• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PADANG PANYANG KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PADANG PANYANG KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PANYANG KECAMATAN KUALA PESISIR

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH:

NURMILUVIA

NIM: 08C10104092

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH – ACEH BARAT

(2)

PANYANG KECAMATAN KUALA PESISIR

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH:

NURMILUVIA

NIM: 08C10104092

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH – ACEH BARAT

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya ketersediaan pangan, kurang baiknya sanitasi, kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa faktor sosio-budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi. Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangannya merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut gaya hidup. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan yang kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi, (Almatsier 2009).

Di tengah kemajuan ekonomi Indonesia, ternyata masih banyak kita mengalami masalah malnutrisi. Masalah yang membelit pada balita tidak hanya gizi kurang tetapi juga gizi lebih. Selain itu, ditemukan pula masalah stunting (bertumbuh pendek) pada anak. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, dari sekitar 22 juta balita kita, prevalensi gizi kurangnya 17,9 persen. Walaupun menurun dibandingkan tahun 1990 (31 persen), tapi masih ada sekitar 3,7 juta balita yang mengalami kekurangan gizi.

Diketahui sebanyak 4 persen balita termasuk gizi lebih, besarannya hampir sama dengan balita kurus. Data selanjutnya menunjukkan tidak terdapat perbedaan prevalensi balita gizi lebih pada keluarga yang termiskin (13,7 persen) dengan keluarga terkaya (14 persen). Demikian pula tidak terdapat perbedaan menurut kelompok umur anak, jenis kelamin, pendidikan orang tua.

(4)

Masalah-masalah gizi balita juga termasuk gizi kurang dalam level kronis dan akut pada beberapa kelompok masyarakat. Menteri Kesehatan melaporkan, dari total sekitar 22 juta balita kita, terdapat 900 ribu balita (atau 4,5 persen) yang mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Fenomena malnutrisi ini merupakan ancaman serius. Sebab terjadi di berbagai strata ekonomi, pendidikan, desa-kota, dan lain sebagainya. Faktor lebih spesifik, ada peran faktor sosial. Yakni rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Banyak balita diberi makan sekadarnya atau asal kenyang padahal miskin gizi.

Soal makan asal kenyang bisa terjadi di kelas ekonomi mana saja. Termasuk pada keluarga ekonomi mapan, dengan tingkat pendidikan tinggi. Maklumlah, soal makan erat kaitannya dengan gaya hidup modern. Kehidupan masyarakat kosmopolit dengan ritme hidup cepat dan tingkat konsumerisme tinggi, menggiring pilihan pada makanan yang dicitrakan berkelas, meskipun sebenarnya “asal kenyang" tapi miskin gizi. Inilah yang menjelaskan bagaimana restoran cepat saji tidak pernah sepi pelanggan. Di sini lebih banyak berperan minimnya kesadaran akan perlunya makanan, (http://www.jurnas.com/halaman,Gizi Buruk Masih Menjadi ancaman).

Jumlah kasus balita gizi buruk di Aceh mencapai 427 kasus. Dari jumlah tersebut, angka tertinggi berasal dari Kabupaten Aceh Tamiang yaitu 96 kasus, Aceh Utara 54 kasus, Pidie 48 kasus, Bireuen 35 kasus dan Langsa 36 kasus. Sisanya terbagi di beberapa kabupaten seperti Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Lhokseumawe dan beberapa kabupaten lain. “Pengetahuan ibu-ibu kemudian bagaimana kalau kita lihat segi sikap dan lainnya kesehatan.

(5)

Di Kabupaten Nagan Raya dengan jumlah balita 177.327 pada tahun 2011 sedangkan pada tahun 2012 jumlah balita 13.626, balita yang berat badannya naik sebanyak 6,520, balita berat badan tidak naik/tetap sebanyak 907, balita berat badan tidak naik dua bulan berturut sebanyak 73, dan balita dibawah garis merah sebanyak 79 dari 222 Desa dan 10 Kecamatan, (Data Dinkes Nagan Raya, Tahun 2012).

Sedangkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya terdapat 23 kasus gizi buruk sejak bulan januari sampai maret tiga diantaranya terdapat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dimana Desa Padang Panyang merupakan wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang (Dinas Kesehatan Nagan raya, 2013)

Sedangkan laporan penimbangan balita yang dilakukan tiap bulan pada bulan desembar di posyandu yang dilaksanakan oleh pihak Puskesmas Padang Panyang ditemukan balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) di desa Padang Panyang 249 orang, balita yang ditimbang 114 orang, balita yang tidak ditimbang bulan lalu 5 orang,balita baru pertama kali ditimbang 16, balita yang naik berat badannya 77 orang, balita yang tidak naik berat badannya 16 orang, balita dibawah garis merah (BGM) 7 orang, (Laporan Kegitan Pembinaan Gizi Masyarakat Desember Puskesmas Padang Panyang, 2012).

Berdasarkan hasil data di Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya yang mana status gizi balita di wilayah Puskesmas Kuala Pesisir terutama desa Padang Panyang ditemukan balita yang dibawah garis merah (BGM) yang mana dipengaruh oleh pengetahuan dan sikap orang tua terhadap stustus gizi balita.

(6)

Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya untuk melihat sejauh mana status gizi dan kirany dapat terselesaikan masalah status gizi yang ada di desa .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas penulis mengetahui bagaimana pengaruh pengetahuan dan sikap orang tua terhadap status gizi anak balita di Desa Padang Payang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengetahuan dan siakap orang tua terhadap status gizi balita di wilayah Puskesmas padang Panyang UPTD kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan raya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi balitanya di Desa Padang Panyang Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. 2. Untuk mengetahui pengaruh sikap orang tua terhadap status gizi balita di

Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu statistika, khususnya tentang pemodelan spasial.

(7)

Selain itu memberikan metode alternatif untuk penyelesaian masalah yang melibatkan analisis regresi.

2. Bagi pemerintahan Kabupaten Nagan Raya, diharapkan bisa memberikan informasi dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk meminimalkan jumlah gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Pandang Panyang Kabupaten Nagan Raya dengan mengkaji Pengaruhi pengetahuan dan sikap orang tua terhadap status gizi balita di wilayah Puskesmas Padang Panyang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas dan Institusi terkait dalam mengetahui status gizi balita yang ada di wilayah Puskesmas Padang Panyang.

2. Bagi masyarakat dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman dalam masalah yang berkaitan dengan status gizi.

3. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang status gizi.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi Balita

Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat ( Muchtadi, 2002).

Status gizi (nutriens) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses- proses kehidupan (Al (Suhardjo, 2003).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi, gizi terdiri atas:

2.1.1 Karbohidrat

Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan dari sudut dan fungsinya. Karbohidrat yang terkandung dalam makanan pada umumnya hanya ada 3 jenis yaitu: Polisakarida, Disakarida, dan Monosakarida (Santoso, 2003).

(9)

Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani, fungsi utama karbohirat yaitu:

1) Sumber utama energi yang murah. 2) Memberikan rangsangan mekanik.

3) Melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran bubur makanan serta memudahkan pembuangan tinja.

2.1.2 Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling erat hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung unsur C, H, O dan unsur khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat maupun lemak yaitu nitrogen. Protein nabati dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani didapat dari hewan.

Protein berfungsi:

1) Membangun sel-sel yang rusak.

2) Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.

3) Membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap menghasilkan sekitar. 2.1.3 Lemak

Lemak merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari unsur-unsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak dan gliserol, apabila bergabung dengan zat lain akan membentuk lipoid, fosfolipoid dan sterol. Fungsi lemak antara lain :

1) Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan bagi organ tertentu dari tubuh.

(10)

2) Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi kesehatan kulit dan rambut.

3) Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang dalam lemak ( Santoso , 2003).

2.1.4 Vitamin

Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk karena disangka suatu ikatan organic amine dan merupakan zat vitamin yang dibutuhkan untuk kehidupan. Ternyata zat ini bukan merupakan amine, sehingga diubah menjadi vitamin. Fungsi vitamin sebagai berikut:

1) Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum, dan reproduksi.

2) Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport calsium ke dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D adalah susu.

3)Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah dan metabolisme selenium. Umumnya bahan makanan kacangkacangan atau biji-bijian khususnya bentuk kecambah, mengandung vitamin E yang baik. 4) Vitamin K : menadion, berfungsi di dalam proses yang diperlukan dalam

pembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi tinggi di dalam ginjal. Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin Kdiperlukan garam empedu dan lemak (Santoso, 2003).

2.1.5 Mineral

Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit.Mineral mempunyai fungsi :

(11)

2) Sebagai zat pengatur

1. Berbagai proses metabolisme. 2. Keseimbangan cairan tubuh. 3. Proses pembekuan darah.

4. Kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot.

2.2 Gizi

Gizi adalahelemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan seimbang.

2.3 Klasifikasi Status Gizi Balita

Menurut surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 920 tahun 2002 tentang klasifikasi status gizi anak balita yang mana status gizi buruk tidak menggunakan persen akan tetapi melainkan nilai Z-score,(Depkes, 2002).

Secara umum klasifikasi status gizi balita yang digunakan secara resmi adalah seperti pada tabel dibawah ini :

(12)

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Balita

2.4 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

2.4.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Tetapi dalam penilaian ini menggunakan penilaian Antopometri (Arisman, 2004). 1) Antropometri.

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS

Berat badan menurut umur (B B/U)

Gizi lebih > +2 SD

Gizi baik ? -2 SD sampai +2 SD Gizi kurang < -2 SD sampai ? -3 SD Gizi buruk < -3 SD

Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Normal ? -2 SD

Pendek (stunted) < -2 SD Berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB)

Normal ? -2 SD

Pendek (stunted) < -2 SD

Gemuk > +2 SD

Normal ? -2 SD sampai +2 SD

(13)

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh, indeks Antropometri seperti :

(1). Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Dari berbagai jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikan dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit. Persen Terhadap Median. Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50.

2.4.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian ini menggunakan survey konsumsi dengan metode kuantitatif recall 24 jam.

1) Survei Konsumsi

a) Survei Konsumsi pangan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi.

b) PenggunaanPengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

(14)

c) Metode Recall 24 jam

Untuk dapat melakukan recall, makanan dengan baik terlebih dahulu harus mempelajari jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh kelompok sasaran survey. Oleh karena itu kadang-kadang perlu dilakukan survey pasar. Tujuannya adalah mengetahui sasaran berat dari tiap jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi.

2) Berikut langkah-langkah kerjanya:

a) Masing-masing kelompok menyiapkan bahan makanan, misal: Bahan makanan pokok: nasi biasa, nasi tim, bubur (masing-masing kelompok membawa satu porsi makanan yang biasa dikonsumsi).

b) Lauk hewani: bahan yang sudah dimasak seperti telur, ikan goreng, ayam goreng, dan lain-lain. Lauk nabati: bahan yang sudah dimasak yang berasal dari tumbuhan seperti tahu, tempe dan lain-lain. Sayuran : sayur bayam, kacang panjang, dan lain-lain. Buah-buahan: pisang, jeruk, apel dan lain-lain.

c) Lakukan penimbangan terhadap masing-masing bahan makanan untuk setiap ukuran rumah tangga yang dipakai. Catat hasil penimbangan dalam suatu daftar ukuran rumah tangga (Notoatmodjo, 2003).

2.5 Perilaku Kesehatan

Teori Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

(15)

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila mana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).

(16)

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.

2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.

3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu : 1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

(17)

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

5) Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru. 6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : 1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

(18)

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap.

2.4 Kerangka Teori

Variabel Idependen Variabel Dependen

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Idependen Variabel Dependen

2.6 Hipotesisi :

1. Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi anak di Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.

