• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tri Wibowo 2 UPTD Kecamatan Padamara ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tri Wibowo 2 UPTD Kecamatan Padamara ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

457

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PROGRAM

SUPERVISI MELALUI PEMBINAAN BERKELANJUTAN BAGI KEPALA

SEKOLAH DASAR DI DABIN 2 UPT DINAS PENDIDIKAN PADAMARA

PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1

Tri Wibowo2

UPTD Kecamatan Padamara

ABSTRAK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembimbingan perkelanjutan mampu meningkatkan kemampuan menyusun program supervisi pada kepala sekolah di Dabin 2 UPTD Pendidikan Padamara. Hal ini dibuktikan dengan hasil akhir pada siklus 2, yaitu skor mutu program sebesar 48,9 dan proses pembimbingan berkelanjutan sebesar 28. Hasil tersebut melampaui indikator kinerja dalam penelitian ini, yaitu skor rata-rata mutu program supervisi minimal sebesar 43 dan tindakan pembimbingan dari peneliti minimal sebesar 24. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis tindakan terbukti benar. Saran yag diajukan adalah: 1) Pengawas sekolah agar melaksanakan pembimbingan berkelanjutan secara terus menerus kepada kepala sekolah dalam penyusunan program supervisi maupun kegiatan lain yang terkait guna mengoptimalkan kompetensi manajerial kepala sekolah, 2) Kepala sekolah agar bersikap proaktif dalam meminta saran dan arahan dari pengawas guna meningkatkan kompetensinya

Kata kunci: Program supervisi, pembimbingan berkelanjutan, kepala sekolah.

1 Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator “Kenali dan

Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas” di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016.

(2)

458

PENDAHULUAN

Sekolah merupakan organisasi formal untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Kesuksesan untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik guna mendukung terciptanya SDM yang berkualitas salah satunya ditentukan kepada kepemimpinan yang kuat dari kepala sekolah. Hal ini senada dengan pendapat Crawfond (dalam Nasution, 2013) yang mengemukakan bahwa pemimpin yang sukses adalah mereka-mereka yang organisasinya telah berhasil dalam mencapai tujuan.

Jadi jelas bahwa salah satu aspek penting dalam organisasi sekolah adalah leadership atau kepemimpinan. Pada konteks ini, kepala sekolah merupakan pemimpin satuan pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah demi terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas. Kepala sekolah memegang peran sentral dalam menghimpun, memanfaatkan dan menggerakkan secara optimal seluruh potensi dan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu, seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan managerial yang handal dan memiliki kepribadian yang baik serta dapat memainkan berbagai peran yang sesuai dengan karakteristik sekolah yang dipimpin.

Menurut Mulyasa (2008: 98) keberhasilan kepala sekolah dapat diukur kualitas kinerjanya dalam berperan sebagai: Edukator (pendidik), Manager, Administrator (pembina tata usaha), Supervisor (penyelia), Leader (pemimpin), Inovator (mengembangkan model-model yang inovatif), dan Motivator (memberikan motivasi). Pelaksanaan peran, fungsi dan tugas tersebut tidak dapat dipisahkan satu dan yang lain karena saling terkait dan saling mempengaruhi serta menyatu dalam pribadi seorang kepala sekolah. Kepala sekolah yang demikian akan mampu mendorong visi menjadi aksi nyata dalam pengelolaan sekolah.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki Kepala Sekolah adalah kompetensi sebagai supervisor, yaitu kompetensi untuk melakukan supervisi terhadap kegiatan akademik maupun nonakademik yang dilaksananakan di sekolah. Kegiatan ini mempunyai andil dalam mendukung profesionalisme dan kinerja guru. Menurut Trimo (2010) kegiatan supervisi merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru.

Kenyataan menunjukkan bahwa salah satu kelemahan yang dijumpai pada pengawas adalah dalam hal supervisi akademik. Hasil survei Direktorat Tenaga Kependidikan pada Tahun 2008 terhadap para pengawas di suatu kabupaten yang menunjukkan bahwa para pengawas memiliki kelemahan dalam kompetensi supervisi akademik, evaluasi pendidikan, serta penelitian dan pengembangan (Depdiknas, 2009).

Realitas di lapangan menunjukkan bahwa kepala sekolah yang berada di daerah binaan peneliti, yaitu Daerah Binaan (Dabin) 2 UPTD Pendidikan

(3)

459

Padamara Kabupaten Purbalingga, belum memiliki kemampuan yang memadai untuk menyusun program supervisi sesuai ketentuan. Pelaksanaan supervisi cenderung bersifat rutinitas, tanpa program yang tersusun rapi dan sistematis. Berdasarkan hasil supervisi pada beberapa sekolah di wilayah binaan, Peneliti mencermati bahwa program supervisi cenderung diasumsikan oleh beberapa kepala sekolah adalah jadwal supervisi yang hanya memuat nomor, nama pendidik dan tanggal pelaksanaan supervisi.

