1202/D.II/03/2000 mulai tahun anggaran 2000 penyusunan Harga Satuan

(13)

Bangunan Gedung Negara serta Keputusan Presiden Nomor: 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN pada pasal 14 ayat 4 butir d yang menyatakan bahwa Harga Satuan Pembangunan Bangunan dilimpahkan penuh kepada Pemerintah Kabupaten /Kota berdasarkan spesifikasi teknis yang diterbitkan oleh instansi teknis setempat (Dinas Bangunan). Hal tersebut berimplikasi pada penyediaan harga satuan beserta seluruh proses yang mendahului (pendataan dan pengolahan) maupun proses ikutannya (penerbitan harga satuan pekerjaan).

Tabel II.7. berikut adalah contoh perhitungan Harga Satuan Tertinggi yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah Kota Jakarta Selatan tahun 2003 untuk gedung tidak bertingkat :

Tabel II.7. Perhitungan HST BGN Pemda Jakarta Selatan

No KEBUTUHAN Satuan Harga Volume Jumlah

KEBUTUHAN BAHAN DAN UPAH BAHAN A BAHAN PASANGAN Pasir beton m3 100,000 0.1278 12,780.00 Pasir pasang m3 90,000 0.2781 25,029.00 Pasir urug m3 70,000 0.1121 7,847.00 Semen PC (50 kg) zak 29,000 2.3285 67,526.50 Kerikil beton uk 2/3 cm m3 100,000 0.2028 20,280.00 Kerikil koral m3 90,000 0.0050 450.00 B BAHAN PASANGAN

Batu kali/ batu belah/ batu gunung m3 90,000 0.2150 19,350.00

C BAHAN LANTAI

Keramik 30x30 m2 30,000 1.0395 31,185.00

D BAHAN DINDING

Batu bata bh 200 99.3850 19,877.00

E BAHAN PENUTUP LANGIT-LANGIT

Kayu lapis 4 mm 120x240 bh 33,000 0.8803 29,049.90

F BAHAN PENUTUP ATAP

Bubungan genteng plentong bh 3,500 0.8803 3,081.05

Genteng plentong bh 500 30.0390 15,019.50

Seng datar BJLS 0,3 m 17,000 0.0185 314.50

G BAHAN KAYU

Kayu balok klas II (kamper banjar) m3 2,000,000 0.1557 311,400.00 Kayu papan klas II (kamper banjar) m 2,800,000 0.0013 3,640.00 Kayu papan klas III (kamper medan) m 1,500,000 0.0495 74,250.00 Kayu papan klas IV (borneo super) m 1,500,000 0.0014 2,100.00

(14)

No KEBUTUHAN Satuan Harga Volume Jumlah Kayu lapis 4 mm 8"x4" lbr 30,000 0.1349 4,047.00

H BAHAN BESI

Besi beton polos dia. 10 mm kg 3,100 24.9228 77,260.68

Kawat beton kg 7,500 1.2712 9,534.00

Paku 3-7 cm kg 7,000 0.2476 1,733.20

I BAHAN SANITAIR DAN SALURAN AIR

Bak reservoir fibre glass kap 1000 ltr bh 825,000 0.0036 2,970.00

Buis beton 1/2 dia 20 cm bh 6,000 0.1132 679.20

Pipa PVC dia 1/2" MASPION m 1,947 0.0143 27.84

Pipa PVC dia 3/4" MASPION m 2,343 0.0286 67.01

Pipa PVC dia 2" MASPION m 45,225 0.0430 1,944.68

Pipa PVC dia 4" MASPION m 36,000 0.0358 1,288.80

Kloset duduk keramik INA bh 900,000 0.0012 1,080.00

Kloset jongkok keramik standar putih Toto

bh 193,000 0.0072 1,389.60

Urinoar keramik standar toto bh 815,000 0.0072 5,868.00

Wastafel gantung keramik INA bh 107,500 0.0012 129.00

J BAHAN FINISHING Cat dinding kg 22,000 0.5346 11,761.20 Cat kayu kg 23,000 0.3680 8,464.00 K BAHAN LAIN-LAIN Kaca bening 5 mm m2 65,000 0.0376 2,444.00 UPAH Mandor org 43,330 0.2976 12,895.01