2. Ada pengaruh antara Sikap ibu dengan status gizi anak di Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.

Perilaku ( Notoadmodjo, 2011) 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tindakan Status Gizi : Status Gizi Tingkat Pengetahuan Sikap

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan

Jenis penelitian ini analitik dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi distribusi, dan dianalisa dengan menggunakan Crossectional untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap orang tua terhadap status gizi balitanya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 25 sampai 30 Juli tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini semua ibu yang mempunyai balita yang ada di desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dengan jumlah balita 125 balita.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan di anggap mewakili populasi. Untuk mendapatkan besarnya sampel pada penelitian ini dengan cara menggunakan rumus solvin menurut (Notoatmojo, 2005) sebagai berikut :

(20)

sampel penarikan sampel dengan menggunakan rumus Slovin: Rumus Slovin : n =1 + ( )²N n =1 + 125 (0,1)125 = 2,25125 N = 56 ibu keterangan : n = Besar Sampel N = Besar Populasi d2 = Derajat Kebebasan = 10% = 0,1

Jadi jumlah sampel sebanyak 56 orang ibu berdasarkan perhitungan tersebut, maka responden sebanyak 56 orang ibu dan pengambilan sampel menggunakan cara Stratified random sampling (pengambilan sampel dengan cara berstrata).

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan meliputi data pengetahuan dan sikap orang tua terhadap status gizi balita.

(21)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah diperoleh dari laporan bulanan penimbangan balita dari Posyandu, Puskesmas dan Dinas kesehatan Nagan Raya.

Tabel 3.5 Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Keterangan

Variabel Dependen

Status Gizi Definisi

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Menghitung BB/U Timbangan 1. Baik 2. Kurang Baik Ordinal Variabel Independen 1. Pengetahuan Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Apa yang diketahui orang tua tentang cara perawatan anak dengan gizi buruk mengenai pengertian gizi buruk, penyebab gizi buruk,tanda dan gejala gizi buruk, penanggulangan dan pencegahan

Wawancara Kuesioner 1. Mengetahui 2. Tidak mengetahui Ordinal 2. Sikap Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Wawancara Kuesioner

1. Positif 2. Negatif Ordinal

(22)

3.6 Aspek Pengukuran

1. Status Gizi Menggunakan Indeks BB/U

Klasifikasi status gizi berdasarkan nilai Score: Klasifikasi berdasarkan BB/ U dapat dilihat dari tabel baku antropometri.

Baik : Jika dikatagorikan berat badan Normal

Kurang Baik : Jika dikatagorikan berat badan Gemuk, Kurus, dan Kurus sekali

2. Pengetahuan dikategorikan atas :

Mengetahui : Jika responden menjawab benar ˃ 4 dari seluruh pertanyaan yang diajukan.

Tidak mengetahui : Jika responden menjawab benar ≤ 4 dari pertanyaan yang diajukan.

3. Sikap dikategorikan atas :

Positif : Jika responden menjawab benar ˃ 3 dari seluruh pertanyaan yang diajukan.

Negatif : Jika responden menjawab benar ≤ 3 dari pertanyaan yang diajukan.

3.7. Teknik Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

(23)

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Untuk uji statistik data dengan skala ordinal dan data ordinal menggunakan uji statistik Chi Square karena sesuai dengan data yang digunakan. Taraf kepercayaan 95% atau dengan alfa 5% (0,05), dikatakan bermakna apabila p < 0,05 dan jika p > 0,05 dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna.

Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :

1. Bila tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.

2. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai E>5, maka uji yang dipakai sebaliknya Contiuty Correction

Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.

(24)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Desa Padang Panyang merupakan salah satu Desa dalam wilayah Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh, luas wilayah Desa Padang Panyang adalah + 21 Km2 dengan batas-batas desa adalah sebagai berikut :

a. Utara berbatasan dengan Arongan b. Selatan berbatasan dengan Lawa Batu

c. Timur berbatasan dengan HGU Fajar Baizury d. Barat berbatasan dengan Kuala Trang

Dengan jumlah penduduk 1414 jiwa yang terdiri dari laki-laki 738 dan perempuan 676.

4.1.2. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat masing-masing variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi frekuensi setiap variabel penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap dan status gizi balita.

(25)

4.1.2.1.Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Status Gizi Balita berdasarkan BB/U Di Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.

