• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJIAN TENGAH SEMESTER ISLAM DALAM DISIPLIN ILMU. Dosen Pengampu : Ade Putri Muliya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJIAN TENGAH SEMESTER ISLAM DALAM DISIPLIN ILMU. Dosen Pengampu : Ade Putri Muliya"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

UJIAN TENGAH SEMESTER ISLAM DALAM DISIPLIN ILMU

Dosen Pengampu : Ade Putri Muliya

Disusun Oleh : Raisha Arliana H

1901019012 IDI 6C

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA 2021

(2)

Jawaban:

1. Pada tataran normativitas studi Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi keagamaan yang bersifat memihak , romantis, dan apologis, sehingga kadar muatan analisis, kritis, metodologis, historis, empiris, terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para peneliti tertentu yang masih sangat terbatas. Dengan demikian secara sederhana dapat ditemukan jawabannya bahwa dilihat dari segi normatif sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits, maka Islam lebih merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya paradigma ilmu – ilmu pengetahuan yaitu paradigma analitis, kiritis, metodologis, historis, dan empiris. Sebagai agama, Islam lebih bersifat memihak, romantis, apologis, dan subyektif. Sedangkan jika dilihat dari segi historis, yakni Islam dalam arti yang dipraktekkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu, yakni Ilmu Ke-Islaman, Islamic Studies, atau Dirasah Islamiyah.

2. Hal yang menyebabkan pasang surut suatu ilmu:

Pertama adalah agama Islam. Menurut Al-Hassan dan Hill, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini memberikan dorongan yang sangat kuat kepada umatnya untuk melakukan pencapaian-pencapaian di bidang sains dan teknologi. Alquran memerintahkan umat Islam agar menggunakan akalnya dalam mengamati hakikat alam semesta. Perintah semacam itu di antaranya termaktub dalam surah Arrum [30] ayat 22; Albaqarah [2] ayat 164; Ali Imran [3] ayat 190-191; Yunus [10] ayat 5; dan al-An'am [6] ayat 97. Firman Allah SWT juga sering disertai pertanyaan afala ta'qilun dan afala tatafakkarun (tidakkah kamu sekalian berpikir). Di samping itu, Islam telah menyatukan seluruh umatnya yang menyebar dari Cina hingga Samudra Atlantik di bawah pengaruh satu bahasa dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, semua orang bebas mengembara ke berbagai kota pusat ilmu pengetahuan, seperti Baghdad, Kairo, Cordoba, dan lain-lain, untuk belajar.

Kedua, pemerintah yang berpihak pada ilmu pengetahuan. Howard R Turner dalam Sains Islam yang Mengagumkan mengatakan bahwa pencapaian di bidang sains

(3)

dan teknologi sudah menjadi ciri-ciri umum semua dinasti Islam, baik itu dinasti kecil maupun besar. Hampir di setiap kota Islam, ketika itu, terdapat gerakan Arabisasi dan penerjemahan. Di samping itu, juga didirikan akademi-akademi, observatorium, dan perpustakaan.

Ketiga, bahasa Arab. Sejak awal pemerintahan Dinasti Umayyah, ilmu pengetahuan dari Yunani dan India diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Menurut Al-Hassan dan Hill, para sultan ketika itu sepenuhnya menyadari bahwa tidak mungkin ilmu pengetahuan berkembang di dunia Islam jika ilmu-ilmu tersebut tertulis dalam bahasa non-Arab. Melalui aktivitas terjemahan itu, ilmu pengetahuan menyebar tidak hanya di kalangan penguasa dan intelektual, tetapi juga di masyarakat awam. Melalui penerjemahan itu pula, muncul banyak istilah sains dan teknologi yang baru dari bahasa Arab. Bahkan, bahasa ini dapat dipakai untuk mengekspresikan istilah-istilah ilmu pengetahuan yang paling rumit sekalipun.

Keempat, pendidikan. Untuk memacu laju perkembangan ilmu pengetahuan itu, para khalifah mendirikan sekolah-sekolah, lembaga pendidikan tinggi, observatorium, dan perpustakaan. Perpustakaan yang sangat terkenal pada masa Dinasti Abbasiyah bernama Bayt Al-Hikmah (Rumah Kearifan). Perpustakaan ini, seperti dicatat banyak sejarawan Islam, memberikan sumbangan yang penting dalam penerjemahan karya-karya ilmuwan dari Yunani dan India ke dalam bahasa Arab. Salah seorang penerjemah buku-buku matematika dari Yunani adalah Tsabit bin Qurrah (836-901).