Kepala tukang org 37,140 0.2015 7,483.71

Tukang batu org 30,950 0.5053 15,639.04

Laden tukang batu org 24,760 0.4043 10,010.47

Tukang besi org 30,950 0.4763 14,741.49

Laden tukang besi org 24,760 0.3402 8,423.35

Tukang kayu org 30,950 1.5298 47,347.31

Laden tukang kayu org 24,760 0.3718 9,205.77

Tukang cat org 30,950 0.4118 12,745.21

Laden tukang cat org 24,760 0.2314 5,729.46

Tukang bongkar org 24,760 0.1270 3,144.52

Tukang gali dan urug org 30,950 1.1271 34,883.75

Total Bahan dan Upah 956,116.73

Jasa Kontraktor + Overhead (10 % Total Bahan dan Upah) 95,611.67

PPh Pasal 21 dan 23 (2% dari Total Bahan & Upah) 19,122.33

PPn (10% dari Total Bahan & Upah) 95,611.67

Tingkat Inflasi ( 5 % Bahan ) 38,693.38

(15)

II.7. Inferensi Statistik Dalam Pengembangan Model

Jika kita telah mengetahui (atau mengasumsikan) fungsi distribusi dari suatu variabel acak dan nilai dari parameter-parameternya, maka probabilitas yang berkaitan dengan peristiwa yang didefinisikan oleh nilai-nilai dari variabel acak tersebut dapat dihitung. Probabilitas yang dihitung merupakan fungsi dari nilai-nilai parameter, di samping bentuk distribusi yang diasumsikan. Mengenai penentuan dari parameter-parameter, seperti misalnya nilai purata µ dan varians σ2 diambil berdasarkan data pengamatan. Misalnya, dalam menentukan kecepatan angin maksimum untuk perancangan bangunan tinggi, catatan sebelumnya dari kecepatan angin yang diukur pada atau di dekat lokasi bangunan merupakan hal yang penting. Berdasarkan data pengamatan tersebut, informasi mengenai distribusi dari probabilitas dapat disimpulkan, dan parameter-parameternya dihitung secara statistik.

Data statistik menyajikan informasi darimana model probabilitas dan parameter bersangkutan yang diperlukan dalam desain rekayasa, dapat dikembangkan atau dihitung. Apabila fungsi distribusi dan nilai parameter tidak diketahui dari suatu variabel acak (random variable), maka data-data hasil pengamatan harus dikumpulkan secara kontinu sehingga data tersebut dapat menyajikan informasi. Teknik-teknik dalam menurunkan informasi probabilitas dan untuk mengestimasi nilai-nilai dari parameter dari data pengamatan yang dikumpulkan disebut Metode Inferensi Statistik. Metode inferensi statistik ini menyajikan hubungan antara kenyataan dan model probabilitas yang ditentukan dalam analisis probabilitas. Peranan inferensi statistik dalam proses pengambilan keputusan secara sistematis ditunjukkan pada Gambar II.3 berikut :

(16)

Kenyataan

Pengumpulan data

Penaksiran parameter, pemilihan distribusi

Perhitungan probabilitas (penggunaan distribusi yang digambarkan dan parameter yang

ditaksir)

Informasi untuk pengambilan keputusan dan rancangan

Inferensi statistik

Gambar II.3. Peranan Inferensi Statistik dalam proses pengambilan keputusan Meskipun fungsi distribusi dan parameter-parameternya diketahui, kita belum dapat meramalkan dengan penuh kepastian terjadinya peristiwa tertentu. Hal ini disebabkan oleh keacakan yang inheren dari fenomena alami dan ketidaktepatan dalam penaksiran parameter dan memilih distribusi.

II.8. Pendekatan Klasik Terhadap Penaksiran Parameter

Penaksiran (estimasi) klasik terhadap parameter-parameter dibagi atas penaksiran titik (point) dan selang (interval). Penaksiran tidak berurusan dengan perhitungan suatu bilangan tunggal dari suatu kumpulan data pengamatan untuk menyatakan parameter dari populasi yang mendasarinya. Penaksiran selang melangkah lebih lanjut dengan penetapan suatu pernyataan keyakinan dalam besaran yang ditaksir.

(17)

II.8.1. Sampling Acak dan Penaksiran Titik

Metode yang dapat dipakai untuk menaksir parameter dari suatu variabel acak : • Metode momen (method of moments)

• Metode kecenderungan maksimum (method of maximum likelihood) Sifat-sifat yang diinginkan dari suatu penaksir titik :

• Tidak bias, maksudnya nilai ekspektasi dari suatu penaksir mendekati nilai parameternya,

• Konsistensi, yaitu dengan jumlah data (n) mendekati ∞, penaksir mendekati nilai parameter,

• Efesiensi, jika variansnya semakin kecil lebih efisien,

• Kecukupan (sufficiency), jika penaksir memanfaatkan semua informasi dalam sampel yang penting untuk melakukan penaksiran parameter.