Kurangnya kemampuan kepala sekolah dalam membuat program supervisi dapat disebabkan belum maksimalnya pengawas dalam melaksanakan pembinaan atau pembimbingan kepada kepala sekolah mengenai pentingnya supervisi. Hal ini juga disebabkan karena pelaksanaan supervisi yang belum maksimal.

Kurangnya kemampuan kepala sekolah dalam menyusun program supervisi mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan menyusun program supervisi pendidikan bagi kepala SD di Dabin 2 UPTD Pendidikan Padamara Kabupaten Purbalingga. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kepala SD dalam menyusun program supervisi pendidikan adalah melalui pembimbingan berkelanjutan.

MTODE PENELITIAN

Tempat melakukan penelitian adalah di Sekolah Dasar di wilayah Dabin 2 UPTD Pendidikan Padamara Kabupaten Purbalingga. Hal ini dikarenakan SD tersebut merupakan sekolah yang berada di daerah binaan peneliti selaku pengawas TK/SD. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala SD di Dabin 2 yang merupakan daerah binaan peneliti. Jumlah subjek penelitian sebanyak 10 orang, yaitu kepala sekolah di SDN 1 Karanggambas, SDN 2 Dawuhan, SDN 1 Kalitinggar, SDN 2 Kalitinggar, SDN 1 Purbayasa, SDN 2 Purbayasa, SDN Karangpule, SDN Kalitinggar Kidul, SDN Sokawera, SDN Mipiran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kemampuan Kepala Sekolah dalam Menyusun Program Supervisi

Kondisi awal kemampuan kepala sekolah di Dabin 2 UPTD Pendidikan Padamara dalam menyusun program supervisi masih rendah. Berdasarkan hasil supervisi rutin peneliti, diperoleh data bahwa kepala sekolah tersebut belum memiliki kemampuan menyusun program supervisi secara maksimal. Dari 10 orang kepala sekolah ternyata belum semua memiliki kompetensi yang memadai dalam menyusun program supervisi, terbukti dari hasil supervisi rutin memiliki nilai kategori kurang dengan rata-rata nilai 27. Untuk itu peneliti akan melakukan tindakan agar semua kepala sekolah mampu menyusun program supervisi secara maksimal. Demikian pula pembimbingan yang dilakukan peneliti juga belum maksimal, karena keterbatasan waktu dan banyaknya kegiatan yang melibatkan keberadaan peneliti sehingga tidak dapat

(4)

460

melaksanakan supervisi dengan maksimal. Kepala sekolah dalam menyusun program supervisi nampak kurang maksimal. Tidak ada skor 4 atau skor maksimal, berarti tidak ada yang nampak baik.

Kondisi Awal Mutu Penyusunan Program Supervisi oleh Kepala Sekolah di Dabin 2 Sebelum Penelitian Tindakan

No. Unsur yang Diamati

Kode Kepala Sekolah & Skor Penilaian

Jml Rata-rata

A B C D E F G H I J

1. Kesesuaian sistematika

program supervisi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2 2. Kesesuaian tiap komponen

dengan isi 3 2 1 2 1 1 1 2 1 1 14 1,4 3. Kesesuaian daftar isi dengan

program 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 18 1,8

4. Memuat halaman judul dan

kata pengantar 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2 5. Memuat komponen manfaat

supervisi 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2

6. Memuat komponen tujuan

supervisi 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 17 1,7

7. Memuat sasaran supervisi 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 21 2,1 8. Memuat prinsip supervisi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 19 1,9 9. Memuat SDM yang terlibat

dalam supervisi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2 10. Memuat program pokok

supervisi 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 21 2,1

11. Memuat program tindak

lanjut 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2

12. Memuat penutup 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2 13. Memuat referensi / daftar

pustaka 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2

14. Memuat lampiran 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2 Jumlah 29 28 27 27 27 26 26 27 27 26 270 27

Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1 dan 2 maupun kondisi awal dapat dirangkum ke dalam tabel. Pada mutu program supervisi terjadi peningkatan dari data awal sampai akhir siklus 2 adalah 21,5 atau 39,1%. Data pembimbingan dari awal sampai siklus 2 adalah 29 atau 96%. Sementara untuk tindakan pembimbingan, dari data awal sampai akhir siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 28 atau 93,3%.

(5)

461

Tabel Rata-rata data awal, Akhir Siklus 1 dan Akhir Siklus 2

No. Data Penelitian Data

Awal Siklus 1 Siklus 2 Total Kenaikan % Kenaikan 1 Mutu Program Supervisi 27 41,6 48,9 21,9 39,1 %. 2 Pembimbingan 0 17 28 28 93,3 %

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilakukan pembahasan bahwa penelitian tindakan sekolah tentang peningkatan kemampuan menyusun program supervisi oleh peneliti terhadap kepala sekolah di Dabin 2 UPTD Pendidikan Padamara dapat dikatakan berhasil karena terjadi peningkatan skor pada mutu penyusunan program dan skor pembimbingan. Lebih terlihat jelas pada Gambar 4.3. Walaupun masih belum sempurna, namun sudah mendekati atau skor maksimal.