Kelima, penghormatan kepada ilmuwan. Al-Hassan dan Hill mencatat bahwa para ilmuwan pada era keemasan Islam mendapatkan perhatian yang besar dari kerajaan. Para ilmuwan masa itu dipenuhi kebutuhan finansialnya, bahkan diberi uang pensiun. Kebijakan ini diambil supaya mereka bisa mencurahkan waktu sepenuhnya untuk kegiatan mengajar, membimbing murid, menulis, dan meneliti.

Keenam, maraknya penelitian. Kerajaan mendorong para ilmuwan untuk melakukan penelitian di berbagai bidang. Salah satu contohnya adalah riset ilmu matematika oleh al-Khawarizmi. Sang ilmuwan telah menghasilkan konsep-konsep matematika yang begitu populer dan masih tetap digunakan hingga sekarang. Angka nol

(4)

yang ada saat ini kita kenal merupakan hasil penemuannya. Angka ini dibawa ke Eropa oleh Leonardo Fibonanci dalam karyanya Liber Abaci.

Ketujuh, perdagangan internasional. Perdagangan internasional menjadi sarana komunikasi yang efektif antarperadaban dan mempercepat proses kemajuan teknologi. Misalnya, karena maraknya kegiatan dagang antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain di dunia, ditemukanlah teknologi navigasi.

Dan faktor surutnya ilmu pengetahuan dapat disebabkan karena rendahnya kesadaran bahwa wajib menuntut ilmu untuk bekal kahirat, dan juga karena faktor kurangnya sarana dan pengajar dlm penyebaran ilmu islam.

3. Pada rentang tahun 780-1285 M, Islam pernah berada dalam masa kejayaan. Hal ini tidak lepas dari kontribusi ilmu pengetahuan dari ilmuwan Islam. Banyak hal yang ada atau diciptakan di masa kini bersumber dari ilmu pengetahuan yang digagas oleh para ilmuwan tersebut. Saat masa kejayaan tersebut, masjid tidak sekadar digunakan sebagai tempat ibadah saja, tapi juga digunakan untuk mengkaji ilmu pengetahuan berdasarkan Al-Qur’an. Tingginya antusiasme tentang ilmu pengetahuan pada masa tersebut berhasil mendorong peradaban Islam hingga melahirkan banyak ilmuwan-ilmuwan besar.

a. Ibnu Sina (980-1037)

Ibnu Sina atau di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna adalah seorang ilmuwan Islam, filsuf, dan dokter kelahiran Persia. Ilmuwan dengan lengkap Abu Ali al-Husein bin Abdullah bin Hassan Ali bin Sina ini juga merupakan seorang penulis produktif dalam bidang filsafat dan kedokteran. Oleh dunia modern, Ibnu Sina dianggap sebagai “Bapak Pengobatan Dunia Modern Awal” dan “Bapak Farmakologi Klinis”.

Berikut daftar penemuan yang ditemukan oleh Ibnu Sina:  Metode karantina

 Minyak esensial  Uji Klinis

(5)

 Uji coba terkontrol secara acak  Fitoterapi

b. al-Khawarizmi (780-850)

al-Khawarizmi atau Muhammad Bin Musa al-Khawarizmi adalah seorang ahli dan tokoh penting dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi asal Persia. Berkat penemuannya, al-Khawarizmi dianggap sebagai “Bapak Aljabar” yang seperti kita tahu penemuannya masih digunakan sampai sekarang. Berikut daftar penemuan al-Khawarizmi: Aljabar, Aritmatika

c. Ibnu Khaldun (1332-1406)

Adalah seorang ilmuwan Islam Arab, ilmuwan sosial, filsuf, dan sejarawan. Ia disebut sebagai bapak pendiri ilmu ekonomi, sosiologi, dan historiografi yang terkenal dengan sebuah buku karyanya yang berjudul Muqaddimah.

d. al-Zahrawi (936-1013)

al-Zahrawi atau dikenal dengan nama Abulcasis di dunia Barat adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada Abad Pertengahan Islam. Ia diketahui sebagai penemu konsep operasi modern dan penemuannya sangat berguna untuk proses persalinan. Karya terkenal al-Zahrawi adalah buku berjudul Al-Tasrif yang berisi kumpulan praktik kedokteran dalam 30 jilid.