No Status Gizi Balita Frekuensi BB/U %

1 Baik 47 83,9

2 Kurang Baik 9 16,1

Total 56 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.1 dari 56 orang responden, sebanyak 47 responden memiliki status gizi balita baik yaitu (83,9%), dan 9 responden memiliki status gizi balita yang kurang (16,1%).

4.1.2.2. Pengetahuan Ibu

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu Terhadap Status Gizi balita di Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya 2013

No Pengetahuan Frekuensi %

1 Mengetahui 45 80,4

2 Tidak Mengetahui 11 19,6

Total 56 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.2 dari 56 orang responden, mayoritas ibu-ibu memiliki pengetahuannya mengetahui terhadap status gizi balita yaitu sebanyak 45 orang (80,4%), dan responden yang memiliki pengetahuan tidak mengetahui sebanyak 11 orang (19,6%) terhadap status gizi balita.

(26)

4.1.2.3 Sikap Ibu

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Sikap Ibu Terhadap Status Gizi Balita di Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir KabupatenNagan Raya 2012

No Sikap Frekuensi %

1 Positif 46 82,1

2 Negatif 10 17,9

Total 56 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.4 dari 56 responden, mayoritas responden memiliki sikap yang positif terhadap status gizi balita yaitu sebanyak 46 orang (82,1%), dan 10 responden memiliki sikap yang negatif terhadap status gizi balita (17,9%).

4.1.3. Analisis Bivariat

4.1.3.1 Pengaruh Pengetahuan dengan Status Gizi Balita

Tabel 4.6 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Status gizi balita di Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya 2013

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.5 dapat diketahui ibu yang pengetahuan mengatakan mengetahui sebanyak 45 orang, yang memiliki status gizi baik sebanyak 41 orang (91,1%), sedang ibu yang mempunyai pengetahuan tidak mengetahui sebanyak 11 orang, yang memiliki status gizi balita kurang sebanyak 5 orang (45,5%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diketahui bahwa p value = 0,010 < 0,05 jadi hasil penelitian ada pengaruh antara pengetahuan orang tua terhadap status gizi balita. Pengetahuan

Status Gizi balita

Total P value OR Baik Kurang Baik

f % f % F %

Mengetahui 41 91,1 4 8,9 45 100

0,010 8,5

Tidak mengetahui 6 54,6 5 45,5 11 100

(27)

Bila dilihat dari nilai OR yaitu 8,5 (1,7 – 41,0) artinya responden yang pengetahuan baik 8,5 kali memiliki status gizi balita yang baik pula dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang baik.

4.2.1.2 Pengaruh Sikap terhadap Status Gizi Balita

Tabel 4.7 Pengaruh Sikap ibu Terhadap Status gizi balita di Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.5 dapat diketahui ibu yang mempunyai sikap positif sebanyak 46 orang, memiliki status gizi balita baik sebanyak 41 orang (89,1%), sedangkan ibu yang mempunyai sikap negatif sebanyak 10 orang dan yang memiliki status gizi balita kurang baik sebanyak 4 orang (40,0%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diketahui bahwa p value = 0,044 < 0,05 jadi hasil penelitian ada pengaruh antara sikap orang tua terhadap status gizi balita. Bila dilihat dari nilai OR yaitu 5,4 (1,1 – 26,2) artinya responden yang sikap positif 5,4 kali memiliki status gizi balita yang baik pula dibandingkan dengan ibu yang mempunyai sikap negatif kurang baik.

Sikap

Status Gizi balita

Total P value OR

Baik Kurang Baik

f % f % f %

Positif 41 89,1 5 10,9 46 100

0,044 5,4

Negatif 6 60,0 4 40,0 10 100

(28)

4.2.Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Pengetahuan dengan Status Gizi balita

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 45 responden berpengetahuan baik 41 orang, memiliki status gizi balita baik (91,1%). Sedangkan 11 responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 5 responden memiliki status gizi anak kurang baik (45,5%).

Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,010 ternyata nilai p value lebih kecil dari nilai α berarti ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap status gizi balita.

Pengetahuan merupakan faktor pemudah bagi ibu untuk meningkatkan status gizi balita. Dengan demikian faktor ini menjadi pemicu terhadap prilaku seorang ibu untuk menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, pendidikan dan tingkat sosial ekonomi ibu ( Notoadmodjo, 2007).