Namun pada kenyatannya, dalam melakukan penaksiran, sifat-sifat tersebut tidak seluruhnya dipenuhi.

II.8.2. Penaksiran Selang Dari Nilai Purata

Taksiran titik dari nilai purata dan varians tidak memberikan informasi mengenai derajat ketepatan. Oleh karena itu, selang pada nilai suatu parameter itu berada sering digunakan untuk melengkapi taksiran titik. Selang-selang tersebut disebut selang keyakinan (confidence interval) dan metode taksirannya adalah penaksiran selang (interval estimation).

Sampel acak berukuran n, nilai-nilai x1, x2,…, xn, masing-masing dapat dianggap

sebagai nilai-nilai sampel dari sehimpunan variabel acak bebas X1, X2, …, Xn.

Fungsi-fungsi kerapatan dari X1, X2, …, Xn masing-masing adalah sama dengan

fungsi dari populasi X; yakni:

Dengan demikian, purata sampel juga merupakan suatu variabel acak :

( )

( )

( )

( )

1 1 2 2

...

n X X X n X

f x

=

f x

= =

f x

=

f x

1 1 n i i X X n = =

(18)

Nilai Ekspetasinya adalah :

Sehingga :

Karena adalah variabel acak, maka juga memiliki varians

Dimana X1, X2, …, Xn adalah bebas secara statistik (dalam sampling acak),

hingga:

Bila varians dari populasi diketahui, maka pernyataan probabilitas untuk variabel acak yang berada dalam suatu selang tertentu, adalah :

1 1 1 1 ( ) n i n ( )i i i E X E X E X n = n = ⎛ ⎞ = = ⎝

( )

1 E X n n μ μ = • = X X

( )

2 1 1 1 1

var var n i var n i

i i X X X n = n = ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ = =

⎠ ⎝

( )

( )

2 2 2 2 1 1 1 var var n i i X X n n n n σ σ = ⎛ ⎞ = = = ⎝

⎠ (X−μ)/

(

σ/ n

)

/ 2 / 2 1 P x k x k n n α σ μ α σ α ⎛ < ≤ += − ⎜ ⎟ ⎝ ⎠

Kerapatan

Luas=

a/2

Luas=

a/2

Luas = 1 -

-k

a/2

k

a/2 n X σ μ −

α

(19)

Bila tidak ada pengetahuan sebelumnya tentang varians populasi, selang keyakinan yang eksak untuk μ dapat ditentukan jika populasi yang mendasarinya merupakan distribusi Gauss. Dalam hal ini, diperlukan distribusi probabilitas dari . Ini dapat dibuktikan (misalnya, Freund, 1962) bahwa ia memiliki distribusi t (atau distribusi t dari Student) dengan (n-1) derajat kebebasan, yang fungsi kerapatannya adalah:

Dimana f adalah derajat kebebasan (degree of freedom).

Dengan demikian atas dasar ini kita dapat membentuk pernyataan probabilitas yang berikut untuk random variabel adalah :

Gambar II.5. Selang Keyakinan (1- α) dalam distribusi t

Selang yang dijelaskan sebelumnya adalah selang keyakinan dua arah karena mencakup batas atas dan bawah nilai purata. Dalam prakteknya, beberapa keadaan hanya memerlukan batas atas atau batas bawah saja.

(

X−μ

)

/ /

( )

S n

( )

(

)

(

)

(1/ 2)( 1) 2 1 / 2 1 / 2 f T f t f t t f f f π − + Γ⎡ + ⎤ ⎛ ⎞ = + − ∞ < < ∞ Γ

(

X −μ

)

/

(

S/ n

)

/ 2, 1 / 2, 1 1 / n n x P t t S n α α μ α − − − ⎛ < = − ⎜ ⎟ ⎝ ⎠

f

T

(t)

Luas= /2

Luas = 1 -

Luas= /2

-t

a/2

,f

t

a/2

,f

t

α

α

(20)

Dengan memisalkan nilai σ telah diketahui, batas ini diperoleh dengan cara membentuk pernyataan probabilitas berikut untuk variat standar normal

.