Hasil Tindakan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tindakan pembimbingan secara berkelanjutan oleh peneliti berhasil meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam penyusunan program supervisi. Keberhasilan tersebut ditandai dengan perubahan atau peningkatan skor penilaian terhadap penyusunan program supervisi yang dilakukan kepala sekolah di Dabin 2 UPTD Pendidikan Padamara. Untuk mutu penyusunan program supervisi dari kondisi awal, siklus 1 sampai ke kondisi akhir siklus 2 terdapat peningkatan, yaitu dari skor 27 pada kondisi awal menjadi 41,6 pada siklus 1 dan 48,9 pada siklus 2. Total kenaikannya sebesar 21,9 atau 39,1%. Proses pembimbingan berkelanjutan dari pengawas dari kondisi awal belum dilaksanakan (0), menjadi dilaksanakan dengan capaian skor sebesar 17 pada siklus 1 dan 28 pada siklus 2, sehingga total kenaikan sebesar 28 atau 93,3%.

Berdasarkan hasil tersebut di atas, hipotesis tindakan yang menyatakan “Pembimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi dalam menyusun program supervisi bagi kepala sekolah di Dabin 2 UPTD Pendidikan Padamara Kabupaten Purbalingga”, terbukti benar. Dengan kata lain, kemampuan menyusun program supervisi dapat ditingkatkan melalui pembimbingan berkelanjutan oleh pengawas sekolah. Kegiatan tersebut secara nyata mampu meningkatkan kompetensi manajerial kepala sekolah, khususnya dalam menyusun program supervisi pendidikan bagi para guru. Kondisi tersebut pada tahap selanjutnya diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan profesionalisme guru dan mutu pendidikan sehingga dapat menciptakan iklim yang kondusif guna mewujudkan sekolah sebagai wahana untuk membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas.

(6)

462

PENUTUP

Pembimbingan perkelanjutan mampu meningkatkan kemampuan menyusun program supervisi pada kepala sekolah di Dabin 2 UPTD Pendidikan Padamara. Hal ini dibuktikan dengan hasil akhir pada siklus 2, yaitu skor mutu program sebesar 48,9 dan proses pembimbingan berkelanjutan sebesar 28. Hasil tersebut melampaui indikator kinerja dalam penelitian ini, yaitu skor rata-rata mutu program supervisi minimal sebesar 43 dan tindakan pembimbingan dari peneliti minimal sebesar 24. Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis tindakan yang menyatakan: ”Pembimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan menyusun program supervisi bagi kepala sekolah di Dabin 2 UPTD Pendidikan Padamara”, terbukti benar

DAFTAR PUSTAKA

Iriyani, Dwi. 2007. Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Kemampuan Dasar Mengajar Guru. Jurnal Didaktika, Vol.2 No.2 Maret 2008.

Mantja, W. 2002. Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Wineka Media.

Mukminan. 2003. Pengembangan Silabus Matakuliah Pengajaran Mikro dan PPL Berdasar KBK. Makalah Seminar dan Lokakarya. Diselenggarakan oleh UNY Dalam Rangka Dies Natalis UNY.

Mulyasa, E., 2008. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kepala Sekolah

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi (Konsep-Kontroversi-Aplikasi). Prenhallindo, Jakarta.

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta. Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan (Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Zurnali, Cut 2010, Learning Organization, Competency, Organizational Commitment,

dan Customer Orientation : Knowledge Worker - Kerangka Riset Manajemen Sumberdaya Manusia di Masa Depan", Unpad Press, Bandung

Gambar

Tabel Rata-rata data awal, Akhir Siklus 1 dan Akhir Siklus 2  No.  Data Penelitian  Data

Referensi

Dokumen terkait

1) Orang miskin adalah orang yang mempunyai sebagian harta untuk menutupi kebutuhannya, sedangkan fakir adalah orang yang tidak mempunyai sesuatu. 2) Kelompok fuqarâ

Tak bisa di pungkiri bahwa paradigma berpikir masyarakat kita selama cenderung terjebak pada asumsi bahwa hanya Caleg yang memiliki persiapan “UANG BANYAK” yang paling berpotensi

[r]

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098) sebagaimana telah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Gugun Ardiansyah 2014 Universitas

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi

Tidak ditemukan korelasi simetrisitas ‘ruang dalam’ dengan periodisasi waktu maupun pada ketiga tipe rumah, baik pada tipe rumah Indische Empire Style, Voor 1900, dan

[r]