4. Worldview Islam yang muncul dari wahyu sangat relevan untuk tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Worldview inilah yang membimbing kemajuan ilmiah sejak awal perembangan Islam hingga era keemasan Peradaban Islam. Harus ada beberapa kondisi di tingkat sosial dengan semua aspeknya sebagai prasyarat kebangkitan pendidikan dalam masyarakat karena kondisi ini yang akan memunculkan pembelajaran dalam konteks sosial dan budaya yang sering disebut degan “penyebab kontekstual” lahirnya ilmu pengetahuan. Penyebab konstektual ini berperan sebagai kekuatan dinamis yang mengarah pada tradisi pembelajaran dan intelektualisme pra-ilmiah, dan ketika masyarakat mampu memberikan beberapa landasan yang sesuai untuk pengembangan worldview, maka ia berfungsi sebagai landasan konseptual bagi munculnya sains.

(6)

5. Pendidikan profetik (Prophetic Teaching) adalah suatu metode pendidikan yang selalu mengambil inspirasi dari ajaran nabi Muhammad saw.

Prinsip dalam pendidikan profetik yaitu mengutamakan integrasi. Dalam

memberikan suatu materi bidang tertentu juga dikaitkan dengan landasan yang ada di Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga tujuan baik duniawi maupun akhirat dapat

tercapai. Secara definitif, pendidikan profetik dapat dipahami sebagai seperangkat teori

yang tidak hanya mendeskripsikan dan mentransformasikan gejala sosial, dan tidak pula hanya mengubah suatu hal demi perubahan, namun lebih dari itu, diharapkan dapat mengarahkan perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik.

Tanggung Jawab Ilmuwan:

1. Bertanggung jawab dalam hal memelihara dan menjaga ilmu, agar ilmu tetap ada ( tidak hilang)

2. Bertanggung jawab dalam hal memperdalam ilmunya agar ilmu itu menjadi meningkat 3.Bertanggung jawab dalam mengamalkannya agar ilmu itu berubah

4.Bertangung jawab dalam mengajarkannya kepada orang yang mencarinya.

5.Bertanggung jawab dalam mengikhlaskan ilmunya untuk Allah SWT semata, agar ilmu itu diterima oleh Allah SWT.

Tanggung jawab ilmuwan menurut Islam

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa seorang ilmuwan muslim mempunyai tanggung jawab, yang akan dimintai pertanggung jawaban atas ilmu yang dimilikinya.

Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata Rasulullah SAW bersabda:

" Tidak bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ia ditanya tentang umurnya, dalam hal apa ia menghabiskannya, tentang ilmunya, dalam hal apa ia berbuat, tentang hartanya, dari mana ia mendapatkannya dan dalam hal apa ia membelanjakannya, dan tentang pisiknya, dalam hal apa ia mempergunakannya".

(7)

1. Tidak ada rasa pamrih, ialah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih

2. Bersikap selektif, ialah suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu mengadakan pemilihan terhadap berbagai hal yang dihadapi

3.Adanya rasa percaya yang layak

4.Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercaya

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Katsikis dkk menunjukkan bahwa terjadi peningkatan apoptosis pada sel limfosit T CD4 + dan CD8 + penderita terinfeksi HIV dibandingkan kontrol sehat setelah

a. Rencana kegiatan yang akan dibiayai melalui penerusan pinjaman luar negeri kepada Pemda yang bersangkutan. Inisiatif penyusunan rencana kegiatan tersebut dapat disusun oleh

Jumlah dana yang dibutuhkan Rp49,460,000 Lokasi Kegiatan Jumlah Tahun n-1 Jumlah Tahun n Rp31,500,000 Capaian Program Masukan.. Koordinasi Penyelenggaraan Peningkatan

Jawablah pertanyaan yang menggambarkan kecocokan antara tugas yang anda emban dan ketersediaan sumber jurnal elektronik dengan cara memberi tanda silang pada salah satu

Metode pengelasan yang digunakan dalam pembuatan exhaust pipe adalah proses pengelasan GMAW dengan kawat las Ø 0.8 mm, material untuk pipa menggunkan STKM 11 A dan

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa penyebab lebih rendahnya riap pohon di hutan rawa dibandingkan di darat adalah bukan karena masalah air, tetapi adalah

Dari hasil penelitian ini diharapkan perusahaan PT.CEVA Logistik Indonesia Pekanbaru dapat meningkatkan lagi kepuasan kerja karyawannya pada variabel-variabel yang telah

Kehendak soalan : beza tingkah laku / akhlak orang yang berzikir dengan tidak berzikir. Perbezaan orang yang berzikir dengan yang tidak berzikir: Orang yang berzikir Orang yang