Dimana 1-α adalah tingkat keyakinan yang ditetapkan, dan kα = -1 (1-α) . Kemudian diperoleh:

Batas keyakinan bawah (1- α) untuk nilai purata adalah :

Batas keyakinan atas (1- α) untuk nilai purata adalah :

Jika ukuran sampel n ternyata kecil, dan deviasi standar populasi tidak diketahui, maka distribusi t harus digunakan untuk menentukan batas keyakinan atas dan bawah yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini, batas-batas keyakinan yang tepat adalah sebagai berikut :

Batas Keyakinan Bawah (1- α) :

Batas Keyakinan Atas (1- α) :

(

X−μ σ

)

/ /

( )

n 1 / X P k n α μ α σ ⎛ − = − ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ Φ 1 P X k n α σ μ α ⎛ = − ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ 1

)

x k

n

α α

σ

μ

− =

<

1

(

x k

n

α α

σ

μ

>

− =

+

1 , 1

)

x t

n

s

n

α α

μ

− =

<

1 , 1

(

x t

n

s

n

α α

μ

>

− =

+

(21)

Untuk selanjutnya penaksiran selang dengan batas keyakinan atas inilah yang akan dipakai dalam model Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung Negara.

Perhitungan yang selama ini dipakai oleh Pemerintah Kota/Kabupaten memakai metoda nilai Purata (mean) untuk menentukan harga masing-masing komponen dominan dan nilai kuantitas komponen dominan. Bila nilai Purata ini yang dipakai untuk nilai maksimum, tentunya terdapat nilai kesalahan (error) sebesar interval antara nilai rata-rata dengan nilai maksimum. Nilai maksimum dengan selang kepercayaan 95 % yang dipakai dalam model, berarti terdapat kesalahan sebesar 5% . Hal ini wajar sebab kita tidak dapat meramalkan dengan penuh kepastian terjadinya (atau tidak terjadinya) suatu peristiwa. Paling maksimal, kita hanya bisa mengatakan bahwa suatu peristiwa akan terjadi dengan probabilitas yang bersangkutan. Model yang akan dikembangkan :

...(II.1)

dengan :

HST = Harga Satuan Tertinggi

Qi = Kuantitas komponen dominan Bangunan Gedung

Ci = Harga komponen dominan Bangunan Gedung

Nilai Qi adalah nilai kuantitas dari komponen dominan bangunan gedung yang

diperoleh dari perhitungan statistik Confidence Level 90% dan 95%. Sedangkan nilai Ci adalah nilai harga komponen dominan bangunan gedung yang diperoleh

melalui survey harga pasar. Komponen dominan merupakan komponen dari bahan bangunan yang mempunyai bobot > 80% dari biaya total pekerjaan standar bangunan gedung. 1 n i i i

HST

Q xC

=

=

Gambar

Gambar II.1. Klasifikasi Bangunan Gedung Berdasarkan UURI No. 28/2002  Sedangkan, klasifikasi bangunan gedung negara diatur dalam Kepmen  Kimpraswil No
Tabel II.2. Komponen Pekerjaan Standar Bangunan Gedung Negara (KepMen  No.332/2002)
Tabel II.3. Persyaratan Bahan Bangunan dan Struktur Bangunan Gedung Negara  (KepMen No.332/2002)
Tabel II.5. Tabel Prosentase Komponen Biaya Pembangunan untuk Bangunan  Tidak Sederhana
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pisau analisis yang digunakan adalah Struktur Naratif ala Maranda yang memiliki konsep utama Terem dan Fungsi yaitu simbol yang dilengkapi dengan konteks

Dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Kota Malang, disebutkan bahwa yang dimaksud sebagai PKL

To my opinion, in order to get good result in English class, we have to translate the words. I have to know the – ed form, learn to speak in English. Writing is also important so

hasil validasi pengembangan media pembelajaran pada pokok bahasan struktur atom menggunakan program Powtoon diperoleh skor rata-rata hasil validasi media oleh tim

Melakukan assessment terhadap sumber daya manusia (SDM) TI yang terkait dengan peran dalam monitor dan evaluasi kinerja TI untuk mengetahui tingkat kompetensi

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena setiap manusia dapat mengalami gangguan pada kesehatan begitupun pada orang lansia dikarenakan memasuki usia lanjut

Maslow, dengan menganalisis motivasi tindakan yang tidak biasa yang dilakukan tokoh Mashiro Moritaka Pada komik Bakuman karya Oba Tsugumi berdasarkan tindakan untuk memenuhi

Makin tinggi suhu udara, makin kecil massa jenisnya dan makin rendah tekanan udara permukaan pada tempat ybs, oleh karena itu pada musim panas suhu benua lebih tinggi daripada