Menurut Sari.S , 2006 ada pengaruh yang sangat berarti antara pengetahuan dalam upaya memperbaiki prilaku. Dengan demikian meningkatkan pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti memberi prilaku.

Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2000).

(29)

4.2.2. Pengaruh Sikap dengan Status Gizi balita

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 56 responden yang memiliki sikap positif 41 orang, memiliki status gizi balita baik (89,1%). Sedangkan 10 responden yang mempunyai sikap negatif sebanyak 4 responden memiliki status gizi balita kurang baik (40,0%).

Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,044 ternyata nilai p value lebih kecil dari nilai α berarti ada pengaruh yang signifikan antara sikap terhadap status gizi balita.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003) bahwa sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Sugeng Hariyadi (2003) juga berpendapat bahwa sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan gambaran corak bagaimana tingkah laku seseorang. Dari mengetahui sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon atau tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapinya.

Menurut L. Green dalam buku Soekidjo Notoatmodjo (2003) sikap juga merupakan faktor pemudah (predisposing factor) dari perilaku atau praktek. Di sinilah dituntut kebijakan seorang ibu untuk memahami pengetahuan yang telah didapat kemudian ia harus menentukan sikap apa yang harus diambil untuk kepentingan anaknya kelak dimasa yang akan datang.

(30)

Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa status gizi balita dengan Peran seorang ibu dalam memperbaiki status gizi balita sangat menentukan kehidupan masa depan anaknya, oleh karena itu keperdulian ibu sangat diperlukan, sebab ibu merupakan tokoh utama yang paling bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak, terutama dalam penyelenggaraan menu seimbang bagi balitanya, maka dari itu tingkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam pemberian makanan sehat seimbang (Zeitlin dkk (1990)

(31)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Ada pengaruh antara pengetahuan ibu terhadap status gizi balita di desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013. Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi- square p value = 0,010 yang berarti p value <0,05

2. Ada pengaruh antara sikap ibu terhadap status gizi balita di Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013. Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi- square p value = 0,044 yang berarti p value <0,05

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan dan memberikan informasi-informasi yang bermanfaat tentang Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap status gizi balita kepada ibu-ibu yang memiliki balita agar lebih memahami pentingnya pengetahuan dan peran ibu dalam meningkatkan status gizi balita agar status gizi balita menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

2. Kepada ibu-ibu untuk selalu membawa anaknya ke posyandu pada setiap kegaiatan yang diadakan di posyandu.

3. Disarankan kepada ibu balita untuk senantiasa memperhatikan gizi balita agar status gizi balitanya menjadi lebih baik.

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Balita

Referensi

Dokumen terkait

(4) Penilaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMA Negeri 9 Makassar yang mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Penelitian ini merupakan

Pdt/PL : Sidang jemaat, Tuhan berkenan hadir dalam ibadah Pembukaan Bulan Misi GKPB, marilah kita merendahkan hati dihadapanNya dan bersama-sama mengucapkan demikian : PL +

Tekuk lutut dan miring ke samping. Putar kapala ibu dan gunakan tangan – tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik

Beberapa serangga bisa berjalan di bawah sebuah batang kayu tipis (seperti ranting) dengan cara menggantung di batang itu. Andaikan seekor serangga memiliki massa m dan

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah responden, sesuai dengan target sasaran dan dianggap

Pembentukan Pulsa ( Pulse Shapping ) Pulsa berbentuk Gaussian adalah pulsa yang diharapkan dari linear amplifier maka diperlukan rangkaian differensiator yang akan

(2) Dalam hal Tahanan memerlukan rawat inap sesuai rekomendasi dokter Polri, Petugas Jaga Tahanan wajib melaporkan kepada Penyidik atau Pejabat yang menitipkan Tahanan untuk

Menimbang, bahwa salah satu Kuasa Hukum Penggugat yang bernama ADVOKAT II., adalah Advokat Magang/ pemegang Izin Sementara Praktek Advokat, maka ia terikat dan